Author
vukien
View
253
Download
5
Embed Size (px)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Penelitian dilakukan di kelas VIII-D SMP N 1 Ngrampal, Sragen
Tahun Pelajaran 2011/2012)
Skripsi
Oleh :
WULAN RAHMAWATI
X 1307064
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Penelitian dilakukan di Kelas VIII SMP N 1 Ngrampal, Sragen
Tahun Pelajaran 2011/2012)
Skripsi
Oleh :
WULAN RAHMAWATI
X 1307064
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama : Wulan Rahmawati
NIM : X1307064
Jurusan/Program Studi : PMIPA/ Pendidikan Matematika
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
DENGAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA (Penelitian dilakukan di Kelas VIII SMP N 1 Ngrampal,
Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012)” ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Wulan Rahmawati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN PAIKEM UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Penelitian dilakukan di kelas VIII SMP N 1 Ngrampal, Sragen
Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh :
WULAN RAHMAWATI
X 1307064
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Rabu
Tanggal : 30 Januari 2013
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
1. Ketua : Dr.Budi Usodo, M.Pd 1. ......................
2. Sekretaris : Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd 2. ......................
3. Anggota I : Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si. 3. . .....................
4. Anggota II : Dhidi Pambudi, S.Si, M.Cs 4. ......................
Disahkan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Wulan Rahmawati. THE APPLICATION OF THINK PAIR SHARE (TPS)
TYPE OF COOPERATIVE LEARNING WITH PAIKEM APPROACH TO
IMPROVE THE STUDENT’S ACTIVITY AND LEARNING
ACHIEVEMENT IN MATHEMATICS LEARNING (Research in the VIII
Grade Students of SMP Negeri 1 Ngrampal, Sragen in the School Year Of
2011/2012). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta
Sebelas Maret University, December 2012.
The objective this research is to improve the students activity and learning
achievement in mathematics learning of the VIII grade student’s in Pythagorean
theorem material with the learning applying Think Pair Share (TPS) type of
cooperative learning with PAIKEM approach that can.
This research are a classroom action research (PTK). It began with initial
observation, and then the action was conducted in two cycles. Each cycle
consisted of 4 stages, that are planning, acting, observing, and reflecting. The
subject of research was the teacher and VIII-D grade students of SMP Negeri 1
Ngrampal in the school year of 2011/2012 consisting of 35 students. The data was
obtained using observation, questionnaire, test, and interview with the students
and teachers. The data was validated using method triangulation technique. The
data was analyzed using a descriptive statistic and critical analyses techniques.
The indicators of success in this research were: (1) the improvement the student’s
learning activity in the end of each cycle with the data indicating 75% of students
with high category of learning activity, (2) the improvement of the student
learning achievement, the short-term learning achievement in each cycle with data
indicating 65% of students achieving KKM (Minimum Passing Criteria) of 67.
The procedure of application TPS type of learning cooperative in
PAIKEM approach: (1) the teacher conveyed apperception, objective, and
motivation with debriefing and student demonstration, the class circumstance was
made different from the usual. (2) The teacher actively delivered the material
through demonstration or debriefing. The students were listening to actively. (3)
The student were divided into some groups of two. Every student were given a
worksheet containing the problem studied and worked on individually for some
time (Think). (4) The result of individual learning was then discussed in group
(Pair). Teacher and Students actively and creatively used visual aids to facilitate
the learning. The teacher tried to develop an effective learning process that
encouraged and motivated the students to engage in, the teacher monitored the
discussion process. (5) The students mastered the competency well and actively
practiced communicating/presenting the result of their discussion before their
friends (Share). The teacher gave feedback. (6) The teacher appreciated and
displayed the result of students’ discussion on the class wall to increase the
learning spirit and to make the class attractive.
The result of research showed that the TPS type of cooperative learning in
PAIKEM approach could improve the students’ activity and learning
achievement. The improvement of students’ mathematic learning activity could be
seen from the increase in the number of students belonging to high learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
activity category: 11 students (32.35%) in prior condition, increasing to 17
(48.57%) in cycle I and to 24 (68.57%) in the end of cycle II. In addition, prior to
the research, there were only 17 (48.57%) students attaining the score higher than
65 (passing successfully the KKM), in the cycle I this number increased to 26
(74.29%) and in cycle II it increased to 30 (85.71%). From the findings above, the
high category of student learning activity had not achieved the expected success
indicator but the increase had been sufficiently good. Meanwhile, the student
learning achievement had achieved the expected success indicator.
Keywords: Think Pair Share (TPS), PAIKEM approach, Learning Activity,
Learning Achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Wulan Rahmawati. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN
PENDEKATAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(penelitian dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 1 Ngrampal, Sragen tahun
pelajaran 2011/2012). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas VIII pada materi teorema Pythagoras dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM yang dapat.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Diawali dengan
observasi awal, tindakan kemudian dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal
tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 35 siswa. Data diperoleh melalui
observasi, angket, tes, dan wawancara dengan siswa dan guru. Validitas data
menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik
analisis stastistik deskriptif dan teknik analisis kritis. Indikator keberhasilan pada
penelitian ini (1) adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada akhir setiap
siklus dengan diperoleh data sebanyak 75% dari jumlah siswa aktivitas belajarnya
mencapai kategori tinggi, (2) adanya peningkatan hasil belajar siswa pada akhir
setiap siklus dengan diperoleh data sebanyak 65% dari jumlah siswa mencapai
KKM sebesar 67.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan pendekatan PAIKEM ini (1) Guru menyampaikan apersepsi, tujuan dan
motivasi dengan tanya jawab dan peragaan siswa, suasana kelas dibuat berbeda
dari biasanya. (2) Guru aktif menyampaikan materi melalui demonstrasi, atau
tanya jawab. Siswa dengan aktif menyimak. (3) Siswa dibagi dalam kelompok
dengan anggota 2 orang. Setiap siswa diberi lembar kerja yang berisi
permasalahan untuk dipelajari dan dikerjakan secara individu selama beberapa
waktu (Think). (4) Hasil dari belajar individu tersebut kemudian didiskusikan
dengan kelompoknya (Pair). Guru dan Siswa aktif dan kreatif menggunakan alat
peraga untuk mempermudah belajar. Guru berusaha menciptakan proses
pembelajaran yang efektif, mendorong dan memotivasi siswa untuk lebih terlibat,
guru memantau jalannya diskusi. (5) Siswa menguasai kompetensi dengan baik
dan aktif berlatih mengkomunikasikan/ mempresentasikan hasil diskusinya di
depan teman-temannya (Share). Guru memberi umpan balik. (6) Guru
memberikan penghargaan dan memajang hasil diskusi siswa di dinding kelas
untuk menambah semangat belajar dan membuat kelas menarik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM mampu meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dapat
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah siswa yang tergolong dalam kategori
aktivitas belajar tinggi, yaitu: sebelum tindakan sebanyak 11 siswa (32,35%),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
kemudian setelah adanya tindakan di siklus I menjadi 17 siswa (48,57%) dan pada
akhir siklus II meningkat menjadi 24 siswa (68,57%). Selain itu, Sebelum
dilaksanakan penelitian siswa yang mendapat nilai di atas 65 (tuntas KKM)
sebanyak 17 siswa (48,57%), pada siklus I meningkat menjadi 26 siswa (74,29%),
dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa (85,71%). Dari hasil di atas untuk
aktivitas belajar siswa kategori tinggi belum mencapai indikator keberhasilan
yang diharapkan akan tetapi sudah cukup bagus peningkatannya. Sedangkan
untuk hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang dharapkan.
Kata kunci: Think Pair Share (TPS), Pendekatan PAIKEM, Aktivitas Belajar,
Hasil Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al-Baqarah: 286)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” (Q. S. Al Insyirah: 6)
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(Q.S Ar-Ra’d : 11)
“Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka, namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama, hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka.”
(Alexander Graham Bell)
“Tak perlu iri atas kemampuan orang lain, jika mereka bisa, kamu juga bisa. Jangan remehkan dirimu, kamu kuat dari yang kamu bayangkan.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Allah SWT yang selalu memberiku anugerah.
Bapak dan Ibu, yang telah memberiku semangat, doa yang tiada terputus, perhatian yang
penuh ketulusan, kerja keras tiada henti, nasehat, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang
yang tidak terbatas pula serta segala-galanya yang tak ternilai harganya. Semuanya membuatku
bangga memiliki kalian.
Kedua kakakku, yang telah banyak kurepotkan selama ini, selalu memberi nasihat dan doanya
agar aku bisa mempersembahkan yang terbaik untuk semua. Terima kasih atas pengorbanan yang telah
kalian berikan.
Para Dosen pengajar FKIP UNS, terima kasih karena telah memberikan
sebagian ilmunya.
SMP N 1 Ngrampal, terima kasih telah berkenan membantu menyelesaikan karya tulis
ini.
Mahasiswa P. Math ’07 terima kasih atas kebersamaan, semangat, perjuangan dan
kerjasamanya, waktu indah yang tak bisa terlupakan.
Sahabat–sahabatku, terima kasih untuk semangat, nasehat, keceriaan dan kebersamaannya
selama ini.
Semua keluarga dan Orang-orang terdekat, yang selalu bertanya kapan lulus.
Semua pihak yang membuatku mampu menyelesaikan karya ini.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain ungkapan rasa
syukur kepada Allah SWT, Dzat yang mengatur setiap desah nafas setiap makhluk
di bumi ini. Atas limpahan nikmat dan kemurahan-Nya skripsi yang berjudul
“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan
Pendekatan PAIKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
dalam pembelajaran Matematika (Penelitian dilakukan di Kelas VIII SMP N 1
Ngrampal, Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012)" dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang
sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada segenap pihak antara lain:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan ijin menyusun skripsi ini.
2. Dra. Sukarmin, M.Si, Ph.D Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah
memberikan ijin menyusun skripsi ini.
3. Dr. Budi Usodo, M.Pd, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah
memberikan ijin menyusun skripsi ini.
4. Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si, Pembimbing I yang telah bersedia
memberikan pikiran, tenaga dan waktu sibuknya untuk mengoreksi,
membimbing dan mengarahkan penulis guna mencapai hasil yang maksimal
dalam penulisan skripsi ini
5. Dhidhi Pambudi, M.Si, M.Cs, Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Dra. Rini Budiarti, M.Pd, Koordinator Skripsi P. Matematika FKIP UNS
yang telah memberikan kemudahan dalam pengajuan ijin menyusun skripsi.
7. Dra. Retno Pudjiati, Kepala SMP Negeri 1 Ngrampal yang telah memberikan
ijin untuk melaksanakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
8. Erna Tri Suryani, S.Pd, guru matematika kelas VIII-D SMP Negeri 1
Ngrampal tahun ajaran 2010/2012, atas kesediannya meluangkan waktu
untuk membantu selama kegiatan penelitian dan masukan yang berharga.
9. Siswa-siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal tahun ajaran 2011/2012,
atas bantuan dan kesediaannya mengikuti pembelajaran dan mengerjakan
soal tes serta masukan yang sangat berguna.
10. Ibu serta Bapak tercinta yang disetiap tetesan peluh dan air matanya
terkandung do’a dan harapan bagi penulis. Terimakasih telah menjadi orang
tua yang luar biasa bagi penulis.
11. Kedua kakakku tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan yang tak
pernah henti-hentinya, membantu dalam segala hal demi kelancaran
pendidikan penulis. Terima kasih juga kepada segenap keluarga yang
senantiasa mendukung penulis untuk meraih kesuksesan.
12. Sahabat-sahabat terbaikku, (Anciezz, Bu Ungk, Rina, Ninda, Mimii Izmi,
Latipul, Ilham, Bang Andang & Ehox’s Math) yang tak henti-hentinya
memberikan semangat kepada penulis.
13. Teman-teman P.Math, terima kasih atas persahabatan selama ini. Semoga
Allah menjaga tali persaudaraan kita.
14. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tidak ada kemutlakan bagi kebenaran yang datangnya
dari manusia. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
memberikan kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai
tujuan pendidikan yang optimal.
Surakarta,
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... x
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... xi
KATA PENGANTAR .................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10
1. Pembelajaran Matematika .................................................... 10
2. Pendekatan PAIKEM .......................................................... 12
3. Pembelajaran Kooperatif ..................................................... 21
a. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS .................................. 24
4. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
dengan Pendekatan PAIKEM. .............................................. 27
5. Aktivitas Belajar .................................................................. 30
6. Respon Siswa terhadap Pembelajaran .................................. 32
7. Hasil Belajar Matematika .................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
8. Tinjauan Materi Tentang Teorema Pythagoras ................... 35
B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 41
C. Hipotesis Tindakan .................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 44
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 44
B. Subjek Penelitian ....................................................................... 45
C. Data dan Sumber Data .............................................................. 45
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 45
E. Validitas Data ............................................................................ 50
F. Teknis Analisis Data ................................................................. 50
G. Indikator Kinerja Penelitian ..................................................... 52
H. Prosedur Penelitian .................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 59
A. Deskripsi Pratindakan ............................................................... 59
B. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 61
1. Siklus I .................................................................................. 61
2. Siklus II ................................................................................ 76
C. Perbandingan hasil Tindakan Antarsiklus ................................... 90
D. Pembahasan ................................................................................ 97
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ....................................... 103
A. Simpulan ..................................................................................... 103
B. Implikasi ...................................................................................... 104
C. Saran ........................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 107
LAMPIRAN .................................................................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ................................................. 23
Tabel 2.2 Langkah- langkah pembelajaran Model pembelajaran kooperatif
tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM ......................................... 27
Tabel 4.1 Ketercapaian KKM Tes Kemampuan Awal.................................. 59
Tabel 4.2 Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Pra siklus .......................... 60
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Siklus I.......................................... 61
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Lembar Observasi Siklus I .............................. 69
Tabel 4.5 Hasil Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus I.............................. 71
Tabel 4.6 Ketercapaian KKM Tes Siklus I ................................................... 72
Tabel 4.7 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Siklus II ........................................ 77
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Lembar Observasi siklus II .............................. 84
Tabel 4.9 Hasil Angket aktivitas Belajar Siswa Siklus II ............................. 85
Tabel 4.10 Ketercapaian KKM Tes Siklus II ................................................. 86
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Belajar
Siswa. ............................................................................................ 93
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Aktivitas Belajar Siswa .... 94
Tabel 4.13 Rekapitulasi Ketercapaian KKM Hasil Belajar Siswa .................. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ....................................................... 42
Gambar 3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 44
Gambar 3.2 Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ............................. 58
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa ...................... 95
Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Ketercapaian KKM ............................ 96
Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Tes ...................... 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Silabus ................................................................................... 111
Lampiran 1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .............. 113
Lampiran 1.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ...................................... 136
Lampiran 1.4 Lembar Soal Tes Pra Siklus (Tes Awal) ................................ 139
Lampiran 1.5 Kisi-kisi dan Kunci Jawaban serta Pedoman Penskoran Soal
Tes Siswa Siklus I ................................................................ 140
Lampiran 1.6 Lembar Soal Tes Siswa Siklus I ............................................ 147
Lampiran 1.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ........... 149
Lampiran 1.8 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ................................... 172
Lampiran 1.9 Kisi-kisi dan Kunci Jawaban serta Pedoman Penskoran Soal
Tes Siswa Siklus II ............................................................... 179
Lampiran 1.10 Lembar Soal Tes Siswa Siklus II ........................................... 187
Lampiran 2.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM ................ 189
Lampiran 2.2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa............................ 193
Lampiran 2.3 Kisi-Kisi Lembar Angket Aktivitas Belajar Siswa .............. 194
Lampiran 2.4 Lembar Angket Aktivitas Belajar Siswa .............................. 195
Lampiran 2.5 Lembar Jawab Angket Aktivitas Belajar Siswa ..................... 202
Lampiran 2.6 Kisi-kisi Lembar Angket Respon Siswa Terhadap
Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................... 203
Lampiran 2.7 Lembar Angket Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan
Pembelajaran .......................................................................... 204
Lampiran 2.8 Pedoman Wawancara Guru Siklus ....................................... 208
Lampiran 2.9 Pedoman Wawancara Guru Siklus I .................................... 209
Lampiran 2.10 Pedoman Wawancara Siswa Siklus II ................................... 210
Lampiran 3.1 Presensi Kehadiran Siswa ...................................................... 211
Lampiran 3.2 Hasil Distribusi Angket Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus .. 213
Lampiran 3.3 Hasil Tes Pra Siklus ............................................................... 215
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Lampiran 3.4 Hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM Pada Siklus I .......................................................... 217
Lampiran 3.5 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ..... 233
Lampiran 3.6 Hasil Distribusi Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ...... 237
Lampiran 3.7 Hasil Tes Akhir Siklus I ......................................................... 239
Lampiran 3.8 Hasil Distribusi Angket Respon Siswa Terhadap
Pelaksanaan Tindakan Siklus I............................................... 241
Lampiran 3.9 Hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM Pada Siklus II ......................................................... 243
Lampiran 3.10 Hasil lembar Observasi Aktivitas belajar Siswa Siklus II ..... 259
Lampiran 3.11 Hasil Distribusi Angket Aktivitas Belajar Siswa Siklus II .... 263
Lampiran 3.12 Hasil Tes Akhir Siklus II ....................................................... 265
Lampiran 3.13 Hasil Distribusi Angket respon Siswa Terhadap
Pelaksanaan Tindakan Siklus II ............................................. 267
Lampiran 3.14 Rekapitulasi Hasil Distribusi Angket Aktivitas Siswa .......... 269
Lampiran 3.15 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa kelas VIII-D ........................... 271
Lampiran 3.16 Hasil Wawancara Guru Siklus I ............................................. 273
Lampiran 3.17 Hasil Wawancara Guru Siklus II............................................ 277
Lampiran 3.18 Hasil Wawancara Siswa Siklus I............................................ 280
Lampiran 3.19 Hasil Wawancara Siswa Siklus II .......................................... 286
Lampiran 4.1 Contoh Hasil Pekerjaan SiswaSiklus I .................................. 291
Lampiran 4.2 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ............................... 299
Lampiran 5.1 Dokumentasi (foto) pelaksanaan tindakan ............................. 308
Lampiran 6.1 Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi .......................... 313
Lampiran 6.2 Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan
Skripsi .................................................................................... 314
Lampiran 6.3 Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................... 315
Lampiran 6.4 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Sekolah .. 316
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar peserta didik
agar berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mau,
mampu dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di bumi. Menurut
Suprijono (2009) bahwa peserta didik harus dibelajarkan agar mau dan
mampu berbuat (learning to do) untuk memperkaya pengalaman belajarnya.
Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya sehingga siswa mampu
membangun pemahaman dan pengetahuannya (learning to know) terhadap
dunia di sekitarnya.
Hasil interaksi dengan lingkungannya itu diharapkan dapat
membangun pengetahuan dan kepercayaan diri siswa (learning to be).
Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang
bervariasi (learning to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk
memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran
terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting
untuk dipelajari oleh setiap peserta didik. Matematika dipelajari karena
dianggap penting sebagai bekal hidup. Dalam hidup kita selalu dihadapkan
dengan banyak perhitungan, ilmu hitung serta logika yang amat diperlukan
agar kita berpikir dengan benar, karena logika adalah bagian penting dari
matematika. Tak kalah pentingnya, teknologi modern dan sains modern dapat
maju dengan bantuan matematika.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai obyek yang
bersifat abstrak. Sifat obyek matematika yang abstrak pada umumnya
membuat materi matematika sulit ditangkap dan dipahami. Oleh karena itu,
siswa menjadi kurang menyenangi pelajaran matematika. Pembelajaran
matematika yang ada di sekolah diharapkan menjadi sesuatu kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menyenangkan bagi siswa, namun kenyataannya masih banyak siswa yang
menganggap mempelajari matematika itu sulit dan membosankan.
Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah pada umumnya masih
tradisional yaitu guru menerangkan suatu materi dan siswa belajar secara
individual. Keberhasilan pembelajaran matematika ditentukan oleh banyak
faktor. Dua di antaranya adalah peran guru dan siswa. Tidak dapat dipungkiri
bahwa setiap guru ingin melaksanakan tugasnya dengan baik, mengajarkan
materi yang dapat dipahami dan bermanfaat positif bagi peserta didiknya.
Hendaknya guru berperan sebagai fasilitator yaitu mengarahkan siswa untuk
lebih mandiri. Dalam pembelajaran, siswa seharusnya berperan sebagai
subyek didik, tetapi fenomena dalam pembelajaran dianggap sebagai obyek
didik. Sebagai subyek didik, siswa harus aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang didapatkan tidak hanya pasif.
Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam
kegiatan belajar. Hal ini mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan
dalam rangka memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Jika siswa aktif
dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat mengambil manfaat
dari pengalaman tersebut dan memilikinya. Sumarmo (2003) mengatakan
bahwa agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan hasil belajar
matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi,
bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap
jawaban yang diberikan dan memberikan alasan untuk setiap jawaban yang
diajukan.
Mengajar bukanlah semata-mata persoalan memberikan ceramah pada
siswa tentang materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi
mengajar agar para siswa mudah menerima pelajaran dan sulit untuk
melupakan apa yang telah diajarkan oleh guru. Dalam mengajar guru harus
mempersiapkan dan merancang apa yang akan disampaikan dan strategi apa
yang tepat agar siswa lebih menerima pelajaran.
Peneliti pada tanggal 13 September 2011 di kelas VIII-D mengadakan
observasi awal guna mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
diSMP Negeri 1 Ngrampal, ditemukan beberapa permasalahan pada
pembelajaran matematika diantaranya:
1. Selama ini metode yang lebih banyak digunakan oleh guru adalah
ceramah. Guru kurang menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
Sehingga kadang siswa merasa bosan.
2. Selama proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa kurang terlihat,
semua kegiatan belajar mengajar terkonsentrasi pada guru. Siswa kurang
berpartisipasi aktif saat proses pembelajaran, seperti bertanya dan
menjawab pertanyaan. Hal ini tampak dari ketergantungan siswa pada
guru yaitu saat guru meminta siswa maju ke depan mengerjakan soal,
siswa banyak yang diam dan tidak mau maju. Apabila guru memberi soal
latihan sebagian siswa hanya mengandalkan temannya saja, tidak mau
mencoba sendiri. Siswa yang mengalami kesulitan hanya diam dan
menunggu pembahasan soal.
3. Siswa tidak mau kreatif membuat kelompok belajar untuk menyelesaikan
tugas. Apabila ada PR sebagian siswa hanya mengandalkan temannya saja,
tidak mengerjakan.
4. Siswa kurang berkonsentrasi mengikuti pelajaran dan tidak
memperhatikan penjelasan guru terutama yang duduk di belakang, mereka
justru asyik berbicara dengan teman yang lain. Kondisi ini kurang
terpantau oleh guru, karena guru lebih dominan di depan kelas
menerangkan materi pelajaran.
5. Pada saat ulangan siswa masih belum bekerja secara mandiri, suasana
kelas masih gaduh.
6. Hasil belajar siswa masih banyak yang belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sekolah yaitu 67 pada saat ulangan harian.
Dengan melihat hasil ulangan harian yang dilakukan guru pada materi
sebelumnya, dari 35 siswa hanya ada 3 siswa yang tuntas KKM.
Kata kunci dari permasalahan di atas adalah bagaimana memperbaiki
pembelajaran, mengaktifkan siswa agar paham materi dan ketuntasan belajar
siswa dapat tercapai. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang memberi peluang kepada peserta didik untuk aktif dan
kreatif dalam kegiatan pembelajaran, merupakan langkah untuk menuju
keberhasilan mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
Ada banyak materi dalam mata pelajaran matematika yang saling
terkait satu sama lain. Guru harus mengusahakan sebaik mungkin agar setiap
materi yang merupakan prasyarat bagi pokok bahasan selanjutnya dapat
dikuasai siswa. Teorema Pythagoras merupakan salah satu materi dalam mata
pelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang merupakan
materi prasyarat bagi materi-materi dalam mata pelajaran matematika
selanjutnya di kelas IX bahkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh
karena itu, guru juga harus mengusahakan agar siswa dapat mencapai belajar
tuntas pada materi teorema Pythagoras.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, peneliti melakukan
diskusi dengan guru matematika kelas VIII-D untuk mencari penyelesaian
permasalahan tersebut. Peneliti berkolaborasi dengan guru memberikan
alternatif penyelesaian berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang
dilengkapi pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM) yang direncanakan penelitian ini akan dilakukan
secara kolaboratif dengan guru matematika kelas VIII-D, peneliti bertindak
sebagai guru sedangkan guru bertindak sebagai observer. Fokus PAIKEM
adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu dan kelas,
partisipasi di dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan. Dalam
pendekatan PAIKEM ini, guru memberikan latihan-latihan, berusaha
menciptakan keadaan kelas yang menyenangkan untuk membangkitkan
semangat belajar siswa tentang apa yang dipelajari siswa sehingga
memperoleh semangat belajar, guru berbuat aktif dan kreatif untuk melibatkan
semua siswa dalam proses pembelajaran.
Pemilihan PTK dengan model pembelajaran kooperatif ini dirasa
sangat kondusif bagi siswa SMP Negeri 1 Ngrampal yang siswa-siswanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
masih individual dalam belajar, kerjasama antara siswa dalam belajar masih
kurang sehingga perlu ditumbuhkan sikap kerjasama antar kelompok siswa
karena dalam belajar kelompok jika ada seorang teman yang belum
memahami materi, maka teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk
membantu dan menjelaskannya.
Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini karena di
dalamnya mengandung kegiatan yang mengarahkan siswa untuk lebih aktif
dan kreatif, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan siswa bisa
bertukar pikiran dengan teman sendiri tanpa ada rasa malu atau takut untuk
bertanya bila merasa belum paham terhadap materi. Selain itu agar siswa tidak
terlalu bingung dengan pelaksanaannya dalam pembelajaran karena kelompok
hanya terdiri dari 2 orang, karena pada umumnya jika kelompok terdiri dari
banyak orang mereka akan cenderung bingung, timbul kegaduhan saat
memulai pengelompokan dan pengerjaan tugas hanya dilakukan siswa yang
pandai. Dengan anggota 2 orang tanggung jawab siswa juga semakin besar
dan memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir dan merespon serta saling
membantu antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan permasalahan
tertentu.
Peneliti berharap penerapan model pembelajaran ini tidak hanya
terbatas pada tahun pelajaran dimana penelitian ini dilaksanakan, tetapi dapat
diterapkan secara berkelanjutan di tahun pelajaran yang akan datang, sehingga
kualitas pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Ngrampal dapat
meningkat ke arah yang lebih baik.
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti. Penelitian Tindakan Kelas juga dilakukan Nurfaidah,
Rahmawati dan Nurhayati (2011), hasil penelitian menunjukkan bahwa
aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat melalui penerapan model
kooperatif tipe STAD. Hal ini ditunjukkan oleh semakin meningkatnya jumlah
anak yang bertanya, menjawab pertanyaan dan menanggapi jawaban teman.
Penelitian juga dilakukan oleh Ofodu dan Lawal (2011), dalam penelitian ini
pembelajarannya menggunakan metode Think Pair Share dan Pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Timbal Balik dengan tujuan untuk meningkatkan capaian tingkatan siswa
dalam membaca pengertian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
tingkatan membaca pengertian dapat lebih baik dipengaruhi ketika siswa
diunjukkan ke baik Pengajaran Timbal balik maupun Think-Pair-Share. Selain
itu ada juga penelitian ynag dilakukan oleh Carss (2006), hasil penelitian ini
menegaskan efek positif dari strategi pada prestasi membaca, terutama bagi
siswa membaca di atas usia kronologis mereka, meskipun jangka intervensi
mungkin memiliki efek yang lebih signifikan pada orang-orang membaca di
bawah ini. Efek positif pada aspek penggunaan bahasa lisan, berpikir,
kesadaran metakognitif, dan pengembangan strategi membaca pemahaman
dicatat dengan kedua kelompok intervensi. Mereka menunjukkan fleksibilitas
dari strategi Think-Pair-Share sebagai alat untuk mendorong pembicaraan, dan
satu yang dapat disesuaikan dengan fokus belajar dan kebutuhan kelompok-
kelompok tertentu siswa.
Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Turnip (2004), hasil
penelitian ini menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar
27,23% dari sebelum adanya tindakan dan disertai peningkatan aktivitas
belajar pula. Penelitian juga dilakukan oleh Sutrisno (2007), dalam hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
memecahkan masalah matematika dan dapat meningkatkan keaktifan serta
kerja sama siswa dalam belajar. PTK lain juga dilakukan oleh Kholifa (2008),
hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM) di kelas XI IPA MA Ibnul Qoyyim Putri dapat terwujud. Hal ini
ditunjukkan dari hasil persentase angket serta lembar observasi siswa dan guru
yang selalu mengalami peningkatan. PTK mengenai PAIKEM juga dilakukan
oleh Wijayanti (2010), pembelajaran las dasar melalui pendekatan PAIKEM
telah mampu meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajar siswa pada
materi prosedur pengelasan las listrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti hampir sama dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Arista Wijayanti. Perbedaannya terletak
pada subjek, objek, dan tujuannya. Subjek penelitian Arista Wijayanti adalah
siswa kelas X SMK Negeri 5 Surakarta adapun objeknya adalah pelaksanaan
pembelajaran pengelasan las listrik dengan pendekatan PAIKEM, sedangkan
tujuan dari penelitian tersebut adalah meningkatkan pemahaman konsep dan
prestasi belajar.
Penelitian yang peneliti lakukan mengambil subjek guru dan siswa
kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal, adapun objeknya adalah pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran
kooperatif tipe TPS. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
permasalahan umum yang dicari jawabannya melalui penelitian ini
dirumuskan :
1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika
pada materi Teorema Pythagoras?
3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar
matematika pada materi Teorema Pythagoras?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Untuk mengetahui dan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar
matematika pada materi Teorema Pythagoras melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM.
3. Untuk mengetahui dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar
matematika pada materi Teorema Pythagoras melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM
D. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak, diantaranya:
1. Bagi siswa
a. Memupuk dan menambah keaktifan belajar siswa dalam kegiatan
belajar matematika.
b. Mendorong siswa untuk memposisikan dirinya sebagai subyek belajar
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya
kebebasan dalam pelajaran matematika secara kreatif dan
menyenangkan melalui pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM.
c. Mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar.
d. Melatih siswa agar mampu bekerja sama dan bertanggung jawab
dengan orang lain dalam menyelesaikan permasalahan.
2. Bagi mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang pendekatan PAIKEM dalam
pembelajaran kooperatif yang mengembangkan proses berpikir dan
bekerja sama bagi siswa.
b. Menambah pengetahuan tentang keterampilan mengelola proses
belajar mengajar di kelas.
c. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian, pada
khususnya penelitian tindakan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Bagi guru mata pelajaran
a. Bahan pertimbangan dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran matematika yang sesuai dengan pendekatan PAIKEM
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b. Memacu guru untuk melakukan penelitian, khususnya penelitian
tindakan kelas.
4. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran di sekolah.
b. Terciptanya suasana kegiatan belajar mengajar di kelas yang kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Matematika
Menurut Suprijono (2009) Pembelajaran berdasarkan makna leksikal
berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran ialah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran terdiri atas
semua aktivitas bertujuan dari guru yang diarahkan untuk menghasilkan,
merangsang, atau mempermudah belajar oleh siswa. Pembelajaran berkenaan
dengan bagaimana dan apa saja metode-metode, materi-materi, strategi-
strategi, tugas-tugas, dan insentif-insentif yang dapat diterapkan untuk
mendorong belajar. Jadi, siswa diharapkan mengalami perubahan ke arah
yang lebih baik setelah mengalami proses pembelajaran.
Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner dalam Winataputra (2008)
pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut Nasution dalam Murniati (2003) mengemukakan bahwa
istilah Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
artinya mempelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau
ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama
matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan
trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang
dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.
Nickson dalam Jajang (2005) berpendapat bahwa pembelajaran
matematika adalah pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri
melalui arahan terbimbing sehingga konsep atau prinsip itu terbangun.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah serangkaian proses aktivitas guru dalam memberikan
pengajaran terhadap siswa untuk membangun, menghasilkan, merangsang,
atau mempermudah belajar konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika
dengan kemampuan sendiri. Siswa diharapkan mengalami perubahan ke arah
yang lebih baik setelah mengalami proses pembelajaran matematika. Dengan
kata lain siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika
yang telah ditentukan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam
Wardhani (2008), bahwa tujuan pembelajaran matematika di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika dalam penelitian lebih bersifat sosiokultural,
dimana anak melakukan pembelajaran dengan cara berkelompok dan saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Dengan
cara seperti ini diharapkan anak lebih merasakan kenyamanan dalam
pembelajaran karena yang mereka hadapi adalah teman mereka sendiri.
2. Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAIKEM)
a. Pengertian PAIKEM
Syah (2009) menjelaskan bahwa PAIKEM merupakan singkatan
dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar
(approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan
pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian
rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah
menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. PAIKEM juga
memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam
arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar
yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan PAIKEM, ialah: 1)
metode ceramah plus, 2) metode diskusi; 3) metode demonstrasi dan
lainnya.
b. Peralihan yang mendasari PAIKEM
PAIKEM dikembangkan berdasarkan beberapa
perubahan/peralihan:
1) Peralihan dari belajar perorangan (individual learning) ke belajar
bersama (cooperative learning)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Peralihan dari belajar dengan cara menghafal (rote learning) ke belajar
untuk memahami (learning for understanding)
3) Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge-transmitted)
ke bentuk interaktif, keterampilan proses dan pemecahan masalah
4) Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar
5) Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk authentic assessment
seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa
(Shadiq dalam Setiawan, 2004)
Dasar peralihan tersebut di atas sesuai dengan PP No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19, ayat (1) yang
berbunyi:
“ Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi
peserta didik untuk berpar- tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
c. Karakteristik PAIKEM
1) Berpusat pada siswa (student-centered), maksudnya:
a) Guru sebagai fasilitator, bukan penceramah
b) Fokus pembelajaran pada siswa bukan pada guru
c) Siswa belajar secara aktif
d) Siswa mengontrol roses belajar dan menghasilkan karyanya
sendiri, tidak hanya mengutip guru.
2) Belajar yang menyenangkan (joyfull learning),
3) Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu
(competency-based learning),
4) Belajar secara tuntas (mastery learning),
5) Belajar secara berkesinambungan (continuous learning),
6) Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan ke-disini-an (contextual
learning).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sementara itu, pembelajaran saat ini masih lebih cenderung berpusat
pada guru, yaitu:
1) Pengajaran bersifat tradisional dan siswa pasif
2) Penyampaian melalui ceramah tanpa modifikasi
3) Guru menentukan secara mutlak materi yang ia ajarkan dan cara siswa
mendapatkan informasi mengenai materi yang mereka pelajari.
d. Arti Penting PAIKEM
Sekurang-kurangnya ada dua alasan perlunya pendekatan PAIKEM
diterapkan di sekolah/madrasah kita, yaitu:
1) PAIKEM lebih memungkinkan perserta didik dan guru sama-sama
aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih banyak
mengenal pendekatan pembelajaran konvensional. Hanya guru yang
aktif (monologis), sementara para siswanya pasif, sehingga
pembelajaran menjemukan, tidak menarik, tidak menyenangkan,
bahkan kadang-kadang menakutkan siswa.
2) PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif
bersama. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk
melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu,
peserta didik juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan
sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar,
sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat.
PAIKEM dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang
menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru
dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimilikinya, sehingga
mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda. Falsafah
pragmatisme yang berorientasi pada tercapainya tujuan secara mudah dan
langsung juga menjadi landasan PAIKEM, sehingga dalam pembelajaran
peserta didik selalu menjadi subjek aktif sedangkan guru menjadi
fasilitator dan pembimbing belajar mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
e. Penjabaran PAIKEM
1) Pembelajaran Aktif
Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things,
energetic” (Hornby, 1994:12) dalam Syah dan Kariadinata (2009:14),
artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya.
Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan
keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional,
bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan,
dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman
langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam
membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa
didorong untuk bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri.
Menurut Taslimuharrom (2008) sebuah proses belajar
dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:
a) Keterlekatan pada tugas (Commitment)
Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran
hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan
kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan
dengan kepentingan pribadi (personal);
b) Tanggung jawab (Responsibility)
Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan
wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung
jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati
ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa
untuk mengambil keputusan sendiri.
c) Motivasi (Motivation)
Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi
intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Dorongan mencapai prestasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan,
umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih lang-
geng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan
keharusan dari orangtua dan guru.
Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila ditunjang
oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered
learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan
dan memecahkan masalahnya sendiri.
Di satu sisi guru aktif apabila :
(1) memberikan umpan balik
(2) mengajukan pertanyaan yang menantang
(3) mendiskusikan gagasan siswa
Di sisi lain, siswa aktif antara lain dalam hal:
(1) bertanya / meminta penjelasan
(2) mengemukakan gagasan
(3) mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri
2) Pembelajaran Inovatif
McLeod (1989:520) dalam Syah dan Kariadinata (2009:17)
mengartikan inovasi sebagai: “something newly introduced such as
method or device”. Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode,
bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat
inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum
dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru
bagi guru lain.
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri
dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat
bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses
pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di
antaranya membangun rasa pecaya diri siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan
dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik
siswa dan mengukur kemampuan/daya serap setiap siswa. Sebagian
siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan
keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan
auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan
keterampilan secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga).
Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan (tools) dan metode yang
relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan
kebutuhan dalam membangun proses pembelajaran inovatif.
Di satu sisi guru bertindak inovatif dalam hal:
a) menggunakan bahan/materi baru yang bermanfaat dan bermartabat
b) menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru
c) memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi
pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah
dan lingkungan
d) melibatkan perangkat teknologi pembelajaran
Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti:
a) mengikuti pembelajaran inovatif dengan aturan yang berlaku
b) berupaya mencari bahan/materi sendiri dari sumber-sumber yang
relevan
c) menggunakan perangkat teknologi maju dalam proses belajar
Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif
diperlukan adanya beraneka ragam strategi pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam berbagai bidang studi.
3) Pembelajaran Kreatif
Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi
baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif
mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan
kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif.
Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan
kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk
belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
Di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti:
a) mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam
b) membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana
Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal:
a) merancang / membuat sesuatu
b) menulis/mengarang
4) Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna)
jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang
telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya
pengalaman dan hal baru yang “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan
memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan
siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran,
maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi.
Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi
semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa,
serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan
penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan-
kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS
UNICEF : 2006)
Di satu sisi guru menjadi pengajar yang efektif, karena:
a) menguasai materi yang diajarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b) mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh
c) menghargai siswa dan memotivasi siswa
d) memahami tujuan pembelajaran
e) mengajarkan keterampilan pemecahan masalah
f) memberi sebanyak mungkin kesempatan kepada siswa untuk
berperan serta dalam mengambil keputusan dan mengembangkan
gagasan
g) menggunakan metode yang bervariasi
h) mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca
i) melaksanakan penilaian yang tepat dan benar
Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti:
a) menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang
diperlukan
b) mendapat pengalaman baru yang berharga.
5) Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami
secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon,
banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang
menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa.
Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan
mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan
yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada
siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan
percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan potensi diri secara
optimal.
Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan,
adalah:
a) adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat
tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan
yang tinggi,
b) terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang
relevan,
c) terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan,
d) adanya situasi belajar yang menantang (challenging) bagi peserta
didik untuk berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi materi
yang sedang dipelajari,
e) adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa
belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu
istirahat, dan dukungan yang enthusiast.
Dalam pembelajaran yang menyenangkan guru tidak membuat siswa:
a) takut salah dan dihukum
b) takut ditertawakan teman-teman
c) takut dianggap sepele oleh guru atau teman
Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa:
a) berani bertanya
b) berani mencoba/berbuat
c) berani mengemukakan pendapat/gagasan
d) berani mempertanyakan gagasan orang lain
f. Situasi PAIKEM
Berikut ini beberapa gambaran situasi PAIKEM diambil dari hasil
bahan pelatihan PLPG di Bandung yang ditulis oleh Syah (2009):
1) Pada pembelajaran konvensional meja dan kursi diatur menghadap ke
papan tulis dan siswa duduk berjajar, namun tidak demikian pada
PAIKEM. Meja dan kursi diatur sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam
kelompok-kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
dengan cara berbuat (learning by doing).
3) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk membuat
pembelajaran menarik dan menyenangkan.
4) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang menarik dan menyediakan ”pojok baca”.
5) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok yang mengoptimalkan tanggung jawab
seluruh anggota kelompok dalam berpartisipasi dan memberikan
kontribusi positif.
6) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan masalah dan untuk mengungkapkan gagasannya, serta
melibatkan mereka dalam lingkungan sekolahnya.
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang
menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok belajar yang
bisa terdiri dari tiga sampai lima orang siswa untuk mempelajari materi atau
bahan pelajaran yang spesifik sampai tuntas. Menurut Slavin dalam Nur
(2005: 1), menyatakan bahwa:
Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas
praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya
belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar
sampai pemecahan masalah yang kompleks. Dalam model pembelajaran
kooperatif, siswanya bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling
membantu belajar satu sama lainnya.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, artinya setiap
anggota dalam menyelesaikan tugas kelompok saling bekerja sama dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Belajar belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Kerja
sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan
hidup.
Menurut Lie (2005), bahwa model pembelajaran Cooperative Learning
tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-
asalan. Roger dan Johnson dalam Lie (2005: 31) mengemukakan bahwa ada
lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Kelima
unsur tersebut sebagai berikut.
a. Saling ketergantungan positif
Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan kelompok ditentukan
oleh usaha belajar setiap anggotanya. Setiap kelompok dalam
pembelajaran kooperatif akan memperoleh skor kelompok.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama, seperti
yang telah dijelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan
kelompok ditentukan oleh usaha setiap angota kelompok. Jika ingin
mendapatkan kriteria sebagai kelompok terbaik, maka seluruh anggota
kelompok harus bertanggung jawab untuk belajar dengan sungguh-
sungguh dan berusaha mendapatkan skor terbaik.
c. Tatap muka
Tatap muka berarti memberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Hal ini penting supaya anggota kelompok saling mengenal.
Pengenalan ini tidak hanya sebatas nama, tetapi yang lebih penting adalah
mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan demikian,
akan terbangun suasana saling menghargai perbedaan dan memanfaatkan
kelebihan dan mengisi kekurangan.
d. Komunikasi antaranggota
Komunikasi antaranggota berarti setiap anggota kelompok saling
berkomunikasi dan berinteraksi. Komunikasi yang terjalin adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
komunikasi banyak arah, artinya ada timbal balik antara anggota
kelompok. Umumnya, tidak setiap siswa pandai berkomunikasi. Oleh
karena itu, penting bagi guru melatih siswa bagaimana cara-cara
berkomunikasi.
e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok berarti siswa dalam satu kelompok bersama-
sama mengevaluasi proses belajar kelompok. Format evaluasi dapat
bermacam-macam, tergantung pada tingkat pendidikan siswanya. Hal-hal
yang perlu dievaluasi misalnya kerja sama, partisipasi setiap anggota
kelompok, komunikasi antaranggota, dan sebagainya. Hal ini sangat
penting, sehingga setiap kelompok terdorong untuk meningkatkan
efektivitas kerja sama kelompok.
Sintaks pembelajaran kooperatif diuraikan Arends dalam Rachmadi (2004:16).
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Aspek Aktivitas Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
dan memotivasi siswa.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok kelompok
belajar pada saat mengerjakan tugas
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai upaya
atau hasil belajar siswa baik individu maupun
kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Selain siswa belajar secara berkelompok dalam pembelajaran
kooperatif terdapat beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Setiap anggota memiliki peran,
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara para siswa,
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
anggota sekelompoknya,
d. Guru membantu para siswa untuk mengembangkan keterampilan
interpersonal kelompok,
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Menurut Slavin (dalam Ratumanan, 2002:110) keuntungan yang
diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah :
a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok,
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama,
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok,
d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Tipe ini membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari satu pasang siswa. Pembelajaran Think Pair Share tumbuh dari
penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus
ini mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman beserta rekannya di
Universitas Maryland pada tahun 1985.
Lyman dalam Arends (2001: 325-326) menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut.
1) Thinking (berpikir)
Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran,
kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara
mandiri untuk beberapa saat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama.
Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah
diajukan suatu pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus telah
diidentifikasi.
3) Sharing (berbagi)
Setelah mereka mendiskusikannya secara berpasangan guru meminta
pasangan pasangan siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa
yang telah mereka bicarakan, dengan cara mereka harus
mempresentasikan hasil kerja/ diskusi mereka kepada seluruh kelas. Hal
ini dapat dilakukan oleh beberapa kelompok saja mengingat waktu yang
terbatas.
Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe “Think-
Pair Share” adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1) Adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan
masalah akan meningkatkan ketrampilan sosial siswa.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
ketrampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat
kepemimpinan.
3) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara
tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh
guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang
diajarkan.
4) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
5) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
6) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
Kelemahan:
1) Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang kurang pandai.
2) Pengelompokan siswa membutuhkan tempat duduk berbeda dan
membutuhkan waktu.
3) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
4) Lebih sedikit ide yang muncul, dan
5) Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
(Hartina, 2008: 12).
Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab dari
semua anggota kelompok. Selain itu diperlukan adanya pengakuan kepada
kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat
melihat bahwa kerjasama untuk saling membantu teman dalam satu
kelompok sangat penting. Sedangkan kelemahan yang ada dapat
diminimalisir dengan peran guru yang senantiasa meningkatkan motivasi
siswa yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung
jawab siswa untuk berlajar bersama, dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan.
Walaupun kelemahan-kelemahan tersebut melekat pada
pembelajaran kooperatif, tetapi dapat diminimalkan dengan beberapa
tindakan. Untuk mengatasi kelemahan dalam pembelajaran kooperatif
dapat juga menggunakan LKS yang memungkinkan siswa dapat bekerja
secara efektif dan efisien. Selain itu pembagian kelompok dilakukan
sebelum kegiatan pembelajaran dan guru telah menata kelas sesuai dengan
kelompok yang ada. Dengan demikian terjadi penghematan waktu yang
dibutuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dengan
Pendekatan PAIKEM
Pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM
memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mandiri dan
belajar kelompok. Dengan pembelajaran tersebut semakin memungkinkan
guru dan siswa untuk dapat sama-sama berperan aktif dalam proses
pembelajaran dan siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan
dan ketrampilan yang diajarkan sehingga dapat mewujudkan pembelajaran
yang menyenangkan.
Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif
tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Menyampai
kan tujuan
dan
memotivasi
siswa
a. Guru menginformasikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
serta model pembelajaran yang
akan digunakan
b. Guru memberikan apersepsi dan
motivasi dengan menyampaikan
kegunaan materi dalam kehidupan
sehari-hari dan yang merupakan
dasar dari materi-materi
diselanjutnya, maupun materi-
materi pada jenjang yang lebih
tinggi
a. Siswa memperhatikan
dengan baik dan
menjawab pertanyaan
guru.
Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul:
Guru Aktif, Kreatif, Inovatif menyampaikan apersepsi dan
motivasi dengan peragaan dan tanya jawab
Guru Efektif mengarahkan siswa untuk mempersiapkan dan
memperhatikan pelajaran
Siswa Aktif menjawab pertanyaan guru
Posisi tempat duduk siswa diatur berbeda dari biasanya.
Suasana baru akan dapat menimbulkan keadaan menyenangkan
Menyajikan
informasi
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi,
tanya jawab dan memberikan contoh
soal atau latihan terbimbing
a. Siswa menyimak
penjelasan guru dan
menjawab pertanyaan
b. Siswa mengerjakan soal
dan mencatat hal-hal
yang penting yang
dijelaskan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul:
Guru Aktif menjelaskan materi pelajaran dengan mengajukan
pertanyaan
Guru berkomunikasi dengan siswa dengan baik dan bahasa
halus baik dalam hal menjelaskan materi atau memotivasi
siswa.
Guru Efektif menguasai materi yang diajarkan dan
menjelaskan materi dengan baik.
Siswa Inovatif mengikuti pembelajaran sesuai aturan yang
telah dibuat guru
Siswa Aktif bertanya bila ada materi yang belum jelas
Mengorgani
sasikan
siswa dalam
kelompok-
kelompok
belajar
a. Guru membagi siswa dalam
kelompok dengan setiap
kelompok beranggotakan 2 siswa
b. Guru membagi lembar kerja
kepada setiap siswa, kemudian
meminta dan membimbing siswa
untuk mempelajari materi dan
lembar kerjanya secara individu.
c. Guru memberikan motivasi
kepada siswa untuk tetap fokus
dan semangat belajar
Setiap siswa mulai
mempelajari materi dan
mengerjakan permasalahan
dalam lembar kerja secara
individu. (Think)
Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul:
Guru Aktif memantau siswa pada saat proses belajar mengajar
Guru Kreatif dalam menyajikan materi atau permasalahan,
misal dalam bentuk LKS atau peragaan.
Siswa Aktif dan Efektif mempelajari materi dengan baik secara
individu, menguasai kompetensi yang diajarkan dan
mengerjakan tugas dengan baik
Siswa Efektif, Kreatif mempelajari materi-materi dari sumber
referensi lain
Guru Efektif melibatkan siswa dalam pembelajaran
Membimbing
kelompok
bekerja dan
belajar
a. Guru meminta siswa untuk
bergabung dengan kelompoknya
mendiskusikan apa yang telah
dipikirkan pada langkah think.
b. Guru memberikan alat peraga
kepada setiap kelompok atau
menyiapkan permainan / cara
menarik lain untuk
mempermudah belajar siswa
c. Guru memantau jalannya diskusi
d. Guru memberikan motivasi
kepada siswa untuk tetap fokus
dan semangat belajar
a. Siswa berdiskusi
dengan kelompoknya
menggunakan alat
peraga atau mengikuti
aturan perbelajaran
dengan baik
b. Siswa berdiskusi
dengan baik dan
bertanya kepada teman/
guru bila ada hal yang
kurang jelas. (Pair)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
e. Guru memberikan waktu kepada
siswa untuk bertanya bila ada hal
yang belum jelas, kemudian guru
memberikan umpan balik
Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul:
Siswa Kreatif menggunakan alat peraga untuk mempermudah
belajarnya
Guru Aktif memotivasi siswa untuk lebih terlibat dalam
pembelajaran
Guru Aktif memberikan umpan balik atas pertanyaan
Guru berinovasi kreatif dalam membuat skenario
pembelajaran, mengadakan diskusi, permainan atau diselingi
dengan humor agar siswa tidak terlalu tegang
Evaluasi a. Guru meminta beberapa
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya
b. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan atau pendapat
kemudian memberikan umpan
balik.
c. Guru memberikan penekanan
pada hal-hal yang dirasa penting
dan menambahkan materi yang
belum diungkapkan siswa
d. Guru membimbing siswa
membuat kesimpulan pelajaran
dan memberikan tugas rumah.
a. Beberapa kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi. (Share)
b. Siswa yang tidak
mempresentasikan hasil
diskusi bertanya atau
mengemukakan
pendapatnya apabila
ada yang masih kurang
benar, kemudian
kelompok yang
mempresentasikan
menanggapi
c. Siswa membuat dan
mencatat hal-hal
penting dan kesimpulan
pelajaran.
Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul:
Siswa Aktif bertanya, menjawab pertanyaan dari guru dan
mengemukakan pendapat
Siswa Aktif berani mempresentasikan hasil diskusi tanpa
ditunjuk guru dan mampu mengkomunikasikan hasil kerjanya
dengan baik
Guru Aktif memotivasi siswa untuk lebih terlibat dalam
pembelajaran
Guru Aktif memberikan umpan balik atas pertanyaan, jawaban
dan hasil diskusi siswa
Guru menciptakan suasana menyenangkan dengan variasi
dalam gaya mengajar dengan memberikan selingan/humor
sekilas
Memberikan
penghargaan
Guru memberikan penghargaan
kepada siswa yang mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mempresentasikan hasil diskusi
Kemungkinan karakteristik PAIKEM muncul:
Guru menghargai hasil kerja siswa dengan memajang hasil
kerja siswa di dinding kelas sebagai pojok baca.
Siswa merasa senang dengan adanya penghargaan/ hadiah bagi
mereka yang aktif mempresentasikan hasil diskusi
Siswa senang dan bangga karena hasil pekerjaannya dinilai
bagus dan dipajang dalam pojok baca
Diadaptasi dari Arends dalam Rachmadi (2004) dan Syah (2009), dengan
beberapa perubahan.
5. Aktivitas Belajar
Di dalam belajar sangat diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya
belajar adalah berbuat, yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku dan
melakukan kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “aktivitas adalah
keaktifan, kegiatan atau kesibukan”. Pengertian ini identik dengan aktivitas
belajar berarti keaktifan, kegiatan, kesibukan dalam belajar.
Rousseau dalam Sardiman (2004:96) memberikan penjelasan bahwa,
“Dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan bekerja
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan fasilitas yang
diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis”. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas
maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
Sedangkan Montessori dalam Sardiman (2004:96) menegaskan bahwa,
“Anak-anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri.
Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana
perkembangan anak didiknya”. Pernyataan montessori tersebut memberikan
petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas adalah anak itu
sendiri, sedang pendidik hanya memberikan bimbingan dan merencanakan
segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didiknya.
Aktivitas pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran aktif merupakan keadaan
dimana siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari, tidak
hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru saja. Siswa lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
berpartisipasi aktif sedemikian sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh
lebih dominan dari pada kegiatan guru dalam mengajar.
Diedrich dalam Sardiman (2004:101) membuat suatu daftar aktivitas
siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Visual activities, segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa
dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan, seperti membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan dll.
b. Oral activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa
dalam mengucapkan, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, diskusi dll.
c. Listening activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa
dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran seperti mendengarkan uraian,
percakapan, pidato, diskusi, musik dll.
d. Writing activities, seperti menulis, karangan laporan, angket, menyalin.
e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, diagram.
f. Motor activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk
mengekspreksikan bakat yang dimilikinya seperti melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model, meresapi, bermain, berkebun, beternak.
g. Mental activities, seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Kiat guru untuk meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam
belajar adalah sebagai berikut.
a. Menyiapkan siswa secara tepat.
b. Mengenali dan membantu anak-anak yang kurang terlibat. Menyelidiki
apa yang menyebabkannya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan partisipasi anak tersebut.
c. Menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa.
Hal ini sangat penting guna meningkatkan usaha dan keinginan siswa
untuk berperan secara aktif dalam kegiatan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Aktivitas merupakan syarat bagi berlangsungnya kegiatan
pembelajaran. Tanpa aktivitas belajar, pengajaran tidak akan memberikan
hasil yang baik. Penelitian ini mempunyai beberapa indikator dimana siswa
dikatakan mengalami peningkatan aktivitas, diantaranya:
a. Siswa lebih memperhatikan dan memahami penjelasan guru atau siswa
dengan baik,
b. Siswa rajin mencatat materi pelajaran,
c. Siwa lebih sering mengajukan pertanyaan,sering bertanya baik kepada
guru maupun temannya apabila mengalami kesulitan,
d. Siswa sering mengerjakan soal-soal latihan atau soal tes secara mandiri,
e. Siswa ikut aktif dalam diskusi kelompok,
f. Siswa berani mempresentasikan hasil kerja baik individu maupun
kelompok, dan berani mengemukakan pendapat.
6. Respon Siswa terhadap Pembelajaran
Menurut Hamalik (2011), “respon merupakan gerakan-gerakan yang
terkoordinasi oleh persepsi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa luar dalam
lingkungan sekitar”. Sedangkan menurut Nafidatur (2011), Respon siswa terhadap
pembelajaran ungkapan perasaan dan pendapat siswa yang menyatakan senang
atau tidak senang, baru atau tidak baru, jelas atau tidak jelas, menarik atau tidak
menarik.
Menurut Nahel (2012), Respon siswa merupakan gambaran reaksi yang
muncul dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam proses pembelajaran
ada berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya respon siswa, antara lain:
guru, materi, metode pembelajaran, waktu, tempat, dan fasilitas. Berbagai cara
dapat dilakukan, misal dengan memberikan reward, permainan, atau penyajian
konsep yang menarik dan berbeda dari biasanya. Nahel menyebutkan beberapa
aspek untuk menunjukkan respon siswa yaitu, sebagai berikut.
a. Keterkaitan terhadap komponen (respon senang/ tidak senang)
b. Keterkinian terhadap komponen (respon baru/ tidak baru)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c. Minat terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM (respon minat/ tidak minat)
d. Ketertarikan terhadap komponen pembelajaran (respon menarik/ tidak
menarik)
e. Kemudahan dalam memahami bahasa yang digunakan (respon mudah/ tidak
mudah)
Menurut Marsiyah (2011), “untuk mengetahui respon seseorang terhadap
sesuatu dapat melalui angket, karena angket pada umumnya meminta keterangan
tentang fakta yang diketahui oleh responden/juga mengenai pendapat atau
sikapnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa respon merupakan
keterangan/pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diketahui, sehingga respon
siswa terhadap pembelajaran dapat diartikan sebagai pendapat siswa mengenai
pembelajaran proyek dan investigasi setting kooperatif yang diterapkan di kelas.
Dalam penelitian ini yang dimaksud respon siswa adalah tanggapan siswa
terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM. Beberapa indikator yang diamati untuk mengetahui respon siswa,
diantaranya:
a. Minat terhadap pembelajaran, dapat diamati dari keseriusan siswa mengikuti
pembelajaran
b. Ketertarikan terhadap komponen pembelajaran, dapat diamati dari
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran
c. Keterkaitan terhadap pembelajaran, dapat diamati dari senang tidaknya siswa
mengikuti pembelajaran.
7. Hasil Belajar Matematika
Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar
oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya
sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan baru maupun dalam
bentuk sikap dan nilai yang positif. Belajar menurut Gagne adalah proses
perubahan kemampuan yang dialami oleh seseorang, baik berupa perubahan
sikap, minat, dan nilai maupun berupa pengetahuan dan ketrampilan. Jadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
belajar merupakan kegiatan yang disengaja oleh seseorang yang melibatkan
seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik, serta setelah belajar orang memiliki pengetahuan, ketrampilan,
sikap, dan nilai yang positif.
Sudjana (2003:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menemukan pengalaman belajarnya. Masih
menurut Sudjana bahwa: Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku yang
timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Secara garis besar klasifikasi
hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah menurut taksonomi Bloom, yaitu:
a. Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan reflek, ketrampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan,
gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif serta intepretatif.
Petunjuk yang dapat digunakan untuk mengetahui suatu proses belajar
mengajar dianggap berhasil apabila:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi baik secara individu maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus
telah dicapai oleh siswa baik individu atau kelompok.
Berdasarkan beberapa uraian pengertian tentang hasil belajar, maka
dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar matematika adalah
hasil yang dicapai siswa setelah mempelajari mata pelajaran matematika
pokok bahasan tertentu sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar
dalam bidang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
matematika aspek kognitif dapat diukur dengan tes. Tes yang diberikan berupa
tes hasil belajar yang berisi soal-soal matematika dari materi pelajaran yang
telah diajarkan.
Terkait dengan penilaian keberhasilan belajar, Saiful dan Aswan (2006:
107) menyatakan, masalah yang dihadapi selanjutnya adalah sampai di tingkat
mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Menurut Syaiful dan Aswan
(2006: 106), untuk menilai tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan
melaui tes prestasi belajar. Tes prestasi yang dimaksud merupakan tes hasil
belajar yang dilakukan setelah selesai suatu periode belajar tertentu.
“Yang dimaksud tes hasil belajar atau achievement test ialah tes yang
dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh
guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam
jangka waktu tertentu” (Ngalim, 1990: 33).
Untuk memberikan penilaian terhadap keberhasilan belajar melalui tes
hasil belajar, perlu adanya pedoman penskoran (marking scheme) sebagai
petunjuk penilaian. Asmawi dan Noehl (1995: 51) menyatakan bahwa
“Pedoman penskoran dinyatakan dalam bobot dari setiap hal-hal atau bagian
penting (key words) pada suatu soal atau pertanyaan. Penulis harus menuliskan
bagian penting tersebut dalam satu butir pertanyaan, kemudian disusun sesuai
dengan urutan yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut”.
8. Tinjauan Materi Teorema Pythagoras
Dalam penelitian ini, pokok bahasan yang digunakan adalah teorema
Pythagoras. Menurut Buchori (2004), terdapat beberapa tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai dalam pokok bahasan ini.
Tujuan pembelajaran tersebut adalah:
1. Siswa diharapkan dapat menemukan dan menuliskan rumus teorema
Pythagoras pada segitiga siku-siku.
2. Siswa diharapkan dapat menerapkan teorema Pythagoras untuk
menghitung panjang sisi segitiga siku-siku jika dua sisi lain diketahui dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dapat menentukan jenis segitiga, jika diketahui tiga buah sisi segitiga
tersebut
3. Siswa diharapkan dapat menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-
siku istimewa (salah satu sudutnya 30º, 45º, dan 60º)
4. Siswa diharapkan dapat menggunakan teorema Pythagoras pada
perhitungan diagonal sisi dan ruang pada bangun datar dan bangun ruang.
5. Siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
teorema Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari.
Teorema Pythagoras
Sebuah segitiga siku-siku adalah segitiga yang mempunyai sebuah
sudut siku-siku; kaki-nya adalah dua sisi yang membentuk sudut siku-siku
tersebut, dan hipotenus adalah sisi ketiga yang berhadapan dengan sudut siku-
siku tersebut.
Teorema Pythagoras menyatakan bahwa:
Dalam suatu segitiga siku-siku, Kuadrat panjang sisi miring adalah
sama dengan jumlah kuadrat panjang sisi-sisi yang lain.
Misal segitiga ABC adalah segitiga siku-siku di titik C dengan c panjang
sisi miring (hipotenusa), sedangkan a dan b
panjang sisi siku-sikunya. Kuadrat panjang sisi
miring sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi
siku-sikunya.
2 2 2
2 2 2
2 2 2
-
-
c a b
a c b
b c a
1. Menentukan jenis segitiga, jika diketahui tiga buah sisi segitiga tersebut
Pada suatu segitiga berlaku:
a) Jika kuadrat sisi yang terpanjang = jumlah kuadrat sisi yang lain maka
segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku
B
C A
c
a
b
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b) Jika kuadrat sisi yang terpanjang < jumlah kuadrat sisi yang lain maka
segitiga tersebut adalah segitiga lancip.
c) Jika kuadrat sisi yang terpanjang > jumlah kuadrat sisi yang lain maka
segitiga tersebut adalah segitiga tumpul.
2. Tiga bilangan yang memenuhi dalil Pythagoras disebut Tigaan
Pythagoras atau Tripel Pythagoras.
Contoh :
Pada ΔABC ditentukan panjang sisi AB = 10 cm, AC = 6 cm, BC = 8 cm.
a. Buktikan bahwa ΔABC siku-siku!
b. Apakah bilangan 6, 8,10 merupakan tripel Pythagoras?
Jawab:
a. Perhatikan gambar disamping!
2 2
2 2 2 2
10 100
6 8
36 64
100
AB
AC BC
Karena AB2 = AC
2 +
BC
2 , maka ΔABC siku-siku di titik sudut C.
Bilangan 6, 8, dan 10 merupakan tripel Pythagoras karena 102 = 8
2 + 6
2
3. Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa.
a) Sudut 30º dan 60º
Perhatikan ΔABC adalah segitiga sama sisi. Garis CD disebut garis
tinggi pada segitiga sama sisi, (sifat garis tinggi pada segitiga sama sisi
adalah garis yang ditarik dari sudut segitiga dan tegak lurus terhadap
sisi yang ada di hadapan sudut segitiga tersebut,dan membagi dua
sisinya sama panjang).
Jadi panjang AD = BD = x
Untuk ΔBDC siku-siku di D:
A C
B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2 2 2
2 2
2 2
2 2
2
2
4
3 3
CD BC BD
CD BC BD
x x
x x
x x cm
Sehingga, diperoleh perbandingan:
: : : 3 : 2
1 : 3 : 2
BD CD BC x x x
b) Sudut 45º
Perhatikan ΔABC, siku-siku di titik B.
2 2 2
2 2
2 2
22 2
AC AB BC
AC AB BC
x x
x x cm
Sehingga, diperoleh perbandingan:
: : : : 2
1 : 1 : 2
AB BC AC x x x
4. Menggunakan teorema Pythagoras pada perhitungan diagonal sisi dan
ruang pada kubus dan balok.
Teorema Pythagoras juga dapat digunakan pada bangun datar dan
bangun ruang matematika yang lain untuk mencari panjang sisi-sisi yang
belum diketahui.
Diagonal sisi adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang
berhadapan pada suatu bidang datar.
Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang berhadapan dalam suatu bangun ruang.
a. Kubus
Perhatikan kubus ABCD.EFGH
o Panjang diagonal sisi kubus adalah :
A
B C
x cm
45º
45º
D
A B
C
2x cm
60º
30º 30º
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Diagonal sisi kubus tersebut antara lain
Misalkan kita akan
menentukan panjang diagonal sisi BD.
Perhatikan persegi ABCD. adalah salah satu diagonal sisi bidang
ABCD. Sekarang, perhatikan ΔABD. Karena ΔABD siku-siku di A,
maka dengan menggunakan teorema Pythagoras diperoleh:
2 2 2
2 2
22
BD AD AB
a a
a cm
22
2
BD a
a cm
Jadi panjang diagonal sisi kubus adalah 2a cm
o Panjang diagonal ruang kubus
Diagonal ruang kubus ABCD.EFGH antara lain , .
Perhatikan ΔBDH siku-siku di titik D, untuk menentukan panjang
diagonal ruang dapat menggunakan teorema Pythagoras.
2 2 2
2 2
2 2
2
2
2
2
3
3
3
HB BD DH
a a
a a
a cm
HB a
a cm
Jadi panjang diagonal ruang kubus adalah 3a cm
a cm
a cm
a cm
A B
C D
E F
G H
a cm
a cm
a cm
A B
C D
E F
G H
Pada kubus ABCD.EFGH dengan
panjang sisi a,
Panjang diagonal sisi = 2a
Panjang diagonal ruang = 3a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Balok
Perhatikan balok ABCD.EFGH!
o Panjang diagonal sisi balok adalah :
Diagonal sisi pada balok yaitu , , , , , , , ,AF BE BD AC CH DG DE AH
, , ,BG CF EG FH . Misal akan ditentukan diagonal sisi BG.
2 2 2
2 2 2
2 2
BG BC CG
BG l t
BG l t
Untuk diagonal sisi AC dan AF
2 2
2 2
AC p l
AF p t
o Panjang diagonal ruang balok
Diagonal ruang balok ABCD.EFGH antara lain , , , .AG CE HB FD
Misal akan ditentukan diagonal ruang HB:
2 2 2
2 2 2 2
2 2 2
( )
HB BG GH
HB l t p
HB p l t
B. Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak pihak salah
satunya adalah dari pihak siswa. Untuk mencapai suatu kegiatan
pembelajaran, dimana siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan memupuk
p
t
l
A B
C D
E F
H G
p
t
l
A B
C D
E F
H G
Pada balok ABCD.EFGH, panjang diagonal sisi:
2 2
2 2
2 2
AC BD EG FH p l
BG CF AH DE l t
AF BE DG CH p t
Panjang diagonal ruang 2 2 2p l t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kerja sama diantara siswa yang lain, maka guru dalam pemilihan model
pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Selama ini proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 1
Ngrampal masih dilakukan dengan cara konvensional, di mana guru menjadi
pusat dari semua aktivitas di kelas. Siswa bersikap pasif, hal ini dapat
diketahui dari sikap siswa yang masih enggan mengajukan pertanyaan kepada
guru atau teman jika mengalami kesulitan, siswa masih enggan untuk
mengerjakan soal yang diberikan guru, perhatian siswa terhadap penjelasan
guru masih kurang, siswa enggan untuk menyampaikan pendapatnya,
kurangnya kreatifitas guru dalam mengelola kelas, serta kesan matematika
yang sulit dan membosankan bagi siswa, mengakibatkan suasana kelas
menjadi tidak menyenangkan. Hal tersebut tampaknya merupakan salah satu
penyebab mengapa hasil belajar matematika di kelas VIII-D SMP Negeri 1
Ngrampal belum sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berupa model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM merupakan salah satu
alternatif untuk memecahkan masalah masalah tersebut. Pembelajaran ini
mengusahakan agar guru bersikap aktif, kreatif menciptakan pembelajaran
yang tidak membosankan, guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara
membangkitkan semangat untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan dan cocok bagi siswa. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
saling memberikan pendapat, saling bekerjasama antar anggota satu tim, dan
saling bersaing untuk menjadi yang terbaik, memanfaatkan pojok baca untuk
belajar, dengan adanya pojok baca diharapkan siswa dapat sewaktu waktu
memanfaatkannya untuk belajar matematika.
Pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM
memberikan suasana kelas menjadi tidak kaku dan lebih menyenangkan, hal
ini disebabkan karena mereka lebih santai menghadapi teman kelasnya dan
guru tidak terlalu menekan jalannya belajar, selain itu siswa akan menjadi
aktif dan kreatif karena jumlah anggota kelompok mereka hanya 2 orang
sehingga mereka dituntut untuk menyumbangkan skor terbaik untuk timnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Dalam memahami materi, siswa lebih mudah menangkap karena temannya
sendiri yang menjelaskan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di
atas diduga melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM ini akan terbentuk pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan secara nyata dan akan menghasilkan
peningkatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.
Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut :
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
Penyebab :
Pembelajaran yang dilakukan guru adalah
pembelajaran langsung, dengan metode
konvensional. Dengan pembelajaran langsung
siswa hanya mendengarkan penjelasan guru
dan enggan untuk menyampaikan
pendapatnya, sehingga siswa cenderung pasif.
Anggapan siswa bahwa matematika adalah
pembelajaran yang sulit dan membosankan.
Masalah :
Aktivitas belajar siswa masih
kurang, Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran.
Hasil belajar matematika siswa
masih cukup rendah.
Tindakan untuk mengatasi masalah:
Dengan penerapan pendekatan
PAIKEM dalam pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) pada pembelajaran
Matematika.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dengan
Pendekatan PAIKEM, Pembelajaran ini
mengusahakan agar guru bersikap aktif, kreatif
menciptakan pembelajaran yang tidak
membosankan, guru menggunakan berbagai alat
bantu dan cara membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Hipotesis Tindakan
Dengan melihat kerangka berpikir di atas, maka dapat ditarik
hipotesis tindakan, apabila guru menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dalam kegiatan pembelajaran
matematika maka:
1. Aktivitas belajar siswa akan meningkat. Siswa akan lebih aktif dan terlibat
dalam kegiatan pembelajaran matematika. Peningkatan ini akan dapat
dilihat dari hasil pengamatan dan pengisian angket aktivitas.
2. Hasil belajar siswa dalam belajar matematika pada materi Teorema
Pythagoras dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai tes akhir siklus
siswa yang mencapai KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ngrampal yang terletak
di Jl. P. Mangkubumi no 2 Ngrampal, Kecamatan Ngrampal Kabupaten
Sragen, pada semester ganjil tahun pelajaran 2011-2012. Penelitian di tempat
ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sekolah tersebut memiliki beberapa
permasalahan akademik yang perlu ditingkatkan.
Pelaksanaan tindakan direncanakan pada bulan November-Desember
dengan 2 siklus, dimana pada setiap siklus dilakukan dalam 3 kali pertemuan,
dengan 2 pertemuan untuk belajar, dan 1 pertemuan untuk tes akhir siklus.
Waktu yang digunakan adalah jam pelajaran matematika di kelas VIII-D.
Adapun rincian penelitian ditunjukkan secara jelas pada gambar 2.
Kegiatan Penelitian Bulan
Sept Nov Des
„11
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept
„12
Okt Nov Des
1. Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan
kepala sekolah dan guru
Matematika
b. Diskusi dengan guru untuk
mengidentifikasi masalah
pembelajaran dan
merancang tindakan
c. Menyusun proposal
penelitian
d. Menyiapkan perangkat
pembelajaran dan
instrument penelitian
e. Mengadakan simulasi
pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi b. Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
3. Analisis Data dan
Pelaporan
a. Analisis data b. Menyusun laporan/ skripsi
Gambar 3.1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII-D SMP
Negeri 1 Ngrampal tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 35 siswa.
Adapun guru dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.
C. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data kuantitatif, berupa data peningkatan hasil belajar, data peningkatan
aktivitas belajar dan data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk data peningkatan
hasil belajar berupa soal tes akhir siklus. Data peningkatan aktivitas belajar
menggunakan angket aktivitas belajar dan data respon siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran menggunakan angket respon siswa.
2. Data kualitatif, berupa data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran, dan
data hasil observasi aktivitas belajar. Instrumen yang digunakan untuk data
hasil observasi pelaksanaan pembelajaran berupa lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan pedoman wawancara. Data hasil
observasi aktivitas belajar menggunakan lembar observasi aktivitas
belajar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti memperoleh atau
mengumpulkan data. Berdasarkan sumber data yang digunakan, ada beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
macam metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini,
yaitu :
1. Metode observasi
Metode observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti
(orang yang ditugasi) melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian
demikian hingga si subjek tidak tahu bahwa dia sedang diamati
(Budiyono, 2003:53).
Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan 2 lembar observasi
dalam pembelajaran, yaitu:
a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi berisi gambaran keterlaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM.
Hal-hal yang diamati meliputi keadaan kelas yang didesain
menarik, kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana
pembelajaran, keterlibatan guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi gambaran tentang aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang akan diamati dari
pihak siswa, yaitu perhatian terhadap penjelasan guru, keberanian
dalam mengajukan pertanyaan jika mengalami kesulitan, mengerjakan
tugas yang diberikan, ikut aktif dalam diskusi kelompok, berani
mengemukakan pendapat dan mempresentasikan hasil diskusi serta
mencatat materi pelajaran
Observasi dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran pada
setiap siklusnya. Kegiatan observasi dilaksanakan oleh guru
matematika kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal dan dibantu
observer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Metode angket atau kuesioner
Menurut Budiyono (2003:47), “Metode angket adalah cara
pengumpulan data dan melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis
kepada subyek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya
diberikan pula secara tertulis.
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-D SMP
Negeri 1 Ngrampal yang telah melakukan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Angket yang digunakan berupa
angket aktivitas belajar siswa. Jawaban-jawaban angket menunjukkan
aktivitas belajar siswa. Selain angket aktivitas belajar ada juga angket
respon siswa, angket ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana respon
siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan pendekatan PAIKEM.
Nafidatur (2011), Respon siswa terhadap pembelajaran ungkapan
perasaan dan pendapat siswa yang menyatakan senang atau tidak senang,
baru atau tidak baru, jelas atau tidak jelas, menarik atau tidak menarik.
Kriteria-kriteria untuk respon siswa dan respon guru disusun atas dasar
kriteria respon siswa dan respon guru yang telah dibuat oleh peneliti
terdahulu yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.
Angket aktivitas belajar dan angket respon ini diisi siswa pada
setiap akhir siklus. Angket aktivitas belajar berbentuk pilihan ganda,
sedangkan angket respon berbentuk daftar cek (check list) yang
pilihannya terdapat empat kategori yaitu SL (selalu), SR (sering), JR
(jarang), TP (tidak pernah). Pernyataan dalam angket terdapat dua macam
yaitu positif dan negatif.
a. Untuk instrumen positif :
1) SL (Selalu), skor 4 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa
sangat sesuai pada tipe tertentu.
2) SR (Sering), skor 3 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa
sesuai pada tipe tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3) JR (Jarang), skor 2 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa
kurang sesuai pada tipe tertentu.
4) TP (Tidak Pernah), skor 1 menunjukkan aktivits belajar/ respon
siswa tidak sesuai pada tipe tertentu.
b. Untuk instrumen negatif :
1) SL (Selalu), skor 1 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa
tidak sesuai pada tipe tertentu.
2) SR (Sering), skor 2 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa
kurang sesuai pada tipe tertentu.
3) JR (Jarang), skor 3 menunjukkan aktivitas belajar/ respon siswa
sesuai pada tipe tertentu..
4) TP (Tidak Pernah), skor 4 menunjukkan aktivitas belajar/ respon
siswa sangat sesuai pada tipe tertentu.
3. Metode tes
Menurut Budiyono (2003:54), ”Metode tes adalah cara
pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan–pertanyaan
atau suruhan–suruhan kepada subjek penelitian”.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang
berbentuk soal uraian. Menurut Asmawi dan Noehl (2005), tes uraian adalah
soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan
soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta
tes.
Dalam penelitian ini, akan dilaksanakan beberapa kali tes. Pada
akhir prasiklus dilakukan tes untuk diambil hasil tesnya dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap teorema
Pythagoras dan tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika sebelum pelaksanaan tindakan. Data yang diperoleh dari tes
awal digunakan untuk melakukan diagnosis tindakan yang akan
dilakukan terhadap siswa. Setelah satu siklus tindakan selesai, kepada
siswa diberikan tes akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui tingkat
ketuntasan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan. Dari analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
hasil tes akhir siklus, dapat diketahui tercapai tidaknya indikator
keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes uraian.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat tes pada
penelitian ini adalah :
a) Melakukan spesifikasi materi yang pernah diajarkan
b) Menyusun kisi–kisi tes
c) Menyusun soal–soal tes
d) Melakukan penelaahan atau pengkajian butir–butir soal
e) Melakukan revisi soal–soal tes
f) Melaksanakan tes
Butir–butir soal diuji terlebih dahulu validitasnya sebelum
digunakan untuk penelitian. Menurut Nunnaly dalam Budiyono (2003: 55)
”Suatu instrumen disebut valid jika mengukur apa yang seharusnya
diukur”.
Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah
validitas isi. Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan
adalah validitas isi. Menurut Asmawi dan Noehl (2005), ”Validitas isi dari
suatu tes hasil belajar adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana skor
dalam tes berasosiasi dengan penguasaan peserta tes dalam bidang studi
yang diuji melalui perangkat tes tersebut.”
Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan
instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut
dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada
orang-orang yang berlainan (tapi mempunyai kondisi yang sama) pada
waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Karena tes pada
penelitian ini hanya digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah diberi suatu perlakuan tertentu, maka uji reliabilitas tidak
dilakukan. Dalam PTK instrumen masih bisa diperbolehkan ditulis rambu-
rambunya saja, setelah dilakukan tindakan, isi instrumen dapat
berkembang sesuai dengan penambahan perilaku yang diobservasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah cara pengumpulan data yang
dilakukan melalui percakapan antara peneliti (atau orang yang ditugasi)
dengan subjek penelitian atau responden atau sumber data (Budiyono,
2003: 52).
Metode wawancara dilaksanakan setiap akhir siklus. Tujuan
pelaksanaan wawancara terhadap siswa ini adalah untuk mengetahui
respon siswa terhadap pelaksanaan tindakan, mengetahui kesulitan yang
dialami siswa dalam mengikuti kegiatan tindakan. Wawancara juga
dilakukan oleh peneliti terhadap guru bidang studi matematika untuk
mendapatkan tanggapan guru tentang model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dengan pendekatan PAIKEM..
E. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan (Sarwiji,
2009:60).
Data yang diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Dilakukan validitas butir soal sebelum soal
diujikan kepada siswa. Validitas yang digunakan untuk soal tes adalah
validitas isi. Untuk menguji validitas isi, diperlukan adanya penilaian dari ahli
yang menguasai bidang studi matematika. Uji validitas dilakukan dengan
penelaahan atau pengkajian butir-butir tes oleh validator yang telah
ditentukan tanpa pengujian statistik sehingga analisis lebih bersifat kualitatif.
Selain itu untuk menguji kebenaran data yang diperoleh digunakan
triangulasi metode, yaitu menggali kebenaran informasi tertentu melalui
berbagai metode perolehan data (Rahardjo, 2010). Dalam penelitian ini,
triangulasi metode dilakukan dengan membandingkan hasil observasi dengan
hasil wawancara, dan peneliti juga bisa menggunakan hasil pengisian angket
aktivitas dengan hasil observasi aktivitas belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang
telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif
(statistik deskriptis) dan teknik analisis kritis (Sarwiji, 2009:61). Teknik
statistik deskriptif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan
membandingkan hasil antar siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum
penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Teknik analisis kritis
berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan
untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam
proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari
kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut
dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersama
dan/atau setelah pengumpulan data.
Analisis hasil observasi dimulai dengan menelaah lembar-lembar
observasi. Data-data yang penting kemudian dikelompokkan berdasarkan fase
pembelajaran. Dari hasil pengelompokan tersebut dibuat kesimpulan
mengenai pelaksanaan masing-masing fase pembelajaran.
Analisis data kuantitatif yang berupa angket dihitung dengan
menggunakan langkah-langkah tertentu untuk mempermudah dalam
pelaksanaannya.
Langkah-langkah analisis data kuantitatif adalah sebagai berikut:
1) Menghitung jumlah skor angket setiap siswa. Pedoman penskoran angket,
yaitu:
Butir positif Butir negatif
Selalu = 4 Selalu = 1
Sering = 3 Sering = 2
Jarang = 2 Jarang = 3
Tidak pernah = 1 Tidak pernah = 4
2) Jumlah skor angket setiap siswa dikelompokkan dalam tiga kategori
aktivitas belajar berdasarkan rata-rata ( X ) dan standar deviasi (s).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Penentuan kategorinya adalah sebagai berikut:
Tinggi : 1
2x X s
Sedang : 1 1
2 2X s x X s
Rendah : 1
2x X s
Ket: s = standar deviasi
x = skor angket siswa
X = rerata skor angket seluruh siswa
Analisis hasil tes dikoreksi untuk mendapatkan nilai siswa dengan
memperhatikan kisi-kisi tes yang telah dibuat pada masing-masing tes, kecuali
pada tes awal. Dari hasil penskoran ini juga dihitung prosentase ketuntasan
siswa. Siswa dikatakan tuntas jika nilai yang diperoleh lebih dari atau sama
dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran matematika
yaitu 67. Rumus yang digunakan untuk menghitung prosentase ketuntasan
siswa adalah:
100%inK
n
Keterangan:
K : prosentase ketuntasan siswa.
in : banyaknya siswa yang mencapai KKM.
n :banyaknya siswa secara keseluruhan.
Analisis hasil wawancara dimulai dengan menelaah transkip
wawancara. Hasil-hasil yang penting yang berkaitan dengan tujuan
wawancara dicatat untuk kemudian dikelompokkan berdasarkan fase
pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan.
G. Indikator Kinerja/Keberhasilan Penelitian
Tindakan yang diberikan dalam penelitian ini dikatakan berhasil
apabila telah memenuhi indikator berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Ada peningkatan aktivitas belajar siswa pada akhir setiap siklus dengan
diperoleh data sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa aktivitas
belajar mencapai kategori tinggi.
2. Ada peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus dengan diperoleh data
sekurang-kurangnya 65% dari jumlah siswa mencapai KKM sebesar 67.
H. Prosedur Penelitian
Bentuk penelitian yang akan peneliti lakukan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2008:3) “Penelitian Tindakan
Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari
guru yang dilakukan oleh siswa”.
PTK ini menggunakan model kolaborasi yang mengutamakan
kerjasama antara kepala sekolah, guru dan peneliti. Pelaksana tindakan adalah
peneliti sendiri sementara peran pengamat dilakukan oleh guru Matematika
kelas VIII-D SMP Negeri 1 Ngrampal yaitu Ibu Erna Tri Suryani, S.Pd.
Pembagian tugas ini didasarkan pada hasil diskusi peneliti dengan guru
dengan pertimbangan peneliti memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan
model pembelajaran yang akan digunakan. Peneliti juga dibantu oleh teman
sejawat untuk mengadakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan.
Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Dialog awal
Suatu pertemuan antara peneliti, kepala sekolah, dan guru
matematika kelas VIII-D bersama–sama melakukan perkenalan awal.
Tahap ini, peneliti mengadakan observasi awal tentang
pembelajaran matematika yang berlangsung di SMP Negeri 1 Ngrampal,
setelah itu peneliti dan guru berdiskusi tentang masalah-masalah yang
dihadapi serta mencari solusinya, membicarakan alternatif pembelajaran
yang dapat diterapkan dan dikembangkan.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berdasarkan diskusi masalah-masalah yang terjadi, yaitu
kurangnya aktivitas belajar sehingga hasil belajar siswa masih rendah.
Siswa masih kurang aktif di dalam kelas, dan cenderung pasif ketika
menerima pelajaran. Ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung,
mereka kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Kesepakatan yang diambil berdasarkan permasalahan di atas adalah
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada materi teorema Pythagoras.
2. Siklus 1
Tahap 1: Perencanaan Tindakan (Planning)
Penyusunan rancangan merupakan kesepakatan bersama antara
guru yang melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati
proses jalannya tindakan. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap
perencanaan tindakan ini meliputi:
a) Menyusun rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga,
LKS dan latihan soal serta soal tes.
b) Mempersiapkan lembar observasi pembelajaran.
c) Mempersiapkan angket aktivitas siswa dan angket respon siswa yang
akan digunakan di setiap akhir siklus.
d) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di
kelas.
Pembelajaran didesain sebaik mungkin sehingga diharapkan indikator
keberhasilan penelitian telah tercapai.
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap pelaksanaan tindakan ini guru dan peneliti melaksanakan
desain pembelajaran sesuai yang telah direncanakan. Proses pelaksanaan
tindakan tahap awal berjalan secara fleksibel dan siap dilakukan
perubahan yang disesuaikan dengan keadaan lapangan.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berdasarkan kesepakatan dengan guru matematika kelas yang
bersangkutan, Materi yang akan dipelajari adalah menemukan teorema
Pythagoras dan menuliskan serta menggunakan rumus teorema Pythagoras
pada segitiga siku-siku.
Langkah-langkah pengembangan dalam model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM sebagai berikut:
1) Pada pembelajaran guru mengatur meja dan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
dalam kelompoknya dan memudahkan guru untuk memantaunya.
2) Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa
untuk mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan
mengingatkan siswa pada materi prasyarat serta menyampaikan
motivasi yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari
dimaksudkan agar siswa mempunyai gambaran mengenai materi yang
akan disampaikan.
4) Guru memberikan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari siswa. Presentasi kelas ini dilakukan guru pada
awal pertemuan di mana guru menjelaskan satu kompetensi dasar.
5) Siswa dibagi ke kelompok yang beranggotakan 2 siswa yang
heterogen. Setelah tim terbentuk, guru mengemukakan sebuah masalah
dalam bentuk lembar kerja untuk diselesaikan oleh semua kelompok,
dalam menyelesaikan masalah, setiap siswa harus melalui tiga tahap
sebagai berikut.
i. Berpikir (thinking)
Tahap ini siswa diberi waktu untuk memahami sendiri masalah
yang dikemukakan oleh guru. Masing-masing siswa harus aktif,
kreatif dan bersikap inovatif dalam mempelajari materi dari
sumber mana saja tidak hanya dari buku paket dan siswa
diharapkan menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru
secara individu, sebelum belajar secara berkelompok.
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
6) Siswa sudah berkumpul dalam kelompok-kelompoknya dengan
anggota 2 orang untuk tiap kelompok.
ii. Berpasangan (pairing)
Tahap ini siswa saling aktif berdiskusi, berpikir bersama-sama
dalam kelompok untuk menentukan jawaban dari pertanyaan guru
berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara mandiri.
(Pairing). Mereka menyatukan pendapat mereka sehingga
didapatkan solusi yang terbaik. Setiap anggota kelompok bekerja
sama dan bertanggung jawab pada kelompoknya, jika ada teman
yang belum jelas mereka bertanggung jawab membantu
menjelaskan.
7) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk mempermudah
siswa dalam belajar dan membuat pembelajaran menarik dan
menyenangkan.
8) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
iii. Berbagi (sharing)
Tahap ini, setelah siswa mendiskusikan masalah secara
berpasangan mereka harus mempresentasikan hasil diskusi
mereka kepada seluruh kelas. Dalam kegiatan ini siswa harus aktif
berani mengemukakan pendapat dan hasil diskusi mereka. Hal ini
tidak harus dilakukan oleh semua kelompok tetapi cukup beberapa
kelompok saja. Untuk kelompok yang lain memperhatikan
presentasi dari temannya dan memberikan pendapat/ umpan balik.
9) Guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi para siswa,
menambahkan materi yang belum diungkapkan para siswa, dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal
yang belum jelas.
10) Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa
untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan
tugas untuk dikerjakan di rumah.
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
11) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik dan benar.
Penghargaan ini bertujuan untuk menambah motivasi dan semangat
siswa dalam belajar.
12) Guru mengatur kelas dengan memajang hasil diskusi kelompok terbaik
dan bahan belajar yang menarik dan menyediakan ”pojok baca”.
Tahap 3: Observasi
Observasi ini dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi
untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan secara kolaboratif
antara peneliti dan guru bidang studi saat proses pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah
kegiatan pembelajaran, situasi kelas, interaksi guru dan siswa, dan
aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
Tahap 4: Refleksi
Tahap ini dilakukan analisis data yang diperoleh selama observasi
yang meliputi proses pelaksanaan, masalah yang dijumpai, dan dilanjutkan
dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan pembelajaran. Data-data
tersebut adalah hasil observasi, hasil wawancara peneliti dengan siswa dan
guru, serta hasil pengisian angket dan hasil tes.
Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut
dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan, yang nantinya akan
digunakan sebagai usaha perbaikan pada siklus II.
3. Siklus 2
Tahapan kegiatan pada siklus II mengikuti tahapan kegiatan yang
telah dilakukan pada tahapan kegiatan siklus I. Dalam hal ini, rencana
tindakan siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini, dimaksudkan sebagai
penyempurnaan atau perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I. Begitu seterusnya pada siklus-siklus berikutnya. Apabila tujuan
yang diharapkan sudah tercapai dan dapat diambil suatu kesimpulan pada
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
siklus ke sekian maka penelitian dapat dihentikan. Berikut ini adalah
bagan mengenai pelaksanaan siklus penelitian:
Gambar 3.2 Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Identifikasi masalah
a. Dialog dengan guru
b. Tes awal
SIKLUS I
Perencanaan:
a. RPP & LKS
b. Lembar observasi
c. Tes akhir siklus
d. Angket
e. Wawancara
Pelaksanaan Tindakan
Observasi oleh guru dan teman
a. Lembar observasi
b. Tes akhir siklus
c. Angket
d. Wawancara dengan guru dan
siswa
Refleksi
a. Hasil observasi
b. Hasil tes akhir siklus
c. Hasil Angket aktivitas dan
respon
d. Wawancara dengan guru dan
siswa
Perencanaan:
a. RPP & LKS
b. Lembar observasi
c. Tes akhir siklus
d. Angket
e. Wawancara
Pelaksanaan Tindakan
Observasi oleh guru dan teman
a. Lembar observasi
b. Tes akhir siklus
c. Angket
d. Wawancara dengan guru dan
siswa
Refleksi
a. Hasil observasi
b. Hasil tes akhir siklus
c. Hasil Angket aktivitas dan
respon
d. Wawancara dengan guru dan
siswa
SIKLUS II
SIKLUS III
Dan seterusnya. Selesai setelah tujuan PTK tercapai
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Kondisi awal kelas VIII-D sebelum ada tindakan yaitu guru menggunakan
model pembelajaran konvensional. Guru menjelaskan materi dan siswa masih
bersikap pasif, banyak yang ramai tidak memperhatikan. Apabila ada hal yang
belum paham mereka hanya diam saja bahkan pada saat guru memberikan soal
untuk dikerjakan hanya sedikit siswa yang pandai saja yang mengerjakan. Apabila
guru meminta siswa maju ke depan mengerjakan soal tidak ada yang mau maju
dan akhirnya soal dikerjakan oleh guru sendiri.
Kondisi awal hasil belajar siswa kelas VIII-D diukur dengan tes prasiklus
atau tes awal (Lampiran 1.4) yang diadakan pada hari selasa tanggal 15
November 2011, selama satu jam pelajaran (40 menit). Tes dikerjakan secara
individu. Tes awal ini digunakan untuk memperoleh skor dasar siswa guna
mengetahui skor peningkatan hasil belajar dan untuk membentuk kelompok. Dari
tes ini diperoleh skor rata-rata sebesar 56,83 dengan skor tertinggi adalah 81 dan
skor terendah adalah 13.
Dari nilai ulangan (Lampiran 3.2) dapat dibuat tabel prosentase capaian
siswa yang nilainya diatas nilai KKM dan dibawah nilai KKM.
Berikut prosentase ketercapaian KKM ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 4.1. Ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Tes Awal
Ketercapaian
KKM No. Absen Siswa
Tes Awal
Jumlah
siswa Prosentase (%)
≥ KKM 1, 3, 5, 6, 9, 12, 14,15, 18, 21,
23, 27, 28, 31, 32, 33, 35 17 48.57
< KKM
2, 4, 7, 8, 10, 11, 13, 16, 17,
19, 20, 22, 24, 25, 26, 29, 30,
34
18 51.43
Jumlah 35 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Setelah tes awal selesai dilaksanakan peneliti pada hari Sabtu, 19
November 2011 menyebarkan angket aktivitas belajar untuk mengetahui tingkat
aktivitas belajar siswa pra siklus. Dari hasil distribusi angket aktivitas belajar
sebelum diadakan tindakan (Lampiran 3.3) dapat diketahui tingkat aktivitas
belajar siswa, terdapat 11 siswa dengan aktivitas belajar tinggi, 12 siswa dengan
aktivitas belajar sedang dan 11 siswa dengan aktivitas belajar rendah, ada 1 siswa
yang saat itu tidak masuk sekolah. Hasil ini akan digunakan sebagai data awal
yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding dengan hasil angket aktivitas
belajar siswa setelah dilakukan tindakan.
Berikut tabel prosentase hasil distribusi angket aktivitas belajar pra siklus.
Tabel 4.2. Hasil angket aktivitas belajar siswa Pra siklus
Kategori
Aktivitas
Belajar Siswa
No. Absen Siswa
Pra siklus
Jumlah siswa Prosentase (%)
Tinggi 1, 3, 7, 12, 14, 15,18, 19, 21,
23, 35
11 32,35
Sedang 5, 8, 9, 10, 11, 22, 24, 27, 28,
31, 32, 33
12 35,30
Rendah 2, 4, 6,13, 16, 17, 20, 25, 26,
29, 30
11 32,35
Jumlah 34 100
Peneliti juga memberikan penjelasan kepada siswa tentang model
pembelajaran yang akan diterapkan pada pertemuan berikutnya, yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Pada kesempatan
itu juga peneliti mengumumkan pembagian kelompok yang telah ditentukan
berdasarkan skor tes awal. Beberapa siswa mengajukan permintaan agar
pembentukan kelompok ditentukan oleh mereka sendiri, tetapi guru memberikan
penjelasan dan menegaskan bahwa dalam setiap kelompok terdiri dari 2-3 siswa
yang heterogen baik jenis kelaminnya maupun kemampuan akademiknya.
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa masih terdapat 51,43% siswa
kelas tersebut yang belum mencapai KKM (KKM yang ditentukan sekolah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
mata pelajaran matematika adalah 67) dan hanya terdapat 32,35% siswa yang
masuk dalam kategori aktivitas belajar tinggi. Oleh karena itu dilakukan tindakan
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang dibatasi pada hasil
belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pokok bahasan Teorema Pythagoras.
Tindakan tersebut berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan pendekatan PAIKEM. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini
terlaksana dalam dua siklus.
B. Deskripsi Hasil Tindakan
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan I
Sebelum melaksanakan tahap tindakan, peneliti bersama guru
kolabolator mengadakan tahap perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini yaitu:
1) Menentukan hari pelaksanaan siklus I
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Tindakan siklus I
Hari/ Tanggal Pertemuan Materi
Senin,
21 November 2011 1
Menemukan dan menuliskan teorema
Pythagoras, Menghitung panjang sisi segitiga
siku siku jika dua sisi lain diketahui.
Selasa,
22 November 2011 2
Menemukan kebalikan teorema Pythagoras,
Menentukan jenis segitiga jika diketahui
panjang sisi-sisinya, Menentukan tripel
Pythagoras.
Jum’at,
23 November 2011 3 Tes Siklus I
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM untuk siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3) Membuat LKS untuk pertemuan pada siklus I. LKS ini digunakan sebagai
panduan bagi siswa dalam memahami materi Teorema Pythagoras.
4) Menyiapkan alat peraga yang berbentuk persegi dan segitiga siku siku
yang terbuat dari kertas origami.
5) Menyiapkan lembar observasi proses pembelajaran dan aktivitas belajar
siswa yang akan digunakan selama observasi.
6) Menyiapkan angket aktivitas belajar siswa dan respon siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM.
7) Menyusun soal tes akhir siklus I.
8) Menyiapkan pedoman wawancara bagi guru dan siswa tentang
pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini peneliti sebagai guru
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disusun sebelumnya.
Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Senin, 21 November 2011
Waktu : 07.40 – 09.00 WIB
Materi : Menemukan dan menuliskan teorema Pythagoras,
Menghitung panjang sisi segitiga siku siku jika dua sisi lain
diketahui.
Sesuai dengan hasil tes awal pada pertemuan sebelumnya, siswa kelas
VIII-D yang berjumlah 35 anak dibagi menjadi 17 kelompok yaitu kelompok
1, 2, 3,4, 5, 6, 7,8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 dan 17. Untuk mempersingkat
waktu dari awal pembelajaran siswa diminta duduk berdampingan dengan
teman sekelompoknya. Kegiatan pembentukan kelompok pada pertemuan ini
membuat suasana di kelas agak gaduh. Hal ini dikarenakan beberapa siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
tidak segera bergegas untuk berkumpul dengan kelompoknya. Mereka masih
merasa kecewa dengan teman kelompoknya yang tidak sesuai dengan
keinginannya. Guru memberikan penjelasan terhadap semua siswa bahwa
pembentukan kelompok ini tidak ada unsur kejelekan melainkan berdasarkan
hasil tes awal kemarin agar siswa yang lebih cepat dalam memahami materi
dapat membantu temannya yang masih kurang paham. Setelah mendengarkan
penjelasan dari guru akhirnya siswa bersedia untuk segera menempatkan diri
meskipun masih malu-malu.
Urutan pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP yakni sebagai
berikut :
a) Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa dan memberi salam,
kemudian melakukan presensi pada siswa yang mengikuti pelajaran
tersebut, pada hari pertama ada seorang siswa yang tidak masuk.
b) Guru mengingatkan kembali materi-materi sebelumnya yang berkaitan
dengan materi Teorema Pythagoras, dengan tanya jawab guru
memberikan pertanyaan tentang bangun datar segitiga dan persegi serta
memberikan soal akar kuadrat.
c) Guru memotivasi siswa sebelum memulai pelajaran dengan
menyampaikan dan meminta seorang siswa maju ke depan
memperagakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan teorema Pythagoras.
d) Guru menginformasikan kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.Guru juga menginformasikanbahwa pada pertemuan tersebut
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM.
e) Guru menggali pengetahuan siswa dengan mengajukan pertanyaan terkait
menemukan teorema Pythagoras dan siswa menjawab pertanyaan.
f) Guru memberikan sedikit penjelasan materi tentang teorema Pythagoras.
g) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau permasalahan dalam
menemukan teorema Pythagoras kepada setiap siswa dan mengarahkan
siswa untuk mempelajari materi dalam LKS, menjawab pertanyaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
menyelesaikan masalah secara individu (Thinking). Pada saat siswa
belajar secara individu guru membagikan alat peraga yang berupa kertas
karton dan bangun datar (1 persegi dan 4 segitiga siku siku berukuran
sama) kepada setiap kelompok.
h) Setelah waktu yang diberikan untukmengerjakan soal secara individu dirasa
cukup, siswa dipersilahkan untuk berdiskusi dengan pasangannya
menggunakan alat peraga yang telah dibagikan. Siswa berpikir bersama-
sama dalam kelompok untuk menentukan jawaban dari pertanyaan/
permasalahan dalam LKS berdasarkan jawaban yang telah mereka
peroleh secara individu. (Pairing). Diskusi pada pertemuan pertama ini
sejumlah siswa tidak lekas mengerjakaannya, melainkan malah ramai
dengan teman kelompoknya.
i) Guru memantau jalannya diskusi,berjalan berkeliling bergantian ke setiap
kelompok mengingatkan tentang tugas-tugas yang harus dikerjakan,
memotivasi siswa yang belum aktif dalam diskusi, dan mengingatkan
waktu yang dialokasikan. Guru memberikan kesempatan kepada semua
kelompok untuk bertanya apabila mengalami kesulitan.
j) Pada saat guru berkeliling ke setiap kelompok masih banyak kelompok
yang ramai dan tidak berdiskusi, siswa yang pandai cenderung
menyelesaikan sendiri permasalahan dalam LKS tersebut. Ada beberapa
kelompok yang hanya berdiam tidak berusaha menyelesaikan LKS.
k) Setelah waktu yang diberikan untuk berdiskusi dirasa cukup hasil diskusi
dari setiap pasangan dibahas dengan pasangan seluruh kelas, guru
memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas. Tiap pasangan, 1 siswa menuliskan
jawabannya di papan tulis dan 1 siswa bertugas menjelaskan jawabannya
kepada teman yang lain (Sharing), tapi tak ada 1 kelompokpun yang
bersedia dan akhirnya guru menunjuk kelompok 2 untuk
mempersentasikan hasil diskusinya. Siswa yang lain memperhatikan dan
dipersilahkan mengajukan pertanyaan, atau mengemukakan pendapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
l) Ada beberapa siswa yang bertanya guru memberi kesempatan kelompok
2 untuk menjawabnya dan kemudian guru memberi umpan balik jawaban
atau komentar dari siswa.
m) Setelah dua kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya guru
kemudian membahas hasil diskusi dan memberikan koreksi terhadap
pekerjaan yang telah dipresentasikan, Guru juga menambahkan materi
yang belum diungkapkan para siswa dan memberi kesempatan siswa
untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Ada beberapa siswa yang
membenarkan jawaban kelompoknya yang masih keliru.
n) Guru dan siswa menyelesaikan masalah yang dikemukakan diawal
pertemuan, karena waktu pembelajaran hampir berakhir permasalahan
tersebut diberikan untuk PR.
o) Guru membimbing siswa membuat rangkuman materi yang telah
dijelaskan yaitu menemukan teorema Pythagoras. Kesimpulan belajar
pada pertemuan itu disusun rapi dan akan ditempel didinding kelas
sebagai pojok baca.
p) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 22 November 2011
Waktu : 08.20 – 09.55 WIB
Materi : Menemukan kebalikan teorema Pythagoras, menentukan
jenis segitiga jika diketahui panjang sisi-sisinya,
menentukan tripel Pythagoras.
a) Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, kemudian
melakukan presensi pada siswa yang mengikuti pelajaran tersebut. Semua
siswa hadir dalam pertemuan kedua, dan segera siswa menyiapkan buku
pelajaran.
b) Guru mengingatkan kembali materi-materi sebelumnya yang relevan
dengan materi yang akan dipelajari pada hari ini, dengan tanya jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
guru memberikan pertanyaan tentang menuliskan teorema Pythagoras dan
mencari panjang salah satu sisi segitiga jika kedua sisi lain diketahui.
c) Guru memotivasi siswa sebelum memulai pelajaran dengan
menyampaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan menentukan jenis segitiga menggunakan teorema Pythagoras.
d) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
e) Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan tersebut
masih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM yang langkah kerjanya sama seperti pertemuan
kemarin.
f) Guru bersama siswa membahas PR. Siswa memperhatikan dan
mengoreksi jawaban PR mereka, jika ada yang salah diperbaiki, jika ada
yang belum jelas ditanyakan pada guru/teman.
g) Guru meminta siswa mempelajari materi menentukan jenis-jenis segitiga
jika diketahui panjang sisi sisinya dengan menggunakan teorema
Pythagoras dibuku paket kemudian guru memberikan sedikit penjelasan
materi dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya jika ada yang
belum jelas.
h) Guru meminta setiap siswa untuk melakukan percobaan yaitu: Pada
kertas berpetak, siswa diminta untuk menggambar segitiga dengan
panjang sisi sisinya telah ditentukan oleh guru. Kemudian dengan
menerapkan teorema Pythagoras siswa diminta menyimpulkan segitiga
apa yang terbentuk. Siswa memahami kesimpulan percobaan yang
dilakukan secara mandiri (Thinking). Ada beberapa siswa yang masih
bingung bagaimana cara menggambar segitiganya, Sehingga guru harus
beberapa kali membantunya.
i) Setelah waktu yang diberikan untuk menggambar dan memahami
kesimpulan percobaan secara individu dirasa cukup, siswa dipersilahkan
untuk berdiskusi dengan pasangannya membahas hasil/ kesimpulan
percobaan yang telah dilakukan dengan tepat dan benar. Diskusi pada
pertemuan kali ini sudah mengalami kemajuan dibanding dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pertemuan sebelumnya, siswa lekas mengerjakan tugasnya, tapi masih
ada juga yang ramai dengan teman kelompoknya atau kelompok lain
(Pairing).
j) Guru memantau jalannya diskusi, berjalan berkeliling bergantian ke
setiap kelompok mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan,
memotivasi siswa yang belum aktif dalam diskusi, dan waktu yang
dialokasikan.
k) Setelah waktu diskusi dirasa cukup, hasil diskusi dari setiap pasangan
dibahas dengan pasangan seluruh kelas, dengan cara berebut. Setiap
kelompok berebut untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas. Tiap pasangan, 1 siswa menuliskan jawabannya di papan tulis dan
1 siswa bertugas menjelaskan jawabannya kepada teman yang lain
(Sharing). Siswa masih malu-malu untuk maju ke depan
mempresentasikan hasil diskusinya, untuk mempersingkat waktu
akhirnya guru menunjuk kelompok 5 dan kelompok 11 untuk
mempresentasikan hasil diskusinya berupa kesimpulan percobaan
menggambar segitiga. Siswa yang lain memperhatikan dan diberikan
kesempatan untuk bertanya, mengemukakan pendapat atau mengomentari
pekerjaan teman.
l) Guru memberi umpan balik atas jawaban siswa dan memberi penjelasan
serta menambahkan materi yang belum disampaikan oleh siswa. Siswa
memperbaiki jawaban kelompok mereka jika ada yang salah dan bertanya
hal-hal yang belum jelas.
m) Pertemuan ini guru mengadakan sedikit permainan, yaitu guru telah
menyediakan beberapa bingkisan, disetiap bingkisan tersebut terdapat
soal yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok, guru meminta
siswa untuk memilih bingkisan, setelah terpilih bingkisan tersebut soal
dibacakan, semua kelompok berdiskusi mengerjakan dengan batas waktu
yang ditentukan guru. (Pairing)
n) Guru memantau jalannya diskusi, berjalan berkeliling bergantian ke
setiap kelompok. Setelah waktu diskusi dirasa cukup guru meminta siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
mempresentasikan hasil diskusinya, kali ini tidak perlu menunggu lama,
beberapa kelompok sudah berani maju ke depan mempresentasikan hasil
diskusinya tanpa ditunjuk. Setelah berebut akhirnya kelompok 7 yang
berkesempatan mempresentasikan hasil diskusinya (Sharing). Siswa yang
lain memperhatikan dan diberikan kesempatan untuk bertanya,
mengemukakan pendapat atau mengomentari pekerjaan teman.
o) Guru memberi umpan balik atas jawaban siswa dan memberi penjelasan
serta menambahkan materi yang belum disampaikan oleh siswa. Siswa
memperbaiki jawaban kelompok mereka jika ada yang salah. Karena
waktu pembelajaran hampir selesai kegiatan permainan hanya
berlangsung 2 soal.
p) Guru mengulas kembali materi yang sudah dipelajari dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang belum jelas.
q) Guru membimbing siswa membuat rangkuman materi yang telah
dijelaskan yaitu menemukan kebalikan teorema Pythagoras untuk
menentukan jenis segitiga dan bilangan tripel Pythagoras. Kesimpulan
belajar pada pertemuan itu disusun rapi dan akan ditempel didinding
kelas sebagai pojok baca.
r) Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) untuk menyelesaikan
permasalahan yang telah disampaikan diawal pembelajaran dan meminta
siswa belajar untuk tes siklus I dipertemuan berikutnya.
s) Bagi kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya dengan
baik dan benar bingkisan tersebut diberikan sebagai tanda penghargaan.
t) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Adapun pertemuan ketiga digunakan untuk tes akhir siklus I yang
pada awalnya direncanakan dilaksanakan pada hari Jum’at, 23 November
2011, Tes dikerjakan secara individu. Waktu yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan tes adalah 2 x 40 menit termasuk persiapan tes. Tes dimulai pada
pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.20 dengan materi pokok menuliskan
teorema Pythagoras dan penerapannya pada segitiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
c. Observasi
Rincian hasil observasi pada siklus I ini meliputi hasil observasi
keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM, hasil tes siswa siklus I, hasil angket siswa siklus I, dan hasil
wawancara dengan guru dan beberapa siswa.
Observasi selalu dilakukan di setiap pertemuan pada siklus I.
1) Hasil Lembar Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3.4 dan Lampiran 3.5),
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM pada pembelajaran matematika di kelas VIII-D masih belum
berjalan dengan maksimal. Berikut disajikan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Lembar Observasi Siklus I
Pembe
lajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
Aktif Menjelaskan materi dengan mengajukan
pertanyaan.
Memantau siswa dalam proses belajar
mengajar.
Memberikan umpan balik atas pertanyaan,
jawaban dan hasil diskusi siswa.
Memberikan kesempatan dan memotivasi
siswa untuk lebih terlibat dalam
pembelajaran.
Awal pembelajaran
sebagian besar siswa
masih gaduh, ramai.
Diskusi didominasi
siswa yang pandai
Sebagian besar siswa
pasif, tidak mau
bertanya bila ada hal
yang belum paham,
tidak berani
mempresentasikan
hasil diskusi.
Kegaduhan
berkurang
Sebagian
besar siswa
aktif
berdiskusi
Sebagian
besar berani
bertanya dan
mempresentasi
kan hasil
diskusi.
Inovati
f Berinovasi dalam membuat skenario
pembelajaran.
Berkomunikasi dengan baik dan bahasa
halus baik dalam hal menjelaskan materi
atau memotivasi siswa.
Mengikuti
pembelajaran
dengan baik
sesuai aturan
yang telah
dibuat guru.
Kreatif Menyajikan materi/permasalahan, misal
dalam bentuk LKS atau peragaan.
Menggunakan alat peraga sekitar untuk
Kreatif menggunakan alat peraga
untuk mempermudah belajarnya.
Mencatat ringkasan materi dengan rapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mempermudah siswa belajar. dan ditempel dalam pojok baca
Efektif Menguasai materi yang diajarkan dan
menjelaskan materi dengan baik.
Menghargai kerja siswa dan memotivasi
siswa.
Memberikan penekanan pada hal-hal yang
penting selama pelajaran maupun pada akhir
pelajaran.
Melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Melaksanakan penilaian yang benar.
Menguasai kompetensi yang diajarkan
Mampu
mempresentasikan/me
ngkomunikasikan hasil
kerjanya dengan baik.
Menye
nangk
an
Guru membuat keadaan kelas yang berbeda
dari biasanya. Posisi meja dan kursi siswa
diatur dengan pola U sehingga dapat
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk lebih leluasa mengikuti dan
memperhatikan pelajaran.
Tidak bersikap terlalu keras /galak dalam
mengajar.
Menghargai hasil kerja
siswa dengan memajang
hasil kerja siswa di
dinding kelas sebagai
pojok baca.
Memberikan
penghargaan kepada
siswa yang mampu
mempresentasikan hasil
diskusi/ melakukan
kegiatan positif lainnya.
Siswa merasa senang belajar dengan
alat peraga.
Siswa senang dengan
adanya pembelajaran
yang dilakukan. Hal
ini terlihat dengan
keterlibatan siswa
yang aktif mengikuti
pembelajaran.
Siswa tidak merasa
takut dalam mengikuti
pembelajaran
Siswa merasa waktu
pembelajaran yang
disediakan tidak cukup
(terlalu singkat
2) Hasil Pengisian Angket
Data hasil angket dapat mendukung hasil observasi yang telah
dilakukan peneliti. Angket diberikan setelah siswa selesai mengerjakan
tes akhir siklus.
Hasil angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran
menunjukkan sebanyak 15 siswa atau 42,86% siswa merespon dengan
baik (tinggi), dan sebanyak 12 siswa atau 34.28 siswa termasuk dalam
respon sedang. Sisanya 8 siswa atau 22,86% responnya rendah. Hal ini
meninjukkan respon siswa di kelas masih kurang.
Hasil distribusi angket aktivitas (Lampiran 3.6) disimpulkan pada tabel 4.5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.5. Hasil angket aktivitas belajar siswa siklus I
Kategori
Aktivitas
Belajar Siswa
No. Absen Siswa
Siklus I
Jumlah
siswa
Prosentase
(%)
Tinggi 1, 3, 7, 9, 14, 15, 18, 21, 22, 23,
26, 27, 28, 31, 32, 34,35
17 48,57
Sedang 2, 4, 6, 10, 12, 19, 29, 33 8 22,86
Rendah 5, 8, 11, 13, 16, 17, 20, 24, 25,
30
10 28,57
Jumlah 35 100
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa prosentase siswa yang
memiliki aktivitas belajar tinggi di siklus I sebesar 48,57%. Sedangkan
prosentase untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang mengalami
sebesar 22,86%. Dan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah
28,57%. Dengan kata lain, tingkat aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM pada siklus I mampu
meningkatkan aktivitas belajar siswa, meskipun indikator keberhasilan
tindakan belum tercapai. Oleh karena itu, akan dilakukan tindakan
perbaikan pada siklus II.
3) Hasil Tes
Tes yang diberikan adalah dalam bentuk tes uraian yang berjumlah 5
butir soal pada subpokok bahasan menggunakan teorema Pythagoras
dalam segitiga. KKM dari kompetensi dasar ini adalah 67. Hasil tes yang
dicapai siswa tertinggi adalah 96 dan terendah 28. Nilai rata-rata kelas
hasil tes akhir siklus I yaitu 73,63. Nilai rata-rata kelas tersebut mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan nilai sebelum diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Dari 35
siswa yang mengikuti tes siklus I, 9 siswa yang memiliki nilai dibawah
KKM. Kelengkapan data hasil tes dapat dilihat dalam Lampiran 3.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Ketercapaian KKM dari hasil tes dapat disimpulkan dalam tabel 4.6
Tabel 4.6 Ketercapaian KKM Hasil Tes Siklus I
Ketercapaian
KKM No. Absen Siswa
Siklus I
Jumlah
siswa
Prosentase
(%)
≥ KKM
1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14,
15, 18, 21, 22, 23, 25, 26, 27,
28, 29, 31, 32, 33, 34, 35
26 74,29
< KKM 5, 7, 11, 16, 17, 19, 20, 24, 30 9 25,71
Jumlah 35 100
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai tes
dibawah KKM sebesar 25,71%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai
diatas KKM mencapai 74,29%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah adanya tindakan di siklus I.
4) Hasil Wawancara
Peneliti telah melakukan wawancara terhadap kolaborator dan
beberapa siswa mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dengan pendekatan PAIKEM. dalam pembelajaran matematika
khususnya pada pokok bahasan teorema Pythagoras. Siswa yang
dijadikan nara sumber dipilih secara heterogen baik siswa yang memiliki
kemampuan akademik maupun aktivitas tinggi, sedang, maupun rendah.
Wawancara juga dilakukan kepada kolaborator yaitu guru pelajaran
matematika kelas VIII-D, ibu Erna Tri Suryani, S.Pd.
Dari hasil wawancara dengan kolaborator (Lampiran 3.16) yang
dilakukan setelah siklus I diperoleh bahwa:
a) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM masih kurang maksimal tapi dengan adanya
pengaturan tempat duduk yang berbeda dari biasanya, adanya diskusi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
penghargaan cukup bisa menarik perhatian siswa. Penggunaan alat
peraga juga membuat anak-anak lebih kreatif dan tidak merasa bosan.
b) Pada umumnya siswa masih belum aktif melakukan kegiatan diskusi,
hal ini dikarenakan mereka masih belum bisa menerima teman
sekelompoknya yang heterogen baik dalam jenis kelamin maupun
akademik, sehingga masih memerlukan bimbingan yang lebih dari
guru.
c) Siswa masih belum aktif dalam bertanya atau mengemukakan
pendapat, dan mempresentasikan hasil diskusi. Mereka cenderung
diam dan masih malu-malu.
d) Waktu pembelajaran masih kurang teratur, sehingga pembelajaran
belum mencapai target yang diharapkan.
e) Pemberian soal latihan masih kurang.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan siswa (Lampiran 3.18)
diperoleh bahwa:
a) Sebagian besar siswa merasa senang, tertarik mengikuti pembelajaran
yang dilakukan, meskipun ada beberapa siswa yang masih ramai dan
tidak memperhatikan.
b) Siswa masih belum bisa aktif berdiskusi karena merasa tidak senang
dengan anggota kelompoknya. Siswa yang pandai cenderung
mendominasi diskusi karena bagi mereka akan kelamaan jika
menunggu teman kelompoknya menyelesaikan pekerjaan kelompok
tersebut.
c) Beberapa siswa masih belum berani bertanya dan mengemukakan
pendapat baik kepada teman atau guru. Meskipun mereka belum
paham mereka cenderung diam.
d) Siswa belum aktif untuk mempresentasikan hasil diskusi. Hal ini
karena siswa merasa takut, malu jika ditertawakan sama teman dan
malu apabila jawaban mereka salah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
e) Pembelajaran matematika menjadi tidak menegangkan dan
membosankan dengan adanya diskusi, alat peraga dan penghargaan.
f) Beberapa siswa merasa tidak senang apabila disetiap pertemuan
diberikan PR.
Kemudian dari hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pada siklus I pembelajaran
belum berjalan dengan baik.
d. Refleksi
Refleksi dalam siklus I ini difokuskan pada permasalahan yang muncul
selama tindakan diberikan. Berdasarkan lembar observasi pelaksanaan
tindakan, hasil wawancara dan hasil angket respon siswa pada siklus I belum
sepenuhnya berjalan dengan baik. Guru sudah berusaha melakukan langkah-
langkah pembelajaran sesuai dengan rencana yang sudah dibuat di awal
tindakan dan berusaha menciptakan pembelajaran yang tidak membuat siswa
tegang atau bosan.
Dalam pembelajaran guru sudah berusaha menjadi pengajar yang
efektif menguasai materi, mempresentasikan materi dengan memberikan
contoh soal, kreatif dan berinovasi memberikan alat peraga dan bahan/materi
dalam bentuk lembar kerja, dan selalu aktif sebagai fasilitator dan selalu
memotivasi siswa untuk lebih aktif berdiskusi, bertanya atau mengemukakan
pendapat mereka. Dengan usaha guru tersebut cukup memberikan hasil
positif baik untuk siswa ataupun untuk suasana pembelajarannya. Beberapa
siswa terlihat menyukai pembelajaran yang dilakukan. Mereka mulai terlihat
aktif bertanya bila ada hal yang belum jelas tetapi masih ada juga siswa yang
malu, belum aktif bertanya dan mempresentasikan hasil diskusi. Suasana
pada saat pembelajaran di kelas mengalami perubahan dibanding sebelum
adanya tindakan. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang mulai berantusias
mengikuti pembelajaran. Siswa juga mulai lebih mudah diatur, siswa yang
berbicara sendiri mulai berkurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Dari hasil tes akhir siklus I dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa
pada akhir siklus I meningkat dibandingkan dengan hasil tes awal. Siswa
yang mendapat nilai diatas KKM sebelum adanya tindakan sebanyak 17
siswa, setelah adanya tindakan di siklus I, siswa yang memiliki nilai diatas
KKM sebanyak 26 siswa.
Dari hasil olah angket aktivitas belajar siswa dapat dilihat bahwa
aktivitas belajar siswa di akhir siklus I juga mengalami peningkatan
dibanding aktivitas belajar sebelum adanya tindakan. Di awal pembelajaran
sebelum adanya tindakan siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi
sebanyak 11 siswa setelah adanya tindakan di siklus I siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi meningkat menjadi 17 siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM berhasil dalam
meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa, walaupun belum mencapai
indikator yang ditetapkan oleh peneliti.
Pada umumnya tahapan dalam unsur penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM sudah mulai terlaksana
meskipun belum maksimal.
Beberapa permasalahan yang terjadi pada saat tindakan siklus I:
a) Unsur ”Aktif” dalam berdiskusi (Pairing) masih kurang. Kerja sama
dalam setiap kelompok belum berjalan maksimal. Beberapa kelompok
masih ada anggota yang belum aktif mengerjakan tugas. Pada umumnya
yang mengerjakan tugas kelompok hanyalah siswa yang pandai,
sedangkan yang lain hanya melihat, serta masih ada siswa yang berbicara
dengan temannya.
b) Unsur ”Aktif” dalam Sharing masih kurang. Siswa masih belum berani
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Hal ini dikarenakan faktor
pribadi antara lain: takut, malu dan malas. Siswa masih belum lancar
dalam mengkomunikasikan hasil diskusi.
c) Unsur “Inovatif” belum begitu diterapkan. Siswa belum bisa berinovasi
dalam hal menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri, siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
cenderung masih mengikuti cara yang diajarkan oleh guru, akan tetapi
siswa dapat berinovasi dengan menggunakan alat peraga dilingkungan
sekitar.
d) Unsur “Efektif” dalam belajar masih kurang. Pemahaman siswa masih
kurang, hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa yang bingung dalam
mengerjakan soal dan cenderung meniru pekerjaan temannya. Siswa
belum menyelesaikan tugas LKS tepat waktu.
e) Siswa masih terlihat gaduh pada saat diskusi dan saat bertanya mengenai
cara penyelesaian tugas baik kepada siswa lain maupun guru, tetapi hal
ini dapat juga menjadi tanda bahwa siswa mulai berantusias mengikuti
pembelajaran.
f) Guru masih kurang tegas dalam menghadapi tingkah laku siswa.
g) Pengalokasian waktu masih belum terjadwal dengan baik, sehingga siswa
merasa waktu yang diberikan kurang lama, terutama waktu dalam
penyelesaian soal.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari tindakan siklus I, maka
perlu dilakukan perbaikan untuk tindakan pada siklus II. Perencanaan
tindakan yang akan dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Guru memberikan tambahan waktu kepada siswa dalam mengerjakan
LKS. Agar waktu dalam kegiatan inti cukup banyak guru bisa
mempercepat pembelajaran di awal.
b) Guru harus mampu mengendalikan atau mengelola kelas. Guru lebih tegas
dalam menghadapi tingkah laku siswa yang belum teratur.
c) Agar pembelajaran “Efektif”, Guru harus meningkatkan pantauan pada
saat siswa belajar secara individu, siswa benar-benar belajar memahami
materi dan menyelesaikan tugasnya dengan baik.
d) Agar siswa “Aktif”, Guru lebih meningkatkan pemantauan dan bimbingan
terhadap siswa pada saat siswa mengerjakan tugas kelompok. Untuk siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
yang masih pasif atau diam saja guru bisa mendekati dan memberikan
sedikit penjelasan mengenai materi yang belum dimengerti.
e) Agar siswa “Kreatif dan Inovatif”, Guru jangan mengajari cara
penyelesaian tugas tersebut sampai selesai pada kelompok tertentu, guru
hendaknya bertindak sebagai fasilitator.
f) Agar siswa “Aktif”, Guru memaksimalkan upaya untuk memotivasi dan
mendorong siswa aktif dalam berdiskusi dengan satu kelompok bukan
hanya melihat teman mengerjakan tugas saja, tetapi bekerja sama
menyelesaiakan tugas tersebut.
g) Agar siswa “Aktif”, Guru selalu memotivasi siswa agar lebih berani
bertanya dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok tanpa rasa malu-
malu, takut salah atau takut ditertawakan teman.
Tahap perencanaan tindakan untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi
pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Menentukan hari pelaksanaan siklus II
Tabel 4.7 Jadwal Pelaksanaan Tindakan siklus II
Hari/ Tanggal Pertemuan Materi
Senin,
28 November 2011 1
Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga
siku-siku istimewa (salah satu sudutnya 30º,
45º, 60º)
Selasa,
29 November 2011 2
Menghitung panjang diagonal pada bangun
datar dan bangun ruang serta Menerapkan
teorema Pythagoras dalam kehidupan
sehari-hari
Jum’at,
2 Desember 2011 3 Tes Siklus II
2) Membuat RPP yang mencakup penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM untuk siklus II.
3) Membuat LKS untuk 2 pertemuan pada siklus II. LKS ini digunakan
sebagai panduan bagi siswa dalam memahami materi Teorema Pythagoras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4) Menyiapkan alat peraga berupa kerangka bangun ruang kubus dan balok.
5) Menyiapkan lembar observasi proses pembelajaran dan aktivitas belajar
siswa yang akan digunakan selama observasi.
6) Menyiapkan angket aktivitas belajar siswa dan respon siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran.
7) Menyusun soal tes akhir siklus II
8) Menyiapkan pedoman wawancara bagi guru dan siswa tentang
pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II masih sama seperti pelaksanaan
tindakan siklus I, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika.
Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagaiberikut:
Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Senin, 28 November 2011
Waktu : 07.40 – 09.00 WIB
Materi : Menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku
istimewa (salah satu sudutnya 30º, 45º, dan 60º)
Masih sama seperti pertemuan sebelumnya, untuk mempersingkat
waktu dari awal pembelajaran siswa diminta duduk berdampingan dengan
teman sekelompoknya. Kegiatan pembentukan kelompok pada pertemuan ini
suasana di kelas sudah tidak gaduh. Siswa sudah terbiasa dengan
kelompoknya.
Urutan pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP yakni sebagai
berikut :
a) Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa dan memberi salam,
kemudian melakukan presensi pada siswa yang mengikuti pelajaran
tersebut, pada hari pertama ada semuasiswa yang masuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b) Guru mengingatkan kembali materi-materi sebelumnya yang berkaitan
dengan materi Teorema Pythagoras, dengan tanya jawab guru
memberikan pertanyaan tentang rumus teorema Pythagoras dan
penggunaannya pada segitiga.
c) Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan sebuah permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan teorema Pythagoras.
d) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
e) Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan tersebut
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM.
f) Guru meminta siswa mempelajari materi tentang perbandingan sisi-sisi
segitiga siku-siku khusus di buku paket atau buku lainnya. Kemudian
guru memberikan sedikit penjelasan tentang materi tersebut.
g) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau permasalahan dalam
menemukan teorema Pythagoras kepada setiap siswa dan mengarahkan
siswa untuk mempelajari materi dalam LKS, menjawab pertanyaan,
menyelesaikan masalah secara individu (Thinking). Dalam kegiatan ini
guru lebih memperhatikan siswa dan memberikan motivasi kepada siswa
untuk mempelajari dan menyelesaikan masalah dalam LKS dengan baik
dan sungguh-sungguh.
h) Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan permasalahan dalam LKS
secara individu dirasa cukup, siswa dipersilahkan untuk berdiskusi dengan
pasangannya. Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk
menentukan jawaban dari pertanyaan/ permasalahan dalam LKS
berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara individu.
(Pairing). Diskusi pada pertemuan kali berjalan cukup baik. Pada saat
siswa berdiskusi guru tidak bosan-bosan memberikan motivasi untuk
saling bekerja sama dan membantu teman sekelompoknya yang belum
paham.
i) Guru memantau jalannya diskusi,berjalan berkeliling bergantian ke setiap
kelompok mengingatkan tentang tugas-tugas yang harus dikerjakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
memotivasi siswa yang belum aktif dalam diskusi, dan mengingatkan
waktu yang dialokasikan. Guru memberikan kesempatan kepada semua
kelompok untuk bertanya apabila mengalami kesulitan.
j) Setelah waktu yang diberikan untuk berdiskusi dirasa cukup hasil diskusi
dari setiap pasangan dibahas dengan pasangan seluruh kelas, guru
memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas. Tiap pasangan, 1 siswa menuliskan
jawabannya di papan tulis dan 1 siswa bertugas menjelaskan jawabannya
kepada teman yang lain (Sharing). Pada pertemuan kali ini beberapa
kelompok sudah tidak malu-malu untuk maju ke depan
mempresentasikan hasil diskusinya tanpa menunggu ditunjuk oleh guru.
k) Setelah beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, guru kemudian membahas hasil kerja dan memberikan
koreksi terhadap pekerjaan yang telah dipresentasika. Guru menambahkan
materi yang belum diungkapkan para siswa dan memberi kesempatan
siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Ada beberapa siswa yang
membenarkan jawaban kelompoknya yang masih keliru.
l) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah
mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik dan benar.
m) Guru dan siswa menyelesaikan masalah yang dikemukakan diawal
pertemuan, karena waktu pembelajaran hampir berakhir permasalahan
tersebut diberikan untuk PR dan ditambah dengan soal dalam LKS yang
belum sempat dibahas.
n) Guru membimbing siswa membuat rangkuman materi yang telah
dijelaskan yaitu menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku
khusus. Kesimpulan belajar pada pertemuan itu disusun rapi dan akan
ditempel didinding kelas sebagai pojok baca.
o) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 29 November 2011
Waktu : 08.20 – 09.55 WIB
Materi : Menghitung panjang diagonal pada bangun datar dan
bangun ruang serta Menerapkan teorema Pythagoras dalam
kehidupan sehari-hari.
a) Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, kemudian
melakukan presensi pada siswa yang mengikuti pelajaran tersebut. Pada
pertemuan kedua ini seorang siswa tidak hadir.
b) Guru mengingatkan kembali materi-materi sebelumnya dengan tanya
jawab guru memberikan pertanyaan tentang bagaimana teorema
Pythagoras dan mencari panjang sisi segitiga dengan teorema Pythagoras.
c) Guru memotivasi siswa sebelum memulai pelajaran, yaitu dengan
meminta seorang siswa memperagakan sebuah permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penerapan teorema
Pythagoras dan dengan sekilas dengan tanya jawab memberikan umpan
kepada siswa mengenai penyelesaian masalah tersebut.
d) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
e) Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan tersebut
masih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM yang langkah kerjanya sama seperti pertemuan
kemarin.
f) Guru bersama siswa membahas PR. Siswa memperhatikan dan
mengoreksi jawaban PR mereka, jika ada yang salah diperbaiki, jika ada
yang belum jelas ditanyakan pada guru/teman.
g) Guru menyediakan alat peraga berupa kubus dan balok. Guru
memberikan sedikit penjelasan materi tentang menghitung panjang
diagonal pada bangun datar dan bangun ruang dengan menggunakan
teorema Pythagoras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
h) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah. Guru
mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan,
menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas
secara mandiri (Thinking). Guru selalu berkeliling memantau siswa dalam
belajar mandiri, memastikan siswa tidak ramai sendiri. Siswa
memanfaatkan pojok baca untuk menyelesaikan permasalahan.
i) Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan permasalahan dalam LKS
secara individu dirasa cukup, siswa dipersilahkan untuk berdiskusi dengan
pasangannya. Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk
menentukan jawaban dari pertanyaan/ permasalahan dalam LKS
berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara individu.
(Pairing). Dalam diskusi ini siswa diharapkan aktif dalam kelompoknya
dan kreatif dalam menggunakan alat peraga serta berinovasi
menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.
j) Guru memantau jalannya diskusi, berjalan berkeliling bergantian ke
setiap kelompok mengingatkan tentang tugas-tugas yang harus
dikerjakan, memotivasi siswa yang belum aktif dalam diskusi, dan
mengingatkan waktu yang dialokasikan. Guru memberikan kesempatan
kepada semua kelompok untuk bertanya apabila mengalami kesulitan.
k) Setelah waktu yang diberikan untuk berdiskusi dirasa cukup hasil diskusi
dari setiap pasangan dibahas dengan pasangan seluruh kelas, guru
memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas. Tiap pasangan, 1 siswa menuliskan
jawabannya di papan tulis dan 1 siswa bertugas menjelaskan jawabannya
kepada teman yang lain (Sharing). Pada pertemuan kali ini beberapa
kelompok berebut untuk maju ke depan mempresentasikan hasil
diskusinya, karena waktu yang terbatas hanya ada 4 kelompok yang
mempresentasikan.
l) Setelah beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya,guru kemudian membahas hasil kerja dan memberikan
koreksi terhadap pekerjaan yang telah dipresentasikan, Guru menambahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
materi yang belum diungkapkan para siswa dan memberi kesempatan
siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Ada beberapa siswa yang
membenarkan jawaban kelompoknya yang masih keliru.
m) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah
mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik dan benar.
n) Guru bersama siswa menyelesaikan permasalahan yang telah
disampaikan di awal pembelajaran.
o) Guru membimbing siswa membuat rangkuman materi yang telah
dijelaskan yaitu menghitung panjang diagonal pada bangun datar dan
bangun ruang serta penerapan teorema Pythagoras untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulan belajar pada
pertemuan itu disusun rapi dan akan ditempel didinding kelas sebagai
pojok baca.
p) Guru meminta siswa belajar untuk ulangan pada pertemuan berikutnya.
q) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Pertemuan ketiga digunakan untuk tes akhir siklus II pada hari Jum’at,
2 Desember 2011. Tes dikerjakan secara individu. Waktu yang disediakan
adalah 2 x 40 menit termasuk persiapan tes. Tes dimulai pada pukul 07.30
sampai dengan pukul 08.50 dengan materi penerapan teorema Pythagoras
dalam segitiga, bangun ruang dan kehidupan sehari-hari.
c. Observasi
Hasil observasi selama siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran di siklus II lebih baik jika
dibandingkan dengan hasil observasi siklus I, atau dapat dikatakan
mengalami peningkatan. Berikut ini ringkasan hasil observasi dalam
pembelajaran pada siklus II.
1) Hasil Lembar Observasi
Dari hasil observasi selama siklus II (Lampiran 3.9 dan Lampiran
3.10) diperoleh bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS dengan pendekatan PAIKEM pada pembelajaran matematika di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
kelas VIII-D sudah berjalan dengan baik. Sebagian besar siswa mulai
terbiasa dengan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran. Berikut disajikan
dalam tabel 4.8
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Observasi Siklus II
Pembe
lajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
Aktif Menjelaskan materi pelajaran dengan
mengajukan pertanyaan.
Memantau siswa pada saat proses belajar
mengajar.
Memberikan umpan balik atas
pertanyaan, jawaban dan hasil diskusi
siswa.
Memotivasi siswa untuk lebih terlibat
dalam pembelajaran.
Sebagian besar siswa berani bertanya jika
ada yang belum paham.
Berani menjawab pertanyaan dari guru
dan mengemukakan pendapat.
Siswa saling aktif berdiskusi apabila
mengalami kesulitan dalam mengerjakan
tugas atau memahami materi pelajaran
Berani mempresentasikan hasil diskusi
tanpa ditunjuk guru.
Inovati
f Berinovasi dalam membuat skenario
pembelajaran.
Berkomunikasi dengan siswa dengan
baik dan bahasa halus baik dalam hal
menjelaskan materi atau memotivasi
siswa.
Sebagian besar siswa mengikuti
pembelajaran sesuai aturan yang telah
dibuat guru.
Beberapa siswa berupaya mencari materi
dari sumber referensi yang lain.
Kreatif Menggunakan alat peraga dan lingkungan
sekitar untuk mempermudah siswa
belajar.
Kreatif menjelaskan materi dengan
peragaan contoh yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Kreatif dalam menyajikan materi/
permasalahan, misal dalam bentuk LKS
atau peragaan.
Mencatat ringasan materi dengan rapi dan
ditempel dalam pojok baca
Menggunakan alat
peraga untuk
mempermudah
belajarnya.
Efektif Menguasai materi yang diajarkan dan
menjelaskan materi dengan baik.
Menghargai kerja siswa dan memotivasi
siswa.
Memberikan penekanan pada hal-hal
yang penting selama pelajaran maupun
pada akhir pelajaran.
Melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Melaksanakan penilaian yang benar.
Menguasai kompetensi yang diajarkan
Sebagian besar siswa belajar mandiri dan
mengerjakan tugas dengan baik.
Mampu mempresentasikan atau
mengkomunikasikan hasil kerjanya
dengan baik.
Menye Posisi meja dan kursi siswa diatur dengan Siswa merasa senang dengan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
nangk
an
pola U sehingga dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih
leluasa mengikuti dan memperhatikan
pelajaran.
Menghargai hasil kerja siswa dengan
memajang hasil kerja siswa di dinding
kelas sebagai pojok baca.
Memberikan penghargaan kepada siswa
yang mampu mempresentasikan hasil
diskus
Tidak bersikap terlalu keras /galak dalam
mengajar.
Variasi dalam gaya mengajar dengan
memberikan selingan/humor sekilas.
pembelajaran yang dilakukan. Hal ini
terlihat dengan keterlibatan siswa yang
aktif mengikuti pembelajaran.
Siswa tidak merasa takut dalam mengikuti
pembelajaran, berani bertanya apabila ada
hal yang belum paham. Berani
mempresentasikan hasil diskusi tanpa
menunggu ditunjuk guru.
Siswa merasa waktu pembelajaran yang
disediakan tidak cukup (terlalu singkat)
2) Hasil angket aktivitas belajar
Hasil angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II menunjukkan sebanyak 20 siswa atau 57,15% siswa merespon
dengan baik (tinggi), dan sebanyak 9 siswa atau 25,71% siswa termasuk
dalam respon sedang. Sisanya 6 siswa atau 17,14% responnya rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa respon siswa terhadapa pembelajaran sudah
meningkat cukup baik dibanding siklus I.
Dari 35 siswa yang telah mengisi angket aktivitas belajar di akhir
siklus II, ada 24 siswa yang memiliki tingkat aktivitas belajar tinggi.
Hasil pengisian angket (Lampiran 3.11) disimpulkan dalam tabel 4.7
Tabel 4.9 Hasil angket aktivitas belajar siswa Siklus II
Kategori
Aktivitas
Belajar Siswa
No. Absen Siswa
Siklus II
Jumlah
siswa
Prosentase
(%)
Tinggi
1, 2, 3, 4, 9, 10, 13, 14, 15, 18,
19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28,
29, 31, 32, 33, 34, 35
24 68,57
Sedang 5, 6, 12, 24, 29, 33 4 11,43
Rendah 7, 8, 11, 16, 17, 20, 30 7 20
Jumlah 35 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa prosentase siswa yang
memiliki aktivitas belajar tinggi di siklus II sebesar 68,57%. Sedangkan
prosentase untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang sebesar
11,43%. Dan untuk siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah setelah
adanya tindakan siklus II sebesar 20%. Dengan kata lain, tingkat aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi teorema Pythagoras
yang dilihat dari hasil angket pada siklus II ini mengalami peningkatan
dibandingkan siklus I, akan tetapi belum mencapai indikator keberhasilan
penelitian. Waktu pembelajaran di semester ganjil sudah selesai diminggu
ini maka tindakan tidak dapat dilanjutkan meskipun belum mencapai
indikator keberhasilan.
3) Hasil Tes
Tes dilakukan pada pertemuan ketiga hari jum’at tanggal 2
Desember 2011. Tes yang diberikan adalah dalam bentuk tes uraian yang
berjumlah 4 butir soal. Data hasil tes akhis siklus II dapat dilihat dalam
Lampiran 3.12.
KKM dari kompetensi dasar di siklus II ini adalah 67. Hasil tes yang
dicapai siswa tertinggi adalah 100 dan terendah 48. Nilai rata-rata kelas
pada hasil tes akhir siklus II yaitu 75,17. Nilai rata-rata kelas tersebut
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan nilai tes akhir siklus I.
Ketercapaian KKM pada siklus II disimpulkan dalam tabel 4.10
Tabel 4.10. Ketercapaian KKM Siklus II
Ketercapaian
KKM No. absen Siswa
Siklus II
Jumlah
siswa
Prosentase
(%)
≥ KKM
1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31,
32, 33, 34, 35
30 85,71
< KKM 7, 8, 16, 17, 30 5 14,29
Jumlah 35 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Dari tabel 4.10 di atas diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai
tes akhir siklus II dibawah KKM sebesar 14,29%. Siswa yang mendapat
nilai diatas KKM setelah adanya tindakan di siklus II mencapai 85,71%.
Dengan kata lain, kemampuan siswa dalam teorema Pythagoras yang
dilihat dari hasil tes akhir siklus pada siklus II ini mengalami peningkatan
dibandingkan siklus I.
4) Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kolaborator (Lampiran 3.17) yang
dilakukan setelah siklus II diperoleh bahwa:
a) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM sudah berjalan baik dan mengalami peningkatan
dibanding siklus I. Di siklus II siswa lebih aktif, siswa tidak malu-
malu untuk bertanya. Saat presentasi sudah ada keberanian maju
sendiri, tanpa menunggu ditunjuk guru.
b) Adanya pojok baca bisa dimanfaatkan siswa untuk media belajar,
Sewaktu-waktu jika melihat dinding melihat tulisan terus dibaca jadi
nanti lama-lama bisa hafal rumusnya.
c) Adanya penghargaan membuat siswa lebih berantusias dalam belajar.
d) Aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan siswa (Lampiran 3.19)
diperoleh bahwa :
a) Sebagian besar siswa merasa senang, tertarik mengikuti pembelajaran
yang dilakukan. Adanya pengaturan posisi tempat duduk membuat
suasana belajar tidak membosankan dan siswa senang dengan adanya
alat peraga dan pojok baca.
b) Sebagian besar siswa merasa senang dengan kegiatan berdiskusi
karena mereka dapat bekerja sama dengan teman kelompok
menyelesaikan permasalahan, jika tidak paham ada yang membantu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
c) Sebagian besar siswa sudah aktif berdiskusi karena mereka sudah
terbiasa dengan kelompoknya.
d) Beberapa siswa masih merasa malu bertanya bila ada yang belum
jelas. Meskipun mereka belum paham mereka cenderung diam dan
menunggu jawaban teman yang lain
e) Siswa sudah aktif dan bersemangat untuk mempresentasikan hasil
diskusi karena mereka ingin mendapatkan penghargaan.
Kemudian dari hasil lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
dan hasil wawancara di lakukan triangulasi metode yang dapat disimpulkan
bahwa pada siklus II pembelajaran berjalan dengan baik.
d. Refleksi
Berdasarkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, hasil angket
respon siswa dan hasil wawancara pada siklus II, pembelajaran sudah
berjalan dengan baik. Siswa sudah mulai aktif berdiskusi, bertanya dan
mempersentasikan hasil diskusinya. Dalam pembelajaran guru sudah
berusaha menjadi pengajar yang efektif dengan menguasai materi,
mempresentasikan materi dengan memberikan contoh soal, kreatif dan
berinovasi memberikan alat peraga dan bahan/materi dalam bentuk lembar
kerja, dan selalu aktif sebagai fasilitator dan selalu memotivasi siswa untuk
lebih aktif berdiskusi, bertanya atau mengemukakan pendapat mereka. Siswa
juga sudah terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam diskusi
maupun presentasi. Beberapa siswa yang pandai sudah sedikit berinovatif
menyelesaikan permasalahan yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
Dari hasil tes akhir siklus II dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa
pada akhir siklus II meningkat dibandingkan dengan hasil tes siswa siklus I.
Siswa yang mendapat nilai diatas KKM di siklus I sebanyak 26 siswa, setelah
adanya perbaikan tindakan di siklus II, siswa yang memiliki nilai diatas
KKM sebanyak 30 siswa.
Dari hasil olah angket aktivitas belajar siswa dapat dilihat bahwa
aktivitas belajar siswa di akhir siklus II juga mengalami peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
dibanding aktivitas belajar di siklus I. Di siklus I siswa yang memiliki
aktivitas belajar tinggi sebanyal 17 siswa setelah adanya perbaikan tindakan
di siklus II siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi meningkat menjadi
24 siswa.
Beberapa refleksi lain pada saat tindakan siklus II adalah sebagai
berikut:
a) Pada siklus II unsur ”Aktif, Kreatif, Menyenangkan” dalam pembelajaran
kooperatif tipe TPS sudah berjalan dengan baik. Sebagian besar siswa
sudah dapat mengikuti pelajaran dengan tertib meskipun masih ada siswa
yang belum aktif, tetapi jumlahnya hanya sedikit. Beberapa siswa yang
awalnya banyak diam mengalami perubahan mereka lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran dan berani bertanya bila ada hal yang belum
dimengerti.
b) Pemberian penghargaan maupun hadiah tampaknya dapat memacu
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.
c) Guru sudah aktif memantau jalannya pembelajaran dengan baik pada saat
siswa belajar secara individu ataupun saat diskusi. Guru memberikan
bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan menjelaskan
kembali.
d) Siswa lebih semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan
siswa terlihat lebih nyaman dengan teman sekelompoknya ketika kegiatan
diskusi.
e) Unsur “Aktif” sudah baik. Sebagian besar siswa sudah berani bertanya
apabila ada hal yang belum jelas.
f) Unsur ”Aktif” dalam Sharing sudah berjalan dengan baik. Sebagian besar
siswa sudah berani mempresentasikan hasil diskusinya atau
mengkomunikasikan hasil diskusinya dengan baik tanpa menunggu
ditunjuk guru.
g) Unsur ”Inovatif” cukup dapat terlihat dengan penggunaan alat peraga,
siswa berinovatif dan kreatif dalam menggunakan media belajar baik
dengan alat atau keadaan lingkungan sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
h) Unsur ”Efektif” sudah berjalan dengan cukup baik. Guru dan sebagian
besar siswa menguasai materi dengan baik. Guru selalu mengarahkan
siswa dan melakukan penilaian dengan cukup baik.
i) Guru aktif dan kreatif menumbuhkan kepercayaan dan semangat pada diri
siswa. Hal tersebut dikarenakan guru selalu memberikan semangat dan
memotivasi siswa, dan melibatkan banyak siswa dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi di atas menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM
berhasil dalam meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa dalam pokok
bahasan teorema Pythagoras, walaupun pada aspek aktivitas belajar belum
mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
1. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM di kelas VIII-D SMP N 1 Ngrampal dilaksanakan dengan setting
kelompok. Sebelumnya guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan kepada siswa. Hal ini dilakukan agar siswa mengetahui
dengan jelas apa yang akan dipelajari dan dikerjakannya. Guru juga memotivasi
siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selama pelaksanaan tindakan
kelas, siswa yang malas dan tidak aktif menjadi berkurang, dengan diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM guru
mengatur pola meja dan kursi siswa dengan agak berbeda yang dapat membuat
siswa saling berinteraksi, lebih aktif dalam pembelajaran, kreatif dalam
penggunaan alat peraga, belajar mengemukakan pendapatnya, dan menghargai
waktu berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan. Adanya diskusi,
mengharuskan siswa untuk saling bekerja sama dan membantu sesama teman
dalam kelompoknya bila ada hal yang tidak dimengerti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pembelajaran yang dilakukan dimulai dengan guru memberikan sedikit
penjelasan materi dan siswa diberikan LKS yang didalamnya sudah diberikan
sedikit langkah-langkah pengerjaannya. Pada tahap Thinking, Siswa diminta
untuk mempelajari materi baik dalam buku atau LKS tersebut secara individu. Di
siklus I setiap siswa belum melaksanakannya dengan baik, siswa masih ramai
dan malas untuk mempelajari materi tetapi di siklus II siswa sudah mulai aktif
melaksanakannya dengan baik setiap siswa diberikan LKS mereka cenderung
langsung mempelajarinya dan menyelesaikannya sebisa mungkin. Beberapa
siswa yang pandai berinovatif mencari materi dari buku lain. Suasana kelas juga
tidak terlalu gaduh. Sebagian besar siswa mulai mudah diatur.
Di tahap Pairing, siswa mulai berkelompok dan berdiskusi saling bekerja
sama mencari penyelesaian yang benar berdasarkan hasil pemikiran mereka
secara individu. Permasalahan yang terjadi pada saat kerja kelompok adalah
kesulitan untuk kerjasama, seperti kejadian yang terjadi pada siklus I, beberapa
siswa yang pandai mendominasi mengerjakan tugas sendirian karena menurut
mereka akan kelamaan jika teman kelompok mereka yang kurang pandai
menyelesaikannya dan siswa yang kurang pandai cenderung ramai dan tidak ikut
bekerja. Hal ini dikarenakan siswa merasa memiliki kemampuan lebih dari
pasangannya dan merasa tidak cocok dengan anggota kelompoknya. Guru tidak
mengubah anggota kelompok dan guru juga selalu memberi motivasi kepada
semua siswa agar siswa belajar bertanggung jawab dengan apa yang telah
ditugaskan kepada mereka, sebab kesuksesan kelompok adalah tanggung jawab
semua anggota tim. Ternyata solusi ini cukup mendorong mereka untuk
bekerjasama. Terbukti pada siklus II, mereka sudah dapat berdiskusi dan
bekerjasama dengan baik. Sebagian besar siswa sudah aktif dan tidak malu-malu
untuk bertanya bila ada hal yang belum jelas. Teman yang pandai juga sudah
bersedia menjelaskan bila ada teman mereka yang belum paham. Sebagian siswa
kreatif dalam menggunakan alat peraga.
Pada pelaksanaan awal siklus I masih banyak waktu yang terbuang sia-sia
sebab ketika siswa disuruh mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya siswa
tidak langsung maju. Pada tahap Sharing ini siswa dilatih mengkomunikasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
hasil diskusinya, setiap kelompok seorang siswa diminta untuk menuliskan hasil
diskusi kelompoknya dan siswa yang satunya bertugas menjelaskan maksud
jawaban tersebut kepada seluruh kelas. Hal ini awalnya membuat siswa takut
untuk mempresentasikan karena mereka berpikir malu dan tidak dapat
menjelaskan jawabannya. Akan tetapi di siklus II siswa sudah berantusias
mempresentasikan hasil diskusinya tanpa menunggu ditunjuk guru. Antusias
siswa tersebut menimbulkan kegaduhan karena mereka berebut untuk maju,
karena keterbatasan waktu juga akhirnya hanya 3 atau 4 kelompok saja yang bisa
mempresentasikan. Dalam kegiatan sharing ini siswa diharapkan menjadi
pembelajar yang efektif yang mampu menguasai kompetensi yang ditetapkan
dengan baik.
Pemberian penghargaan pada kelompok yang mampu mempresentasikan
hasil diskusinya dengan baik dan memajang hasil diskusi kelompok terbaik
sebagai pojok baca juga telah dilakukan, diharapkan dengan adanya tindakan
tersebut suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal ini terbukti dapat
meningkatkan semangat belajar siswa, mendorong siswa untuk berlomba-lomba
agar kelompoknya dapat melakukan hal yang terbaik.
2. Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas belajar siswa di siklus II lebih baik
jika dibanding siklus I. Siklus I siswa belum begitu aktif mengikuti pembelajaran
dan berdiskusi. Selain itu, siswa masih terlihat malu-malu untuk bertanya,
mengemukakan pendapat dan mempresentasikan hasil, sedangkan di siklus II
sebagian besar siswa sudah aktif dan berantuasias mengikuti pembelajaran.
Berikut disajikan triangulasi metode untuk aktivitas belajar siswa
berdasarkan hasil observasi dan hasil angket di setiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 4.11. Rangkuman hasil observasi peningkatan aktivitas belajar siswa
Hasil Angket Aktivitas
belajar
Hasil Lembar Observasi aktivitas belajar
Siklus I
Diperoleh data siswa
dengan kategori aktivitas:
Tinggi : 48.57 %
Sedang : 22.86 %
Rendah : 28.57 %
Siklus I
Dari 10 indikator diperoleh:
a. 25 siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik.
b. 10 siswa aktif bertanya kepada guru bila ada materi yang
tidak mengerti.
c. 16 siswa menjawab pertanyaan dari guru
d. 15 siswa mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru.
e. 4 siswa aktif mempresentasikan hasil diskusinya tanpa
ditunjuk oleh guru.
f. 12 siswa mengerjakan soal dengan baik dan benar
g. 20 siswa aktif bekerjasama dengan kelompokdalam
menyelesaikan masalah
h. 6 siswa mengemukakan pendapat ketika berdiskusi
i. 10 siswa menyelesaikan soal tepat waktu
j. 20 siswa mencatat kesimpulan diskusi atau pembelajaran
Siklus II
Diperoleh data siswa
dengan kategori aktivitas:
Tinggi : 68.57%
Sedang : 11.43 %
Rendah : 20 %
Siklus II
Dari 10 indikator diperoleh:
a. 33 siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik.
b. 20 siswa aktif bertanya kepada guru bila ada materi yang
tidak mengerti.
c. 20 siswa menjawab pertanyaan dari guru
d. 25 siswa mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru.
e. 8 siswa aktif mempresentasikan hasil diskusinya tanpa
ditunjuk oleh guru.
f. 22 siswa mengerjakan soal dengan baik dan benar
g. 28 siswa aktif bekerjasama dengan kelompokdalam
menyelesaikan masalah
h. 4 siswa mengemukakan pendapat ketika berdiskusi
i. 24 siswa menyelesaikan soal tepat waktu
j. 33 siswa mencatat kesimpulan diskusi atau pembelajaran
Kesimpulan : Dengan melihat hasil data angket aktivitas dan hasil lembar observasi, di
siklus I aktivitas belajar siswa belum begitu baik, di siklus II aktivitas sudah
menunjukkan peningkatan di sebagian besar indikatornya.
Jadi terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan dan peningkatan aktivitas
belajar siswa di siklus I dan siklus II. Di siklus II hampir seluruh siswa
memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Pada aktivitas kelima yaitu siswa
aktif mempresentasikan hasil diskusi sebenarnya sebagian besar kelompok saling
berebut untuk mempresentasikan, tetapi karena mengingat waktu yang tidak
banyak dan perebutan itu menimbulkan kegaduhan akhirnya hanya 4 kelompok
yang mempresentasikan.
Data hasil pengisian angket aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
juga selalu mengalami peningkatan. Rekapitulasi hasil distribusi angket aktivitas
belajar siswa disediakan dapat dilihat dalam Lampiran 3.14.
Berikut tabel hasil pengisian angket aktivitas belajar siswa disetiap siklus.
Tabel 4.12. Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Aktivitas Belajar Siswa
Kategori
Aktivitas
Belajar
Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah
siswa
Prosentase
(%)
Jumlah
siswa
Prosentase
(%)
Jumlah
siswa
Prosentase
(%)
Tinggi 11 32,35 17 48,57 24 68,57
Sedang 12 35,29 8 22,86 4 11,43
Rendah 11 32,35 10 28,57 7 20
Dari tabel di atas dapat dilihat perubahan prosentase aktivitas belajar
siswa di setiap tindakan. Untuk siswa dengan kategori aktivitas belajar tinggi
selalu mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Dari tindakan pra siklus siswa
dengan kategori aktivitas belajar tinggi sebanyak 11 siswa atau 32,35%, setelah
diadakan tindakan siklus I meningkat menjadi 17 siswa atau 48,57% dan di siklus
II siswa dengan aktivitas belajar tinggi meningkat menjadi 24 siswa atau 68,57%.
Pada siklus I siswa dengan aktivitas belajar rendah sebanyak 10 siswa
atau 28,57% dan siswa dengan aktivitas belajar sedang sebanyak 8 siswa atau
22,86%. Di siklus II hal tersebut mengalami penurunan yaitu ada 7 siswa atau
20% dengan aktivitas belajar rendah dan siswa dengan aktivitas belajar sedang
sebanyak 4 siswa atau 11,43%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Dari hasil analisis siklus II jika dilihat secara keseluruhan, siswa
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan siklus I. Hal
ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dimana jumlah siswa bertambah di
kategori aktivitas belajar tinggi dan mengalami penurunan pada kategori aktivitas
belajar sedang dan rendah.
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa
3. Ketuntasan Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini dapat dianalisis ketercapaian KKM.
Rekapitulasi data hasil tes dapat dilihat dalam Lampiran 3.15.
Dari hasil tes tersebut dapat dibuat tabel prosentase ketercapaian KKM.
Tabel 4.13. Rekapitulasi Ketercapaian KKM Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar Pra siklus Siklus I Siklus II
≥ KKM 48,57% 74,29% 85,71%
< KKM 51,43% 25,71% 14,29%
Rata-rata Kelas 56,83 73,63 75,17
Nilai Maksimum 81 94 100
Nilai Minimum 13 28 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas, rata-rata hasil tes awal siswa adalah 56,83
dengan siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 17 orang atau
prosentase mencapai 48,57%. Pada siklus I, siswa yang mencapai KKM
sebanyak 26 siswa atau prosentase mencapai 74,29% dengan nilai rata-rata kelas
73,63. Nilai rata-rata ini meningkat dibanding dengan rata-rata nilai tes
kemampuan awal siswa.
Hasil analisis tes akhir siklus II ketuntasan yang dicapai siswa sebesar
85,71% atau sebanyak 30 siswa mendapatkan nilai tes di atas KKM dengan nilai
rata-rata kelasnya 75,17. Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada
pelaksanaan siklus I dapat dikatakan bahwa tingkat ketuntasan dan nilai rata-rata
kelas pada siklus II ini meningkat.
Adapun peningkatan ketercapaian KKM dalam pokok bahasan teorema
Pythagoras dapat dilihat pada gambar berikut.
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Pra Siklus Siklus I Siklus IIpro
sen
tase
ket
erca
paia
n K
KM
Tindakan
Diagram Perkembangan Ketercapaian KKM
≥ KKM
< KKM
Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Ketercapaian KKM
Dari tabel 4.13 diperoleh juga perbandingan nilai rata-rata tes di setiap
siklusnya yang selalu mengalami peningkatan.
Adapun peningkatan rata-rata hasil tes akhir di setiap siklus dalam pokok
bahasan teorema Pythagoras dapat dilihat pada gambar berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gambar 4.3. Diagram peningkatan nilai rata-rata
D. Pembahasan
Jawaban terhadap permasalahan penelitian atau perumusan masalah
berdasarkan analisis data kualitatif hasil penelitian dari kerja kolaborasi antara
peneliti dan praktisi pendidikan. Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa
permasalahan yang telah dirumuskan di awal, yaitu:
Permasalahan I : Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan pendekatan PAIKEM?
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM, guru dan siswa berusaha menjadi aktif, inovatif, kreatif, dan efektif
agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan. Di setiap pertemuan guru selalu
menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa serta menyampaikan tujuan
pembelajaran. Di awal kegiatan inti guru sedikit memberikan presentasi materi
secara sekilas. Setelah itu siswa diatur untuk aktif belajar secara individu
mengenai materi tersebut, berinovatif dan efektif dalam mempelajari dan
menyelesaikan tugasnya sendiri. Jika dirasa waktunya sudah cukup guru meminta
siswa untuk bergabung dengan kelompoknya dan saling aktif berdiskusi tentang
materi yang telah dipelajari secara individu tadi, kreatif dalam menyelesaikan
tugas dan menggunakan alat peraga. Guru selalu memotivasi dan memantau
jalannya belajar siswa, guru selalu memberikan kesempatan sebanyak mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
untuk siswa bertanya apabila ada hal yang belum paham dan mengemukakan
pendapatnya. Setelah diskusi selesai setiap kelompok diberikan kesempatan yang
sama untuk mempresentasikan dan mengkomunikasikan dengan efektif hasil
diskusi.
Pada saat pembelajaran, siswa dibimbing untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang sesuai dengan langkah kerja penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. Dari analisis hasil penelitian
dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan siswa mampu melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran dengan baik. Secara umum pada tahap Thinking,
baik siklus I maupun siklus II sebagian besar siswa sudah mampu belajar secara
individu dengan baik dan tertib. Sebagian besar siswa sudah mulai mudah diatur,
suasana kelas lebih kondusif dan keramaian mulai berkurang. Begitu juga dengan
langkah pairing dan sharing. Sebagian besar siswa sudah mampu
melaksanakannya. Hanya saja dalam ketiga tahap tersebut belum sepenuhnya
berjalan dengan pendekatan PAIKEM yaitu masih ada saja siswa yang belum bisa
aktif selama pembelajaran. Unsur inovatif juga belum sepenuhnya dilakukan,
dalam hal ini sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikan soal dengan cara
mereka sendiri. Guru sengaja tidak berinovatif menggunakan perangkat teknologi
seperti komputer atau powerpoint dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan
guru menghindari kegaduhan yang akan terjadi apabila siswa diajak belajar
dengan media powerpoint karena mereka jarang belajar dengan media tersebut
sehingga dipikirkan mereka akan lebih asyik memperhatikan bentuk tampilan
powerpoint bukan isinya, selain itu jika menggunakan teknologi komputer akan
menghabiskan waktu baik waktu untuk pindah tempat belajar ke laboratorium
maupun waktu pemasangan alat.
Adapun pada unsur efektif dapat terlihat pada tahap thinking siswa
efektif mempelajari materi dengan baik, dan dengan diskusi bersama teman
kelompoknya siswa dapat bertukar pikiran yang memungkinkan siswa
mendapatkan pengalaman baru, dengan adanya tahap sharing siswa dapat melatih
keberaniannya untuk belajar berkomunikasi menjelaskan kepada siswa-siswa
yang lain, penguasaan materi sangat diperlukan pada tahap sharing agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
penyampaiannya dapat membuat siswa yang lain paham. Sementara itu pada
unsur kreatif, siswa terlihat antusias dalam kegiatan penggunaan alat peraga
maupun menyelesaikan permainan yang disediakan guru.
Dari tahap-tahap dan unsur-unsur yang dilakukan tersebut cukup dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Mulai dari keadaan kelas yang
sedikit berubah baik dengan pola posisi tempat duduk siswa, teman sebangku
mereka, dan adanya pojok baca yang merupakan pajangan dari hasil karya mereka
sehingga siswa merasa dihargai dan mereka menjadi bersemangat belajar. Dengan
adanya sikap guru yang tidak keras atau tidak galak membuat siswa merasa
nyaman dalam belajar dan tidak merasa takut dihukum atau disepelekan.
Permasalahan II : Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam belajar matematika pada pokok bahasan Teorema
Pythagoras?
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Dari tindakan pra siklus siswa dengan
kategori aktivitas belajar tinggi sebanyak 11 siswa atau 32,35%, setelah diadakan
tindakan siklus I meningkat menjadi 17 siswa atau 48,57% dan di siklus II siswa
dengan aktivitas belajar tinggi meningkat menjadi 24 siswa atau 68,57%.
Tindakan yang diberikan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila
setidaknya 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar
mencapai kategori aktivitas belajar tinggi. Karena tindakan pada siklus I belum
berhasil, maka dilakukan perbaikan pada kegiatan pembelajaran yang didasarkan
pada hasil refleksi. Perbaikan dilakukan dalam hal pembagian waktu dan
pembagian skenario pembelajarannya. Meskipun demikian, aktivitas belajar siswa
meningkat jika dibandingkan dengan aktivitas belajar sebelum dikenai tindakan.
Dari hasil pengisian angket aktivitas belajar siswa siklus II, dapat
diketahui bahwa 68,57% siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi. Meskipun
hal tersebut mengalami peningkatan dibanding siklus I, tetapi berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
indikator keberhasilan, hasil aktivitas belajar siswa belum berada pada taraf
keberhasilan minimal,atau dapat dikatakan bahwa tindakan pada siklus II ini
belum berhasil. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a) Sikap guru yang kurang tegas dalam menghadapi siswa yang kurang aktif atau
ramai dan tidak memperhatikan, sehingga siswa tidak jera dan masih
mengulangi tindakan tersebut.
b) Siswa kurang menghormati atau menghargai keberadaan guru, sehingga siswa
cenderung agak bersikap berani pada guru.
c) Pada saat pembelajaran, setiap siswa menuntut banyak perhatian guru untuk
menyelesaikan tugasnya dan guru tidak dapat bertindak sesuai keinginan
siswa yang harus mengajari setiap individu sampai jelas karena guru hanya
bertindak sebagai fasilitator. Hal ini menimbulkan sikap siswa merasa kurang
berminat mengikuti pembelajaran.
d) Pada dasarnya karakteristik siswa itu berbeda-beda mungkin ada siswa pandai
tapi dia lebih pendiam dan lebih cepat paham dalam mempelajari materi
pelajaran, mungkin ada juga siswa yang kurang pandai dalam memahami
materi tapi dia bersikap aktif dan berani.
e) Faktor kejujuran siswa dalam mengisi angket.
Permasalahan III : Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam belajar matematika pada pokok bahasan
Teorema Pythagoras?
Hasil belajar siswa didapat dari nilai tes akhir siklus yang diberikan oleh
guru. Pada penelitian tindakan kelas ini jumlah siswa yang mendapat nilai diatas
KKM selalu meningkat disetiap siklusnya. Hal ini terlihat dari data dalam tabel
4.11.
Di awal sebelum adanya tindakan nilai rata-rata hasil tes siswa adalah
56,83, setelah adanya tindakan di siklus I rata-rata hasil belajar siswa meningkat
menjadi 73,63, dan siklus II menjadi 75,17. Prosentase jumlah siswa yang
mendapat nilai diatas KKM juga meningkat secara signifikan, dari hasil tes awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
pembelajaran sebelum adanya tindakan penelitian ini, siswa yang mendapat nilai
diatas KKM sebanyak 17 orang atau prosentase mencapai 48,57%. Pada siklus I
sebanyak 26 siswa atau prosentase mencapai 74,29% dan diakhir siklus II tingkat
ketuntasan yang dicapai siswa sebesar 85,71% atau sebanyak 30 siswa.
Dengan demikian, dari pembahasan di atas dapat disimpulkan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pembentukan kelompok secara
heterogen baik dari kemampuan akademis, aktivitas belajar, jenis kelamin, dan
lain-lain pada pembelajaran kooperatif tipe TPS mampu membuat siswa bisa lebih
saling berinteraksi, berdiskusi dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas
bersama dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi setiap individu dalam
kelompok sehingga siswa menjadi aktif dan hasil belajar siswa meningkat.
1. Temuan Lain
Dari hasil analisis dapat dilihat kecenderungan bahwa siswa yang
memiliki aktivitas belajar tinggi, tingkat keberhasilannya atau hasil tesnya
meningkat. Begitu juga sebaliknya, siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah
tingkat keberhasilannya tetap ataupun turun. Namun demikian, ada siswa yang
memiliki aktivitas tinggi tetapi tingkat keberhasilannya turun dan ada juga siswa
yang memiliki aktivitas belajar rendah tetapi tingkat keberhasilannya meningkat.
Hal ini cukup menarik untuk dipelajari lebih lanjut tentang kaitan antara
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM
pada pokok bahasan teorema Pythagoras, apakah penerapan pendekatan ini hanya
baik diterapkan untuk siswa dengan kriteria-kriteria tertentu.
Temuan lain yang juga perlu diperhatikan adalah kecenderungan siswa
untuk memahami konsep yang diperoleh. Dengan menggunakan LKS yang isinya
sudah cukup baik untuk mengarahkan siswa menemukan sendiri konsep atau
rumus yang diperlukan dengan tujuan agar siswa tidak menghafal tetapi
memahami apa yang diperolehnya. Pada kenyataanya siswa dapat mengikuti
proses penemuan konsep, tetapi selalu menghafal konsep akhir yang ditemukan,
seolah melupakan proses untuk memperoleh konsep tersebut. Akibatnya siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
tidak dapat menerapkan konsep yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan
yang diberikan. Ketika siswa diminta untuk menyebutkan rumus teorema
Pythagoras misalnya, siswa dapat menyebutkan dengan benar. Tetapi siswa masih
merasa bingung menggunakan rumus tersebut pada pola gambar dan dengan
notasi yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan rangkaian putaran kegiatan penelitian tindakan kelas yang
telah dilakukan terlihat adanya perubahan yang merupakan hasil penelitian dalam
rangkaian usaha peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM. Bertitik tolak dari tindakan yang telah dilaksanakan pada penelitian
ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM (a) Guru menyampaikan apersepsi, tujuan dan motivasi dengan
tanya jawab dan peragaan siswa, suasana kelas dibuat berbeda dari biasanya.
(b) Guru aktif menyampaikan materi melalui demonstrasi, atau tanya jawab.
Siswa dengan aktif menyimak. (c) Siswa dibagi dalam kelompok dengan
anggota 2 orang. Setiap siswa diberi lembar kerja yang berisi permasalahan
untuk dipelajari dan dikerjakan secara individu selama beberapa waktu
(Think). (d) Hasil dari belajar individu tersebut kemudian didiskusikan
dengan kelompoknya (Pair). Guru dan Siswa aktif dan kreatif menggunakan
alat peraga dan lingkungan sekitar sebagai media untuk membantu siswa
memahami materi pelajaran. Guru berusaha menciptakan proses
pembelajaran yang efektif, mendorong, memantau dan memotivasi siswa
untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran, siswa berusaha aktif diskusi
dengan teman kelompoknya. (e) Siswa menguasai kompetensi dengan baik
dan aktif berlatih mengkomunikasikan/ mempresentasikan hasil diskusinya di
depan teman-temannya (Share). (f) Guru memberikan penghargaan dan
memajang hasil diskusi siswa di dinding kelas untuk menambah semangat
belajar dan membuat kelas menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan
PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dari hasil tes yang telah
dilakukan tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan, pada
kondisi awal (Pra siklus) siswa yang mendapat nilai di atas KKM (> 67) yaitu
17 siswa atau 48,57% dan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (< 67)
sebanyak 18 siswa atau sebesar 51,43%. Setelah adanya tindakan pada siklus
I sebanyak 26 siswa atau 74,29% siswa mendapat nilai di atas KKM dan 9
siswa atau 25,71% mendapat nilai di bawah KKM. Sedangkan pada siklus II
sebanyak 30 siswa atau 85,71% siswa mendapat nilai di atas KKM dan 5
siswa atau 14,29% siswa mendapat nilai di bawah KKM.
3. Pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Secara kuantitatif, peningkatan aktivitas belajar siswa
terlihat dari adanya peningkatan hasil rata-rata prosentase angket aktivitas
belajar siswa yaitu dari tindakan pra siklus siswa dengan kategori aktivitas
belajar tinggi sebesar 32,35%, setelah diadakan tindakan siklus I meningkat
menjadi 48,57% dan di siklus II siswa dengan aktivitas belajar tinggi
meningkat menjadi 68,57%. Aktivitas belajar sedang dari tindakan pra siklus
prosentasenya sebesar 35,29% setelah adanya tindakan di siklus I mengalami
penurunan menjadi 22,86% dan di siklus II menurun menjadi 11,43%.
Aktivitas belajar rendah di tindakan pra siklus sebesar 32,35%, di akhir siklus
I mengalami penurunan menjadi 28,57% dan setelah tindakan di siklus II
menurun menjadi 20%.
B. IMPLIKASI
Secara teoritis, hasil penelitian ini mendukung keberadaan pendapat
yang menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu komponen
penting yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM. terlihat
mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
digunakan untuk mengadakan upaya bersama antara guru, orang tua dan siswa
serta pihak sekolah lainnya agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa secara maksimal.
Secara praktis berdasarkan hasil penelitian, guru lebih memberikan
permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat
mendorong siswa untuk memahami suatu konsep untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Agar materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dan
dipahami siswa dengan baik maka guru harus lebih berusaha memperbaiki
tindakan dalam mengajar, menguasai materi pembelajaran yang disampaikan, dan
tepat dalam menggunakan strategi pembelajaran serta bersikap tegas terhadap
siswa.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dengan pendekatan PAIKEM di SMP kelas VIII materi
teorema Pythagoras dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Kepada Siswa
a. Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran atau
meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran, selalu mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga
dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Siswa hendaknya memahami pentingnya interaksi dengan orang lain
dalam kegiatan belajar kelompok sehingga dapat menumbuhkan sikap
keberanian dalam menyampaikan pendapat, jawaban, atau pertanyaan
dan secara tidak langsung dapat membantu menyelesaikan permasalahan
anggota lain di kelompoknya selama proses pembelajaran sehingga siswa
mampu mengaktualisasi potensinya secara maksimal.
2. Kepada Guru
a. Guru hendaknya dapat menyajikan dan menggunakan pembelajaran
dengan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa.
b. Guru diharapkan dapat mengelola kelas dengan efektif dan inovatif dalam
setiap perkembangan pendidikan.
c. Guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai fasilitator yang baik,
harus lebih melibatkan siswa dengan agar siswa merasa lebih dihargai dan
diperhatikan sehingga akan meningkatkan aktivitas belajar siswa.
d. Guru hendaknya bervariasi dalam penggunaan model pembelajaran
sehingga ketika menyampaikan materi ajar siswa tidak merasa jenuh dan
dapat dengan mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan.
3. Kepada Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya menghimbau kepada guru agar guru mau
menerapkan dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat
membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar. Selain itu seorang kepala
sekolah juga harus menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung
kelancaran proses belajar mengajar.
b. Kepala sekolah dapat melaksanakan pemantauan proses pembelajaran di
kelas. Hal ini digunakan untuk mengetahui situasi pembelajaran kelas dan
masalah-masalah yang muncul dari masing-masing kelas dan berusaha
mengatasi permasalahan tersebut tentunya bekerja sama dengan guru.