29
BAB I STATUS PASIEN 1.1 IDENTITAS Nama : Tn. C Umur : 46 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pengemudi Taksi Agama : Islam Alamat : Cilincing, Jakarta Utara Status : Menikah Tanggal Periksa : 01 Februari 2013 1.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis) Keluhan Utama : Gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri Keluhan Tambahan : Luka-luka pada sela jari dan terasa nyeri Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSIJ Sukapura , dengan keluhan gatal pada sela-sela jari kanan dan kiri. Laporan kasus Tinea Pedis| 1

Lapkas Tinea Pedis Docx

  • Upload
    9asmar

  • View
    180

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS

Nama : Tn. C

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pengemudi Taksi

Agama : Islam

Alamat : Cilincing, Jakarta Utara

Status : Menikah

Tanggal Periksa : 01 Februari 2013

1.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis)

Keluhan Utama :

Gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri

Keluhan Tambahan :

Luka-luka pada sela jari dan terasa nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSIJ Sukapura , dengan keluhan gatal pada

sela-sela jari kanan dan kiri. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Menurut pasien gatal-

gatal ini muncul setelah tempat tinggalnya mengalami banjir, kemudian setelah itu pasien

mengeluh gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri. Karena setiap hari terasa semakin

gatal, pasien sering menggaruk-garuk sela jari sampai akhirnya timbul luka yang apabila

pasien sedang beraktivitas sehari-hari untuk mengemudi terasa sakit dan perih. Selain itu

Laporan kasus Tinea Pedis| 1

menurut pasien setiap bekerja pasien selalu menggunakan sepatu yang tertutup tanpa

menggunakan kaos kaki sehingga keluhan dirasakan semakin bertambah parah.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, keluhan Asma dan DM

disangkal. Pasien memiliki riwayat penyakit HT sejak 3 tahun lalu dan pasien mengkonsumsi

captopril untuk mengontrol tekanan darah

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga pasien dalam satu rumah yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien adalah seorang karyawan swasta yang bekerja sebagai pengemudi Taksi. Setiap

bekerja pasien menggunakan sepatu tanpa menggunakan kaos kaki dan tempat tinggal pasien

merupakan tempat tinggal yang sering mengalami banjir.

Riwayat Alergi :

Menurut pasien, pasien memiliki alergi terhadap ikan dan telur. Pasien tidak memiliki riwayat

alergi terhadap obat maupun cuaca.

Riwayat Pengobatan :

Menurut pasien sebelum pasien berobat ke poliklinik kulit dan kelmain RSIJ, pasien sempat

berobat di klinik perusahan tempat pasien bekerja dan diberikan salep tetapi belum ada

perubahan dari keluhan pasien.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : composmentis

Tanda Vital

Tekanan darah : tidak ada kelianan

Nadi : tidak ada kelianan

Laporan kasus Tinea Pedis| 2

Suhu : tidak ada kelainan

Pernapasan : tidak ada kelainan

Status Generalisata

Kepala :

Rambut : tidak ada kelainan

Mata : tidak ada kelainan

Hidung : tidak ada kelainan

Mulut : tidak ada kelainan

Leher

KGB: tidak ada kelainan

Kelenjar tiroid tidak ada kelainan

Thoraks : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Dermatologis

Ad regio Intradigitalis sinistra

Distribusi Regional

Lesi Multiple, berkelompok, sebagian konfluens, sebagian

Laporan kasus Tinea Pedis| 3

diskret,sirkumskrip, bentuk reguler.

Efluroesensi ulkus disertai krusta berwarna merah kehitaman

Ad regio Intradigitalis dekstra

Distribusi Regional

Lesi Multiple, berkelompok, sebagian konfluens, sebagian

diskret,sirkumskrip, bentuk ireguler.

Efluroesensi ulkus disertai krusta berwarna merah kehitaman

RESUME

Anamnesis

Tn.C, 46 tahun datang dengan keluhan gatal pada sela-sela jari kanan dan kiri. Keluhan

dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Menurut pasien gatal-gatal ini muncul setelah tempat

tinggalnya mengalami banjir, kemudian setelah itu pasien mengeluh gatal pada sela-sela jari

kaki kanan dan kiri. Karena setiap hari terasa semakin gatal, pasien sering menggaruk-garuk

sela jari sampai akhirnya timbul luka yang apabila pasien sedang beraktivitas sehari-hari

Laporan kasus Tinea Pedis| 4

untuk mengemudi terasa sakit dan perih. Selain itu menurut pasien setiap bekerja pasien

selalu menggunakan sepatu yang tertutup tanpa menggunakan kaos kaki sehingga keluhan

dirasakan semakin bertambah parah.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata : Tidak ada kelainan

Status Dermatologis :

Ad regio Intradigitalis dekstra dsn sinistra

Distribusi Regional

Lesi Multiple, berkelompok, sebagian konfluens, sebagian

diskret,sirkumskrip, bentuk ireguler.

Efluroesensi ulkus disertai krusta berwarna merah kehitaman

Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

1.4 Diagnosis kerja : Tinea pedis + infeksi sekunder

Diagnosis Banding : - Dermatitis kontak

1.5 Penatalaksanaan

Medikamentosa

- Nacl 0,9% + kassa steril (untuk kompres)

- Eritromisin 500mg 2x1

- Salep Bactoderm+beneson

Laporan kasus Tinea Pedis| 5

Non-Medikamentosa

- Kepada pasien untuk tidak menggaruk atau mengelupas luka.

- Untuk menjaga kebersihan diri, terutama kaki yang sedang mengalami sakit.

- Hindari penggunaan sepatu tertutup selama proses pengobatan dan mempercepat

proses penyembuhan

- Minum obat teratur dan kontrol kembali setelah 7 hari untuk mengetahui respon

pengobatan.

1.6 Prognosis

o Quo ad vitam : ad bonam

o Quo ad fungsionam : ad bonam

o Quo ad sanactionam : ad bonam

Laporan kasus Tinea Pedis| 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

TINEA PEDIS

A. Definisi

Tinea pedis adalah infeksi jamur dermatofita yang menyerang pada telapak

kaki dan ruang interdigitalis, dapat meluas ke lateral maupun punggung kaki dan

dapat terjadi infeksi kronis Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan,

gangguan kulit yang satu ini boleh dikatakan sangat menjengkelkan. Di daerah tropis,

seperti di Indonesia, hampir seluruh jenis tanaman tumbuh subur, termasuk berbagai

jenis jamur yang berkembang biak di kulit. Penyakit ini sering menyerang pada orang

dewasa yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, petani atau orang yang

setiap hari harus memakai sepatu tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subyektif

bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai dengan rasa gatal yang hebat dan nyeri

bila ada infeksi sekunder.Masalah infeksi jamur menempati posisi ke dua dari seluruh

penyakit kulit yang ditemui di dunia. Hal ini dikarenakan penyakit tersebut tidak

hanya menyerang suatu golongan, namun dapat menyerang siapa saja bisa laki-laki

atau perempuan, anak-anak atau dewasa, dimana dan kapan saja, di rumah, di kantor,

di sekolah bahkan di tempat paling bersih sekalipun.

Tinea pedis atau sering disebut athelete foot adalah dermatofitosis pada kaki,

terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis adalah dermatofitosis yang

biasa terjadi. Penggunaan istilah athlete foot digunakan untuk menunjukan bentuk jari

kaki yang seperti terbelah. Prevalensi dari tinea pedis sekitar 10%, terutama

disebabkan oleh penggunaan alas kaki modern, meskipun perjalanan keliling dunia

juga merupakan faktor. Kejadiaan tinea pedis lebih tinggi diantara komuniti yang

menggunakan tempat-tempat umum seperti kamar mandi, shower atau kolam

renang. . Kejadian infeksi ini sering terjadi pada iklim hangat lembab dimana dapat

meningkatkan pertumbuhan jamur, tetapi jarang ditemukan di daerah yang tidak

menggunakan alas kaki.

Laporan kasus Tinea Pedis| 7

B. Etiologi dan Patogenesis

Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum(umumnya), Trichophyton

mentagrophytes, Epidermophyton floccosum. Namun, penyebab utama dari setiap

pasien rumit dengan adanya jamur saprofit, ragi dan /bakteri. Telah di observasi

bahwa 9% dari kasus tinea pedis diakibatkan oleh agen infeksi selain dermatofit.

karakteristik dari T.rubrum menghasilkan jenis yang relatif tidak ada peradangan dari

dermatofitosis dengan eritema kusam dan sisik keperakan yang melibatkan seluruh

telapak kaki dan sisi kaki menampilkan moccasin. Erosi juga terbatas pada infeksi

jamur pada jari kaki atau bawah jari kaki, kadang-kadang bersisik dan meluas sampai

pada badan, gluteus, dan extremiti. Individu dengan imun yang rendah mudah terkena

infeksi, HIV/AIDS, transplantasi organ, kemoterapi, steroid dan nutrisi parenteral

diakui dapat menurunkan resistansi pasien terhadap infeksi dermatofitosis. Kondisi

seperti umur, obesitas, diabetes melitus juga mempunyai dampak negatife terhadap

kesehatan pasien secara keseluruhan dan dapat menurunkan imunitas dan

meningkatkan terjadinya tinea pedis. Diabetes melitus itu sendiri dikategorikan

sebagai penyebab infeksi, pasien dengan penyakit ini 50% akan terkena infeksi jamur.

Secara histologi, hiperkeratotis tinea pedis memiliki karakteristi berupa akantosis,

hiperkeratosis, dan infiltrasi perivaskular yag dangkal, kronik dan dapat menyebar

pada dermis. Bentuk vesicle-bula menampilkan spongiosis, parakeratosis, dan

subkornea atau spongiosis intraepitel vesiculasi dengan kedua tipe, foci dari neutrofil

biasanya dapat dilihat pada daerah stratum kornea. PAS atau pewarnaan silver

methenamine menampilkan organisme jamur.

Laporan kasus Tinea Pedis| 8

Gambar 1. Tipe kering dari infeksi T. Rubrum

C. Gejala klinis

Ada 4 jenis tinea pedis interdigitalis, moccasin, tipe akut ulserasi dan tipe

vesiculbulosa semua dengan karakteristik kulit masing-masing.

1. Interdigitalis

- Diantara jari 4 dan 5 terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis.

- Dapat meluas ke bawah jari(subdigital) dan ke sela jari yang lain.

- Sering terlihat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan rapuh. Dapat

disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis,

limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas.

Gambar 2. Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan terdapat opaque

putih dan beberapa erosi

Laporan kasus Tinea Pedis| 9

Gambar 3. Tinea pedis pada bagian bawah jari kaki.

2. Moccasin foot

- Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit

menebal dan bersisik halus dan seperti bedak

- Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi

- Tepi lesi dapat dilihat papul dan kadang-kadang vesikel

Gambar 4. Tinea pedis. Terdapat distribusi tipe moccasin. Bentuk arciform

dari sisik yang merupakan karakteristik

3. Vesiculo bulosa

- Diakibatkan karena T.mentagrophytes

- Diameter vesikel lebih besar dari 3mm

- Jarang pada anak-anak, tapi etiology yang sering terjadi pada anak-anak

adalah T.rubrum

Laporan kasus Tinea Pedis| 10

- Vesikel pustul atau bula pada kulit tipis ditelapak kaki dan area periplantar

Gambar 5. Tinea pedis tipe bulosa. Vesicle pecah, bula, eritema, dan erosi

pada bagian belakang dari ibu jari kaki.

4. Tipe akut ulseras

- Mempengaruhi telapak kaki dan terkait dengan maserasi, penggundulan kulit

- Ko infeksi bakterial ganas biasanya dari garam negative kombinasi dengan

T.mentagrophytes menghasilkan vesikel pustule dan ulcer bernanah yang

besar pada permukaan plantar

D. Diagnosis

Diagnosis dari tinea pedis biasanya dilakukan secara klinikal dan berdasarkan

examinasi dari daerah yang terinfeksi. Diagnosis yang digunakan biasanya dengan

cara kulit dikerok untuk preparat KOH, biopsi skin, atau kulture dari daerah yang

terinfeksi.

1. KOH

Hasil preparat KOH biasanya positive di beberapa kasus dengan maserasi pada

kulit. Pada pemeriksaan mikroskop KOH dapat ditemukan hifa septate atau

bercabang, arthrospore, atau dalam beberapa kasus, sel budding menyediakan

bukti infeksi jamur.

Laporan kasus Tinea Pedis| 11

2. Kultur

kultur dari tinea pedis yang dicurigai dilakukan SDA(sabouraud’s dextrose

agar), pH asam dari 5,6 untuk media ini menghambat banyak spesies bakteri dan

dapat dibuat lebih selektif dengan penambahan suplemen kloramfenikol. Ini dapat

selesai 2-4 minggu. Dermatophyte test medium(DTM) digunakan untuk isolasi

selektif dan mengenali jamur dermatofitosis adalah pilihan lain diagnostik, yang

bergantung pada indikasi perubahan warna dari oranye ke merah untuk

menandakan kehadiran dermatofit.

3. Tes PAS

PAS menunjukkan dinding polisakarida-sarat dari organisme jamur yang terkait

dengan kondisi ini dan merupakan salah satu teknik yang paling banyak

digunakan untuk mendeteksi karbohidrat protein terikat (glikoprotein). Tes ini

dilakukan dengan mengekspos jaringan dari berbagai substrat untuk serangkaian

reaksi oksidasi-reduksi, sebagai hasil akhir, elemen positif seperti karbohidrat,

bahan membran basement menjadi permen apel merah(candy apple red). PAS

kontras positif komponen ini tajam terhadap latar belakang biru merah muda.

Tidak seperti kulture pada SDA atau DTM, hasil PAS dapat selesai sekitar 15

menit. PAS juga telah menjadi tes diagnostik yang paling dapat diandalkan untuk

tinea pedis, dengan keberhasilan 98,8% dengan biaya paling efektif.

E. Diagnosis banding

Diagnosis banding klinis dari erupsi cutaneus kaki seperti kontak dermatitis,

psoriasis, dihydrosis, eczema, dermatitis atopic, keratoderma, liken planus dan

beberapa infeki bacterial seperti C.minutissimum, streptococcal cellulitis dan lain-lain

yang umumnya susah dibedakan dengan tinea pedis.

Diagnosis banding dari tinea pedis dapat di bedakan menjadi

1. Interdigitalis

Diagnosis banding berupa psoriasis, “soft corns”, koinfeksi bakteri, kandidiasis,

erythrasma.

2. Tipe Moccasin

Diagnosis banding berupa psoriasis, keturunan atau yang diperoleh keratoderma

pada telapak tangan dan kaki, dyshidrosis.

3. Vesicul-bulosa

Laporan kasus Tinea Pedis| 12

Diagnosis banding berupa Pustular psoriasis, palmoplantar pustolosis, pyoderma

bakteri.

F. Penatalaksanaan

A. Antijamur topikal

1. Imidazole

Efektif dalam mengobati tinea pedis, terutama dalam pengobatan untuk tipe

interdigital, karena obat golongan ini efektif untuk dermatofita dan candida. Beberapa

produk dari golongan ini mempunyai efek antibakteri (econazole). Macam obat yang

digunakan yaitu,

a. Clotrimazole 1 % (Mycelex, Lotrimin)

Antijamur broadspectrum yang menghambat pertumbuhan jamur dengan kerja

mempengaruhi permeabilitas sel membrane, dan menyebabkan kematian sel. Evaluasi

diagnosis jika tidak terjadi komplikasi setelah 4 minggu.

b. Econazole 1% cream

Laporan kasus Tinea Pedis| 13

Efektif pada infeksi cutaneous. Mempengaruhi pada RNA dan sintesis protein.

Merusak permeabilitas membrane sel dan akhirnya menyebabkan kematian sel. Data

Diberikan selama 4 minggu

c. Ketoconazole 1 % cream (Nizoral)

Immidazole merupakan anti jamur berspektrum luas, menghambat sintesis dari

ergosterol, menyebabkan gangguan komponen penting sel dan kematian jamur.

Diberikan selama 2 sampai 4 minggu.

d. Miconazole (Monistat)

Merusak dinding jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol. Hal ini

menyebabkan gangguan permeabilitas membrane dan kematian jamur. Digunakan

sehari 2 kali. Ada 2 bentuk yaitu cream atau lotion yang dapat diberikan selama 2

sampai 6 minggu dan bentuk bedak yang dapat diberikan selama 2 sampai 4 minggu.

e. Oxiconazole 1 % cream (Oxistat)

Merusak dinding jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol. Hal ini

menyebabkan gangguan permeabilitas membrane dan kematian jamur. Diberikan

selama 4 minggu.

f. Sertaconazole nitrate cream (Ertaczo)

Anti jamur topical imidazole efektif dalam melawan T.rubrum, T. mentagrophyte dan

E. floccosum. Di indikasikan pada tinea pedis, tetapi mempunyai efek samping berupa

kulit menjadi kering pruritus, hiperpigmentasi, sensasi terbakar.

g. Topical pyridones

Spektrum luas dengan antidermatophytic, antibacterial dan anticandida efektif

penggunaanya pada seluruh bentuk tinea pedis khususnya pada tipe interdigital.

h. Ciclopirox 1% cream (Loprox)

Mempengaruhi sintesis DNA, RNA dan menghambat transport protein essensial pada

sel jamur

2. Allylamines

Laporan kasus Tinea Pedis| 14

Efektif dalam mengobati segala bentuk dari tinea pedis. Secara invitro obat Golongan

ini mempunyai kerja dalam menghadapi infeksi oleh jamur terutama pada pasien yang

berulang (kronik hiperkeratotik).

a. Naftifine 1 % cream and gel (Naftin)

Anti jamur dengan spectrum luas dan merupakan derivate sintetik allyamine;

menghambat pertumbuhan jamur.

b. Terbinafme (Lamisil)

Menghambat squalene eposksidase, yang akhirnya juga menghambat ergosterol,

menyebabkan kematian sel. Digunakan hingga gejala benar-benar hilang. Lama

penggunaan > l minggu tetapi tidak lebih dari 4 minggu. efektif pada pasien dengan

interdigital tinea pedis dengan hanya pengobatan selama 1 minggu. Pasien dengan

kronik hiperkeratotik tinea pedis biasanya membutuhkan pengobatan selama 4

minggu.

c. Topical benzylamines

Terkadang golongan obat ini dimasukkan dalam allyamine. Digunakan pada pasien

yang berulang dan lama (kronik hiperkeratotik). Telah terbukti efektif pada beberapa

pasien dengan interdigital tinea pedis dan pemakaian hanya dalam 1 minggu.

d. Butenafme 1 % cream (Mentax). Menghancurkan sel membrane jamur dan

menyebabkan kematian jamur.

B. Antijamur oral

Perlu dipertimbangkan pada pasien dengan kronik hiperkeratotik atau

inflamatory/vesicular tinea pedis. Digunakan jika dengan pengobatan topical gagal,

pasien dengan diabetes atau penyakit perivascular dan pada kondisi

immunokompromise.

1. Itraconazole (Sporanox)

Aktivitas sebagai fungistatik. Sintetik Antijamur triazole yang menghambat

pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450 yang berperan dalam

sintesis ergosterol, komponen penting dalam membrane sel. Dengan dosis,

Anak 3 - 5 mg/ kgBB /hari

Laporan kasus Tinea Pedis| 15

Dewasa 1 kapsul (100 mg) / hari

2. Terbinafine (Lamisil, Daskil)

Menghambat squalene eposksidase, yang akhirnya juga menghambat ergosterol,

menyebabkan kematian sel. Digunakan hingga gejala benar-benar hilang.

3. Fluconazole (Diflucan)

Antijamur sintetis oral (broad spectrum bistriazole) selektif dalam menghambat jamur

pada sitokrom P-450 dan sterol c- 14 alpha demetilasi.

4. Ketokonazole

Dengan dosis penggunaan,

Anak 3 - 5 mg/ kgBB/hari

Dewasa 1 kapsul (100 mg) / hari

C. Dermatological agents

Merupakan Suplemen anti jamur yang digunakan pada keadaan klinis tertentu.

1. Aluminum acetate (Otic Domeboro, Burow’s Solution)

Digunakan pada tipe vascular tinea pedis. Campurkan aluminium asetat tablet dalam

air untuk menghasilkan 1:10-40 larutan.

2. Ammonium lactate lotion (Lac Hydrin)

Digunakan untuk mengurangi krusta/pengerasan pada pasien dengan hiperkeratotik di

telapak kaki. Mengadung asam laktat dan alpha asam hiroksi yang mempunyai kerja

keratolitik dan mengeluarkan comedo. Menyebabkan pelepasan dari corneocyte.

Tersedia dalam 12 % dan 5 %. Gunakan 12 % lotion.

3. Urea, topical (Carmol-40, Keralac)

Digunakan untuk mengurangi krusta/pengerasan pada pasien dengan hiperkeratotik di

telapak kaki . menyebabkan hidrasi dan pelepasan keratin pada matriks intraselular ,

tersedia dalam konsenterasi 10-40 % .

G. Pencegahan

Laporan kasus Tinea Pedis| 16

Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai pentingnya kebersihan pada

kaki, menjaga kaki tetap kering , membersikan kuku kaki, menggunakan sepatu

yang pas dan kaos kaki kering dan bersih, serta menggunakan sandal atau flip-flop

pada tempat mandi umum atau kolam renang dapat mencegah terjadinya tinea

pedis. Diagnosis yang tepat serta pengobatan terhadap pasien yang menderita

diabetes mellitus, HIV, trasplantasi organ penting untuk pencegahan infeksi tinea

pedis .

H. Komplikasi

Komplikasi yang data terjadi antara lain adalah Selulitis sekunder, limfangitis,

pyoderma dan osteomyelitis dapat terjadi dari infeksi micosis pada kaki. Komplikasi ini dapat

terjadi pada pasien dengan kondisi edema kronik, immunosuppresion dan diabetes.

I. Prognosa

Tergantung Infeksi tinea pedis dan penyakit yang mendasarinya Dengan pengobatan,

biasanya memiliki prognosis yang cukup baik.

BAB 3

PEMBAHASAN

Laporan kasus Tinea Pedis| 17

Tinea pedis adalah infeksi jamur dermatofita yang menyerang pada telapak kaki dan

ruang interdigitalis, dapat meluas ke lateral maupun punggung kaki dan dapat terjadi infeksi

kronis

Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh

dikatakan sangat menjengkelkan. Di daerah tropis, seperti di Indonesia, hampir seluruh jenis

tanaman tumbuh subur, termasuk berbagai jenis jamur yang berkembang biak di kulit.

Penyakit ini sering menyerang pada orang dewasa yang bekerja di tempat basah

seperti tukang cuci, petani atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup seperti

anggota tentara. Keluhan subyektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai dengan rasa

gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.

Masalah infeksi jamur menempati posisi ke dua dari seluruh penyakit kulit yang

ditemui di dunia. Hal ini dikarenakan penyakit tersebut tidak hanya menyerang suatu

golongan, namun dapat menyerang siapa saja bisa laki-laki atau perempuan, anak-anak atau

dewasa, dimana dan kapan saja, di rumah, di kantor, di sekolah bahkan di tempat paling

bersih sekalipun.

Umumnya pasien mengeluh adanya gatal. Telapak kaki bersisik, disertai nyeri

diantara ibu jari kaki. Jarang pada pasien dijumpai lesi vesicular atau ulseratif. Pada pasien

dengan usia lanjut dapat ditemui adanya kaki yang berkrusta/pengerasan pada kaki yang

kering. Pada area interdigital ini merupakan tempat infeksi yang khas bagi tinea pedis,

eritema, maserasi, dan krusta sering terlihat pada jari kaki keempat dan kelima. Pasien sering

mengeluhkan gatal yang sangat dan tercium bau yang tidak enak.. Pada daerah dorsal kaki

biasanya bersih, tetapi pada daerah permukaan plantar infeksi mungkin dapat terjadi. Pada

daerah interdigital ini dapat diikuti oleh infeksi bakteri dan Candida albicans sehingga

menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Pada tipe interdigital sering disebabkan oleh T.

rubrum.

Berdasarkan anamnesis tersebut, terdapat kesesuaian antara gejala klinis yang

dikeluhkan pasien dengan manifestasi klinis suatu Tinea pedis. Pasien mengeluhkan

munculnya lesi kulit yang sesuai dengan deskripsi Tinea pedis, yang muncul pada sela-sela

jari kaki. Hal ini sesuai dengan perjalanan klinis tinea pedis yang pada umumnya muncul

Laporan kasus Tinea Pedis| 18

pada daerah sela-sela jari kaki. Pada anamnesis juga tidak didapatkan faktor predisposisi pada

pasien ini.

Pada pemeriksaan fisik dilakukan evaluasi terhadap lesi kulit, kemudian ditentukan

lokasi dan effloresensi lesi. Beberapa bagian kulit dari sela-sela jari mengalami erosi, dan

krusta berwarna merah kehitaman. Kulit disekitar lesi tampak normal.Effloresensi lesi pada

kulit pasien sesuai dengan effloresensi tinea pedis yang disertai dengan infeksi sekunder yang

merupakan gejala klinis dari tinea pedis jenis interdigitaslis.

BAB 4

KESIMPULAN

Laporan kasus Tinea Pedis| 19

Telah dilaporkan kasus tinea pedis pada pasien laki-laki,berusia 7 tahun. Diagnosis

tinea pedis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang digali dari anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Keluhan utama pasien berupa munculnya keluhan gatal yang kemudian timbul luka

pada sela-sela jari kaki kiri dan kanan dan disertai rasa nyeri jika pasien beraktifitas.

Effloresensi yang dijumpai sesuai dengan gambaran klinis tinea pedis. Pemeriksaan

penunjang tidak dikerjakan. Pasien diterapi dengan Nacl 0,9%, Eritromisin 2x1 dan salep

racikan bactoderm dan beneson. Prognosis penyakit pasien baik. Terapi yang diberikan sudah

adekuat sehingga risiko berkembangnya infeksi bisa dikurangi. Tetapi pasien memiliki

faktor predisposisi yang dapat menimbulkan rekurensi.

Daftar pustaka

Laporan kasus Tinea Pedis| 20

1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.

5thedition. Jakarta; Fk-UI,2007;p 93

2. Chamlin L Sarah, Lawley P Leslie. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine. Tinea Pedis. 7th edition.2. New York; McGraw-Hill Medicine 2008;

709-712

3. Berth-jones J. Rook’s Textbook of Dermatology. Mycology. 8th edition.1.

Cambridge; Wiley-Balckwell, 2010;p 36.30-36.32

4. James D William, Berger G Timothy, Elston M Dirk. Andrews’ disease of the

skin; Diseases resulting from fungi and yeast . 10 th edition. Canada; Saunders

Elsevier, 2008;p 303-305

5. Kumar V, Tilak R, Prakash P, Nigam C, Gupta R. Asian journal of medical

science. Tinea Pedis, 2011; p134- 135

6. Claire J. Carlo, MD, Patricia MacWilliams Bowe, RN, MS. Tinea Pedis(athelete

foot) available at

http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/TineaPedis.pdf

Laporan kasus Tinea Pedis| 21