148534753 Presus Tinea Pedis

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    1/23

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    2/23

    2

    DAFTAR ISI

    BAB I. STATUS PASIEN ............................................................................ 3

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 23

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    3/23

    3

    BAB I

    STATUS PASIEN

    1.1 IDENTITAS

    Nama : Tn. H

    Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 2 Januari 1988

    Umur : 25 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : asrama Denhub, Bogor

    Pekerjaan : TNI AD (Pratu)

    Pendidikan : SMA

    Status : belum menikah

    Agama : islam

    Tanggal Pemeriksaan : 21 Maret 2013

    No. CM : 41.00.93

    1.2 ANAMNESIS

    Dilakukan autoanamnesis.

    1.2.1 KELUHAN UTAMA

    Pasien mengeluhkan gatal di kaki kiri dan kanan.

    1.2.2 KELUHAN TAMBAHAN

    Tidak ada

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    4/23

    4

    1.2.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

    Pasien datang ke poli kulit dengan keluhan adanya rasa gatal pada kaki kiri

    dan kanan disertai rasa nyeri bila tergesek, keluhan dirasakan sejak 5 mingguyang lalu sebagai suatu lenting dengan rasa gatal yang muncul tiba-tiba pada kaki

    kiri terlebih dahulu terutama pada bagian sela-sela jari kaki. Pasien mengeluhkan

    rasa gatal yang sangat sehingga sering menggaruk dan akhirnya lenting tersebut

    pecah dan mengeluarkan cairan bening, pasien tetap sering menggaruk sampai

    timbul luka yang semakin lama semakin membesar. Keluhan muncul pada kaki

    kanan setelah 1 minggu kemudian.

    Pasien mengaku telah berobat 2 minggu yang lalu mendapat obat salep

    dan minum, pasien merasa belum sembuh total tetapi sudah ada perbaikan seperti

    keluhan pada bagian diantara ruas-ruas jari kaki. Tidak ada teman satu asrama

    yang mengalami keluhan yang sama. Pasien memiliki kebiasaan sering

    membiarkan kaki dalam keadaan lembab dan sering memakai sepatu boot tertutup

    dalam jangka waktu lama.

    1.2.4 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

    Pasien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.

    1.2.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

    Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami penyakit yang sama

    sebelumnya.

    1.3 PEMERIKSAAN FISIK

    Per tanggal 21 Maret 2013

    Tanda-tanda vital :

    Tekanan darah = tidak diperiksa

    Nadi = 86 x/menit, teratur, isi cukup.

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    5/23

    5

    Pernapasan = 20 x/menit, teratur.

    Suhu = tidak diukur dengan termometer

    Data antropometri :

    Berat Badan = 68 kg

    Tinggi Badan = 175 cm

    Kesan: data antropometri hanya berdasarkan informasi dari pasien

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Compos Mentis

    Status Generalis :

    Kepala : Normochephal, rambut hitam merata pendek, tidak mudah

    dicabut.

    Kulit : Sawo matang.

    Mata : konjungtiva anemik -/-, sklera ikterik -/-, kornea jernih, iris

    berwarna coklat, pupil isokor, diameter 3 mm/3mm, reflex cahaya (+/+).

    Telinga: Bentuk daun telinga normal, liang telinga tidak terdapat

    serumen dan tidak terdapat cairan.

    Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, tidak ada nafas

    cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis.

    Mulut : Bibir tidak sianosis, mukosa bibir basah, lidah tidak kotor.

    Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis.

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    6/23

    6

    Leher : Bentuk simetris, trakea ditengah, kelenjar getah bening

    tidak teraba, kelenjar tiroid teraba .

    Thoraks: Bentuk normochest, simetris, tidak ada retraksi.

    Paru

    Inspeksi : Gerak simetris saat statis dan dinamis.

    Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri.

    Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

    Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada, rhonki

    tidak ada.

    Jantung

    Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat.

    Palpasi : Iktus kordis tidak teraba.

    Perkusi : Batas jantung normal

    Auskultasi :Bunyi jantung I II reguler murni, tidak ada murmur, tidak

    ada gallop.

    Abdomen

    Inspeksi : Datar, tidak ada lesi, tidak ada bekas luka.

    Auskultasi : Bising usus positif normal.

    Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba benjolan, hepar tidak teraba ,

    lien tidak teraba.

    Perkusi :Timpani pada seluruh abdomen, shifting dullnes (-),

    undulasi (-).

    Ektremitas : akral hangat (+/+), edema (-/-), sianosis (-/-)

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    7/23

    7

    1.4 STATUS DERMATOLOGIKUS

    Lokasi : regio pedis (tumit) sinistra

    Effluoresensi : tampak bercak eritematosa, bentuk lonjong, ukuran

    4x2 cm, dengan tepi berbatas tegas disertai adanya erosi

    dan skuama halus di bagian tepi.

    Gambar 1. Tinea pedis regio pedis sinistra

    Lokasi : regio pedis (plantar & tumit) dekstra

    Effluoresensi : tampak bercak eritema, bentuk tidak teratur, ukuran

    plakat, dengan tepi berbatas tegas, disertai adanya erosi

    dan skuama halus di bagian tepi.

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    8/23

    8

    Gambar 2. Tinea pedis regio pedis dekstra

    1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pada pemeriksaan mikroskopik kerokan kulit kaki menggunakan larutan

    KOH 10% didapatkan hasil hifa (+).

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    9/23

    9

    Gambar 3. Pemeriksaan KOH 10% hifa (+)

    1.6 RESUME

    Pasien Tn. H, laki-laki, usia 25 tahun, dengan keluhan rasa gatal pada kaki

    kiri dan kanan disertai rasa nyeri bila tergesek, sejak 5 minggu yang lalu yang

    dirasakan sebagai suatu lenting dengan rasa gatal yang muncul tiba-tiba pada kaki

    kiri terlebih dahulu. Keluhan muncul pada kaki kanan setelah 1 minggu

    kemudian. Pasien memiliki kebiasaan sering membiarkan kaki dalam keadaan

    lembab dan sering memakai sepatu boot tertutup dalam jangka waktu lama.

    Dari pemeriksaan fisik tanggal 21 Maret 2013, didapatkan keadaan umum

    baik dan kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital dan status generalis dalam

    batas normal.Status dermatologikus, pada regio pedis sinistra, tampak bercak

    eritema, bentuk lonjong, ukuran 4x2 cm, dengan tepi berbatas tegas disertai

    adanya erosi dan skuama halus di bagian tepi. Pada regio pedis dekstra, tampak

    bercak eritema, bentuk tidak beraturan, ukuran plakat, dengan tepi berbatas tegas

    disertai adanya erosi dan skuama halus di bagian tepi.Dari pemeriksaan

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    10/23

    10

    mikroskopik kerokan kulit kaki menggunakan larutan KOH 10% didapatkan hasil

    hifa (+).

    1.7 DIAGNOSIS

    Tinea Pedis

    1.8 DIAGNOSIS BANDING

    Tidak ada

    1.9 PENATALAKSANAAN

    Non-medikamentosa :

    o Edukasi untuk menjaga kaki tetap kering dan sering mengganti

    kaos kaki.

    Medikamentosa :

    o Sistemik : Ketoconazole peroral 1x200mg selama 14

    hari

    o

    Topikal : Miconazole krim 2% 3x oles sehari selama 1

    bulan

    1.10 PROGNOSIS

    Quo ad vitam : ad bonam

    Quo ad fungsionam : ad bonam

    Quo ad sanationam : dubia ad bonam

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    11/23

    11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    TINEA PEDIS

    2.1. PENDAHULUAN

    Istilah dermatofitosis harus dibedakan dengan dermatomikosis.

    Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat

    tanduk atau stratum korneum pada lapisan epidermis di kulit, rambut dan kuku

    yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.Dermatomikosis merupakan

    arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit.(1)

    Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai

    sela jari dan telapak kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal pedis

    dianggap sebagai tinea korporis. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki

    karena bersepatu dan berkaos kaki disertai daerah tropis yang lembab

    mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Efek ini lebih nyata pada sela

    jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini paling sering terkena. Kenyataaannya,

    tinea pedis jarang ditemukan pada populasi yang tidak menggunakan sepatu.

    Sinonim dari tinea pedis adalahfoot ringworm, athlete foot, footmycosis. (2,3)

    2.2. EPIDEMIOLOGI

    Tinea pedis terdapat di seluruh dunia sebagai dermatofitosis yang paling

    sering terjadi. Meningkatnya insidensi tinea pedis mulai pada akhir abad ke-19

    sehubungan dengan penyebaranTrichophytonrubrumke Eropa dan Amerika. Hal

    ini dipengaruhi oleh perjalanan orang keliling dunia, pendudukan koloni oleh

    Inggris dan Perancis pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan migrasi penduduk

    selama perang dunia kedua. Beberapa penulis berspekulasi bahwa area endemik

    spesies ini bermula di Asia Tenggara.(2)

    http://www.blogger.com/goog_1992697295http://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrumhttp://en.wikipedia.org/wiki/Trichophyton_rubrumhttp://www.blogger.com/goog_1992697295http://www.blogger.com/goog_1992697295
  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    12/23

    12

    Tingkat prevalensi tinea pedis secara nyata diketahui karena pasien tidak

    mencari nasihat medis kecuali kualitas hidup mereka dipengaruhi, karena ini

    bukan penyakit yang mengancam jiwa. Diperkirakan 10% dari jumlah

    penduduk di banyak negara menderita penyakit ini. Frekuensi tinea pedis di Eropa

    dan Amerika Utara berkisar 15-30% dan pada beberapa masyarakat tertentu lebih

    tinggi, misalnya buruh tambang (sampai 70%) dan atlit. Tinea pedis lazim

    ditemukan pada daerah beriklim tropis dan sedang. (2,3,5)

    Tinea pedis lebih sering terjadi pada usia dewasa daripada anak remaja

    terutama pada laki-laki dan jarang pada perempuan dan anak-

    anak. Kemungkinan infeksi berkaitan dengan paparan ulangan dermatofita

    sehingga orang yang menggunakan fasilitas mandi umum seperti pancuran, kolam

    renang, kamar mandi lebih cenderung terinfeksi.(2-4)

    2.3. ETIOLOGI

    Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton

    rubrum (paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans(sering padaanak)danEpidermophyton floccosum.(22) T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi

    yang hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada

    kaki; T.mentagrophyteseringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih

    meradang sedangkanE. floccosumbisa menyebabkan salah satu diantara dua pola

    lesi diatas. (1-4)

    2.4. PATOGENESIS

    Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi

    jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinarultraviolet, variasi suhu dan

    kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan

    sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora

    harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat

    daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan melalui sekresi

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    13/23

    13

    proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan nutrisi. Trauma

    dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan baru

    muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk

    kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga penghambatan

    pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di tingkat ini, derajat peradangan sangat

    tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh. (4)

    Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam

    pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari

    merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80%

    dari seluruh penderita dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat

    onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur penyebab ada di mana-mana dan

    sporanya tetap patogenik selama berbulan-bulan di lingkungan sekitar manusia

    seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga, kamar mandi dan karpet.(2)

    Bukti eksperimen menunjukkan bahwa pentingnya faktor maserasi pada

    infeksi dermatofita sela jari. Keadaan basah tersebut menunjang pertumbuhan

    jamur dan merusak stratum korneum pada saat yang bersamaan. Peningkatan flora

    bakteri secara serentak mungkin dan bisa juga memainkan peran. Terdapat buktitambahan bahwa selama beberapa episode simtomatik pada tinea pedis kronik,

    bakteri seperti coryneformbisa berperan sebagai ko-patogenesis penting, tetapi

    apakah bakteri tersebut membantu memulai infeksi baru masih belum diketahui. (2)

    2.5. GAMBARAN KLINIS

    Gambaran klinis dari tinea pedis dapat dibedakan berdasarkan tipe:

    1. Interdigitalis

    Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV

    dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat

    meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena

    daerah ini lembab, maka sering terdapat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa

    kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    14/23

    14

    terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur.(1)Jika

    perspirasi berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka

    inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal.(7) Bentuk klinis ini

    dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama

    sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi

    selulitis, limfangitis dan limfadenitis.(1)

    Gambar 4. Tinea pedis tipe interdigiti*

    2. Moccasin foot(plantar)

    Tinea pedis tipe moccasinatau Squamous-Hyperkeratotic Type umumnyabersifat hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris yang

    disebutfoci. (7)Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit

    menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian

    tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang

    vesikel.(1) Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang biasanya resisten terhadap

    pengobatan. (6)

    Gambar 5. Tinea pedis pada telapak kaki

    http://1.bp.blogspot.com/-o_CTCfWf2jY/T7wVEykQIcI/AAAAAAAAAEI/NNAw9ea_Vyo/s1600/nfgn.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-QTV2ZZPPJAA/T7wVAVLILzI/AAAAAAAAAD4/_wR-SDrKO2s/s1600/ff.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-o_CTCfWf2jY/T7wVEykQIcI/AAAAAAAAAEI/NNAw9ea_Vyo/s1600/nfgn.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-QTV2ZZPPJAA/T7wVAVLILzI/AAAAAAAAAD4/_wR-SDrKO2s/s1600/ff.png
  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    15/23

    15

    3. Lesi Vesikobulosa

    Bentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang

    bula yang terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari,kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Setelah pecah, vesikel

    tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret.

    Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang sangat hebat. Infeksi sekunder dapat

    terjadi juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai

    erisipelas. Jamur juga didapati pada atap vesikel.(1,6,7)

    Gambar 6. Tinea pedis; vesikel yang meluas ke punggung kaki

    4. Tipe Ulseratif

    Tipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke dermis akibat

    maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi pada sela-sela jari; dapat

    dilihat pada pasien yang imunokompromais dan pasien diabetes. (3)

    Gambar 7. Tinea pedis tipe ulseratif

    http://1.bp.blogspot.com/-NIbwLg55oCU/T7wU-DcQ52I/AAAAAAAAADw/vZeN7ZnPXMM/s1600/btfgbfgnb.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-Qdc9Jaer6xc/T7wVCg4uJlI/AAAAAAAAAEA/MakSJ6-5n4Q/s1600/gfnfcgb.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-NIbwLg55oCU/T7wU-DcQ52I/AAAAAAAAADw/vZeN7ZnPXMM/s1600/btfgbfgnb.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-Qdc9Jaer6xc/T7wVCg4uJlI/AAAAAAAAAEA/MakSJ6-5n4Q/s1600/gfnfcgb.png
  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    16/23

    16

    2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) pada kerokan sisik kulit akan

    terlihat hifa bersepta. Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis dermatofitosis.KOH digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel sehingga hifa akan jelas

    kelihatan di bawah mikroskop. Kulit dari bagian tepi kelainan sampai dengan

    bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dikerok dengan pisau tumpul steril dan

    diletakkan di atas gelas kaca, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan

    ditunggu selama 15-20 menit untuk melarutkan jaringan, setelah itu dilakukan

    pemanasan. Tinea pedis tipe vesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk

    mendeteksi hifa.(1)

    Gambar 8. KOH: Tampak hifa dan spora (mikrokonidia)

    2. Kultur jamur dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan dan

    menentukan spesis jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam bahan

    klinis pada media buatan.

    3. Yang dianggap paling baik adalah medium agar

    dekstrosa Sabouraud. Media agar ini ditambahkan dengan antibiotik

    (kloramfenikol atau sikloheksimid).

    http://4.bp.blogspot.com/-Jd66k7m9qOc/T7wWhYhsx_I/AAAAAAAAAEo/2IwQQMp9Szc/s1600/fer.png
  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    17/23

    17

    Gambar 9. Trichophyton rubrum; koloniDowny

    4. Pemeriksaan histopatologi, karakteristik dari tinea pedis atau tinea manum

    adalah adanya akantosis, hiperkeratosis dan celah (infiltrasi perivaskuler

    superfisialis kronik pada dermis).

    Gambar 10. Gambaran histopatologi dari tinea pedis; hifa pada lapisan superfisialdari epidermis

    5. Pemeriksaan lampu Wood pada tinea pedis umumnya tidak terlalu

    bermakna karena banyak dermatofita tidak menunjukkan fluoresensi kecuali pada

    tinea kapitis yang disebabkan olehMicrosporum sp.Pemeriksaan ini dilakukan

    sebelum kulit di daerah tersebut dikerok untuk mengetahui lebih jelas daerah yang

    terinfeksi.

    http://1.bp.blogspot.com/-laj6ArNmw5Q/T7wWlqsFXVI/AAAAAAAAAE4/CBLVcJC7kp4/s1600/gvesrverv.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-LDYJuPna7lM/T7wWkP82mXI/AAAAAAAAAEw/ozMP6hgMeIY/s1600/gersgvserdv.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-laj6ArNmw5Q/T7wWlqsFXVI/AAAAAAAAAE4/CBLVcJC7kp4/s1600/gvesrverv.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-LDYJuPna7lM/T7wWkP82mXI/AAAAAAAAAEw/ozMP6hgMeIY/s1600/gersgvserdv.png
  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    18/23

    18

    2.6. DIAGNOSIS

    Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis khas.

    Pemeriksaaan laboratorium berupa a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% ditemukan hifa yaitu double conture(dua garis lurus sejajar dan transparan),

    dikotomi (bercabang dua) dan bersepta. Selain itu di dapatkan artrokonidia yaitu

    deretan spora di ujung hifa. Hasil KOH (-) tidak menyingkirkan diagnosis bila

    klinis menyokong. b) Kultur ditemukan dermatofit.

    2.7. PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN

    2.7.1. Antifungal Topikal

    Obat topikal digunakan untuk mengobati penyakit jamur yang terlokalisir.

    Efek samping dari obat-obatan ini sangat minimal, biasanya terjadi dermatitis

    kontak alergi, yang biasanya terbuat dari alkohol atau komponen yang lain. (3)

    a. Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebih cocok

    pada pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada dermatofit dankandida.

    (1)

    Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas dengan menghambat

    pertumbuhan bentukyeastjamur. Obat dioleskan dua kali sehari dan

    diberikan sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping obat ini dapat terjadi

    rasa terbakar, eritema, edema dan gatal.

    Ketokonazole 2 % krim merupakan antifungal berspektrum luas

    golongan Imidazol; menghambat sintesis ergosterol, menyebabkankomponen sel yang mengecil hingga menyebabkan kematian sel

    jamur. Obat diberikan selama 2-4 minggu.

    Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur dengan

    menghambat biosintesis ergosterol sehingga permeabilitas sel meningkat

    yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga berakibat pada

    kematian sel jamur.Lotion2 % bekerja pada daerah-daerah intertriginosa.

    Pengobatan umumnya dalam jangka waktu 2-6 minggu.

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    19/23

    19

    b. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk sebagian besar

    dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida. Digunakan secara lokal 2-3

    kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam 24-72 jam. Lesi interdigital oleh

    jamur yang rentan dapat sembuh antara 7-21 hari. Pada lesi dengan

    hiperkeratosis, tolnaftat sebaiknya diberikan bergantian dengan salep asam

    salisilat 10 %.

    c. Piridones Topikal merupakan antifungal yang bersifat spektrum luas dengan

    antidermatofit, antibakteri dan antijamur sehingga dapat digunakan dalam

    berbagai jenis jamur.

    Sikolopiroksolamin. Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis,

    kandidiasis dan tinea versikolor. Sikolopiroksolamin tersedia dalam

    bentuk krim 1 % yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif

    dapat terjadi walaupun jarang terjadi.

    d. Alilamin Topikal. Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini juga berguna

    pada tinea pedis yang sifatnya berulang (seperi hiperkeratotik kronik).(11)

    Terbinafine (Lamisil), menurunkan sintesis ergosterol, yang

    mengakibatkan kematian sel jamur. Jangka waktu pengobatan 1 sampai 4

    minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa terbinafine 1%

    memiliki keefektifan yang sama dengan terbinafine 10% dalam mengobati

    tine pedis namun dalam dosis yang lebih kecil dan lebih aman. (17)

    e. Antijamur Topikal Lainnya.

    Asam benzoat dan asam salisilat. Kombinasi asam benzoat dan asam

    salisilat dalam perbandingan 2 : 1 (biasanya 6 % dan 3 %) ini dikenal

    sebagai salep Whitfield. Asam benzoat memberikan efek fungistatik

    sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik. Asam benzoathanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru tercapai setelah lapisan

    tanduk yang menderita infeksi terkelupas seluruhnya. Dapat terjadi iritasi

    ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan yang kurang

    menyenangkan dari para pemakainya karena salep ini berlemak.

    Asam Undesilenat. Dosis dari asam ini hanya menimbulkan efek

    fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    20/23

    20

    memberikan efek fungisidal. Obat ini tersedia dalam bentuk salep

    campuran yang mengangung 5 % undesilenat dan 20% seng undesilenat.

    Haloprogin. Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik, berbentuk

    kristal kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alkohol.

    Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1 %.

    2.7.2. Antifungal Sistemik

    Pemberian antifungal oral dilakukan setelah pengobatan topikal gagal

    dilakukan. Secara umum, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan

    pemberian beberapa obat antifungal di bawah ini antara lain :

    a.

    Griseofulvin merupakan obat yang bersifat fungistatik. Griseofulvin dalam

    bentuk partikel utuh dapat diberikan dengan dosis 0,5 1 g untuk orang

    dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kg BB. Lama

    pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan imunitas

    penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif.

    Dosis harian yang dianjurkan dibagi menjadi 4 kali sehari. Di dalam klinik

    cara pemberian dengan dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik

    pada sebagian besar penderita. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu

    setelah penyembuhan klinis. Efek samping dari griseofulvin jarang dijumpai,

    yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15 %

    penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus

    digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga dapat bersifat

    fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.

    (1)

    b. Ketokonazole. Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu

    ketokonazole yang bersifat fungistatik. Kasus-kasusyang resisten terhadap

    griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10

    hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazole merupakan

    kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.(1)

    c.

    Itrakonazole. Itrakonazole merupakan suatu antifungal yangdapat digunakan

    sebagai pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik terutama bila

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    21/23

    21

    diberikan lebih dari sepuluh hari. Itrakonazole berfungsi dalam menghambat

    pertumbuhan jamur dengan mengahambat sitokorm P-45 yang dibutuhkan

    dalam sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dalam sela

    membran jamur. Pemberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput

    lendir oleh penyakit jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam

    selaput kapsul selama 3 hari. Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat

    memperlambat reabsorpsi di usus), amilodipin, nifedipin (dapat menimbulkan

    terjadinya edema), sulfonilurea (dapat meningkatkan resiko hipoglikemia).

    Itrakonazole diindikasikan pada tinea pedis tipe moccasion.

    d. Terbinafin. Terbinafin berfungsi sebagai fungisidal juga dapat diberikan

    sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5 mg

    250

    mg sehari bergantung berat badan. Mekanisme sebagai antifungal yaitu

    menghambat epoksidase sehingga sintesis ergosterol menurun. Efek samping

    terbinafin ditemukan pada kira-kira 10 % penderita, yang tersering gangguan

    gastrointestinal di antaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare dan

    konstipasi yang umumnya ringan. Efek samping lainnyadapat berupa

    gangguan pengecapan dengan presentasinya yang kecil. Rasa pengecapan

    hilang sebagian atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan

    bersifat sementara. Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar

    dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus.(1)Terbinafin baik digunakan pada pasien

    tinea pedis tipe moccasionyang sifatnya kronik. Pada suatu penelitian ternyata

    ditemukan bahwa pengobatan tinea pedis dengan terbinafine lebih efektif

    dibandingkan dengan pengobatan griseofulvin.

    2.7.3. Pencegahan

    Salah satu pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga kaki

    tetap dalam keadaan kering dan bersih, menghindari lingkungan yang lembab,

    menghindari pemakaian sepatu yang terlalu lama, tidak berjalan dengan kaki

    telanjang di tempat-tempat umum seperti kolam renang serta menghindari hindari

    kontak dengan pasien yang sama. Penularan jamur ini biasanya asimptomatik,

    sehingga umumnya tidak terlihat. Eradikasi jamur merupakan suatu hal yang sulit

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    22/23

    22

    dan membutuhkan proses yang panjang. Setelah mandi sebaiknya kaki dicuci

    dengan benzoil peroksidase.

    2.8. PROGNOSIS

    Tinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Beberapa

    minggu setelah pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis, baik akut maupun

    kronik. Kasus yang lebih berat dapat diobati dengan pengobatan oral. Walaupun

    dengan pengobatan yang baik, tetapi bila tidak dilakukan pencegahan maka pasien

    dapat terkena reinfeksi.(3)

  • 8/10/2019 148534753 Presus Tinea Pedis

    23/23

    23

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Unandar B. Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. I lmu

    penyakit kulit dan kelamin. 5thed. Jakarta: Balai penerbitan

    FKUI; 2007. p. 89- 104.

    2. Perea S, Ramos MJ, Garau M, Gonzalez A, Noriega AR, Palacio

    AD. Prevalence and risk factors of tinea ungium and tinea pedis in

    the general population in Spain. J Clin Microbiol2000;38:3226-30.

    3.

    Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. Superficial fungal infections:

    dermatophytosis, onychomicosis, tinea nigra, piedra. In. Freedberg IM,

    Elsen AZ, Wolf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks

    dermatology in general medicine. 6thed. New york: McGraw-Hill; 2003.

    p.

    4. Verma S, Heffernan MP. In. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest

    BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general

    medicine.7thed. New York: McGraw-Hill; 2008. p.1807-21.

    5.

    Dawber R, Bristow I, Turner W. Text atlas of podiatr ic dermatology. UK:Oxford; 2005. p. 65-6.

    6. Bell-Syer SEM, Hart R, Crawford F, Torgerson DJ, Tyrrell W, Russell I.

    Oral treatments for fungal infections of the skin of the foot. [Online]. 2002

    Apr 22 [cited 2010 May 28]; Available from:

    URL:http://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.html

    7. Viklund A, Burley C. Dermatology glossary: define your skin. [Online].

    2005 Nov 28 [cited 2010 June 8]; Available from:URL:http://www.chrisburley.com/

    http://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.htmlhttp://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.htmlhttp://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.htmlhttp://www.chrisburley.com/http://www.chrisburley.com/http://www.chrisburley.com/http://www.chrisburley.com/http://www2.cochrane.org/reviews/en/ab003584.html