44
Laboratorium Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Laporan Kasus Universitas Mulawarman KONJUNTIVITIS PURULENTA D Oleh: Destina Ribkah St Lawani Meri Pembimbing dr. Yulia Anita, Sp.M

Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Laboratorium Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Laporan Kasus

Universitas Mulawarman

KONJUNTIVITIS PURULENTA

D

Oleh:

Destina Ribkah St

Lawani Meri

Pembimbing

dr. Yulia Anita, Sp.M

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada

SMF/Lab Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran - Universitas Mulawarman

RSUD A.W. Sjahranie

Samarinda

2013

Page 2: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

BAB 1

PENDAHULUAN

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau radang selaput lendir

yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis purulenta adalah

peradangan konjungtiva yang ditandai dengan sekret purulen seperti nanah, terkadang

disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.1

Konjungtivitis purulenta ditemukan pada orang dewasa atau pada anak-anak

dan bayi. Tersering pada bayi baru lahir pervaginam yang ibunya menderita penyakit

gonore atau klamidia.

Resiko terjadinya konjungtivitis purulenta pada bayi baru lahir (oftalmia

neonatorum) dari ibu yang tidak mendapat pengobatan gonore adalah sekitar 30%

berdasarkan laporan dari suatu studi di Amerika. Prevalensi terjadinya konjungtivitis

purulenta pada dewasa, baik laki-laki ataupun perempuan adalah sama.

Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis.1 Pembagian konjungtivitis

berdasarkan kausanya yaitu : konjungtivitis bakteri, konjungtivitis virus,

konjungtivitis klamidia, konjungtivitis alergi.2,3 Konjungtivitis juga bisa disebabkan

oleh iritasi yang disebabkan oleh debu, asap dan polusi udara lainnya, pemakaian

lensa kontak terutama dalam jangka panjang juga bisa menyebabkan konjungtivitis .4

Gejala umum pada konjungtivitis adalah mata merah dan pedes seperti

kelilipan, gejala lainnya adalah mata berair, mata terasa nyeri, mata terasa gatal,

pandangan kabur, peka terhadap cahaya, terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika

bangun pada pagi hari. Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya

sekret. Sekret merupakan produk kelenjar yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan

oleh sel goblet. Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat :

Air, kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi

Purulen, oleh bakteri atau chlamydia

Lengket, oleh alergi atau vernal, dan

Serous, oleh adenovirus.1

Gejala pada konjungtivitis purulenta pada umumnya sama seperti konjungtivitis yang

lain, hanya sekret yang terjadi adalah purulen.

Page 3: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Penatalaksanaan konjungtivitis purulenta yang disebabkan oleh Neisseria

gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis adalah dengan antibiotik.

Prognosis konjungtivitis purulenta yang disebabkan oleh Chlamydia

trachomatis lebih baik daripada yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.

Page 4: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Anatomi dari Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan

dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari

bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi

banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri

dari tiga bagian:

1. Konjungtiva palpebralis : menutupi permukaan posterior dari palpebra

dan dapat dibagi menjadi marginal, tarsal, dan orbital konjungtiva. 6

a. Marginal konjungtiva memanjang dari tepi kelopak mata sampai

sekitar 2mm di belakang kelopak mata menuju lengkung dangkal,

sulkus subtarsalis. Sesungguhnya merupakan zona transisi antara

kulit dan konjungtiva sesungguhnya.

b. Tarsal konjungtiva bersifat tipis, transparan, dan sangat vaskuler.

Menempel ketat pada seluruh tarsal plate pada kelopak mata atas.

Pada kelopak mata bawah, hanya menempel setengah lebar tarsus.

Kelenjar tarsal terlihat lewat struktur ini sebagai garis kuning.

c. Orbital konjungtiva berada diantara tarsal plate dan forniks.

2. Konjungtiva bulbaris : menutupi sebagian permukaan anterior bola mata.

Terpisah dari sklera anterior oleh jaringan episklera dan kapsula Tenon.

Tepian sepanjang 3mm dari konjungtiva bulbar disekitar kornea disebut

dengan konjungtiva limbal. Pada area limbus, konjungtiva, kapsula Tenon,

dan jaringan episklera bergabung menjadi jaringan padat yang terikat

secara kuat pada pertemuan korneosklera di bawahnya. Pada limbus, epitel

konjungtiva menjadi berlanjut seperti yang ada pada kornea. 6 konjungtiva

bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan,

mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah

dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet

Page 5: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-

kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.

3. Forniks : bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian

posterior palpebra dan bola mata. Forniks konjungtiva berganbung dengan

konjungtiva bulbar dan konjungtiva palpebra. Dapat dibagi menjasi forniks

superior, inferior, lateral, dan medial forniks. 6

Gambar 2. Struktur anatomi dari conjungtiva

Dikutip dari Khurana AK. Disease of The Conjunctiva. Dalam: Comprehensive

Ophthalmology. 4th edition. New Delhi: New Age International(P) Limited; 2007

2.2. Struktur Histologis dari konjungtiva

- Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari:

a. Marginal konjungtiva mempunyai epitel tipe stratified skuamous lapis 5.

b. Tarsal konjungtiva mempunyai 2 lapis epitelium: lapisan superfisial dari sel

silindris dan lapisan dalam dari sel pipih.

Page 6: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

c. Forniks dan bulbar konjungtiva mempunyai 3 lais epitelium: lapisan

superfisial sel silindris, lapisan tengan polihedral sel dan lapisan dalam sel

kuboid.

d. Limbal konjungtiva sekali lagi mempunyai banyak lapisan (5-6 lapis)

epitelium stratified skuamous

- Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu

lapisan fibrosa (profundus).

a. Lapisan adenoid disebut dengan lapisan limfoid dan terdiri dari jaringan ikat

retikulum yang terkait satu sama lain dan terdapat limfosit diantaranya. Lapisan ini

paling berkembang di forniks. Tidak terdapat mulai dari lahir tetapu berkembang

setelah 3-4 bulan pertama kehidupan. Untuk alasan ini, inflamasi konjungtiva pada

bayi baru lahir tidak memperlihatkan reaksi folikuler. 6

b. Lapisan fibrosa Terdiri dari jaringan fiber elastik dan kolagen. Lebih tebal daripada

lapisan adenoid, kecuali di regio konjungtiva tarsal dimana pada tempat tersebut

struktur ini sangat tipis. Lapisan ini mengandung pembuluh darah dan saraf

konjungtiva. Bergabung dengan kapsula tenon pada regio konjungtiva bulbar. 6

- Konjungtiva mempunyai dua macam kelenjar, yaitu:

1. Kelenjar sekretori musin. Mereka adalah sel goblet(kelenjar uniseluler

yang terletak di dalam epitelium), kripta dari Henle(ada apda tarsal

konjungtiva) dan kelenjar Manz(pada konjungtiva limbal). Kelenjar-

kelenjar ini menseksresi mukus yang mana penting untuk membasahi

kornea dan konjungtiva. 6

2. Kelenjar lakrimalis aksesorius, mereka adalah: 6

a. Kelenjar dari Krause(terletak pada jaringan ikat konjungtiva di

forniks, sekitar 42mm pada forniks atas dan 8mm di forniks

bawah). Dan

b. Kelenjar dari Wolfring(terletak sepanjang batas atas tarsus superios

dan sepanjang batas bawah dari inferior tarsus).6

-Suplai arterial konjungtiva:

Konjungtiva palpebra dan forniks disuplai oleh cabang dari arcade arteri

periferal dan merginal kelopak mata. Konjungtiva bulbar disuplai oleh dua set

Page 7: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

pembuluh darah: arteri konjungtiva posterior yang merupakan cabang dari

arcade arteri kelopak mata; dan arteri konjungtiva naterior yang merupakan

cabang dari arteri siliaris anterior. Cabang terminal dari arteri konjungtiva

posterior beranastomose dengan arteri konjungtiva anterior untuk membentuk

pleksus perikornea. 6

2.3. Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi

vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.7,8 yang disebabkan oleh mikro-

organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan

kimia.9

2.4. Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :

a. infeksi oleh virus atau bakteri.

b. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.

c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet.

d. pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang.

2.5. Klasifikasi Konjungtivitis

1. Berdasarkan waktu:

Akut

kronis

2. Berdasarkan penyebabnya: 1

Konjungtivitis akut bacterial

Konjungtivitis blenore

Konjungtivitis gonore

Konjungtivitis difteri

Konjungtivitis folikuler

Konjungtivitis angular

Konjungtivitis mukokataral

Blefarokonjungivitis

Konjungtivitis akut viral

Page 8: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Keratokonjungtivitis epidemika

Demam faringokonjungtiva

Keratokonjungtivitis herpetik

Keratokonjungtivitis New Castle

Konjungtivitis hemoragik akut

Konjungtivitis akut jamur

Konjungtivitis akut alergik

Konjungtivitis vernal

Konjungtivitis flikten

Gambar 2. (a,b) konjungtivitis bakteri, © konjungtivitis viral

Gambar 3. (a,b) konjungtivitis alergi, (c,d) konjungtivitis Jamur

Diagnosa Banding Konjungtivitis

a b

dc

a b

c

Page 9: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Tanda Konjungtivitis Iritis Keratitis

Tajam penglihatan Normal Turun nyata Turun nyata

Silau Tidak ada Nyata Nyata

Sakit Pedes, rasa kelilipan Sakit Sakit

Mata merah Injeksi konjungtival Injeksi siliar Injeksi siliar

SekretSerous,

mukos,purulenTidak ada Tidak ada

Lengket kelopak Terutama pagi hari Tidak ada Tidak ada

Pupil Normal Mengecil Mengecil (3)

Tensi Normal, tidak terkena

Biasanya normal

atau rendah (pegal)

normal

Diagnosa Banding Tipe Konjungtivitis yang lazim

Klinik&sitologi Viral Bakteri KlamidiaAtopik

(alergi)

Gatal Minim Minim Minim Hebat

Hiperemia Profuse Sedang Sedang Sedang

Eksudasi Minim Menguncur Menguncur Minim

Adenopati

preurikularLazim Jarang

Lazim hanya

konjungtivitis

inklusi

Tidak ada

Pewarnaan

kerokan &

eksudat

Monosit Bakteri, PMNPMN, Plasma

selEosinofil

Sakit

tenggorokanKadang Kadang Tidak pernah Tak pernah(3)

2.6. Konjungtivitis Purulenta

Page 10: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae (gonokok atau meningokok) atau Chlamydia

trachomatis (klamidia okulogenital) harus dipikirkan ketika sekret yang ada adalah

purulen.5

Di klinik kita akan melihat penyakit ini dalam bentuk oftalmia neonatorum

(bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10 hari) dan

konjungtivitis gonore adultorum. Gambaran klinis konjungtivitis purulen adalah

berupa sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari,

disertai perdarahan subkonjungtiva dan konjungtiva kemotik.1

Konjungtivitis dapat menyebar melalui kontak dengan tangan ketika

menggosok mata atau menyentuh kontak lens setelah menyentuh alat kelamin yang

terinfeksi.6

Sekret pada konjungtivitis yang disebabkan baik oleh kuman Neisseria

gonorrhoeae ataupun Chlamydia trachomatis, adalah purulen seperti nanah. Untuk

membedakan kuman penyebabnya adalah dengan memeriksakan sekretnya.

2.7. Konjungtivitis Gonore

A. Definisi

Konjungtivitis Gonore (GO) adalah radang selaput mata luar, hiperakut dengan

sekret purulen (kuning kental seperti nanah) yang disebabkan oleh kuman

Neisseria gonorrhoeae.7 Neisseria gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram-

negatif, intraselular, dan aerobik diplokokus. Gonorrhoeae paling sering

ditransmisikan melalui hubungan seksual, selain itu dapat juga ditransmisikan dari

ibu ke neonatus saat proses kelahiran, neonatus terinfeksi karena melewati traktus

genitalia ibu yang telah terinfeksi Neisseria gonorrhoeae, sehingga menyebabkan

ophthalmia neonatrum dan infeksi neonatal sistemik.

B. Epidemiologi

Risiko terjadinya oftalmia gonokokal pada bayi baru lahir dari ibu yang tidak

mendapat terapi gonore adalah sekitar 30%.10,11

Page 11: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

C. Gambaran Klinis

Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif

sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Pada neonatus infeksi

konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi

penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada

orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.

Gejala yang muncul adalah mata merah hiperakut berdurasi kurang dari 4

minggu dengan sensasi benda asing. Mata terasa seperti di ”lem”, sehingga susah

untuk dibuka, terutama saat pagi hari bangun dari tidur, dengan disertai sekret

yang purulen. Periode inkubasi konjungtivitis 2 sampai 7 hari. Papil konjungtiva,

punktat keratitis superficial, dan kemosis juga sering didapati. Selain itu terkadang

dapat ditetemukan perdarahan subkonjungtiva (subconjunctival hemorrhage),

pseudomembran/true membrane, dan nodus preaurikular. Pada keadaan kronis

atau berat dapat terjadi ulserasi marginal dengan uveitis anterior yang disebabkan

oleh infiltrasi subepitel cornea perifer

Oftalmia Gonokokal Neonatorum

Pada periode perinatal, manifestasi klinis gonore yang paling sering adalah

oftalmia gonokokal neonatorum. Gambaran klinis yang terlihat jelas berupa,

konjungtivitis purulen yang terjadi 2 sampai 5 hari setelah kelahiran melalui kanal

vagina ibu yang terinfeksi kuman Neisseria gonorrhoeae. Jika oftalmia gonokokal

neonatorum tidak diobati, dapat berlanjut secara cepat menjadi ulkus kornea,

perforasi bola mata, dan kebutaan. Konjungtivitis gonokokal kronis ringan yang

terjadi selama 3 bulan telah dilaporkan pada seorang bayi usia 4 bulan.8

Konjungtivitis Gonore pada Orang Dewasa

Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit yaitu infiltratif, supuratif dan

penyembuhan.

Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku disertai

rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar

dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang

konjungtiva bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada umumnya menyerang satu

Page 12: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata

kanannya.

Pada stadium supuratif terdapat sekret. Pada orang dewasa sekret tidak kental

sama sekali, berbeda dengan oftalmia neonatorum yang biasanya mengenai kedua

mata dengan sekret kuning kental yang kemudian menjadi purulen.

Stadium penyembuhan, pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selama 6

minggu dan tidak jarang ditemukan pembesaran disertai rasa sakit kelenjar

preaurikel.1

D. Patofisiologi

Neisseria gonorrhoeae menempel pada mukosa sel hos, dalam waktu 24-48

jam, penetrasi melalui dan melewati sel menuju spatium subepitelial. Respon dari

host adalah invasi neutofil, kemudian diikuti pengelupasan epitel, pembentukan

mikroabses submukosa, dan sekret purulen. Jika tidak diberikan terapi, maka

neutrofil akan digantikan dengan infiltrasi makrofag dan limfosit.

Di klinik penyakit ini dijumpai dalam bentuk ophthalmia neonatrum (bayi

berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (usia lebih dari 10 hari), dan

konjungtivitis gonore adultorum.

Pada orang dewasa penyakit ini memiliki tiga stadium, yaitu stadium

infiltrative, stadium supuratif, dan stadium penyembuhan.

Pada stadium infiltrative kelopak mata dan konjungtiva kaku, disertai rasa

sakit saat perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka.

Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior, konjungtiva bulbi

memerah, kemotik, dan menebal. Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada

mata dan gejala infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata terlebih

dahulu.

Stadium supuratif, pada stadium ini terdapat sekret kental. Pada bayi mengenai

kedua mata dengan sekret kuning kental. Bila masih dini sekret dapat serous yang

kemudian akan menjadi kental dan purulen. Pada orang dewasa sekret tidak

terlalu kental

E. Diagnosis

Page 13: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan pemeriksaan sekret dengan

pewarnaan metilen biru atau pewarnaan gram, dimana akan terlihat diplokok

intraselular atau ekstraselular leukosit. Sifat Neisseria gonorrhoeae adalah gram

negatif. Orangtua juga diperiksa duh tubuh di genitalia eksterna.

F. Terapi

Pengobatan segera dimulai bila pada pewarnaan gram terdapat diplokok batang

intraselular gram negatif dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore. Berhubung

seringnya timbul penyulit dan sangat menular, maka penderitasebaiknya dirawat

dan di isolasi serta sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih

(direbus) atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam. Kemudian diberikan salep

mata Gentamisin setiap 30 menit pada 6 jam pertama, setelah itu diberikan setiap 1

jam selama 3 hari. Antibiotik sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan

gonokokus.

Saat ini pemberian konjungtivitis gonore diberi topikal dan sistemik.

Pemberian topikal dengan pemberian salep Tetracycline HCL 1 % atau

Ciprofloxacin 0,3 % yang diberikan minimal 6 kali sehari pada neonatus dan

diberikan tiap 2 jam sekali pada penderita dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali

sampai terjadi resolusi. Sebelum diberikan salep/tetes mata, sekret harus

dibersihkan terlebih dahulu. Pemberian sistemik pada orang dewasa diberikan

penicilin G 4,8 juta IU intramuskular dalam dosis tunggal ditambah dengan

Probenecid 1 gram peroral, atau ampicilin dosis tunggal 3,5 gram peroral. Pada

neonatus dan anak-anak injeksi penicilin diberikan dengan dosis 50.000-100.000

IU/kgBB. Bila penderita tidak tahan atau resisten dengan obat-obat derivat

penicilin bisa diberi Thiamfenikol 3,5 gram dosis tunggal atau tetracycline 1,5

gram dosis intial dilanjutkan dengan 4 kali 500mg/hari atau dapat diberikan

cefriaksone (Rocephin) atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi.

Pada stadium penyembuhan semua gejala sangat berkurang. Pengobatan

diberhentikan bila pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan

3 kali berturut-turut negatif (tidak ada diplokok dengan pewarnaan metilen biru

atau pewarnaan gram).

Page 14: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Konjuntivitis gonore dengan penyulit pada kornea, topikal dapat diberikan

ciprofloksasin 0,3% dengan cara pemberian Hari I, 1-2 tetes setiap 15 menit

selama 6 jam; Hari II, 2 tetes tiap 1 jam; Hari III-XIV, 2 tetes tiap 4 jam.

Obat-obat topikal yang lain dapat diberikan bacitracin, Vancomycin,

Cephaloridin, Cephazolin, Gentamycin, Tobramyci, Carbenicilin, dan Polymyxin

B. Pengobatan sistemik diberikan tanpa penyulit selain obat-obat spesifik

Neisseria Gonorea dapat diberikan siklopegik (Scopolamin0,25%) 2-3 kali setiap

hari untuk menghilangkan nyri karena spasme siliar dan mencegah sinekia. Dan

apabila ada bahaya mengancam atau perforasi dapat dilakukakn operasi flap

konjungtiva “partial conjungtival bridge flap”.

Pencegahan secara klasik AgNo3 1 % pada setiap bayi yang baru lahir.

Dengan cara ini dapat terjadi penyulit akibat terteteskan AgNO3 berkonsentrasi

lebih yang terendap pada larutannya sehingga mengakibatkan kerusakan atau luka

bakar kimia pada kornea. Cara yang lebih aman adalah membersihkan mata bayi

segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan salep kloramfenikol.

Konjungtivitis purulen pada bayi sebaiknya dibedakan dengan oftalmia

neonatarum lainnya seperti klamidia konjungtivitis, infeksi bakteri lainnya, virus

dan jamur.

G. Prognosis

Konjungtivitis gonore adalah satu-satunya peradangan selaput mata luar yang

dapat menyebabkan kebutaan, yang dimulai dengan keratitis, tukak kornea sampai

terjadi perforasi kornea dan peradangan bola mata sehingga menimbulkan

kebutaan tanpa didahului oleh trauma. Hal ini disebabkan kuman Neisseria

gonorrhoeae mengandung enzim proteolitik yang dapat merusak/meluluhkan

kornea, sehingga prognosisnya kurang baik.2,6,9

H. Pencegahan

Untuk mencegah konjungtivitis, kepada bayi baru lahir secara rutin diberikan

tetes mata Gentamisin. Kepada bayi yang orangtuanya menderita gonore diberikan

suntikan antibiotik Cefotaxim.10 Cara yang lebih aman ialah dengan membersihkan

Page 15: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

mata bayi segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan tetes mata

Gentamisin.1

2.8. Konjungtivitis Inklusi

A. Definisi

Konjungtivitis inklusi merupakan penyakit okulogenital yang disebabkan oleh

kuman Chlamydia trachomatis serotip D sampai K, yang merupakan penyakit

kelamin (uretra, prostat, serviks dan epitel rektum), dengan masa inkubasi 5-10

hari.

B. Epidemiologi

Oftalmia neonatorum infeksi dengan Chlamydia dapat mencapai 15-20%.

Sekitar setengah dari bayi yang lahir dengan ibu yang terinfeksi yang tidak diobati

akan menderita penyakit ini.11,12

C. Gambaran Klinis

Konjungtivitis inklusi, juga dikenal sebagai konjungtivitis inklusi neonatal

pada bayi yang baru lahir. Pada dewasa juga disebut sebagai blennorrhea inklusi,

konjungtivitis klamidia, atau swimming pool conjungtivitis.

Konjungtivitis okulogenital pada bayi timbul 3-5 hari setelah lahir. Pada bayi

dapat memberikan gambaran konjungtivitis purulen.

Pada orang dewasa dapat dalam beberapa bentuk, yaitu konjungtiva hiperemik,

kemotik, pseudomembran, folikel yang nyata terutama pada kelopak bawah, dan

tidak jarang memberikan gambaran seperti hipertrofi papil disertai pembesaran

kelenjar preaurikel.1,13 Dan biasanya juga disertai dengan riwayat mata merah

beberapa minggu sampai beberapa bulan, mata merah yang lengket, dan berair.

Seringkali gejalanya hanya terdapat pada satu mata saja.12

D. Diagnosis

Diagnosis pasti penyakit konjungtivitis inklusi adalah dengan pulasan epitel,

dimana terdapat pigmen basofil didalam sitoplasma dengan reaksi neutrofil, sel

plasma dan sel mononuklear.

Page 16: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

E. Terapi

Semua pasien dengan konjungtivitis inklusi dan pasangan seksualnya diperiksa

dan diobati. Konjungtivitis inklusi secara umum merespon dengan baik pemberian

doxycycline. Terapi dengan dosis harian 1,5 mg/kgBB selama 1 minggu

menghasilkan kesembuhan 100% dari 93 pasien dengan konjungtivitis inklusi

pada orang dewasa. Pada bayi yang baru lahir diberikan tetes mata tetrasiklin 4 x

sehari dan eritromisin dosis oral 40 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis selama 2 – 3

minggu atau eritromisin IV selama 14 hari. Pasien harus kontrol tiap minggu

sehingga dokternya dapat memonitor kesembuhannya.11,12

F. Prognosis

Konjungtivitis inklusi yang tidak diobati pada bayi yang baru lahir dalam 3 –

12 bulan biasanya akan sembuh, tapi biasanya terdapat skar atau neovaskularisasi.

Pada orang dewasa jika tidak diobati maka penyakit akan berlanjut selama

berbulan-bulan dan menyebabkan neovaskularisasi pada kornea. Jika diobatipun,

antibiotik biasanya tidak mengembalikan kerusakan yang ada, tetapi dapat

mencegahnya jika diberikan secepatnya.11

G. Pencegahan

Infeksi pada neonatus dapat dicegah dengan pemberian tetes mata Gentamisin

pada konjungtiva cul-de-sac saat lahir.11

Page 17: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

BAB 3LAPORAN KASUS

Masuk Rumah Sakit tanggal 26 November 2013

Pemeriksaan dilakukan tanggal 27 November 2013

Sumber anamnesa : alloanamnesa (ibu)

3.1. Anamnesis

I. Identitas Pasien

Nama : by.M.I

Umur : 10 hari (lahir tanggal 16 november 2013)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Identitas Keluarga/wali

Ibu Ayah

Nama : Ny.SY Nama : Tn.S

Umur : 27 tahun Umur : 36 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Bugis Suku : Bugis

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan

Swasta

(pekerja

tambang)

Alamat : Jln. Pemuda RT 31 Palalaran

II. Keluhan Utama : keluar banyak kotoran (belekan) dari mata kiri

III. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan mata kiri mengeluarkan kotoroan (belekan) kental,

berwarna putih dan mata merah, keluhan dialami sejak 6 hari yang lalu

sebelum masuk rumah sakit. Empat hari setelah lahir dan dibawa pulang mata

kiri pasien tidak bisa dibuka, mata lengket dan keesokan harinya terdapat

banyak kotoran pada mata pasien. Saat 1 hari setelah lahir, mata kiri pasien

sudah mulai berair hanya saja tidak lengket. Pada usia kehamilan 7 bulan, ibu

Page 18: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

mengaku terdapat keputihan namun tidak banyak, tidak berbau, dan putihnya

jernih. Pasien mengaku terakhir berhubungan badan dengan suaminya pada

usia kehamilan 8 bulan. Dan setelah itu pasien mengaku tidak ada keluhan

keputihan yang banyak, demam (-)

IV. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

V. Riwayat Persalinan :

Pasien dilahirkan di rumah sakit dengan operasi sectio cecarea pada

kehamilan 39 minggu dan berat badan 2,9 kg, dilakukan operasi

dikarenakan ibu mengalami hipertensi. Pasien adalah anak ke 3.

Anak ke 1 dilahirkan spontan, cukup bulan dengan berat badan 3 kg pada

tahun 2006.

Anak ke 2 dilahirkan SC, usia kehamilan 38 minggu dengan berat badan 1,9

kg pada tahun 2010.

VI. Riwayat Penyakit Keluarga:

Ibu memilki hipertensi sejak 5 tahun yang lalu

Ibu pasien mengalami keputihan saat trimester awal keputihan

Ayah pasien tidak diketahui riwayat kesehatnnya

Keluarga pasien terdekat tidak diketahui apakah ada yang menderita

penyakit mata menular atau tidak

3.2. Pemeriksaan Fisik

Keadaan pasien : Sakit sedang, composmentis

Tanda-tanda vital :

Nadi : 140x/menit

Pernafasan : 38x/menit

Suhu : 36,9oC

BB : 3,5 kg

Status Generalis :

Kepala /Leher : anemis (-/-), ikterik (-/-), pembesaran KGB(-),sianosis(-)

Mata tampak hiperemi dan sekret banyak keluar

Thoraks Pulmo : Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi (-)

Palpasi : fremitus simetris D=S

Page 19: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, tidak ada rhonki

Cor : Inspeksi : Iktus Cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus Cordis tidak terlihat

Perkusi : batas kanan : ICS III Para Sternal Line Deksta,

batas kiri : ICS V Mid Clavicula L ine Sinistra

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal dan reguler

Abdomen Inspeksi : perut cembung, simetris

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : Bising usus normal

VII. Status Opthalmikus

No Pemeriksaan Oculi Dextra Oculi Sinistra

1 Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2 Lapang pandang Sulit dievaluasi sulit dievaluasi

3 Gerakan bola mata Baik kesegala

arah

Baik kesegala arah

4 Palpebra Superior

Edema

Hiperemi

Papil

Enteropion

Silia

Sikatrik

- Sedikit edem

- +

- -

- -

Normal Normal

- -

5 Palpebra inferior

Silia

Trikiasis

Hiperemi

Edema

Normal Normal

- -

- -

- Sedikit edem

6 Konjungtiva bulbi

Page 20: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Injeksi konjungtiva

Injeksi siliar

- Hiperemi, terdapat sekret agak kuning, purulen, lengket

- -

7 Kornea jernih Jernih

8 Bilik mata depan Dalam Dalam

9 Iris Warna coklat

Iridodialisis (-)

Warna coklat

Iridodialisis (-)

10 Pupil

Bentuk

Diameter

Reflex

Regular Regular

3 mm 3 mm

Normal Normal

11 Lensa Jernih Jernih

12 TIO (palpasi) Tidak dilakukan Tidak dilakukan

13 Slit lamp Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

14 Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Gambar :

OD OS

3.3. Diagnosis Sementara

Oculi sinistra Konjungtivitis purulenta

3.4. Diagnosis Banding

- konjungtivitis inklusi neonatal

- konjungtivitis bakteri lainnya

- konjungtivitis virus

3.5. Pemeriksaan Penunjang

Page 21: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

Pemeriksaan Laboratorium Darah lengkap 27-11-2013

Hb : 10,3 g/dl, Leukosit : 8500/mm3 , Ht : 30 %, Trombosit 179.000/mm3

Pemeriksaan mikrobiologi sekret konjungtiva

27-11-2013 : ditemukan bakteri diplococus gram negatif

28-11-2013 : ditemukan bakteri diplococus gram negatif

29-11-2013 : ditemukan bakteri diplococus gram negatif

30-11-2013 : ditemukan bakteri diplococus gram negatif

01-12-2013 : tidak ditemukan bakteri diplococus gram negatif

02-12-2013 : tidak ditemukan bakteri diplococus gram negatif

3.6. Diagnosis Kerja

Konjuntivitis gonore oculi sinistra

3.7 Penatalaksanaan

Injeksi Cefotaksim 2x150mg intravena

Baquinor (siprofloksasin 3mg/ml) dalam 1 tetes tiap jam

Irigasi dengan Nacl 0,9 % 3 kali sehari

Mata dibersihkan sesering mungkin (dengan kapas/kasa dibasai NaCl)

3.8. Prognosis

Dubia ad bonam

3.9. Follow up

Tanggal S O A P

27-11-2013 Mata kiri

mengeluarkan

kotoran(+),

perdarahan(-),

Demam(-),

ASI (+)

N : 120xi

RR : 44x/i

T : 36,40C

OS : sekret

purulen (+),

konjungtiva

sedikit

hiperemi

Konjungtivitis

purulenta

- Cefotaxim inj

2x150 mg IV

- Baquinor eye drop

1 tetes tiap jam

- Irigasi mata (kapas

dibasahi NaCl)

- bersihkan mata

sesering mungkin

- Periksa sekret

mata setiap hari

28-11-2013 Kotoran mata

kiri

(+),demam(-),

N : 122xi

RR : 42x/i

Konjungtivitis

purulenta

- Cefotaxim inj

2x150 mg IV

- Baquinor eye drop

Page 22: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

ASI (+) T : 36,50C

OS : sekret

purulen (+),

konjungtiva

sedikit

hiperemi

1 tetes tiap jam

- Irigasi mata (kapas

dibasahi NaCl)

- bersihkan mata

sesering mungkin

- Periksa sekret

mata setiap hari

29-11-2013 Kotoran mata

kiri berkurang

, demam (-),

ASI (+)

N : 140xi

RR : 38x/i

T : 36,90C

OS : sekret

purulen (+),

konjungtiva

sedikit

hiperemi

Konjungtivitis

purulenta

(gonoblenorea)

- Cefotaxim inj

2x150 mg IV

- Baquinor eye drop

1 tetes tiap 1 jam

- Irigasi mata

dengan NaCl 3

kali sehari

- bersihkan mata

sesering mungkin

- Periksa sekret

mata setiap hari

30-11-2013 Kotoran mata

kiri<<,

demam (-),

ASI (+)

N : 130xi

RR : 38x/i

T : 36,70C

OS : sekret

purulen (+),

Konjungtivitis

purulenta

(gonoblenorea)

- Cefotaxim inj

2x150mg

(RESISTEN)

dari spesialis

anak amikasin inj.

2x24 mg IV

- Baquinor eye drop

1 tetes tiap jam

- Irigasi mata

dengan NaCl 3

kali sehari

- bersihkan mata

sesering mungkin

- Periksa sekret

mata setiap hari

01-12-2013 Kotoran mata

kiri<<<,

N : 123xi Konjungtivitis

purulenta

- Amikasin inj

Page 23: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

demam (-),

ASI (+)

RR : 42x/i

T : 36,90C

OS : sekret

purulen (-),

(gonoblenorea) 2x24 mg IV

- Baquinor eye drop

1 tetes tiap 1 jam

- Irigasi mata (kapas

dibasahi NaCl)

- Periksa sekret

mata setiap hari

02-12-2013 Tidak

mengeluarkan

kotoran mata,

ASI (+)

N : 128xi

RR : 40x/i

T : 36,90C

OS : sekret

purulen (-),

Konjungtivitis

purulenta

(gonoblenorea)

- Amikasin inj

2x24 mg IV

- Baquinor eye drop

1 tetes tiap 2 jam

- Irigasi mata (kapas

dibasahi NaCl)

- Periksa sekret

mata setiap hari

03-12-2013 Tidak

mengeluarkan

koroan mata

kiri yang

lengket,

N : 124xi

RR : 38x/i

T : 36,50C

OS : sekret

purulen (-),

gonoblenorea - Pasie boleh

pulang

- Baquinor eye

drop 4x1 tts

Page 24: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

BAB 4PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis

Kasus Teori

Anamnesis

- bayi 10 hari, mata kiri

mengeluarkan kotoroan

(belekan) kental, berwarna

putih dan mata merah,

sejak 6 hari sebelum masuk

rumah sakit.

- 4 hari setelah lahir, dibawa

pulang mata kiri pasien

tidak bisa dibuka, mata

lengket dan keesokan

harinya terdapat banyak

kotoran pada mata pasien.

Konjuntivitis

peradangan atau infeksi pada konjugtiva

yang disebabkan bakteri, virus, klamidia,

reaksi alergi, dibagi menjadi: konjuntivitis

gonore, konjungtvitis bakteri akut, clamydial

konjungtivitis, konjuntivitis virus

Konjungtivitis purulent : peradangan

konjungtiva yang disertai sekret purulent

biasanya akibat infeksi Neisseria Gonore

Anamnesis

Mata merah

Kelopak mata bengkak

Seperti ada benda asing

Sekret purulent

Seperti nanah kadang bercampur

darah

4.2 Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori

palpebra superior dan

inferior mata kiri sedikit

edem dan hiperemi,

konjungtiva bulbi tampak

hiperemi,

Visus normal /

Edeman Palpebra

Injeksi konjungtiva

Sekret purulent

Page 25: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

sekret (+) warna putih agak

kekuningan,

kental/purulen,

mata lengket,

mata kiri sulit dibuka.

Perdarahan karena edema

konjungtiva hebat

4.3 Pemeriksaan penunjang

Kasus Teori

Pada pasien ini dilakkan swab dan

ditemukan bakteri diplococus

gram negatif

- pemeriksaan penunjang yang dapat

digunakan Mikrobiologi : Swab sekret +

pengecatan gram diplococus gram

negatif( – ) dengan PMN yang agak bnyak

4.4 Penatalaksanaan

Kasus Teori

Injeksi Cefotaksim

2x150mg intravena

Baquinor

(siprofloksasin 3mg/ml)

dalam 24 jam 1 tetes

tiap jam

Irigasi dengan Nacl 0,9

% setiap 3 kali sehari

Mata dibersihkan

sesering mungkin

(dengan kapas/kasa

dibasai NaCl)

I. Medikamentosa

- topikal : penicillin 50.000 iu/ cc 100.000

iu/cc tetes mata tiap 15 menit, kemudian

dikurangi tergantung klinis.

- Bila infeksi berat, tambah Sulfas atropine

0.5 % - 1 % tetes mata

- Antibiotik per oral atau intravena bila perlu

II. Bedah

Bila terjadi komplikasi perforasi kornea

Page 26: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

flap konjungtiva

III. Suportif

Bersihkan sekret dengan kapas dan NaCl

Pada anamnesis diketahui bahwa bayi berumur 10 hari datang dengan mata

kiri mengeluarkan kotoroan (belekan) kental, berwarna putih dan mata merah, dialami

sejak 6 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Empat hari (4) setelah lahir dan

dibawa pulang mata kiri pasien tidak bisa dibuka, mata lengket dan keesokan harinya

terdapat banyak kotoran pada mata pasien.

Dari riwayat penyakit keluarga tidak didapatkan atau tidak diketahui riwayat

penyakit menular seksual pada ayah. Namun pada usia kehamilan 7 bulan, ibu

mengaku terdapat keputihan namun tidak banyak, tidak berbau, dan putihnya jernih.

Pasien mengaku terakhir berhubungan badan dengan suaminya pada usia kehamilan 8

bulan. Ayah pasien merupakan seorang pekerja tambang yang pulang kerumah setiap

2 minggu sekali. Dan setelah itu pasien mengaku tidak ada keluhan keputihan yang

banyak, dan demam. Keluarga terdekat yang lain tidak diketahui apakah ada yang

sedang menderita penyakit infeksi pada mata atau tidak diakui ibu pasien karena saat

pasien dilahirkan banyak keluarga yang datag berkunjung.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan mata kiri palpebra superior dan inferior

sedikit edem dan hiperemi, konjungtiva bulbi tampak hiperemi, sekret (+) warna putih

agak kekuningan, kental/purulen, lengket, mata kiri sulit dibuka.

Diagnosis saat ini ditegakkan konjungtivitis purulenta yang dicurigai akibat

gonokokus berdasarkan gejala klinis yang tampak dan pemeriksaan mikrobiologi

sekret sebelum masuk rumah sakit (25 November 2013).

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sekret konjungtiva

selama 1 minggu berturut-turut dan diketahui terdapat bakteri diplococus gram negatif

hingga hari ke lima perawatan di rumah sakit tidak lagi ditemukan gonokokus. Hal ini

sesuai dengan literatur dimana kasus konjungtivitis purulenta dapat diakibatkan oleh

gonokokus selain bakterial.

Penatalaksanaan pada pasien yaitu irigasi dengan NaCl tiga kali sehari,

dibersihkan dengan kapas yang dibasahin NaCl sesering mungkin, baquinor eye drop

Page 27: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

1 tetes tiap jam OS, Cefotaxim 2x150mg dan pemeriksaan sekret konjungtiva setiap

pagi. Terapi ini sesuai dengan teori bahwa sekret dibersihkan dengan kapas atau

larutan garam fisiologis sesering mungkin. Antibiotik yang diberikan dalam bentuk

topikal dan sistemik, dimana pada pasien ini diberikan antibiotik topikal yaitu

baquinor eye drop (ciprofloxacin 3mg/ml) yang digunakan untuk kasus konjungtivitis

yang disebabkan oleh bakteri E.coli, H.influenza, S.Aereus,S. Hemolyticus, dan N.

Gonorehoeae. Antibiotik sistemik yang diberikan adalah cefotaxim, suatu antibiotik

spektrum luas dimana hasil pemeriksaan kultur belum dilakukan. Di literatur

dikatakan bahwa pemakaian antibiotik dapat disesuaikan dengan jenis kuman yang

didapatkan dari hasil kultur,. Pada pasien dilakukan pemeriksaan swab sekret setiap

hari dan hari ke 4 perawatan diketahui hasil kultur resisten dengan cefotaksim dan dari

spesialis anak diganti dengan amikasin intravena 2x 24mg.

Prognosis pasien ini dubia ada bonam, dimana pada hari ke 6 diketahui hasil

swab tidak lagi ditemukan diplococus negatif dan gejala klinis tidak ditemukan yang

menandakan penyakit pasien telah sembuh tanpa adanya komplikasi. Namun keluarga

pasien perlu memperhatikan bahwa penyakit pasien dapat terulang kembali,

dikarenakan penyebabnya yang dapat ditularkan oleh orang lain yang mungkin

diderita orang-orang sekitarnya.

Page 28: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

BAB 5KESIMPULAN

Bayi laki-laki 10 hari datang ke poli mata dengan mata kiri mengeluarkan

kotoroan (belekan) kental, berwarna putih dan mata merah yang dialami sejak 6 hari

yang lalu sebelum masuk rumah sakit dilakukan perawatan selama 1 minggu dari

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diketahui dengan diagnosis

konjungtivitis Gonorea.

Pada pasien ini memiliki prognosa baik dikarenakan pemberian antibotik

spektrum luas yang sesuai. Pada pasien ini sebaiknya dilakukan pencegahan untuk

menghindari kontak dari orang sekitar terutama yang memiliki penyakit menular.

Page 29: Tutorial Kasus Konjungtiva Purulenta

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. 2004.

2. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.

Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta. 2002.

3. http://www.NetDoktor.co.uk/Conjunctivitis (inflammation of the eye).htm

4. http://www.indonesiaindonesia.com/f/13201-konjungtivitis/

5. http://www.American Academi of Family physician/conjunctivitis.htm

clinic/conjunctivitis.htm

6. http://www.rsmyap.com/content/view/13/29/

7. http://www.dexa media/infeksi gonore pada anak.htm

8. Ilyas, H.S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005. Hal 68-71

9. http://www.Cleveland http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php? id=&iddtl=402&idktg=19&idobat=&UID=20070718143134125.161.2.9

10. http://www.lifesteps.com/gm/Atoz/ency/inclusion_conjunctivitis_pr.jsp

11. http://www.chlamydiae.com/restricted/docs/infections/adult_conjunctivitis.asp

12. http://www.histopathology-india.net/inclusion_conjunctivitis.htm

13. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum

(General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.