MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    1/22

    ISI

    1. Nama atau Tema Blok : Blok Sistem Respirasi / Bronkiolitis

    2. Fasilitator / Tutor : dr. Zukesti Effendi

    3. Data Pelaksanaan :

    a. Tanggal tutorial : 21 April 2008 dan 24 April 2008

    b. Pemicu ke-4

    c. Pukul : 10.00-12.30 WIB

    d. Ruangan : Ruang diskusi fisika-2

    4. Pemicu :

    Seorang bayi laki-laki, umur 6 bulan dengan BB 4,1 kg dibawa oleh

    ibunya ke RS dengan keluhan sesak napas yang sudah dialaminya sejak 2 hari

    yang lalu. Bayi demam dan sudah diberi obat, demam turun tapi tidak lama

    naik kembali. Hari ini anak terlihat semakin sesak dan ujung-ujung jari tangan

    dan kaki terlihat kebiruan. Satu minggu sebelumnya bayi terlihat batuk-batuk.

    Bayi ini lahir kurang bulan dengan berat badan lahir 2100 gr, spontan,

    ditolong oleh dokter dan langsung menangis. Muntah tidak dijumpai. Buang

    air besar dan buang air kecil biasa.

    Apa yang terjadi pada bayi ini?

    5. Info TambahanKesadaran: Compos Mentis

    Pucat (-), Ikterik (-), sianosis (+), dispone (+), oedem (-),

    Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal, subkostal dan intercostal,

    Ekspirasi memanjang, terdengarwheezing,

    Ujung-ujung jari tangan dan kaki terlihat sianosis, sbdomen distensi, hepar

    teraba 2 cm di bawah arkus kosta.

    Jantung dalam batas normal.Pemeriksaan lain dalam batas normal.

    1

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    2/22

    Laboratorium AGDA

    Hb : 15gr%

    Leukosit : 3.400

    Hematokrit : 44%

    Trombosit : 340.000

    pH : 7,315

    pO2 : 85

    pCO2 : 55

    HCO3 : 15

    BE : -8,5

    Saturasi O2 : 95%

    Radiologi (Foto Toraks) : emfisematous, bercak infiltrat minimal, diafragma

    flat, ruang interkostal melebar.

    6. Tujuan Pembelajaran

    a. Memahami morfogenesis paru-paru.

    b. Memahami konsep obstruksi jalan napas.

    c. Memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan sesak napas pada bayi

    dan bagaimana mekanismenya.

    d. Memahami mekanisme lengung refleks pada batuk.

    e. Memahami mekanisme demam..

    f. Memahami tentang apa yang dimaksud dengan bronkiolitis dan

    patofisiologinya.

    g. Memahami tentang apa yang dimaksud dengan ISPA.

    h. Memahami penatalaksanaan pada bronkiolitis serta pencegahannya.

    7. Pertanyaan yang muncul dalam curah pendapat

    a. Bagaimana perkembangan paru yang normal?

    b. Bagaimana konsep penyakit obstruktif jalan napas?

    c. Mengapa terrjadi sesak napas? Bagaimana mekanismenya? Dan apa saja

    jenis-jenis sesak napas?

    d. Bagaimana mekanisme lengkung refleks pada batuk?

    e. Bagaimana mekanisme terjadinya demam?

    f. Apa yang dimaksud dengan ISPA? Dan bagaimana patogenesis serta

    penyebarannya?

    2

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    3/22

    g. Apa yang dimaksud dengan bronkiolitis? Bagaimana cara

    mendiagnosa bronkiolitis?

    h. Bagaimana patofisiologi pada bronkiolitis sehingga dapat

    menimbulkan manifestasi klinis pada si bayi?

    i. Bagaimana interpetasi pemeriksaan laboratorium dan AGDA pada si

    bayi?

    j. Bagaimana prinsip penatalaksanaan dan pencegahan pada bronkiolitis?

    8. Jawaban atas pertanyaan

    a. MORFOGENESIS PARU

    Ketika mudigah berusi kurang lebih 4 minggu, divertikulumrespiratorium (tunas paru) nampak sebagai suatu tonjolan keluar dari

    dinding ventral usus depan. Epitel laring, trakea, bronkus serta alveoli

    berasal dari endoderm. Unsur tulang rawan dan otot berasal dari

    mesoderm. Dalam perkembangan minggu ke-4, trakea terpisah dari usus

    depan oleh septum esofgotrakealis, sehingga membagi usus depan menjadi

    tunas pernapasan di sebelah anterior dan esofagus di sebelah posterior.

    Hubungan antara keduanya tetap dipertahankan melalui laring, yang

    terbentuk dari jaringan lengkung insang ke-4 dan ke-6. tunas paru

    berkembang menjadi dua bronkus utama: bronkus kanan membentuk tiga

    bronki sekunder dan tiga lobus; bronkus kiri membentuk dua bonki

    sekunder dan dua lobus. Bronkus sekunder terus-menerus bercabang

    secara dikotomi, dengan membentuk 10 bronkus tersier (segmental) di

    paru kanan dan 8 di paru kiri, sehingga menciptakan segmen-segmen

    bronkopulmoner paru dewasa.

    3

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    4/22

    Pematangan paru-paru

    Sampai dengan bulan ke-7 prenatal, bronkioli terus-menerus

    bercabang menjadi saluran yang lebih banyak dan lebih kecil (tahap

    kanalikular) dan suplai darah terus meningkat. Pernapasan mungkin dapat

    berlangsung apabila beberapa sel bronkiolus respiratorius yang

    berbentuk kubus berubah menjadi sel gepeng yang tipis (Gambar 13.7B).

    Sel-sel tersebut berhubungan erat dengan banyak kapiler darah atau

    alveoli primitif. Selama bulan ke-7, sudah terdapat cukup terdapat cukup

    banyak kapiler untuk menjamin pertukaran gas yang cukup, dan janin

    prematur dapat bertahan hidup.

    Selama 2 bulan terakhir kehidupan prenatal dan beberapa tahun

    pascalahir, jumlah sakus terminalis terus meningkat. Selain itu, sel-sel

    yang melapisi kantong tersebut, yang di kenal sebagai sel epitel alveoli

    tipe I, mejadi lebih tipis, sehingga pembuluh kapiler di sekitarnya

    menonjol menjorok ke dalam rongga alveolus (gambar 13.9). hubungan

    yang erat antara sel epitel dan endotel ini membentuk sawar darah-

    udara. Alveoli matang yang khas belum ada sebelum lahir. Selain sel

    endotel dan sel epitel gepeng alveoli, jenis sel lainnya berkembang pada

    akhir bulan keenam. Sel ini, sel mampu menurunkan tegangan permukaan

    pada antarmuka udara-alveolus.

    Pertumbuhan paru-paru setelah lahir terutama di sebabkan oleh

    bertambahnya jumlah bronkiolus respiratorius dan alveoli, dan bukan

    karena bertambah besarnya ukuran alveoli. Alveoli baru akan terbentuk

    selama 10 tahun pertama kehidupan paska lahir.

    [sumber: 1) ]

    b. Penyakit obstruksi jalan napas disebabkan oleh suatu gangguan yang

    dapat membatasi aliran udara ekspirasi. Asma bronkial merupakan salah

    satu bentuk penyakit obstruksi jalan napas reversibel yang disebabkan

    oleh penyempitan jalan napas akibat bronkospasme, inflamasi dan

    peningkatan sekresi jalan napas. Penyakit obstruksi kronis dapat

    4

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    5/22

    disebabkan oleh beragam penyakit jalan napas, seperti bronkitis kronik,

    emfisema, bronkiektasis dan fibrosis kistik.

    Fisiologi Penyakit Jalan Napas

    Gangguan jalan napas melibatkan pergerakan udara menuju dan

    keluar paru-paru. Termasuk di dalamnya ialah tonus otot polos bronkial,

    cedera pada mukosa dan obstruksi akibat sekresi berlebihan

    Kontraksi dan relaksasi dari lapisan otot polos, yang dipersarafi

    oleh sistem saraf otonom, mengontrol diameter jalan napas dan dapat

    meyebabkan adanya resistensi terhadap jalan napas. Stimulasi

    parasimpatis, melalui nervus vagus dan reseptor kolinergik, menyebabkan

    bronkokonstriksi. Sedangkan stimulasi simpatis, melalui reseptor 2-

    adrenergik, akan meningkatkan bronkodilatasi. Dalam keadaan normal,

    perangsangan minimal pada nervus vagus mendominasi. Ketika

    dibutuhkan peningkatan aliran udara, seperti saat berolahraga,

    parangsangan nervus vagus dihambat, sehingga menyebabkan peningkatan

    efek bronkodilatasi dari sistem saraf otonom.

    Otot polos bronkial juga berespon terhadap mediator inflamasi

    seperti histamin yang langsung bekerja pada sel otot polos untuk

    menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi. Selama respon antigen-

    antibodi, mediator inflamasi dilepaskan oleh sel mast yang terdapat di

    jalan napas. Pengikatan antibodi IgE dengan reseptornya yang terdapat di

    sel mast berperan pada respon alergi ketika antigen muncul. Mediator

    inflamasi yang dilepaskan sebagai respon terhadap iritan, respon imun dan

    agen infeksius dapat meningkatkan respon jalan napas, yaitu dapat

    menyebabkan bronkospasme, meningkatkan sekresi mukus, dan

    menyebabkan cedera pada lapisan mukosa jalan napas.

    [sumber: 2) ]

    c. SESAK NAPAS (DISPNEA)

    Definisi

    Dispnea merupakan suatu sensasi subjektif berupa kesulitan

    (merasa tidak enak, tidak nyaman) di saat bernapas.

    5

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    6/22

    Pasien sering menggambarkan dispnea sebagai ketidakmampuan bernapas,

    perasaan tercekik, napas berat, kekurangan napas, kelelahan, atau dada

    terasa sesak, sehingga pemeriksa atau klinisi harus dapat menentukan

    apakah gejala yang dikeluhkan merupakan dispnea murni atau nyeri dada.

    [sumber: 7) ]

    Jenis-jenis

    Dispnea Paroksimal Nokturnal ialah dispnea yang sering terjadi pada

    malam hari terutama antara pukul 2 hingga pukul 4 dini hari. Dispnea

    jenis ini menyebabkan pasien selalu terbangun dari tidurnya dan

    mengeluh adanya perasaan kekurangan udara satu jam atau lebih

    sesudah tidur yang dapat berkurang dengan posisi duduk dalam

    beberapa menit.

    Ortopnea ialah dispnea yang terjadi saat berada dalam posisi berbaring

    atau telentang.

    Trepopnea ialah dispnea yang terjadi saat berada dalam posisi miring.

    Platipnea ialah dispnea yang terjadi saat berada dalam posisi berdiri.

    [sumber: 7) dan 5) ]

    Faktor Penyebab

    Faktor Psikis

    Faktor peningkatan kerja respiratorik, karena peningkatan

    ventilasi atau sifat fisik yang berubah.

    Otot respirasi yang abnormal, karena penyakit otot atau karena

    fungsi mekanis otot yang berkurang.

    [sumber: 5) ]

    Penyebab

    Penyakit jantung, seperti gagal jantung.

    Penyakit paru, seperti pneumotoraks, infeksi, emboli paru,

    bronkospasme, alveolitis.

    6

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    7/22

    Gangguan metabolik

    Kelainan darah

    Penyakit neuromuskular.

    Hiperventilasi idiopatik

    [sumber: 5) ]

    Patofisiologi

    Oksigenasi jaringan menurun

    Kebutuhan osigen yang meningkat

    Kerja pernapasan meningkat

    Ventilasi paru yang menurun menyebabkan otot pernapasan

    bekerja lebih keras sehingga metabolisme tubuh meningkat.

    Akibatnya, metabolit darah juga meningkat. Hal ini akan merangsang

    saraf pusat sehingga timbul rasa sesak.

    Rangsangan pada SSP (Susunan Saraf Pusat)

    Penyakit neuromuskular.

    [sumber: 5) ]

    Frekuensi Pernapasan Normal pada Anak

    Age Respiratory Rate (breaths/min)

    Premature 4070

    03 mo 3555

    36 mo 3045

    612 mo 2540

    13 yr 2030

    36 yr 2025

    612 yr 1422

    12 * yr 1218[sumber: 8) ]

    7

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    8/22

    d. BATUK

    Batuk adalah suatu mekanisme yang diperantarai oleh saraf

    motorik, yang memproteksi paru dari cedera dan infeksi melalui

    pembersihan jalan napas bronkial besar dari akumulasi sekresi dan iritan

    serta substansi-substansi yang bersifat merusak. Reseptor batuk terdapat

    pada seluruh saluran pernapasan dan tempat-tempat ekstrapulmonal, yaitu

    pleura, perikardium, kanal auditorius, sinus paranasal, lambung, dan

    diafragma. Aktivasi dari reflex tersebut terjadi melalui stimulasi reseptor

    oleh rangsangan peradangan, mekanis, kimiawi, dan termal.

    [sumber: 7) ]

    Batuk dapat terjadi secara voluntir ataupun refleks. Sebagai suatu

    refleks defensif, batuk terjadi melalui jalan aferen dan eferen. Jalan aferen

    meliputi reseptor yang ada dalam distribusi sensorik dari nervus vagus,

    trig eminalis, glosofaringeal dan laringeal superior. Jalan eferen meliputi

    nervus laringeal rekuren dan nervus spinalis.

    [sumber: 6) ]

    Batuk dimulai dengan inspirasi sejumlah besar udara (biasanya

    sekitar 2,5 L) yang dalam dan cepat, diikuti oleh penutupan glotis yang

    cepat, relaksasi diafragma dan kontraksi otot-otot ekspirasi melawan glotis

    yang tertutup. Ketika otot-otot tersebut berkontraksi, tekanan intratoraks

    meningkat hingga 100 mmHg atau lebih sehingga terjadi penyempitan

    trakea. Ketika glotis terbuka dengan cepat, perbedaan yang besar antara

    tekanan di saluran pernapasan dan tekanan atmosfer bersama dengan

    penyempitan trakea, akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui

    trakea (explosive expulsion of air). Dorongan yang kuat tersebut akan

    membantu dalam eliminasi mukus dan berbagai benda asing.

    [sumber: 3) dan 6] ]

    e. DEMAM

    Demam ialah peningkatan suhu tubuh yang melebihi variasi suhu

    harian normal dan terjadi bila terdapat peningkatanset-pointhipotalamus.

    [sumber:4)

    ]

    8

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    9/22

    Pusat regulasi panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh

    dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor meuronal perifer

    dingin dan panas. Faktor pengatur lainnya adalah suhu darah yang

    bersirkulasi dalam hipotalamus. Integrasi sinyl-sinyal ini mempertahankan

    agar suhu di dalam tubuh normal pada titik ambang 37C dan sedikit

    berkisar antara 1-1,5C. Suhu tubuh mengikuti irama sirkadian, yaitu suhu

    pada dini hari rendah dan suhu tertinggi terjadi pada pukul 16.00-18.00.

    [sumber: 11) ]

    Demam pada anak dapat digolongkan sebagai:

    Demam yang singkat dengan tanda-tanda yang mengumpul pada satu

    tempat sehingga diagnosis dapat ditegakkan melalui riwayat klinis dan

    pemeriksaan klinis, dengan atau tanpa uji laboratorium.

    Demam tanpa tada-tanda yang mengumpul pada satu tempat, sehingga

    riwayat dan pemeriksaan fisik tidak memberi kesan diagnosis tetapi uji

    laboratorium dapat menegakkan etiologi.

    Demam yang tidak diketahui sebabnya (Fever of Unknown Origin =

    FUO).

    [sumber: 11) ]

    Patogenesis

    Endotoxin, peradangan, reaksi imun dan rangsangan pirogenik lain

    dapat bekerja pada monosit, makrofag dan sel-sel Kupffer untuk

    menghasilkan berbagai macam sitokin yang bekerja sebagai pirogen

    endogen (EPs). Terdapat bukti nyata bahwa IL-1B, IL-6, -IFN, -IFN,

    dan TNF- dapat secara independen untuk membangkitkan demam.

    Sitokin-sitokin ini merupakan polipeptida, dan kecil kemungkinannya

    bahwa sitokin dalam darah menembus sawar darah otak. Terdapat bukti

    bahwa sitokin-sitokin tersebut bekerja pada OVLT, salah satu dari organ-

    organ sirkumventrikuler. Hal ini kemudian mengaktifkan daerah preoptik

    hipotalamus untuk meningkatkan titik penyetelan suhu (set point). Sitokin

    juga dihasilkan oleh sel-sel di SSP (Susunan Saraf Pusat) apabila terjadi

    rangsangan oleh infeksi, dan sitokin tersebut mungkin bekerja secara

    langsung pada pusat-pusat pengatur suhu.

    9

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    10/22

    Demam yang ditimbulkan oleh sitokin mungkin disebabkan

    oleh pelepasan prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan

    prostaglandin ke dalam hipotalamus menyebabkan demam. Efek

    antipiretik aspirin bekerja langsung pada hipotalalmus dan menghambat

    sintesa prostaglandin. PGE2 adalah salah satu prostaglandin yang

    menyebabkan demam. PGE2 bekerja pada empat subtipe reseptor

    prostaglandin, yaitu EP1, EP2, EP3, dan EP4. Penguraian reseptor EP3

    akan menggangu respons demam terhadap PGE2, IL-1, dan

    lipopolisakarida (LPS) bakterial. [sumber: 4) dan 14] ]

    f. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

    Definisi

    ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah

    yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun

    riketsia, tanpa atau di sertai radang parenkim paru.

    ISPA yang mengenai saluran napas bawah, misalnya bronkitis, bila

    menyerang kelompok umur tertentu, khususnya balita, anak-anak dan

    orang tua, akan memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek dan

    sering kali berakhir dengan kematian.

    Patogenesis

    Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar

    sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang

    efektif dan efesien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi

    maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga

    unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu:

    1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.

    2. Makrofag alveol.

    3. Antibodi setempat.

    Sudah menjadi suatu kecendurugan bahwa infeksi bakteri mudah

    terjadi pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak,

    akibat infeksi yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat mengganggu

    keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah:

    1. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara.

    10

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    11/22

    2. Sindroma imotil.

    3. Pengobatan dengan O2 konsentrasi (25% atau lebih).

    Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke

    tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan

    makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan

    mobilitas sel-sel ini.

    Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah IgA.

    Antibodi ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan

    memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang sering

    terjadi pada anak.

    Gambaran Klinik Radang yang disebabkan oleh infeksi sangat

    tergantung pada :

    - Karakteristik Inokulum , meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat

    virulensi jasad renik yang masuk.

    - Daya Tahan Tubuh

    Daya Tahan Tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel

    mukosa, gerak mukosilia, makrofag alveol dan IgA.

    - Umur

    Umurmempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak bayi

    akan memberikan gambaran klinik yang lebih jelek bila dibandingkan

    dengan orang dewasa. Gambaran kli terunik yang jelek dan tampak

    lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi

    dan anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah.

    Penyebaran infeksi

    Pada ISPA dikenal tiga cara penyebaran infeksi yaitu :

    1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk.

    2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk dan bersin-

    bersin.

    3. Melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda yang telah

    dicemari jasad renik (hand to hand transmission)

    11

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    12/22

    Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus ke

    daerah sekitar terutama melalui bahan sekresi hidung. Virus yang

    menyebabkan ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak didalam mukosa

    hidung daripada mukosa faring.

    [sumber: 13) ]

    g. BRONKIOLITIS

    Definisi

    Bonkiolitis akut merupakan penyakit saluran pernapasan bayi yang

    lazim, akibat dari obstruksi radang saluran pernapasan kecil.

    Penyakit ini terjadi selama 2 tahun pertama, dengan insidens puncak pada

    umur 3-6 bulan, dan pada banyak tempat, penyakit ini paling sering

    menyebabkan rawat-inap bayi di rumah sakit.

    Diagnosa

    Sebagian besar bayi yang terkena mempunyai riwayat terpajan

    pada anak yang lebih tua atau orang dewasa yang menderita penyakit

    pernapasan ringan pada minggu sebelum mulainya penyakit.

    Gejala dan Tanda

    Bayi mula-mula menderita infeksi ringan pada saluran pernapasan

    atas disertai dengan ingus yang serous dan bersin. Gejala-gejala ini

    biasanya berakhir beberapa hari dan dapat disertai dengan penurunan

    nafsu makan dan demam 38,5-39C, walaupun demikian suhu dapat

    berkisar dari subnormal sampai meningkat dengan jelas. Perkembangan

    pernapasan secara bertahap ditandai dengan batuk mengi paroksimal,

    dyspnea, dan iritabilitas. Menyusu-ibu atau botol dapat sangat sulit

    karena frekuensi pernapasan yang cepat tersebut tidak memberikan

    kesempatan untuk mengisap dan menelan. Pada kasus ringan, gejala-gejal

    menghilang dalam 1-3 hari. Pada penderita yang terkena lebih berat,

    gejala-gejala dapat berkembang dalam beberapa jam dan perjalanan

    12

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    13/22

    penyakit berlarut-larut. Manifestasi sistemik lainnya, seperti muntah dan

    diare, biasanya tidak ada.

    Suatu pemeriksaan mengungkapkan bahwa bayi takipnea sering

    dalam keadaan sangan distres. Pernapasan berkisar dari 60-80 x/menit;

    haus-udara berat dan sianosis dapat terjadi. Cuping hidung melebar dan

    penggunaan otot-otot pernapasan aksesori menyebabkan retraksi

    interkostal dan subkostal yang dangkal karena paru-paru terus-menerus

    terdistensi oleh udara yang terperangkap. Depresi hati dan limpa akibat

    overinflasi paru dapat mengakibatkannya teraba di tepi kosta. Krepitasi

    halus yang tersebar dapat didengar pada akhir inspirasi dan pada awal

    ekspirasi. Fase ekspirasi pernapasan diperpanjang, dan mengi biasanya

    dapat didengar. Pada sebagian besar kasus yang berat, suara pernapasan

    hampir tidak dapat didengar bila obstruksi bronkiolus hampir total.

    Pemeriksaan Roentgenografi

    Pemeriksaan foto toraks menunjukkan bahwa adanya hiperinflasi

    paru dan kenaikan diameter antero-posterior pada pandangan lateral.

    Daerah konsolidasi tersebar ditemukan pada sekitar 30% penderita dan

    disebabkan oleh atelektasis akibat obstruksi atau karena radang alveolus.

    Pneumonia bakteri awal tidak dapat dikesampingkan atas dasar radiografis

    saja.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Biasanya sel darah tepi dan hemogram sel ada dalam batas-batas

    normal. Limfopenia, yang biasanya terkait dengan banyak penyakit virus,

    biasanya tidak ditemukan.

    Biakan nasofaring menunjukkan flora bakteri yang normal.

    Virus dapat diperagakan pada sekresi nasofaring dengan deteksi

    antigen (misalnya, imunoassay enzim) atau dengan biakan.

    Perjalanan dan Prognosis

    Fase penyakit yang paling krisis terjadi selama 48-72 jam pertama

    sesudah batuk dan dispnea mulai. Selama fase ini, bayi tampak sakit,

    serangan apnea terjdi pada bayi yang sangat muda, dan asidosis

    13

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    14/22

    respiratorik mungkin terjadi. Sesudah peiode kritis, perbaikan terjadi

    dengan cepat dan dramatis. Angka fatalitas kasus di bawah 1%. Kematian

    terjadi karena serangan apnea yang lama, asidosis respiratorik berat yang

    tidak terkompensasi, atau dehidrasi berat akibat kehilangan penguapan air

    dan takipnea serta ketidakmampuan meminum cairan. Bayi yang memiliki

    keadaan-keadaan, misalnya penyakit jantung kongenital, displasia

    bronkopulmonal, penyakit imunoddefisiensi, atau kistik fibrosis

    mempunyai angka morbiditas dan mortalitan yang lebih besar.

    [sumber: 12) ]

    h. PATOFISIOLOGI

    Inferksi RSV (Respiratory Syncitial Virus) akan merangsang

    pengeluaran mediator-mediator inflamasi yang meliputi berbagai sitokin

    dan kemokin yang berperan dalam proses inflamasi, seperti IL-6, IL-8, IL-

    11, GM-CSF, RANTES (Regulated on Activation, Normal T-cell

    Expressed and Secreted), MIP (Macrophage Inflammatory Protein) 1,

    INF . Bayi-bayi yang terinfeksi RSV yang mengeluarkan suara mengi,

    memiliki kadarINF- dan Leukotrin yang tinggi pada saluran napasnya.

    IL-8 dan TNF- dapat menambah sekret hidung dan pada fase akut dat

    menimbulkan gejala sistemik seperti demam dan malaise. Dalam keadaan

    demam, berlaku proses konservasi panas yaitu vasokonstriksi. Hal ini

    yang menyebabkan si bayi nampakkebiruan (sianosis) pada ujung-ujung

    jari dan tangan. Inflamasi jalan napas dapat merangsang sel goblet untuk

    menambah produksi mukus dan menyebabkan kerusakan endotel sehingga

    terjadi aktivasi mediator kinin yang akan meningkatkan permeabilitas

    endotel. Akibatnya, terjadi transudasi protein plasma dari pembuluh darah

    ke mukosa hidung sehingga menimbulkan edema dan peningkatan

    sekkresi hidung. Hipereaktivitas dapat terjadi bila obstruksi saluran napas

    menyebabkan penurunan FEV1 lebih dari 20% yang dapat menmbulkan

    bronkokonstriksi yagn dapat menetap beberapa minggu setelah infeksi

    akut.

    Peningkatan produsi mukus dan adanya edema serta

    hipereaktivitas menyebabkan obstruksi jalan napas sehingga terjadi

    peningkatan resistensi jalan napas. Resistensi jalan napas berbanding

    terbalik dengan radius pangkat empat. Oleh karena itu, jika terjadi

    14

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    15/22

    penebalan sedikit saja pada dinding bronkiolus bayi, akan sangat

    mempengaruhi aliran udara. Pada fase inspirasi, tekanan intratoraks

    semakin negatif yang memungkinkan rongga toraks dan organ-organ di

    dalamnya akan mengembang. Jadi tidak ada kesulitan dalam mengambil

    napas. Sedangkan pada fase ekspirasi, tekanan intratoraks semakin positif

    sehingga rongga toraks mengempis dan saluran napas juga ikut tertekan.

    Bila telah ada penyempitan sebelumnya, terutama di saluran napas kecil

    seperti bronkiolus, ekspirasi akan semkin sulit sehingga pada auskultasi

    terdengar ekspirasi yang memanjang. Dan karena penyempitan

    menimbulkan arus turbulen, saat udara melewati saluran napas, akan

    terdengar suara mengi (wheezing). Selain itu juga berlaku obstruksi

    pernapasan katup bola. Udara yang masuk akan terperangkap di dalam

    alveoli karena sulit untuk dikeluarkan akibat adanya penyempitan.

    Perangkap udara awal tersebut menyebabkan hiperinflasi toraks sehingga

    memberikan gambaran emfisematus pada foto toraks. Hiperinflasi toraks

    juga menyebabkan ruang interkostal melebar , penekanan diafragma

    ke bawah sehingga tampak mendatar (flat), dan abdomen distensi

    serta hepar teraba. Gambaran atelektasis dapat timbul jika sudah terjadi

    obstruksi total sehingga terjadi absorpsi udara yang terperangkap.

    Peningkatan resistensi jalan napas tersebut menyebabkan

    ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi (V/Q mismatch) sehingga terjadi

    penurunan tekanan parsial O2 (pO2) dan hipoksemia. Pada penderita

    dengan infeksi berat, dapat terjadi hiperkapnea, yaitu peningkatan pCO2

    seperti pada bayi dalam kasus ini. Peningkatan pCO2 dan penurunan pO2

    sampai di bawah 40 mmHg akan merangsng pusat pernapasan untuk

    meningkatkan frekuensi pernapasan (takipnea) yang merupakan gambaran

    khas dari sesak napas (dispnea) pada kasus ini. Pernapasan cuping

    hidung (cuping hidung melebar) dan penggunaan otot pernapasan

    tambahan juga merupakan suatu keadaan yang khas pada penderita yang

    sesak napas. Penggunaan otot-otot pernapasan tambahan menimbulkan

    retraksi interkostal dan subkostal yang dangkal karena peru terus-

    menerus terdistensi oleh udara yang terperangkap.

    Apabila keadaan tersebut tidak segera ditangani dengan baik, si

    bayi dapat jatuh ke dalam kondisi gagal napas.

    15

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    16/22

    [sumber: 12) ]

    i. INTERPRETASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN

    ANALISA GAS DARAH

    Pemeriksaan darah menunjukkan bahwa telah terjadi

    leukopenia, penurunan kadar leukosit, pada si bayi. Hal tersebut memang

    khas pada penyakit infeksi virus. Berbeda pada infeksi bakteri di mana

    sering terjadi leukositosis (peningkatan kadar leukosit).

    [sumber: 9) ]

    AGDA Interpretasi Normal

    pH : 7,315

    pO2 : 85

    pCO2 : 55

    HCO3 : 15

    BE : -8,5

    SaO2 : 95%

    menurun

    normal

    meningkat

    menurun

    menurun

    normal

    7,35-7,45

    80-100

    35-45

    20-28

    > 2 mEq/L

    > 94%

    Pemeriksaan AGDA 10) dan 14) menunjukkan bahwa telah

    terjadi penurunan HCO3 dan peningkatan CO2. Dalam keadaan normal

    jika tubuh masih dapat mengkompensasi penurunan HCO3. Penurunan

    HCO3 juga akan diikuti oeh penurunan CO2 agar tidak terjadi asidosis.

    Lab. Interpretasi Normal

    Hb : 15 gr%

    Ht : 44%

    Leukosit :

    3400

    Trombosit :

    340.000

    meningkat

    meningkat

    menurun

    normal

    10,5 - 14

    33 - 42

    6000-15.000

    150.000-

    450.000

    16

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    17/22

    Rasio antara HCO3 dan pCO2 yang harus tercapai adalah 20 : 1 agar pH

    dapat dipertahankan dalam batas normal.

    Hal tersebut sesuai dengan persamaan Henderson-Hasselbach, yaitu:

    pH = pK + log [HCO3-]

    [H2CO3]

    pH = pK + log [HCO3-]

    [CO2]

    = 6,1 + log 20

    1

    = 6,1 + 1,3

    = 7,4

    HCO3 merupakan komponen metabolik yang dikendalikan oleh ginjal.

    pCO2 merupakan komponen pernafasan yang dikendalikan oleh paru-

    paru.

    Jika rasio menurun, atau terjadi penurunan HCO3 dan peningkatan

    CO2, pH akan menurun dan terjadi Asidosis, dan juga sebaliknya.

    Jika oleh komponen respirasi pCO2 yang terganggu disebut asidosis /

    alkalosis respiratorik. Dan jika komponen metabolik HCO3 disebut

    asidosis / alkalosis metabolik.

    Terjadi gangguan sederhana bila:

    - Bila melibatkan 1 komponen saja ( respirasi atau metabolik)

    - pCO2 & HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama

    Sedangkan gangguan asam basa campuran dapat terjadi bila:

    - Melibatkan keduanya ( repirasi dan metabolik)

    - Penyimpangan dari HCO3 dan pCO2 dalam arah yang berlawanan

    Dalam kasus ini, si bayi mengalami asidosis respiratorik & metabolik

    jika:

    * pH menurun

    17

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    18/22

    * pCO2 meningkat

    * HCO3 menurun

    BE (Base Excess)

    Merupakan buffer yang bersifat basa dan jumlah konsentrasi

    dari anion buffer yang terdapat dalam darah. Anion buffer tersebut

    ialah ion bikarbonat (HCO3-) yang terdapat dalam plasma, eritrosit,

    hemoglobin, protein plasma, dan fosfat di dalam plasma dan sel darah

    merah.

    Nilai positif ( > +2 mEq/L atau +2 mmol/L) mencerminkan

    adanya kekurangan asam yang tak mudah menguap atau kelebihan

    basa murni. Ini menunjukkan bahwa telah terjadi alkalosis.

    Nilai negatif ( < -2 mEq/L atau -2 mmol/L) mencerminkan

    adanya gangguan metabolik atau kekurangan basa murni, maupun

    akumulasi dari asam yang tak mudah menguap. Ini menunjukkan

    bahwa telah terjadi asidosis, seperti yang dialami oleh si bayi.

    [sumber: 10) dan 15] ]

    j. PENATALAKSANAAN

    Bayi dengan kegawatan pernapasan harus dirawat-inap di rumah

    sakit, tetapi yang diindikasikan hanya penanganan suportif karena pada

    dasarnya penyakit infeksi virus dapat sembuh sendiri.

    1. Non-Farmakologis

    Penderita biasanya ditempatkan dalam lingkungan udara

    yang sejuk dengan oksigen yang dilembabkan untuk

    menyembuhkan hipoksemia dan mengurangi kehilangan air

    insensible akibat takipnea. Pengobatan ini mengurangi dispnea dan

    sianosis serta menghilangkan kecemasan dan kegelisahan.

    Bila memungkinkan, sedatif harus dihindari karena

    berpotensi menimbulkan depresi pernapasan.

    18

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    19/22

    Bayi biasanya lebih enak duduk dengan sudut 30-40 derajat

    atau dengan kepala dan dada yag sedikit diangkat sehingga leher

    agak terekstensi.

    Masukan oral harus sering ditambah atau diganti dengancairan parenteral untuk mengimbangi pengaruh dehidrasi akibat

    takipnea. Keseimbangan elektrolit dan asam-basa harus

    disesuaikan dengan larutan intravena yang sesuai.

    2. Farmakologis

    Antivirus

    Penggunaan ribavirin (Virazol) telah dianjurkan untuk bayi dengan

    penyakit jantung kongenital atau displasia bronkopulmonal olehKomite Penyakit Infeksi Akademi Pediatri Amerika (AAP). Di

    samping penelitian dan rekomendasi AAP yang jelas-jelas

    menggembirakan ini, penggunaannya masih kontroversial, bahkan

    pada bayi yang sakit payah sekalipun. Belum ada bukti yang

    meyakinkan mengenai dampaknya pada durasi rawat-inap di

    rumah sakit, kebutuhan suportif seperti oksigen atau ventilasi

    mekanik, atau mortalitas. Kelihatannya, pada umumnya, ada hasil

    akhir yang sangat baik pada beberapa bayi yang juga beresiko-

    tinggi namun tidak diobati dengan ribavirin.

    Antibiotik

    Antibiotik tidak mempuntai nilai terapeutis kecuali kalau ada

    pneumonia bakteri. Insidens komplikasi yang rendah tidak lebih

    menurun lagi dengan diberikannya terapi antibiotik.

    Kortikosteroid

    Kortikosteroid tidak bermanfaat dan dapat membahayakan pada

    keadaan tertentu.

    Bronkodilator

    Obat-obat bronkodilator aerosol (misalnya, albuterol) sering

    digunakan secara empiris. Penelitian ini terbagi yaitu pada mereka

    19

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    20/22

    yang memperlihatkan manfaat dan mereka yang tidak

    memperlihatkan manfaat atau bahkan membahayakan.

    Epinefrin atau agen adrenergik yang lain mempunyai dasar teoritis

    untuk penggunaannya.

    [sumber: 12) ]

    PENCEGAHAN

    Kebanyakan kasus bronkiolitis tidak gampang dicegah karena

    virus penyebabnya adalah virus yang umum di lingkungan. sampai saat ini

    belum ditemukan upaya spesifik untuk mencegah bronkiolitis, misal,

    dengan vaksinasi tertentu. Jadi, pencegahannya hampir sama dengan

    mencegah penyakit lain secara umum, antara lain:

    Tingkatkan daya tahan tubuh.

    Yang pertama dan paling penting adalah dengan upaya meningkatkan

    daya tahan tubuh seoptimal mungkin. Apalagi jika penyakitnyamemang disebabkan virus, maka kunci penyembuhan ada pada daya

    tahan tubuh sendiri. Tak lain, karena infeksi virus biasanya bersifat

    self-limiting(sembuh sendiri).

    Tidak merokok dan pemberian ASI yang adekuat

    Asap rokok dapat mempengaruhi dinding jalan napas sehingga akan

    mengurangi resistensi terhadap infeksi. Bayi yang diberi ASI akan

    mendapat antibodi dari ibunya melalui ASI. Antibodi tersebut ialah

    suatu faktor protektif bagi si bayi.

    Jauhi orang sakit.

    RSVbanyak menyebabkan batuk dan flu pada dewasa dan anak-anak.

    Bagi orang dewasa, batuk dan flu ringan mungkin tidak terlalu

    mengganggu. Anggota keluarga harus mencuci tangan sesring

    mungkin sebelum memegang si bayi. Untuk si ibu, jika harus

    20

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    21/22

    menyusui, dianjurkan untuk memakai masker penutup hidung dan

    mulut. Namun, pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, sedapat

    mungkin hendaknya dijauhi dari orang dewasa yang mengalami batuk

    dan flu.

    Hindari bepergian ke tempat umum.

    Di tempat-tempat umum seperti mal atau pertokoan terdapat banyak

    kuman penyakit. Dengan demikian, si bayi bisa saja tertular dari

    orang dewasa yang tak tampak sakit atau sakitnya ringan. Penularan

    RSV yang melalui udara disebarkan ketika orang yang terinfeksi

    bersin-bersin. Saat itu penderita menyemburkan butiran air liur halus

    (droplet) yang mengandung virus, lalu virusnya berterbangan di udara

    yang kemudian bisa terhirup oleh bayi.

    Injeksi antibodi

    Injeksi antibodi sejak lahir setiap bulan mungkin dapat membantu

    mengurangi keparahan bronkiolitis. Terapi ini dapat dipertimbangkan

    kepada bayi yang sangat prematur atau yang mempunyai penyakit

    paru atau penyakit jantung sebelumnya.

    [sumber: 12) ]

    9. Ulasan

    a. Pada diskusi tutorial, kami tidak mendapat referensi mengenai apayang menyebabkan leukopenia pada infeksi virus. Dalam pleno pakar

    dikemukakan bahwa ternyata pada infeksi virus, virus akan mengeluarkan

    suatu faktor virulen yang disebut faktor adhesi (adhesion factor) yang

    dapat menghancurkan leukosit maupun makrofag.

    b. Dr. Wisman D, Sp.A dalam pleno pakar mengingatkan kami

    bahwa hasil pemeriksaan AGDA yang diperoleh harus dianalisa dengan

    tepat dan teliti. Hal tersebut disebabkan karena hasil yang diperoleh belum

    21

  • 7/30/2019 MAKALAH TUTORIAL 2 - BRONKIOLITIS - RPS -ISI.doc

    22/22

    tentu benar-benar mencerminkan kondisi pasien. Misalnya bila dalam

    AGDA, pO2 normal atau meningkat, harus dipikirkan apakah pasien telah

    diberi O2. Selanjutnya jika ditemukan pCO2 normal, dokter juga harus

    melihat nilai HCO3-. Bila nilai HCO3- ternyata menurun, hal tersebut

    menunjukkan bahwa telah terjadi suatu gangguan. Jadi, pCO2 sebenarnya

    tidak normal, tapi malah meningkat karena secara normal penurunan nilai

    HCO3- juga harus diikuti dengan penurunan nilai pCO2 untuk

    mempertahankan rasio antara HCO3- dan pCO2 yang normal, yaitu 20:1.

    c. Dalam pleno pakar, juga dijelaskan mengenai penatalaksanaan

    bronkiolitis oleh dr. Yunita Sari Pane dan Prof. Dr. Aznan Lelo, Sp. FK,

    PhD dari bagian Farmakologi. Mereka mengatakan bahwa penanganan

    bronkiolitis lebih ditujukan pada terapi suportif seperti yang telah

    dijelaskan sebelumnya, terutama pembersihan jalan napas, namun tetap

    harus memperhatikan kondisi pasien. Berbeda dengan orang dewasa, pada

    bayi belum terdapat refleks batuk sehingga tidak boleh diberikan

    ekspektoran maaupun mukolitik. Nebulizer epineprine juga tidak boleh

    diberikan. Karena sistem imun bayi berusia 6 bulan masih rendah, si bayi

    tidak boleh diberi steroid yang akan semakin menurunkan imunitasnya.

    Yang dapat dilakukan untuk mengurangi sesak napas dan sianosis ialah

    meninggikan kaki atau menepuk-nepuk dadanya pelan-pelan agar si bayi

    dapat batuk sehingga O2 bisa masuk ke paru-paru. Berbeda dengan asma

    pula, pada bronkiolitis tidak terjadi bronkokonstriksi, untuk itu pemakaian

    bronkodilator tidak bermanfaat. Tapi bila dipakai dengan tujuan

    mucociliary clearance mungkin dapat bermanfaat. Infeksi virus pada

    umumnya bisa sembuh sendiri, maka penggunaan antivirus dan antibiotik

    tidak terlalu diperlukan. Antibiotik dapat digunakan jika dicurigai adanya

    infeksi sekunder.

    Mengenai edukasi atau pencegahan bronkiolitis yang lebih

    ditujukan kepada keluarga si bayi, dianjurkan untuk selalu menjaga

    higiene atau kebersihan rumah dan lingkungan tempat tinggal bayi agar

    tidak terjadi infeksi sekunder. Vaksinasi yang diberikan lebih ditujukan

    untuk meningkatkan sistem imun, yaitu pemberian ASI yang optimal.