33
BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui jenis media isolasi kuman 2. Mengetahui cara isolasi kuman pada media SSA 3. Mengidentifikasi koloni bakteri yang terisolasi pada media SSA (dengan sampel cilok) B. Manfaat Praktikum 1. Dapat mengetahui jenis media isolasi kuman 2. Dapat mengaplikasikan cara isolasi kuman pada media SSA 3. Dapat membaca dan mengidentifikasi bakteri yang terisolasi pada media SSA (dengan sampel cilok) 1

Pendahuluan - Penutup Pemeriksaan Isolasi Kuman

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan praktikum isolasi kuman

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum1. Mengetahui jenis media isolasi kuman

2. Mengetahui cara isolasi kuman pada media SSA3. Mengidentifikasi koloni bakteri yang terisolasi pada media SSA (dengan sampel cilok)B. Manfaat Praktikum1. Dapat mengetahui jenis media isolasi kuman

2. Dapat mengaplikasikan cara isolasi kuman pada media SSA3. Dapat membaca dan mengidentifikasi bakteri yang terisolasi pada media SSA (dengan sampel cilok)BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Isolasi Kuman1. Pengertian

Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultur, morfologis, fisiologis, maupun serologis memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroba saja. 1Isolasi adalah suatu cara untuk memisahkan satu mikrobia dari mikrobia lainnya yangbertujuan untuk mendapatkan spesies tunggal dengan sifat-sifat yang diinginkan. Untukmengetahui jenis mikroorganisme yang hidup dalam bahan pangan dapat dilakukan isolasi mikrobia, dengan cara menggoreskan suspensi campuran sel pada suatu mediapadat di dalam cawan petri kemudian menginkubasikannya, sehingga setiap sel akan tumbuh membentuk koloni dan memudahkan untuk memisahkannya. 2. Teknik

Di dalam mengisolasi mikroorganisme digunakan berbagai cara, antara lain dengan cara goresan (streak plate), cara taburan / tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta micromanipulator (the micromanipulator method). Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa sehinga individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya.

a. Teknik Streak Plate (Goresan)Teknik streak plate ( lempeng gores ) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menstreak (menggores) permukaan agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik ini mikroorganisme yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan inokulum bekas dari streak jarum ose. Cara ini dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi 3-4 bagian.2Ose steril yang telah disiapkan dilekatkan pada sumber isolat, kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal di satu sisi cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah kering ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan kedua. Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores. Pada metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan berhimpitan, sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh terpisah dengan koloni lain. Seluruh tahap hendaknya dilakukan secara aseptik agar tak terjadi kontaminasi.2

Gambar 1. Pola Teknik Streak PlateSumber : google.comTeknik ini digunakan jika ingin mendapatkan kultur murni suatu mikrobia yang digunakan adalah metode streak plate, karena hasil akhir metode ini adalah berupa kumpulan sel-sel yang semakin jarang pada ujung streak sehingga dapat diambil bakteri pada jumlah seluler (satu sel). Selain itu bakteri yang didapat seharusnya merupakan bakteri yang memang ingin dibiakkan di kultur tersebut dengan kata lain bukan bakteri kontaminan, sebab yang diambil/dicuplik adalah koloni bakteri yang berada di atas streak yang dibuat dan bukan di luar streak. Kelebihan metode ini adalah dapat segera diketahui adanya kontaminasi. Sedangkan kekurangannya metode ini sulit dilakukan dan hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri aerob saja.3b. Teknik Pour Plate (Tuang)Teknik pour plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa digunakan pada uji TPC (Total Plate Count). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar. 2Gambar 2. Teknik Pour PlateSumber : google.comMetode ini dilakukan dengan menginokulasikan sejumlah bakteri ke dasar cawan baru kemudian medium agar cair dimasukkan dan dibiarkan memadat. Metode ini cocok digunakan apabila kita ingin menguji apakah suatu koloni bakteri merupakan bakteri yang aerobik, anaerob fakultatif, ataukah anaerob obligat. Pengujian ini dapat terjadi karena hasil akhir metode pour plate adalah berupa pertumbuhan bakteri pada dasar medium, tengah medium, dan pada permukaan medium. Bakteri yang terdapat pada dasar medium mungkin adalah bakteri anaerob obligat, sedangkan bakteri yang tumbuh pada bagian tengah medium adalah bakteri anaerob fakultatif, dan bakteri yang tumbuh pada permukaan adalah bakteri aerob walaupun perlu pengkajian lebih lanjut mengenai hal ini. Kekurangan metode ini adalah sulit menentukan kontaminan dan kerapatan mikrobia karena jarak antar koloni terlalu rapat.4c. Teknik Spread Plate (Menyebar)Teknik spread plate (lempeng sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau mengapuskannya di atas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan pour plate adalah, pencampuranstok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada seluruh permukaan media agar.2Metode ini dilakukan dengan menginokulasikan sejumlah bakteri pada medium dan diratakan pada bagian permukaan medium dengan menggunakan drygalski. Metode ini cocok digunakan apabila ingin mengetahui bentuk koloni alami dari suatu bakteri. Kelebihan teknik ini adalah mudah dilakukan dan mudah menghitung kerapatan mikrobia.Pemilihan teknik ini didasarkan pada tujuan penelitian / percobaan. Kekurangannya sulit mengetahui kontaminasi, untuk mengetahuinya perlu perlakuan control.5d. Dilution Methode (Pengenceran)Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Teknik dilusi sangat penting di dalam analisa mikrobiologi. Karena hampir semua metode perhitungan jumlah sel mikroba mempergunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count). 2Metode pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan suatususpensi berupa cairan spesies kemudian diencerkan dalam tabung tersendiri. Dari pengenceran tersebut kemudian diambil 1 ml umtuk diencerkan lagi. Jika perlu, dari pengenceran yang kedua diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut hingga pengenceran yang diinginkan. Dari akhir pengenceran diambil kembali 1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat sehingga kemungkinan besar akan didapatkan beberapa koloni yang tumbuh pada medium tersebut. Dilakukannya pengenceran bertujuan untuk memperoleh biakan atau koloni murni dari suatu medium. 2e. Micromanipulator MethodeSelain metode yang disebutkan diatas, terdapat metode lainnya yaitu metode micromanipulator, dimana kita memerlukan kesabaran dalam pengerjaannya, selain itu harganya sangat mahal, tetapi dengan menggunakan alat micromanipulator ini kita dapat mengambil satu bakteri dari sekian banyak bakteri dengan tidak ikut sertanya bakteri lain. 2B. Media Pertumbuhan1. Pengertian

Untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba diperlukan substrat yang disebut media. Sedangkan media itu sendiri sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan.6Media merupakan bahan nutrisi yang disiapkan unutk pertumbuhan mikroba. Agar-agar merupakan kompleks merupakan kompleks polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan. Keunggulan agar yaitu mencair pada suhuy yang sama dengan air, namun tetap dalam keadaan cair sampain suhu 400 C.7Susunan bahan baik yang berbentuk alami (seperti toge, kentang, daging, telur wortel dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia baik organik maupun anorganik) yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba dinamakan media. 6Media merupakan suatu kumpulan zat-zat organik dan anorganik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba dengan syarat-syarat tertentu. Organisme hidup memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya. Subtansi kimia organik dan inorganik diperoleh dari lingkungan dalam berbagai macam bentuk. Nutrien diambil dari lingkungan kemudian ditransformasikan melalui membran plasma menuju sel. Di sel beberapa nutrisi diolah menghasilkan energi yang digunakan dalam proses seluler.Bakteri dalam medium juga memerlukan makanan untuk pertumbuhannya. Bakteri yang tidak punya akar harus berada pada permukaan larutan makanan yang cair. Pertumbuhan bakteri berarti meningkatnya jumlah sel yang konstituen (yang menyusun). Apabila disusun 10 bakteri dalam 1 ml medium yang cocok dan 24 jam kemudian ditemukan 10 juta bakteri tiap milimeternya, maka terjadilah pertumbuhan bakteri. Meningkatnya jumlah bakteri terjadi dengan proses yang disebut dengan pembelahan biner, dimana setiap bakteri membentuk dinding sel baru. 82. Bentuk Media

Ditentukan oleh ada atau tidaknya penambahan zat pemadat seperti agar-agar, gelatin dan sebagainya, dikenal tiga bentuk media :a. Media Padat

Kalau ke dalam media ditambahkan antara 10-15 gr tepung agar-agar per 1.000 ml media. Jumlah tepung agar-agar yang ditambahkan tergantung kepada jenis atau kelompok mikroba yang dipelihara. Ada yang memerlukan kadar air tinggi sehingga kadar tepung agar-agar harus rendah tetapi ada pula yang memerlukan kandungan air rendah sehingga penambahan tepung agar-agar harus sedikit.Media padat biasanya dipergunakan untuk bakteri, ragi, jamur dan kadang-kadang mikroalge.b. Media Cair

Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat, umumnya digunakan untuk pembiakan mikroalge tetapi juga mikroba lain terutama bakteri dan jamur. Contohnya seperti Nutrient Broth (NB), Lactose Broth (LB) dan kaldu.

c. Media Semi Padat atau Semi Cair

Kalau penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari yang seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif.Media ini dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media. 93. Susunan Media

Sesuai dengan fungsi fisiologis dan masing-masing komponen yang terdapat dalam media, maka susunan media mempunyai kesamaan isi, yaitu:

a. Kandungan air

b. Kandungan nitrogen baik bersal dari protein, asm amin dan senyawa lain yang mengandung nitrogen.

c. Kandungan sumbr energi/unsur C baik yang berasal dari karbohidrat, lemak, protein senywa-senyawa lain.

d. Ion-ion baik sebagai unsur makro dan unsur mikro.

e. Faktor pertumbuhan, umumnya vitamin dan asam amino.

Berdasarkan pada persyaratan tersebut media dapat berbentuk :

a. Media Alami

Media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, tepung, daging, telor, ikan, umbi-umbian lainnya dan sebagainya. Pada saat sekarang media alami yang banyak digunakan adalah dalam bentuk kultur jaringan tanaman atau hewan. Contoh lainnya adalah Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

b. Media Sintetik

Media yang disusun oleh senyawa kimia seperti media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri Clostridium .Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.c. Media Semi Sintetik

Media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami dan bahan-bahan sintetis, misalnya :

1) Kaldu Nutrisi

Untuk pertumbuhan bakteri

Pepton10,0 g

Ekstrak daging10,0 g

NaCl5,0 mgAkuades1000 ml2) Taoge Agar

Untuk pertumbuhan jamur / fungi

Toge

100 g

Sukrosa60,0 g

Akuades1000 ml

Agar-agar15,0 g3) Wortel agar

Untuk pertumbuhan ragi dan beberapa jenis jamur

Wortel

1.000 g

CaSO

2,0 g

Agar-agar4,0 g

Akuades200 ml

Contoh lainnya dari media semi sintetik adalah PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.94. Sifat Media

Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain, misalnya untuk isolasi, seleksi, evaluasi dan diferensiasi biakan yang didapatkan. Artinya penggunaan beberapa jeis zat tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhn dan perkembangbiakan mikroba, banyak dilakukan dan dipergunakan. Sehingga tiap-tiap media mempuyai sifat (spesifikasi) tersendiri sesuai dengan maksudnya.

Berdasarkan kepada sifat-sifatnya media dibedakan menjadi :

a. Media Umum

Media tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan satu atau lebih kelompok mikroba secara umum, seperti agar kaldu, nutrisi untuk bakteria, agar kentang dekstrosa untuk jamur dan sebagainya.

b. Media Pengaya

Media tersebut dipergunakan dengan maksud memberikan kesempatan terhadap suatu jenis atau kelompok mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dan jenis atau kelompok lainnya yang sama-sama berada dalam satu bahan. Misalnya untuk memisahkan bakteri penyebab penyakit tifus (Salmonella typhi) dari bahan tinja (kotoran manusia).Tanpa media pengaya terlebih dahulu mungkin yang akan tumbuh dan berkembang adalah semua jenis atau kelompok yang ada di dalam bahan, karena dalam tinja bukan hanya puluhan tapi mungkin ratusan jenis kelompok mikrob yang akan didapatkan. Dengan media pengaya seperti kaldu selenit ataupun kaldu tetrationat maka kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba lain akan terlambat atau terhenti untuk waktu-waktu tertentu, tetapi tidak untuk Salmonella sp. Misalnya dalam waktu 8-22 jam, maka kemungkinan besar mikroba lain akan terhambat dan Salmonella sp. akan tumbuh, sehingga kalau kemudian dibiakan ke dalam media selanjutnya. Jenis tersebut besar kemungkinan akan didapatkan.

c. Media Selektif

Media yang dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba tertentu tetapi dalam mnghambat dan mematikan untuk jens-jenis lainnya ini misalnya media SS (Salmonella Shigella) agar untuk bakteri Salmonella dan Shigella atau media WB (Wismuth and Blaire) agar untuk kelompok yang sama.

d. Media Diferensiasi

Media yang dipergunakan untuk penumbuhan mikroba tertentu serta penentuan sifat-sifatnya seperti media agar darah yang dipergunakan untuk penumbuhan hemolitik, sehingga bakteri non hemolitik tidak dapat tumbuh atau akan terhambat.

e. Media Penguji

Media yang dipergunakan untuk pengujian senyawa atau benda tertentu dengan bantuan mikroba. Misalnya media penguji vitamin, asam amino, antibiotika, residu pestisida, residu detergen dan sebagainya. Media ini disamping tersusun oleh senyawa dasar untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, juga ditambahkan sejumlah senyawa tertentu yang akan diuji.

f. Media Enumerasi

Media yang dipergunakan untuk menghitung jumlah mikroba pada suatu bahan. Media ini dapat berbentuk media umum, media selektif ataupun media diferensial dan media penguji.Semua senyawa di dalam media dan indicator ditambahkan ke dalamnya, mempuyai fungsi tertentu sesuai dengan sifat pertumbuhan mikroba. Kehadiran senyawa atau indicator tersebut tidak asal saja tetapi sudah diketahui dan diatur jumlahnya sehingga sesuai untuk tempat pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba. Ini akan selalu didapatkan untuk media-media diferensial, media selektif ataupun media penguji.10C. SSA (Salmonella Shigella Agar)

Salmonella Shigella Agar (SSA) merupakan media agar diferensial yang digunakan untuk mengisolasi Enterobacteriaceaepatogen.

Enterobacteriaceae tersebut, khususnya Salmonella sp dan Shigella sp. dari makanan, alat-alat kesehatan lain, dan bahan percobaan klinik. Aksi penghambatan pada bakteri koliform dan gram-positif dilakukan oleh campuran garam bile dan brilliant green pada medium. Sodium sitrat menghambat bakteri gram-positif. Neutral red merupakan pH indikator bagi bakteri yang memfermentasi laktosa akan menghasilkan koloni berwarna merah jambu. BeberapaSalmonellasp. and Proteussp. menghasilkan bulatan hitam (presipitat ferri sulfat) di tengah koloni sebagai hasil produksi gas H2S.

Komposisinya adalah sebagai berikut :1. Lab-Lemco powder 5,0 gr

Sebagai sumber vitamin B.2. Peptone 5,0 gr

Sebagai sumber nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba.3. Laktose 10,0 gr

Sebagai sumber energy dan sebagai bahan karbohidrat.4. Bile Salt 8,5 gr

Sebagai penghambat tumbuhnya bakteri gram positif.5. Sodium Citrate 10,0 gr

Sebagai sumber nutrisi lain bagi mikroorganisme.6. Sodium thiosulphate 8,5 gr

Sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme.7. Ferric citrate 1,0 gr

Sebagai bahan buffer dan aseptor electron.8. Briliant green 0,00033 gr

Sebagai inhibitor atau penghambat tumbuhnya mikroorganisme lain.9. Neutral red 0,025 gr

Sebagai indicator untuk mengetahui terbentuk tidaknya asam karena pemecahan karbohidrat.10. Bacto Agar 13,5 grSebagai bahan pemadat media.

D. Escherichia coliEscherichia coli (E.coli) adalah bakteri dalam kelompok Enterobacteriaceae yang bersifat gram negatif, anaerobik fakultatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, fermentatif dan biasanya bergerak dengan flagela peritrika. Koloni pada agar nutrien berbentuk bundar agak sedikit cembung tanpa pigmen, halus dengan pinggiran nyata. Bakteri E.coli mampu memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas. Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 37 42o C. Koloni bakteri ini dapat bertahan dalam beberapa minggu dalam penyimpanan kultur pada suhu kamar dan dapat hidup beberapa bulan dalam tanah dan air. Beberapa keturunan akan mati dalam waktu 15 20 menit pada suhu 60o C tetapi beberapa dari padanya mampu bertahan terhadap pasteurisasi. E.coli merupakan organisme yang biasanya hidup dalam saluran usus manusia dan pada hewan tingkat tinggi lainnya merupakan prokariyotis yang paling banyak dipelajari. E. coli tidak mempunyai membran yang mengelilingi materi genetic didalamnya. Dinding luar selnya dilapisi oleh selongsong atau kapsul yang terbentuk dari senyawa berlendir. Membran sel terdiri dari molekul lipid yang membentuk dua lapisan tipis dengan berbagai protein yang membentuk lapisan tersebut. Membran ini bersifat selektif permeable dan mengandung protein yang dapat melangsungkan pengangkutan nutrient tertentu ke dalam sel dan hasil buangan ke luar sel.11

Gambar 3 . E.coliSumber : google.comE. Enterobacter sp.Enterobacter sp. merupakan patogen nosokomial yang menjadi penyebab berbagai macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, osteomyelitis, dan infeksi mata.Enterobacter sakazakii merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif, berbentuk koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Sampai tahun 1980 E. sakazakii dikenal dengan nama Enterobacter cloacae berpigmen kuning.

Pada tahun 1980, bakteri ini dikukuhkan dalam genus Enterobacter sebagai suatu spesies baru yang diberi nama Enterobacter sakazakii untuk menghargai seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Reklasifikasi ini dilakukan berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae.Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran pencernaan hewan dan manusia, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus dan lalat merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan (pabrik susu, coklat, kentang, sereal, dan pasta), lingkungan berair, sedimen tanah yang lembab. Dalam beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi E. sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk.

Gambar 4. Enterobacter sakazaki

Sumber : google.com

F. Makanan Terkontaminasi

Produksi dan peredaran makanan di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/MenKes/XII/1976 Bab II Pasal 2 peraturan ini menyebutkan bahwa makanan yang diproduksi dan diedarkan di wilayah Indonesia harus memenuhi syarat-syarat keselamatan, kesehatan, standar mutu, atau persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri untuk tiap jenis makanan. Upaya pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makakan dan proses pengolahannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan, antara lain adalah higienis perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih. Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan mimunan dapat menyebabkan berubahnya makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borne diseases). Departemen Kesehatan mengelompokkan penyakit bawaan makanan menjadi lima kelompok yaitu yang disebabkan oleh virus, bakteri, amoeba/ protozoa, parasit dan penyebab bukan kuman.

Salah satu kontaminan yang paling sering dijumpai pada makanan adalah bakteri Coliform, Escherichia coli dan Faecal coliform. Bakteri ini berasal dari tinja manusia dan hewan, tertular ke dalam makanan karena perilaku penjamah yang tidak higienis, pencucian peralatan yang tidak bersih, kesehatan para pengolah dan penjamah makanan serta penggunaan air pencuci yang mengandung Coliform, E. coli dan Faecal coliform.12G. Cilok

Pentol cilok merupakan sejenis makanan jajanan yang terbuat dari kanji (pati singkong) dengan atau tanpa ditambahkan daging cincang yang dibentuk bulat dan direbus hingga matang, memiliki rasa gurih dan kenyal serta disajikan dengan saus.Cilok (singkatan dari Aci dicolok) adalah sebuah makanan rakyat khas Jawa Barat yang berasal dari Indonesia yang terbuat dati tepung Kanji (aci dalam bahasa sunda) yang kenyal dengan di tambahkan bumbu pelengkap seperti Saus Kacang, Kecap,dan Saus. Cilok bentuknya bulat-bulat seperti bakso, hanya saja berbeda bahan dasarnya. Terdapat telur atau cincang daging di dalamnya, karena terbuat dari bahan dasar tepung kanji maka cilok jika dimakan rasanya kenyal. Tak hanya disukai oleh anak-anak, pada zaman modern ini ternyata hapir semua orang menyukai cilok, seperti para mahasiswa dan orang tua.

BAB IIIMETODE PRAKTIKUMA. Alat dan Bahan

Alat :

1. Kertas gambar, berfungsi sebagai media untuk menggambar preparat yang telah dididentifikasi.

2. Pensil warna, berfungsi untuk memberikan warna pada gambar preparat yang telah diidentifikasi.

3. Lampu spiritus (Bunsen), berfungsi untuk mensterilkan saat sampel makanan digoreskan ke media SSA4. Osse steril untuk menggoreskan material sampel ke media SSA

5. Petry Dish (Cawan Petri) untuk tempat media SSA dan tempat isolasi kuman

6. Laminary Air Flow, berfungsi sebagai meja kerja steril untuk melakukan kegiatan inokulasi / penanaman7. Inkubator, berfungsi sebagai alat untuk memeram mikroba pada suhu yang terkontrol serta dilengkapi pengatur suhu dan waktuBahan :

1. Korek api, berfungsi untuk menyalakan lampu spiritus atau Bunsen2. Media SSA sebagai tempat isolasi kuman dari material sampel yang digoreskan

3. Kertas label untuk member tanda goresan I, II, III dan IV

4. Sampel makanan berupa cilok

B. Skema Kerja Berisikan Alur Kerja Praktikum

Gambar 5. Skema Kerja Praktikum

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel hasil Pengamatan 1

No.IdentifikasiGambar 6

1. Material

: CilokBentuk koloni: Bulat, tunggal, bercampurWarna koloni: Pink (Enterobacter sp.)

Pink tua / merah (E. coli)Media : SSA Warna Media : Orange kemerahanKuman : E. coli dan Enterobacter sp.

E. coli dan Enterobacter sp.

B. PEMBAHASANBerdasarkan praktikum isolasi kuman dari material cilok pada media SSA dapat diidentifikasi beberapa jenis koloni kuman atau bakteri, yaitu :

1. E. coli ( bentuk koloni, bulat tunggaal, warna pink tua sampai merah. Warna tersebut disebabkan oleh kemampuan E.coli dalam memfermentasi laktosa yang merupakan bahan utama media SSA sedangkan untuk bakteri yang tidak dapat memfermentasi laktosa seperti Salmonella sp dan Shigella sp. koloninya akan tidak memiliki warna.

2. Enterobacter sp. ( bentuk koloni bulat tunggal, warna pink muda agak krem. Warna tersebut disebabkan karena dapat memfermentasi laktosa yang merupakan bahan utama media SSA sedangkan untuk bakteri yang tidak dapat memfermentasi laktosa seperti Salmonella sp dan Shigella sp. koloninya akan tidak memiliki warna.

Baik E. coli dan Enterobacter sp merupakan bakteri koliform sehingga dalam media SSA pertumbuhannya terhambat sehingga koloni yang terbentuk yang kecil.13Dari hasil isolasi, dapat diketahui bahwa pada cilok yang dijadikan sampel terdapat E. coli dan Enterobacter sp. yang termasuk dalam bakteri koliform. Kontaminasi bakteri tersebut dapat terjadi melalui beberapa kemungkinan yang erat hubungannya dengan personal higien dan higienitas bahan baku yang digunakan. Selain itu kemungkinan lain kontaminasi bahan makanan ini dapat berasal dari lingkungan sekitar (udara dan air) juga dapat berasal dari penjamah sendiri (misalnya penjamah makanan memiliki kuku panjang dan kotor). Disamping itu kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum melayani pembeli dan sehabis pergi ke toilet, merupakan sumber kontaminan yang cukup berpengaruh terhadap kebersihan bahan makanan atau kebiasaan-kebiasaan yang meningkatkan risiko kontaminasi.BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Media perkembangbiakan memiliki jenis yang beragam, berdasarkan bentuknya dibagi menjadi media padat, cair, semi padat atau semi cair.2. Teknik isolasi kuman dibedakan menjadi cara goresan (streak plate), cara taburan / tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta micromanipulator (the micromanipulator method).3. Teknik isolasi yang digunakan pada praktikum ini adalah teknik goresan dengan media yang dipilih adalah SSA.4. Berdasarkan isolasi material cilok yang dilakukan dapat diamati koloni E. coli yang memiliki bentuk koloni, bulat tunggal, warna pink tua sampai merah serta koloni Enterobacter sp. yang memiliki bentuk koloni bulat tunggal, warna pink muda agak krem5. Warna koloni yang kemerahan atau pink disebabkan karena kemampuan memfermentasi laktosa yang menjadi bahan utama SSA sedangkan pada bakteri yang tidak mampu memfermentasi laktosa koloninya tidak bewarnaB. Saran

Dari praktikum pemeriksaan air yang telah dilakukan, penulis memberikan saran :

1. Dalam melakukan isolasi harus dilakukan dengan teliti.2. Dalam melakukan langkah-langkahnya harus dilakukan secara hati-hati dan berusaha agar sampel tetap steril (dipanaskan pada bunsen).3. Penggoresan pada media hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar medianya tidak rusak.4. Dalam mengamati hasil, hendaknya dilakukan secara cermat terutama untuk membedakan tiap koloninyaDAFTAR PUSTAKA1. Waluyo,lud. 2005. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang: UMM2. Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia3. Burrow, W.1959. Textbook of Microbiology. W.B. Saunders Company. Philadelphia,pp.150.4. Black, J. G. 1999. Microbiology : Principles and Exploration. Prentice Hall,New Jersey5. Pelczar, M.J dan E.C.S Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan R.S.Hadioetomo dkk. UI Press. Jakarta, hal. 686. Suriawiria, Unus. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinant

7. Suryanto, D. dan E. Munir. 2006. Bahan Ajar : Mikrobiologi. USU-Press, Medan8. Volk, W. A. dan M. F. Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.9. Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

10. Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raga Grafindo Persada11. Cahyonugroho, Okik Hendriyanto.2007.Pengaruh Intensitas Sinar UV dan Pengadukan Terhadap Reduksi Jumlah Bakteri E.coli. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.2 No.1 hal 18-23.12. Susanna,Dewi & Budi Hartono.2003.Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok, Melalui Pemeriksaan Bakteriologis. Makara, Seri Kesehatan Vol. 7 No. 1 Juni 2003. Diunduh dari http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/881afd4e6559e236721be556a933f22c0043940d.pdf13. Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia

LAMPIRAN

1. Alat dan Bahan Isolasi Kuman

2. Hasil praktikum Isolasi kuman

Mulai

Alat dan bahan disiapkan

Bahan dan alat dibawa ke meja steril (laminary air flow)

Osse dipanaskan sampai merah kemudian didinginkan

Material sampel (cilok) diambil dengan Osse dan digoreskan pada media SSA

Digoreskan pada media SSA dengan urutan goresan I, II, III dan IV (pada tiap awal goresan osse disterilkan dulu)

Cawan petri dututup dengan posisi terbalik dan diberi label pada tiap goresn

Dimasukkan ke dalam incubator dengan suhu 370C

Ditunggu selama 24 jam

Diambil dari inkubator

Selesai

Diamati dan digambar koloni yang terlihat

22