35
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA NASKAH LAPORAN KASUS Gangguan Skizofrenia Tak Terinci (F20.3) DD/ Episode Depresif (F32) OLEH Mc. Syaiful Ghazi Yamani, S. Ked H1A 009 009 PEMBIMBING dr. Elly Rosila Wijaya, Sp.KJ DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA 0

Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tes

Citation preview

Page 1: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT JIWA

NASKAH LAPORAN KASUS

Gangguan Skizofrenia Tak Terinci (F20.3)

DD/ Episode Depresif (F32)

OLEH

Mc. Syaiful Ghazi Yamani, S. Ked

H1A 009 009

PEMBIMBING

dr. Elly Rosila Wijaya, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK

MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA

NUSA TENGGARA BARAT

2015

0

Page 2: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. YS

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 35 tahun

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan Terakhir : SMA (Tidak tamat kuliah)

Pekerjaan : Tidak Tetap

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Karang Timbal, Narmada

Tanggal MRS : 1 Desember 2015 pukul 09.00 WITA

BPJS / Umum / KIS : BPJS

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari:

Autoanamnesis pada tanggal 7 Desember 2015 di Bangsal Flamboyan RSJ

Mutiara Sukma pukul 10.00 WITA

Alloanamnesis yang dilakukan via telepon pada tanggal 7 Desember 2015

pukul 17.00 WITA berasal dari:

1. Nama Keluarga : Ny FZ

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Hubungan : Ibu pasien

Alamat : Karang Timbal, Narmada

A. Keluhan Utama:

Pasien tidak tidur sejak 2 hari yang lalu

B. Riwayat Penyakit Sekarang:

1

Page 3: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB oleh keluarganya dengan

keluhan tidak bisa tidur sejak 2 hari yang lalu. Awalnya pasien tidak tidur

dan keluyuran pada malam hari sampai di lampu merah bertais, pada

tanggal 30 November 2015.

Keluhan tidak bisa tidur dikeluhkan oleh keluarga pasien sejak 2

hari sebelum masuk RSJ. Pada siang dan malam hari pasien dilihat gelisah

di dalam rumah dan sama sekali tidak bisa tidur. Pada malam hari kedua,

pasien keluyuran keluar rumah dan tidak diketahui pergi kemana oleh

keluarga pasien. Pagi harinya pasien ditemukan di sebuah perusahaan

dalam keadaan hanya menggunakan celana dalam dan sedang

membersihkan toilet. Pasien sendiri menyangkal bahwa dirinya tidak bisa

tidur dan keluyuran pada malam hari.

Gejala lain yang dikeluhkan ibunya seperti ngomong sendiri,

dimana pasien seperti mengajak ngomong seseorang. Dikeluhkan juga

sulit makan, tidak pernah mau diajak ngomong, sering ngelamun, pendiam

muncul sejak 2 hari sebelum dibawa ke RSJ. Ibu pasien menduga bahwa

pasien kambuh kembali karena memikirkan hutang keluarga.

Menurut pasien alasan dibawa ke RSJ adalah karena

kesalahpahaman dengan orang tuanya terkait masalah pekerjaan, dimana

pasien tidak memberitahu pekerjaan barunya kepada orang tua. Keluhan

melihat bayangan yang orang lain tidak bisa melihat atau mendengar suara

bisikan disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal segala tindakan dan

perbuatan yang dilakukannya dikendalikan oleh orang lain.

Pasien menyangkal mendengar suara ataupun bisikan yang hanya

didengar oleh dirinya. Pasien juga menyangkal melihat bayangan-

bayangan ataupun makhluk yang menyeramkan. Pasien juga merasa

lingkungan disekitarnya tidak ada yang aneh dan biasa-biasa saja. Pasien

tidak merasa melihat benda-benda ataupun dirinya dalam keadaan yang

aneh. Pasien juga tidak merasa bahwa segala tindakan yang dilakukannya

dikendalikan oleh orang lain. Perasaan bahwa dirinya merasa takut, cemas,

dan gelisah juga disangkal oleh pasien.

2

Page 4: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Pasien menyangkal dirinya pernah merasa senang berlebihan dan

seakan-akan memiliki tenaga yang tidak ada habisnya sehingga sangat

bersemangat dalam melakukan kegiatan hingga kesulitan tidur. Pasien

juga menyangkal dirinya pernah terjatuh hingga kepala terbentur, kejang-

kejang, ataupun tidak sadarkan diri sebelumnya. Pasien juga mengaku

tidak pernah mengonsumsi alkohol, obat-obatan selain yang diberikan

dokter.

Pasien dan keluarga mengaku bahwa ini adalah ketujuh kalinya

pasien dirawat di RSJ Mutiara Sukma. Pasien dan keluarga juga mengaku

bahwa hal yang dialami pasien saat ini hampir sama dengan yang

membuat pasien dirawat sebelumnya, yaitu susah tidur, gelisah, dan tidak

bisa diajak bicara. Ibu pasien juga mengaku bahwa pasien memang sering

melamun sendiri dirumah namun tidak pernah sampai berkeliaran dan

mengganggu orang-orang disekitar rumahnya.

Pasien tinggal bersama dengan istri dan ibu mertuanya dan

mengaku tidak ada masalah dengan istri dan ibu mertua. Pasien mengaku

hanya memikirkan istrinya yang sakit.

C. Riwayat Penyakit Dahulu:

1) Riwayat Gangguan Psikiatri

Ini merupakan kunjungan ke 7 pasien ke RSJ. Awalnya sekitar 10

tahun yang lalu saat pasien kuliah dan tidak bisa menyelesaikan

skripsi merupakan penyebab pertama munculnya gejala pada pasien

seperti tidak mau bicara, pendiam, terkadang ngomong sendiri dan

mengurung diri di kamar. Pasien sempat dirawat di RSJ selama

beberapa hari, rajin kontrol dam minum obat.

Yang kedua sekitar 3 tahun kemudian pada tahun 2008, adik pasien

meninggal sehingga muncul kembali gejala yang sama dan membuat

pasien dirawat di RSJ selama beberapa hari. Setelah pulang dikatakan

pasien rajin kontrol tetapi susah untuk minum obat. Untuk rawat inap

di RSJ yang ketiga, keempat dan kelima dikatakan selang setahun,

dengan gejala yang sama dan dari keluarga mengatakan penyebabnya

3

Page 5: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

adalah masalah ekonomi keluarga. Disini pasien mulai jarang kontrol

dan malas minum obat.

Yang keenam sekitar satu setengah tahun yang lalu, pasien sudah

menikah tetapi tidak dikaruniai anak. Pasien kembali menjalani rawat

inap di RSJ dengan keluhan yang sama. Kemungkinan penyebabnya

adalah masalah ekonomi keluarga. Pasien tetap jarang kontrol dan

malas minum obat.

2) Riwayat Gangguan Medis

Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang

mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis

berhubungan dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah

tinggi (-), sesak napas atau asma (-), trauma kepala (-), epilepsi (-).

Sebelum keluhan yang saat ini, pasien juga tidak pernah menderita

penyakit medis lain yang mengharuskannya di rawat atau berobat ke

pelayanan kesehatan. Tidak ada riwayat kejang, pingsan ataupun

trauma kepala akibat kecelakaan sebelumnya.

3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain

Riwayat penggunaan NAPZA tidak diakui oleh pasien. Alcohol (-),

merokok (+) selama 5 tahun saat kuliah.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi:

1) Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Keluarga pasien

tidak ingat dan tidak mengetahui secara rinci riwayat pasien saat

masih dalam kandungan dan dilahirkan.

2) Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)

Tidak didapatkan banyak informasi dari pihak keluarga. Menurut

pasien dan keluarganya, dirinya tumbuh dan berkembang sesuai usia

dan seperti anak lainnya. Pasien tidak pernah mengalami

keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Riwayat

sakit yang berat disangkal. Tidak pernah ada riwayat kejang. Pasien

diasuh oleh kedua orang tuanya sejak lahir. Menurutnya,

4

Page 6: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

keluarganya adalah keluarga harmonis dan kedua orang tuanya

sangat menyayangi dirinya dan saudara-saudaranya. Pasien bercerita

bahwa kedua orang tuanya selalu mendidik anak-anaknya dengan

sabar.

3) Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang tidak seperti anak yang lain. Pasien

tidak mudah bergaul dengan teman-teman seusianya. Anak yang

pendiam dan menyendiri. Tidak memiliki teman dekat. Hubungan

pasien dengan ayah dan ibunya serta saudaranya cukup baik,

walaupun memiliki banyak saudara. Pasien sering mendapatkan

rangking di sekolahnya. Pasien sering dimarahi oleh ibunya karena

sering salah saat membantu ibunya berjualan di pasar.

4) Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)

Pasien melewati masa remajanya dengan keadaan sama seperti

waktu kecil, yaitu penyendiri dan pendiam. Menurut ibu pasien,

pasien susah memiliki teman dan tidak ada teman dekat. Dan pasien

hanya belajar dirumah dan sering mendapat rangking di sekolah.

5) Dewasa

a. Riwayat Pendidikan

Pasien sekolah hingga SMA dan sempat melanjutkan pendidikan ke

Perguruan Tinggi namun tidak selesai, hanya sampai mengerjakan

skripsi.

b. Riwayat Pekerjaan

Pasien saat ini bekerja tidak tetap, beberapa pekerjaannya antara

lain sebagai satpam, cleaning service, mengantar galon.

c. Riwayat Perkawinan

Pasien sudah menikah, akan tetapi belum mempunyai anak.

Pernikahan pasien sudah berjalan selama 5 tahun.

d. Riwayat Agama

5

Page 7: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang

tua, guru yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Pasien

mengaku rajin melakukan ibadah, namun bila gejalanya kambuh,

pasien jarang beribadah.

e. Aktivitas Sosial

Pasien jarang bergaul dengan tetangga, lebih sering berdiam diri

dirumah. Dengan keluarga istrinya saja pasien tidak terlalu dekat.

f. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien mengaku tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar

hukum.

E. Riwayat Pengobatan:

Saat pertama kali rawat inap di RSJ, pasien tetap kontrol di Poliklinik RSJ

dan rajin minum obat, tetapi lama kelamaan pasien jarang kontrol dan

jarang minum obat karena mengaku sudah sembuh. Obat yang sering

diberikan diakui pasien berwarna merah muda dan kuning.

F. Riwayat Keluarga:

Pasien adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Pasien termasuk anak

yang pendiam dimata keluarganya. Hubungan pasien dengan saudaranya

yang lain cukup baik. Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya cukup

baik dan masalah pada keluarga pasien adalah masalah ekonomi.

6

Page 8: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Genogram Pasien

Keterangan

: Pria

: wanita

: pasien

: tinggal bersama

: meninggal dunia

G. Situasi Kehidupan Sekarang:

Saat ini pasien tinggal di rumah mertuanya bersama dengan

istrinya. Rumah mertua pasien berlokasi di Babakan. Untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari, pasien bekerja tidak tetap. Pasien tidak

mengetahui secara pasti berapa jumlah penghasilan perharinya.

7

Page 9: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

H. Persepsi dan Harapan Keluarga:

Menurut keluarga pasien, keluarga berharap pasien dapat sembuh

sehingga pasien dapat menjalani kehidupannya kembali dan bisa

beraktivitas seperti sebelumnya. Keluarga pasien menduga bahwa pasien

mengalami gangguan jiwa karena stress dengan istri yang sakit dan

bermasalah ekonomi keluarga.

I. Persepsi dan Harapan Pasien:

Pasien mengetahui bahwa dirinya saat ini berada di RSJ. Pasien

tidak mengetahui mengapa dirinya dibawa ke RSJ, pasien merasa dirinya

dengan keluarga salah paham dan seharusnya tidak perlu dibawa ke RSJ.

Pasien memiliki keinginan untuk segera pulang dan berkumpul bersama

keluarga lagi.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 7 Desember 2015 di Bangsal Flamboyan

RSJ Mutiara Sukma

A. Deskripsi Umum

1) Penampilan

Pasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi,

perawatan diri cukup baik, baju bersih, perawakan sedang, ekspresi

wajah tampak luas.

2) Kesadaran: jernih

3) Psikomotor

Normoaktif. Saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara

sampai akhir, perhatiannya tidak mudah teralih.

4) Sikap terhadap Pemeriksa

Cukup kooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup

baik.

5) Pembicaraan

8

Page 10: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Spontan, lancar, volume suara kesan cukup, intonasi cukup dan

artikulasi cukup jelas, pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan

yang diajukan pemeriksa.

B. Alam perasaan dan emosi

Mood : eutimia

Afek : luas

Keserasian : serasi antara afek dan isi pikir

C. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik dan visual (-).

D. Pikiran

Arus pikir : Normal

Isi pikir : preokupasi

Bentuk : tidak realistis

E. Fungsi Intelektual

a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdaasan

Pasien menempuh pendidikan sampai SMA. Pasien sempat

melanjutkan ke bangku perguruan tinggi, namun tidak selesai.

Penyebab pasien tidak selesai adalah karena masalah skripsi

sehingga pasien di drop out.

b. Orientasi :

Orang kesan baik. Pasien mengetahui bahwa sedang

diwawancarai oleh dokter muda dan dirawat oleh perawat.

Pasien juga mengenali orang tua ketika datang menjenguk.

Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini

dirinya berada di RS Jiwa Provinsi NTB.

Waktu kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan

wawancara dan saat itu adalah siang hari, mengetahui bulan

dan tahun, namun pasien lupa tanggal berapa.

c. Daya Ingat :

9

Page 11: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Jangka panjang baik. Pasien dapat menceritakan tentang

masa kecil dan masa remajanya dengan baik, misalnya

tempat sekolahnya dulu, nama gurunya.

Masa lalu belum lama (recent past memory) baik pasien

dapat mengingat kejadian beberapa bulan terakhir, seperti

saat lebaran yang terakhir.

Jangka pendek (recent memory) baik. Pasien dapat

mengingat menu sarapan dan makan malamnya.

Segera baik. Pasien dapat menyebutkan kembali benda

yang disebutkan oleh pemeriksa.

d. Konsentrasi dan Perhatian

Cukup baik, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik

dan perhatiannya tidak mudah teralih. Pasien dapat menyebutkan

angka-angka yang disebutkan oleh pemeriksa.

e. Kemampuan Berhitung

Kesan baik. Pasien dapat mengurangi semua angka dengan hasil

yang benar sesuai yang diberikan oleh pemeriksa. Baik 100-7

ataupun 20-3.

f. Kemampuan Membaca dan Menulis

Kesan baik, pasien dapat membaca dengan baik dan lancar buku

yang diberikan. Kemampuan menulis kesan baik, pasien dapat

menuliskan beberapa kalimat. Tingkat kemampuan membaca dan

menulis sesuai dengan taraf pendidikan.

g. Kemampuan Visuospasial

Kesan baik, pasien dapat mengikuti bentuk gambar yang

dicontohkan oleh pemeriksa.

h. Pikiran Abstrak

Kesan baik, pasien dapat menemukan persamaan dari beberapa

benda, misalnya “persamaan jeruk dan bola”. persamaan benda

lainnya, seperti “apel dan mangga”, “ tarian dan lukisan”, serta

“motor dan pesawat”

10

Page 12: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

i. Intelegensi dan Kemampuan Informasi

Tingkat intelegensi dan kemampuan informasi sesuai dengan taraf

pendidikannya.

j. Fungsi Eksekutif

Kesan baik, pasien mampu merencanakan dan melaksanakan

perintah yang diberikan yakni menggambar jam.

F. Pengendalian Impuls

Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik.

G. Daya Nilai dan Tilikan

Daya Nilai Sosial dan Uji Daya Nilai baik

Penilaian Daya Realita (RTA) tidak realistis

Tilikan Derajat 1

H. Taraf Dapat Dipercaya

Selain gejala yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit,

informasi lain yang disampaikan oleh pasien dapat dipercaya.

11

Page 13: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Pemeriksaan Fisik

1. Status Internus :

Keadaan : Baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

o Tekanan darah : 120/70 mmHg

o Frekuensi nadi : 90 x/menit

o Frekuensi napas : 19 x/menit

o Suhu aksila : 36,6 oC

Kepala/Leher : dalam batas normal

Thorax : cor/pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Extremitas : atas dan bawah dalam batas normal

2. Status Neurologis :

Tanda Rangsang Meningeal : negatif

Tanda Efek Ekstrapiramidal

o Tremor tangan : negatif

o Akatisia : negatif

o Bradikinesia : negatif

o Cara berjalan : normal

o Keseimbangan : baik

o Rigiditas : negatif

Motorik : baik

Sensorik : baik

12

Page 14: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

III. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 35 tahun, agama Islam, suku

sasak, pekerjaan swasta tidak tetap, status menikah, pendidikan terakhir tamat

SMA, dibawa ke IGD RSJ Mutiara Sukma pada tanggal 1 Desember 2015

karena pasien tidak bisa tidur sejak 2 hari sebelum dibawa ke RSJ. Gejala lain

yang dikeluhkan ibunya seperti ngomong sendiri, sulit makan, tidak pernah

mau diajak ngomong, sering ngelamun, pendiam muncul sejak 2 hari sebelum

dibawa ke RSJ juga disangkal oleh pasien.

Pada pemeriksaan status mental yang dilakukan pada tanggal 7 Desember

2015 didapatkan bahwa penampilan pasien cukup rapi dan sesuai dengan

usianya, perawatan diri baik. Sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif.

Bicara spontan, artikulasi jelas, menjawab sesuai pertanyaan. Psikomotor

nampak tenang dan normooaktif serta mampu mengikuti wawancara dengan

baik. Mood eutimia dengan afek yang luas dan serasi antara afek dan isi pikir.

Tidak terdapat halusinasi. Proses pikir normal, isi pikir preokupasi dengan

bentuk pikir tidak realistik. Kesadaran compos mentis. Orientasi orang, tempat,

dan waktu terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi atau perhatian dan

kemampuan visuospasial baik. Kemampuan membaca dan menulis terkesan

cukup baik. Pikiran abstrak serta intelegensi pasien sesuai dengan taraf

pendidikan pasien. Uji daya nilai baik, RTA tidak realistis dengan tilikan

derajat 1. Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis didapatkan hasil dalam

batas normal.

IV. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan

fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku,

pikiran, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu

penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam berbagai fungsi baik

psikososial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari pasien. Dengan demikian

13

Page 15: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu

gangguan jiwa.1,2,3

Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah

mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat

menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh

karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-F09).1

Pada anamnesis tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan zat

psikoaktif dan riwayat penggunaan alkohol. Namun, gangguan mental dan

perilaku akibat penyalahgunaan zat psikoaktif dan alkohol dapat menjadi

diagnosis banding dikarenakan adanya gangguan psikotik residual atau onset

lambat. Oleh karenanya, gangguan mental dan perilaku akibat penyalahgunaan

alkohol dapat disingkirkan. 1

Dari anamnesis terhadap pasien atau autoanamnesis ditemukan bahwa

pasien mengalami gejala psikotik berupa negativisme, mutisme dan adanya

gejala negatif bicara jarang, penarikan diri dari pergaulan sosial sejak 2 hari

yang lalu. Hal tersebut juga didukung oleh keluarga pasien. Oleh karena itu,

berdasarkan PPDGJ III diagnosis untuk aksis I adalah F20.3 yaitu gangguan

skizofrenia tak terinci, dengan differential diagnosis adalah F32 yaitu episode

depresif.1

Pada pasien ini belum dapat ditentukan ciri kepribadiannya secara pasti

sehingga diagnosis pada aksis II yaitu tidak ada diagnosis.1

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya

gangguan medis umum pada pasien yang menunjukkan korelasi yang

bermakna dengan keadaan pasien saat ini. Oleh karena itu, diagnosis aksis III

tidak ada.1

Pada pasien ini, untuk Aksis IV dapat ditemukan masalah yang diduga

menjadi stressor keadaan pasien saat ini. Berdasarkan autoanamnesis dan

alloanamnesis diduga masalah bersumber dari ekonomi keluarga dan istri

pasien yang sakit. Oleh karena itu pada diagnosis pada Axis IV adalah masalah

dengan “primary support group” atau keluarga dan masalah dengan

pekerjaan.1

14

Page 16: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Pada aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) scale pada saat

masuk RSJ adalah 60-59. GAF Highest Level Past Year (HLPY) adalah 100-

91.1,3

V. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : F20.3 yaitu gangguan skizofrenia tak terinci

: dd/ F20.x9 yaitu F32 episode depresif.

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah keluarga dan masalah pekerjaan

Aksis V : GAF Scale saat diperiksa 60-59

GAF HLPY 100-91

VI. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik : Tidak ada diagnosis

B. Psikologi :

Gejala negatif

Gejala positif

Tilikan Derajat 1

C. Lingkungan dan Sosioekonomi :

Adanya permasalahan ekonomi keluarga

Kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga mengenai pasien

yang mengalami gangguan jiwa.

VII. RENCANA PENATALAKSANAAN

A. Rawat inap melati

B. Psikofarmaka :

□ Tab. Risperidon – 2 x 2mg

□ Tab. THP 2x2 mg

□ Alprazolam 0-0-0,5mg k/p

C. Psikoterapi dan Psikoedukasi :

15

Page 17: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Psikoterapi Suportif

Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif dengan cara mendukung

pasien. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlalu mencampuri

maupun menjauhi pasien. Pasein juga diberikan edukasi mengenai

penyakitnya, gejala, penyebab, pengobatan, bagaimana dampak bila

tidak kontrol atau tidak minum obat dan bagaimana jika keluhan

kembali muncul.

Psikoedukasi

a. Edukasi terhadap pasien :

- Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai

gangguan yang diderita, mulai gejala, dampak, faktor resiko,

pemicu, tingkat kekambuhan, dan tata cara dan manfaat

pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat, dan segera

berobat bila mulai timbul gejala serupa.

- Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga

pasien termotivasi untuk minum obat secara teratur.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa obat yang diberikan bisa

memberikan efek samping bagi pasien namun dapat diatasi.

Dan memberikan pemahaman bahwa keuntungan akan efek

obat lebih besar dibandingkan dengan efek samping obat yang

ditimbulkan sehingga pasien harus tetap meminum obat.

b. Edukasi kepada keluarga :

- Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab,

gejala, hubungan antara gejala dengan perilaku, perjalanan

penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya diharapkan keluarga

bisa menerima dan memahami keadaan pasien serta

mendukung proses penyembuhannya dan mencegah

kekambuhan.

- Menjelaskan bahwa sakit yang diderita oleh pasien merupakan

penyakit yang membutuhkan dukungan dan peran aktif

keluarga dalam membantu proses penyambuhan penyakit.

16

Page 18: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

- Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada

pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek

samping yang mungkin muncul pada pengobatan).

- Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan

minum obat secara teratur.

- Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien

dapat mengambil obat di Puskesmas terdekat dari wilayah

pasien tinggal demi meningkatkan kepatuhan minum obat.

VIII. PROGNOSIS

Hal yang meringankan prognosis :

1. Keluarga mendukung kesembuhan pasien

2. Ini merupakan kali pertama pasien mengalami gangguan jiwa

3. Pasien memiliki jaminan kesehatan

Hal yang memperburuk prognosis :

1. Stressor atau faktor pencetus tidak jelas

2. Onset usia muda

3. Kebiasaan/riwayat pasien menggunakan alkohol dan ganja

4. Kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga mengenai gangguan jiwa

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :

Qua ad vitam : bonam

Qua ad functionam : dubia ad bonam

Qua ad sanationam : dubia ad bonam

17

Page 19: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

IX. DISKUSI

Pada pasien ini ditemukan gejala bermakna berupa gejala psikotik.

Gejala psikotik yang terdapat pada pasien antara lain adanya mutisme,

negativisme dan gejala negatif lainnya. Gejala psikotik pada pasien memenuhi

gejala skizofrenia, namun tidak memenuhi kriteria skizofrenia dari segi waktu.

Oleh karena itu, diagnosis kerja pada pasien ini adalah gangguan psikotik tak

terinci.1,2

Sesuai dengan pedoman diagnosis berdasarkan PPDGJ III/ICD 10 dan

berdasarkan DSM IV, beberapa kemungkinan diagnosis dapat disingkirkan dari

pasien. Tidak dijumpai adanya gangguan neurologis, riwayat kejang, riwayat

trauma, atau gangguan pada fungsi intelektual pasien, sehingga gejala psikosis

pada pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan mental

organik.1,3,4

Pada anamnesis tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan zat

psikoaktif dan tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol. Hal ini

menyebabkan diagnosa gangguan mental dan perilaku akibat penyalahgunaan

alkohol dapat disingkirkan.3

Permasalahan yang diduga menjadi pencetus pada pasien ini adalah

masalah keluarga, akan tetapi diperlukan eksplorasi lebih lanjut. Selain

stressornya, ciri kepribadian pasien juga memerlukan eksplorasi lebih lanjut.

Pada pasien saat ini belum dapat ditentukan apakah ciri kepribadiannya

tersebut memenuhi kriteria gangguan kepribadian. Ciri kepribadian pasien

dengan skizofrenia penting untuk diketahui. Apabila kita mengetahui ciri

kepribadian pasien maka akan dapat membantu kita dalam menentukan cara

yang akan kita gunakan saat memberikan psikoterapi.

Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa

antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang

diinginkan. Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal

dan atipikal. Pada pasien ini gejala negatif lebih menonjol yaitu adanya

mutisme, negativisme, penarikan diri dari pergaulan sosial. Pada pasien ini

diberikan risperidon yang merupakan suatu antipsikotik atipikal karena gejala

18

Page 20: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin) yang lebih

menonjol pada pasien ini.5,6

Pada pasien ini diberikan dosis terapeutik, yaitu risperidone tablet 2 x

2 mg. Pada pengaturan dosis pemberian antipsikotik, setelah 4-8 minggu

pengobatan pasien akan memasuki tahap stabilisasi dimana gejala-gejala sudah

banyak teratasi sehingga membuat pasien berhenti minum obat. Namun, pada

tahap ini risiko relaps masih tinggi terutama bila pengobatan terputus tiba-tiba.

Dosis optimal pada tahap stabilisasi ini dipertahankan selama 8-12 minggu

baru kemudian diturunkan secara perlahan tiap 2 minggu hingga mencapai

dosis maintenance. Dosis maintenance pada serangan sindrom psikosis yang

multi-episode diberikan paling sedikit selama 5 tahun sehingga dapat

menurunkan derajat kekambuhan. Setelah itu, baru dapat dilakukan tappering

off sampai akhirnya pasien berhenti minum obat.5,6

Penggunaan obat antipsikotik golongan atipikal, dijelaskan dapat

menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala ekstrapiramidal. EPS atau

Ekstrapiramidal Sindrom akibat penggunaan antipsikotik generasi I umumnya

dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan utama yakni hiperkinetik dan

hipokinetik. EPS hiperkinetik dapat berupa akatisia, distonia akut, dan

diskinesia akut. EPS hipokinetik misalnya gejala-gejala menyerupai parkinson

atau parkinsonismus seperti bradikinesia, tremor, dan rigiditas. Untuk

mengihindari efek samping tersebut dapat diberikan Trihexylphenidyl, suatu

obat golongan antikolinergik yang dapat mengatasi gejala ekstrapiramidal.

Namun, jika tidak ditemukan tanda-tanda gangguan ekstrapiramidal maka

pemberian THP tidak perlu diberikan terkait efek samping jangka panjang

berupa Atropin Toxic Syndrome5,7

Terapi non farmakologis yang penting pada pasien selain yang

disebutkan di atas, yakni psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Dalam

psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan

cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah, namun tetap berwibawa.

Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan dilindungi.

Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan

19

Page 21: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta

adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.2,3

Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting sebagai primary

care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga diberikan

penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi

pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.3

20

Page 22: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

Tahun 2005 2008 2009 2010 2011 2014 Desember 2015Pencetus :- Skripsi yang

belum selesai

Pencetus :- Adik pasien

meninggal

Pencetus :- Masalah

ekonomi dan pekerjaan

Pencetus :Masalah ekonomi dan pekerjaan

Pencetus :Masalah ekonomi dan pekerjaan

Pencetus :Istri sakit

Pencetus :Masalah ekonomi, pekerjaan dan istri sakit

Gejala :- Tidak mau

bicara- Berdiam diri di

kamar- Sering

ngelamun- Berbicara

sendiri- Susah tidur- Gelisah

Gejala :- Tidak mau

bicara- Sering

ngelamun- Berbicara

sendiri- Susah tidur- Gelisah

Gejala :- Tidak mau

bicara- Sering

ngelamun- Berbicara

sendiri- Susah tidur- Gelisah

Gejala :- Tidak mau

bicara- Sering

ngelamun- Berbicara

sendiri- Susah tidur- Gelisah

Gejala :- Tidak mau

bicara- Sering

ngelamun- Berbicara

sendiri- Susah tidur- Gelisah

Gejala :- Tidak mau

bicara- Sering

ngelamun- Berbicara

sendiri- Susah tidur- Gelisah

Gejala :- Tidak mau

bicara- Sering

ngelamun- Berbicara

sendiri- Susah tidur- Gelisah- Preokupasi

Tabel 1. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

21

Des 20152014200920082005 2010 2011

Page 23: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

FOLLOW UP PASIEN

Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning

7/12/15 Menjawab sesuai

pertanyaan, makan

minum (+), tidur (+),

gelisah (-)

TD : 130/80

EPS : (-)

Kontak bagus, koperatif

(+), afek luas

Skizofrenia ytt Risperidone 2x2 mg

Alprazolam 0-0-0,5 mg

(k/p)

8/12/15 Menjawab sesuai

pertanyaan, makan

minum (+), tidur (+),

gelisah (-)

TD : 110/80

EPS : (-)Kontak bagus,

koperatif (+), afek luas

Skizofrenia ytt Risperidone 2x2 mg

Alprazolam 0-0-0,5 mg

(k/p)

22

Page 24: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993.

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta :

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

2. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.

Surabaya : Airlangga University Press.

3. Kaplan HI, Saddock BJ, et al.2007. Schizophrenia in Kaplan and Saddock

Comprehensive of Psichiatry. 8th Edition.Philadelphia : Lippincott William&

Wilkins.

4. Peter BJ, Peter FB. 2006. Schizophrenia. London : Churchill Livingstone

Elsevier.

5. Faith BD, Lisa D. 2007. Schizophrenia : Psychosocial Treatment in Kaplan

and Saddock Comprehensive Textbook of Psychiatry.8th Edition.

Philadelphia : Lippincott Williams &Wilkins.

6. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.

Edisi Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

7. Alvarez, G.F., Skowronski, G.A. 2003. Remember The Side Effects of

Haloperidol : A Case Report. Vol. 3, Pp. 266-69. Departement of Intensive

Care. The St George Hospital : New South Wales.

8. Schillevoot, L., Boer, A., Herings, R.M., Roos, R.A., Jansen, P.A., Leufkens,

H.G. 2005. Risk of Extrapyramidal Syndromes with Haloperidol,

Risperidone, or Olanzapin. Vol. 35, No. 12, Pp. 1517 – 22.

23

Page 25: Lapsus Jiwa (Skizo Ytt) h1a 009009 (Repaired)

24