27
PRESENTASI KASUS KLAVUS DAN TINEA PEDIS Moderator : Kolonel (Purn) CKM dr. FX. Hanny Suwandhani, Sp.KK Disusun Oleh : Mitta Arlina Solihadin 1410221087 Dipresentasikan tanggal: 20 Agustus 2015

Mitta - Tinea Pedis & Klavus

  • Upload
    yada90

  • View
    291

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

preskas

Citation preview

Page 1: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

PRESENTASI KASUS

KLAVUS DAN TINEA PEDIS

Moderator :

Kolonel (Purn) CKM dr. FX. Hanny Suwandhani, Sp.KK

Disusun Oleh :

Mitta Arlina Solihadin

1410221087

Dipresentasikan tanggal:

20 Agustus 2015

KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL’VETERAN’ JAKARTA

PERIODE 10 AGUSTUS – 11 SEPTEMBER 2015

Page 2: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I STATUS PASIEN..................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

2

ii

Page 3: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

Nama : AM

Usia : 72 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Kali deres

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan TNI

II. Anamnesa

Dilakukan secara autoanamesis hari Selasa, tanggal 18 Agustus 2015

a. Keluhan Utama

Nyeri pada telapak kaki kiri dengan kulit yang menebal disertai gatal pada

sela jari kelingking kiri dengan bercak berwarna keputihan.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSPAD dengan

keluhan rasa nyeri pada telapak kaki kiri yang dirasakan sejak kurang

lebih 6 bulan lalu yang timbul saat berjalan. Sebelumnya pasien

merasakan terdapat penebalan pada kulit telapak kaki kiri sejak 2 tahun

yang lalu. Pasien merasa terganggu sehingga 6 bulan lalu pasien

mengelupaskan kulit yang menebal tersebut dengan menggunakan silet

akibat hal tersebut telapak kakinya merasa nyeri dan sedikit mengeluarkan

darah. Pasien menyangkal terdapat demam. Pasien juga mengeluhkan

gatal pada sela jari kaki kelingking yang dirasakan sejak sekitar 3 minggu

yang lalu. Awalnya timbul lenting yang kemudian pecah dan melebar

yang disertai rasa gatal yang muncul tiba-tiba. Gatal yang dirasakan

hilang timbul dan saat malam hari keluhan gatal semakin bertambah.

Untuk mengatasi gatal tersebut pasien menggaruk dan akhirnya timbul

luka yang makin lama makin meluas.

3

Page 4: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

Pasien memiliki kebiasaan menggunakan sepatu boot saat

berkebun. Pasien menyangkal memiliki kebiasaan menggunakan jamu

herbal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki penyakit gula yang terkontrol,dengan metformin 500mg

3x1, gula darah terakhir 86 mg/dl.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien menyangkal dikeluarganya ada yang mempunyai keluhan yang

sama.

III. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik, tampak sakit ringan.

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital :

Tekanan Darah : tidak dilakukan pemeriksaan

Nadi : 88 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Kepala :

Bentuk : Normocephali

Mata : Konjuntiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

Thorax

Jantung : tidak dilakukan pemeriksaan

Paru : tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)

Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

4

Page 5: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

2. Status Dermatologis

Lokasi : pedis sinistra bagian plantar

Efloresensi : tampak plak, ukuran numular, dengan tepi berbatas tegas,

terdapat skuama putih dan ekskoriasi.

Gambar 1. Kalus pada pedis sinistra bagian plantar

5

Page 6: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

Gambar 2. Kalus pada pedis sinistra bagian plantar

6

Page 7: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

Lokasi : pedis sinistra bagian interdigitalis diantara jari IV dan V

Efloresensi :tampak maserasi ,skuama putih dan beberapa erosi.

IV. Resume

Pasien Tn.A M, Laki-laki, berusia 72 tahun datang dengan keluhan rasa

nyeri pada telapak kaki kiri yang dirasakan sejak kurang lebih 6 bulan

lalu. Sebelumnya pasien merasakan terdapat penebalan pada kulit telapak

kaki kiri sejak 2 tahun yang lalu. Pasien merasa terganggu sehingga 6

bulan lalu pasien mengelupaskan kulit yang menebal tersebut dengan

menggunakan silet akibat hal tersebut telapak kakinya merasa nyeri dan

sedikit mengeluarkan darah.. Pasien juga mengeluhkan gatal pada sela jari

kaki kelingking yang dirasakan sejak sekitar 3 minggu yang lalu. Pasien

memiliki kebiasaan menggunakan sepatu boot saat berkebun.

7

Gambar 3. Tinea pedis interdigitalis.

Page 8: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

V. Diagnosa Kerja

1. Klavus

2. Tinea Pedis

VI. Diagnosa Banding

1. Tinea Pedis

- Kandidiasis

VII.Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan KOH

VIII. Penatalaksanaan

1. Klavus

Non Medikamentosa

Menganjurkan pada pasien untuk menghindari pemakaian

sandal/sepatu yang memiliki ukuran yang sempit.

Menyarankan pasien untuk tidak membersihkan kulit yang

menebal dengan benda tajam sendiri.

Medikamentosa

Elektrokateurisasi

Topikal :

Salep kloramfenikol 2% 2x1 selama 5 hari

8

Page 9: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

2. Tinea Pedis

Non Medikamentosa

Menyarankan kepada pasien untuk mengkonsumsi obat secara

teratur dan tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.

Pencucian kaki setiap hari diikuti dengan pengeringan yang baik.

Menganjurkan pada pasien untuk menghindari pemakaian sepatu

yang tertutup

Medikamentosa

Topikal :

o Salep AAV I 2 x 1 sehari selama 1 bulan

IX. Prognosis

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

9

Page 10: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KLAVUS

2.1.1 Definisi

Klavus ialah kelainan kulit beupa hyperkeratosis berbatas tegas, tidak

merata, tampaknya seolah-olah seperti kerucut terbalik, dengan alas ad di

permukaan kulit dan puncaknya ada di dermis.1

Gambar 4. Klavus yang terdapat pada metatarsal III 5

2.1.2. Etiologi dan patogenesis

Timbulnya akibat gesekan atau tekanan yang berselang seling dalam

waktu yang lama, mempunyai tempat predileksi pada daerah yang mengalami

eksositosis, misalnya di persendian metatarsal-falangeal, jari kaki, dan plantar

pedis. 1,5

2.1.3. Gejala klinis

Terdapat dua bentuk klavus yaitu klavus yang luna kdan klavus yang keras.

Klavus yang keras berbentuk seperti kerucut atau paku yang menghujam. Berbeda

dengan kalus, pada klavus hyperkeratosis tidak merata, dibagian tengan seolah-

olah terdapat inti. Pengerasan inti tersebut biasanya berakhir pada serabut saraf di

dermis sehingga terasa nyeri bila berjalan. 1, 5

10

Page 11: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

2.1.4. Pengobatan

Pengobatan yang paling utama adalah menghlangkan faktor tekanan.

Pasien dianjurkan untuk menggunakan sepatu sesuai ukurannya dan nyaman.

Sebagai pengobatan lokal dapat digunakan asam salisilat 40%, sebagai keratolitik.

Tindakan debroidement mengeluarkan inti juga dapat dilakukan. 1,5

TINEA PEDIS

2.2.1. Definisi

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat

tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang

disebabkan golongan jamur dermatofita.

Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari

dan telapak kaki.1

2.2.2 Etiologi dan patogenesis

Dermatofita ialah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis.

Golonganjamur ini mempunyai sifat mencemakan keratin.Dermatofita termasuk

kelas Fungi impetiecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum,

Trichophyton, dan Epidermophyton.1

Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum (umumnya),

Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton floccosum. Telah diketahui

bahwa 9% dari kasus tinea pedis diakibatkan oleh agen infeksi selain dermatofit.

Individu dengan imun yang rendah seperti, HIV/AIDS, transplantasi organ,

kemoterapi,dan steroid diduga dapat menurunkan resistensi pasien terhadap

infeksi dermatofitosis. Faktor seperti umur, obesitas dan diabetes melitus juga

mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan pasien secara keseluruhan dan

dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan terjadinya tinea pedis. Dengan

menggunakan enzim keratinase, jamur ini menginvasi keratin superfisialis dari

kulit dan infeksi akan terbatas pada lapisan kulit ini. Dinding dermatofit memiliki

mannans, yang akan menghambat respon imun tubuh. Trichophyton rubrum

11

Page 12: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

umumnya memiliki mannans yang akan menghambat proliferasi keratinosit,

mengakibatkan berkurangnya kecepatan pergantian kulit dan berujung pada

infeksi kronis. Suhu dan faktor serum seperti beta globulin dan ferritin nampaknya

memiliki efek menghambat dermatofit, akan tetapi patofisiologinya tidak begitu

dimengerti. Sebum juga berperan sebagai penghambat, sehingga menjelaskan

kenapa infeksi dermatofit sering pada daerah kaki yang tidak memiliki kelenjar

sebum.4,5,6

2.2.3. Epidemiologi

a. Usia

Usia muda atau tua. Tersering pada usia 20-50 tahun.

b. Jenis kelamin

Pria lebih banyak daripada wanita

c. Faktor lingkungan

Panas, udara lembab, penggunaan sepatu yang sempit, dan keringat

berlebih sering mempermudah infeksi.

d. Transmisi

Berjalan tanpa pakai alas kaki yang terkontaminasi lantai/tanah. Artrospora

dapat bertahan selama 12 bulan..2,3

2.2.4. Manifestasi Klinis

Lesi kulit

- Tipe interdigitalis

1. Terdapat dua pola:

a. Skuama kering

b. Maserasi, fisura pada sela jari, hyperhidrosis (keringat

berlebih)

2. Paling sering pada sela jari 4-5

3. Infeksi dapat menyebar ke area kaki yang lain

12

Page 13: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

Gambar 5.Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan terdapat

skuama putih dan beberapa erosi. 8

Gambar 6. Tinea pedis pada bagian bawah jari kaki. 8

- Tipe moccasin

1. Eritema dibatasi papul-papul kecil dipinggir lesi, skuama putih

halus dan hyperkeratosis. Sering terjadi pada tumit, telapak dan

pinggir lateral kaki.

2. Distribusi pada telapak kaki termasuk pada area yang tertutup

sepatu

3. Dapat terjadi pada satu atau kedua kaki, tersering pada kedua

kaki. 4,5,6

13

Page 14: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

Gambar 7. Tinea pedis.Terdapat distribusi tipe moccasin.

Bentuk arciform dari sisik yang merupakan karakteristik. 8

- Tipe inflammatory/bula

1. Vesikel atau bula terisi cairan jernih

2. Pus biasanya menandakan infeksi sekunder dari S. aureus

3. Setelah pecah timbul erosi dengan tepi seperti cincin

4. Distribusi pada telapak kaki, punggung kaki dan sela-sela jari

Gambar 8. Tinea pedis tipe bulosa. Vesikel pecah, bula,

eritema, dan erosi pada bagian belakang dari ibu jari kaki.8

- Tipe ulseratif

Penyebaran dari interdigitalis ke dorsal atau plantar pedis.5,6

2.2.5. Pemeriksaan laboratorium

e. Kerokan kulit + KOH 10% ditemukan hifa sejati dan artospora

14

Page 15: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

2.2.6. Diagnosa Banding

Kandidiasis : biasaya terdapat skuama yang berwarna putih pada

sela jari 4-5, dan terdapat lesi satelit

2.2.7. Pengobatan

1. Antifungal Topikal

Obat topikal digunakan untuk mengobati penyakit jamur yang terlokalisir.

Efek samping dari obat-obatan ini sangat minimal, biasanya terjadi dermatitis

kontak alergi, yang biasanya terbuat dari alkohol atau komponen yang lain. 

a. Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebih cocok

pada pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada dermatofit dan

kandida.1

Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas  dengan menghambat

pertumbuhan bentuk yeast jamur. Obat dioleskan dua kali sehari dan

diberikan sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping obat ini dapat terjadi

rasa terbakar, eritema, edema dan gatal. 1,2,3

Ketokonazole 2 % krim merupakan antifungal berspektrum luas

golongan Imidazol; menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan

komponen sel yang mengecil hingga menyebabkan kematian sel

jamur. Obat diberikan selama 2-4 minggu. 3,4,5

Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur dengan

menghambat biosintesis ergosterol sehingga permeabilitas sel meningkat

yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga berakibat pada

kematian sel jamur. Lotion 2 % bekerja pada daerah-daerah intertriginosa.

Pengobatan umumnya dalam jangka waktu 2-6 minggu. 3,4,5

b. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk sebagian besar

dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida. Digunakan secara lokal 2-3

kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam 24-72 jam. Lesi interdigital oleh

jamur yang rentan dapat sembuh antara 7-21 hari. Pada lesi dengan

hiperkeratosis, tolnaftat sebaiknya diberikan bergantian dengan salep asam

salisilat 10 %.4,5

15

Page 16: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

c. Piridones Topikal merupakan antifungal yang bersifat spektrum luas dengan

antidermatofit, antibakteri dan antijamur sehingga dapat digunakan dalam

berbagai jenis jamur. 4,5

Sikolopiroksolamin. Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis,

kandidiasis dan tinea versikolor. Sikolopiroksolamin tersedia dalam

bentuk krim 1 % yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif

dapat terjadi walaupun jarang terjadi. 6,7

d. Alilamin Topikal. Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini juga berguna

pada tinea pedis yang sifatnya berulang (seperi hiperkeratotik kronik). 

Terbinafine (Lamisil®), menurunkan sintesis ergosterol, yang

mengakibatkan kematian sel jamur. Jangka waktu pengobatan 1 sampai 4

minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa terbinafine 1%

memiliki keefektifan yang sama dengan terbinafine 10% dalam mengobati

tine pedis namun dalam dosis yang lebih kecil dan lebih aman.4

e. Anti jamur Topikal Lainnya. 

Asam benzoat dan asam salisilat. Kombinasi asam benzoat dan asam

salisilat dalam perbandingan 2 : 1 (biasanya 6 % dan 3 %) ini dikenal

sebagai salep Whitfield. Asam benzoat memberikan efek fungistatik

sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik. Asam benzoat

hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru tercapai setelah lapisan

tanduk yang menderita infeksi terkelupas seluruhnya. Dapat terjadi iritasi

ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan yang kurang

menyenangkan dari para pemakainya karena salep ini berlemak. 6,7

Asam Undesilenat. Dosis dari asam ini hanya menimbulkan efek

fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat

memberikan efek fungisidal. Obat  ini tersedia dalam bentuk salep

campuran  yang mengangung 5 % undesilenat dan 20% seng

undesilenat.6,7

Haloprogin. Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik, berbentuk

kristal kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alkohol.

Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1 %.6,7

16

Page 17: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

2. Antifungal Sistemik

Pemberian antifungal oral dilakukan setelah pengobatan topikal gagal

dilakukan. Secara umum, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan

pemberian beberapa obat antifungal di bawah ini antara lain :

a. Griseofulvin merupakan obat yang bersifat fungistatik. Griseofulvin dalam

bentuk partikel utuh dapat diberikan dengan dosis 0,5 – 1 g untuk orang

dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kg BB. Lama

pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan imunitas

penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif.

Dosis harian yang dianjurkan dibagi menjadi 4 kali sehari. Di dalam klinik

cara pemberian dengan dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik

pada sebagian besar penderita. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu

setelah penyembuhan klinis. Efek samping dari griseofulvin jarang dijumpai,

yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15 %

penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus

digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga dapat bersifat

fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.1

b. Ketokonazole. Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu

ketokonazole yang bersifat fungistatik. Kasus-kasusyang resisten terhadap

griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10

hari – 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazole merupakan

kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.1

c. Itrakonazole. Itrakonazole merupakan suatu antifungal yangdapat digunakan

sebagai pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik terutama bila

diberikan lebih dari sepuluh hari. Itrakonazole berfungsi dalam menghambat

pertumbuhan jamur dengan mengahambat sitokorm P-45 yang dibutuhkan

dalam sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dalam sela

membran jamur. Pemberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput

lendir oleh penyakit jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam

selaput kapsul selama 3 hari. Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat

memperlambat reabsorpsi di usus), amilodipin, nifedipin (dapat menimbulkan

17

Page 18: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

terjadinya edema), sulfonilurea (dapat meningkatkan resiko hipoglikemia).

Itrakonazole diindikasikan pada tinea pedis tipe moccasion. 1 

d. Terbinafin. Terbinafin berfungsi sebagai fungisidal juga dapat diberikan

sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5 mg – 250

mg sehari bergantung berat badan. Mekanisme sebagai antifungal yaitu

menghambat epoksidase sehingga sintesis ergosterol menurun. Efek samping

terbinafin ditemukan pada kira-kira 10 % penderita, yang tersering gangguan

gastrointestinal di antaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare dan

konstipasi yang umumnya ringan. Efek samping lainnyadapat berupa

gangguan pengecapan dengan presentasinya yang kecil. Rasa pengecapan

hilang sebagian atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan

bersifat sementara. Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar

dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus.1 Terbinafin baik digunakan pada pasien

tinea pedis tipe moccasion yang sifatnya kronik. Pada suatu penelitian ternyata

ditemukan bahwa pengobatan tinea pedis dengan terbinafine lebih efektif

dibandingkan dengan pengobatan griseofulvin.8

3. Pencegahan

Salah satu pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga kaki

tetap dalam keadaan kering dan bersih, menghindari lingkungan yang lembab,

menghindari pemakaian sepatu yang terlalu lama, tidak berjalan dengan kaki

telanjang di tempat-tempat umum seperti kolam renang serta menghindari hindari

kontak dengan pasien yang sama. Setelah mandi sebaiknya kaki dicuci dengan

benzoil peroksidase.8 

2.2.8. PROGNOSIS

Tinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Beberapa

minggu setelah pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis, baik akut maupun

kronik. Kasus yang lebih berat dapat diobati dengan pengobatan oral. Walaupun

dengan pengobatan yang baik, tetapi bila tidak dilakukan pencegahan maka pasien

dapat terkena reinfeksi. 8

18

Page 19: Mitta - Tinea Pedis & Klavus

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Edisi 5.

Jakarta: FK UI. 2007: h. 89

2. Chamlin L Sarah, Lawley P Leslie.Tinea. In: Fitzpatrick’s Dermatology

in General Medicine, 8th edition. New York: McGraw-Hill Medicine.

2009:pg; 3237-3267

3. Chytia, C, Barbara J. (2008). Laboratory and Diagnostic Procedures. Fifth Edition. St. Louis, Missouri: Sauders Elsevier. (pg; 210-211)

4. Djuanda Adhi. Dermatofitosis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Edisi kelima. Jakarta: FKUI 2007:h. 92

5. Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. Edisi 7.

2008. (pg; 736-872)

6. G. James D William, Andrews’. (2008). Diseases resulting from fungi and yeast. Disease of the skin, Edisi 10. Canada: Saunders Elsevier. (pg; 303-303)

7. Kumar V, Tilak R, Prakash P,Nigam C, Gupta R. (2011). Tinea Pedis. Asian journal of medical science. (pg;134-135)

8. Siregar, R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta :

EGC. 2005. (pg; 23-25)

19