16
Referat kecil NERVUS FASIALIS Disusun Oleh: INDAH PRASETYA PUTRI 0808151325 Pembimbing: dr. Amsar AT, SpS KEPANITERAAN KLINIK KBK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF 1

Referat Saraf Nervus VII

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Koas Saraf

Citation preview

Page 1: Referat Saraf Nervus VII

Referat kecil

NERVUS FASIALIS

Disusun Oleh:

INDAH PRASETYA PUTRI

0808151325

Pembimbing:dr. Amsar AT, SpS

KEPANITERAAN KLINIK KBKBAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAURUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD

PEKANBARU2013

1

Page 2: Referat Saraf Nervus VII

I. Anatomi Nervus Fasialis

Nervus fasialis terbagi menjadi dua komponen, dimana diantara komponen yang

terbesar yaitu murni motorik yang mempersarafi otot-otot ekspresi dari wajah. Itu adalah

subdivisi nervus fasialis yang sebenarnya dan disertai oleh nervus intermedius yang

membawa serabut saraf aferen viseral dan somatik, serta serabut eferen viseral.1 Inti

motorik nervus fasialis terletak di bagian tegmentum pontis.2

Gambar 1.Otot yang dipersarafi nervus fasialis1

N.fasialis mengandung empat macam serabut, yaitu: 3,4,5

1. Serabut somato-motorik, dimana serabut ini mempersarafi otot-otot wajah

(kecuali m.levator palpebrae (N.III)), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian

posterior dan stapedius di telinga tengah.

2. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivarius

superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga

hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual dan lakrimalis.

2

Page 3: Referat Saraf Nervus VII

3. Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga

bagian depan lidah.

4. Serabut somato-sensorik mempersarafi telinga luar, bagian kanalis auditorius,

permukaan luar membran timpani (sensibilitas).

Tabel 1.Nervus fasialis dan fungsinya1

Nama Komponen Asal Fungsi

Saraf fasialis

Brankial motorik

(eferen)

Nukleus fasialis Mempersarafi otot-otot ekspresi wajah

( seperti otot frontalis, orbicularis

oculi, zygomaticus,dan lain lain).

Fungsi tambahan mempersarafi

stapedius, stylohioid.

Saraf

intermediat

Viseral motorik

(eferen)

Nukleus

salivatorius

superior

Nasal, lakrimal, kelenjar liur

(sublingual dan submandibular)

Viseral sensorik special

(aferen)

Ganglion genikuli Pengecapan 2/3 anterior lidah

Somatik

aferen(sensorik umum

aferen)

Ganglion genikuli Telinga luar, bagian kanalis auditorius,

permukaan luar membran timpani

(sensibilitas)

Nukleus motorik terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah

dekat medulla oblongata. Sewaktu masih di tegmentum pons, akson dari neuron pertama-

tama berjalan kearah sudut pontoserebelar, dimana akson ini muncul pada sambungan

pontomedular tepat didepan saraf cranial VIII. Krus dari saraf fasialis memberikan

kolikulus fasialis pada lantai ventrikel ke empat tepat diatas striae medular horizontal.

Saraf intermedius muncul diantara saraf fasialis dan akustikus, dan ketiganya berjalan ke

lateral kedalam kanalis akustikus interna. Di dalam kanalis, saraf fasialis dan intermedius

berpisah dari saraf kranial VIII dan terus kelateral dalam kanalis fasialis, kemudian

keatas ketingkat ganglion genikulatum.1,6

Disini kanalis fasialis membuat belokan tajam kearah kaudal. Karena saraf fasialis

mengikuti kanalis, maka saraf fasialis juga ikut berbelok, yang disebut sebagai krus

eksterna atau krus luar dari saraf fasialis. Pada ujung akhir kanalis, saraf fasialis

3

Page 4: Referat Saraf Nervus VII

meninggalkan cranium melalui foramen stilomastoideus. Dari titik ini, serabut motorik

menyebar diatas wajah. Dalam melakukan penyebaran itu, beberapa melubangi glandula

parotis. Otot-otot yang dipersarafi oleh nervus VII, melayani ekspresi fasial dan berasal

dari arkus brakialis kedua. Otot-otot orbikularis oris, dan okuli, businator, oksipital,

frontal, stapedius, stilohioid, digastrikus posterior, dan platisma termasuk dalam

kelompok ini.1,2,6

Gambar 2. Bagan nervus kranial VII (fasialis). Serabut motorik diwakili oleh

garis hitam tebal. Serabut parasimpatik diwakili oleh garis putus-putus yang

teratur; Serabut aferen viseral yang spesial (pengecapan) diwakili oleh garis

putus-putus yang panjang dan titik. A,B,and C menunjukkan lesi dari saraf fasialis

pada foramen stylomastoid, distal ke ganglion genikulatum,dan proksimal ke

ganglion genikulatum.6

II. Patofisiologi Nervus Fasialis

Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di

lintasan supranuklear, nuklear dan infranuklear.

4

Page 5: Referat Saraf Nervus VII

-Paralisis nuklear

Nukleus dapat menderita kerusakan akibat penyakit degeneratif (paralisis bulbar

progresif, siringobulbia), sirkulatorius, dan proses peradangan (polioensefalitis), tumor

pons atau perdarahan pontin. Karena hubungan topografi yang erat antara nukleus fasilais

dan serat saraf abdusens (VI), tidak jarang suatu penyakit tunggal menyebabkan

kerusakan kedua saraf tersebut. 1

-Paralisis supranuklear

Jaras supranukear dapat terganggu dimana saja, tetapi paling sering terganggu

pada perjalanannya melewati kapsula interna. Satu penyebab yang mungkin adalah infark

yang diakibatkan oleh obstruksi arteri karotis interna, atau yang lebih sering arteri serebri

media, oleh perdarahan masif dari angioma atau perubahan vaskular lainnya, seperti

penyakit hipertensi vaskular atau oleh tumor. Kelumpuhan fasial supranuklear saja dapat

terjadi akibat lesi kortikal kecil pada bagian girus presentralis yang mewakili wajah.

Kelumpuhan seperti, dapat disertai oleh serangan Jacksonian pada otot-otot wajah. Tanpa

menghiraukan kelumpuhan supranuklear, otot-otot wajah tetap melakukan gerakan

involunter dalam bentuk tic klonik atau spasme wajah tonik, karena saraf fasialis tetap

berhubungan dengan sistem ekstrapiramidalis. 1

-Paralisis Perifer

N.fasialis yang terjepit dalam foramen stilomastoideum akan menimbulkan

kelumpuhan fasialis LMN, dinamakan Bell’s palsy. Bell’s palsy adalah paralisis saraf

ketujuh perifer tanpa adanya alasan yang jelas.Bagian atas dan bawah dari otot wajah

seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan. Fisura palpebra tidak dapat ditutup dan

pada usaha memejamkan mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut

tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan.

Karena lagoftalmus, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun

disitu. Gejala-gejala pengiring seperti ageusia dan hiperakusis tidak ada karena bagian

n.fasialis yang terjepit di foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi serabut

korda timpani dan serabut yang mensarafi m.stapedius. Diagnosa banding dari akut fasial

5

Page 6: Referat Saraf Nervus VII

palsy tidak semuanya idiopatik : 10% karena herpes zoster otikus, 4% otitis media dan

2% oleh karena tumor (tumor kelenjar parotis, neurinoma dan lainnya). 1,2,,3

Setelah kelumpuhan fasial perifer, regeneratif saraf yang rusak, terutama serat

otonom dapat sebagian atau dalam arah yang salah. Serat yang terlindung mungkin

memberikan akson baru yang tumbuh ke dalam bagian saraf yang rusak. Persarafan baru

yang abnormal ini, dapat menyebabkan kontraktur atau sinkinesis (gerakan yang

berhubungan) dalam otot-otot mimik wajah. Sindrom air mata buaya (crocodile tears)

dimana lakrimasi terjadi ketika pasien sedang makan. Diperkirakan bahwa serat

sekretoris untuk kelenjar air liur tumbuh ke dalam selubung Schwann dari serat yang

cedera yang berdegenerasi, dan pada asalnya serat tersebut bertanggung jawab untuk

glandula lakrimalis. 1

Penyembuhan sempurna tanpa pengobatan terjadi pada 60-80% pasien.

Pemberian steroid (prednison 1 mg/kgBB/hari selama 5 hari). Bila terapi ini diberikan

dalam 10 hari setelah onset, penyembuhan sempurna bisa diatas 90%.1

III. Pemeriksaan Fisik Neurologis

1. Fungsi Motorik

Pada saat diam perhatikan : 7

Asimetris muka (lipatan nasolabial)

Bila asimetris muka jelas, maka hal ini disebabkan oleh kelumpuhan jenis perifer.

Dalam hal ini, kerutan dahi menghilang, mata kurang dipejamkan, plika nasolabialis

mendatar dan sudut mulut menjadi lebih rendah. Pada kelumpuhan jenis sentral

(supranuklear) muka didapatkan simetris waktu istirahat, kelumpuhan baru nyata bila

penderita disuruh melakukan gerakan misalnya ; menyeringai atau meringis.

Gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus,

tremor dll)8

Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)

Atas perintah: 7

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri

6

Page 7: Referat Saraf Nervus VII

2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetris), kemudian pemeriksa mencoba

membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri)

3. Memperlihatkan gigi (asimetris)

4. Bersiul dan mencucur (asimetris/deviasi ujung bibir)

Pada penderita tak sadar dapat dilakukan dengan menekan sudut rahang untuk

melihat apakah terjadi menyeringai atau tidak

5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing)

6. Menarik sudut mulut kebawah (bandingkan konsistensi otot plastima kanan dan kiri).

Pada kelemahan yang ringan, kadang-kadang tes ini bisa untuk mendeteksi

kelemahan saraf fasialis pada stadium dini

-Gejala Chvostek

Gejala Chvostek dibangkitkan dengan jalan mengetok N. VII. Ketokan dilakukan

dibagian depan telinga. Bila positif, ketokan ini menyebabkan kontraksi otot yang

disarafinya. Pada tetani didapatkan gelaja Chvostek positif, tetapi ia dapat juga positif

pada orang normal. Dasar gejala Chvostek ialah bertambah pekanya nervus fasialis

terhadap rangsang mekanik.9

2. Fungsi pengecapan

Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda timpani, dapat menyebabkan

ageusi (hilangnya pengecapan) pada 2/3 lidah bagian depan. Untuk memeriksanya

penderita disuruh menjulurkan lidah, kemudian kita taruh pada lidahnya bubuk gula,

kina, asam sitrat atau garam (hal ini dilakukan secra bergiliran dan diselingi istirahat).

Bila bubuk ditaruh, penderita tidak boleh menarik lidahnya kedalam mulut, sebab bila

lidah ditarik kedalam mulut, bubuk akan tersebar melalui ludah ke bagian lainya, yaitu

kesisi lidah lainnya atau kebagian belakang lidah yang persarafannya diurus oleh saraf

lain. Penderita disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat, misalnya

1 untuk rasa manis, 2 untuk rasa pahit, 3 untuk rasa asin dan 4 untuk rasa asam. 9

3. Produksi Kelenjar ludah

7

Page 8: Referat Saraf Nervus VII

Dengan anamnesis (mengunyah makanan di rongga mulut yang sehat) atau

palpasi dengan jari (selaput lendir rongga mulut yang terlibat gangguan akan terasa lebih

kering/ sedikit dari pada yang sehat). 7

4. Lainnya

-Stapedial refleks

Pemeriksa menempatkan ujung kedua stetoskop masing-masing pada telinga

kanan dan kiri, kemudian dengan perlahan-lahan diafragma stetoskop diketuk dengan

ujung jari. Bila ada kelumpuhan otot stapedius, maka penderita akan berusaha dengan

cepat untuk melepaskan ujung stetoskop pada telinga yang terganggu (karena mendengar

suara yang keras sekali). 9

-Tanda glabella

Ketukkan dengan refleks hammer pada glabella akan menimbulkan refleks

menutup mata (berkedip) secara terus menerus (orang normal hanya berkedip 1-2 kali

saja). Positif pada penderita Parkinson.7

I. Klinis patologis lesi nervus fasialis

Gangguan kontralateral dari traktus kortikonuklearis seperti infark mengakibatkan

otot dahi tetap utuh yang disebut dengan paralisis sentral. Tetapi jika lesi terjadi di

nukleus nervus fasialis maka semua otot fasial ipsilateral lesi akan mengalami paralisis

perifer.1

Berikut ini perbedaan lesi nervus fasialis perifer dan sentral, yaitu:

Gambar 3. Perbedaan lesi perifer dan sentral nervus fasialis1

8

Page 9: Referat Saraf Nervus VII

Gambar 4. Perbedaan terjadinya lesi perifer dan sentral nervus fasialis10

Lesi pada nukleus fasialis biasanya terjadi karena stroke atau tumor. Serabut di

serebelopontin dapat rusak akibat meningitis basalis, neuroma akustik, meningioma,

kelainan A.basilaris.7

Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan gerakan

ekspresi emosional otot wajah. Selain itu juga berhubungan dengan ganglia basalis. Jika

bagian dari sistem piramidal ini yang terkena lesi maka akan terjadi penurunan ekspresi

wajah (hipomimia atau amimia) seperti pada penyakit Parkinson, atau reaksi hiperkinetik

yang menyebabkan spasme mimetik fasial atau blefarospasme. Hubungan dengan

talamus dan ganglia basalis tersebut tidak diketahui secara terperinci.1

Bells palsi merupakan lesi idiopatik pada nervus fasialis yang terjadi pada 25 dari

100.000 orang per tahunnya. Karakteristiknya berupa paresis flasid dari semua otot wajah

(termasuk otot dahi), tergantung lokasi lesinya. 1

9

Page 10: Referat Saraf Nervus VII

Gambar 5. Bells palsi tidak dapat menutup mata pada sisi yang sakit10

Beberapa kasus penyembuhan sempurna tanpa defisit neurologis. Beberapa di

antaranya mengalami kontraktur pada wajah atau gerakan abnormal asesorius

(sinkinesia). Sinkinesia adalah otot otot tidak dapat digerakkan satu persatu, selalu timbul

gerakan bersama, misalnya jika disuruh menutup mata maka sudut mulut pun terangkat,

jika disuruh menggembungkan pipi mata ikut merapat. Fenomena crocodile tears

merupakan fenomena unik yang terjadi di mana terjadinya lakrimasi involunter ketika

pasien makan. Hal ini dapat terjadi karena serat saraf yang tadinya menuju ke glandula

salivatorius mengalami degenerasi dan mengakibatkan berubahnya haluannya menuju ke

glandula lakrimal, sehingga impuls yang menginduksi saliva mengakibatkan terjadinya

lakrimasi. Kontraktur pada wajah dapat dilihat dengan plika nasolabial yang lebih jelas

pada sisi yang sakit akibat tertariknya otot.1,6

10

Page 11: Referat Saraf Nervus VII

DAFTAR PUSTAKA

1. Baehr, Frotscher. Duus Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Fisiology,

Sign, Simptom. Edisi 4. New York: Mc-Graw Hill companies. 2005;167-175.

2. Mardjono, Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2000; 159-

163.

3. Chusid JG, deGroot J. Correlative Anatomy. 20th ed. Connecticut:

Appleton&Lange, 1988; 151-55, 410.

4. Wilson-Pauwels L, Akesson EJ, Stewart PA, Spacey SD. Cranial Nerves in

Health and Disease. 2th ed. London: BC Dekker, 2002; 117, 135-8.

5. Soepardi, iskandar. Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 5. Jakarta: FK

UI. 2001;85-87.

6. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 8 thed. New

York: Mc Graw-Hill, 2005; 1180-1184.

7. Juwono. Pemeriksaan Klinik neurologik Dalam Praktek. Jakarta: FK UI. 1996;

34-36.

8. Mardjono, Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2000; 159-

163.

9. Netter FH, Craig JA, Perkins J, Hansen JT, Koeppen BM. Atlas of Neuroanatomy

and Neurophysiology. USA: ICON; 2002.

10. Hitcounter [homepage on the Internet]. Amber Munir; c2012 [ cited 2013 Des 3].

Amber; Available from: http://cranialnerves-pathways.blogspot.com/

11