Download pdf - MAKALAH JADI

Transcript

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,karena dengan bimbingan,tuntutan,taufik,hidayah serta inayah-Nya penulis mampu menyelesaikan laporan praktikum ini dengan judul Pencemaran Udara. Laporan praktikum ini penulis susun guna memenuhi salah satu tugas praktikum Ilmu pengetahuan Lingkungan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Laporan praktikum ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dorongan dari berbagai pihak.Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Orang tua penulis yang telah membantu secara moral dan material. 2. Dr.Sunarto, M.S. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pengetahuan Lingkungan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan demi kesempurnaan makalah ini. 3. Dr.Prabang Setyono, S.Si,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pengetahuan Lingkungan. 4. Dr.Edwin Mahajoeno S.Si,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pengetahuan Lingkungan. 5. Mas Cesario selaku asisten pembimbing praktikum yang selalu membimbing dalam praktikum Ilmu Pengetahuan Lingkungan. 6. Teman-teman Biologi angkatan 2010. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini. Dalam penyusunan laporan ini penulis berusaha memberikan yang terbaik demi kesempurnaan.Namun,sesuai peribahasa Tak ada gading yang tak

retak,makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu,penulis mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dan kesalahan.Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi penulis secara pribadi dan pembaca pada umumnya,sehingga dapat menambah pengalaman dan pengetahuan. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Surakarta,

Mei 2011

Penulis

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan dengan judul Pencemaran Udara ini disusun sebagai tugas Praktikum Ilmu Pengetahuan Lingkungan Jurusan Bikologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

Telah disetujui dan disahkan

Hari Tanggal

: :

Surakarta, Mengetahui Asisten Pembimbing

Mei 2011

Praktikan

Cesario

Kelompok II

BAB III METODE PENELITIAN

1. Waktu dan tempat Penelitian Laporan ini dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kelompok II Ilmu Pengetahuan Lingkungan pada tanggal 16 April

2011.Percobaan ini dilakukan di Halaman Utama Gedung C Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Uns.

2. Alat dan Bahan 1) Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Ph meter b. Xray flouresense c. Ember d. Botol mineral 600 ml 2) Bahan Bahan yang digunakan meliputi: a. Air hujan bolevard belakang Uns b. Air DI (De Ionisasi/air bebas ion) c. Tisu 600 ml secukupnya secekupnya 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

3. Cara Kerja Secara terperinci langkah kerja praktikum pencemaran udara kelompok II meliputi: a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum pencemaran udara.

b. Menampung air hujan secara langsung dengan ember di bolevard belakang UNS minimal 3 hari sebelum dilakukanya pengecekan kadar ph dan pb. c. Masukan air hujan hasil tampungan langsung kedalam botol mineral 600 ml dan tutup dengan rapat. d. Simpan selama beberapa hari hindari dari kontak matahari langsung dan merenggangya tutup botol. e. Dilakukan uji kadar ph dan pb pada air hujan Menguji kadar ph Dengan menggunakan alat ph meter Melakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut: Menyiapkan buffer ph 7 dan buffer 4 Membuka penutup plastik elektroda Bilas elektroda dengan air DI(De Inonisasi/air ion bebas) Keringkan dengan kertas tissu Menyalakan ph meter dengan menekan tombol ON/OFF Memasukan elektroda kedalam larutan buffer ph7 Menekan tombol CAL 2X,putar elektroda agar larutan homogeny Nilai akan tertera didisplay tunggu samapi tidak berubah Menekan tomnol CAL 1X dan tunggu tulisan CAL di display berhenti kedip Angkat dari buffer ph 7,bilas dengan air DI dan keringkan Melakukan hal yang sama pada buffer ph 4 Ph meter telah siap digunakan

Menyiapkan sampel air hujan

Membuka penutup plastik elektroda lalu bilas dengan air DI,keringkan Ph meter dinyalakan dengan menekan tombol ON/OFF Memasukan elektroda kedalam air hujan kemudian putar agar larutan homogeny Biarkan minimal 10 detik Menekan tombol MEAS untuk memulai pengukuran,pada layar akan muncul tulisan HOLD yang berkedip Biarkan sampai tulisan HOLD pada layar berhenti berkedip Nilai ph yang ditunjukan pada layar adalah nilai ph air hujan Mematikan ph meter dengan menekan tombol ON/OFF

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada era yang semakin modern dengan tekhnologi yang semakin canggih pula, dan didukung dengan meningkatnya populasi di bumi ini, semakin banyak polusi yang ditimbulkan. Polusi ini berasal dari asap motor, pabrik-pabrik, pembakaran sampah dll. meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahri yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi keangkasa sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat gas rumah kaca tadi. Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-ratapermukaan bumi yang kemudian dikenal dengan pemanasan global.Pemanasan global ini pada akhirnya membawa dampak terjadinya perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan di bumi, melalui adanya perubahan musim secara ekstrem, contohnya musim kemarau yang berkepanjangan yang menyebabkan kekeringan yang dibarengi dengan kenaikan intesitas curah hujan yang mengakibatkan banjir.

Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dengan konsumsi bahan bakar minyak yang semakin besar dan tidak seimbang dengan pertumbuhan prasarana jalan menimbulkan kemacetan dan pencemaran udara semakin tinggi.Gas yang dikategorikan sebagai gas rumah kaca adalah gas-gas yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap efek rumah kaca, antara lain karnondioksida (CO2), methan (CH4), dinitrogen oksida (N2O), CFC, karbon monoksida (CO). Gas rumah kaca yang berada di atmosfer ditimbulkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas dan batu bara seperti pada pembangkit listrik, kendaraan bermotor, AC,

sebagainya), selain itu gas rumah kaca juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian.

Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan. Gas-gas dan partikulatpartikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan troposfer.Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati ambang batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar. Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut:

Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi manusia.

Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.

Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.

Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan. Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran udara utama,

yang sangat besar peranannya dalam masalah pencemaran udara.Kegiatan perkotaan yang meliputi kegiatan sektor-sektor permukiman, transportasi, komersial, industri, pengelolaan limbah padat, dan sektor penunjang lainnya merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah kualitas udara perkotaan. Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu sumber pencemar udara. Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya.Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain. Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumbersumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang direncanakan. Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia adalah faktor potensi dispersi atmosfer daerah perkotaan, yang akan sangat tergantung kepada kondisi dan perilaku meteorologi.

Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi.Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu mengeluarkan senyawasenyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya. Dan, untuk mengetahui kadar polutan di udara, maka praktikan melakukan penelitian tentang pencemaran udara, tempat yang menjadi sasaran adalah wilayah kampus UNS dengan 7 tempat yang berbeda, yaitu di boulevard belakang UNS, halaman depan rektorat, halaman belakang rektorat halaman parkir fakultas MIPA UNS, tikungan kedokteran UNS, boulevard depan UNS, depan GOR, dari tempattempat itu, untuk mengetahui polutannya, penulis mengambil sample berupa air hujan yang harus langsung ditampung dalam botol agar tidak terkontaminasi dengan pengaruh luar. Dan dari sample air hujan ini, maka dapat dilihat kandungan pH, Pbnya. Penelitian ini baru diujikan disekitar kawasan UNS saja, dari penelitian ini, kita dapat melakukan pengujian misalnya ditempat lain, seperti lingkungan tempat tinggal kita.

B. Rumusan Masalah 1. Apakah penyebab terjadinya pencemaran udara ? 2. Bagaimana kualitas udara di lingkungan sekitar kampus UNS ? 3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara? 4. Bagaimana upaya untuk mencegah dan mengatasi pencemaran udara di lingkungan sekitar ? 5. Bagaimanakah pencemaran udara yang terjadi di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penyebab pencemaran udara khususnya dikawasan UNS. 2. Untuk mengetahui kualitas udara di lingkup UNS dengan cara pengukuran parameter dan kandungan logam beratnya.

D. Manfaat Penelitian Adapun berikut : 1. Mengetahui penyebab pencemaran udara khususnya dikawasan UNS. 2. Mengetahui kualitas udara di lingkup UNS. 3. Dapat mengatasi dan meminimalisir terjadinya masalah pencemaran udara di lingkungan sekitar. manfaat penelitian dalam praktikum kali ini adalah sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervarisai adalah air dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida CO2. jumlah uap air yang terdapat diudara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu. Konsentrasi CO2 diudara selalu rendah, yaitu 0,03 %. Konsentrasi CO2 mugkin naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per seratus persen, misalnya disekitar proses-proses yang menghasilkan CO2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran atau disekitar kumpulan massa manusia didalam ruangan yang terbatas yaitu karena pernafasan. Konsentrasi CO2 yang relatif rendah dijumpai diatas kebun atau ladang tanaman yang sedang tumbuh atau diudara yang baru melalui lautan. Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh absorbsi CO2 oleh tanman selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 didalam air. Tetapi pengaruh prosesproses tersebut terhadap konsentrasi total CO2 sangat kecil karena rendahnya konsentrasi CO2. Pencemaran udara boleh didefinasikan sebagai terdapatnya gas, cecair atau zarah yang terkandung di udara sehingga berlakunya perubahan dan menjejaskan kehidupan atau bahan-bahan lain. Bahan-bahan tersebut terampai di udara dan memberi kesan negatif kepada manusia, tumbuh-tumbuhan dan haiwan. Ini sebabkan bahan-bahan ini akan masuk ke tubuh manusia melalui pernafasan dan berupaya menyekat pengaliran oksigen ke dalam salur-salur darah. Ini boleh menimbulkan pelbagai penyakit seperti penyakit kekejangangan, barah, asma, kekejangan dan anemia.

Habuk, asap, kabus, wap atau bahan-bahan lain yang boleh menghalang penglihatan mata merupakan pelbagai bentuk pencemaran udara. Klasifikasi Pencemaran Udara Pencemaran udara dibahagikan kepada dua bahagian, iaitu:

Pencemaran Udara Primer Penghasilan sulfur monoksida dan karbon monoksida akibat daripada proses pembakaran yang tidak lengkap adalah punca pencemaran udara primer. Proses ini menyebabkan zarah-zarah yang halus terampai-ampai di udara dan memberi kesan sampingan kepada kesihatan kita. Kebanyakan pencemaran udara primer ini dilepaskan melalui ekzos kenderaan, kawasan industri dan penggunaan dapur arang atau kayu.

Pencemaran Udara Sekunder Pencemaran udara sekunder pula adalah tindak balas sulfur dioksida yang bergabung dan membentuk dengan gas-gas yang tidak diperlukan oleh benda hidup. Sulfur dioksida memerlukan gas seperti karbon monoksida dan sufur monoksida (pencemar primer) untuk membentuk gas-gas lain. Sebagai contoh, gabungan sulfur dioksida, sulfur monoksida dan wap air akan menghasilkan asid sulfurik. Tindakbalas antara pencemar primer dengan gasgas terampai di atmosfera akan menghasilkan peroksid asetil nitrat (PAN).

Jenis-jenis Bahan Pencemar Antara jenis-jenis bahan pencemar adalah seperti berikut :

Sulfur dioksida Karbon monoksida Nitrogen dioksida dan ozon Alergen Plumbum dan logam-logam lain

Punca Pencemaran Pencemaran udara boleh berpunca daripada :

Pelepasan asap kenderaan Proses industri - penghasilan bahan pencemaran oleh kilang-kilang asbestos/ simen/ bateri kereata

Pembakaran di tempat pelupusan - pembakaran terbuka di bandar Pembakaran hutan Pelepasan habuk - pembakaran sisa kayu/ sekam padi Bahan-bahan sisa bandaran - sampah-sarap , sisa-sisa makanan Aktiviti Masyarakat - membakar sampah, memasak menggunakan arang/ kayu, merokok

SUMBER-SUMBER PENCEMARAN UDARA Bahan-bahan kimia yang kehadirannya dalam lingkungan hidup dapat menyebabkan terganggunya kesejahteraan hidup manusia, hewan maupun tumbuhtumbuhan disebut bahan pencemar. Sebagai sumber utama terjadinya pencemar adalah: 1. Proses-proses alam, antara lain pembusukan secara biologis, aktivitas gunung berapi, terbakarnya semak-semak, dan halilintar. 2. Pembuatan/aktivitas manusia, seperti:

Hasil pembakaran bahan bakar yang terjadi pada industri dan kendaraan bermotor.

Pengolahan dan penyulingan bijih tambang mineral dan batubara. Proses-proses dalam pabrik. Sisa-sisa buangan dari aktivitas-aktivitas tersebut di atas.

Pencemaran lingkungan ini sudah terjadi sejak jaman dahulu kala, sejak adanya manusia, tetapi baru abad 20 pencemaran yang diakibatkan karena manusia ini menjadi pokok bahasan pada semua kalangan masyarakat dan perlu mendapat penanganan dan pengawasan secara serius. Faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagai hasil sampingan perbuatan manusia meliputi;

Faktor Industrialisasi Faktor Urbanisasi Faktor Kepadatan Penduduk Faktor Cara Hidup Faktor Perkembangan Ekonomi

Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi secara kompleks.Apabila salah satu faktor terjadi, maka faktor lainnya dapat terjadi, dengan demikian terjadinya pencemaran lingkungan tidak dapat dihindari. Contoh-contoh faktor-faktor yang sangat mengganggu lingkungan hidup antara lain: 1. Faktor Industrialisasio

Pertambangan, transportasi, penyulingan dan pengolahan bahan hingga menghasilkan barang yang dapat digunakan.

o

Pertambangan, transportasi, penyulingan dan penggunaan bahan bakar untuk menghasilkan energi.

o

Sisa-sisa buangan yang dihasilkan sebagai hasil sampingan selama proses-proses di atas.

2. Faktor Urbanisasio

Pembukaan transportasi.

hutan

untuk

perkampungan,

industri

dan

sistem

o

Penimbunan atau menumpuknya sisa-sisa buangan/sampah dan hasil?samping selama proses-proses di atas.

3. Faktor Kepadatan Penduduko o o

Meningkatnya kebutuhan tempat tinggal/perumahan. Meningkatnya kebutuhan pangan dan kebutuhan energi. Meningkatnya kebutuhan barang-barang konsumsi dan bahan-bahan untuk hidup.

4. Faktor Cara Hidupo

Penggunaan barang kebutuhan secara berlebihan sehingga terbuang percuma.

o o

Tuntutan akan kemewahan. Pemborosan energi.

5. Faktor Perkembangan Ekonomio o

Meningkatnya penggunaan bahan sumber, misal BBM, hasil hutan. Meningkatnya sisa-sisa buangan sebagai hasil sampingan produksi barang-barang kepentingan dalam pabrik dan meningkatnya bahan pencemar.

Tabel 1 AKTIVITAS MANUSIA DAN HASIL SAMPING YANG DITIMBULKAN Jenis Aktivitas Hasil Samping yang ditimbulkan Pembuangan kotoran, air kotoran Sampah Pencemaran udara Kebutuhan tempat tinggal, dan lain-lain Pencemaran Udara Pencemaran Air Pencemaran Suara Kecelakaan Kebutuhan tanah untuk jalan, dan lain-lain Pencemaran Udara Pencemaran Air Pencemaran tanah Sampah/sisa-sisa sebagai buangan Pencemaran panas

1 Rumah Tangga

2 Transportasi

3

Industri Pabrik

dan

Suara/kebisingan Kebutuhan tanah, dan lain-lain. Pencemaran udara karena demu Pencemaran air Sampah/sisasisa sebagai buangan Kebutuhan tanah, dan lain-lain. Pencemaran Air Pencemaran tanah Buagan kotoran Kebutuhan tanah, dan lain-lain.

4 Pertambangan

5 Pertanian

Tabel 2 SUMBER ENERGI DAN PENGARUHNYA No Sumber Energi Pengaruh pada lingkungan

1 Energi Matahari Pertambangan bahan-bahan galian Pemanfaatan tempat tinggal 2 Batubara 3 Minyak Bumi 4 Gas Alam Pertambangan Pencemaran udara karena pembakaran Pencemaran panas Pencemaran udara karena pembakaran Pencemaran air Pencemaran udara karena pembakaran

5 Nuklir 6 Biomass

Pencemaran udara karena radiasi Pemcemaran panas Penumpukan sisa buangan Penggunaan tanah Pencemaran udara

Zat-zat Pencemaran Udara

Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain:

Karbon monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC, Timbal dan Karbondioksida.

1.

Karbon monoksida (CO) Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan bermotor.

2.

Nitrogen dioksida (NO2) Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.

3.

Sulfur dioksida (SO2) Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.

4.

Partikulat (asap atau jelaga) Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal.

Macam-macam partikel, yaitu : a. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara/td>

b.Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di udara c.Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan cair dan melayang berhamburan di udara aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang di udara

d.Dust(debu) :

5.

Hidrokarbon (HC) Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.

6.

Chlorofluorocarbon (CFC) Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray.

7.

Timbal (Pb) Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.

8.

karbon dioksida (CO2) Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.

(Fardiaz, Srikandi.1982) Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan.Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.Pencemaran udara

dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas.Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll.Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan. Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit. Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara. Hasil pemeriksaan kualitas udara disekitar stasiun kereta api dan terminal di kota Yogyakarta pada tahun 1992 menunjukkan kualitas udara sudah menurun, yaitu kadar debu rata-rata 699 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,030,086 ppm, kadar NOx sebesar 0,05 ppm dan kadar Hidro Karbon sebesar 0,350,68 ppm.

Kondisi kualitas udara di Jakarta Khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung rata-rata 155 ug/m3, dan Casablanca rata-rata 680 ug/m3, Tingkat kebisingan pada terminal Tanjung Priok adalah rata-rata 74 dBA dan di sekitar RSUD Koja 63 dBA. Disamping kualitas udara ambien, kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) juga merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Timbulnya kualitas udara dalam ruangan umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) , lain-lain (13%). Sumber pencemaran udara dapat pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur yang berupa asap, Menurut beberapa penelitian pencemaran udara yang bersumber dari dapur telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA. Dari hasil penelitian pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan yang dilakukan oleh FKMUI tahun 1987 terhadap spesimen darah pekerja jalan tol Jagorawi, menunjukkan kadar Timah Hitam adalah 3,92-7,59 ug/dl. Kemudian pada pengemudi dan petugas polantas diatas 40 ug/dl. Sedangkan kadar timah hitam di udara kota Jakarta berkisar antara 0,2-1,8 ug/m3. Diperkirakan 1 ug/dl timbal di udara sudah dapat menyebabkan tercemarnya darah oleh timbal sekitar 2,5- 5,3 ud/dl. Selanjutnya akumulasi timbal sebesar 10 ug/dl dalam darah dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak hingga 2,5 poin. Diperkisakan padatahun 1999 sebesar 1 juta poin tingkat kecerdasan anak-anak di Jakarta telah hilang. Hasil penelitian 1998 pada 131 anak sekolah usia 7 tahun di Jakarta dilaporkan terdapat kandungan Timbal dalam darah sebesar 7,7 ug/dl. Kejadian kebakaran hutan beberapa tahun yang lalu memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi berbagai pihak, khususnya sektor kesehatan.Akibat yang terjadi tidak dapat dihindarkan adalah menurunnya kualitas udara sampai taraf yang membahayakan kesehatan dan akhirnya menimbulkan dan meningkatkan gangguan penyakit saluran pernafasan seperti ISPA, asthma dan pneumonia serta penyakit mata. Tercatat di beberapa lokasi debu mencapai 10 kali lebih besar dibanding

dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan, dan masyarakat yang memerlukan pengobatan di berbagai sarana pelayanan kesehatan meningkat tajam. Penderita ISPA pada daerah bencana asap meningkat sebesar 1,8-3,8 kali lebih besar dari jumlah penderita ISPA pada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. Pada saat kebakaran hutan tahun yang lalu, kualitas udara di wilayah Kalimantan Barat sudah pada taraf membahayakan Kesehatan dimana kadar debu mencapai angka di atas 1.490 ug/m3, dimana batas ambang yang diperkenankan sebesar 230 ug/m3. Kabut asap akibat kebakaran hutan yang telah merambah ke berbagai propinsi, seperti Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Riau, bahkan telah berpengaruh sampai wilayah manca negara seperti Malaysia dan Thailand. Mengingat bahayanya pencemaran udara terhadap kesehatan sebagaimana kasus-kasus tersebut diatas, maka dipandang perlu bagi petugas kesehatan di daerah untuk mengetahui berbagai parameter pencemar seperti : sifat bahan pencemar, sumber dan distribusi, dan dampak yang mungkin terjadi juga cara pengendalian, maka diperlukan suatu pedoman atau acuan dalam rangka meminimalkan terjadi dampak terhadap kesehatan . Jenis parameter pencemar udara dalam buku pedoman, didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall (debu jatuh). Empat parameter yang lain (Total Fluorides (F), Fluor Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat indeks).

( Sundell, Jan. 2004 ) Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun

kegiatan manusia.Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara.Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder.Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer.Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder. Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer semakin meningkat. Kegiatan manusia

Transportasi Industri Pembangkit listrik Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan bakar)

Sumber alami

Gunung berapi Rawa-rawa Kebakaran hutan Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi

Sumber-sumber lain

Transportasi amonia Kebocoran tangki klor Timbulan gas metana dari lahan uruk/tempat pembuangan akhir sampah Uap pelarut organik

Jenis-jenis pencemar

Karbon monoksida Oksida nitrogen Oksida sulfur CFC Hidrokarbon Ozon Volatile Organic Compounds Partikulat

Dampak Dampak kesehatan Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan.Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan

lainnya.Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik. Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015. Dampak terhadap tanaman Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis. Hujan asam pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:

Mempengaruhi kualitas air permukaan Merusak tanaman Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan

Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

Efek rumah kaca Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan

menimbulkan

fenomena

pemanasan

global.

Dampak dari pemanasan global adalah:

Pencairan es di kutub Perubahan iklim regional dan global

Kerusakan lapisan ozon Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari.Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer.Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian sehingga molekul-molekul ozon lebih cepat dari ozon.

pembentukannya,

terbentuk

lubang-lubang

pada

lapisan

Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.

cemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global. (Khedo, Kavi. 2010 )

Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-benar difikirkan oleh manusia.Ini merupakan masalah umum yang secara berangsur-angsur mempengaruhi kehidupan manusia. Istilah Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris. (Anonim, 2001) Tetapi istilah hujan asam tidaklah tepat, yang benar adalah deposisi asam.Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah.Deposisi

kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam.Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran. Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam.Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposis jenis pencemaran iini dapat terjadi sanagat jauh dari sumber pencemaran. Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta bercampur di atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujan asam. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui

pembakaran.Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di

bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara.Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat. (Soemarwoto O, 1992) 50% nitrogen oxides terdapat di atmosfer secara alami, dan 50% lagi juga terbentuk akibat kegiatan manusia, terutama akibat pembakaran BBF. Pembakaran BBF mengoksidasi 5-50% nitrogen dalam batubara , 40-50% nitrogen dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam mkinyak ringan dan gas. Makin tinggi suhu pembakaran, makin banyak Nox yang terbentuk. Selain itu NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu.Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut. Senyawa SO2 dan NOx ini akan terkumpul di udara dan akan melakukan perjalanan ribuan kilometer di atsmosfer, disaat mereka bercampur dengan uap air akan membentuk zat asam sulphuric dan nitric. Disaat terjadinya curah hujan, kabut yang membawa partikel ini terjadilah hujam asam. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta mongering bersama debu atau partikel lainnya. (Anonim. 2005) 2.2 Dampak Hujan Asam Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :

Danau Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman.Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. (Anonim, 2002) Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman. Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohonpohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman. Tumbuhan Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun.Sebagai akibatnya akar kekurangan tahuk energi, karena hasil zat fotosintesis yang tertahan di

tajuk.Sebaliknya

mengakumulasikan

potensial

beracun

tersebut.Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan

daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.

Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun. Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Dari analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman.Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun. Hewan Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies. Kesehatan Manusia

Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa Nox dan SO2.Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi.Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat. Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit. Korosi Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan. 2.3 Upaya Pengendalian Deposisi Asam Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saarterjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.

a. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi.Masalahnya ialah sampai saat ini Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi. Penggunaan gas alam akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi penggantian jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak akan menimbulkan masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol menghasilkan dua sampai lima kali formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini mempunyai sifat karsinogenik (pemicu kanker). b. Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci untukk membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida (sampai 50-90%). (Soemarwoto. 1992)

c. Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%. Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu mengakibatkan penurunan pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara. Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD.Ke dalam alat ini kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3.Gas buang selanjutnya didinginkan dengan air, sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur. Hasil samping proses FGD disebut gipsum sintetis karena memiliki senyawa kimia yang sama dengan gipsum alam. d. Pengendalian Setelah Pembakaran Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil

pembakaran.Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi, 2000. Prinsip teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan absorben, yang disebut scubbing. (Sudrajad. 2006)

Dengan cara ini 70-95% SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai industri. Cara lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakansebagi pupuk.

Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai bahan bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang umumnya dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding penyekat atau pemisah ruangan (partition boards) dan pelapis dinding (wall boards). d. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce) Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.Teknologi yang digunakan juga harus diperhatikan, teknologi yang berpotensi mengeluarkan emisi hendaknya diganti dengan teknologi yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan. Hal ini juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba membeli kendaraan pribadi, padahal transportasilah yang merupakan penyebab tertinggi pencemaran udara. Oleh karena itu kita harus memenuhi kadar baku mutu emisi, baik di industri maupun transportasi. (http://anafio.multiply.com)

A substance in the air that can cause harm to humans and the environment is known as an air pollutant. Pollutants can be in the form of solid particles, liquid droplets, or gases. In addition, they may be natural or man-made. Pollutants can be classified as primary or secondary. Usually, primary pollutants are directly emitted from a process, such as ash from a volcanic eruption, the carbon monoxide gas from a motor vehicle exhaust or sulfur dioxide released from factories. Secondary pollutants are not emitted directly. Rather, they form in the air when primary pollutants react or interact. An important example of a secondary pollutant is ground level ozone one of the many secondary pollutants that make up photochemical smog. Some pollutants may be both primary and secondary: that is, they are both emitted directly and formed from other primary pollutants. About 4 percent of deaths in the United States can be attributed to air pollution, according to the Environmental Science Engineering Program at the Harvard School of Public Health. Major primary pollutants produced by human activity include:

Sulfur oxides (SOx) - especially sulphur dioxide, a chemical compound with the formula SO2. SO2 is produced by volcanoes and in various industrial processes. Since coal and petroleum often contain sulphur compounds, their combustion generates sulfur dioxide. Further oxidation of SO2, usually in the presence of a catalyst such as NO2, forms H2SO4, and thus acid rain. This is one of the causes for concern over the environmental impact of the use of these fuels as power sources.

Nitrogen oxides (NOx) - especially nitrogen dioxide are emitted from high temperature combustion. Can be seen as the brown haze dome above or plume downwind of cities. Nitrogen dioxide is the chemical compound with the formula NO2. It is one of the several nitrogen oxides. This reddish-brown toxic gas has a characteristic sharp, biting odor. NO2 is one of the most prominent air pollutants.

Carbon monoxide - is a colourless, odorless, non-irritating but very poisonous gas. It is a product by incomplete combustion of fuel such as natural gas, coal or wood. Vehicular exhaust is a major source of carbon monoxide.

Carbon dioxide (CO2) - a colourless, odorless, non-toxic greenhouse gas associated with ocean acidification, emitted from sources such as combustion, cement production, and respiration

Volatile organic compounds - VOCs are an important outdoor air pollutant. In this field they are often divided into the separate categories of methane (CH4) and non-methane (NMVOCs). Methane is an extremely efficient greenhouse gas which contributes to enhanced global warming. Other hydrocarbon VOCs are also significant greenhouse gases via their role in creating ozone and in prolonging the life of methane in the atmosphere, although the effect varies depending on local air quality. Within the NMVOCs, the aromatic compounds benzene, toluene and xylene are suspected carcinogens and may lead to leukemia through prolonged exposure. 1,3-butadiene is another dangerous compound which is often associated with industrial uses.

Particulate matter - Particulates, alternatively referred to as particulate matter (PM) or fine particles, are tiny particles of solid or liquid suspended in a gas. In contrast, aerosol refers to particles and the gas together. Sources of particulate matter can be man made or natural. Some particulates occur naturally, originating from volcanoes, dust storms, forest and grassland fires, living vegetation, and sea spray. Human activities, such as the burning of fossil fuels in vehicles, power plants and various industrial processes also generate significant amounts of aerosols. Averaged over the globe, anthropogenic aerosolsthose made by human activitiescurrently account for about 10 percent of the total amount of aerosols in our atmosphere. Increased levels of fine particles in the air are linked to health hazards such as heart disease,[3] altered lung function and lung cancer.

Persistent free radicals connected to airborne fine particles could cause cardiopulmonary disease.

Toxic metals, such as lead, cadmium and copper. Chlorofluorocarbons (CFCs) - harmful to the ozone layer emitted from products currently banned from use.

Ammonia (NH3) - emitted from agricultural processes. Ammonia is a compound with the formula NH3. It is normally encountered as a gas with a characteristic pungent odor. Ammonia contributes significantly to the nutritional needs of terrestrial organisms by serving as a precursor to foodstuffs and fertilizers. Ammonia, either directly or indirectly, is also a building block for the synthesis of many pharmaceuticals. Although in wide use, ammonia is both caustic and hazardous.

Odors such as from garbage, sewage, and industrial processes Radioactive pollutants - produced by nuclear explosions, war explosives, and natural processes such as the radioactive decay of radon.

Secondary pollutants include:

Particulate matter formed from gaseous primary pollutants and compounds in photochemical smog. Smog is a kind of air pollution; the word "smog" is a portmanteau of smoke and fog. Classic smog results from large amounts of coal burning in an area caused by a mixture of smoke and sulfur dioxide. Modern smog does not usually come from coal but from vehicular and industrial emissions that are acted on in the atmosphere by ultraviolet light from the sun to form secondary pollutants that also combine with the primary emissions to form photochemical smog.

Ground level ozone (O3) formed from NOx and VOCs. Ozone (O3) is a key constituent of the troposphere. It is also an important constituent of certain regions of the stratosphere commonly known as the Ozone layer. Photochemical and chemical reactions involving it drive many of the chemical processes that occur in the atmosphere by day and by night. At abnormally

high concentrations brought about by human activities (largely the combustion of fossil fuel), it is a pollutant, and a constituent of smog.

Peroxyacetyl nitrate (PAN) - similarly formed from NOx and VOCs. A large number of minor hazardous air pollutants. Some of these are regulated in USA under the Clean Air Act and in Europe under the Air Framework Directive.

Minor air pollutants include:

A variety of persistent organic pollutants, which can attach to particulate matter.

Persistent organic pollutants (POPs) are organic compounds that are resistant to environmental degradation through chemical, biological, and photolytic processes. Because of this, they have been observed to persist in the environment, to be capable of long-range transport, bioaccumulate in human and animal tissue, biomagnify in food chains, and to have potential significant impacts on human health and the environment. (Farhan, Ahmad. 2006)

Polusi udara di Jakarta adalah yang terparah di seluruh Indonesia, sampaisampai sebagian warga Jakarta memberikan julukan "kota polusi" kepadanya. Munculnya julukan tersebut tentu bukan tanpa alasan sama sekali. Data-data di bawah ini bisa memberikan gambaran tentang parahnya polusi udara di Jakarta.

Pertama, dalam skala global, Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3 di dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand). Kedua, masih dalam skala global, kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 (yaitu 104 mikrogram per meter kubik) dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia pada tahun 2004. Sebagai perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per meter kubik sebagai ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara. Ketiga, jumlah hari dengan kualitas tidak

sehat di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun.Pada tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, sedangkan pada tahun 2003, Jakarta dinyatakan sehat hanya selama 7 hari. Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Kelompok Kerja Udara Kaukus Lingkungan Hidup, pada tahun 2004 dan 2005, jumlah hari dengan kualitas udara terburuk di Jakarta jauh di bawah 50 hari. Namun pada tahun 2006, jumlahnya justru naik di atas 51 hari. Dengan kondisi seperti itu, tidak berlebihan jika Jakarta dijuluki "kota polusi" karena begitu keluar dari rumah, penduduk Jakarta akan langsung berhadapan dengan polusi.

Penyebab paling signifikan dari polusi udara di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang menyumbang andil sebesar 70 persen.Hal ini berkorelasi langsung dengan perbandingan antara jumlah kendaraan bermotor, jumlah penduduk dan luas wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan data Komisi Kepolisian Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta (tidak termasuk kendaraan milik TNI dan Polri) pada bulan Juni 2009 adalah 9.993.867 kendaraan, sedangkan jumlah penduduk DKI Jakarta pada bulan Maret 2009 adalah 8.513.385 jiwa. Perbandingan data tersebut menunjukkan bahwa kendaraan bermotor di DKI Jakarta lebih banyak daripada penduduknya.Pertumbuhan jumlah kendaraan di DKI Jakarta juga sangat tinggi, yaitu mencapai 10,9 persen per tahun. Angka-angka tersebut menjadi sangat signifikan karena ketersediaan prasarana jalan di DKI Jakarta ternyata belum memenuhi ketentuan ideal.Panjang jalan di DKI Jakarta hanya sekitar 7.650 kilometer dengan luas 40,1 kilometer persegi atau hanya 6,26 persen dari luas wilayahnya. Padahal, perbandingan ideal antara prasarana jalan dan luas wilayah adalah 14 persen.Dengan kondisi yang tidak ideal tersebut, dapat dengan mudah dipahami apabila kemacetan makin sulit diatasi dan pencemaran udara semakin meningkat. Penyebab lain dari meningkatnya laju polusi di Jakarta adalah kurangnya ruang terbuka hijau (RTH) kota. RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan

vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. RTH kota memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paruparu kota), pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin. Kurangnya RTH kota akan mengakibatkan kurangnya kemampuan ekosistem kota untuk menyerap polusi.

Berdasarkan perhitungan para ahli, luas RTH kota idealnya adalah minimal 30 persen dari luas seluruh wilayah kota. Perhitungan ini telah diadopsi dalam Pasal 29 UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sayangnya, dengan segala permasalahannya, Jakarta tampaknya belum dapat memenuhi luas ideal RTH kota dalam waktu dekat. Hingga tahun 2009, RTH Jakarta hanya 9 persen, sedangkan rencana RTH Jakarta pada tahun 2000-2010 hanya ditetapkan sebesar 13,94 persen. Ketidakmampuan Jakarta untuk memenuhi luas ideal RTH kota tentu akan berimbas pada memburuknya kadar polusi.

Buruknya kadar polusi udara di Jakarta menimbulkan banyak masalah sosial bagi penduduknya. Masalah utamanya tentu saja adalah masalah kesehatan.Menurut data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 46 persen penyakit di Jakarta disebabkan oleh pencemaran udara, di mana penyakit-penyakit umumnya adalah infeksi saluran pernapasan, asma, dan kanker paru-paru. Selain penyakit-penyakit itu, polusi juga berpotensi mengakibatkan perubahan fisiologis pada manusia seperti: melemahkan fungsi paru-paru dan memengaruhi tekanan darah.

Dampak

lanjutan

dari

menurunnya

kualitas

kesehatan

masyarakat

adalah

meningkatnya biaya untuk pengobatan.Jika masyarakat sakit-sakitan, tentu saja akan ada beban sosial pada masyarakat yang akan memengaruhi GDP (Gross Domestic

Product). Sebagai ilustrasi, biaya untuk mengatasi masalah kesehatan yang diakibatkan oleh polusi udara pada tahun 1998 mencapai Rp 1,8 triliun. Apabila peningkatan kadar polusi tidak juga dicegah, biaya tersebut akan terus meningkat dan bisa mencapai Rp 4,3 triliun pada tahun 2015.

Selain masalah kesehatan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat, polusi buruk juga memengaruhi estetika kota. Tentu tidak nyaman melihat suasana kota yang udaranya hampir terus-menerus dicemari kabut asap polusi dari kendaraan bermotor dan industri. (Yumiati, dkk .2006) Nowadays, especially in industrialized countries, people need to know information about the quality of the air that they are breathing. The pollution index method here studied is based on a simple indicator of the air quality in an urban context that is useful for communicating to citizens information about the state of air quality of a waste urban area [7, 8]. This index estimates the air quality by means of a series of pollutants critical in the Italian urban contexts. The calculation of the Pollution Index is based on the weighted mean value of the sub-indexes of the most critical pollutants.

It is expressed by a numerical index ranging from 1 to 7; an highest value of the index represents an highest value of environmental pollution, and, of course an highest health risk. By the correlation with the limit values of the pollutants in the ambient air, this index represents the trend of air quality of a certain urban zone. The seven levels of the index express also the satisfaction degree of the people and the protection degree of human health.

(Cannistraro, G dan L. Ponterio. 2009)

VALUES, INDEXES AND HEALTH RISKS FOR THE AQI (Air Quality Index) Numeric Value 0 50 51 75 76 100 101 125 Quality Indicator Optimum Index 1 people Good 2 people Moderate 3 people Mediocre 4 Generally there arent risks for people. People with chronic croniche cardiopathy feel respiratory symptoms only ashtma, bronchitis or may light No risks for No risks for Numeric Risks No risks for Health

during an intense physical activity 126 150 Healthy 5 for There risks people with

heartdiseases, olds and children 151 175 Unhealthy 6 people Many may feel

light

adverse

symptoms, however reversile. people 176 may Weak feel

gravest symptoms Very unhealthy 7 People may feel light adverse effects for health. There risks are for more olds,

children and people with diseases respiratory

Pada waktu sekarang ini, terutama pada negara-negara industri, orang-orang perlu untuk mengetahui informasi tentang kwalitas udara yang mereka hirup. Metode index polusi kini dipelajari berdasarkan pada indikator sederhana kwalitas udara dari keadaan perkotaan bahwa bermanfaat untuk komunikasi kepada penduduk tentang kwalitas udara dari area pembuangan penduduk.

Perhitungan dari indeks polusi berdasarkan pada penilaian yang berarti nilai dari sub-indeks polutan yang paling kritis. Perhitungan tersebut dinyatakan dalam indeks numerik dari 1 sampai 7; adalah nilai tertinggi dari indeks yang diwakili dari nilai tertinggi dari polusi lingkungan dan tentusaja resiko kesehatan juga tinggi. Korelasi dalam nilai- nilai terbatas dari polutan-polutan yang ada di udara sekitar, indeks ini diwakili kecenderungan dari kwalitas udara yang tentu saja dari daerah perkotaan. Tingkat-tingkat dari indeks menyatakan juga derajat kecenderungan dari orang-orang dan derajat perlindungan dari kesehatan manusia. (Agung, Anak G S.2008)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Spot Pengambilan Air Hujan 1. Kelompok 1 : Boulevard depan 2. Kelompok 2 : Boulevard belakang 3. Kelompok 3 : Tikungan FK 4. Kelompok 4 : depan GOR 5. Kelompok 5 : Depan rektorat 6. Kelompok 6 : Halaman belakang rektorat 7. Kelompok 7 : Parkiran FMIPA

Data Pengukuran logam Berat (PPM) No Jenis Logam 1 2 3 4 5 6 7 8 Cl P S Sn Fe Ag Cu Mn 914 382 218 52 23 11 10 8 928 0 233 47 0 4 9 0 920 363 230 54 25 6 10 0 966 440 245 54 23 11 11 7 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Pb Mo Nb Br Zn Ni Co V Cr Ti Si Al Mg CH2 Na Ba Sb Cd Zr K Ca

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 130

0 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 0 0 0 0 0 2 13 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 119 0 0 1.20 0 7 0 0 0 0

Tabel H2O dan Ph No 1 2 Kelompok 1 2 Ph 8,72 8,42 H2O 99,84 % 99,86 % Suhu 25 25

3 4 5 6 7

3 4 5 6 7

8,08 7,69 7,74 7,67 8,42

99,84 % 98,61 % -

25 25 25 25 25

B. Pembahasan Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar pencemaran udara yang ada di daerah sekitar UNS dengan cara analisis data dari air hujan yang dikumpulkan dari berbagai spot di lingkungan UNS. Digunakan air hujan adalah karena pada saat jatuh air hujan melarutkan kandungan logam-logam dalam udara yang dilaluinya. Dengan mengambil spot yang berbeda dapat dianalisis data kandungan logam berat yang berbeda dari setiap tempat. Air hujan ditampung dari masing-masing spot sebanyak 1600 ml sebagai sampel. Air ditampung pada botol yang ditutup rapat agar tidak terjadi kontaminasi dari udara luar. Air yang diambil adalah dari hujan yang turun pada satu hari dan hujan yang waktu turunnya tidak terlalu jauh dari waktu praktikum. Air hujan tidak ditampung selama dua hari (air hujan pada hari tertentu tidak dicampur dengan air hujan pada hari selanjutnya, karena air hujan yang ditampung pada hari yang berbeda akan mempunyai perbedaan pada senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya. Pada tabel hasil dapat dilihat bahwa suhu setiap tempat sama. Pada tempat-tempat yang lebih ramai kendaraan, Ph basa dan yang lainnya mendekati netral. Pada

pengukuran dengan X Ray Fluoresensi hanya dilakukan dari 4 kelompok. Karena data yang didapatkan sudah mencukupi intuk membuat analisis.

Di lingkungan UNS, air hujannya tidak ada yang berPh kurang dari 5,67. Hal ini berarti, air hujan pada lingkungan UNS tidak termasuk hujan asam, karena criteria hujan asam jika air hujan mempunyai Ph kurang dari 5,67. Pada hasil pengukuran kelompok 3 dan kelompok 7, didapatkan jumlah Pb 0 ppm, karena pada tempat tersebut jarang dilalui kendaraan bermotor dan keadaan tempat yang masih sangat asri. Distribusi ukuran partikel dan kelarutan pb dalam partikel juga harus dipertimbangkan biasanya kadar pb di udara sekitar 2 mg/m3. Jadi bila kadar Pb melebihi standar tersebut, maka berdampak negatif pada lingkungan. Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abuabu keperakan dengan titik leleh pada327,5C dan titik didih 1.740C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil

merupakansenyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angkaoktan secara ekonomi. Dari hasil praktilkum didapatkan hasil Pb yang berbeda dapat dikarenakan jumlah lalu lintas kendaraan yang berbeda pada setiap tempat. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110C dan 200C.Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalambensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini

akanterdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegenasam atau oksidator. Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pbke atmosfer berdasarkan estimasi skitar 8090% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satutempat dengan tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksikandungan pb pada bensin.

Pb pada racun adalah sistemik. Keracunan Pb akan menimblkan gejala: rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan GI (Gastro Intestinal), anorexia, muntahmuntah, encephalitis, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan, dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patogenomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. Pb organik cenderung menyebabkan encephalopathy. Padakeracunan akut, akan terjadi meninges dan ceberal, diikuti dengan stupor, coma, dankematian. Tekanan liquor cerebro-spinalis (LCS) tinggi, insomnia. SULFUR SIFAT FISIKA DAN KIMIA Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfurdioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristikbau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatifmasing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. JumlahSO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx. Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut : S + O2 < --------- > SO2 2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3

SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangatrendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut : SO SO2 + H2O2 ------------ > H2SO4 Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 .Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari padayang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme

lainnya.Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dankatalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia,intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Padamalam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatantertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet. SUMBER DAN DISTRIBUSI Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2.Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumbersumberalam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuatoleh manusia adalah ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidakmerata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebihtersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya Sumber SOx yang kedua

adalah dari proses-proses industri seperti pemurnianpetroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox. Hal ini disebabkan adanya elemen penting alamidalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga ( CUFeS2 dan CU2S ), zink (ZnS), Merkuri (HgS) dan Timbal (PbS). Kerbanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudahtereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehandaki didalam logam dan biasanya lebih mudah untukmenghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu SO2 secara rutindiproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian akan terdapat di udara. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadasr sebesar0,5 ppm.Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwairitasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadipada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderitayang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatifrendah. KHLORIN SIFAT FISIKA DAN KIMIA

Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi zat inert atau zat kurang aktif dalam air,yang termasuk senyawa khlorin adalah asam hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL).Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perangdunia ke-1. SUMER DAN DISTRIBUSI Khlorin merupakan bahan kimia penting dalam industri yang digunakan untuk khlorinasi pada proses produksi yangmenghasilkan produk organik sintetik, seperti plastik (khususnya polivinil khlorida), insektisida (DDT, Lindan, dan aldrin) danherbisida (2,4 dikhloropenoksi asetat) selain itu [juga digunakan sebagai pemutih (bleaching agent) dalam pemrosesansellulosa, industri kertas, pabrik pencucian (tekstill) dan desinfektan untuk air minum dan kolam renang.Terbentuknya gas khlorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses pemutihan (bleaching) dan produksi zat/senyawa organik yang mengandung khlor. Karena banyaknya penggunaan senyawa khlor di lapangan atau dalam industridalam dosis berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas khlorin akibat penggunaan yang kurang efektif. Hal ini dapatmenyebabkan terdapatnya gas pencemar khlorin dalam kadar tinggi di udara ambien. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin masukdalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosifdan menyebabkan iritasi dan peradangan. diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan

oksigen seperti terlihat dalam reaksi dibawah ini : CL2 + H2O --------- HCL + HOCL 8 HOCl --------- 6 HCl + 2HclO3 + O3 Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi menjadi asam khlorida danoksigen.Selain itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 6,0 ppm gas khlorin terasa pedas danmemerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar sebesar 14,0 21,0 ppm selama 30 60 menit dapat menyebabkanpenyakit paru-paru ( pulmonari oedema ) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru. Hujan Asam Hujan asam adalah hujan dengan pH air kurang dari 5,7. Hujan asam biasanya terjadi karena adanya peningkatan kadar asam nitrat dan sulfat dalam polusi udara. Hal ini biasanya terjadi karena peningkatan emisi sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) di atmosfer.Polutan asam yang dapat menyebabkan hujan asam adalah polutan bahan bakar fosil (misalnya, minyak, batu bara, dll) yang ditemukan dalam kadar tinggi dari knalpot mesin pembakaran internal (misalnya knalpot mobil). Hujan asam juga dapat terjadi dalam bentuk lain seperti salju.Hujan asam terjadi ketika gas-gas yang tercemar menjadi terjebak di dalam awan. Awan bisa melayang hingga ratusan bahkan ribuan kilometer sebelum akhirnya melepaskan hujan asam. Salah satu penyebab terjadinya hujan asam adalah keberadaan unsur klorin dan sulfur. Karena jika kedua unsur tersebut berinteraksi dengan unsur-unsur lain dalam udara akan mengakibatkan keadaan udara menjadi lebih asam. Hujan asam biasanya sulit dibedakan dari hujan air biasa karena warna dan rasanya hampir sama.Tapi kulit bisa merasakan hujan asam jika air hujan yang mengenai kulit

langsung membuat gatal-gatal, memerah. Untuk orang dengan kekebalan tubuh rendah akan langsung mengalami pusing. Bahaya yang dirasakan oleh manusia juga tidak terjadi secara langsung, bahkan untuk beberapa orang yang tidak terlalu sensitif dengan perubahan pH, berenang di kolam yang sudah tercemar hujan asam tidak akan menyebabkan efek langsung. Tapi polusi yang menyebabkan hujan asam yaitu sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) dapat membahayakan dan merusak kesehatan manusia.Gas-gas ini di atmosfer berinteraksi untuk membentuk sulfat halus dan partikel nitrat yang dapat dibawa hingga jarak yang jauh oleh angin dan terhirup jauh ke dalam paru-paru manusia.Partikel halus juga bisa menembus ruangan. Banyak studi ilmiah telah mengidentifikasi hubungan antara peningkatan kadar partikel halus dan peningkatan penyakit dan kematian dini karena gangguan jantung dan paru-paru, seperti asma dan bronkitis.Sedangkan efek ekologi hujan asam paling jelas terlihat pada pohon, danau, sungai, hutan dan hewan. Bahkan bangunan bisa mengalami efek korosif karena hujan asam, yang dapat merusak komponen pembangkit listrik, pabrik dan kendaraan bermotor.Hujan asam dapat membunuh beberapa spesies ikan yang rentan dengan perubahan pH air dan menurunkan keragaman hayati. Selain itu, untuk pH rendah juga dapat meningkatkan level aluminium di dalam air yang dapat membuat ikan stres kronis dan keracunan. Beberapa jenis tanaman dan hewan mungkin dapat menoleransi air yang asam. Namun bagi tanaman dan hewan yang sensitif, terutama spesies yang masih muda, hujan asam dapat membunuhnya.

Teknikfluoresensisinar

x

(XRF)

merupakansuatuteknikanalisis yang

yang

dapatmenganalisaunsur-unsur

membangunsuatu

material.Teknikinijugadapatdigunakanuntukmenentukankonsentrasiunsurberdasarkan

padapanjanggelombangdanjumlahsinar material ditembakisinar x berenergitinggi Kelebihan Akurasi yang relative tinggi

x

yang

dipancarkankembalisetelahsuatu

Dapatmenentukanunsurdalam material tanpaadanyastandar (bandingkan dg. AAS) Dapatmenentukankandungan dalambahanbiologismaupundalamtubuhsecaralangsung. mineral

Kekurangan tidakdapatmengetahuisenyawaapa yang dibentukolehunsur-unsur yang

terkandungdalam material yang akankitateliti. tidakdapatmenentukanstrukturdari atom yang membentuk material itu

Prinsip Kerja Menembakkanradiasifotonelektromagnetikke material yang diteliti Radiasielektromagnetik yang dipancarkanakanberinteraksidenganelektron

yang berada di kulit K suatuunsur. Elektron yang berada di kulit K akanmemilikienergikinetik yang

cukupuntukmelepaskandiridariikataninti, sehinggaelektronituakanterpentalkeluar. Peristiwapadatabungsinar-X.

Padateknik untukmengeluarkan barudari sample

XRF, electron yang di

digunakansinar-X

daritabungpembangkitsinar-X

darikulitbagiandalam untukmenghasilkansinar-X analisis.Untuksetiap atom di dalam sample,

intensitasdarisinar-X karakteristiktersebutsebandingdenganjumlah (konsentrasi) atom didalam sample. IntensitassinarX yang karakteristikdarisetiapunsur, diketahuikonsentrasinya,

dibandingkandengansuatustandar

sehinggakonsentrasiunsurdalam sample bisaditentukan.

BAB V DAFTAR PUSTAKA Agung, Anak G S. 2008. Dampak Bising dan Kualitas Udara Pada Lingkungan Kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari, vol 8 nomor 2 halm 162-167. Cannistraro, G dan L. Ponterio. 2009. Analysis of Air Quality In the Outdoor and Environment. International Journal of Civil and Environmental Engineering. Fardiaz, Sriakndi.1982.Polusi Udara dan Air. Jogjakarta:Kanisius Farhan, Ahmad. 2006. Analisis Unsur dalam Contoh Debu Udara di Jakarta Secara Spektrometri Pendar Sinar-x. Jurnal Nasional Lingkungan. http://anafio.multiply.com Khedo, Kavi. 2010. Jurnal Nasional Sensor Jaringan Nirkabel Polusi Udara. Jakarta: PS Soemarwoto O, 1992. Pencemaran Lingkungan Hidup. Jakarta: Balai Pustaka Sudrajad. 2006. Zat Pencemar. Jakarta: Balai Pustaka Sundell, Jan. 2004. Jurnal Internasional Kualitas Udara Indoor dan Iklim. Denmark: Technical University Yumiati, dkk. 2006.Air Pollution From Motor Vehicle. Journal of Eastern.