Skenario 3 Modul 2 7b Perdarahan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan PBL blok Hematology

Citation preview

Blok HematologiFakultas KedokteranUniversitas Muslim Indonesia Makassar, 25 Juli 2013

LAPORAN TUTORIALMODUL 2 SKENARIO 3 PERDARAHAN

Pembimbing : dr. Zulfiyah SurdamKelompok : 7B

1. Asni Haerunnisa11021100042. Eka S Nur Rahman11021100053. Husnul Khatimah 11021100064. Emelda Sugiarti11021100375. Fakhrun Nisa11021100386. Muh. Unggul R11021100527. Amalia Hendar Pangestuti11021100658. Syukron Makmur11021100669. Hajerawati Suheri 110211006710. Herson110211013111. Ainil Maksura110211013212. Nurhasanah Wahab110211013313. Atikah1102110148

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR 2013

SKENARIO 3Seorang wanita umur 60 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan munculnya secara tiba-tiba bintik-bintik pada kedua lengan disertai keluarnya darah dari hidung. Tidak ada riwayat demam sebelumnya. Riwayat penyakit lain tidak ada dan tidak ada riwayat minum obat.KATA / KALIMAT KUNCI1. Wanita umur 60 tahun.2. Keluhan munculnya secara tiba-tiba bintik-bintik pada kedua lengan disertai keluarnya darah dari hidung.3. Tidak ada riwayat demam sebelumnya.4. Riwayat penyakit lain dan minum obat tidak ada.PERTANYAAN1. Jelaskan mekanisme hemostasis!2. Jelaskan gangguan-gangguan perdarahan yang dapat terjadi!3. Jelaskan patomekanisme dari gejala bintik-bintik dan keluar darah dari hidung pasien serta hubungan antar gejala tersebut!4. Bagaimana langkah-langkah diagnosis dari skenario di atas!5. Jelaskan diagnosis banding yang berkaitan skenario di atas!6. Bagaimana farmakokinetik obat-obat hemostasis yang terkait skenario di atas!JAWABAN1. Fisiologi hemostasisFaal hemostatis suatu fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan keenceran darah sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup kerusakan dinding pembuluh darah sehingga mengurangi kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah. Faal hemostatis melibatkan berikut:1. Sistem vaskuler2. Sistem trombosit3. Sistem koagulasi4. Sistem fibrinolisisUntuk mendapatkan faal hemostatis yang baik maka keempat sistem tersebut harus bekerja sama dalam suatu proses yang berkeseimbangan dan saling mengontrol. Kelebihan dan kekurangan suatu komponen akan menyebabkan kelainan. Kelebihan fungsi hemostasis akan menyebabkan thrombosis, sedangkan kekurangan faal hemostasis akan menyebabkan perdarahan (hemorrhagic diathesis).Langkah langkah dalam hemostasis. Faal hemostasis untuk dapat berjalan normal memerlukan 3 langkah, yaitu:1. Langkah I: hemostasis primer, yaitu pembentukan primary platelet plug.2. Langkah II: hemostasis sekunder, yaitu pembentukan stable hemostatic plug (platelet+fibrin plug)3. Langkah III: fibrinolisis yang menyebabkan lisis dari fibrin setelah dinding vaskuler mengalami reparasi sempurna sehingga pembuluh darah kembali paten.Faal hemostasis terdiri atas 2 komponen, yaitu:1. Faal koagulasi : Yang berakhir dengan pembentukan fibrin stabil.2. Faal fibrinolisis : Yang berakhir dengan pembentukan plasmin.Faal koagulasi melibatkan 3 komponen, yaitu:1. Komponen vaskuler2. Komponen trombosit3. Komponen koagulasiFaktor TrombositTrombosit memegang peranan penting dalam proses awal faal koagulasi yang akan berakhir dengan pembentukan sumbat trombosit (platelet plug). Untuk itu, trombosit akan mengalami peristiwa:1. Platelet adhesion2. Platelet activation3. Platelet agregationEmpat langkah utama koagulasi darah untuk menghasilkan fibrin adalah:1. Langkah pertama: proses awal yang melibatkan jalur instrinsik dan ekstrinsik yang mengahsilkan tenase complex yangg akan mengaktifkan F.X menjadi F.X aktif.2. Langkah kedua adalah pembentukan prothrombin activator (prothrombinase complex) yang akan memecah prothrombin menjadi thrombin.3. Langkah ketiga: prothrombin activator merubah prothrombin menjadi thrombin.4. Langkah keempat: thrombin memecah fibrinogen menjadi fibrin serta mengaktifkan F.XIII sehingga timbul fibrin yang stabil.Pada langkah pertama dikenal 2 jalur:1. Jalur ekstrinsik (extrinsic pathway): Aktivasi jalur ekstrinsik diulai jika terjadi kontak anatara jaringan subendotil dengan darah yang akan membawa faktor jaringan (tissue factor) serta aktivasi faktor VII.2. Jalur instrinsik (instrinsic pathway): Aktivasi jalur instrinsik dimulai dengan aktivasi faktor kontak (contact factor), yaitu faktor VII, HMWK dan prekalikrein. Selanjutnya terjadi aktivasi faktor XI, X dan IX.Faktor KoagulasiFaktor koagulasi atau faktor pembekuan darah dalah protein yang terdapat dalam darah (plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi. Protein ini dalam keadaan tidak aktif (proensim atau zymogen) jika terjadi aktivasi, protein aktif ini (enzim) akan mengaktifkan rangkaian aktivasi berikutnya secara beruntun, seperti sebuah tangga (kaskade) atau seperti air terjun (waterfall). Proses FibrinolitikProses fibrinolitik bertujuan untuk membenttuk plasmin yang berguna untuk menghancurkan bekuan fibrin yang berlebihan atau menghancurkan fibrin setelah proses reparasi dinding pembuluh darah selesai sehingga pembuluh darah tersebut kembali paten. Adanya injury ( melalui kalikrein ) mengaktifkan tPA yang selanjutnya mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Plasmin akan memecah fibrin menjadi FDP. Untuk mengendalikan proses fibrinolisis ini maka terdapat faktor pengendali: plasminogen activator inhibitor yang menghambat kerja tPA dan alpha-2 antiplasmin yang menhambat kerja plasmin.Skema Proses FibrinolisisKalikrein TPA (tissue plasminogen activator) Plasminogen activator inhibitor

Plasminogen PLASMINAlpha-2 antiplasminFibrin Fibrin Degradation Product (FDP)

2. Gangguan perdarahan: Diatesis hemoragik adalah keadaan patologik gangguan perdarahan yang timbul karena kelainan faal hemostasis. Dilihat dari patogenesisnya, maka diathesis hemoragik dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :1. Diatesis hemoragik karena faktor vaskuler2. Diatesis homoragik karena faktor trombosit3. Diatesis hemoragik karena faktor koagulasi

I. Diatesis Hemoragik karena Faktor VaskulerDiathesis hemoragik karena faktor vaskuler adalah penyakit penyakit dengan kecenderungan perdarahan yang disebabkan oleh kelainan patologik pada dinding pembuluh darah. Kelainan ini dapat dibagi menjadi : a. Herediter: Hereditary hemorrhagic teleangiectasiab. Didapat, terdiri atas:1) Purpura simpleks2) Purpura senilis3) Purpura alergik, terdiri atas Sindrom Henoch Schonlein, purpura pada arthritis rematoid, SLE, dan penyakit kolagen lain karena terjadinya vaskulitis.4) Purpura karena infeksi, misalnya pada sepsis akibat infeksi meningokokus5) Scurvy, defisiensi vitamin C yang menimbulkan kerusakan bahan interseluler sehingga pembuluh darah mudah pecah sehingga terjadi perifollicular petechie.6) Purpura karena steroid yang mengakibatkan atrofi jaringan ikat penyangga kapiler bawah kulit sehingga pembuluh darah mudah pecah.

II. Diatesis Hemoragik karena Kelainan TrombositDiatesis hemoragik karena kelainan trombosit dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :a. Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit. Trombositopenia dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, yaitu gangguan produksi trombosit oleh megakariosit dalam sumsum tulang, penghancuran trombosit di darah tepi, maldistribusi misalnya pooling pada suatu organ, akibat pengenceran misalnya akibat transfusi masif dengan darah simpan.b. Trombopati, yaitu gangguan pada faal trombosit yang tidak berfungsi dengan baik tetapi jumlah trombosit dalam batas normal. Trombopati dapat dibagi menjadi trombopati herediter, terdiri atas platelet pool storage disease, trhomboastenia glanzman, sindrom bernard soulier, penyakit von Willebrand. Trombopati didapat, terdiri atas hiperglobulinemia, akibat terapi aspirin, kelainan mieloproliferatif, gagal ginjal, dan penyakit hati menahun.III. Diatesis Hemoragik karena kelainan Faktor Koagulasia. Gangguan koagulasi herediter :1) Hemofili A dan Bb. Gangguan koagulasi didapat :1) Defisiensi vitamin K2) Gangguan perdarahan pada penyakit hati3) Disseminated intravascular coagulation (DIC)4) Kelainan akibat timbulnya antibody terhadap faktor pembeku

3. Patomekanisme peteki dan epistaksis:Bintik- bintik atau peteki yang ditemukan atau merupakan manifestasi klinis dari skenaio di atas merupakan lesi perdarahan keunguan, mendatar 1-4 mm, bulat, tidak memucat, berdarah, dan dapat bergabung menjadi lebih besar disebut purpura. Dapat ditemukan pada membran mukosa dan kulit khususnya di daerah yang bebas atau daerah tertekan. Peteki umumnya menggambarkan adanya kelainan trombosit, manifestasi utama yang ditemukan bila jumlah trombosit kurang dari 30.000/mm3. Sama halnya dengan peteki, epistaksis juga merupakan manifestasi yang sering menggambarkan adanya gangguan trombosit sehingga memudahkan perdarahan pada mukosa yaitu mukosa hidung. Adapun mekanisme keduanya hampir sama yaitu, menurunnya konsentrasi platelet pada sirkulasi memudahkan darah keluar atau merembes keluar dari pembuluh darah kapiler (permeabilitas dan fragilitas meningkat) di daerah perifer, karena gagalnya fungsi platelet. Darah akan menyembur di bawah kulit dan menyebabkan degradasi dari sel darah merah oleh makrofag akibat akumulasi darah di bawah kulit. Kemudian tampaklah pigmen hipersegmentasi dibawah kulit yaitu peteki. Sementara epistaksis diduga ini dapat berasal dari lesi petekie pada mukosa nasal yang kemudian menyebabkan mudahnya terjadi perdarahan spontan (epistaksis). Ditambah usia pasien yang sudah lanjut usia, pada usia lanjut, banyak pembuluh darahnya rapuh dan lapisan lemak dibawah kulitnya tipis sehingga setiap pembuluh darah kecil di perifer mudah robek dan sejumlah kecil darah akan merembes dan menimbulkan bintik-bintik merah di kulit (peteki).4. Langkah-langkah diagnosis: 1. Anamnesis Anamnesis terpimpin dari kedua gejala/keluhan pasien Riwayat penyakit terdahulu Riwayat penyakit keluarga Riwayat psikososial: kebiasaan makan suplai nutrisi dan vitamin, keadaan lingkungan Riwayat pengobatan2. Pemeriksaan Fisik Inspeksi:Tanda-tanda perdarahan: peteki, ekimosis, purpura atau perdarahan lain yang mungkin muncul. PalpasiOrganomegali Perkusi (tidak bermakna) Auskultasi (tidak bermakna)3. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium: Pemeriksaan darah rutin (complete blood count) Laju Endap Darah Apusan darah tepi PT (Protrombin time) aPTT (activated protrombin time) Indeks eritrosit: MCV (mean corpuscular volume), MCH/MCHC.

5. Diagnosis banding: A. Idiopathic Thrombositopenik Purpura (ITP)B. Perdarahan akibat defisiensi vitamin KC. Von Willebrand DiseaseD. Essential Trombositopemia

A. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)ITP adalah kelainan akibat trombositopenia yang tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik), tetapi sekarang diketahui sebagian besar kelainan ini disebabkan oleh proses imun karena itu disebutjuga sebagai autoimmune thrombocytopenic purpura. Secara klinik dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :1. ITP akutITP akut lebih sering terjadi pada anak, setelah infeksi virus akut atau vaksinasi, sebagian besar sembuh spontan, tetapi 5-10% berkembang menjadi kronik (berlangsung lebih dari 6 bulan). Diagnosis sebagian besar melalui eksklusi. Jika thrombosit lebih dari 20x109/1 dapat diberikan steroid atau immunoglobulin intravena.2. ITP kronikITP kronik terutama dijumpai pada wanita umur 15-50 tahun. Perjalanan penyakit bersifat kronik , hilang timbul berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Jarang mengalami kesembuhan spontan.PatogenesisPada ITP jumlah trombosit menurun disebabkan oleh trombosit diikat oleh antibodi, terutama igG. Antibodi terutama ditujukan terhadap gpIIb-IIIaa atau Ib. Trombosit yang diselimuti antibodi kemudian difagositir oleh makrofag dalam RES terutama lien, akibatnya akan terjadi trombositopenia. Keadaan ini menyebabkan kompensasi dalam bentuk peningkatan megakariosit dalam sumsum tulang.Gambaran KlinikGambaran klinik ITP, yaitu :1. onset pelan dengan perdarahan melalui kulit atau mukosa berupa : petechie, echymosis, easy bruising, menorrhagia, epistaksis atau perdarahan gusi.2. perdarahan SSP jarang terjadi tetapi jika terjadi bersifat fatal..3. Splenomegali dijumpai pada