66
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA TAK TERINCI) Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Jiwa Dosen pengampu Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS Disusun oleh : KELOMPOK 2 Susi Septyati Ningsih 22020115183002 Dwi Istiyaningsih 22020115183003 Wiwik Sumbogo 22020115183006 Yaser Woretma 22020115183008 Indah Ayu S. 22020115183010 Fachrudin AR 22020115183026 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

skizo tak terinci Kel. 2.docx

  • Upload
    wiwik

  • View
    215

  • Download
    50

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: skizo tak terinci Kel. 2.docx

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

(SKIZOFRENIA TAK TERINCI)

Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Jiwa

Dosen pengampu

Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

Susi Septyati Ningsih 22020115183002

Dwi Istiyaningsih 22020115183003

Wiwik Sumbogo 22020115183006

Yaser Woretma 22020115183008

Indah Ayu S. 22020115183010

Fachrudin AR 22020115183026

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2016

Page 2: skizo tak terinci Kel. 2.docx

DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................0

DAFTAR ISI...............................................................................................................i-ii

BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Tujuan................................................................................................................. 2

BAB II : TINJAUAN TEORI.....................................................................................4 1. SCHIZOFRENIA.......................................................................................................4

A. Definisi............................................................................................................... 4

B. Etiologi................................................................................................................4

C. Tanda Dan Gejala Schizofrenia...........................................................................6

D. Patofisiologi.........................................................................................................8

E. Pohon Masalah..................................................................................................10

F. Fase-Fase Schizofrenia......................................................................................10

G. Faktor-Faktor Penyebab Schizofrenia...............................................................12

H. Jenis-Jenis Schizofrenia....................................................................................12

I. Penatalaksanaan.................................................................................................13

2. SKIZOFRENIA TAK TERINCI...............................................................................15

A. Definisi...............................................................................................................15

B. Tanda dan Gejala................................................................................................15

C. Kriteria Diagnostik.............................................................................................16

D. Penatalaksanaan..................................................................................................16

BAB III. TINJAUAN KASUS....................................................................................18

A. Pengkajian.........................................................................................................18

B. Rencana Asuhan Keperawatan..........................................................................29

C. Implementasi.....................................................................................................33

D. Evaluasi.............................................................................................................37

BAB III : PENUTUP...............................................................................40A. Kesimpulan........................................................................................................40

B. Saran..................................................................................................................41

i

Page 3: skizo tak terinci Kel. 2.docx

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................42

ii

Page 4: skizo tak terinci Kel. 2.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gangguan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi

masalah yang sangat serius. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan

kesehatan jiwa yang menjadi perhatian dan dikategorikan dalam gangguan psikis

yang paling serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia

dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti kesulitan dalam

merawat diri sendiri, bekerja atau bersekolah, memenuhi kewajiban peran, dan

membangun hubungan yang dekat dengan seseorang (Jeste & mueser, 2008).

Beberapa pendapat tentang pengertian skizofrenia yaitu menurut Gunadi,

skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang berarti “terpisah” atau

“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadinya pecahnya

atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Jadi, skizofrenia

mengacu kepada pepecahan ego-aspek rasional dalam jiwa-sehingga

penderitanya tidak lagi dapat membedakan antara alam khayal dan alam riil.

Menurut catatan tak resmi Kementerian Kesehatan saat ini sedikitnya

terdapat 20.000 kasus pemasungan akibat penyakit jiwa di seluruh Indonesia.

Ditambahkan, data riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, proporsi

keluarga yang pernah memasung klien gangguan jiwa berat adalah 14,3 persen

dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada

kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%).

Tentu dengan melihat fakta seperti ini sangat ironis ditengah masyarakat

Indonesia yang masih menjunjung tinggi keberadaban.

Insidensi terjadinya skizophrenia adalah 20 dari 100,000 kasus per tahun

dengan 2 milion kasus baru dijumpai setiap tahun di seluruh dunia. Kasus

skizophrenia paling sering dijumpai antara 15 – 35 tahun dan ratio antar

perempuan dan laki – laki 1:1, dimana laki – laki mempunyai onset lebih awal.

Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses

1

Page 5: skizo tak terinci Kel. 2.docx

psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting. Diagnostic and

Statistical manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revised ( DSM-IV-

TR) membagi skizofrenia atas subtype secara klinik, berdasarkan kumpulan

simtom yang paling menonjol; tipe katatonik, tipe disorganized, tipe paranoid

dan tipe tak terinci ( undifferentiated).

Skizofrenia tak terinci (undifferentiated) adalah skizofrenia dengan

adanya gambaran simtom fase aktif tetapi tidak sesuai dengan criteria untuk

skizofrenia katatonik, disorganized atau paranoid. Atau semua criteria untuk

skizofrenia katatonik, disorganized dan paranoid terpenuhi. Menurut Arif

schizophrenia tak terinci merupakan sejenis schizophrenia dimana gejala-gejala

yang muncul sulit untuk digolongkan pada tipe schizophrenia tertentu.

Schizophrenia tak terinci dikarakteristik dengan perilaku yang disorganisasi dan

gejala- gejala psikosis yang mungkin memenuhi lebih dari satu tipe kelompok

kriteria, klien schizophrenia tak terinci merupakan gangguan jiwa yang

memenuhi kriteria umum schizophrenia tetapi tidak memenuhi kriteria untuk

memenuhi kriteria residual atau depresi pasca schizophrenia. Schizophrenia tak

terinci (undifferentiated) didiagnosis dengan memenuhi kriteria umum untuk

diagnosa schizophrenia, tidak memenuhi kriteria untuk schizophrenia paranoid,

hebefrenik, katatonik dan tidak memenuhi kriteria untuk schizophrenia tidak

terinci atau depresi pasca schizophrenia.

Fenomena ini membuat mahasiswa tertarik untuk mempelajari dan

membahasnya lebih dalam dengan mengenali ciri khas dari skizofenia tak

terinci, serta membuat dalam bentuk rencana atau tindakan asuhan keperawatan

baik dalam bentuk pendidikan kesehatan didalam keluarga klien maupun dalam

memenuhi kebutuhan dasar manusia di tempat pelayanan dan Rumah Sakit Jiwa.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien

dengan skizoferinia dengan berbagai tipe, khususnya Skizofrenia tak terinci.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsep teori skizofrenia tak terinci

2

Page 6: skizo tak terinci Kel. 2.docx

b. Mengetahui tindakan asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia tak

terinci

3

Page 7: skizo tak terinci Kel. 2.docx

BAB II

KONSEP TEORI

1. SCHIZOFRENIA

A. Definisi

Kata skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu skhizein = spilit = pecah dan

phrenia = mind = pikiran. Jadi skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sifatnya

merusak, melibatkan gangguan berfikir, persepsi, pembicaraan, emosional, dan

gangguan perilaku. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi

penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat tergantung

pada pertimbangan pengaruh genetik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 2000: 46).

Menurut PPDGJ III, skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik

dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir, kadang-

kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan

dari luar, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnornal

yang tak terpadu, dengan situasi nyata yang sebenarnya, dan autisme.

Sedangkan dalam DSM-IV dan DSM-IV-TR, skizofrenia didefinisikan

sebagai sekelompok ciri dari gejala positif dan negatif; ketidakmampuan dalam

fungsi sosial, pekerjaan ataupun hubungan antar pribadi dan menunjukan terus

gejala-gejala ini selama paling tidak 6 bulan. Sebagai tambahan, gangguan

skizoafektif dan gangguan afek dengan gejala psikotik tidak didefinisikan sebagai

skizofrenia dan juga skizofrenia tidak disebabkan oleh karena efek langsung

karena psikologi dari zat atau kondisi medis.

Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998: 217) Skizofrenia adalah suatu

gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara

proses pikir, perasaan dan perbuatan.

B. Etiologi

Dengan beragamnya presentasi gejala dan prognostik, maka tidak ada

faktor etiologi yang dianggap kausatif. Oleh karena itu terdapat berbagai

penyebab, antara lain:

4

Page 8: skizo tak terinci Kel. 2.docx

1. Model Diatesis Stress.

Merupakan model yang sering di gunakan. Model ini mengemukakan

bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis).

Apabila hal tersebut dipengaruhi oleh stressor baik biologis, genetik,

psikososial, dan lingkungan akan menimbulkan perkembangan gejala

skizofrenia.

2. Faktor Biologis

Area otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah sistem limbik,

ganglia basalis, lobus frontalis. Sistem limbik berfungsi mengendalikan

emosi. Pada skizofrenia terjadi penurunan daerah amigdala, hipokampus

dan girus parahipokampus. Jika fungsi ini terganggu maka akan

menimbulkan gejala skizofrenia yaitu terjadi gangguan emosi. Ganglia

basalis berkaitan dengan pengendali pergerakan. Pada pasien dengan gejala

skizofrenia memperlihatkan pergerakan yang aneh, seperti gaya berjalan

yang kaku, menyeringaikan wajah dan stereotipik. Selain itu ganglia basalis

berhubungan timbal balik dengan lobus frontalis sehingga jika terjadi

kelainan pada area lobus frontalis maka akan mempengaruhi fungsi ganglia

basalis.

3. Genetik

Telah banyak penelitian yang memastikan bahwa pengarus genetik sangat

besar pada pasien skizofrenia. Kembar monozigot memiliki angka

kesesuaian yang tertinggi. Penelitian yang mutakhir telah menemukan

bahwa pertanda kromosom yang berhubungan dengan skizofrenia adalah

kromosom 5,11 dan 18 pada bagian lengan panjang dan kromosom 19 pada

bagian lengan pendek, dan yang paling sering dilaporkan adalah terjadi pada

kromosom X. Pada skizofrenia kromososm-kromosom ini mengalami

kelainan yaitu saat mengkode dapat terjadi kekacauan seprti translokasi.

4. Faktor Psikososial

a. Teori Psikoanalitik

Teori psikoanalitik mengemukakan bahwa gejala skizofrenia

mempunyai arti simbolik bagi pasien individual. Misalnya, fantasi

tentang dunia akan berakhir mungkin menyatakan suatu perasaan

5

Page 9: skizo tak terinci Kel. 2.docx

bahwa dunia internal seseorang telah mengalami kerusakan. Perasaan

kebesaran dapat mencerminkan narsisme yang direaktivasi dimana

orang percaya bahwa mereka adalah maha kuasa.

b. Teori Psikodinamik

Dasar dari teori dinamika adalah untuk mengerti dinamika pasien dan

untuk mengerti makna simbolik dari gejala. Teori ini menganggap

bahwa hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang didasarkan

secara kontitusional sebagai suatu defisit. Pendekatan psikodinamika

berdasar bahwa gejala psikotik punya arti pada skizofrenia.

C. Tanda Dan Gejala Schizofrenia

Tanda dan gejala skizofrenia menurut Maslim (2000: 46) adalah sebagai

berikut:

1. Though echo: isi pikiran dirinya yang berulang atau berguna dalam kepalanya

dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda.

Though isertion atau withdrawl: isi pikiran asing dari luar masuk ke dalam

pikirannya oleh sesuatu dari luar dirinya.

Thought broadcasting: isi pikirnya keluar sehingga orang lain atau umum

mengetahuinya.

2. Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delsion of

influence), waham ketidakberdayaan (delision of passivity), persepsi terhadap

mistik (delusional perception).

3. Halusinasi

4. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak

wajar dan mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,

atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa.

5. Arus pikir yang terputus atau yang mengalami sisipan, yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan.

6. Perilaku katatonik

7. Gejala-gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respon

emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial.

6

Page 10: skizo tak terinci Kel. 2.docx

8. Adanya suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam suatu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai

hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap malas, sikap larut dalam diri

sendiri, dan penarikan diri secara sosial.

Menurut Bleurer, gejala skizofrenia dibagi dua, yaitu:

1. Gejala primer

a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikir)

Dimana terjadi gangguan baik pada bentuk, arus maupun isi pikiran.

Terdapat asosiasi longgar maupun inkoheren.

b. Gangguan afek dan emosi

Kadangkala efek dan emosi sehingga klien menjadi acuh tak acuh.

Terdapat dua hal yang berlawanan yang terjadi secara bersamaan akibat

dari kepribadian yang terpecah belah, misalnya mencintai dan

membenci orang yang sama.

c. Gangguan memori

d. Gangguan kemauan

Dalam hal ini klien tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat

bertindak dalam suatu keadaan dan selalu memberikan alasan meskipun

alasannya tidak tepat. kadang klien melamin berhari-hari lamanya

bahkan berbulan-bulan, dinama perilaku ini erat kaitannya dengan

austisme dan stupor katatonik.

e. Gejala psiomotor / gejala katatonik gangguan perbuatan

1) Katatonik

Adalah suatu sikap yang selalu bergerak dan gelisah.

2) Mutisme

Adalah suatu sikap dimana penderita tidak mau bicara, hal

disebabkan oleh halusinasi yang tidak mengijinkan bila dia

bicara.

3) Stereotipi

Adalah melakukan-melakukan suatu gerakan atau sikap yang

berulang-ulang sedangkan stereotipi pada pebiraan disebut

Verbigerasi.

7

Page 11: skizo tak terinci Kel. 2.docx

2. Gejala sekunder

a. Waham

Sering tidak logis sama sekali, klien beranggapan bahwa hal tersebut

merupakan suatu fakta sehingga tidak bisa diubah oleh siapapun.

b. Halusinasi

Timbul tanpa penurunan kesadaran. Paling sering adalah halusinasi

pendengaran, kadang-kadang halusinasi penciuman, dll.

D. Patofisiologi

Patofisiologi skizofrenia melibatkan sistem dopaminergik dan

serotonergik. Skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter

dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya

pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai

ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor

tersebut.

Peningkatan ukuran ventrikular, penurunan ukuran otak, dan asimetri

otak telah dilaporkan. Penurunan ukuran hipokampus mungkin berhubungan

dengan penurunan uji neuropsikologi dan respon yang lebih buruk terhadap

antipsikotik generasi pertama (FGAs).

Hipotesa dopaminergik adalah psikosis dapat berasal dari hiper- atau

hipoaktivitas dari proses dopaminergik pada daerah otak tertentu. Disfungsi

glutamatergik adalah saluran glutamatergic berinteraksi dengan saluran

dopaminergik. Kekurangan aktivitas glutamatergic menghasilkan gejala-gejala

mirip dengan hiperaktif dopaminergik dan mungkin yang terlihat pada

skizofrenia.

Abnormalitas Serotonin (5-HT) merupakan pasien skizofrenia dengan

scan otak yang abnormal memiliki konsentrasi 5-HT darah yang lebih tinggi.

Kelainan primer dapat terjadi dalam satu neurotransmitter dengan perubahan

sekunder dalam neurotransmitter lainnya. Penelitian molekuler yang melibatkan

perubahan halus dalam protein-G, metabolism protein, dan proses subselular

lainnya mungkin mengidentifikasi gangguan biologis dalam skizofrenia.

Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizofrenia:

8

Page 12: skizo tak terinci Kel. 2.docx

1. Pada pasien skizofrenia terjadi hiperaktivitas sistem dopaminergik

2. Hiperdopaminegia pada sistem meso limbikà berkaitan dengan gejala

positif

3. Hipodopaminergia pada sistem meso kortis dan nigrostriatalà

bertanggungjawab terhadap gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal.

Jalur dopaminergik saraf:

1. Jalur nigrostriatal: dari substansia nigra ke basal gangliaà fungsi gerakan,

EPS

2. Jalur mesolimbik: dari tegmental area menuju ke sistem limbik à memori,

sikap, kesadaran, proses stimulus.

3. Jalur mesokortikal: dari tegmental area menuju ke frontal cortex à kognisi,

fungsi sosial, komunikasi, respons terhadap stress.

4. Jalur tuberoinfendibular: dari hipotalamus ke kelenjar pituitary à pelepasan

prolaktin.

Gambar Otak normal dan otak yang mengalami schizophrenia:

9

Page 13: skizo tak terinci Kel. 2.docx

E. Pohon Masalah

F. Fase-Fase Schizofrenia

Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap

kasus. Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu fase prodromal, fase

aktif gejala dan fase residual.

1. Fase prodromal

Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi

kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh

gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup

paling sedikit dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia.

Awal munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu periode

10

Perilaku Kekerasan

Isolasi sosial: menarik diri

Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Kegagalan perpisahan/kehilangan

Koping keluarga/individu tidak efektif

Penampilan diri terganggu

Defisit perawatan diri

Kemauan menurun

Harga diri rendah

Faktor predisposisi dan presipitasi

Page 14: skizo tak terinci Kel. 2.docx

yang sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri

secara sosial dari lingkungannya

2. Fase aktif gejala

Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala skizofrenia

secara jelas. Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia memiliki

kelainan pada kemampuannya untuk melihat realitas. Sebagai akibatnya

episode psikosis dapat ditandai oleh adanya kesenjangan yang semakin

besar antara individu dengan lingkungan sosialnya

3. Fase residual

Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua

gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat

mentap dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan

penggunaan zat. Dalam perjalanan gangguannya beberapa pasien

skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh

karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi dan

mencegah terjadinya kekambuhan.

11

Page 15: skizo tak terinci Kel. 2.docx

G. Faktor-Faktor Penyebab Schizofrenia

1. Faktor Keturunan

Dari hasil penelitian dibuktikan mengenai prosentasi angka kesakitan pada

keluarga Schizofrenia.

a. Saudara tiri                                                                               : 0.9-1.8%

b.Saudara kandung                                                                      : 7-15%

c. Bagi anak yang salah satu orang tuanya menderita Schizofrenia: 7-15%

d.Bila kedua orang tuanya menderita Schizofrenia                      : 40-60%

e. Bayi kembar dua telur                                                               : 2-15%

f. Bayi kembar satu telur                                                               : 61-86%

2. Faktor Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubungan dengan angka kejadian Schizofrenia

yang sering pada waktu pubertas, kehamilan ataupun purperium dan fase

klimakterium.

3. Faktor Metabolisme

Apa pendapat yang mengatakan bahwa Schizofrenia disebabkan oleh suatu

gangguan proses metabolisme. Hal ini atas dasar keadaan penderita

Schizofrenia yang tampak pucat, lemah dan ujung extremitasnya agak

cyanosis, nafsu makan berkurang, berat badan yang menurun. Dewasa ini

teori metabolisme mendapat perhatian lagi berhubungan dengan telah

dilakukan terhadap pemakian obat halusinogenik dapat menyebabkan gejala

yang mirip dengan gelah Schizofrenia tetapi revesible.

H. Jenis-Jenis Schizofrenia

Tipe skizofrenia dikelompokkan atas lima bagian yaitu:

1. Tipe Paranoid.

2. Tipe Katatonik.

3. Tipe Tak Terperinci atau tak terbedakan.

4. Tipe Disorganisasi.

5. Tipe Residual.

12

Page 16: skizo tak terinci Kel. 2.docx

I. Penatalaksanaan

Pengobatan pada skizofren sebenarnya tidak ada pengobatan yang

spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan

berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Adalah beberapa macam

terapi yang dapat dilakukan dirumah sakit jiwa, antara lain:

1. Farmakoterapi

Yaitu terapi dengan pemberian obat-obatan neuroleptika dosis tinggi, seperti

Klorpremazine, stelasin, Artan dll.

Chlorpromazin termasuk obat psikotik tipikal yang mempunyai aktivitas

memblokade dopamin pada reseptor pascasinaptik neuron di otak, terutama di

simtem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamin D2 reseptor antagonis).

Efek samping dapat berupa sedasi dan inhibisi psikomotor (mengantuk,

kemampuan kognitif menurun), gangguan otonomik (hipotensi,

antikolinergik), ganguan ekstrapiramidal (distonia akut, sindrom Parkinson),

gangguan endokrin (ginekomastia) biasanya pada pemakaian jangka panjang.

Halloperidol untuk menghilangkan gejala psikotik berupa halusinasi.

Trihexaperidil digunakan untuk memperbaiki sosialisasi pada pasien.

2. ECTs Terapi

Terapi jenis ini belum diketahui cara kerjanya secara pasti, namun ada yang

berpendapat bahwa ECT dapat memperpendek lamanya serangan.

3. Terapsi koma insulin

Meskipun pengobatan ini tidak khusus tetapi hasilnya lebih memuaskan,

prosentase kesembuhan lebih besar bila pengobatan dimulai dalam waktu 6

bulan sesudah penderita jatuh sakit.

4. Psikoterapi

Yang dimaksud disini adalah psikoterapi suportif individual atau kelompok

serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan klien

ketengah masyarakat.

5. Okupasi terapi

Yaitu terapi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas klien,

mengurangi ketidak normalan atau meningkatkan derajat kesehatan.

13

Page 17: skizo tak terinci Kel. 2.docx

6. Terapi lain

Misalnya terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi

keluarga, terapi agama dll. Yang kesemuanya itu mempunyai efek terapi yang

dapat memperbaiki tingkah laku klien.

7. Rehabilitasi

Yaitu suatu fungsi refungsional dan pengembangan bagi klien gangguan jiwa

agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan optimal dalam

kehidupan ditengah-tengah masyarakat.

Inti terapi skizofrenia adalah medikasi antipsikotik. Namun penelitian

menemukan bahwa intervensi psikisosial dapat memperkuat perbaikan klinis

karena skizofrenia termasuk kategori penyakit otak, tidak hanya kelainan

psikologikal. Modalitas psikososial harus diintegrasikan secara cermat ke dalam

regimen terapi obat dan harus mendukung regimen tersebut. Sebagian besar

pasien skizofrenia mendapatkan manfaat dari pemakaian kombinasi pengobatan

antipsikotik dan psikososial. Penelitian mengindikasikan terapi kombinasi lebih

baik untuk mencegah kekambuhan dari pada pengobatan yang hanya

menggunakan satu jenis terapi (pengunaan obat, pemantauan, dan program

rehabilitasi).

Terapi kombinasi (Integrated Approach) dalam menagani pasien

skizofrenia antara lain:

1. Memotivasi untuk meningkatkan semangat agar pasien tetap pada

pendiriannya untuk berubah.

2. Menggunakan obat antipsikotik (atipikal atau tipikal) dengan pengawasan.

3. Rehabilitasi berbasis pada lingkungan dan latihan ketrampilan sosial.

4. Psikoterapi keluarga.

5. Terapi kognitif dan perilaku untuk mengurangi waham dan halusinasi.

14

Page 18: skizo tak terinci Kel. 2.docx

2. SCHIZOFRENIA TAK TERINCI

A. Definisi

Skizofrenia tak terinci (undifferentiated) adalah skizofrenia dengan

adanya gambaran simtom fase aktif tetapi tidak sesuai dengan kriteria untuk

skizofrenia katatonik, disorganized atau paranoid. Atau semua kriteria untuk

skizofrenia katatonik, disorganized dan paranoid terpenuhi.

Skizofrenia Tak Terinci adalah suatu tipe yang seringkali dijumpai pada

skizofrenia. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan

ke dalam salah satu tipe dimasukkan dalam tipe ini.

Menurut Arif schizophrenia tak terinci merupakan sejenis schizophrenia

dimana gejala-gejala yang muncul sulit untuk digolongkan pada tipe

schizophrenia tertentu. Schizophrenia tak terinci dikarakteristik dengan perilaku

yang disorganisasi dan gejala- gejala psikosis yang mungkin memenuhi lebih dari

satu tipe/ kelompok kriteria, klien schizophrenia tak terinci merupakan gangguan

jiwa yang memenuhi kriteria umum schizophrenia tetapi tidak memenuhi kriteria

untuk memenuhi kriteria residual atau depresi pasca schizophrenia. Schizophrenia

tak terinci (undifferentiated) didiagnosis dengan memenuhi kriteria umum untuk

diagnosa schizophrenia, tidak memenuhi kriteria untuk schizophrenia paranoid,

hebefrenik, katatonik dan tidak memenuhi kriteria untuk schizophrenia tidak

terinci atau depresi pasca schizophrenia.

B. Tanda dan Gejala

Skizofrenia tak terinci umumnya ditandai oleh penyimpangan yang

fundamental dan karakteristik dari persepsi serta efek yang tak wajar, kesadaran

yang jernih dan kemauan yang intetelektual biasanya tetap terpilihara walaupun

kemunduran kongitif tertentu dapat berkembang.

Klien dengan skizofrenia paling sedikit dua gejala dibawah ini yang terus

ada secara jelas yaitu:

1. Halusinasi yang menetap yang disertai dengan waham yang mengembang.

2. Arus pikir yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

3. Perilaku katatonik seperti gaduh  dan gelisah

15

Page 19: skizo tak terinci Kel. 2.docx

4. Gejala-gejala seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan cenderung menarik

diri.

C. Kriteria Diagnostik

PPDGJ III mengklasifikasikan pasien sebagai tipe tidak terinci dengan

kriteria diagnostic, yaitu:

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,

atau katatonik.

3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca

skizofrenia.

Kriteria diagnostic menurut DSM-IV yaitu:

Suatu tipe skizofrenia di mana ditemukan gejala yang memenuhi kriteria A tetapi

tidak memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi atau katatonik.

Kriteria Diagnostik A:

a. Gejala karakteristik: dua atau lebih berikut, masing – masing ditemukan

untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang

jika diobati dengan berhasil):

b. Waham

c. Halusinasi

d. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoheren)

e. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

f. Gejala negative yaitu, pendataran afektif, alogia atau tidak ada

kemauan(avolition)

Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau

atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau

pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.

D. Penatalaksanaan

Pada skizofrenia tak terinci, gejala ”positif” lebih menonjol, maka

pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan tipikal

16

Page 20: skizo tak terinci Kel. 2.docx

yang dapat memblokade dopamin pada reseptor pascasinaptik neuron di otak.

Contohnya, Chlorpromazin.

17

Page 21: skizo tak terinci Kel. 2.docx

BAB. III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. B DENGAN SKIZOPRENIA TAK

TERINCI DI RUANG HUDOWO RSUD AMINO GONDOHUTOMO

SEMARANG

A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. B

Umur : 36 tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Alamat :Desa Pasir, Rt 04, Demak

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Tgl. Masuk RS : 18 Februari 2016

Tgl Pengkajian : 20 Februari 2016

Dx. Medis : Skizofrenia Tak Terinci

No. CM : C 987656

2. ALASAN MASUK

Pasien dibawa oleh adiknya dan polisi dari rumahnya di Demak ke RSJ Semarang

karena pasien mengamuk, gaduh gelisah dan sering berbicara sendiri.

3. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI

a. Faktor Predisposisi

Pasien mengatakan dibawa ke IGD RSJ Semarang oleh adiknya

keluarganya 3 hari yang lalu. Saat ditanya identitas pasien menjawab dengan

Tn. B, usia 36 tahun, alamat di Desa Pasir, Demak. Dan mempunyai anak yang

masih sekolah dibangku SD. Saat ditanya alasan masuk rumah sakit, pasien

mengatakan tidak tahu. Pasien mengaku dibangunkan adiknya saat tidur untuk

dibawa ke suatu tempat, yang ternyata RSJ Semarang. Saat ini, pasien merasa

18

Page 22: skizo tak terinci Kel. 2.docx

senang, karena dapat bertemu dengan istrinya yang bernama Lina Verniawati

yang menjelma dalam tubuh dr. Andri. Pasien mengaku sangat mencintai

istrinya. Dan merasa istrinya mencintainya juga. Sehingga, walaupun diri

pasien sedang dirawat, istrinya juga masih mengunjunginya. Pasien mengaku

tidak memiliki musuh di desanya, namun pasien merasa jengkel terhadap

seseorang berinisial AI yang merupakan teman masa kecilnya. Karena AI

sering mengajak istrinya untuk pergi ke luar, dan ada yang suara yang

membisiki klien bahwa orang tersebut akan merebut istrinya. walaupun pasien

mengaku masih percaya terhadap Lina dan menyangkal adanya perselingkuhan.

b. Faktor Presipitasi

Pasien mengaku tidak pernah marah-marah dan mengamuk, pasien

merasa dapat menahan emosinya karena menurutnya setiap orang harus

diperlakukan secara baik. Tetapi ada tetangganya yang bersikap kelewatan,

Tetangga pasien tinggal di rumah yang besar, sedangkan pasien tinggal

dirumah yang lebih kecil yang merupakan warisan dari neneknya. Tetangga

pasien merupakan pengusaha rongsokan yang sukses. Seringkali tetangga

pasien menempatkan barang dagangannya di rumah pasien. Klien sering

mendengar suara ejekan dari tetangganya tersebut sehingga pasien merasa

marah .

Klien nampak putus asa, Menurut klien barang dagangan tetangganya

seharusnya ditempatkan di rumahnya sendiri karena rumahnya lebih besar dan

lebih luang. Beberapa kali pasien sudah mencoba untuk memperingatkan,

namun tetangganya tidak menggubrisnya sehingga pasien merasa marah.

Ketika marah, pasien mengaku tidak mengamuk, hanya mengembalikan barang

- barang rongsokan tadi ke rumah tetangganya. Hal yang memotivasi pasien

untuk berbuat demikian adalah pesan khusus dari almarhumah nenek pasien

yang berpesan pada pasien untuk menjaga baik- baik rumah nenek pasien.

Pasien mengaku ibu, kakek dan nenek pasien yang sudah meninggal masih

sering mengunjunginya baik di rumah maupun di RSJ. Meskipun mereka sudah

meninggal tetapi pasien meyakini arwahnya lah yang datang mengunjungi

pasien. Sedangkan ibu pasien masih hidup, sehingga hanya sukma saja yang

19

Page 23: skizo tak terinci Kel. 2.docx

II -------------------------

III -------

datang. Pasien mengaku dapat melihat dan berkomunikasi dengan mereka,

namun menolak ketika diminta menunjukkan keberadaan mereka. Pasien

mengaku mereka tidak pernah berkomentar aneh, namun sering meminta pasien

untuk berbuat baik kepada sesama penghuni bangsal. Pasien mengaku beberapa

roh halus sering menarik pikirannya, namun pasien tidak memiliki daya untuk

menolak. Pasien mengatakan akan selalu ikhlas jika pikirannya ditarik.

4. FISIK TTV, TB, BB, KELUHAN FISIK.

a. Kesadaran

Kesadaran klien composmentis (E4M5V6)

b. Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah : 110/80 mmHg

2. Frekuensi nadi : 86 x/ menit

3. Frekuensi nafas : 18 x/ menit

4. Suhu : 36 0C

c. Data Antropometri

TB : 165 cm

BB : 65 kg

IMT : BB (kg )

1,652 (m )= 65

1,652=18,36 kg/m2

d. Keluhan Fisik

Klien mengatakan kepalanya pusing.

5. PSIKOSOSIAL

a. Genogram

20

tn. B. (36 th)

I --------------------------

Page 24: skizo tak terinci Kel. 2.docx

Keterangan :

: Laki-laki/Perempuan meninggal

: Laki-laki

: Perempuan

: Menikah

: Anak

: Tinggal satu rumah

: Hubungan komunikasi paling dekat

: Pasien

b. Konsep diri

Gambaran diri

Klien mengatakan bahwa dirinya biasa saja, tidak ganteng juga tidak jelek.

Bagian tubuh yang paling klien sukai adalah tangannya.

Identitas diri

Klien mengatakan bahwa dia beragama islam. Sudah menikah untuk dan

memiliki seorang anak dari pernikahannya. Klien dapat menjelaskan

dimana tempat tinggalnya.

Peran

Klien mengatakan bahwa dia adalah seorang ayah dan sekaligus seorang

suami yang sangat menyayangi istrinya. Klien menyadari ekonomi

keluarganya masih lemah, klien bekerja sebagai buruh bangunan dan

serabutan tidak menetap dengan satu pekerjaan.

Ideal diri

Klien mengatakan ingin ekonomi keluarganya lebih baik sehingga bisa

membahagiakan istri dan anaknya. Klien ingin memiliki rumah yang besar

dan kendaraan pribadi dan tabungan agar bisa seperti orang lain pada

umumnya yang bisa mengajak keluarganya jalan-jalan.

Harga diri

21

Page 25: skizo tak terinci Kel. 2.docx

Klien mengatakan terkadang malu dengan tetangganya yang memiliki usaha

rongsokan yang maju. Klien merasa sekarang dijauhi karena dianggap

membahayakan masyarakat. Klien juga malu jika nanti pulang tetangganya

akan mengetahui dia dirawat di rumah sakit jiwa.

c. Hubungan sosial

Orang yang berarti

Klien mengatakan dahulu ketika kakek nenek dan ibunya masih hidup,

klien sangat dekat dengan mereka, terlebih dengan neneknya. Setelah

semua orang yang dekat dengannya meninggal, klien mengatakan istri dan

anaknya lah yang membuatnya semangat untuk menjalani hidup.

Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat di rumah dan di RS

Di Rumah

Klien bekerja sebagai buruh bangunan dan serabutan. Klien juga

mengikuti kegiatan poskamling di desanya.

Di Rumah Sakit

Klien bisa menjaga peralatan pribadi miliknya sendiri. Klien bersedia

mengikuti semua kegiatan yang dijadwalkan Rumah Sakit seperti

senam, pemeriksaan kesehatan, minum obat secara rutin dan melakukan

kebersihan diri.

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien adalah termasuk tipe pendiam dan jarang berkumpul dengan klien

lain di RS. Klien mengatakan merasa lebih senang menyendiri karena sudah

ada arwah dari keluarganya yang menemaninya. Klien mengatakan

semenjak ada yang ingin merebut istrinya klien mulai tidak menyukai

teman masa kecilnya itu, klien mulai tidak percaya kepada orang lain. Dan

membenci tetangganya yang selalu ingin pamer kekayaan dan menghina

kehidupannya. Klien mengaku kehilangan sebagian memorinya ketika

dibawa ke rumah sakit ini. Klien merasa masih tidak bisa menerima

kenyataan bahwa rumahnya dijadikan penampungan usaha orang lain dan

tidak percaya kepada teman masa kecilnya yang ingin merebut istrinya.

d. Spiritual

Nilai dan keyakinan

22

Page 26: skizo tak terinci Kel. 2.docx

Klien mengatakan beragama islam. Klien menganggap sakit yang dialami

saat ini adalah ujian dari Tuhan. klien merasa sedih karena berpisah dengan

istri dan anaknya. Klien menyadari bahwa klien dirawat di RS ini karena

mengalami sedikit stress. Klien yakin bahwa dirinya tidak mengalami

gangguan jiwa yang parah tetapi hanya sedikit stress.

Kegiatan ibadah

Klien mengatakan ketika dirumah klien selalu shalat 5 waktu. Namun

setelah di RS klien mengaku sholatnya bolong-bolong.

6. STATUS MENTAL

a. Penampilan dan Sikap

Laki-laki, sesuai umur, perawatan diri cukup, pakaian yang digunakan sesuai.

Penampilan dan wajah klien sesuai dengan usianya. Tidak terlihat lebih tua dari

usia klien. Klien menunjukkan sikap bersahabat, tidak ada sikap bermusuhan

dengan pemeriksa.

b. Pembicaraan

Pembicaraan klien mudah dimengerti. Arah pembicaraan sering melebar namun

bisa dikontrol. Klien berespon normal terhadap petunjuk dari pemeriksa,

volume cukup, intonasi dan artikulasi jelas

c. Aktifitas motorik

Ketika berbincang-bincang dengan perawat, pandangan klien tidak terarah pada

satu tititk. kontak mata kurang. Klien sering menunjukkan ekspresi jengkel

dengan seseorang dan mulai menggumam tidak jelas bila arah pembicaraan

tidak dikontrol/diarahkan.

d. Alam perasaan

Klien tampak sedih dan murung. Klien ingin segera pulang. Klien nampak

putus asa saat menceritakan keadaannya sekarang.

e. Afek

Berkurangnya intensitas nada perasaan yang kadarnya tidak begitu parah.

f. Interaksi

23

Page 27: skizo tak terinci Kel. 2.docx

Klien tampak kooperatif saat berbicara dengan perawat. Klien mampu

menjawab semua pertanyaan perawat dengan baik. Klien belum mampu

menjaga kontak mata lebih lama selama berinteraksi dengan perawat.

g. Persepsi

klien mengatakan sering mendengar suara bisikan ada yang ingin merebut

istrinya dan suara tetangga yang selalu mengejek perekonomiannya. Klien juga

sering di datangi arwah ibunya dan arwah kakek neneknya selama dirumah dan

di rumah sakit.

h. Proses fikir

Klien terkadang mengalami blocking dimana klien belum bisa mengingat

kejadian sesaat sebelum klien di bawa ke RS.

i. Isi fikir

Klien berfikir ada orang yang ingin ingin merebut istrinya. Dan Klien merasa

tetangga yang sudah sukses usahanya ingin pamer kekayaan dan menghina

dirinya.

j. Waham

Klien diduga mengalami waham curiga di mana klien merasa ada orang jahat

yang ingin merebut istri dan menganggu kebahagiaan keluarganya. Klien juga

mengaku merasa tetangganya selalu ingin memamerkan kekayaan dan

menghina kehidupannya yang miskin. Dengan dibawanya klien ke RS ini, klien

merasa keluarganya tidak menyayanginya. Klien merasa ibu dan kakek

neneknya masih hidup dan sering mengunjungi klien di RS.

k. Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran composmentis. Orientasi klien terhadap waktu, tempat dan

orang jelas. Klien mengetahui saat ini berada di RS dan pengkajian dilakukan

pagi hari.

l. Memori

Memori jangka pendek

Klien hanya tidak bisa mengingat kejadian secara pasti sesaat sebelum

dibawa klien dibawa ke RS. Klien mampu mengingat kejadian yang baru

terjadi seperti jenis makanan yang klien makan tadi pagi dan kemarin.

24

Page 28: skizo tak terinci Kel. 2.docx

Memori jangka menengah

Klien dapat mengingat penghasilan rata-rata yang didapat setiap bulan.

Klien juga dapat mengingat anaknya masih sekolah dibangku SD.

Memori jangka panjang

Memori klien cukup baik. Klien mampu mengingat kejadian masa lalu

klien. Klien mampu menceritakan kejadian masa lalu yang tidak

menyenangkan dan juga kejadian yang menyenangkan. Akan tetapi

terkadang bicaranya kacau.

m. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Tingkat konsentrasi klien baik. Klien mampu berkonsentrasi serta berhitung

sederhana dengan benar, namun sering mengalihkan pembicaraan.

n. Kemampuan penilaian

Klien mampu mengambil keputusan sederhana, seperti klien bisa

membersihkan tempat tidurnya sendiri dan membersihkan peralatan makan

minumnya sendiri dan bisa mengenali peralatan pribadi yang dibawakan

istrinya.

o. Daya tilik diri

Klien mengatakan klien mengalami sedikit stress sehingga dibawa kesini. Klien

meyakini bahwa klien tidak mengalami gangguan jiwa yang parah.

7. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

a. Makan

Klien mampu makan dan minum secara mandiri. Klien mampu menggunakan

alat makan dengan benar, menghabiskan sertiap porsi makanan yang

disediakan.

b. BAB/ BAK

Klien mampu memenuhi kebutuhan BAB dan BAK secara mandiri. Klien BAB

dan BAK di kamar mandi.

c. Mandi

Klien mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri. Klien

menggosok gigi dua kali sehari dan mandi dua kali sehari dengan menggunakan

sabun, shampoo dan air.

25

Page 29: skizo tak terinci Kel. 2.docx

d. Berpakaian/ berhias

Klien mampu berpakaian secara mandiri.

e. Istirahat dan tidur

Klien mengatakan tidur siang + 2 jam, tidur malam + 8 jam, aktivitas sebelum

tidur berdoa, klien tidak kesulitan untuk memulai tidur dan tidak sering

terbangun di malam hari.

f. Penggunaan obat

Klien mengkonsumsi obat chlorpromazine 50 mg- 0 – 100 mg. Efek samping

dari pengkonsumsian tersebut klien menjadi sering pusing, mengantuk, lesu.

Perhatikan dan awasi klien dalam mengonsumsi obat dan persiapkan pengawas

minum obat (PMO) dengan baik.

g. Pemeliharaan kesehatan

Usahakan klien minum obat secara teratur. Jika klien mengalami tanda-tanda

kekambuhan seperti gelisah berlebih, marah-marah tanpa sebab, segera bawa

klien ke RSJD atau hubungi tenaga kesehatan terdekat.

h. Kegiatan di dalam rumah

Klien mampu makan dan minum secara mandiri. Klien mampu mandi sehari 2

kali secara mandiri. Dan menjalankan ibadah sholat 5 waktu dengan waktu

yang sesuai. Klien dapat melanjutkan kegiatannya sebagai buruh bangunan

dirumah dan kadang serabutan.

i. Kegiatan di luar rumah

Klien mampu bersosialisasi kembali dengan tetangga lainnya dan klien bisa

mengikuti kegiatan yang ada di desanya.

8. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping yang dilakukan klien adalah mekanisme maladaptif. Klien

mengatakan jika ada masalah lebih sering memendamnya sendiri.

9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Klien tidak mengalami masalah dengan lingkungan disekitarnya. Namun semenjak

mengalami gangguan jiwa klien tidak mau bergaul lagi dan memilih berdiam diri

26

Page 30: skizo tak terinci Kel. 2.docx

dirumah karena bila keluar merasa di ejek. Hubungan sosial dengan anggota

keluarga yang lain baik.

10. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :

Klien mengatakan belum mengetahui gangguan jiwa, sistem pendukung

lingkungan, faktor pencetus, obat-obatan serta koping yang adaptif ketika

masalahnya timbul.

11. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

1 DS ;

- klien mengatakan jengkel pada temannya

karena ingin merebut istrinya

- klien mengatakan tidak suka dan marah dengan

tetangganya yang menaruh barang dirumahnya

DO ;

- ekspresi nampak marah dan mudah tersinggung

saat menceritakan tetangga dan teman masa

kecilnya

Resiko perilaku kekerasan

terhadap orang lain

2 DS ;

- Klien mengatakan ada suara yang membisiki

klien bahwa ada yang ingin merebut istrinya

- Klien mengatakan mendengar suara – suara

ejekan tetangga

- klien mengatakan mendengar Suara neneknya

untuk selalu menjaga rumah warisannya

DO;

- Klien menolak ketika diminta menunjukkan

keberadaan arwah keluarga yang meninggal.

- Arah pembicaraan kadang ngelantur bila tidak

Perubahan persepsi sensori ;

halusinasi pendengaran

27

Page 31: skizo tak terinci Kel. 2.docx

diarahkan kembali

- Bicara sendiri tetapi tidak focus masalahnya

3 DS;

- Klien mengatakan tidak percaya orang lain .

- Klien mengatakan jika ada masalah lebih

sering memendamnya sendiri

- Klien mengatakan tidak mau bergaul lagi dan

memilih berdiam diri dirumah karena bila

keluar merasa di ejek

DO;

- Klien nampak sedih dan murung

- Klien nampak putus asa

- Klien lebih suka menyendiri dan tidak mau

bergabung dengan klien lainnya

Isolasi sosial ; menarik diri

4 DS ;

- Klien mengatakan dapat melihat dan

berkomunikasi dengan arwah keluarga yang

sudah meninggal

- Klien mengatakan ibu, kakek dan nenek pasien

yang sudah meninggal masih sering

mengunjunginya baik di rumah maupun di RS.

- Pasien mengatakan beberapa roh halus sering

menarik pikirannya,

- Pasien mengatakan akan selalu ikhlas jika

pikirannya ditarik

DO ;

- Klien menolak ketika diminta menunjukkan

keberadaan arwah keluarga yang meninggal.

- Suka bicara sendiri dan tidak jelas

Perubahan persepsi sensori ;

halusinasi penglihatan

5 DS ; Harga diri rendah

28

Page 32: skizo tak terinci Kel. 2.docx

- Klien mengatakan malu jika nanti pulang

tetangganya akan mengetahui dia dirawat di

rumah sakit jiwa

- Klien mengatakan kadang malu karena

tetangga punya usaha dan rumah yang besar

sedangkan dia hanya pekerja buruh dan

mempunyai rumah kecil.

DO;

- Klien nampak sedih dan murung

- Klien nampak putus asa

12. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik : Skizoprenia Tak Terinci

Terapi Medik : Chlorpromazine 50 mg-0-100 mg

13. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

a. Halusinasi pendengaran, penglihatan

b. Isolasi sosial

c. Resiko perilaku kekerasan

d. Harga diri rendah

14. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi pendengaran,

penglihatan

b. Isolasi sosial ; menarik diri berhubungan dengan mekanisme koping tidak

efektif

c. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan

halusinasi

d. Harga diri rendah

B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

29

Page 33: skizo tak terinci Kel. 2.docx

No Tanggal/Jam

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

1. 20 Feb 2016 jam 10.00

Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran, penglihatan

Tujuan : Klien :1. Pasien

mengenali halusinasi yang dialami

2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

Keluarga :1. Dapat

terlibat dalam perawatan klien baik di rumah sakit maupun di rumah

2. Dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

Klien :1. Bantu klien mengenali halusinasi2. Jelaskan cara mengontrol

halusinasi3. Ajarkan klien mengontrol

halusinasi dengan cara pertama : menghardik

4. Evaluasi klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

5. Latih klien mengontrol halusinasi dengan cara kedua : bercakap-cakap dengan orang lain

6. Evaluasi klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap-cakap

7. Latih klien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga : melaksanakan aktivitas terjadwal

8. Latih klien mengkonsumsi obat secara teratur

Keluarga :1. Beri pendidikan kesehatan tentang

halusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan cara merawat klien dengan halusinasi

2. Latih keluarga praktik merawat klien langsung dihadapan klien

3. Buat perencanaan pulang dengan keluarga

4. Beri pendidikan kesehatan pada klien dan keluarganya tentang manfaat, dosis dan efek samping obat

5. Latih dan damping klien mengkonsumsi obat secara teratur

2. 20 Febr 2016 jam 10.00

Isolasi sosial Tujuan : klien mampu :

1. Membina hubungan saling percaya

Klien :1. Bina hubungan saling percaya2. Bantu klien mengenal menyebab

isolasi social3. Bantu klien mengenal keuntungan

berhubungan dengan orang lain

30

Page 34: skizo tak terinci Kel. 2.docx

2. Menyadari penyebab isolasi social

3. Berinteraksi dengan orang lain

Tujuan keluarga :Keluarga mampu merawat klien dengan isolasi sosial

4. Bantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

5. Bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

Keluarga :

1. Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat klien

2. Jelaskan tentang isolasi social3. Peragakan cara merawat klien

dengan isolasi social4. Bantu keluarga mempraktekkan

cara merawat yang telah dipelajari5. Susun perencanaan pulang

bersama keluarga3. 20 Febr

2016 jam 10.00

Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain

Tujuan Umum :Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkunganTujuan khusus :1. Klien dapat

mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan

4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya

Klien :1. Bina hubungan saling percaya2. Diskusikan bersama klien

penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu

3. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

4. Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan saat marah

5. Diskusikan bersama klien akibat perilakunya

6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan

7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik

8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal

9. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

11. Ikut sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan

31

Page 35: skizo tak terinci Kel. 2.docx

5. Klien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya

6. Klien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, social, dan dengan terapi psikofarmaka

Tujuan untuk keluarga :Keluarga dapat merawat klien di rumah

Keluarga :1. Diskusikan masalah yang

dihadapi dalam merawat klien2. Diskusikan tentang perilaku

kekerasan3. Diskusikan bersama keluarga

kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat

4. Latih keluarga merawat klien dengan perilaku kekerasan

5. Buat perencanaan pilang bersama keluarga

4. 20 Febr 2016 jam 10.00

Harga diri rendah

Tujuan pada klien :1. Klien dapat

mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

3. Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

4. Klien dapat

Klien :Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.1. Diskusikan sejumlah kemampuan

dan aspek positif yang dimiliki klien

2. Beri pujian yang realistic3. Hindari penilaian negative

terhadap klienBantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.1. Diskusikan dengan klien

kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini

2. Beri klien untuk menyebutkannya3. Beri penguatan terhadap

32

Page 36: skizo tak terinci Kel. 2.docx

melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan

5. Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dipilih

Tujuan pada keluarga :1. Membantu klien

mengidentifikasi akan kemampuan yang dimiliki

2. Memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki klien

3. Memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan

kemampuan diri yang diungkapkan klien

4. Perlihatkan respon yang kondusif5. Jadi pendengar yang aktifBantu pasien memilik/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.1. Diskusikan dengan klien kegiatan

yang dapat dilakukan dan dipilih2. Bantu klien menetapkan kegiatan

mana yang dapat dilakukan secara mandiri, atau dengan bantuan

Latih kemampuan yang dipilih klien.1. Diskusikan dengan klien untuk

melatih kemampuan yang dipilih2. Bersama klien memperagakan

kegiatan yang ditetapkan3. Beri dukungan dan pujian pada

setiap kegiatan yang dapat dilakukan klien

Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.1. Beri kesempatan klien untuk

mencoba kegiatan yang telah dilatihkan

2. Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari

3. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.

Keluarga :1. Diskusikan masalah yang

dihadapi keluarga dalam merawat klien

2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah rendah yang ada pada klien

3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien dan memuji klien atas kemampuannya

4. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri rendah

5. Demonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah

6. Beri kesempatan pada keluarga untuk mendemonstrasikan cara

33

Page 37: skizo tak terinci Kel. 2.docx

memberikan pujian atas keberhasilan klien

4. Mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien

merawat klien7. Bantu keluarga menyusun rencana

kegiatan klien di rumah

C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No

Tanggal/Jam

Diagnosa Keperawatan

Implementasi

1. 20 Feb 2016 jam 10.00

Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran, penglihatan

Klien :1. Melakukan BHSP2. Membantu klien mengenali halusinasi3. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi4. Mengajarkan klien mengontrol halusinasi

dengan cara pertama : menghardik5. Mengevaluasi klien cara mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik6. Latih klien mengontrol halusinasi dengan

cara kedua : bercakap-cakap dengan orang lain

7. Mengevaluasi klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap-cakap

8. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga : melaksanakan aktivitas terjadwal

9. Melatih klien mengkonsumsi obat secara teratur

Keluarga :1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang

halusinasi, jenis halusinasi yang dialami klien, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan cara merawat klien dengan halusinasi

2. Melatih keluarga praktik merawat klien langsung dihadapan klien

3. Membuat perencanaan pulang dengan keluarga

4. Memberi pendidikan kesehatan pada klien dan keluarganya tentang manfaat, dosis dan efek samping obat

34

Page 38: skizo tak terinci Kel. 2.docx

5. Melatih dan damping klien mengkonsumsi obat secara teratur

2. 21 Feb 2016 jam 10.00

Isolasi sosial Klien :6. Membina hubungan saling percaya7. Membantu klien mengenal menyebab

isolasi sosial8. Membantu klien mengenal keuntungan

berhubungan dengan orang lain dengan cara mengajak berdiskusi klien

9. Membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan dengan klien

10. Membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dengan cara mengajak klien berkenalan dengan salah satu pasien lain dalam satu ruangan

Keluarga :1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat klien2. Menjelaskan tentang isolasi social seperti

pengertian,penyebab,tanda dan gejala serta cara mengatasinya

3. Memperagakan cara merawat klien dengan isolasi sosial

4. Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari

5. Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga

3. 22 Feb 2016 jam 10.00

Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain

Klien :1. Membina hubungan saling percaya2. Mendiskusikan bersama klien penyebab

perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu3. Mendiskusikan perasaan klien jika terjadi

penyebab perilaku kekerasan4. Mendiskusikan bersama klien perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan saat marah5. Mendiskusikan bersama klien akibat

perilakunya6. Mendiskusikan bersama pasien cara

mengontrol perilaku kekerasan7. Melatih pasien mengontrol perilaku

kekerasan secara fisik dengan melakukan olah raga sederhana seperti push up

8. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal dengan meluapkan kemarahan seperti bernyanyi dengan keras

9. Melatih mengontrol perilaku kekerasan

35

Page 39: skizo tak terinci Kel. 2.docx

secara spiritual dengan cara berdzikir atau melafalkan surat pendek Al Qur’an

10. Melatih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat sesuai dosis dan waktu

11. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan

Keluarga :1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi

dalam merawat klien2. Mendiskusikan tentang perilaku kekerasan

yang belum diketahui oleh keluarga seperti penyebab,tanda dan gejala

3. Mendiskusikan bersama keluarga kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat

4. Melatih keluarga merawat klien dengan perilaku kekerasan dengan tidak melakukan tindakan memasung pada klien

5. Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

4. 23 Feb 2016 jam 10.00

Harga diri rendah Klien :Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.1. Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki klien selama dirawat di RS atau dirumah

2. Memberi pujian yang realistik seperti mengatakan pasien hebat saat pasien dapat menjawab pertanyaan dengan tepat

3. Menghindari penilaian negatife terhadap klien seperti merendahkan kemampuan klien dalam melakukan kegiatan sederhana (perawatan diri : mandi,berpakaian, dll)

Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

1. Memberi kesempatan klien untuk menyebutkan kemampuan yang dimiliki

2. Menjadi pendengar yang aktifMembantu pasien memilik/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.1. Mendiskusikan dengan klien kegiatan yang

dapat dilakukan dan dipilih2. Membantu klien menetapkan kegiatan

mana yang dapat dilakukan secara mandiri, atau dengan bantuan

36

Page 40: skizo tak terinci Kel. 2.docx

Melatih kemampuan yang dipilih klien.1. Memperagakan bersama klien kegiatan yang

ditetapkan2. Memberi dukungan dan pujian pada setiap

kegiatan yang dapat dilakukan klienMembantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.1. Memberi kesempatan klien untuk mencoba

kegiatan yang telah dilatihkan2. Menyusun jadwal untuk melaksanakan

kegiatan yang telah dilatih.

Keluarga :1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi

keluarga dalam merawat klien2. Menjelaskan kepada keluarga tentang harga

diri rendah rendah yang ada pada klien3. Mendiskusikan dengan keluarga

kemampuan yang dimiliki klien dan memuji klien atas kemampuannya

4. Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri rendah

5. Mendemonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah dengan memberikan kepercayaan pada klien melakukan kegiatan sederhana dirumah seperti menyapu, menyiram tanaman

6. Memberi kesempatan pada keluarga untuk mendemonstrasikan cara merawat klien

7. Membantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah

D. EVALUASI

No

DX

Tanggal/Jam

Evaluasi

1. 20 Feb 2016 jam 14.00

S : Klien mampu dan mau menyebutkan nama Klien mengatakan sering mendengar bisikan kalau istrinya akan

direbut temannya sendiri Klien mengatakan belum dapat menghilangkan bisiskan itu dari

pikirannyaO :

Nampak klien mencoba memperagakan menghardik diri sendiri

37

Page 41: skizo tak terinci Kel. 2.docx

bila bisikan itu datang lagi Nampak klien mau mengobrol dengan pasien lain Nampak Klien membantu menyiapkan makan siang diruangan Nampak klien mengkonsumsi obat yang diberikan petugas

kesehatanA : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi agar pasien dapat secara mandiri mengontrol halusinasinya.

2. 21 Feb 2016 jam 14.00

S : Klien menyebutkan namanya kembali Klien mengatakan kadang tidak mau ngobrol dengan pasien lain

karena merasa keluarganya yang telah meninggal menemaninya ngobrol.

Klien menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain adalah ada teman yang bisa diajak berdiskusi, dapat saling membantu satu sama lain

Klien menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain yaitu tidak ada yang membantu kegiatan yang dilakukan, cepat merasa bosan.

O : Nampak klien mengajak berkenalan teman dalam satu ruangannya Nampak ekspresi klien relaks

A : Masalah teratasiP : -

3. 22 Feb 2016 jam 14.00

S : Klien menyebutkan nama dan mengajak berjabat tangan Klien mengatakan penyebab ia berperilaku kekerasan seperti

mengepalkan tangannya bila ingat istrinya mau direbut oleh temannya

Klien mengatakan akan mencoba untuk melakukan olah raga sederhana untuk mengontrol perilaku kekerasan

O : Klien nampak memeragakan cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan cara berdzikir Klien nampak meminum obat yang diberikan petugas kesehatan Klien nampak mengikuti kegiatan berkelompok yang diadakan

diruanganA : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi untuk mengontrol perilaku kekerasan yang terjadi pada klien.

4. 23 Feb 2016 jam 14.00

S : Klien mengatakan kemampuan yang dapat dia lakukan saat di RS

seperti menyapu, membersihkan / mencabuti rumput dihalaman, membantu menyiapkan makanan untuk teman – teman satu

38

Page 42: skizo tak terinci Kel. 2.docx

ruangan. Klien mengatakan ingin mencoba kegiatan lain yang diadakan RS

seperti membuat kerajinan sapu lidiO : Nampak klien mencabuti rumput yang berada dihalaman saat

diadakan kegiatan bersih – bersih diruangan Nampak senang saat diberikan pujian atas kegiatan yang dapat

dilakukan Klien nampak antusias untuk melakukan kegiatan lain yang sudah

direncanakan dan dijadwalkan bersamaA : Masalah TeratasiP : -

39

Page 43: skizo tak terinci Kel. 2.docx

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Skizofrenia adalah merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi

penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang

bergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan social budaya.

Terdapat beberapa teori penyebab terjadinya skizofrenia namun yang yang

paling utama adalah faktor neurobiologi, faktor psikoedukatif dan faktor social

budaya.

Fase perjalanan skizofrenia terdiri dari 3 fase. Pertama, fase premorbid,

kedua fase prodronal dan ketiga fase psikotik yang terdiri dari fase akut,

stabilisasi dan stabil. Gejala utama skizofrenia terbagi kepada gejala positif,

gejala negative dan gejala psikopatalogi umum. Kriteria diagnostic untuk

mengelompokkan gejala digunakan PPGDJ- III dan DSM-IV. Tipe-tipe

skizofrenia terdiri dari katatonik, paranoid, hebefrenik dan tak terinci.

Skizofrenia tak terinci merupakan suatu tipe yang seringkali dijumpai

pada skizofrenia. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah

dimasukkan ke dalam salah satu tipe dimasukkan dalam tipe ini. PPDGJ

mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic

menurut PPDGJ III yaitu memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, tidak

memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau

katatonik, tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca

skizofrenia. Kriteria diagnostic menurut DSM-IV yaitu suatu tipe skizofrenia di

mana ditemukan gejala yang memenuhi kriteria A tetapi tidak memenuhi kriteria

untuk tipe paranoid, terdisorganisasi atau katatonik.

Pengobatan skizofrenia adalah medikasi antipsikotik dan intervensi

terapi psikososial. Kedua – dua pengobatan ini diberikan pada pasien untuk

mendapatkan hasil yang efektif. Jika pasien mempunyai skizofrenia dengan

onset lambat, jelas, faktor pencetus yang jelas, tahu stressor psikososial,

prognosis menjadi baik dengan dilakukan pengobatan. Keberhasilan

penanggulangan skizofrenia agar mencapai hasil yang diharapkan, diper lukan

40

Page 44: skizo tak terinci Kel. 2.docx

dukungan dari keluarga, baik dalam menciptakan suasana yang tidak

menimbulakan stressor dari segi financial dan melibatkan individu dalam

bersosialisasi.

B. Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan, tentu kita juga memiliki andil besar

terhadap masalah gangguan kejiwaan ini. dengan memberikan pemahaman

terhadap masyarakat dan anggota keluarga klien serta tindakan asuhan

keperawatan yang tepat dan berkesinambungan mungkin akan sangat membantu

menurunkan jumlah penderita, juga perlu adanya keterlibatan pemerintah dalam

hal ini dalam kaitannya dengan pencerahan kepada masyarakat tentang

pentingnya perlakuan manusiawi kepada penderita skizofrenia. Saat ini, kita

telah memiliki sebuah undang-undang yang menjamin upaya kesehatan ODGJ

dan ODKM, yaitu UU No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, Undang-

undang ini tentu memiliki pengaruh yang cukup signifikan jika benar-benar

diterapkan.

Penderita skizofrenia memang memiliki sebuah realitas sendiri, namun

bukan berarti harus dikucilkan atau dicabut hak hidupnya sebagai manusia.

Bukan saja memberikan obat-obatan melalui resep dari psikiater, namun juga

dukungan sosial terhadap mereka pun menjadi penting dalam menentukan

kesembuhan sang penderita. Dukungan seperti apa yang dibutuhkan oleh

penderita skizofrenia? Tentu motivasi untuk melakukan terapi, menemani ketika

ke dokter, membantu membersihkan rumah tangga dan pribadi. Dan yang

terpenting adalah menghormatinya sebagai manusia yang memiliki hak untuk

hidup. Mari kita hidup berdampingan dan tetap mendukungnya untuk terus

berobat & terapi, walaupun kemungkinan untuk kembali menjadi “normal” itu

sedikit, Salam sejawat.

41

Page 45: skizo tak terinci Kel. 2.docx

DAFTAR PUSTAKA

Goodman dan Gilman. (2007). Dasar Farmakologi Terapi vol 1. Jakarta: EGC.

Stefan M., Travis M., Murray R.M. (2002). Epidemiology and Risk Factors. In: An

Atlas of Schizophrenia.USA: The Parthenon Publishing Group.

Maslim R. (2001). Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.

Arif L.S. (2006). Skizofrenia, memahami dinamika keluarga pasien. Jakarta: Penerbit

Refika Aditama.

FKUI dan WHO. (2006). Model-model praktik keperawatan profesional jiwa (MPKP

jiwa). Jakarta: FKUI.

Sinaga BR. (2007). Skizofrenia dan Diagnosis banding. Jakarta.

Hawari D. (2006). Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: Balai

penerbit FKUI.

Isaac A. (2005). Panduan belajar keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik

(terjemahan), 3th edition. Jakarta: EGC.

Syamsulhadi dan Lumbantobing. (2007). Skizofrenia. Jakarta: FK UI.

Rasmun. (2001). Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga

untuk perawat dan mahasiswa keperawatan. Jakarta: penerbit CV Sagung

Seto.

Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2001. p.46-50.

42