Upload
nurul-ulfa-septa-adiyati
View
286
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
1/42
STEP 7
1. Bagaimanamekanismebatuk ?
Mekanisme Batuk
Inspirasi udaraepiglotis menutuppita suara menutup erat** untuk menjerat
udara dalam paruotot abdomen berkontraksi kuatmendorong diafragama ,
otot interkostalis berkontraksitekanan paru meningkatpita suara dan epiglotis
membukaudara dalam paru bertekanan tinggi meledak keluarudara mengalir
dangan cepat+ benda asing keluar
# FISIOLOGI- GUYTON
Implus aferen dari sal. Pernafasan berjalan ke nervus vagus ke medula otakterjadi
peristiwa otomatis yang digerakkan oleh lintasan neuronal medulaterjadilah
reflek batuk
# FISIOLOGI- GUYTON
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
2/42
Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf
aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor.
Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut
saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang
terletak didalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di
pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang
kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah
percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus,
sinus paranasalis, perikardial dan diafragma.
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus Vagus, yang mengalirkan rangsang
dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melaluicabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus
paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus
frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Oleh serabut aferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di
dekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut
eferen n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis, n.
Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot laring,
trakea, brrmkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah
mekanisme batuk kemudian terjadi.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
3/42
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi,
fase kompresi dan fase ekspirasi.
Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup
dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan
glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu.Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara,
pada saat ini glotis secara reflex sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat
bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu
fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50%
dari tidal volume sampai 50%
dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini.
Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat
menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang
besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akanlebih mudah.
Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup
selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai
50 - 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya
dengan manuver ekspirasi paksa lain karenaakan menghasilkan tenaga yang berbeda.
Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada
cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batukjuga dapat terjadi tanpa penutupan
glottis.
Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara
akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga
menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasiyang maksimal akan
tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti
dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000
sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter
trakea sampai 80%.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
4/42
Cermin Dunia Kedokteran No. 84, 19937http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.html
Batuk secara umum terbagi menjadi batuk berdahak dan batuk kering. Batuk
berdahak yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada tenggorokan. Batuk
berdahak lebih sering terjadi pada saluran napas yang peka terhadap paparan debu,
lembab berlebih, alergi dan sebagainya. Batuk berdahak merupakan mekanisme
tubuh untuk mengeluarkan zat-zat asing dari saluran nafas, temasuk dahak. Batuk
ini terjadi dalam waktu yang relatif singkat. (Tjay, HT. Rahardja, K. 2003)
Pada batuk berdahak produksi dahak meningkat dan kekentalannya juga
meningkat sehingga sukar dikeluarkan ditambah terganggunya bulu getar
bronchii (silia) yang bertugas mengeluarkan dahak.
(Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009)
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing
dari saluran napas. Batuk juga membantu melindungi paru dari aspirasi yaitu
masuknya benda asing dari saluran cerna atau saluran napas bagian atas. Yang
dimaksud dengan saluran napas mulai dari tenggorokan, trakhea, bronkhus,
bronkhioli sampai ke jaringan paru. (Guyton, et all. 2008)
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.html8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
5/42
Faktor Penyebab Batuk
Reflek batuk dapat ditimbulkan oleh :
- Rangsangan mekanis, misalnya asap rokok, debu, tumor
- Adanya perubahan suhu mendadak- Rangsangan kimiawi, misalnya gas dan bau-bauan
- Adanya peradangan / infeksi
- Reaksi alergi
(Waisya, R. 2008)
Disamping infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) seperti influenza, penyebab
batuk yang paling sering adalah:
- Alergi dan asthma
- Infeksi paru-paru seperti pneumonia atau bronkitis akut.
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau bronkitis kronik, emphysema
- Sinusitis yang menyebabkan postnasal drip.
- Penyakit paru seperti bronkiektasis, tumor paru.
- Gastroesophageal reflux disease (GERD) ini artinya cairan lambung balik ke
tenggorokan, orangnya suka bertahak asam atau pahit.
- Merokok
- Terpapar asap rokok (perokok pasif), polutan udara
- Obat darah tinggi golongan ACE Inhibitor
(Nadesui, H. 2008)
Mekanisme Batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :
Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau
serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk
juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran
telinga luar dirangsang.
Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor
kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan
cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga
bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
6/42
membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru
dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi
sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga
menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.
Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi
sampai 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi
selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis
karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis
tetap terbuka.
Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga
terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot
pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase
mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat
bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.
(Guyton. 2008)
2. Mengapadisertailemah, demam, dannyeriotot?
Muscle aches
Myalgia is a symptom of the acute phase response to infection and there is evidence
that the symptom is caused by the effects of cytokines on skeletal muscle.
Proinammatory cytokines have been implicated as inducing the breakdown of
muscle proteins, and tumour necrosis factor was initially referred to as cachetin
because of its role in causing muscle wasting or cachexia.64 The breakdown ofmuscle protein in response to URTI can be viewed as benecial because it mobilises
proteins and aminoacids that can be converted in the liver to opsonins and other
components of the immune response.64 Fever associated with URTIs is usually
accompanied by other systemic symptoms such as myalgia and there is much
evidence that indicates that both these symptoms are caused by the production of
prostaglandin E2 in response to circulating cytokines.63 The cytokine-induced
generation of prostaglandin E2 and the breakdown of skeletal muscle in vitro is
inhibited by indomethacin,63 and similarly myalgia associated with URTIs is relieved
with acetylsalicylic acid.49 Prostaglandin E2 is a mediator of pain by its effects onperipheral pain receptors.65 The cytokine stimulation of prostaglandin E2
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
7/42
production in skeletal muscle, and the effects of prostaglandin E2 on sensory nerves
in muscle, may explain the myalgia associated with URTIs.
Fever
Cytokines have been implicated as endogenous pyrogens that are released frommacrophages and other leucocytes in response to infection, and there is
considerable evidence for pyretic and antipyretic effects of cytokines.17 The
proinammatory cytokines interleukin 1, interleukin 6, and tumour necrosis factor
alpha, as well as the anti-inammatory cytokines interleukin-1 receptor antagonist
and interleukin 10 have been investigated for their pyrogenic or antipyretic action.17
Interleukin 1 and interleukin 6 are believed to be the most important cytokines that
induce fever.55 Cytokines are believed to cross the bloodbrain barrier or interact
with the vagus nerve endings to signal the temperature control centre of the
hypothalamus to increase the thermal set point.55,56 The hypothalamus theninitiates shivering, constriction of skin blood vessels, and a sensation of chilliness
Understanding the symptoms of the common cold and inuenza . Ron Eccles.
integrativehealthconnection.com
Demam
Substansi penyebab demam disebut pirogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh, baik
dari produk proses infeksi maupun non infeksi.Lipopolysaccharyde(LPS) padadinding bakteri
gram negatif atau peptidoglikan danteichoic acid pada bakteri gram positif, merupakanpirogen eksogen. Substansi ini merangsang makrofag, monosit,limfosit, dan endotel untuk
melepaskan IL1, IL6, TNF-, dan IFN-, yang bertindak sebagai pirogen endogen.8,12,14
Sitokinsitokin proinflamasi ini akan berikatan denganreseptornya di hipotalamus dan
fofsolipase-A2. Peristiwa ini akan menyebabkan pelepasan asam arakidonat dari membran
fosfolipid atas pengaruh enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Asam arakidonat selanjutnya
diubah menjadi prostaglandinE2 (PGE2). PGE2 baik secara langsung maupun melalui
adenosin monofosfat siklik (c-AMP), akan mengubah setting termostat (pengatur suhu
tubuh) di hipotalamus pada nilaiyang lebih tinggi. Selanjutnya terjadi peningkatan produksi
dan konservasi panas sesuai setting suhu tubuh yang baru tersebut. Hal ini dapat dicapai
melalui refleks vasokonstriksi pembuluh darah kulit dan pelepasan epinefrin dari saraf
simpatis, yang menyebabkan peningkatan metabolisme tubuh dan tonus otot. Suhu inti
tubuh dipertahankan padakisaran suhu normal, sehingga penderita akan merasakan dingin
lalu menggigil danmenghasilkan panas.
3. Mengapabatuktidakmenghilangwalaupunsudahberobat?
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
8/42
Dalam buku Obat-Obat Penting oleh Apoteker Drs. Tan Hoan Tjay, ada beberapa
hal yang mempengaruhi efek terapeutik, antara lain faktor variasi biologis
danpatient complianceatau kesetiaan terapi pasien.
Karena adanya variasi biologis maka obat bisa memberikan respons yang berbedabagi individu yang berbeda, sehingga dalam dosis yang sama ada pasien yang
menunjukkan respons penyembuhan yang wajar, ada yang menunjukkan respons
penyembuhan sangat baik, atau bahkan ada yang malah tidak memberikan respons
penyembuhan sama sekali yang mungkin berarti dosisnya mesti ditingkatkan atau
diganti dengan obat dari golongan yang berbeda.
Kesetiaan terapi pasien juga sangat berpengaruh, dan dalam hal ini lebih banyak lagi
faktor-faktor kompleks yang terlibat. Sifat individual pasien sangat menentukan,
apakah pasien bisa meminum obatnya tepat waktu, bagaimana tingkat
pendidikannya dan kepekaannya terhadap nyeri, misal biasanya obat nyeri hanya
diminum jika diperlukan, namun jika pasien tidak tahan nyeri maka bisa jadi ia
meminumnya berulang kali, jika ia tidak cukup terdidik untuk memahami bahaya
obat secara umum, bisa jadi timbul ketergantungan atau keracunan obat karena
konsumsi obat yang tidak sesuai dengan resep.
Hubungan dokter pasien juga merupakan hal yang penting. Jika pasien tidak
menaruh perhatian pada apa yang disampaikan pada dokternya, bisa jadi resep
hanya dianggap sebagai tanda jadi dan tinggal menunggu kesembuhan, padahal
mungkin tujuan dan perjalanan terapi yang diharapkan bukanlah demikian.
Demikian juga jika dokter tidak memberikan penjelasan yang cukup jelas bagi
pasien, misal bahwa antibiotik harus diminum sampai tuntas, bisa jadi pasien akan
menghentikan obat saat badannya mulai terasa enakan, padahal bisa jadi infeksi
belum tuntas, dan potensial menimbulkan kekebalan/resistensi bakteri terhadap
antibiotik yang diresepkan sehingga penyembuhan saat kekambuhan ulang akan
menjadi sesuatu yang jauh lebih sulit.
Jenis penyakit juga bisa mempengaruhi ketaatan pasien. Penyakit berat yang
dirasakan pasien cenderung memberikan ketaatan yang tinggi, jika nyeri dirasakan
terus menerus, maka keinginan pasien untuk sembuh juga semakin menambah
ketaatan berobat. Namun penyakit yang perlu obat jangka panjang namun tidak
begitu dirasakan dampaknya, seperti diabetes dan hipertensi akan membuat pasien
berpikir tidak apalah sekali dua kali tidak taat pada nasihat dokter, atau
mengabaikan rencana terapi, padahal efek penyakit seperti ini hampir tidak dapat
diperbaiki jika sudah bermanifestasi sebagai gangguan kesehatan yang nyata.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
9/42
Jumlah dan jenis obat serta lamanya waktu terapi juga berpengaruh. Bayangkan
seorang penderita TB mesti menjalani terapi dengan pelbagai jenis obat selama
setidaknya 6 bulan, yang sering kali menimbulkan perasaan tidak nyaman &
terbelenggu dengan terapi seperti ini, apalagi mesti didampingi oleh pengawas
minum obat. Pasien akan cenderung merasa jenuh, dan kepatuhan terhadap terapi
akan menurun.
Jadi kepatuhan pasien terhadap pengobatan sangatlah penting. Hal ini mungkin
tampak sederhana, namun dalam penerapannya sering kali tidak sesederhana itu.
Read more:http://catatan.legawa.com/2010/10/obatnya-kok-tidak-
mempan/#ixzz1cgq1Pozb
4. Mengapadidapatkanronkibasahdankenapahilangsetelahbatuk ?
ronki kering
ronki kering adalah suatu bunyi tambahanyang terdengar kontinyu terutama waktu
ekspirasi yang di sebabkan karena obstruksi saluran nafas di sertai adanya mukus /
sekret pada bronkus.
ronki basah
ronki basah adalah bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi
seperti bunyi ranting kering yang terbakar, di sebabkan karena ada sekret di dalamalveoli atau bronkus.
Ronki halus dan sedang dapat di sebabkan karena cairan di alveoli misalnya pada
pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiestaksis ,
bronchitis akut
(patofisiologi,konsep klinis proses-proses penyakit price&wilson)
5. Mengapabatukberdahakdankental ?
Patofisiologi adanya sputum
Orang dewasa normal membentuk mucus sekitar 100 ml dlm saluran nafas setiap hari. Mucus
ini diangkut menuju faring oleh gerakan pembersihan normal dr silia yg membatasi saluran
pernafasan. Kalau terbentuk mucos yg berlebihan maka proses normal pembersihan mungkin
tdk efektif lagi sehingga akhirnya mucus tertimbun. Bila hal ini terjd maka membran mucus
terangsang dan mucus ini dibatukkan keluar sbg sputum
Patofisiologi, Sylvia A. Price
http://catatan.legawa.com/2010/10/obatnya-kok-tidak-mempan/#ixzz1cgq1Pozbhttp://catatan.legawa.com/2010/10/obatnya-kok-tidak-mempan/#ixzz1cgq1Pozbhttp://catatan.legawa.com/2010/10/obatnya-kok-tidak-mempan/#ixzz1cgq1Pozbhttp://catatan.legawa.com/2010/10/obatnya-kok-tidak-mempan/#ixzz1cgq1Pozbhttp://catatan.legawa.com/2010/10/obatnya-kok-tidak-mempan/#ixzz1cgq1Pozbhttp://catatan.legawa.com/2010/10/obatnya-kok-tidak-mempan/#ixzz1cgq1Pozb8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
10/42
Berdahak Kental
Faktor etiologi utama karena merokok dan polusihipertrofi kelenjar
mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet dengan infiltrasi sel
radang dan edema mukosa bronkusbronkiolus rusak dan dindingnya melebar# FISIOLOGI- GUYTON
sputum (dahak)
Definisi : bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan trachea melalui mulut.
Biasanya juga disebut dengan expectoratorian. (Dorland)
Orang dewasa normal (menurut Price Wilson) bisa memproduksi mukus (sekret
kelenjar) sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring
dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan.Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau
infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak
berjalan secara adekuat normal seperti tadi, sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila
hal ini terjadi, membran mukosa akan terangsang, dan mukus akan dikeluarkan dengan
tekanan intrathorakal dan intraabdominal yang tinggi. Dibatukkan, udara keluar dengan
akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut
akan keluar sebagai sputum.
Respirologi, Oleh DR. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP
6. Patofisiologisdaridiagnose ?
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
11/42
7. Macam-macambatuk?
Coughs are usually classified by doctors according to how long they last:
a cough that lasts for less than three weeks is described as an acute cough
a cough that gets better over a three-to-eight-week period is described as
a subacute cough a cough that lasts for longer than eight weeks is known as a chronic (persistent)
cough
http://www.nhs.uk/Conditions/Cough/Pages/Causes.aspx
http://www.nhs.uk/Conditions/Cough/Pages/Causes.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Cough/Pages/Causes.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Cough/Pages/Causes.aspx8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
12/42
8. Macam-macamdahak ?
Berdasarkan asalnya
Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan
kemungkinan besar berasal dari sinus, bukan dari saluran bagian
bawah
Berdasarkan volumenya
Sputum yg banyak sekali dan purulen menyatakan adanya proses
supuratif, seperti abses paru
Sputum yg meningkat perlahan2 dalam waktu bertahun2 merupakan
tanda bronkitis kronis atau bronkiektasis
Berdasarkakn warnanyna
Berwarna kekuning2an : menunjukkan infeksi
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
13/42
Berwarna hijau : petunjuk adanya penimbunan nanah, sering
ditemukan padab bronkiektasis
Sputum yg berwarna kecoklatan : disebabkan oleh abses paru
Sputum seperti karat besi : pada pneumonia
Sputum kehitaman : akibat kontaminasi dengan debu batubara
Sputum mukopurulen dengan bau busuk : oleh infeksi
mikroorganisme aerob
Berdasarkan konsistensinya
Sputum berwarna merah muda dan berbusa : merupakan tanda
edema paru akut, gagal jantung kiri atau stenosis mitral
Sputum yang berlendir, lekat dan berwarna abu2 atau putuh : tanda
bronkitis kronik
Sputum berbau busuk : tanda abses paru atau bronkiektasis
Patofisiologi, Sylvia A. Price IPD jilid II, FKUI
Respirologi, Oleh DR. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
14/42
9. Macam-macamronki ?
Ronki yang dibagi menjadi 2 macam yaitu ronki basah dengan suara terputus- putus
dan ronki kering dengan suara tidak terputus.
Ronki basah kasar seperti suara gelembung udara besar yang pecah, terdengar pada
saluran napas besar bila terisi banyak secret. Ronki basah sedang seperti suara
gelembung kecil yang pecah, terdengar bila adanya secret pada saluaran napas kecil dan
sedang, biasanya pada bronkiektasis dan bronkopneumonia. Ronki basah halus tidak
mempunyai sifat gelembung lagi, terdengar seperti gesekan rambut, biasanya pada
pneumonia dini.
Ronki kering lebih mudah didengar pada fase ekspirasi, karena saluran napasnya
menyempit. Ronki kering bernada tinggi disebut sibilan, terdengar
mencicit/squacking, ronki kering akibat ada sumbatan saluran napas kecil disebut
wheeze. Ronki kering bernada rendah akibat sumbatan sebagaian saluran napas besar
disebut sonourous, terdengar seperti orang mengerang/ grouning,.
Suara tambahan lain yaitu dari gesekan pleura/ pleural friction rub yang terdengar seperti
gesekan kertas, seirama dengan pernapasan dan terdengar jelas pada fase inspirasi,
terutama bila stetoskop ditekan.
Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan,Oleh A.
Aziz Alimul
10.Bagaimanakerjaobatantibiotic ,obatbatukdanobatpenurunpanas ?
11.EtiologiBatuk ?
Most people with a cough have arespiratory tract infectioncaused by a virus. Possible non-infectious
causes include:
allergic rhinitis,such ashay fever
a flare-up of a long-term condition such asasthma,chronic obstructive pulmonary
disease (COPD) or chronicbronchitis
http://www.nhs.uk/conditions/Respiratory-tract-infection/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Rhinitis---allergic/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Hay-fever/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Asthma/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Chronic-obstructive-pulmonary-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Chronic-obstructive-pulmonary-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/bronchitis/Pages/Introduction.aspx?url=Pages/What-is-it.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/bronchitis/Pages/Introduction.aspx?url=Pages/What-is-it.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Chronic-obstructive-pulmonary-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Chronic-obstructive-pulmonary-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Asthma/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Hay-fever/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Rhinitis---allergic/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Respiratory-tract-infection/Pages/Introduction.aspx8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
15/42
gastro-oesophageal reflux disease - due to irritation and damage caused by stomach
acid
smoking
Short-term cough (acute)
Most people with a cough have arespiratory tract infectioncaused by a virus. This includes:
upper respiratory tract infections (URTIs), which affect the throat, windpipe or
sinuses - such as thecommon cold,influenza (flu),laryngitis,sinusitis orwhooping
cough
lower respiratory tract infections (LRTIs), which affect your lungs or lower airways -
such as acutebronchitis andpneumonia (although this is rare)
Possible non-infectious causes of an acute cough include:
allergic rhinitis,such ashay fever
a flare-up of a chronic condition such asasthma,chronic obstructive pulmonary
disease (COPD) or chronic bronchitis
In rare cases it may be the first sign of a health condition causing a chronic (long-term) cough (see
below).
Long-term cough (chronic)
A persistent cough in adults may be caused by:
a long-term respiratory tract infection
a long-term condition, such as asthma
allergies
smoking - smoker's cough can also be a symptom of chronic obstructive pulmonary
disease (COPD)
postnasal drip (mucus dripping down the throat from the back of the nose, caused by
a condition such as rhinitis)
gastro-oesophageal reflux disease - due to irritation and damage caused by stomach
acid
a prescribed medicine, such as an angiotensin-converting enzyme (ACE)-inhibitor,used to treat high blood pressure or cardiovascular disease
Rarely, a cough is a symptom of a more serious condition such aslung cancer,heart failure,
apulmonary embolism (clot on the lung),cystic fibrosis ortuberculosis (TB).
Coughs are usually classified by doctors according to how long they last:
a cough that lasts for less than three weeks is described as an acute cough
a cough that gets better over a three-to-eight-week period is described as
a subacute cough
a cough that lasts for longer than eight weeks is known as a chronic (persistent)
cough
http://www.nhs.uk/Conditions/Cough/Pages/Causes.aspx
http://www.nhs.uk/Conditions/Gastroesophageal-reflux-disease/Pages/Symptoms.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Respiratory-tract-infection/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Cold-common/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Flu/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Laryngitis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Sinusitis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Whooping-cough/Pages/Symptoms.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Whooping-cough/Pages/Symptoms.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Bronchitis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Pneumonia/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Rhinitis---allergic/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Hay-fever/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Asthma/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Chronic-obstructive-pulmonary-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Chronic-obstructive-pulmonary-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Allergies/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Gastroesophageal-reflux-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Cancer-of-the-lung/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Heart-failure/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/pulmonary-embolism/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/cystic-fibrosis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Tuberculosis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Cough/Pages/Causes.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Cough/Pages/Causes.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Cough/Pages/Causes.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Tuberculosis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/cystic-fibrosis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/pulmonary-embolism/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Heart-failure/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Cancer-of-the-lung/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Gastroesophageal-reflux-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Allergies/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Chronic-obstructive-pulmonary-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Chronic-obstructive-pulmonary-disease/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Asthma/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Hay-fever/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Rhinitis---allergic/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Pneumonia/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Bronchitis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Whooping-cough/Pages/Symptoms.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Whooping-cough/Pages/Symptoms.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Sinusitis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Laryngitis/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Flu/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Cold-common/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/conditions/Respiratory-tract-infection/Pages/Introduction.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Gastroesophageal-reflux-disease/Pages/Symptoms.aspx8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
16/42
Penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa batuk kronik banyak
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Dua-puluh lima persen dari mereka
yang merokok 1/2 bungkus/hari akan mengalami batuk-batuk, sementara daripenderita yang merokok 1 bungkus per hari akan ditemukan kira-kira 50% yang
batuk kronik. Sebagian besar dari perokok berat yang merokok 2
bungkus/hari akan mengeluh batuk-batuk kronik.
Penelitian berskala besar di AS juga menemukan bahwa 8 22% non perokok
juga menderita batuk yang antara lain disebabkan oleh penyakit kronik, polusi
udara dan lain-lain.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
17/42
REAKSI PARU TERHADAP DEBUDebu yang masuk ke dalam saluan napas, menyebabkantimbulnya reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa
batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosisoleh makrofag(2,3,9,13). Otot polos di sekitar jalan napas dapatterangsang sehingga menimbulkan penyempitan. Keadaan initerjadi biasanya bila kadar debu melebihi nilai ambang ba-tas(1,7,14).Sistem mukosilier juga mengalami gangguan dan me-nyebabkan produksi lendir bertambah. Bila lendir makin ba-nyak atau mekanisme pengeluarannya tidak sempurna terjadiobstruksi saluran napas sehingga resistensi jalan napas me-ningkat(3,9).Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan mem-
bentuk fokus dan berkumpul di bagian awal saluran limfeparu. Debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yangbersifat toksik terhadap makrofag seperti silika bebas me-nyebabkan terjadinya autolisis. Makrofag yang lisis bersamasilika bebas merangsang terbentuknya makrofag baru. Ma-krofag baru memfagositosis silika bebas tadi sehingga terjadilagi autolisis, keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentuk-an dan destruksi makrofag yang terus menerus berperan pen-ting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendap-an hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada
parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringaninterstisial. Akibat fibrosis paru menjadi kaku, menimbulkangangguan pengembangan paru yalta kelainan fungsi paru
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
18/42
yang restriktif. Penyakit akibat debuantara lain adalah asma kerja, bronkitis industri, pneumoko-niosis batubara, siikosis, asbestosis dan kanker paru.
12.Mengapapadafotorontgendidapatkanhipervaskularisasi ?
Penyakit pembuluh darah jantung sering ditemukan pada PPOK karena keduanya mempunyai faktor
risiko yang sama seperti merokok, usia lanjut dan inaktiviti. Pajanan asap rokok atauparticulatemattermenghasilkan inflamasi sistemik seperti terlihat pada gambar 2. Respons inflamasi ini berupa responsfase akut dengan peningkatan pembekuan darah, penglepasan mediator inflamasi ke dalam sirkulasi selanjutnyamengaktifkan endotelin dan merangsang sumsum tulang melepaskan leukosit dan trombosit. Keadaan inimeningkatkan resiko penyakit vaskular, menyebabkan ketidakstabilan plak aterosklerosis sehingga menjadiruptur dan menyebabkan trombosis.
3,9
13.Hubunganpenderitabatukpilekdenganpenyakitsekarang ?
14.DD?
BRONCHITIS
Definisi :peradangan satu/lebih bronchus,dapat bersifat akut dan kronis dg gejala batuk dan
demam
suatu peradangan pada bronkus (saluran udara keparu-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
http://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paru8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
19/42
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus lokal yang
bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan
otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size ),
sedangkan bronkus besar jarang terjadi.
Klasifikasi
Akut :radang mendadak pd bronchus yg biasanya mengenai trache dan larynx,timbul sbg
jalan napas itu sendiri/sbg bagian dari penyakit sistemik misalnya:morbhili,pertusis,dipteria
dan thypus abdominalis
Merupakan proses peradangan akut yang mengenai bronkus dan cabang-cabangnya
(cabang besar). Biasanya proses radang akut ini sifatnya terbatas (terlokalisasi) dan
dapat sembuh sempurna (tidak meninggalkan sisa)
Kronis:kelainan saluran napas ditandai dengan batukberdahak sekurang-kurangnya 3 bln
/tahun dan berlangsung 2 th berturut2.
Etiologi
Akut:virus,infx.bakteri ,jamur,iritasi bahan kimia,asap dan alergi
Kronis:asap rokok,bahan kimia,bakteri
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan
resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok
yang dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).
2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren
karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat
juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
3. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5%
pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1
antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh
neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).
4. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri
banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur
dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
20/42
5. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada
penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta
menyebabkan kerusakan paru bertambah.
6. Virus, bakteri (Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae) dan organisme
lain sepertiMycoplasma pneumoniae.
Rubenstein , D., et al. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Kl in is, edisi keenam. Penerbit
Er langga. Jakarta
Bronkitis akut
Disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri
(mycoplasma pneumoniaedan chlamydia).
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit
paru-paru dan saluran pernafasan menahun.
Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
1. Sinusitis kronis
2. Bronkiektasis
3. Alergi
4. Pembesaran amandel dan adenoidpada anak-anak.
Bronkitis kronik
Bisa disebabkan oleh:
1. Berbagai jenis debu
2. Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen
sulfida, sulfur dioksida dan bromin
3. Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
4. Tembakau dan rokok lainnya.
www.medicastore.com
Patofisiologi
Kronis:silia rusakkelumpuhan/disfunsional dan metaplasiamengganggu system
escalator mucosiliarisakumulasi mucus kental jumlah besar yg sulit dikeluarkan dari
saluran napas.
o Pada bonchitis terjadi penyempitan saluran nafas,penyempitan ini dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak.pada bronchitis
cronik,saluran pernapasan kecil yang berdiameter kurang dari 2 mm menjadilebih sempit,berkelok-kelok dan obliterasi.penyempitan ini terjadi karena meta
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
21/42
plasia sel goblet.saluran napas besar juga mengalami penyempitan karena
hipertropi dan hiperplasia kelenjar mukus.
Sumber:kapita selekta kedokteran,FK UI edisi 3 jilid 1,2001.
Gambaran klinis
Akut:sakit pada sendi,lemes,sesak napas ,serak,ronkhi(bunyi paru discontinue yg halus/kasar
pd saat inspirasi),mucus kental,sputum purulen,
Kronis:batuk persisten disertai banyak dahak terutama pd saat bangun pagi
GAMBARAN KLINIS
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan beratnya
penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini
adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia
berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat
tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan.
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :
1. Keluhan-keluhan
a. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan
frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun
dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi
sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum
jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah
menjadi 3 bagian
- Lapisan teratas agak keruh
- Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
- Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (
celluler debris ).
b. Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis ataudestruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
22/42
Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai
perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat
hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari
peredaran darah sistemik ).
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena
bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah
menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya minimal.
Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi
haemaptoe.
c. Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat
infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya
obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.
d. Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada
bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam ( demam berulang )
2. Kelainan fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis
komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda
korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada
lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci basah
ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain.
Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan
kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang
terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi
komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing
sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
Sindrom kartagenr. Sindrom ini terdiri atas gejala-gejala berikut :
- Bronchitis congenital, sering disertai dengan silia bronkus imotil
- Situs inversus pembalikan letak organ-organ dalam dalam hal ini terjadi dekstrokardia, left
sided gall bladder, left-sided liver, right-sided spleen.
- Sinusitis paranasal atau tidak terdapatnya sinus frontalis. Semua elemen gejala sindrom
kartagener ini adalah keleinan congenital. Bagaimana asosiasi tentang keberadaanya yang
demikian ini belum diketahui dengan jelas.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
23/42
Bronchitis. Kelainan ini merupakan klasifikasi kelenjar limfe yang biasanya merupakan
gejala sisa komleks primer tuberculosis paru primer. Kelainan ini bukan merupakan tanda
klinis bronchitis, kelainan ini sering menimbulkan erosi bronkus didekatnya dan dapat masuk
kedalam bronkus menimbulkan sumbatan dan infeksi, selanjutnya terjadilah bronchitis. Erosi
dinding bronkus oleh bronkolit tadi dapat mengenai pembuluh darah dan dapat merupakanpenyebab timbulnya hemaptoe hebat.
3. Kelainan laboratorium
Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru dapat ditemukan polisitemia
sekunder. Bila penyakitnya ringan gambaran darahnya normal. Seing ditemukan anemia,
yang menunjukan adanya infeksi kronik, atau ditemukan leukositosis yang menunjukan
adanya infeksi supuratif.
Urine umumnya normal kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan ditemukan
proteiuria. Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap antibiotic, perlu dilakukan
bila ada kecurigaan adanya infeksi sekunder.
4. Kelainan radiologist
Gambaran foto dada ( plain film ) yang khas menunjukan adanya kista-kista kecil dengan
fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon pada daerah yang terkena, ditemukan juga
bercak-bercak pneumonia, fibrosis atau kolaps. Gambaran bronchitis akan jelas pada
bronkogram.
5. Kelainan faal paruPada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan aliran udara
ekspirasi satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi penurunan, karena terjadinya
obstruksi airan udara pernafasan. Dapat terjadi perubahan gas darah berupa penurunan PaO2
ini menunjukan abnormalitas regional ( maupun difus ) distribusi ventilasi, yang berpengaruh
pada perfusi paru.
6. Tingkatan beratnya penyakit
a. Bronchitis ringan
Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam, ada
haemaptoe ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru norma, foto dada normal.
b. Bronchitis sedang
Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saa, sputum timbul setiap saat, ( umumnya warna
hijau dan jarang mukoid, dan bau mulut meyengat ), adanya haemaptoe, umumnya pasien
masih Nampak sehat dan fungsi paru normal. Pada pemeriksaan paru sering ditemukannya
ronchi basah kasar pada daerah paru yag terkena, gmbaran foto dada masih terlihat normal.
c. Bronchitis berat
Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna kotor dan berbau. Sering
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
24/42
ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe dan nyeri pleura. Bila ada obstruksi nafas akan
ditemukan adany dispnea, sianosis atau tanda kegagalan paru. Umumny pasien mempunyai
keadaan umum kurang baik, sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata ,
pasien mudah timbul pneumonia, septikemi, abses metastasis, amiloidosis. Pada gambaran
foto dada ditemukan kelainan : bronkovascular marking, multiple cysts containing fluidlevels. Dan pada pemeriksaan fisis ditemukan ronchi basah kasar pada daerah yang terkena.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
25/42
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
26/42
Bronchitis
a.Definisi
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
27/42
Suatu gangguan paru obstruktif yg ditandai oleh produksi mucus
berlebihan di sluran nafas bawah selama paling kurang 3 bulan
berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut.
(Handbook Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin.)
b.Klasifikasi dan Etiologi
- lanjutan infeksi akut bronkus (oleh virus, bakteri, dan lain lain) berulangulang menjadi kronis.
- Pengaruh kronis dari : merokok, polusi udara (bahan kimia,asap / debu. Asap dapur, dll)
Pasiyan Rahmatullah. Bronkitis Kronis. Ilmu Penyakit Paru
(Pulmologi). BukuI. FK-UNDIP.
c.Patofisiologi
Tubuh gagal mengeliminasi benda asingmenginfeksi
bagian bronchus
partikel menetap disana
terjadiinflamasihipersekresi (mucus bercampur dengan
leukosit)bisa menyebabkan metaplasia sel squamosa
(kompensasi dari merokok) sistem pernapasan dan
pembentukan jaringan parut bronchitis kronis.
Factor risiko saat bernapas masuk pembersihan paru
radang bronchial dan bronchioles
obstruksi saluran
pernapasanhipoventilasi alveolarbronchitis kronis.
d.Manifestasi klinis
a)Keluhan
1). Batuk
2). Ekspektorasi dahak (sputum)
3). Sesak nafas4). Keluhan lain
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
28/42
b)Kelainan radiologik
a.Bayangan bronkus yang menebal, yaitu terlihat bayangan
garisgaris yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks
paru (tubular shadows atau tram lines)
b.Corakan paru yang bertambah.
c)Kelainan fungsi paru
1)Kelainan Fungsi Ventilasi Paru
2)Analiisis gas darah
- Pada penderita bronkhitis
d)Kelainankelainan lain
Pada hipoksemia berat dan lama berlangsungnya dapat
ditemukan tanda polisitemia sekunder.
Kelaianan EKG. Bila bronkhitis telah berlangsung lama dantelah timbul kor pulmonal kronik, mak dapat ditemui tanda
tanda hipertrofi ventrikel kanan.
Pasiyan Rahmatullah. Bronkitis Kronis. Ilmu Penyakit Paru
(Pulmologi). BukuI. FK-UNDIP.
e.Factor risiko
1)Factor eksternal:
- Merokok
- Kelainan paru
- Alergi debu
2)Factor internal:
Stress
Menurunnya imunitas tubuh
Inflamasi
EMPISEMA
o definisi
merupakan definisi anatomik, yaitu suatu perubahan srtuktur
anatomik paru yang ditandai dengan lelebarnya secara
abnormal saluran udara sebelah distal bronkiolus terminalis
yang disertai kerusakan dinding alveolus
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
29/42
Pasiyan Rahmatullah. Bronkitis Akut. Ilmu Penyakit Paru
(Pulmologi). BukuI. FK-UNDIP.
o etiologi
- tidak diketahui secara jelas
- diperkirakan berhubungan erat dengan peroko
berat dan polusi udara
- adanya defisiensi enzim alfa-1antriptisin dalam
serum (yang sifatnya herediter)
Pasiyan Rahmatullah. Bronkitis Akut. Ilmu Penyakit Paru
(Pulmologi). BukuI. FK-UNDIP.
o klasifikasi
menurut The american Thoracic society (1962) ;
- paracicaktrical= irregular emphysematerdapat
pelebaran saluran nafas dan kerusakan dinding alveolus di tepisuatu lesi fibrotik
- lobular emphysemapelebaran saluran udara dan
kerusakan dinding alveolus di asinus/ lobulus sekunder. Ada 3 :
- centrilobular emphysema : kerusakan terjadi di daerah central
asinus. Daerah distalnya tetap normal
- panlobular emphysema : kerusakan terjadi diseluruh asinus
- paraseptal emphysema : kerusakan didapatkan disebelah distal,
kadang didapatkan suatu bullae yang dapat menyebabkan
pneumothoraks spontan
Pasiyan Rahmatullah. Bronkitis Akut. Ilmu Penyakit Paru
(Pulmologi). BukuI. FK-UNDIP.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
30/42
opatogenesis
dengan adanya :
infeksi dan iritasi bronkus kecil(secara berulang dan terus
menerus)
- edema, eksudasi, hipersensitivitas seluler pelepasan
protease naik
- fibrosis
kerusakan jaringan lebih
hebat
penyempitan saluran nafas kecil
air tripping
overinflamation
makin merusak elastisitas alveoli
bila ada ekserbasi (infeksi ) akutsumbatan lebih hebatairtrapping lebih hebat. Ditemukan tanda :
- dasar paru menekan diafragma ke bawah- sela iga melebar- dada berbentuk seperti tong (barrel chest) bila sumbatan (penyempitan) merupakan check valve atau
merupakan ventiloverinflamasi/air trapping hebat
Pasiyan Rahmatullah. Bronkitis Akut. Ilmu Penyakit Paru
(Pulmologi). BukuI. FK-UNDIP.
opatofisiologi
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
31/42
pada emphysema paru, oleh karena adanya :- elastisitas jaringan paru hilang- gerakan diafragma minimal- obstruksi bronkusmemberi akibat :
- dapat menaikkan kerja nafasbernafas memakia
otot-otot nafas tambahan
- Dapat menurunkan kapasitas vital paru
- Volume residu meningkat
Pertukaran gas tidak adekuat
Hipoksia dan hiperkapnia(Kadar CO2 mningkat)
Polisitemi sekunder/viskositas darah naik
akibat adanya obstruksi bronkus :- dyspneu- hiperinflamasi
- ekspirasi diperpanjangPasiyan Rahmatullah. Bronkitis Akut. Ilmu Penyakit Paru
(Pulmologi). BukuI. FK-UNDIP.
Manifestasi klinis
Ex. adanya resistensi jalan napas yang berlangsung lambat
ekspirasi terhambat (tidak sempurna)
- Asthma
Factor risiko
Factor lingkungan: merokok, aktivitas fisik yang terlalu
berat.
BRONCHIETACSIS
1.definisi
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
32/42
merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran
bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan
komponen elastis dan muscular dinding bronkus.
Kapita selekta Kedokteran FKUI Jilid 1
2.etiologi
- disebabkan oleh infeksi : H. Inlfuenzae dan P. aeruginosa
bakteri lain : Klebsiela dan staphylococcus aureus disebabkan
oleh absent atau terlambatnya pemberian antibiotic pada
pengobatan pneumonia.
- penyebab non infeksi : paparan substansi toksik, misalnya
terhirupnya gas toksik (ammonia, aspirasi asan dari cairan
lambung)
Kapita selekta Kedokteran FKUI Jilid 1
3.predisposisi
- kekurangan mekanisme pertahanan yang
didapat atau congenital, biasanya kelainan
imunologi berupa kekurangan globulin
(gama) atau kelainan imunitas selular atau
kekurangan (alfa)-1antitripsin
- kelaianan struktur congenital seperti fibrosiskistik, kekurangan kartilago bronkus
- penyakit paru primer seperti tumor paru, benda
asing atau TBCKapita selekta Kedokteran FKUI Jilid 1
4.manifestasi klinis
- sputum yang banyak- batuk dan [pengeluaran sputum sering dialami
pada pagi hari, setelah tiduran atau berbaring
pada posisi yang berlawanan dengan sisi yang
mengandung kelainan bronkiektasis
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
33/42
- pada bronkiektasis yang ringan (mengenai 1lobus), tidak terdapat gejala, kalo ada
biasanya batuk bersputum yang menyertai
batuk pilek selama 1-2 minggu
- pada bronkiektasis berat, pasien mengalamibatuk terus-menerus dengan sputum yang
banyak (200-300 ml), bertambah berat bila
terjadi infeksi pada saluran nafas atas. Disertai
demam, tidak nafsu makan, BB turun, anemia,
nyeri pleura dan badan lemah
Kapita selekta Kedokteran FKUI Jilid 1
5.pemeriksaan penunjang- pemeriksaan laboratsputum biasanya belapis tiga : busa, sereus, pus
dan sel rusak
sputum yang berbau busuk menunjukkan infeksi
oleh kuma anaerob.
- pemeriksaan radiologyfoto thoraks normal tidak menyingkirkan
kemungkinan penyakit ini. Biasanya didapatkan
corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas
corakan menjadi kabur, daerah yang terkena
corakan terlihat mengelompok, kadang ada
gambaran sarang tawon serta gambaran kistik
yang berdiameter sampai 2 cm dan kadang
terdapat garis-garis batas permukaan udara-
cairan.
Kapita selekta Kedokteran FKUI Jilid 1
15.Diagnosis?
16.Pemeriksaanpenunjang ?
17.Terapi?
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
34/42
BRONKITIS
Penatalaksanaan
a. Pengobatan untuk perbaikan bronkhitisnya
Sangat penting bagi penderita adalah mencegah /membatasi
adanya iritasi bronkhus lebih lanjut, misalnya:
-menghindari merokok
-menghindari inhalasi bahan iritan
Medikamentosa:
- antibiotika
Diberikan bila ada infeksi (eksaserbasi akut)
- Bronkodilator: Hanya digunakan bila perlu
b Pengelolaan terhadap hipoksia dan hiperkapnia
Pemberian oksigen pada penderita hipoksia / hiperkapniaharus dengan aliran pelan ( 1 L/menit). Bila diberikan dengan
aliran cepat dapat menimbulkan bahaya yang disebut CO2narcosis
Apabila O2 terpaksa harus diberikan, sebaiknya berikanlah
dengan ventilator.
Pasiyan Rahmatullah. Bronkitis Kronis. Ilmu Penyakit Paru
(Pulmologi). BukuI. FK-UNDIP
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
35/42
Penatalaksanaan batuk yang paling baik ialah pemberian obat
spesifik terhadap etiologinya . Tiga bentuk penatalaksanaan batuk
ialah:
a.Tanpa pemberian obat
Penderita-penderita dengan batuk tanpa gangguan yang
disebabkan oleh penyakit akut dan sembuh sendiri biasanya tidak
perlu obat.b. Pengobatan spesifik
Pengobatan ini diberikan terhadap penyebab timbulnya batuk.
c. Pengobatan simptomatik
Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan
penyebab batuknya maupun kepada penderita yang batuknya
merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial dapat
menimbulkan komplikasi.
Pengobatan Spesifik
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
36/42
Apabila penyebab batuk diketahui maka pengobatan harus
ditujukan terhadap penyebab tersebut. Dengan evaluasi diagnostik
yang terpadu, pada hampir semua penderita dapat diketahui
penyebab batuk kroniknya.
Pengobatan spesifik batuk tergantung dari etiologi ataumekanismenya:
- Asma diobati dengan bronkodilator atau dengan kortikosteroid.
- Postnasal drip karena sinusitis diobati dengan antibiotik, obat
semprot hidung dan kombinasi antihistamin - dekongestan;
- postnasal drip karena alergi atau rinitis nonalergi ditanggulangi
dengan menghindari lingkungan yang mempunyai faktor pencetus
dan kombinasi antihistamin - dekongestan.
- Refluks gastroesophageal diatasi dengan meninggikan kepala,
modifikasi diet, antasid dan simetidin.
- Batuk pada bronkitis kronik diobati dengan menghentikan
merokok.
- Antibiotik diberikan pada pneumonia,
- sarkoidosis diobati dengan kortiko steroid
- batuk pada gagal jantung kongestif dengan digoksin dan
furosemid.
- Pengobatan spesifik juga dapat berupa tindakan bedah seperti
reseksi paru pada kanker paru, polipektomi, menghilangkan
rambut dari saluran telinga luar.
Pengobatan Simptomatik
Pengobatan simptomatik diberikan apabila :
a. Penyebab batuk yang pasti tidak diketahui, sehingga
pengobatan spesifik dan definitif tidak dapat diberikan,
dan/atau
b. Batuk tidak berfungsi baik dan komplikasinya
membahayakan penderita.
Obat yang digunakan untuk pengobatan simptomatik ada
tiga jenis menurut kategori farmakologik, yaitu antitusif, eks-
pektorans dan mukolitik.
1. Antitusif
Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi
atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja
di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan
narkotik dan nonnarkotik.
Antitusif yang bekerja di perifer
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
37/42
Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal
di saluran napas, yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara
anestesi langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi
lendir saluran napas.)
Obat-obat anestesi
Obat anestesi lokalseperti benzokain, benzilalkohol, fenol dan
garam fenol digunakan dalam pembuatan lozenges. Obat
ini mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan di
pharing; tetapi hanya sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk
akibat kelainan saluran napas bawah.
Lidokain
Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain,
kokain dan lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk
akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi. Beberapa hal harus
diperhatikan dalam pemakaian anestesi topikal, yaitu:
1) Risiko aspirasi beberapa jam sesudah pemakaian obat,
2) Diketahui kemungkinan reaksi alergi terhadap obat anestesi,
3) Peningkatan tahanan jalan napas sesudah inhalasi zat
anestesi,
4) Risiko terjadinya efek toksis sistemik, termasuk aritmia dan
kejang terutama pada penderita penyakit hati dan jantung.
Demulcent
Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah
kekeringan selaput lendir. Obat ini dipakai sebagai pelarut
antitusif lain atau sebagai lozenges yang mengandung madu,
akasia, gliserin dan anggur. Secara obyektif tidak ada data yang
menunjukkan obat ini mempunyai efek antitusif yang bermakna,
tetapi karena aman dan memberikan perbaikan subyektif obat ini
banyak dipakai
Antitusif yang bekerja sentral
Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang
rangsang yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk.
Dibagi atas golongan narkotik dan nonnarkotik.
Golongan narkotik
Opiat dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek
farmakologik, sehingga digunakan sebagai analgesik, antitusif,
sedatif, menghilangkan sesak karena gagal jantung kiri dan anti
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
38/42
diare. Di antara alkaloid ini morfin dan kodein sering digunakan.
Efek samping obat ini adalah penekanan pusat napas, konstipasi,
kadang-kadang mual dan muntah, serta efek adiksi.
Opiat dapat menyebabkan terjadinya bronkospasme karena
penglepasan histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosisterapeutik untuk antitusif; di samping itu narkotik juga dapat
mengurangi efek pembersihan mukosilier dengan menghambat
sekresi kelenjarmukosa bronkus dan aktivitas silia; terapi
kodein kurang mempunyai efek tersebut.
Kodein
Obat ini merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan
salah satu obat yang paling sering diresepkan. Pada orang dewasa
dosis tunggal 20 60 mg atau 40 160 mg per hari biasanya
efektif. Kodein ditolerir dengan baik dan sedikit sekali
menimbulkan ketergantungan. Di samping itu obat ini sangat
sedikit sekali menyebabkan penekanan pusat napas dan
pembersihan mukosilier.
Efek samping pada dosis biasa jarang ditemukan. Pada dosis agak
besar dapat timbul mual, muntah, konstipasi, pusing, sedasi,
palpitasi, gatal-gatal, banyak keringat dan agitasi.
Hidrokodon
Merupakan derivat sintetik morfin dan kodein, mempunyai efek
antitusif yang serupa dengan kodein. Efek samping utama adalah
sedasi, penglepasan histamin, konstipasi dan kekeringan mukosa.
Obat ini tidak lebih unggul dari kodein.
Derivat morfin dan kodein yang lain seperti hidromorfon
mempunyai efek antitusif. Tetapi obat ini mempunyai efek adiksi
yang lebih besar dan tidak lebih unggul dibandingkan dengan
kodein.
Antitusif nonnarkotik
Dekstrometorfan
Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan,
sering digunakan sebagai antitusif nonnarkotik. Obat ini efektif
bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4 8 jam.
Dosis dewasa 10 20 mg, setiap 4 jam, anak-anak umur 6 11
tahun 5 -10 mg- sedangkan anak( umur 2 6 tahun dosisnya 2,5
5 mg setiap 4 jam.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
39/42
Butamirat sitrat
Obat golongan antitusif nonnarkotik yang baru diperkenalkan ini
bekerja secara sentral dan perifer. Pada sentral obat ini menekan
pusat refleks dan di perifer melalui aktivitas bronkospasmolitik
dan aksi antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan baik olehpenderita dan tidak menimbulkan efek samping konstipasi, mual,
muntah dan penekanan susunan saraf pusat. Dalam penelitian uji
klinik, obat ini mempunyai efektivitas yang sama dengan kodein
dalam menekan batuk. Butamiratsitrat mempunyai keunggulan
lain yaitu dapat digunakan dalam jangka panjang tanpa efek
samping dan memperbaiki fungsi paru yaitu meningkatkan
kapasitas vital (KV) dan aman digunakan pada anak-anak. Dosis
dewasa adalah 3 x 15 ml dan untuk anak-anak umur 6 - 8 tahun
2 x 10 ml, sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya 2
x 15 ml.
Noskapin
Noskapin tidak mempunyai efek adiksi meskipun termasuk
golongan alkaloid opiat. Efektivitas dalam menekan batuk
sebanding dengan kodein. Kadang-kadang memberikan efek
samping berupa pusing, mual, rinitis, alergi akut dan
konjungtivitis.
Dosis dewasa 15-30 mg setiap 4- 6 jam, dosis tunggal 60 mg aman
dalam menekan batuk paroksismal. Anak( berumur 2 - 12 tahun
dosisnya 7,5 - 15 mg setiap 3 - 4 jam dan tidak melebihi 60 mg
per hari.
Difenhidramin
Obat ini termasuk golongan antihistamin, mempunyai manfaat
mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Efek samping yang
dapat timbul ialah mengantuk, kekeringan mulut dan hidung,
kadang-kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat.
Obat ini mempunyai efek antikolinergik, karena itu harus
digunakan secara hati-hati pada penderita glaukoma, retensi urin
dan gangguan fungsi paru. Juga harus hati-hati bila digunakan
bersama obat ntikolinergik lain, penekan saraf pusat atau
perangsang susunan saraf pusat. Dosis yang dianjurkan sebagai
obat batuk ialah 25 mg setiap 4 jam tidak melebihi 100 mg/hari
untuk dewasa. Dosis untuk anak berumur 6-12 tahun ialah 12,5
mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50 mg/hari, sedangkan untuk
anak 2 - 5 tahun ialah 6,25 mg setiap
4 jam dan tidak melebihi 25 mg/hari.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
40/42
Retensi cairan yang patologis di jalan napas disebut mukostasis.
Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi keadaan itu disebut
mukokinesis. Obat mukokinetik dikelompokkan atas beberapa
golongan. Pada tabel 3 dapat dilihat penggolongan obat
mukokinetik.
Cermin Dunia Kedokteran No. 84, 19937http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.html
18.Komplikasi ?
KOMPLI KASI BATUK
Pada waktu batuk, tekanan intratoraks meninggi sampai 300
mmHg; peninggian tekanan ini diperlukan untuk menghasilkan
batuk yang efektif, tetapi hal ini dapat mengakibatkan komplikasipada paru, muskuloskelet, sistem kardiovaskular dan susunan
saraf pusat
.
Di paru dapat timbul pneumomediastinum, kecuali pada bayi
terjadi emfisema subkutis yang tidak serius. Dapat pula terjadi
pneumoperitoneum dan pneumoretroperitonium, tetapi ini sangat
jarang. Komplikasi lainnya adalah pneumotoraks dan emfisema,
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05PatofisiologiBatuk084.pdf/05PatofisiologiBatuk084.html8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
41/42
komplikasi muskuloskeletal, fraktur iga, ruptur otot rektus
abdominalis. Komplikasi kardiovaskular dapat berupa bradikardi,
robekan vena subconjuctiva, hidung dan anus;
komplikasi lainnya adalah henti jantung.
Pada sistim saraf pusat dapat terjadi cough syncope; akibat
peningkatan tekanan intratoraks terjadi refleks vasodilatasi arteri
dan vena sistemik. Hal ini menyebabkan curah jantung menurun
dan kadang-kadang berakibat rendahnya tekanan uteri sehingga
terjadi kehilangan kesadaran. Syncope terjadi beberapa detik
setelah batuk paroksimal
(ilmu penyakit paru, FK UNDI P)
Bronchitis may be suspected in patients with an acute respiratory infection with cough; yet,
because many more serious diseases of the lower respiratory tract cause cough, bronchitis
must be considered a diagnosis of exclusion.
Studies that may be helpful include the following:
Complete blood count (CBC) with differential
Procalcitonin levels (to distinguish bacterial from nonbacterial infections)
Sputum cytology (if the cough is persistent)
Blood culture (if bacterial superinfection is suspected)
Chest radiography (if the patient is elderly or physical findings suggest pneumonia)
Bronchoscopy (to exclude foreign body aspiration, tuberculosis, tumors, and other
chronic diseases)
Influenza tests
Spirometry
Laryngoscopy (to exclude epiglottitis)
Bronchitis may be suspected in patients with an acute respiratory infection with cough; yet,
because many more serious diseases of the lower respiratory tract cause cough, bronchitis
must be considered a diagnosis of exclusion. A complete blood count with differential may
be obtained.
Procalcitonin levels may be useful to distinguish bacterial infections from nonbacterial
infections. Trials from 2008 and 2009 have shown that they may help guide therapy and
reduce antibiotic use.[9, 10]
Sputum cytology may be helpful if the cough is persistent.
8/10/2019 LBM 2 modul Respi.docx
42/42
Chest radiography should be performed in those patients whose physical examination
findings suggest pneumonia. Elderly patients may have no signs of pneumonia; therefore,
chest radiography may be warranted in these patients, even without other clinical signs of
infection.
Bronchoscopy may be needed to exclude foreign body aspiration, tuberculosis, tumors, and
other chronic diseases of the tracheobronchial tree and lungs.
Influenza tests may be useful. Additional serologic tests, such as that for atypical pneumonia,
are not indicated.
Spirometry may be useful because patients with acute bronchitis often have significant
bronchospasm, with a large reduction in forced expiratory volume in one second (FEV1). This
generally resolves over 4-6 weeks.
Laryngoscopy can exclude epiglottitis.
Goblet cell hyperplasia, mucosal and submucosal inflammatory cells, edema, peribronchial
fibrosis, intraluminal mucous plugs, and increased smooth muscle are characteristic findingsin small airways in chronic obstructive lung disease.
Procalcitonin is a prohormone of calcitonin and part of a inflammatory cascade in the immune
system. Levels have been shown to be elevated in bacterial infections and not in viral or other
inflammatory conditions. Studies suggest values of greater than or equal to 0.25 mcg/L in
non-ICU patients and levels greater than 0.5 mcg/L in ICU patients may be appropriate to use
as cutoffs for initiation of antibiotic therapy.[11]
A subsequent drop of at least 80% in levels may
be appropriate to use as a guide for discontinuing antibiotics. Additional data suggest using a
procalcitonin algorithm reduces antibiotic usage without increasing the risk of
complications.
[12]
http://emedicine.medscape.com/article/297108-overview#aw2aab6b2b4
http://emedicine.medscape.com/article/297108-overview#aw2aab6b2b4http://emedicine.medscape.com/article/297108-overview#aw2aab6b2b4http://emedicine.medscape.com/article/297108-overview#aw2aab6b2b4