8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
1/21
Tugas
Pengolahan Bahan Galian Timah
Rahimatul Fadhilah ( 03021181320002 )
Oktarina Sari ( 03021181320024 )
Muhammad Yusuf Badri ( 03021181320070 )
Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
2016
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
2/21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam
ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam
tersebut secara efisien.
Dalam pemanfaatanya, tentu saja menggunakan berbagai metode danteknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dengan hasil yang optimal
dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim mungkin serta
ramah lingkungan.
Salah satu sumber daya mineral logam yang diolah oleh Indonesia adalah
mineral logam timah. Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat
tidak lepas dari peran reaksi kimia fisika. Pencucian maupun pemisahan pada
timah merupakan nagian dari proses yang melibatalkan reaksi-reaksi kimia fisika.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk dapat memahami apa itu bijih
timah dan proses - proses yang dilakukan untuk memperoleh timah yang
ekonomis, mulai dari pencucian, pemisahan, pengolahan, sampai pada
pencatakan.Rumusan Masalah
1.3
Rumusan Masalah
1. Apa itu timah ?
2. Bagaimana proses eksplorasi timah ?
3. Jelaskan bagaimana pengolahan timah ?
4. Apa kegunaan timah ?
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
3/21
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi timah putih di Indonesia tersebar sepanjang kepulauan Riau
sampai Bangka Belitung, serta terdapat di daratan Riau (Gambar 1) yaitu di
Kabupaten Kampar dan Rokan Ulu. Sumber daya timah putih yang telah
diusahakan merupakan cebakan sekunder, baik terdapat sebagai tanah residu dari
cebakan primer, maupun letakan sebagai aluvial darat dan lepas pantai.
Gambar 1. Jalur sebaran timah putih
Endapan aluvial darat mempunyai pola sebaran memanjang mengikuti
lembah sungai yang masih aktif maupun sungai purba, menerus ke arah lepas
pantai membentuk pola yang menunjukkan arah dispersi dari cebakan primer
tertranspot melalui media air, membentuk endapan aluvial darat menerus ke arah
lepas pantai. Pola sebaran memanjang mengikuti lembah aluvial daratan menerus
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
4/21
ke arah lepas pantai, dengan komponen penyusun umumnya mengandung kerikil
sampai berangkal kuarsa memberikan gambaran akan kemungkinaN.
Penambangan timah putih lepas pantai, selama ini menggunakan kapal
keruk yang mempunyai kapasitas dapat menjangkau kedalaman 15-50 meter.
Sumber daya timah putih dengan sebaran berada pada kedalaman dari
permukaan air lebih dari 50 meter atau kurang dari 15 meter tidak tertambang.
Penggunaan kapal hisap yang mempunyai kapasitas dapat menjangkau
kedalaman lebih dari 50 meter memberikan peluang untuk mengusahakan
endapan timah putih lepas pantai tersebut. Selain itu endapan pada lepas pantai
yang dangkal kurang dari 15 meter dapat diusahakan oleh masyarakat atau
untuk pertambangan sekala kecil. Mengingat hal tersebut, maka aktifitas eksplorasi
untuk mendapatkan sumber daya timah putih khususnya endapan lepas pantai
kembali marak dilakukan akhir-akhir ini (Gambar 2).
Gambar 2. Kapal eksplorasi untuk pengeboran cebakan timah aluvial di lepas
pantai Dabo
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
5/21
Kadar timah terendah ekonomis (cut off grade) pada tahun 2007 untuk
endapan timah aluvial pada kisaran kadar 0.01% Sn, atau cebakan bijih timah
primer dengan kadar sekitar 0.1% Sn.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit sebagai
mineral utama, pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnit,
kalkopirit, kuprit, senotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Mineral-
mineral ikutan pada bijih timah akan terpisahkan pada proses pengolahan,
sehingga berpotensi menjadi produk sampingan.
Penambangan timah putih dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
semprot, penggalian dengan menggunakan excavator, atau menggunakan kapal
keruk untuk penambangan endapan aluvial darat yang luas dan dalam serta
endapan timah lepas pantai. Kapal keruk dapat beroperasi untuk penambangan
cebakan timah aluvial lepas pantai yang berada pada kedalaman sekitar 15
meter sampai dengan 50. Penambangan menggunakan cara semprot dilakukan
terutama pada endapan timah aluvial darat dengan sebaran tidak luas dan relatif
dangkal.
Penambangan dengan menggunakan shovel/excavator dilakukan untukmenggali cebakan timah putih tipe residu, yang merupakan tanah lapukan bijih
primer, umumnya berada pada lereng daerah perbukitan (Gambar 3).
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
6/21
Gambar 3. Bekas penggalian tanah residu mengandung timah putih, tidak
direklamasi, Pulau Singkep.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
7/21
BAB 3
ISI
2.1 Pengertian Timah
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol
Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam
miskin keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam
udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk
melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama darimineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang
rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan
listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat
mengkilap dan mudah dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah
sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin
dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri
dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.
2.1.1 Sifat dan Bentuk Timah
1. Sifat Timah
a. Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi
+2 dan +4.
b. Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu
metalik.
c. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi
disebabkan terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat
proses oksidasi lebih jauh.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
8/21
d. Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi
dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam.
e. Proses oksidasi dipercepat dengan meningkatnya kandungan
oksigen dalam larutan.
f. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk
SnO2.
g. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa
biasa disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C
dengan struktur ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan timah
beta berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi,
dan bersifat sebagai konduktor.
h. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut
organic seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah
juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
i. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II)
cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari
pelarutan Sn dalam HCl pekat panas.
j. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV)
klorida.
k. Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
2. Bentuk Timah
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal.
Jika dipanaskan timah abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus
berubah pada 13.2°C menjadi timah putih (timah beta) yang memiliki
struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia
pelan pelan berubah dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini
disebabkan ketidakmurnian ( impurities ) seperti alumunium dan
seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimony atau
bismuth.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
9/21
Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit
asam, dan membentuk stannate salts dengan oksida.
2.1.2 Keberadaan Timah di Alam
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi
diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral
cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah
SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%.
Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat
perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu
stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-
timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral
kompleks dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral
ini biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain
seperti perak.
Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak
bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan
seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite
banyak ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau
sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana
dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri
dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan
kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau
istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 Kg
Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus
ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu
daerah geografi dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara
termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang
tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan
Zimbabwe.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
10/21
2.1.3 Senyawa Timah
1. Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang
diperoleh dengan pemanasan Sn dengan hf dan hcl gas.
2.
Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan dalam pasta gigi
yang mengandung fluorida. Air menghidrolisis SnCl2 menjadi klorida
yang bersifat basa, tetapi dari larutan asam encer SnCl2.2H2O dapat
terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam larutan yang mengandung
ion halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK 1
SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK 1
3.
Dalam larutan akua fluorida, SnF3-
adalah spesies yang utama, tetapiion-ion SnF+ dan Sn2F5 dapat dideteksi.
4. Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO,
menghasilkan adduct peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
5. Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam
perklorat, yang dapat diperoleh dengan reaksi Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu
+ Sn2+ + 2 ClO4-.
2.1.4 Reaksi – reaksi Timah
Timah putih adalah timah yang mudah dibentuk. ada suhu 13,2°C,
secara perlahan, timah putih berubah menjadi tepung yang bewarna abu-
abu yang disebut timah abu-abu. Bila timah putih yang dipanaskan akan
menjadi sangat rapuh yang disebut timah rapuh. Timah putih dipakai
sebagai pelapis kaleng agar mengkilap dan tahan korosi. Timah juga
dipakai sebagai logam campuran dalam perunggu (tembaga dan timah)
dan sebagai logam solder (campuran timah dengan timbal). Timah lebih
mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak dapat dipakai
sebagai pelindung besi.
1. Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini
dapat teroksidasi oleh asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H¬2
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
11/21
Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi,
menjdi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
2.
Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2.
3. Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2(Senyawa timah, seperti SnF2
dipakai dalam bahan pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai
sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).
2.2 Eksplorasi Timah
Eksplorasi merupakan kegiatan kajian dan analisa sistematis guna mengetahui
seberapa besar cadangan biji timah yang terkandung. Didalam operasional
kegiatan eksplorasi melibatkan beberapa komponen seperti surveyor (pemetaan
awal), sumur bor/small bore ( mengambil sample timah dengan teknik bor tanah),
lab analisis, hingga pemetaan akhir geologis (geological map).
Proses eksplorasi sangat menentukan berjalannya suatu proses penambangan
timah. Karena dari tahap inilah muncul data peta geologis secara lengkap sebagai
panduan utama dalam kebijakan penambangan timah. Sehingga proses
selanjutnya dapat ditempuh dengan berbagai analisa operasional yang baik,
termasuk rencana anggaran dan sebagainya.
2.2.1 Operasional Penambangan ( Mining )
Didalam proses penambangan timah dikenal 2 jenis penambangan yaitu :
1. Penambangan Lepas Pantai
Pada kegiatan penambangan lepas pantai, perusahaan
mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di daerah
lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas
mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft.
Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter
sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih
dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
12/21
dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100 karyawan
yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam
sepanjang tahun.
Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi
pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut
dengan kapal tongkang untuk dibawa ke Pusat Pengolahan Bijih
Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya selain
bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan
peleburan yaitu minimal 70-72% Sn.
2. Penambangan Darat
Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau
Bangka Belitung, tentunya system operasional yang digunakan
tidaklah sama seperti pada wilayah lepas pantai.
Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa
semprot (gravel pump).Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan
kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh
perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah dilakukan
pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan
mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur pengelolaan
lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil produksi
dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah
disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja Sama.
Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan
wilayah sungai besar yang disebut dengan kolong/danau.
Kolong/danau itulah merupakan inti utama cara kerja penambangan
darat, karena pola kerja penambangan darat sangat tergantung pada
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar.
Sehingga bila kita lihat dari udara, penambangan timah darat selalu
menimbulkan genangan ari dalam jumlah besar seperti danau dan
tampak berlobang-lobang besar.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
13/21
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa
Pertambangan (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta
yang merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan. Hampir
80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat
mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai
dengan Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam. Produksi
penambangan timah menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar
tertentu.
2.3 Pengolahan Timah
Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah
( kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan
serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan
kadar timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang
akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam
timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal
dengan nama timah putih yakni campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9%
tembaga serta terkadang ditambah timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk
peralatan logam pelindung dan pipa dalam industri kimia, industri bahan
makanan dan untuk menyimpan bahan makanan.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu
meningkatkan kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam
laut atau lepas pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah itu
dilakukan pembilasan dengan air atau washing dan kemudian diisap dengan
pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20 – 30 %
timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar kandungan
timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat
biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup tinggi >60%.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
14/21
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
2.3.1 Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam
ore bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan
pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan
menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
2.3.2 Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan
pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh,
setelah itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah
pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya
dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan
pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui
kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
15/21
2.3.3 Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih
timah yang mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah
yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya,
yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau
gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan
ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
2.3.4
Pengolahan Tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai
yang mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya
adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah
tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat
pengolah ini adalah 60 kg/jam.
2.3.5 Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanyaadalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary
dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan
menggunakan solar.
2.3.6 Klasifikasi
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
16/21
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses
pemisahan /klasifikasi lanjutan yakni:
1. Klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
2.
Klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension
separator
3. Klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic
separator.
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti
shaking table , air table dan multi gravity separator(untuk pengolahan
terak/tailing).
2.3.7 Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang
terbilang tinggi seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan
diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada
Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik
berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara
mineral halus berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan
ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table sehingga
menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting,
sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan.
Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension
separator – pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya
atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan
Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan
Xenotime. Lalu masing masing dipisahkan kembali berdasarkan
kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga dihasilkan secara
terpisah, thorium dan zircon.
2.3.8 Proses Pre-Smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-
smelting yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
17/21
peleburan, misalnya preparasi material,pengontrolan dan penimbangan
sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
2.3.9 Proses Peleburan ( Smelting)
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
1. Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
2. Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan
hardhead dan slag II.
3. Proses peleburan berlangsung seharian – 24 jam dalam tanur guna
menghindari kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat
tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian –
bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature
recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint
temperature recorder dan combustion air controller.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
18/21
Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal
dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang
selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya menjadi
panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging
yakni bahan baku – bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur
melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu
1100 – 15000C. Unsur – unsur pengotor akan teroksidasi menjadi
senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair.
Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun
adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan
dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya
dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang
berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk
dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum
dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm
flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
2.3.10 Proses Refining ( Pemurnian )
1.
Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas
titik lebur sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan
mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga
logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau
hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material
yang ditambahkan terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn.
Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor:
serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk
mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan
sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan
NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
19/21
kadar hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities
yang tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities
sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
2.
Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer
dengan bantuan agar parameter proses tetap konstan sehingga dapat
diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan
mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai
pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan
dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature
lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan
dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya.
Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan temperatur yang
mendekati titik solidifikasi timah.
3. Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan
kadar yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk
PT. Timah: Four Nine ).
Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.
Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit yang
menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi
dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda – anoda dan
katoda – yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses elektrorefining
yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine (timah
berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya,
berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang
beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses
pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari
anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang
mengalir dengan voltase tertentu dan tidak terlalu besar.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
20/21
2.3.11 Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis.
Peralatan pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan
kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses ini memakan
waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C.
Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine,
pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang
memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan :
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan
pertama pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada
piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan
berikutnyadan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari
drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju
pendinginan akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai
kulitas yang bagus atau sesuai standar.
5. Ingat timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.
2.4 Kegunaan Timah
Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan
untuk solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%),
kuningan & perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi
lain (11%). Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah
ditemukan. Masalah lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi
kegunaan timah.Hasil dari riset yang sedang dilakukan di Internatioanal Tin
Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri, banyak pasar baru untuk
timah sedang dikembangkan.
8/18/2019 Makalah PSDME Jadi
21/21
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol
Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam
miskin keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi
dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan
digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat.2. Mineral Utama timah adalah cassiterite.
3. Proses penambangan timah dilakukan dengan dua cara yaitu penambangan
lepas pantai dan penambangan darat.
4. Pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses diantarannya washing,
pemisahan ukuran, pemisahan berdasarkan berat jenis, pengolahan tailing, dll.
5. Pemanfaatan logam timah banyak dipergunakan untuk solder(52%), industri
plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%),
industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%)
4.2 Saran
Indonesia sebagai produsen timah putih terbesar di dunia sangat berpeluang
mengembangkan industri dengan mengandalkan bahan timah putih, agar
didapatkan nilai tambah berganda berupa pengembangan sektor usaha ikutan yang
lain dan penciptaan lapangan kerja dan perlu meningkatkan teknologi dan system
pengolahan timah di Indonesia.
Recommended