TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT JIWA
NASKAH LAPORAN KASUS
Gangguan Skizofrenia Tak Terinci (F20.3)
DD/ Episode Depresif (F32)
OLEH
Mc. Syaiful Ghazi Yamani, S. Ked
H1A 009 009
PEMBIMBING
dr. Elly Rosila Wijaya, Sp.KJ
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK
MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA
NUSA TENGGARA BARAT
2015
0
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. YS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan Terakhir : SMA (Tidak tamat kuliah)
Pekerjaan : Tidak Tetap
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Karang Timbal, Narmada
Tanggal MRS : 1 Desember 2015 pukul 09.00 WITA
BPJS / Umum / KIS : BPJS
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari:
Autoanamnesis pada tanggal 7 Desember 2015 di Bangsal Flamboyan RSJ
Mutiara Sukma pukul 10.00 WITA
Alloanamnesis yang dilakukan via telepon pada tanggal 7 Desember 2015
pukul 17.00 WITA berasal dari:
1. Nama Keluarga : Ny FZ
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan : Ibu pasien
Alamat : Karang Timbal, Narmada
A. Keluhan Utama:
Pasien tidak tidur sejak 2 hari yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
1
Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB oleh keluarganya dengan
keluhan tidak bisa tidur sejak 2 hari yang lalu. Awalnya pasien tidak tidur
dan keluyuran pada malam hari sampai di lampu merah bertais, pada
tanggal 30 November 2015.
Keluhan tidak bisa tidur dikeluhkan oleh keluarga pasien sejak 2
hari sebelum masuk RSJ. Pada siang dan malam hari pasien dilihat gelisah
di dalam rumah dan sama sekali tidak bisa tidur. Pada malam hari kedua,
pasien keluyuran keluar rumah dan tidak diketahui pergi kemana oleh
keluarga pasien. Pagi harinya pasien ditemukan di sebuah perusahaan
dalam keadaan hanya menggunakan celana dalam dan sedang
membersihkan toilet. Pasien sendiri menyangkal bahwa dirinya tidak bisa
tidur dan keluyuran pada malam hari.
Gejala lain yang dikeluhkan ibunya seperti ngomong sendiri,
dimana pasien seperti mengajak ngomong seseorang. Dikeluhkan juga
sulit makan, tidak pernah mau diajak ngomong, sering ngelamun, pendiam
muncul sejak 2 hari sebelum dibawa ke RSJ. Ibu pasien menduga bahwa
pasien kambuh kembali karena memikirkan hutang keluarga.
Menurut pasien alasan dibawa ke RSJ adalah karena
kesalahpahaman dengan orang tuanya terkait masalah pekerjaan, dimana
pasien tidak memberitahu pekerjaan barunya kepada orang tua. Keluhan
melihat bayangan yang orang lain tidak bisa melihat atau mendengar suara
bisikan disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal segala tindakan dan
perbuatan yang dilakukannya dikendalikan oleh orang lain.
Pasien menyangkal mendengar suara ataupun bisikan yang hanya
didengar oleh dirinya. Pasien juga menyangkal melihat bayangan-
bayangan ataupun makhluk yang menyeramkan. Pasien juga merasa
lingkungan disekitarnya tidak ada yang aneh dan biasa-biasa saja. Pasien
tidak merasa melihat benda-benda ataupun dirinya dalam keadaan yang
aneh. Pasien juga tidak merasa bahwa segala tindakan yang dilakukannya
dikendalikan oleh orang lain. Perasaan bahwa dirinya merasa takut, cemas,
dan gelisah juga disangkal oleh pasien.
2
Pasien menyangkal dirinya pernah merasa senang berlebihan dan
seakan-akan memiliki tenaga yang tidak ada habisnya sehingga sangat
bersemangat dalam melakukan kegiatan hingga kesulitan tidur. Pasien
juga menyangkal dirinya pernah terjatuh hingga kepala terbentur, kejang-
kejang, ataupun tidak sadarkan diri sebelumnya. Pasien juga mengaku
tidak pernah mengonsumsi alkohol, obat-obatan selain yang diberikan
dokter.
Pasien dan keluarga mengaku bahwa ini adalah ketujuh kalinya
pasien dirawat di RSJ Mutiara Sukma. Pasien dan keluarga juga mengaku
bahwa hal yang dialami pasien saat ini hampir sama dengan yang
membuat pasien dirawat sebelumnya, yaitu susah tidur, gelisah, dan tidak
bisa diajak bicara. Ibu pasien juga mengaku bahwa pasien memang sering
melamun sendiri dirumah namun tidak pernah sampai berkeliaran dan
mengganggu orang-orang disekitar rumahnya.
Pasien tinggal bersama dengan istri dan ibu mertuanya dan
mengaku tidak ada masalah dengan istri dan ibu mertua. Pasien mengaku
hanya memikirkan istrinya yang sakit.
C. Riwayat Penyakit Dahulu:
1) Riwayat Gangguan Psikiatri
Ini merupakan kunjungan ke 7 pasien ke RSJ. Awalnya sekitar 10
tahun yang lalu saat pasien kuliah dan tidak bisa menyelesaikan
skripsi merupakan penyebab pertama munculnya gejala pada pasien
seperti tidak mau bicara, pendiam, terkadang ngomong sendiri dan
mengurung diri di kamar. Pasien sempat dirawat di RSJ selama
beberapa hari, rajin kontrol dam minum obat.
Yang kedua sekitar 3 tahun kemudian pada tahun 2008, adik pasien
meninggal sehingga muncul kembali gejala yang sama dan membuat
pasien dirawat di RSJ selama beberapa hari. Setelah pulang dikatakan
pasien rajin kontrol tetapi susah untuk minum obat. Untuk rawat inap
di RSJ yang ketiga, keempat dan kelima dikatakan selang setahun,
dengan gejala yang sama dan dari keluarga mengatakan penyebabnya
3
adalah masalah ekonomi keluarga. Disini pasien mulai jarang kontrol
dan malas minum obat.
Yang keenam sekitar satu setengah tahun yang lalu, pasien sudah
menikah tetapi tidak dikaruniai anak. Pasien kembali menjalani rawat
inap di RSJ dengan keluhan yang sama. Kemungkinan penyebabnya
adalah masalah ekonomi keluarga. Pasien tetap jarang kontrol dan
malas minum obat.
2) Riwayat Gangguan Medis
Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang
mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis
berhubungan dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah
tinggi (-), sesak napas atau asma (-), trauma kepala (-), epilepsi (-).
Sebelum keluhan yang saat ini, pasien juga tidak pernah menderita
penyakit medis lain yang mengharuskannya di rawat atau berobat ke
pelayanan kesehatan. Tidak ada riwayat kejang, pingsan ataupun
trauma kepala akibat kecelakaan sebelumnya.
3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain
Riwayat penggunaan NAPZA tidak diakui oleh pasien. Alcohol (-),
merokok (+) selama 5 tahun saat kuliah.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi:
1) Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Keluarga pasien
tidak ingat dan tidak mengetahui secara rinci riwayat pasien saat
masih dalam kandungan dan dilahirkan.
2) Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Tidak didapatkan banyak informasi dari pihak keluarga. Menurut
pasien dan keluarganya, dirinya tumbuh dan berkembang sesuai usia
dan seperti anak lainnya. Pasien tidak pernah mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Riwayat
sakit yang berat disangkal. Tidak pernah ada riwayat kejang. Pasien
diasuh oleh kedua orang tuanya sejak lahir. Menurutnya,
4
keluarganya adalah keluarga harmonis dan kedua orang tuanya
sangat menyayangi dirinya dan saudara-saudaranya. Pasien bercerita
bahwa kedua orang tuanya selalu mendidik anak-anaknya dengan
sabar.
3) Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang tidak seperti anak yang lain. Pasien
tidak mudah bergaul dengan teman-teman seusianya. Anak yang
pendiam dan menyendiri. Tidak memiliki teman dekat. Hubungan
pasien dengan ayah dan ibunya serta saudaranya cukup baik,
walaupun memiliki banyak saudara. Pasien sering mendapatkan
rangking di sekolahnya. Pasien sering dimarahi oleh ibunya karena
sering salah saat membantu ibunya berjualan di pasar.
4) Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)
Pasien melewati masa remajanya dengan keadaan sama seperti
waktu kecil, yaitu penyendiri dan pendiam. Menurut ibu pasien,
pasien susah memiliki teman dan tidak ada teman dekat. Dan pasien
hanya belajar dirumah dan sering mendapat rangking di sekolah.
5) Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien sekolah hingga SMA dan sempat melanjutkan pendidikan ke
Perguruan Tinggi namun tidak selesai, hanya sampai mengerjakan
skripsi.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien saat ini bekerja tidak tetap, beberapa pekerjaannya antara
lain sebagai satpam, cleaning service, mengantar galon.
c. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah, akan tetapi belum mempunyai anak.
Pernikahan pasien sudah berjalan selama 5 tahun.
d. Riwayat Agama
5
Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang
tua, guru yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Pasien
mengaku rajin melakukan ibadah, namun bila gejalanya kambuh,
pasien jarang beribadah.
e. Aktivitas Sosial
Pasien jarang bergaul dengan tetangga, lebih sering berdiam diri
dirumah. Dengan keluarga istrinya saja pasien tidak terlalu dekat.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien mengaku tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar
hukum.
E. Riwayat Pengobatan:
Saat pertama kali rawat inap di RSJ, pasien tetap kontrol di Poliklinik RSJ
dan rajin minum obat, tetapi lama kelamaan pasien jarang kontrol dan
jarang minum obat karena mengaku sudah sembuh. Obat yang sering
diberikan diakui pasien berwarna merah muda dan kuning.
F. Riwayat Keluarga:
Pasien adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Pasien termasuk anak
yang pendiam dimata keluarganya. Hubungan pasien dengan saudaranya
yang lain cukup baik. Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya cukup
baik dan masalah pada keluarga pasien adalah masalah ekonomi.
6
Genogram Pasien
Keterangan
: Pria
: wanita
: pasien
: tinggal bersama
: meninggal dunia
G. Situasi Kehidupan Sekarang:
Saat ini pasien tinggal di rumah mertuanya bersama dengan
istrinya. Rumah mertua pasien berlokasi di Babakan. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, pasien bekerja tidak tetap. Pasien tidak
mengetahui secara pasti berapa jumlah penghasilan perharinya.
7
H. Persepsi dan Harapan Keluarga:
Menurut keluarga pasien, keluarga berharap pasien dapat sembuh
sehingga pasien dapat menjalani kehidupannya kembali dan bisa
beraktivitas seperti sebelumnya. Keluarga pasien menduga bahwa pasien
mengalami gangguan jiwa karena stress dengan istri yang sakit dan
bermasalah ekonomi keluarga.
I. Persepsi dan Harapan Pasien:
Pasien mengetahui bahwa dirinya saat ini berada di RSJ. Pasien
tidak mengetahui mengapa dirinya dibawa ke RSJ, pasien merasa dirinya
dengan keluarga salah paham dan seharusnya tidak perlu dibawa ke RSJ.
Pasien memiliki keinginan untuk segera pulang dan berkumpul bersama
keluarga lagi.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Berdasarkan pemeriksaan tanggal 7 Desember 2015 di Bangsal Flamboyan
RSJ Mutiara Sukma
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Pasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi,
perawatan diri cukup baik, baju bersih, perawakan sedang, ekspresi
wajah tampak luas.
2) Kesadaran: jernih
3) Psikomotor
Normoaktif. Saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara
sampai akhir, perhatiannya tidak mudah teralih.
4) Sikap terhadap Pemeriksa
Cukup kooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup
baik.
5) Pembicaraan
8
Spontan, lancar, volume suara kesan cukup, intonasi cukup dan
artikulasi cukup jelas, pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan
yang diajukan pemeriksa.
B. Alam perasaan dan emosi
Mood : eutimia
Afek : luas
Keserasian : serasi antara afek dan isi pikir
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik dan visual (-).
D. Pikiran
Arus pikir : Normal
Isi pikir : preokupasi
Bentuk : tidak realistis
E. Fungsi Intelektual
a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdaasan
Pasien menempuh pendidikan sampai SMA. Pasien sempat
melanjutkan ke bangku perguruan tinggi, namun tidak selesai.
Penyebab pasien tidak selesai adalah karena masalah skripsi
sehingga pasien di drop out.
b. Orientasi :
Orang kesan baik. Pasien mengetahui bahwa sedang
diwawancarai oleh dokter muda dan dirawat oleh perawat.
Pasien juga mengenali orang tua ketika datang menjenguk.
Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini
dirinya berada di RS Jiwa Provinsi NTB.
Waktu kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan
wawancara dan saat itu adalah siang hari, mengetahui bulan
dan tahun, namun pasien lupa tanggal berapa.
c. Daya Ingat :
9
Jangka panjang baik. Pasien dapat menceritakan tentang
masa kecil dan masa remajanya dengan baik, misalnya
tempat sekolahnya dulu, nama gurunya.
Masa lalu belum lama (recent past memory) baik pasien
dapat mengingat kejadian beberapa bulan terakhir, seperti
saat lebaran yang terakhir.
Jangka pendek (recent memory) baik. Pasien dapat
mengingat menu sarapan dan makan malamnya.
Segera baik. Pasien dapat menyebutkan kembali benda
yang disebutkan oleh pemeriksa.
d. Konsentrasi dan Perhatian
Cukup baik, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik
dan perhatiannya tidak mudah teralih. Pasien dapat menyebutkan
angka-angka yang disebutkan oleh pemeriksa.
e. Kemampuan Berhitung
Kesan baik. Pasien dapat mengurangi semua angka dengan hasil
yang benar sesuai yang diberikan oleh pemeriksa. Baik 100-7
ataupun 20-3.
f. Kemampuan Membaca dan Menulis
Kesan baik, pasien dapat membaca dengan baik dan lancar buku
yang diberikan. Kemampuan menulis kesan baik, pasien dapat
menuliskan beberapa kalimat. Tingkat kemampuan membaca dan
menulis sesuai dengan taraf pendidikan.
g. Kemampuan Visuospasial
Kesan baik, pasien dapat mengikuti bentuk gambar yang
dicontohkan oleh pemeriksa.
h. Pikiran Abstrak
Kesan baik, pasien dapat menemukan persamaan dari beberapa
benda, misalnya “persamaan jeruk dan bola”. persamaan benda
lainnya, seperti “apel dan mangga”, “ tarian dan lukisan”, serta
“motor dan pesawat”
10
i. Intelegensi dan Kemampuan Informasi
Tingkat intelegensi dan kemampuan informasi sesuai dengan taraf
pendidikannya.
j. Fungsi Eksekutif
Kesan baik, pasien mampu merencanakan dan melaksanakan
perintah yang diberikan yakni menggambar jam.
F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik.
G. Daya Nilai dan Tilikan
Daya Nilai Sosial dan Uji Daya Nilai baik
Penilaian Daya Realita (RTA) tidak realistis
Tilikan Derajat 1
H. Taraf Dapat Dipercaya
Selain gejala yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit,
informasi lain yang disampaikan oleh pasien dapat dipercaya.
11
Pemeriksaan Fisik
1. Status Internus :
Keadaan : Baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
o Tekanan darah : 120/70 mmHg
o Frekuensi nadi : 90 x/menit
o Frekuensi napas : 19 x/menit
o Suhu aksila : 36,6 oC
Kepala/Leher : dalam batas normal
Thorax : cor/pulmo dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Extremitas : atas dan bawah dalam batas normal
2. Status Neurologis :
Tanda Rangsang Meningeal : negatif
Tanda Efek Ekstrapiramidal
o Tremor tangan : negatif
o Akatisia : negatif
o Bradikinesia : negatif
o Cara berjalan : normal
o Keseimbangan : baik
o Rigiditas : negatif
Motorik : baik
Sensorik : baik
12
III. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 35 tahun, agama Islam, suku
sasak, pekerjaan swasta tidak tetap, status menikah, pendidikan terakhir tamat
SMA, dibawa ke IGD RSJ Mutiara Sukma pada tanggal 1 Desember 2015
karena pasien tidak bisa tidur sejak 2 hari sebelum dibawa ke RSJ. Gejala lain
yang dikeluhkan ibunya seperti ngomong sendiri, sulit makan, tidak pernah
mau diajak ngomong, sering ngelamun, pendiam muncul sejak 2 hari sebelum
dibawa ke RSJ juga disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan status mental yang dilakukan pada tanggal 7 Desember
2015 didapatkan bahwa penampilan pasien cukup rapi dan sesuai dengan
usianya, perawatan diri baik. Sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif.
Bicara spontan, artikulasi jelas, menjawab sesuai pertanyaan. Psikomotor
nampak tenang dan normooaktif serta mampu mengikuti wawancara dengan
baik. Mood eutimia dengan afek yang luas dan serasi antara afek dan isi pikir.
Tidak terdapat halusinasi. Proses pikir normal, isi pikir preokupasi dengan
bentuk pikir tidak realistik. Kesadaran compos mentis. Orientasi orang, tempat,
dan waktu terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi atau perhatian dan
kemampuan visuospasial baik. Kemampuan membaca dan menulis terkesan
cukup baik. Pikiran abstrak serta intelegensi pasien sesuai dengan taraf
pendidikan pasien. Uji daya nilai baik, RTA tidak realistis dengan tilikan
derajat 1. Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis didapatkan hasil dalam
batas normal.
IV. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan
fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku,
pikiran, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu
penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam berbagai fungsi baik
psikososial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari pasien. Dengan demikian
13
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu
gangguan jiwa.1,2,3
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat
menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh
karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-F09).1
Pada anamnesis tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan zat
psikoaktif dan riwayat penggunaan alkohol. Namun, gangguan mental dan
perilaku akibat penyalahgunaan zat psikoaktif dan alkohol dapat menjadi
diagnosis banding dikarenakan adanya gangguan psikotik residual atau onset
lambat. Oleh karenanya, gangguan mental dan perilaku akibat penyalahgunaan
alkohol dapat disingkirkan. 1
Dari anamnesis terhadap pasien atau autoanamnesis ditemukan bahwa
pasien mengalami gejala psikotik berupa negativisme, mutisme dan adanya
gejala negatif bicara jarang, penarikan diri dari pergaulan sosial sejak 2 hari
yang lalu. Hal tersebut juga didukung oleh keluarga pasien. Oleh karena itu,
berdasarkan PPDGJ III diagnosis untuk aksis I adalah F20.3 yaitu gangguan
skizofrenia tak terinci, dengan differential diagnosis adalah F32 yaitu episode
depresif.1
Pada pasien ini belum dapat ditentukan ciri kepribadiannya secara pasti
sehingga diagnosis pada aksis II yaitu tidak ada diagnosis.1
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya
gangguan medis umum pada pasien yang menunjukkan korelasi yang
bermakna dengan keadaan pasien saat ini. Oleh karena itu, diagnosis aksis III
tidak ada.1
Pada pasien ini, untuk Aksis IV dapat ditemukan masalah yang diduga
menjadi stressor keadaan pasien saat ini. Berdasarkan autoanamnesis dan
alloanamnesis diduga masalah bersumber dari ekonomi keluarga dan istri
pasien yang sakit. Oleh karena itu pada diagnosis pada Axis IV adalah masalah
dengan “primary support group” atau keluarga dan masalah dengan
pekerjaan.1
14
Pada aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) scale pada saat
masuk RSJ adalah 60-59. GAF Highest Level Past Year (HLPY) adalah 100-
91.1,3
V. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : F20.3 yaitu gangguan skizofrenia tak terinci
: dd/ F20.x9 yaitu F32 episode depresif.
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah keluarga dan masalah pekerjaan
Aksis V : GAF Scale saat diperiksa 60-59
GAF HLPY 100-91
VI. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : Tidak ada diagnosis
B. Psikologi :
Gejala negatif
Gejala positif
Tilikan Derajat 1
C. Lingkungan dan Sosioekonomi :
Adanya permasalahan ekonomi keluarga
Kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga mengenai pasien
yang mengalami gangguan jiwa.
VII. RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Rawat inap melati
B. Psikofarmaka :
□ Tab. Risperidon – 2 x 2mg
□ Tab. THP 2x2 mg
□ Alprazolam 0-0-0,5mg k/p
C. Psikoterapi dan Psikoedukasi :
15
Psikoterapi Suportif
Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif dengan cara mendukung
pasien. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlalu mencampuri
maupun menjauhi pasien. Pasein juga diberikan edukasi mengenai
penyakitnya, gejala, penyebab, pengobatan, bagaimana dampak bila
tidak kontrol atau tidak minum obat dan bagaimana jika keluhan
kembali muncul.
Psikoedukasi
a. Edukasi terhadap pasien :
- Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai
gangguan yang diderita, mulai gejala, dampak, faktor resiko,
pemicu, tingkat kekambuhan, dan tata cara dan manfaat
pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat, dan segera
berobat bila mulai timbul gejala serupa.
- Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga
pasien termotivasi untuk minum obat secara teratur.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa obat yang diberikan bisa
memberikan efek samping bagi pasien namun dapat diatasi.
Dan memberikan pemahaman bahwa keuntungan akan efek
obat lebih besar dibandingkan dengan efek samping obat yang
ditimbulkan sehingga pasien harus tetap meminum obat.
b. Edukasi kepada keluarga :
- Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab,
gejala, hubungan antara gejala dengan perilaku, perjalanan
penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya diharapkan keluarga
bisa menerima dan memahami keadaan pasien serta
mendukung proses penyembuhannya dan mencegah
kekambuhan.
- Menjelaskan bahwa sakit yang diderita oleh pasien merupakan
penyakit yang membutuhkan dukungan dan peran aktif
keluarga dalam membantu proses penyambuhan penyakit.
16
- Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek
samping yang mungkin muncul pada pengobatan).
- Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan
minum obat secara teratur.
- Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien
dapat mengambil obat di Puskesmas terdekat dari wilayah
pasien tinggal demi meningkatkan kepatuhan minum obat.
VIII. PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis :
1. Keluarga mendukung kesembuhan pasien
2. Ini merupakan kali pertama pasien mengalami gangguan jiwa
3. Pasien memiliki jaminan kesehatan
Hal yang memperburuk prognosis :
1. Stressor atau faktor pencetus tidak jelas
2. Onset usia muda
3. Kebiasaan/riwayat pasien menggunakan alkohol dan ganja
4. Kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga mengenai gangguan jiwa
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :
Qua ad vitam : bonam
Qua ad functionam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
17
IX. DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan gejala bermakna berupa gejala psikotik.
Gejala psikotik yang terdapat pada pasien antara lain adanya mutisme,
negativisme dan gejala negatif lainnya. Gejala psikotik pada pasien memenuhi
gejala skizofrenia, namun tidak memenuhi kriteria skizofrenia dari segi waktu.
Oleh karena itu, diagnosis kerja pada pasien ini adalah gangguan psikotik tak
terinci.1,2
Sesuai dengan pedoman diagnosis berdasarkan PPDGJ III/ICD 10 dan
berdasarkan DSM IV, beberapa kemungkinan diagnosis dapat disingkirkan dari
pasien. Tidak dijumpai adanya gangguan neurologis, riwayat kejang, riwayat
trauma, atau gangguan pada fungsi intelektual pasien, sehingga gejala psikosis
pada pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan mental
organik.1,3,4
Pada anamnesis tidak didapatkan adanya riwayat penggunaan zat
psikoaktif dan tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol. Hal ini
menyebabkan diagnosa gangguan mental dan perilaku akibat penyalahgunaan
alkohol dapat disingkirkan.3
Permasalahan yang diduga menjadi pencetus pada pasien ini adalah
masalah keluarga, akan tetapi diperlukan eksplorasi lebih lanjut. Selain
stressornya, ciri kepribadian pasien juga memerlukan eksplorasi lebih lanjut.
Pada pasien saat ini belum dapat ditentukan apakah ciri kepribadiannya
tersebut memenuhi kriteria gangguan kepribadian. Ciri kepribadian pasien
dengan skizofrenia penting untuk diketahui. Apabila kita mengetahui ciri
kepribadian pasien maka akan dapat membantu kita dalam menentukan cara
yang akan kita gunakan saat memberikan psikoterapi.
Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa
antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang
diinginkan. Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal
dan atipikal. Pada pasien ini gejala negatif lebih menonjol yaitu adanya
mutisme, negativisme, penarikan diri dari pergaulan sosial. Pada pasien ini
diberikan risperidon yang merupakan suatu antipsikotik atipikal karena gejala
18
negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin) yang lebih
menonjol pada pasien ini.5,6
Pada pasien ini diberikan dosis terapeutik, yaitu risperidone tablet 2 x
2 mg. Pada pengaturan dosis pemberian antipsikotik, setelah 4-8 minggu
pengobatan pasien akan memasuki tahap stabilisasi dimana gejala-gejala sudah
banyak teratasi sehingga membuat pasien berhenti minum obat. Namun, pada
tahap ini risiko relaps masih tinggi terutama bila pengobatan terputus tiba-tiba.
Dosis optimal pada tahap stabilisasi ini dipertahankan selama 8-12 minggu
baru kemudian diturunkan secara perlahan tiap 2 minggu hingga mencapai
dosis maintenance. Dosis maintenance pada serangan sindrom psikosis yang
multi-episode diberikan paling sedikit selama 5 tahun sehingga dapat
menurunkan derajat kekambuhan. Setelah itu, baru dapat dilakukan tappering
off sampai akhirnya pasien berhenti minum obat.5,6
Penggunaan obat antipsikotik golongan atipikal, dijelaskan dapat
menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala ekstrapiramidal. EPS atau
Ekstrapiramidal Sindrom akibat penggunaan antipsikotik generasi I umumnya
dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan utama yakni hiperkinetik dan
hipokinetik. EPS hiperkinetik dapat berupa akatisia, distonia akut, dan
diskinesia akut. EPS hipokinetik misalnya gejala-gejala menyerupai parkinson
atau parkinsonismus seperti bradikinesia, tremor, dan rigiditas. Untuk
mengihindari efek samping tersebut dapat diberikan Trihexylphenidyl, suatu
obat golongan antikolinergik yang dapat mengatasi gejala ekstrapiramidal.
Namun, jika tidak ditemukan tanda-tanda gangguan ekstrapiramidal maka
pemberian THP tidak perlu diberikan terkait efek samping jangka panjang
berupa Atropin Toxic Syndrome5,7
Terapi non farmakologis yang penting pada pasien selain yang
disebutkan di atas, yakni psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Dalam
psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan
cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah, namun tetap berwibawa.
Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan dilindungi.
Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan
19
proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta
adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.2,3
Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting sebagai primary
care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga diberikan
penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi
pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.3
20
Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien
Tahun 2005 2008 2009 2010 2011 2014 Desember 2015Pencetus :- Skripsi yang
belum selesai
Pencetus :- Adik pasien
meninggal
Pencetus :- Masalah
ekonomi dan pekerjaan
Pencetus :Masalah ekonomi dan pekerjaan
Pencetus :Masalah ekonomi dan pekerjaan
Pencetus :Istri sakit
Pencetus :Masalah ekonomi, pekerjaan dan istri sakit
Gejala :- Tidak mau
bicara- Berdiam diri di
kamar- Sering
ngelamun- Berbicara
sendiri- Susah tidur- Gelisah
Gejala :- Tidak mau
bicara- Sering
ngelamun- Berbicara
sendiri- Susah tidur- Gelisah
Gejala :- Tidak mau
bicara- Sering
ngelamun- Berbicara
sendiri- Susah tidur- Gelisah
Gejala :- Tidak mau
bicara- Sering
ngelamun- Berbicara
sendiri- Susah tidur- Gelisah
Gejala :- Tidak mau
bicara- Sering
ngelamun- Berbicara
sendiri- Susah tidur- Gelisah
Gejala :- Tidak mau
bicara- Sering
ngelamun- Berbicara
sendiri- Susah tidur- Gelisah
Gejala :- Tidak mau
bicara- Sering
ngelamun- Berbicara
sendiri- Susah tidur- Gelisah- Preokupasi
Tabel 1. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien
21
Des 20152014200920082005 2010 2011
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning
7/12/15 Menjawab sesuai
pertanyaan, makan
minum (+), tidur (+),
gelisah (-)
TD : 130/80
EPS : (-)
Kontak bagus, koperatif
(+), afek luas
Skizofrenia ytt Risperidone 2x2 mg
Alprazolam 0-0-0,5 mg
(k/p)
8/12/15 Menjawab sesuai
pertanyaan, makan
minum (+), tidur (+),
gelisah (-)
TD : 110/80
EPS : (-)Kontak bagus,
koperatif (+), afek luas
Skizofrenia ytt Risperidone 2x2 mg
Alprazolam 0-0-0,5 mg
(k/p)
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993.
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta :
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
2. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
Surabaya : Airlangga University Press.
3. Kaplan HI, Saddock BJ, et al.2007. Schizophrenia in Kaplan and Saddock
Comprehensive of Psichiatry. 8th Edition.Philadelphia : Lippincott William&
Wilkins.
4. Peter BJ, Peter FB. 2006. Schizophrenia. London : Churchill Livingstone
Elsevier.
5. Faith BD, Lisa D. 2007. Schizophrenia : Psychosocial Treatment in Kaplan
and Saddock Comprehensive Textbook of Psychiatry.8th Edition.
Philadelphia : Lippincott Williams &Wilkins.
6. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Edisi Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
7. Alvarez, G.F., Skowronski, G.A. 2003. Remember The Side Effects of
Haloperidol : A Case Report. Vol. 3, Pp. 266-69. Departement of Intensive
Care. The St George Hospital : New South Wales.
8. Schillevoot, L., Boer, A., Herings, R.M., Roos, R.A., Jansen, P.A., Leufkens,
H.G. 2005. Risk of Extrapyramidal Syndromes with Haloperidol,
Risperidone, or Olanzapin. Vol. 35, No. 12, Pp. 1517 – 22.
23
24