Upload
haidzar-f
View
254
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
1/22
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
2/22
8
Genera Kulit Rambut Kuku
Trichophyton
Microsporum Epidermophyton
%inea igra
Black Piera
!"ite Piera
2.2 Dermato#ita
Dermatofita (berasal dari kata *unani yang memiliki arti +tanaman
kulit termasuk kedalam famili arthrodermataceae dan diperkirakan terdiri
dari - spesies yang dibagi menjadi tiga genera : Epidermophyton,
Microsporum, dan Trichophyton. Di /merika #erikat, spesies
Trychophyton, seperti Trychophyton rubrum dan Trychophyton
interdigitale, merupakan spesies terisolasi yang paling umum. Dermatofita
dibagi lebih dalam berdasarkan habitat alaminya yaitu manusia, binatang,
atau tanah.
0emampuan dermatofita untuk terikat dan mengin$asi jaringan
keratin pada binatang dan manusia serta memanfaatkan produk degradasi
untuk menjadi sumber nutrisi pada infeksi fungi superfisial di kulit,
rambut, dan kuku, dinamakan dermatofitosis.12
2.2.1 %aksonomi
"odifikasi terbaru untuk taksonomi dermatofita mempengaruhi
penyebutan pada praktek klinisnya. %aksonomi terdahulu secara garis
besar hanya berdasarkan karakteristik fenotip dari dermatofita. amun
inklusi terbaru pada sistem tersebut (memasukkan analisis karakteristik
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
3/22
9
genotip) mengharuskan pengelompokan kembali sebagian taksa
dikarenakan banyak perbedaan genotip yang tidak tampak secara fenotip,
dan begitu juga sebaliknya.1!
%aksonomi terbaru menggunakan fungal ribosomal D/ serta
karakteristik fenotip. 0esulitan untuk mengurutkan suatu taksonomi untuk
dermatofita berhubungan dengan berkurangnya perbedaan genetik
dikarenakan populasi pada ruang lingkup ekologi yang sama. #ecara
fenotip, hal ini terbukti dari adanya kesamaan manifestasi klinis yang
disebabkan berbagai spesies dermatofita yang berbeda secara taksonomi.
amun taksonomi terbaru ini masih dalam tahap pengerjaan, dan terus
diperbaiki. %abel 2 berisi patogen dermatofita yang paling umum
ditemukan berdasarkan taksonomi baru. iteratur medis tidak selalu
mengikuti sistem taksnonomi baru. ntuk menghindari kekeliruan, maka
tabel serta bahasan ini menggunakan kedua nomenklatur.
%abel !. 3abitat dan 3ost pada Dermatofita.11
$abitat Dermato#ita $ost
/ntropofilik Trichophyton rubrum "anusia
Trichophyton tonsurans
%abel ! lanjutan. 3abitat dan 3ost pada Dermatofita
$abitat Dermato#ita $ost/ntropofilik Trichophyton interdigitale
(Trichophyton mentagrophytes
ar. interdigitale)
Trichophyton schoenleinii
T. rubrum (Trichophyton
megninii, Trichophyton grouilii)
Trichophyton soundanense
Trichophyton iolaceum
(Trichophyton yaoundei)
Trichophyton concentricum
"anusia
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
4/22
10
Microsporum audouinii
Microsporum !errugineum
Epidermophyton !loccosum
4oofilik T. mentagrophytes
(T. mentagrophytes ar.
"uinc#eanum)
%ikus
T. interdigitale
(T. mentagrophytes ar.
mentagrophytes,
T. mentagrophytes ar.
granulosum)
%ikus
Trichophyton simii &rimataTrichophyton errucosum Binatang ternak
Microsporum canis
(Microsporum distrotum,
Microsporum e"uinum)
0ucing, /njing, 0uda
Microsporum amazonicum %ikus
Microsporum gallinae nggas
Microsporum nanum Babi
Microsporum persicolor %ikus
5eofilik Microsporum gypseum
Microsporum coo#ie
Microsporum persicolor %anah
2.2.2 Dermatofita berdasarkan habitatnya
/ntropofilik merupakan kelompok spesies dermatofita yang hanya
berkembang pada host manusia dan transmisi secara kontak langsung.
0ulit yang terinfeksi atau rambut pada pakaian, topi, sisir, kaus kaki, dan
handuk juga dapat menjadi sumber reser$oir. %idak seperti sporadic
geofilik dan infeksi 6oofilik, infeksi antropofilik sering terjadi epidemik.
Dermatofita ini juga telah beradapatasi pada respon non inflamasi tubuh
manusia.
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
5/22
11
4oofilik merupakan kelompok spesies dermatofita yang menular
ke manusia melalui he7an. 0ucing, anjing, kelinci, babi, unggas, kuda,
binatang ternak, dan binatang lainnya merupakan sumber infeksi pada
umumnya. &enularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan he7an
tersebut atau secara tidak langsung melalui rambut he7an terinfeksi. /rea
terbuka seperti kulit kepala, janggut, 7ajah, dan lengan menjadi tempat
infeksi tersering. Microsporum canis sering menular pada manusia melalui
kucing dan anjing, sementara babi dan kelinci sering sebagai sumber
infeksi dari T. interdigitale. /daptasi tubuh host terhadap infeksi
dermatofita 6oofilik memungkinkan terjadinya infeksi tersembunyi (silent
infections), namun dermatofita ini cenderung menimbulkan respon
inflamasi akut pada manusia.12
5eofilik merupakan fungi yang menyebabkan infeksi saat manusia
kontak langsung dengan tanah. Microsporum gypseum merupakan
dermatofita geofilik tersering yang menginfeksi manusia. /da
kemungkinan penyebaran epidemik dikarenakan tingginya $irulensi dari
golongan geofilik serta kemampuan untuk membentuk spora yang dapat
hidup lama dan berada di selimut atau alat kosmetik. #eperti infeksi
6oofilik, dermatofita geofilik cenderung menimbulkan respon inflamasi.1-
%ampilan klinis dermatofitosis tidak hanya bergantung pada
penyebabnya, namun juga faktor host. &enderita immunocompromised
lebih rentan untuk terinfeksi dermatofita atau mikosis sistemik.18,19
"enariknya, beratnya derajat dermatofitosis cenderung meningkat dengan
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
6/22
12
adanya infeksi 3', tapi tidak diikuti dengan meningkatnya pre$alensi. 1;
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
7/22
13
setempat juga mempengaruhi angkat kejadian dan pola dermatofitosis.
&enggunaan sepatu dengan tingkat kelembaban tinggi seperti sepatu boot
pada negara industri, membuat angka kejadian tinea pedis dan
onychomikosis menjadi lebih umum pada daerah tersebut.1;
2.2.! &atogenesis
Dermatofita memiliki en6im seperti keratinolytic protease, lipase
dan lainnya yang berperan sebagai faktor $irulensi terhadap in$asi ke
kulit, rambut, kuku, dan juga memanfaatkan keratin sebagai sumber nutrisi
untuk bertahan hidup.
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
8/22
14
terbentuk oleh fragmentasi hifa, ke permukaan dari jaringan keratin.2!
#istem pertahanan tubuh host tahap a7al nonspesifik seperti asam lemak
fungistatik dalam sebum berusaha membasmi kolonisasi bakteri.2-,28 #tudi=
studi terbaru terfokus pada tahap molekular yang terlibat pada penempelan
arhroconidial ke permukaan jaringan keratin. Dermatofita terbukti
menggunakan proteolytic armamentariumnya secara spesifik selama
penempelan dan in$asi.29,2; Dasar serangan ini dapat dijelaskan oleh
regulasi naik spesifik pada beberapa gen yang diinduksi saat kontak
dengan keratin, seperti yang terlihat pada analisis ekspresi gen yang
berbeda pada T. rubrum.2? Beberapa jam setelah proses penempelan
berhasil, spora memulai bertunas untuk mempersiapkan tahap penting
selanjutnya pada rantai infeksi, yakni in$asi.
2.2.!.2 'n$asi
%rauma dan kelelahan memfasilitasi penetrasi dari dermatofita ke
kulit. 'n$asi dari elemen fungal bertunas didukung oleh sekresi dari
beberapa en6im spesifik seperti protease, lipase dan ceramidase yang juga
berperan sebagai nutrisi untuk fungi. "enariknya mannans, yang
merupakan komponen dari dinding sel fungi, menunjukkan efek inhibisi
pada proliferasi keratinosit dan imunitas mediasi sel.2A,!,!1
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
9/22
15
2.2.!.! Cespon 3ost
Dermatofita menghadapi berbagai respon tubuh host mulai dari
mekanisme nonspesifik seperti asam lemak fungistatik, meningkatnya
proliferasi epidermal hingga sekresi mediator inflamasi terhadap imunitas
mediasi sel. &ada mekanisme pertahanan, keratinosit berperan sebagai
benteng pertama dari sel hidup untuk menghadapi elemen fungi yang
mengin$asi. &osisi penting pada keratinosit terlihat pada respon
kompleksnya terhadap in$asi termasuk proliferasi untuk meningkatkan
pengguguran seperti sekresi peptida antimikrobial pada human defensin=
2 seperti cytokin proinflamasi ('
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
10/22
16
imunitas mediasi sel tipe defektif mungkin menghasilkan dermatofitosis
kronik atau rekuren. Cespon %h2 tidak terlihat protektif karena pasien
dengan meningkatnya titer antigen antibodi fungal terbukti terinfeksi
dermatofita yang tersebar. &eran %h1; pada respon terhadap infeksi
dermatofita diduga adalah adanya keterikatan elemen hifa pada Dectin=2,
suatu pola pengenalan F=type lectin dari sel dendritik, sangat penting
untuk menginduksi respon %h1;. amun, hubungan pentingnya respon
imun %h1; pada dermatofitosis masih dalam penelitian.
2.2.- &rosedur Diagnostik
2.2.-.1 &emeriksaan "ikroskopik
&emeriksaan mikroskopik banyak digunakan sebagai
pemeriksaan cepat dan tidak mahal untuk membuktikan terjadinya
dermatofitosis. &ada pemeriksaan ini, septa serta cabang hifa
adalah bagian utama yang diperiksa dengan preparat 0@3 1=
2>. &emeriksaan ini sangat baik untuk dermatofitosis superfisial.
2.2.-.2 0ultur
&rosedur diagnostik pada infeksi fungi superfisial
didasarkan pada makroskopik, mikroskopik dan karakteristik
metabolik organisme tersebut. #ementara beberapa dermatofita
lebih dapat diidentifikasi berdasarkan kultur primernya, banyak
dermatofita membutuhkan diferensiasi lebih lanjut berdasarkan
media kultur yang spesifik atau melalui tes biokimia yang spesifik.
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
11/22
17
0ultur pada dermatofitosis ditujukan untuk melihat
mikrokonidia dan makrokonidia pada dermatofita penyebab
infeksi. Berbagai media yang umumnya digunakan adalah
#abouradGs detrose agar (#D/), dermatophyte test medium
(D%"), potato detrose agar (&D/), atau BorelliGs lactrimel agar
(B/). 0ultur merupakan tes paling spesifik untuk onychomikosis.
2.2.-.! 3istopatologi
Biopsi kulit tidak umum digunakan pada dermatofitosis.
Biopsi dapat membantu diagnosis dimana agen sistemik
diperkirakan sebagai pengobatan. Biopsi dapat digunakan pada
"ajocchiGs granuloma untuk membuat diagnosis lebih pasti
dimana pemeriksaan 0@3 pada permukaan menunjukkan hasil
negatif. Biopsi juga terkadang berguna untuk menunjukkan adanya
hifa pada kasus capitis.
2.2.-.- ampu Hood
&emeriksaan dengan lampu Hood (!98 nm) dapat
menunjukkan flourescence pada jamur patogen tertentu. Cambut
yang terdiagnosis positif harus diperiksa lebih lanjut, seperti
pemeriksaan kultur. %abel - berisis pola umum dermatofita dan
reaksinya terhadap lampu Hood.
%abel -. &ola infeksi pada kepala dan berpendarnya.11
Pola Dermato#ita %lourescence
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
12/22
18
ndothri
Trichophyton soudanese %idak berpendar
Trichophyton iolaceum %idak berpendar Trichophyton tonsurans %idak berpendar
Trichophyton gourilii %idak berpendar
Trichophyton yaoundei %idak berpendar
ctotrhi Microphyton canis 0uning = 3ijau
Microphyton audouinii 0uning = 3ijau
Microphyton distortum 0uning = 3ijau
Microphyton !errugineum 0uning = 3ijau
Microphyton !ulum %idak berpendar
Microphyton gypseum %idak berpendar
Trichophyton megninii %idak berpendar
Trichophyton interdigitale %idak berpendar
Trichophyton rubrum %idak berpendar
Trichophyton errucosum %idak berpendar
, diperkirakan berhubungan
dengan pemakaian alas kaki yang modern, 7alaupun meningkatnya
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
13/22
19
perjalanan manusia di seluruh dunia juga terlibat. 'nsiden pada
tinea pedis ditemukan lebih tinggi pada mereka yang menggunakan
pemandian umum, atau kolam renang. 'nfeksi tinea pedis
umumnya disebabkan oleh adanya penyebab dermatofitosis yang
berada dimana=mana, dan juga faktor dari host sendiri seperti
respon imunitas seseorang terhadap dermatofita.11
%inea manuum memiliki penyebaran melalui kontak
langsung dengan manusia atau he7an yang terinfeksi, tanah, atau
autoinokulasi. &ada infeksi tinea manuum, umumnya hanya satu
tangan yang terkena, diikuti dengan infeksi pada kaki dan kuku
kaki yang biasa disebut sindroma +t7o feet=one hand. %ampilan
klasik dari manus menunjukkan infeksi sekunder pada tangan
dikarenakan ekskoriasi dan menyentuh kaki serta kuku kaki yang
sudah terinfeksi terlebih dahulu. %inea manuum tetap harus
dicurigai pada indi$idu dengan angka kelembapan yang rendah,
karena dermatofita penyebab tinea manuum seringkali
tersembunyi pada lipatan tangan.
2.!.2. tiologi
T. rubrum merupakan penyebab paling umum dari %. pedis
dan tinea manuum, diikuti oleh T. interdigitale dan E. !loccosum.
2.!.!. %emuan 0linis
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
14/22
20
%inea pedis memiliki empat bentuk atau kombinasinya pada
temuan klinis.
5ambar 1. %inea &edis. /. %ipe interdigitale. B. %ipe "occasin. F. %ipe
esikobulosa 11
2.!.!.1. %ipe 'nterdigital
%emuan klinis paling umum dari %. pedis pada saat
pengukuran. %erdapat eritema dan maserasi pada kulit interdigital
dan subdigital, khususnya pada sisi lateral dari jari ketiga, keempat
dan kelima. mumnya, infeksi akan menyebar pada sekitar bagian
dalam dari kaki, dan jarang menyebar ke punggung kaki. /danya
oklusi dan infeksi dari bakteri lain seperti $seudomonas, $roteus
dan %taphylococcus aureus kemudian membuat erosi dengan
pruritus dan bau yang merupakan karakteristik dari dermatofitosis
kompleks atau +athleteGs foot.11
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
15/22
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
16/22
22
5ambar 2. %inea pedis dan %inea manus +t7o feet=one hand.11
%inea manus, infeksi dermatofita pada tangan umumnya
memiliki tampilan non inflamasi dengan skala kering yang tersebar
pada lipatan tangan. /kan tetapi $esikel, pustula dan eksfoliasi
mungkin ditemukan, khususnya ketika dermatofita 6oofilik terlibat.
%inea manuum umumnya terjadi berhubungan dengan %inea pedis
tipe moccasin dan pada onychomikosis, yang harus diterapi untuk
meminimalisir relaps.
2.!.-. Differential Diagnosis
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
17/22
23
= 'nterdigital : rosio interdigitalis blastomycetica, eritrasma,
koinfeksi bakteri.
= 3iperkeratotik : Dyshidrosis, psoriasis, dermatitis kontak,
dermatitis atopi, keratoderma.
= esikobulosa : Dyshidrosis, dermatitis kontak, psoriasi pustular,
bakterid, pustula palmoplantar, pyoderma, skabies.
2.!.8. &emeriksaan aboratorium
&emeriksaan 0@3 pada $esikula dan bula, memiliki angka
temuan positif tertinggi.
2.!.9. &engendalian dan pencegahan
%inea pedis menyukai bagian kulit yang sering lembap dan
basah. #erta beberapa faktor lain yaitu pemakaian sepatu tertutup
dalam 7aktu lama yang dapat menyebabkan keringat berlebih
sehingga menambah kelembapan di daerah sekitar kaki. #elain itu,
pemakaian kaus kaki, khususnya kaus kaki yang berasal dari bahan
yang tidak mudah menyerap keringat juga dapat menambah
kelembapan.!2
0ondisi ekonomi rendah dikuti status gi6i buruk serta daya
tahan tubuh terhadap penyakit merupakan faktor pendukung yang
saling berpengaruh pada infeksi jamur. #elain itu faktor kebersihan
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
18/22
24
pribadi yang kurang dijaga ikut mendukung timbulnya infeksi
jamur karena jamur dapat tumbuh.
"enjaga kaki agar tetap kering dan bersih merupakan metode
terbaik untuk pencegahan. "etode lain yang cukup baik adalah
menggunakan sepatu dengan aliran udara yang baik dan tidak ketat.
"engganti sepatu setiap hari, pemakaian kaus kaki yang kering dan
penggantian kaus kaki secara berkala merupakan beberapa metode
lainnya. 0aus kaki berbahan 7ol sangat dianjurkan karena dapat
menjaga kulit kaki agar tetap kering serta membuat kaki lebih
nyaman. "emakai sandal atau alas kaki terbuka pada pemandian
umum maupun kolam renang juga membantu menghindari tinea
pedis. &enggunaan bedak kulit pada kaki masih terus diteliti
meskipun terbukti berpengaruh pada suspek tinea pedis yang sering
terpapar area dimana jumlah jamur sangat banyak.!2
2.!.;. %erapi.11
%erapi topikal %erapi #istemik
/lyllalamine
'mida6ol
Ficlocipro
Ben6ylamine
%olnaftate
ndecenoic acid
De7asa :
%erbinafrine, 28mghari selama 2 minggu
'tracona6ole, 2mg dua kalihari selama 1 minggu
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
19/22
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
20/22
26
bendera, tas, tenda, jaring, sapu tangan, serta parasut. %ekstil juga dapat
digunakan sebagai bahan penguat antara material seperti fibreglass dan
geotekstil industrial.
%ekstil juga dapat digunakan untuk tujuan industrial dan lebih
ditekankan pada penggunaannya dibandingkan tampilannya dan dikenal
dengan nama technical tetiles. %echnical tetiles terdiri dari aplikasi
otomotif, tekstil medis (implan), geotekstil, agrotekstil (pelindung
tanaman), pakaian pelindung (terhadap panas dan radiasi, terhadap peluru,
dan lainnya). Dalam hal ini, kegunaan tekstil sangat diperlukan. !;,!?
2.-.1 &abrik %ekstil
&abrik tekstil atau industri tekstil merupakan industri mayor. 3al
ini berdasarkan bah7a tekstil dapat menghasilkan pakaian yang
merupakan kebutuhan primer manusia. 'ndustri tekstil didasari oleh
kon$ersi dari tiga tipe serat menjadi benang, lalu kain, lalu tekstil. 3asil
ini kemudian diolah menjadi pakaian atau bahan lain. 0atun tetap menjadi
serat alami yang utama. Banyak sekali $ariabel dalam proses
pembentukkan tekstil seperti penggulungan, pembentukkan kain, hingga
penyempurnaan dan pe7arnaan.
'ndustri tekstil tumbuh pesat melalui re$olusi industri pada abad ke
1?. &ada masa ini, produksi pakaian massal menjadi industri yang sangat
umum. 'ndustrial ini dia7ali di 'nggris, kota "anchester merupakan kota
pertama yang mendirikan industri tekstil dengan mesin uap yang sangat
efisien pada masanya.
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
21/22
27
&erubahan drastis dimulai saat abad ke 2, dimana teknologi
mesin, serat sintetis, serta globalisasi dari bisnis tersebut banyak
mempengaruhi industri tekstil. #ebagai contoh adalah serat sintetis seperti
Cayon yang memiliki kualitas sangat baik menjadikan katun dan 7ol tidak
menjadi satu=satunya pilihan utama sebagai sumber serat.2
&ada tahun 22, industri tekstil memiliki pangsa pasar sekitar -
juta dollar /merika. 3ingga a7al abad ke 21, negara=negara dengan angka
impor dan ekspor tekstil tertinggi adalah negara maju, seperti ni ropa,
/merika #erikat, 0anada, dan Jepang.2 amun saat ini negara berkembang
juga menyumbang angka ekspor yang tinggi untuk industri tekstil seperti
'ndia, &akistan, ni mirat /rab, dan 'ndonesia.
3ingga saat ini 'ndistri %ekstil dan &roduk %ekstil (%&%) 'ndonesia
masih memainkan peran yang cukup besar terhadap perekonomian
nasional. &ada tahun 29, industri ini memberikan kontribusi sebesar 11,;
persen terhadap total ekspor nasional, 2,2 persen terhadap surplus
perdagangan nasional, dan !,? persen terhadap pembetukan &roduk
Domestik Bruto (&DB) nasional. #ementara daya serap industri ini
terhadap tenaga kerja juga cukup besar, mencapai 1,?- juta tenaga kerja.!A
3ingga tahun 29, jumlah industri tekstil indonesia diperkirakan
mencapai 2.9AA perusahaan, dengan total in$estasi 1!8,; triliun rupiah.
Jumlah ini hanya mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya
yang berjumlah 2.989 perusahaan. okasi industri %&% terkonsentrasi di
Ja7a Barat (8; persen), Ja7a %engah (1- persen), dan Jakarta (1; persen).
#isanya tersebar di Ja7a %imur, Bali, #umatera dan *ogyakarta. %otal
kapasitas produksi mencapai 9,1 juta ton dengan utilitas 9A,? persen.
8/20/2019 tinjauan pustaka tinea pedis
22/22
28
0apasitas produksi tersebut terdiri dari industri pemintalan 2,- juta ton,
industri pertenunan, perajutan, pencelupan dan finishing 1,? juta ton,
industri garmen ;8- ribu ton dan tekstil lainnya 11 ribu ton. 0apasitas
produksi ini mengalami kenaikan sebesar 1,; juta ton dibanding tahun
28 yang hanya sebesar 8,?9 juta ton.!A
2.-.2 3ubungan pekerja pabrik tekstil bagian pencelupan dengan terjadinya
dermatofitosis
/ngka kejadian dermatofitosis khususnya tinea pedis pada pekerja
pabrik tekstil bagian pencelupan diperkirakan cukup tinggi karena
diharuskannya para pekerja untuk memakai alas kaki dengan aliran udara
yang tidak baik dalam kurun 7aktu yang lama sehingga menyebabkan
meningkatnya kelembapan pada daerah kaki. Daerah dengan tingkat
kelembapan tinggi merupakan media yang baik untuk jamur.
#elain itu, bentuk anatomi kaki seseorang juga dapat berpengaruh
terhadap tingkat kelembapan tubuh, hal ini disebabkan rentang bagian
tubuh yang terlalu rapat cenderung lebih lembap dibandingkan bagian
tubuh yang renggang.