21
Penyakit Kulit Pada Sela-Sela Jari Kaki Maria Fransiska 102011189 Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta Jalan Terusan Arjuna no.6, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail : [email protected] Pendahuluan Skenario, seorang perempuan berusia 21 tahun, pekerjaan tukang cuci baju, datang ke puskesmas dengan keluhan gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri, sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan dermatologis, tampak fisura-fisura pada sela-sela jari kaki, dan tampak maserasi. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Dermatofitosis dibagi oleh beberapa penulis, misalnya SIMONS dan GOHAR (1954), menjadi dermatomikosis, trimikosis, dan onikomikosis berdasarkan bagian tubuh manusia yang terserang. Pembagian yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah yang berdasarkan lokasi. Terdapat bentuk-bentuk tinea kapitis, tinea barbae, tinea kruis, tinea pedis, tinea unguium, tinea korporis. Dalam makalah ini akan dibahas tinea pedis, yang merupakan dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Anamnesis

MF - Blok 15 Tinea Pedis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

g

Citation preview

Penyakit Kulit Pada Sela-Sela Jari KakiMaria Fransiska102011189Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA JakartaJalan Terusan Arjuna no.6, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail : [email protected]

Pendahuluan Skenario, seorang perempuan berusia 21 tahun, pekerjaan tukang cuci baju, datang ke puskesmas dengan keluhan gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri, sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan dermatologis, tampak fisura-fisura pada sela-sela jari kaki, dan tampak maserasi. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Dermatofitosis dibagi oleh beberapa penulis, misalnya SIMONS dan GOHAR (1954), menjadi dermatomikosis, trimikosis, dan onikomikosis berdasarkan bagian tubuh manusia yang terserang. Pembagian yang lebih praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah yang berdasarkan lokasi. Terdapat bentuk-bentuk tinea kapitis, tinea barbae, tinea kruis, tinea pedis, tinea unguium, tinea korporis. Dalam makalah ini akan dibahas tinea pedis, yang merupakan dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.AnamnesisAnamnesis adalah komunikasi dua arah yang dilakukan dokter dengan pasien atau dengan keluarga pasien untuk mengetahui keluhan riwayat penyakit pasien sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit dalam keluarganya. Hal ini penting diketahui agar lebih membantu untuk menegakkan diagnosa, diagnosa banding, kemudian menentukan terapi yang terbaik serta meramalkan prognosisnya. Hal-hal yang penting untuk ditanyakan:1. Identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status pernikahan, agama, dan pekerjaan.

2. KeluhanKeluhan utama, yaitu keluhan yang menyebabkan penderita datang berobat. Pada kasus ini keluhan utama adalah gatal pada sela-sela jari kaki sejak 2 bulan yang lalu.3. Riwayat PenyakitKapan gejala timbul dan apakah munculnya mendadak atau bertahap. Karakter, lama, frekuensi, dan beratnya gejala. Waktu timbulnya gejala seperti pada pagi, siang, atau malam hari. Working DiagnosisTinea PedisIstilah dermatofitosis harus dibedakan dengan dermatomikosis. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tandukataustratum korneum pada lapisan epidermis di kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Dermatomikosismerupakan arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit.1-3Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan telapak kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal pedis dianggap sebagai tineakorporis. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai daerah tropis yang lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Efek ini lebih nyata pada sela jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini paling sering terkena.Kenyataaannya, tinea pedis jarang ditemukan pada populasi yang tidak menggunakan sepatu. Sinonim dari tinea pedis adalahfoot ringworm, athlete foot, footmycosis.1-3EpidemiologiTinea pedis terdapat diseluruh dunia sebagai dermatofitosis yang paling sering terjadi. Meningkatnya insidensitinea pedis mulai pada akhir abad ke-19 sehubungan dengan penyebaranTrichophytonrubrumke Eropa dan Amerika. Tingkat prevalensi tinea pedis secara nyata diketahui karena pasien tidak mencari nasihat medis kecuali kualitas hidup mereka dipengaruhi, karena ini bukan penyakit yang mengancamjiwa.Diperkirakan 10% dari jumlah pendudukdibanyak negara menderita penyakit ini. Frekuensi tinea pedis di Eropa dan Amerika Utara berkisar 15-30% dan pada beberapa masyarakat tertentu lebih tinggi, misalnya buruh tambang (sampai 70%) dan atlit. Tinea pedis lazim ditemukan pada daerah beriklim tropis dan sedang.1Tinea pedis lebih sering terjadi pada usia dewasa daripada anak remaja terutama pada laki-laki dan jarang pada perempuan dan anak-anak.Kemungkinaninfeksi berkaitan dengan paparan ulangan dermatofita sehingga orang yang menggunakan fasilitas mandi umum seperti pancuran, kolam renang, kamar mandi lebih cenderung terinfeksi.1

Etiologi Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialahTrichophyton rubrum(paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans(sering pada anak)danEpidermophyton floccosum. T. rubrumlazimnya menyebabkan lesi yang hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada kaki;T.mentagrophyteseringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih meradang sedangkanE. floccosumbisa menyebabkan salah satu diantara dua pola lesi diatas.1,2

Patogenesis Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinarultraviolet, variasi suhu dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferintidak tersaturasidan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Ditingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh.2Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80% dari seluruh penderita dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur penyebab ada dimana-mana dan sporanya tetap patogenik selama berbulan-bulan dilingkungan sekitar manusia seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga, kamar mandi dan karpet.2Buktieksperimen menunjukkan bahwa pentingnya faktor maserasi pada infeksi dermatofita sela jari. Keadaan basah tersebut menunjang pertumbuhan jamur dan merusak stratum korneum pada saat yang bersamaan. Peningkatan flora bakteri secara serentak mungkin dan bisa juga memainkan peran. Terdapat bukti tambahan bahwa selama beberapa episode simtomatik pada tinea pedis kronik, bakteri seperticoryneformbisa berperan sebagai ko-patogenesis penting, tetapi apakah bakteri tersebut membantu memulai infeksi baru masih belum diketahui.2

Gambaran KlinisGambaran klinis dari tinea pedis dapat dibedakan berdasarkan tipe:1. InterdigitalisBentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka seringterdapatmaserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Jika perspirasi berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis dan limfadenitis.1

Gambar 1.Tinea pedis tipe interdigitiSumber: http://tipsdokterumum.blogspot.com/2012/05/tinea-pedis.html

2. Moccasin foot(plantar) Tinea pedis tipemoccasinatauSquamous-Hyperkeratotic Typeumumnya bersifat hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris yang disebutfoci. Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.1Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang biasanya resisten terhadap pengobatan.3

Gambar 2. Tinea pedis pada telapak kaki*Sumber: http://tipsdokterumum.blogspot.com/2012/05/tinea-pedis.html3. Lesi VesikobulosaBentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula yang terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang sangat hebat. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur juga didapati pada atap vesikel.1,3

Gambar 3. Tinea pedis; vesikel yang meluas ke punggung kakiSumber: http://tipsdokterumum.blogspot.com/2012/05/tinea-pedis.html

4. Tipe UlseratifTipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke dermis akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi pada sela-sela jari; dapat dilihat pada pasien yang imunokompromais dan pasien diabetes.1,3

Gambar 4. Tinea pedis tipe ulseratif Sumber: http://tipsdokterumum.blogspot.com/2012/05/tinea-pedis.html

Pemeriksaan fisikInspeksi Kulit Observasi tampilan keseluruhan klien, perhatikan corak kulit,warna keseluruhan,variasi warna dan tampilan umum Perhatikan adanya bau badan, terutama bau yang tidk umum, seperti bau apek atau asam. Ingat selalu bahwa latar belakang budaya klien dapat mempengaruhi standar hygine dan kerapian Perhatikan adanya gangguan pigmentasi,bintik bintik,kutil,kulit terbakar Observasi dan dokumentasikan adanya lesi Distribusi dapat bervariasi sesuai dengan perkembangan penyakit atau faktor eksternal. Perhatikan pola inspeksi pertama; banyak gangguan putih yang melibatkan area kulit tertentu. Pengkajian distribusi termasuk meluasnya gangguan,pola penyebaran dan karakteristik lokasi. Lokasi ( berhubungan dengan area kulit total )Perhatikan apakah pola lesi adalah lokal, regional atau umum. Perhatikan juga area mana yang terkena, seperti permukaan fleksor atau ekstensor.Palpasi Kulit Perhatikan tekstur umum kulit dan lokasi perubahan, seperti kekasaran. Kaji suhu dengan menggunakan permukaan dorsal jari jari atau tangan yang paling sensitif terhadap persepsi suhu Kaji kelembaban dengan permukaan dorsal tangan dan jari jari yang relatif kering untuk mencegah kelembaban klien. Kelembaban terbesar terdapat di telapak tangan, telapak kaki, dan lipatan kulit.6Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) pada kerokan sisik kulit akan terlihat hifa bersepta. Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis dermatofitosis. KOH digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel sehingga hifa akan jelas kelihatan di bawah mikroskop. Kulit dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dikerok dengan pisau tumpul steril dan diletakkan di atas gelas kaca, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan ditunggu selama 15-20 menit untuk melarutkan jaringan, setelah itu dilakukan pemanasan. Tinea pedistipevesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk mendeteksi hifa.1

Gambar 5. KOH: Tampak hifa dan spora (mikrokonidia)**Sumber: http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/pemeriksaan-untuk-penyakit/

2. Kultur jamur dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan dan menentukan sepsis jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam bahan klinis pada media buatan.Yang dianggap paling baik adalah medium agar dekstrosaSabouraud.Media agar ini ditambahkandenganantibiotik (kloramfenikol atau sikloheksimid).1 Gambar 6.Trichophyton rubrum; koloniDownySumber: http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/pemeriksaan-untuk-penyakit/3. Pemeriksaan histopatologi, karakteristik dari tinea pedis atau tinea manum adalah adanya akantosis, hiperkeratosis dan celah (infiltrasi perivaskuler superfisialis kronik pada dermis).

Gambar 7. Gambaran histopatologi dari tinea pedis; hifa pada lapisan superfisial dari epidermisSumber: http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/pemeriksaan-untuk-penyakit/4. Pemeriksaan lampu Wood pada tinea pedis umumnya tidak terlalu bermakna karena banyak dermatofita tidak menunjukkan fluoresensi kecuali pada tinea kapitis yang disebabkan olehMicrosporum sp.Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kulit di daerah tersebut dikerok untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terinfeksi.1

Diagnosis KerjaDiagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis khas. Pemeriksaaan laboratorium berupa a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% ditemukan hifa yaitudouble conture(dua garis lurus sejajar dan transparan), dikotomi (bercabang dua) dan bersepta. Selain itu di dapatkan artrokonidia yaitu deretan spora di ujung hifa. Hasil KOH (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong. b) Kultur ditemukan dermatofit.1-3

Different Diagnosis 1. Dermatitis kontakTinea pedis harus dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya batasnya tidak jelas, bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah. Predileksinya pada bagian yang kontak dengan dengan sepatu, kaos kaki, bedak kaki dan sebagainya. Adanya riwayat pengunaan sepatu baru. Tidak ditemukan jamur pada kultur tetapi hanya tanda-tanda peradangan. Dermatitis kontak akan memberikan tes tempel positif, sedangkan pada tinea pedis hasilnya negatif.1,4

Gambar 8. Dermatitis kontakSumber: http://sailormanyahya.wordpress.com/2010/08/03/makalah-dermatitis-kontak-iritan/2. Dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis)Penyebab : kontak berulang-ulang dengan iritan lemah (misalnya : gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin, deterjen, sabun, pelarut, tanah, air).Gejala klinis : kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen.Keluhan penderita umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit retak (fisur). Ada kalanya tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.Faktor resiko : tukang cuci, kuli bangunan, montir bengkel, juru masak, tukang kebun, penata rambut.Tempat predileksi : lebih banyak ditemukan di tangan dibandingkan bagian lain.4

Penatalaksanaan Medica MentosaSecara umum penatalaksanaantineapedis didasarkan atas klasifikasi dan tipenyaTabel1.Klasifikasi jenis Tinea Pedis dan pengobatannya.2TipeOrganisme PenyebabGejala KlinisPengobatan

MoccasinTrichophyton rubrum

Epidermophyton floccosum

Scytalidium hyalinum

S. dimidiatum

Hiperkeratosis yang difus,eritema dan retakan pada permukaan telapak kaki; pada umumnya sifatnya kronik dan sulit disembuhkan; berhubungan dengan defisiensiCell Mediated Immunity(CMI)Antifungaltopikaldisertai dengan obat-obatan keratolitik asam salisilat, urea dan asam laktat untuk mengurangi hiperkeratosis; dapat juga ditambahkan dengan obat-obatan oral

InterdigitalT. mentagrophytes

(var. interdigitale)

T. rubrum

E. floccosum

S. hyalinum

S. dimidiatum

Candida spp.

Tipe yang paling sering; eritema, krusta dan maserasi yang terjadi pada sela-sela jari kaki,Obat-obatan topikal; bisa juga menggunakan obat-obatan oral dan pemberian antibiotik jika terdapat infeksi bakteri; kronik : ammonium klorida hexahidrate 20 %

Inflamasi / VesikobulosaT. mentagrophytes

(var. mentagrophytes)

Vesikel dan bula pada pertengahan kaki; berhubungan dengan reaksi dermatofitObat-obatan topikal biasanya cukup pada fase akut, namun apabila dalam keadaan berat maka indikasi pemberian glukokortikoid

Ulseratif

T. rubrum

T. mentagrophytes

E. floccosum

Eksaserbasi pada daerah interdigital;Ulserasi dan erosi; biasanya terdapat infeksi sekunder oleh bakteri; biasanya terdapat pada pasien imunokompromaisdan pasien diabetesObat-obatan topikal; antibiotik digunakan apabila terdapat infeksi sekunder

a. Anti fungal topikalObat topikal digunakan untuk mengobati penyakit jamur yang terlokalisir. Efek samping dari obat-obatan ini sangat minimal, biasanya terjadi dermatitis kontak alergi, yang biasanya terbuat dari alkohol atau komponen yang lain.1. Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebih cocok pada pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada dermatofit dan kandida.5-Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas dengan menghambat pertumbuhan bentukyeastjamur.Obat dioleskan dua kali sehari dan diberikan sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping obat ini dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema dan gatal.-Ketokonazole2% krim merupakan antifungal berspektrum luas golonganImidazol; menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan komponen sel yang mengecil hingga menyebabkan kematian sel jamur.Obat diberikan selama2-4 minggu.-Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur dengan menghambat biosintesis ergosterolsehinggapermeabilitas sel meningkat yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga berakibat pada kematian sel jamur.Lotion2 % bekerja pada daerah-daerah intertriginosa. Pengobatan umumnya dalam jangka waktu 2-6 minggu.2. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk sebagian besar dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida. Digunakan secara lokal 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam 24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang rentan dapat sembuh antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hiperkeratosis, tolnaftat sebaiknya diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10 %.53. Piridones Topikal merupakan antifungal yang bersifat spektrum luas dengan antidermatofit, antibakteri dan antijamur sehingga dapat digunakan dalam berbagai jenis jamur. - Sikolopiroksolamin.Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis, kandidiasis dan tinea versikolor. Sikolopiroksolamin tersedia dalam bentuk krim 1 % yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif dapat terjadi walaupun jarang terjadi4. AlilaminTopikal. Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini juga berguna pada tineapedis yang sifatnya berulang (seperi hiperkeratotik kronik).- Terbinafine (Lamisil), menurunkan sintesis ergosterol, yang mengakibatkan kematian sel jamur. Jangka waktu pengobatan 1 sampai 4 minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa terbinafine 1% memiliki keefektifan yang sama dengan terbinafine 10% dalam mengobati tine pedis namun dalam dosis yang lebih kecil dan lebih aman.55. Antijamur Topikal Lainnya.- Asam benzoat dan asam salisilat. Kombinasi asam benzoat dan asam salisilat dalam perbandingan 2 : 1 (biasanya 6 % dan 3 %) ini dikenal sebagai salep Whitfield. Asam benzoat memberikan efek fungistatik sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik. Asam benzoat hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru tercapai setelah lapisan tanduk yang menderita infeksi terkelupas seluruhnya. Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan yang kurang menyenangkan dari para pemakainya karena salep ini berlemak.- Asam Undesilenat. Dosis dari asam ini hanya menimbulkan efek fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat memberikan efek fungisidal. Obat ini tersedia dalam bentuk salep campuran yang mengangung 5 % undesilenat dan 20% seng undesilenat.- Haloprogin. Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik, berbentuk kristal kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alkohol. Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1 %.5b. Antifungal oralPemberian antifungal oral dilakukan setelah pengobatan topikal gagal dilakukan. Secara umum, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan pemberianbeberapa obat antifungal di bawah ini antara lain :1. Griseofulvinmerupakan obatyang bersifat fungistatik. Griseofulvin dalam bentukpartikel utuhdapat diberikan dengan dosis 0,5 1 g untuk orang dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Dosis harian yang dianjurkan dibagi menjadi 4 kali sehari. Di dalam klinik cara pemberian dengan dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik pada sebagian besar penderita. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu setelah penyembuhan klinis. Efek samping dari griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15 % penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus digestivusyaitunausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga dapat bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.12. Ketokonazole.Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazole yang bersifat fungistatik.Kasus-kasusyangresisten terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazole merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.53. Itrakonazole. Itrakonazole merupakan suatu antifungal yangdapat digunakan sebagai pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik terutama bila diberikan lebih dari sepuluh hari.Itrakonazole berfungsi dalam menghambat pertumbuhan jamur dengan mengahambat sitokorm P-45 yang dibutuhkan dalam sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dalam sela membran jamur. Pemberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput lendir oleh penyakit jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam selaput kapsul selama 3 hari. Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat memperlambat reabsorpsi di usus), amilodipin, nifedipin (dapat menimbulkan terjadinya edema), sulfonilurea (dapat meningkatkan resiko hipoglikemia). Itrakonazole diindikasikan pada tinea pedis tipemoccasion.54. Terbinafin. Terbinafinberfungsi sebagai fungisidal juga dapat diberikan sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5 mg 250 mg sehari bergantung berat badan. Mekanisme sebagai antifungal yaitu menghambat epoksidase sehingga sintesis ergosterol menurun. Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10 % penderita, yang tersering gangguan gastrointestinaldiantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare dan konstipasi yang umumnya ringan. Efek samping lainnyadapat berupa gangguan pengecapandenganpresentasinyayangkecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan bersifat sementara. Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus. Terbinafin baik digunakan pada pasien tinea pedis tipemoccasionyang sifatnya kronik. Pada suatu penelitian ternyata ditemukan bahwa pengobatan tinea pedis dengan terbinafine lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan griseofulvin.5

Penatalaksanaan non medica mentosaSehabis mandi, keringkan daerah kaki secara seksama seringkali karena buru-buru daerah kaki tidak di keringkan Hati-hati dalam pinjam-meminjam kaos kaki dan sepatu. Ingat bahwa penyakit ini mudah menular dengan cepat. Jemur dan gantilah handuk dengan rutin untuk menjaga kebersihannya. Sebaiknya sehabis mencuci kaki dicuci bersih dan dikeringkan. Rajin gunting kuku tangan dan kaki. Jika ada bagian tubuh yang terinfeksi jamur dan tidak sengaja menggaruknya, jamur akan menempel di bawah kuku, dan mulai menginfeksi jaringan di bawah kuku. Bahkan bisa jua kita secara tidak sadar memindahkan jamur tersebut ke daerah lainnya. Rajin mencuci tangan dan mandi dengan air bersih. Usahakan mencuci sepatu bila hendak digunakan kembali, jemur di bawah sinar matahari agar sepatu berada dalam kondisi kering dan tidak lembab.

PencegahanSalah satu pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga kaki tetap dalam keadaan kering dan bersih, menghindari lingkungan yang lembab, menghindari pemakaian sepatu yang terlalu lama, tidak berjalan dengan kaki telanjang di tempat-tempat umum seperti kolam renang serta menghindari hindari kontak dengan pasien yang sama. Penularan jamur ini biasanya asimptomatik, sehingga umumnya tidak terlihat. Eradikasi jamur merupakan suatu hal yang sulit dan membutuhkan proses yang panjang. Setelah mandi sebaiknya kaki dicuci dengan benzoil peroksidase.2

Prognosis Tinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Beberapa minggu setelah pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis, baik akut maupun kronik. Kasus yang lebih berat dapat diobati dengan pengobatan oral. Walaupun dengan pengobatan yang baik, tetapi bila tidak dilakukan pencegahan maka pasien dapat terkena reinfeksi.1-3

KesimpulanTinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan telapak kaki.Penyakit ini lebih sering dijumpai pada laki-laki usia dewasa dan jarang pada perempuan dan anak-anak. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai berada di daerah tropis yang lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur.Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialahTrichophyton rubrum(paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans(sering pada anak)danEpidermophyton floccosum.Gambaran klinis dapat dibedakan berdasarkan tipe interdigitalis,moccasion foot, lesi vesikobulosa, dan tipe ulseratif. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH dan pemeriksaan lampu Wood dan ditemukan adanya hifadouble counture, dikotomi dan bersepta. Diagnosis banding dapat berupa dermatitis kontak, pemfolix, psoriasis, dan hiperhidrosis pada kaki. Penatalaksanaan disesuaikan berdasarkan tipe tinea pedis. Pengobatan dapat berupa antifungal topikal maupun oral dan apabila ditemukan infeksi sekunder maka indikasi penggunaan antibiotik.Salah satu pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga agar kaki tetap dalam keadaan kering dan bersih, hindari lingkungan yang lembab dan pemakaian sepatu yang terlalu lama

Daftar Pustaka1) Unandar B.Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors.Ilmu penyakit kulit dan kelamin.5thed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI;2007.p.89- 104.2) Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. Superficial fungal infections: dermatophytosis, onychomicosis, tinea nigra, piedra. In. Freedberg IM, Elsen AZ, Wolf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI.Fitzpatricks dermatology in general medicine. 6thed. New york: McGraw-Hill; 2003. p.3) Habif TP.Clinical dermatology: a color guide to diagnosis and therapy. 4thed. London: Mosby; 2004. p. 409-456.4) HallJC. Dermatology Mycology.In. Hall JC, editor.Sausermanual oftheskin.8thed.US: Mosby;2000. p. 244-47.5) Bahry B, Setiabudy R. Obat jamur. In.Ganiswarna SG, SetiabudiR, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi.Farmakologi danterapi.4thed. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI;2004. p. 560-70.6) Burnside,McGlynn.Diagnosis fisik. Jakarta: EGC;2001.h.143.