Upload
tio-nugroho
View
73
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dampak lingkungan tempat sampah
Citation preview
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 1
BAB III
TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
3.1. KEPENDUDUKAN
Penduduk merupakan aspek penting dalam perkembangan suatu wilayah, karena
selain sebagai obyek, penduduk juga berperan sebagai subyek dalam pembangunan.
Demikian juga dengan Kota Surabaya dimana perkembangan dan pertumbuhan kota yang
cepat tentu berpengaruh terhadap aspek kependudukan. Identifikasi kependudukan pada
bagian ini meliputi kondisi faktual mengenai jumlah dan persebaran penduduk, kepadatan
penduduk, golongan umur dan jenis kelamin. Selain itu, indikator pendidikan juga
diidentifikasi dengan tujuan untuk mengetahui korelasi tingkat pendidikan dengan kualitas
lingkungan.
3.1.1. Kondisi Eksisting
Berdasarkan hasil registrasi penduduk yang dilakukan oleh Dispenduk dan Capil
(Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) Kota Surabaya, didapatkan jumlah penduduk
Surabaya pada tahun 2012 adalah sebanyak 3.104.584 jiwa. Jumlah ini meningkat sekitar 5%
dari jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2011 yaitu 2.956.569 jiwa. Dengan luas
wilayah Kota Surabaya yang sebesar 316,36 Km2, maka kepadatan penduduk Kota
Surabaya pada tahun 2012 adalah sebesar 417,586 jiwa/ Km2. Kota Surabaya terdiri dari 31
kecamatan. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Benowo dengan
luas 26,78 Km2, namun kepadatan penduduknya tergolong rendah yaitu 2.014 jiwa/ Km2.
Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Simokerto
dengan kepadatan 41.036 jiwa/Km2. Data selengkapnya mengenai luas wilayah, jumlah
penduduk, laju pertumbuhan dan kepadatan per kecamatan disajikan pada tabel - tabel di
bawah ini.
Tabel 3.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan 2012
No. KECAMATAN Luas
(Km2)
Jumlah Penduduk
Tahun 2012
Pertumbuhan Penduduk
2012
Kepadatan Penduduk
2012
1 KARANG PILANG 9,23 76.624 3,87 8.302
2 WONOCOLO 6,78 83.952 6,33 12.382
3 RUNGKUT 21,08 106.693 7,00 5.061
4 WONOKROMO 8,47 191.970 4,40 22.665
5 TEGALSARI 4,29 115.739 3,26 26.979
6 SAWAHAN 6,93 229.006 3,00 33.046
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 2
No. KECAMATAN Luas
(Km2)
Jumlah
Penduduk Tahun 2012
Pertumbuhan Penduduk
2012
Kepadatan Penduduk
2012
7 GENTENG 4,04 68.191 2,10 16.879
8 GUBENG 7,99 153.741 2,99 19.242
9 SUKOLILO 23,69 110.372 5,57 4.659
10 TAMBAK SARI 8,99 241.237 4,44 26.834
11 SIMOKERTO 2,59 106.282 3,59 41.036
12 PABEAN CANTIAN 6,8 92.349 2,75 13.581
13 BUBUTAN 3,86 114.655 2,97 29.703
14 TANDES 11,07 97.124 3,36 8.774
15 KREMBANGAN 8,34 128.632 4,91 15.424
16 SEMAMPIR 8,76 204.615 5,00 23.358
17 KENJERAN 7,64 149.993 8,96 19.633
18 LAKAR SANTRI 16,05 55.325 5,57 3.447
19 BENOWO 26,78 53.942 10,95 2.014
20 WIYUNG 12,46 68.181 5,00 5.472
21 DUKUH PAKIS 9,94 62.791 4,06 6.317
22 GAYUNGAN 6,07 48.832 4,99 8.045
23 JAMBANGAN 4,19 49.028 6,33 11.701
24 TENGGILIS MEJOYO 5,52 56.757 6,37 10.282
25 GUNUNG ANYAR 9,71 53.096 7,82 5.468
26 MULYOREJO 14,21 87.442 5,01 6.154
27 SUKOMANUNGGAL 9,23 104.564 6,42 11.329
28 ASEMROWO 5,44 45.062 11,73 8.283
29 BULAK 6,78 41.402 6,52 6.106
30 PAKAL 19,01 47.639 10,63 2.506
31 SAMBI KEREP 20,42 59.348 6,03 2.906
TOTAL 32,636 3.104.584 171,91 417.586,26 Keterangan :
Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk Kota Surabaya
selalu terjadi peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk Kota
Surabaya yang sebesar 2.829.486 jiwa pada tahun 2008 menjadi sebesar 3.104.584 jiwa
pada tahun 2012. Laju pertumbuhan penduduk terus bergerak positif antara 2,1% sampai
11,73%.
Kecamatan Simokerto merupakan wilayah terpadat di Kota Surabaya sedangkan
Kecamatan Benowo merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk terendah di Kota
Surabaya pada tahun 2012.
Selain itu, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin secara umum
menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah penduduk laki-laki di Kota Surabaya lebih
banyak daripada jumlah penduduk perempuannya. Hal ini juga terjadi di tahun 2012, dimana
jumlah penduduk laki laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuannya.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 3
Selain berdasarkan jenis kelamin, Dispenduk dan Capil Kota Surabaya juga membagi
komposisi penduduk berdasarkan usia, dan diketahui bahwa penduduk Kota Surabaya
paling banyak berusia antara 26 - 40 tahun. Dengan jumlah penduduk laki laki di Kota
Surabaya pada tahun 2012 sebesar 1.021.770 jiwa dengan sex ratio rata rata sebesar
101,26. Sedangkan jumlah penduduk perempuan di Kota Surabaya tahun 2012 sebesar
1.014.276 jiwa dengan sex ratio rata rata sebesar 98,8.
Kota Surabaya sebagaimana kota besar lainnya juga mengalami perubahan
penduduk baik itu penambahan ataupun pengurangan jumlah penduduk yang disebut igrasi.
Migrasi juga dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap
dari suatu tempat ke tempat lain yang melampaui batas administrative suatu wilayah. Ada
dua faktor yang menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk dari suatu daerah ke
daerah lainnya yaitu faktor pendorong (push factor) dari daerah asal dan faktor penarik (pull
factor) dari daerah tujuan.
Bagi Kota Surabaya, persoalan migrasi sebenarnya tidak terlalu berpengaruh
terhadap pertambahan jumlah penduduk. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang datang
ke dan pindah dari Kota Surabaya relatif sama (tidak berbeda jauh). Namun demikian, dari
data penduduk yang datang dan pindah pada tahun-tahun sebelumnya, diketahui bahwa
jumlah penduduk yang datang ke Kota Surabaya lebih banyak daripada penduduk yang
pindah, meskipun perbedaannya tidak signifikan. Jumlah penduduk laki-laki yang pindah dari
Kota Surabaya pada tahun 2012 adalah sebanyak 7.984 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
perempuan yang pindah sebanyak 8.162 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk laki laki yang
datang ke Surabaya tercatat sebesar 11.122 Jiwa dan penduduk perempuan sebesar 11.996
jiwa. Data Migrasi Selama Hidup Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin dapat dilihat
pada table di bawah ini :
Tabel 3.2. Migrasi Selama Hidup Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
NO KECAMATAN Penduduk Datang Penduduk Pindah
L P L P
1 KARANG PILANG 251 251 594 578
2 WONOCOLO 282 340 484 451
3 RUNGKUT 826 877 336 364
4 WONOKROMO 304 301 340 378
5 TEGALSARI 282 362 317 333
6 SAWAHAN 508 596 322 329
7 GENTENG 157 199 378 381
8 GUBENG 508 560 545 511
9 SUKOLILO 617 690 334 330
10 TAMBAK SARI 846 923 305 303
11 SIMOKERTO 268 315 422 440
12 PABEAN CANTIAN 275 272 254 278
13 BUBUTAN 339 380 684 666
14 TANDES 375 448 448 481
15 KREMBANGAN 447
455 430 483
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 4
NO KECAMATAN Penduduk Datang Penduduk Pindah
L P L P
16 SEMAMPIR 428 388 313 313
17 KENJERAN 803 729 243 257
18 LAKAR SANTRI 207 214 403 446
19 BENOWO 361 345 137 136
20 WIYUNG 217 248 79 60
21 DUKUH PAKIS 182 210 102 100
22 GAYUNGAN 154 176 55 67
23 JAMBANGAN 161 181 60 55
24 TENGGILIS MEJOYO 366 454 88 95
25 GUNUNG ANYAR 313 297 65 76
26 MULYOREJO 345 411 58 53
27 SUKOMANUNGGAL 466 537 62 56
28 ASEMROWO 198 154 29 40
29 BULAK 189 203 20 20
30 PAKAL 246 242 40 43
31 SAMBI KEREP 201 238 37 39
JUMLAH 11.122 11.996 7.984 8.162
Keterangan : Data per juni 2012, diolah oleh Badan Lingkungan Hidup,2012
Sumber : Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012
Sejalan dengan pertambahan penduduk dan urbanisasi, maka lahan yang tersedia
sebagai tempat permukiman masyarakat semakin sempit. Oleh karena itu, saat ini daerah
pesisir menjadi salah satu alternatif tempat domisili masyarakat. Pesisir merupakan wilayah
yang unik, karena dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir menjadi tempat bertemunya
daratan dan lautan. Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk
ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar
biasa terhadap manusia. Jumlah penduduk yang bermukim di wilayah pesisir Kota Surabaya
pada tahun 2012 tercatat sebanyak 758.520 jiwa yang tersebar di 36 desa di 7 kecamatan
dengan jumlah rumah tangga sebanyak 208.579 rumah tangga. Persebaran penduduk di
wilayah pesisir Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 3.10. di bawah ini.
Tabel 3.3. Jumlah Penduduk di Laut dan Pesisir
No. Kecamatan/ Kabupaten/
Kota
Jumlah Desa
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
1 SUKOLILO 7 110.372 32.023
2 PABEAN CANTIAN 5 92.349 26.883
3 SEMAMPIR 5 204.615 52.401
4 KENJERAN 4 149.993 39.293
5 BULAK 5 41.402 11.800
6 GUNUNG ANYAR 4 53.096 15.296
7 RUNGKUT 6 106.693 30.883
TOTAL 36 758.520 208.579 Keterangan : Sumber : Dinas kependudukan dan Catatan Sipil, 2012
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 5
Dalam rangka penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, peran
pendidikan sangat penting dan menentukan. Pendidikan di sekolah mutlak diperlukan dalam
upaya membentuk kepribadian dan karakter yang tepat untuk mayarakat muda, baik itu
untuk diri sendiri maupun yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian dan karakter
sebagai warga negara yang baik. Tingkat pendidikan di Kota Surabaya secara umum
memiliki kualitas yang cukup baik, namun keberhasilan tersebut belum merata di semua
kecamatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sekolah yang pada kecamatan tertentu jauh lebih
banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya, dan adanya kecamatan yang belum
memiliki fasilitas sekolah untuk jenjang pendidikan SLTA. Sedangkan untuk data penduduk
Kota Surabaya berusia 5-24 tahun menurut status pendidikan setingkat diploma dan
universitas belum tersedia di tahun 2012.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun maka fasilitas
pendidikan berupa sekolah di Kota Surabaya mutlak diperlukan demi kelancaran kegiatan
belajar mengajar mulai dari jenjang SD hingga SLTA. Data Jumlah Penduduk, Luas Daerah,
Kepadatan, Jumlah Sekolah menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3.4. Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Kepadatan, Jumlah Sekolah menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan
No Kecamatan LAKI PEREMPUAN Luas (km2)
SD (Unit)
SLTP (Unit)
SLTA (Unit)
1 KARANG PILANG 25.239 24.926 923 20 11 4
2 WONOCOLO 27.496 27.178 678 26 7 9
3 RUNGKUT 34.831 34.026 2.108 24 9 4
4 WONOKROMO 64.828 64.323 847 45 19 9
5 TEGALSARI 38.473 39.001 429 43 11 3
6 SAWAHAN 75.582 75.978 693 56 16 7
7 GENTENG 22.736 23.691 404 21 10 14
8 GUBENG 51.684 52.988 799 47 16 13
9 SUKOLILO 35.420 35.034 2.369 33 14 9
10 TAMBAK SARI 79.548 80.002 899 54 17 9
11 SIMOKERTO 35.386 36.094 259 25 8 6
12 PABEAN CANTIAN 30.765 30.634 680 19 8 3
13 BUBUTAN 38.175 38.197 386 36 9 2
14 TANDES 31.071 31.090 1.107 25 14 4
15 KREMBANGAN 42.813 42.352 834 34 17 6
16 SEMAMPIR 67.058 66.085 876 50 18 4
17 KENJERAN 48.783 47.007 764 24 13 4
18 LAKAR SANTRI 18.292 17.759 1.605 16 6 3
19 BENOWO 17.790 17.216 2.678 12 2 3
20 WIYUNG 22.819 22.044 1.246 17 6 3
21 DUKUH PAKIS 20.344 19.948 994 24 7 5
22 GAYUNGAN 16.227 16.015 607 20 6 4
23 JAMBANGAN 16.012 15.568 419 11 6 2
24 TENGGILIS MEJOYO 18.066 18.093 552 20 6 2
25 GUNUNG ANYAR 17.256 16.874 971 9 4 -
26 MULYOREJO 28.156 28.307 1.421 25 13 6
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 6
No Kecamatan LAKI PEREMPUAN Luas (km2)
SD (Unit)
SLTP (Unit)
SLTA (Unit)
27 SUKOMANUNGGAL 33.366 33.011 923 31 13 4
28 ASEMROWO 14.630 13.635 1.544 9 3 1
29 BULAK 13.635 13.364 678 15 6 3
30 PAKAL 15.936 15.136 1.901 15 6 4
31 SAMBI KEREP 19.353 18.700 2.042 10 6 5
Keterangan : Sumber : Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 2012
3.1.2. Perbandingan Nilai Antar Lokasi
Adanya perbedaan sumber daya antara satu wilayah dengan wilayah lainnya,
menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya perbedaan sebaran penduduk.
Biasanya penduduk akan mengumpul pada suatu wilayah yang dapat menunjang
kehidupannya. Dari hasil registrasi penduduk oleh Dispenduk dan Capil Kota Surabaya pada
tahun 2012, didapatkan data yang menunjukkan bahwa Kecamatan Tambaksari memiliki
jumlah penduduk terbanyak yaitu 241.237 jiwa, diikuti oleh Kecamatan Sawahan dengan
jumlah penduduk 229.006 jiwa. Sedangkan kecamatan yang jumlah penduduknya paling
sedikit adalah Kecamatan Bulak, dengan jumlah penduduk 41402 jiwa. Perbandingan jumlah
penduduk per kecamatan selengkapnya disajikan pada Gambar 3.1 di bawah ini.
Gambar 3.1. Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012
Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 7
Secara umum jumlah penduduk Kota Surabaya mengalami peningkatan dari tahun
2011 ke tahun 2012. Namun, peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak terjadi di semua
kecamatan, ada beberapa kecamatan yang justru jumlah penduduknya menurun dari tahun
sebelumnya (pertumbuhan penduduknya negatif). Perbandingan pertumbuhan penduduk per
kecamatan di Kota Surabaya dari tahun 2011 ke tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan di Kota Surabaya
Tahun 2011-2012
Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 8
Dari Gambar 3.2, dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk dari tahun 2011 ke
tahun 2012 yang paling tinggi terjadi di Kecamatan Asemrowo, dengan laju pertumbuhan
sebesar 11,73 %. Kecamatan yang mengalami tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi
selanjutnya adalah Kecamatan Benowo, dengan laju pertumbuhan 10,95 %. Sedangkan laju
pertumbuhan penduduk yang paling rendah dialami oleh Kecamatan Genteng, dengan laju
2,1 % dari tahun sebelumya.
Dilihat dari kepadatan penduduknya, Kecamatan Simokerto merupakan wilayah
dengan kepadatan paling tinggi, dimana kepadatan penduduk di Kecamatan ini adalah
41.036 jiwa/Km2. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah
Kecamatan Benowo yaitu 2.014 jiwa/Km2. Kecamatan Benowo sebenarnya merupakan
kecamatan dengan luas wilayah terbesar di Kota Surabaya, namun jumlah penduduknya
tidak terlalu banyak dikarenakan adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, yang
merupakan satu-satunya di Kota Surabaya. Selengkapnya mengenai perbandingan
kepadatan penduduk antar kecamatan dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini.
Gambar 3.3. Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012
Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 9
Komposisi penduduk Kota Surabaya menurut kelompok umur menunjukkan bahwa
pada tahun 2012 jumlah penduduk 40 54 Tahun dan 0 14 tahun mendominasi jumlah
penduduk berdasarkan golongan umur.. Perbandingan jumlah penduduk Kota Surabaya
berdasarkan kelompok umur disajikan pada Gambar 3.4 berikut.
Gambar 3.4. Jumlah Penduduk Kota Surabaya menurut Kelompok Umur Tahun 2012
Sumber : Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012.
Penduduk Kota Surabaya yang tinggal di wilayah pesisir pada tahun 2012 ada
sebanyak 758.520 jiwa, yang tersebar di 7 kecamatan dan 36 desa. Kecamatan yang
memiliki jumlah penduduk pesisir terbesar adalah Kecamatan Semampir sebanyak 204.615
jiwa dan yang jumlah penduduk pesisirnya paling kecil adalah Kecamatan Bulak sebanyak
41.402 jiwa. Perbandingan jumlah penduduk pesisir di 7 kecamatan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Jumlah Penduduk di Wilayah Pesisir Kota Surabaya Tahun 2012
Sumber: Dispenduk dan Capil Kota Surabaya, 2012.
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
0-14 Thn 15-19Thn 40-54 Thn 55-64 Thn 65+
Jumlah Penduduk Kota Surabaya Menurut kelompok Umur Tahun 2012
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 10
Mengenai fasilitas pendidikan yang ada di Surabaya, seperti yang telah dijelaskan di
atas persebarannya belum merata di semua kecamatan. Dari data di atas dapat diketahui
bahwa jumlah seluruh fasilitas pendidikan berupa sekolah di Kota Surabaya secara
keseluruhan, mulai dari jenjang SD hingga SLTA, berjumlah 1.146 sekolah. Kecamatan
Sawahan memiliki fasilitas sekolah dasar paling banyak dengan jumlah 56 unit, sebaliknya
Kecamatan Asem Rowo dan Kecamatan Gunung Anyar memiliki sekolah dasar paling sedikit
yaitu 9 unit.
Kecamatan Wonokromo memiliki SLTP paling banyak di Kota Surabaya sebanyak 19
Unit dan sebaliknya Kecamatan Benowo hanya memiliki 2 Unit SLTP. Sedangkan
Kecamatan Genteng memiliki jumlah SLTA paling banyak di Kota Surabaya dengan 14 Unit
berbanding terbalik dengan Kecamatan Gunung Anyar yang belum memiliki fasilitas SLTA
sama sekali. Perbandingan jumlah sekolah di masing-masing kecamatan di Kota Surabaya
dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut.
Gambar 3.6. Jumlah Fasilitas Pendidikan (Sekolah) per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 2012.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 11
Peta persebaran fasilitas pendidikan di Kota Surabaya yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya
dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Peta Persebaran Fasilitas Pendidikan di Kota Surabaya
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 12
3.1.3. Analisis Statistik
Jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2012 adalah sebanyak 3.104.584 jiwa
data per September 2012 Rasio jenis kelamin (P/L) penduduk Kota Surabaya pada tahun
2012 ini tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu mendekati 100%, artinya
jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya hampir sama.
Persebaran fasilitas pendidikan di Kota Surabaya belum merata namun fasilitas
pendidikan tersebut masih memadai. Pola migrasi Kota Surabaya lebih banyak penduduk
yang datang ke Surabaya daripada penduduk yang pindah dari Surabaya.
3.2. PERMUKIMAN
Menurut Undang-Undang No.4 Tahun 1992, Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Jenis-jenis permukiman yang ada di Surabaya sangat variatif dari jenis permukiman
formal dalam bentuk rumah susun, real estate, hingga jenis perumahan informal dalam
bentuk perumahan perkampungan dan rumah-rumah kumuh. Rumah-rumah formal biasanya
dibangun oleh pengembang dan ada koordinasi antara pemilik, pengembang dan
pemerintah mengenai pembangunannya sehingga lebih tertata. Sedangkan rumah-rumah
informal yang berupa perkampungan-perkampungan merupakan tanah legal milik
pemerintah yang ditempati warga kota yang dibangun atas hasil swadaya warga kota
sehingga masih terkoordinasi pembangunannya dengan pemerintah, walaupun pada
kenyataannya ada yang teratur dan tidak sedikit pula yang tidak teratur.
Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi selain sandang dan
pangan. Diantara fungsi rumah adalah dapat dijadikan salah satu indikator bagi
kesejahteraan pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki, dapat diasumsikan semakin
sejahtera rumah tangga yang menempati rumah tersebut. Berbagai fasilitas yang dapat
mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain dapat dilihat dari sumber air minum,
fasilitas tempat buang air besar rumah tangga dan juga sistem pengelolaan sampahnya.
3.2.1. Kondisi Eksisting
Pada umumnya kota besar seperti Kota Surabaya sulit mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk
yang tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan kualitas SDM banyak mengakibatkan
menurunnya kemampuan ekonomi masyarakat sehingga banyak penduduk yang masih
hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi tersebut juga mendorong terciptanya kawasan-
kawasan kumuh di beberapa wilayah. Pada tahun 2012 jumlah rumah tangga di Kota
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 13
Surabaya adalah 899.053 Rumah Tangga. Dari jumlah ini, sebanyak 78.869 Rumah Tangga
merupakan rumah tangga miskin. Data mengenai jumlah rumah tangga dan jumlah keluarga
miskin di tiap kecamatan di Kota Surabaya disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin menurut Kecamatan di
Kota Surabaya Tahun 2012
NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH
TANGGA JUMLAH RUMAH TANGGA
MISKIN
1 Suko manunggal 30,212 2,108
2 Tandes 28,274 1,877
3 Asem Rowo 12,298 1,196
4 Benowo 15,018 891
5 Pakal 13,290 863
6 Lakarsantri 16,410 1,568
7 Sambikerep 17,356 948
8 Genteng 20,975 1,312
9 Tegalsari 34,957 2,976
10 Bubutan 34,414 3,354
11 Simokerto 31,489 6,969
12 Pabean Cantikan 26,883 3,609
13 Semampir 52,401 13,264
14 Krembangan 37,000 3,438
15 Bulak 11,800 670
16 Kenjeran 39,293 4,056
17 Tambaksari 73,635 6,696
18 Gubeng 47,349 2,155
19 Rungkut 30,883 2,019
20 Tenggilis Mejoyo 16,669 746
21 Gunung Anyar 15,296 969
22 Sukolilo 32,023 2,650
23 Mulyorejo 26,131 1,136
24 Sawahan 65,297 4,208
25 Wonokromo 56,187 3,496
26 Karangpilang 22,770 911
27 Dukuh Pakis 18,399 761
28 Wiyung 20,005 1,013
29 Gayungan 14,228 585
30 Wonocolo 23,907 1006
31 Jambangan
14,204 1,419
Keterangan : Data per Juni 2012
Sumber : Bappemas, 2012
Tingkat kesejahteraan masyarakat suatu kota dapat dilihat dari lokasi tempat
tinggalnya. Lokasi permukiman masyarakat dapat berada di lokasi yang tergolong mewah,
menengah, sederhana, ataupun kumuh. Data jumlah rumah tangga menurut lokasi tempat
tinggal tersaji dalam Tabel 3.6 :
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 14
Tabel 3.6. Jumlah Rumah Tangga Menurut Lokasi Tempat Tinggal Tahun 2012
No. Lokasi Permukiman Jumlah Rumah
Tangga
1. Mewah 14.521
2. Menengah 543.405
3. Sederhana 187.449
4. Kumuh 88.756
5. Bantaran Sungai 19.563
6. Pasang Surut 0
Keterangan : Data yang tersedia adalah data yang telah diproyeksikan oleh BLH
Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, 2012
Selain dilihat dari lokasi tempat tinggal, tingkat kesejahteraan masyarakat kota juga
dapat dilihat dari baik atau tidaknya akses terhadap infrastruktur permukiman berupa air
bersih dan sarana sanitasi lingkungan. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan air
minumnya, masyarakat Kota Surabaya saat ini sebagian besar menggantungkan pada
PDAM Kota Surabaya. Sekitar 180.977 rumah tangga di Kota Surabaya memenuhi
kebutuhan air bersih dan air minum dengan mengandalkan suplai dari PDAM. Meskipun
demikian, masih ada sekitar 29.999 rumah tangga di Kota Surabaya yang masih
memanfaatkan sumur dangkal untuk kegiatan mandi, cuci, kakus. Data ini diperoleh dari
perhitungan jumlah KK pengguna sumber air minum oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya
2012. Data mengenai jumlah rumah tangga dan perkiraan sumber air minum masyarakat di
Kota Surabaya pada tahun 2012 disajikan pada Tabel 3.7 berikut :
Tabel 3.7. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Sumber Air Minum di Kota Surabaya Tahun 2012
No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya
1 Sukomanunggal 6.401 197 0 0 0 0
2 Tandes 3.130 20 0 0 0 0
3 Asemrowo 240 0 0 0 0 0
4 Benowo 5.770 0 0 0 0 0
5 Pakal 7.153 1503 0 0 0 0
6 Lakar santri 7.490 42 0 0 0 0
7 Sambikerep 2.745 39 0 0 0 0
8 Genteng 5.613 624 0 0 0 0
9 Tegalsari 608 81 0 0 0 0
10 Bubutan 5.053 3136 0 0 0 0
11 Simokerto 2.165 1324 0 0 0 0
12 Pabean Cantikan 4.565 167 0 0 0 0
13 Semampir 22.357 3297 0 0 0 0
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 15
No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya
14 Krembangan 3.142 231 - - - -
15 Kenjeran 620 132 - - - -
16 Bulak 5.940 1121 - - - -
17 Tambak sari 29.108 6348 - - - -
18 Gubeng 6.275 425 - - - -
19 Rungkut 6.409 84 - - - -
20 Tenggilis 3.648 2039 - - - -
21 Gunung Anyar 615 278 - - - -
22 Sukolilo 5.632 2970 - - - -
23 Mulyorejo 2.120 500 - - - -
24 Sawahan 7.934 218 - - - -
25 Wonokromo 5.799 1920 - - - -
26 Karang Pilang 8.518 1494 - - - -
27 Dukuh Pakis 2.834 21 - - - -
28 Wiyung 7.945 102 - - - -
29 Gayungan 5.640 101 - - - -
30 Wonocolo 4.740 1421 - - - -
31 Jambangan 768 164 - - - -
Total 180.977 29.999 - - - -
Keterangan : Data Rumah yang diperiksa 55% dari jumlah keseluruhan rumah tangga Kota Surabaya
Sumber : Dinas Kesehatan , 2012
Selain dari terpenuhinya akses untuk mendapatkan air bersih, dengan jumlah
penduduk Kota Surabaya sebesar 3.104.584 jiwa, maka sanitasi lingkungan yang baik dan
tertata rapi merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota Surabaya agar
diperoleh kehidupan masyarakat yang sehat. Salah satu indikator penanganan sanitasi
lingkungan di atas adalah bagaimana cara penanganan pembuangan sampah penduduk
Kota Surabaya. Menurut data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2012, cara
pembuangan sampah penduduk Kota Surabaya sudah menggunakan sistem angkut ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo.
Seluruh penduduk Kota Surabaya pun telah melakukan pembuangan sampah melalui
system pengangkutan yang memang sudah tersistem dengan baik dan tertata rapi dan
dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Dengan system
pengangkutan tersebut di atas, maka penyediaan tempat sampah yang memadai juga
mutlak diperlukan untuk menunjang kelancaran pengangkutan smapah dari rumah tangga
sampai ke TPA Benowo. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2012,
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 16
terdapat 98,9 % rumah tangga telah memiliki tempat sampah. Data Jumlah Rumah Tangga
yang memiliki Tempat Sampah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.8. Jumlah Rumah Tangga yang Memiliki Tempat Sampah
di Kota Surabaya Tahun 2012
No KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH
KELUARGA
TEMPAT SAMPAH
KELUARGA DIPERIKSA
KELUARGA MEMILIKI
SEHAT
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 Sukomanunggal Tanjung Sari 7.805 4651 59,6 4651 100,0 4125 88,7
Simomulyo 20.545 2220 10,8 2220 100,0 1818 81,9
2 Tandes Manukan kulon 17.486 1890 10,8 1890 100,0 1890 100,0
Balongsari 9.595 7107 74,1 6568 92,4 4875 68,6
3 Asem Rowo Asemrowo 10.887 5270 48,4 5270 100,0 5270 100,0
4 Sememi Sememi 13.702 2260 16,5 2260 100,0 2119 93,8
5 Pakal Benowo 12.054 8250 68,4 8250 100,0 7349 89,1
6 Lakarsantri Jeruk 4.393 2591 59,0 2523 97,4 1962 75,7
Lidah Kulon 7.597 2880 37,9 2701 93,8 2494 86,6
Bangkingan 3.583 1870 52,2 1870 100,0 638 34,1
7 Sambikerep Lontar 12.857 1360 10,6 1346 99,0 1299 95,5
Made 3.529 1010 28,6 999 98,9 962 95,2
8 Genteng Peneleh 13.760 5554 40,4 5512 99,2 5146 92,7
Ketabang 6.595 2474 37,5 2383 96,3 1643 66,4
9 Tegalsari Kedungdoro 13.443 1198 8,9 1198 100,0 985 82,2
Dr. Soetomo 20.064 2721 13,6 2716 99,8 2691 98,9
10 Bubutan Tembok dukuh 19.278 8327 43,2 8327 100,0 6313 75,8
Gundih 13.857 2670 19,3 2670 100,0 2317 86,8
11 Simokerto Tambakrejo 18.839 7490 39,8 7490 100,0 5897 78,7
Simolawang 11.239 3578 31,8 3483 97,3 2956 82,6
12 Pabean Cantikan Perak Timur 25.746 2488 9,7 2461 98,9 1895 76,2
13 Semampir Pegirian 16.900 5264 31,1 5069 96,3 4321 82,1
Sidotopo 14.345 3235 22,6 3235 100,0 1718 53,1
Wonokusumo 18.186 2295 12,6 2272 99,0 2168 94,5
14 Krembangan Krembangan Sel 16.142 7988 49,5 7899 98,9 7497 93,9
Dupak 18.771 6154 32,8 6154 100,0 4169 67,7
15 Bulak Kenjeran 11.095 4457 40,2 3879 87,0 3036 68,1
16 Kenjeran Tanah Kali K 12.815 696 5,4 696 100,0 670 96,3
Sidotopo W 23.753 3222 13,6 3222 100,0 3222 100,0
17 Tambaksari Rangkah 23.594 6250 26,5 6250 100,0 6100 97,6
Pacar Keling 20.995 3250 15,5 3250 100,0 3250 100,0
Gading 24.924 2554 10,2 2554 100,0 2469 96,7
18 Gubeng Pucang Sewu 18.987 5522 29,1 5463 98,9 3739 67,7
Mojo 26.650 1789 6,7 1789 100,0 1493 83,5
19 Rungkut Kalirungkut 14.875 8706 58,5 8706 100,0 5839 67,1
Medokan Ayu 14.110 1460 10,1 1460 100,0 1314 90,0
20 Tenggilis Tenggilis 15.670 10096 64,4 10015 99,2 8495 84,1
21 Gunung Anyar Gunung Anyar 14.248 6120 43,0 6120 100,0 3038 49,6
22 Sukolilo Menur 15.032 5348 35,6 5348 100,0 1793 33,5
Klampis Ngasem 6.937 1020 14,7 1019 99,9 719 70,5
Keputih 8.393 139 1,7 111 79,9 109 78,4
23 Mulyorejo Mulyorejo 24.951 2894 11,6 2894 100,0 2894 100,0
24 Sawahan Sawahan 19.136 3210 16,8 2910 90,7 2510 78,2
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 17
No KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH
KELUARGA
TEMPAT SAMPAH
KELUARGA DIPERIKSA
KELUARGA MEMILIKI
SEHAT
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
Putat jaya 13.123 2910 22,2 2878 98,9 2086 71,7
Banyu Urip 19.657 3767 19,2 3767 100,0 3728 99,0
Pakis 11.432 4125 36,1 4125 100,0 3983 96,6
Jagir 22.745 4820 21,2 4820 100,0 3306 68,6
25 Wonokromo Wonokromo 12.984 4101 31,6 4101 100,0 4101 100,0
Ngagelrejo 18275 2576 14,1 2576 100,0 2433 94,4
26 Karang Pilang Kedurus 21.649 7140 33,0 7140 100,0 4852 68,0
27 Dukuh Pakis Dukuh Kupang 17.595 2410 13,7 2410 100,0 1810 75,1
28 Wiyung Wiyung 15.769 4250 27,0 4250 100,0 3871 91,1
Balas Klumprik 3.242 166 5,1 166 100,0 151 91,0
29 Gayungan Gayungan 13.580 5088 37,5 5051 99,3 4801 94,4
30 Wonocolo Jemursari 6.776 2110 31,1 2110 100,0 1720 81,5
Sidosermo 11.573 6055 52,3 6047 99,9 5782 95,5
Siwalankerto 4.465 380 8,5 380 100,0 300 78,9
31 Jambangan Kebonsari 13.466 3370 25,0 3370 100,0 3370 100,0
JUMLAH 853694 222796 26,1 220294 98,9 181501 82,4
Keterangan :
Sumber : Dinas Kesehatan, 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh rumah tangga di Surabaya telah
memiliki tempat sampah namun rumah tangga yang memiliki tempat sampah yang sehat dan
memadai sekitar 82,4 % yaitu sebanyak 181.501 rumah tangga. Selain ketersediaan tempat
sampah yang memadai dan sehat, juga diperlukan ketersediaan tempat pembuangan air
besar untuk mendukung sanitasi lingkungan Kota Surabaya. Data dari Dinas Kesehatan
Kota Surabaya tahun 2012 menyebutkan bahwa hampir seluruh rumah tangga di Kota
Surabaya telah memiliki jamban.
Jumlah rumah tangga yang menggunakan tempat buang air besar sendiri sebesar
52,7% sedangkan yang memiliki tempat buang air besar bersama sebesar 1,8%. Selain itu
masih terdapat 588 rumah tangga yang tidak mempunyai tempat buang air besar.
Meskipun hampir seluruh rumah tangga di Kota Surabaya telah memiliki fasilitas
tempat buang air besar, namun tidak semua fasilitas tersebut dilengkapi dengan tangki
septik dan tangki peresapan. Tangki septik adalah suatu ruang/ kompartemen yang bersifat
kedap air yang memiliki fungsi untuk menampung serta mengolah air limbah rumah tangga
dengan kecepatan lambat. Proses tersebut memberikan kesempatan untuk terjadinya
pengendapan padatan-padatan/ lumpur dan terjadi penguraian bahan-bahan organik.
Kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan limbah rumah tangga dan limbah padat
manusia langsung dibuang ke sungai dan bantarannya.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 18
Berdasarkan hasil survey oleh Dinas Kesehatan Surabaya terhadap 55% rumah
tangga yang ada di Surabaya, tercatat sebanyak 9.129 rumah tangga memiliki jamban tanpa
septic tank pada tahun 2012. Namun angka ini jauh lebih rendah daripada jumlah rumah
tangga yang memiliki jamban tanpa tanki septic pada tahun 2010 dan tahun 2011. Secara
keseluruhan, prosentase rumah tangga yang sudah memiliki jamban sehat dan memadai
sebesar 89,3% dari 55% rumah tangga yang telah disurvey oleh Dinas terkait.
Selain pengelolaan yang baik terhadap air limbah, bentuk perbaikan sektor sanitasi
juga harus mencakup pengelolaan terhadap sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.
Sistem pengelolaan sampah meliputi pengelolaan terhadap timbulan sampah yang berasal
dari sumber, sistem pengumpulan, transportasi, pengolahan dan pemulihan sumber daya
serta penimbunan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya
tahun 2012, Sebagian besar komposisi sampah yang berasal dari pemukiman adalah
sampah rumah tangga yaitu sampah organik.
Dengan asumsi volume sampah yang dihasilkan per orang untuk setiap harinya
sebesar 3 L/hari maka kecamatan Tambak Sari menghasilkan timbulan sampah paling besar
daripada kecamatan lainnya dengan jumlah timbulan sebesar 718,04 M3/hari. Sedangkan
Kecamatan Bulak menghasilkan timbulan sampah paling sedikit daripada kecamatan lainya
yaiu sebesar 123,26 M3/hari. Total timbulan sampah Kota Surabaya adalah sebesar
9.234,08 M3/hari.
Sedangkan moda transportasi yang digunakan dalam proses pengumpulan sampah
di daerah permukiman adalah pick-up. Permukiman yang tidak dapat dilalui pick-up,
menggunakan gerobak untuk mengangkut sampah di masing-masing rumah. Sampah yang
telah dikumpulkan dengan pick-up atau gerobak sampah ditampung sementara di Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) atau dibawa ke transfer depo. Dari transfer depo, sampah
diangkut dengan truck sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada awal tahun
2001, terjadi masalah besar pada sektor persampahan di Kota Surabaya. Kota Surabaya
yang pada awalnya memiliki 2 TPA yaitu TPA Sukolilo dengan luas 40,5 Ha dan TPA
Lakarsantri dengan luas 8,5 Ha, harus menutup kedua TPA tersebut. Penutupan kedua TPA
tersebut dilakukan karena adanya protes dari warga sekitar TPA akibat pencemaran dan
ketidaknyamanan dengan adanya TPA tersebut. Pada saat ini, seluruh sampah dari Kota
Surabaya yang dapat dikelola, dibuang ke TPA Benowo yang berada di Kecamatan Benowo.
3.2.2. Perbandingan Nilai Antar Lokasi
Berdasarkan data dari Bappemas Kota Surabaya, terdapat sekitar 78.869 rumah
tangga di Kota Surabaya merupakan kelompok masyarakat yang tergolong rumah tangga
miskin. Perbandingan jumlah rumah tangga miskin di masing-masing kecamatan di Kota
Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.8. berikut ini :
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 19
Gambar 3.8. Keluarga Miskin per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012
Sumber : Bappemas Kota Surabaya, 2012
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Semampir memiliki jumlah
keluarga miskin terbesar, yaitu sebanyak 13.264 Keluarga Miskin. Sedangkan kecamatan
yang jumlah keluarga miskinnya paling kecil adalah Kecamatan Gayungan yaitu 586
Keluarga Miskin.
Setiap rumah tangga memiliki hak untuk menentukan sumber air minum yang
digunakan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Di Kota Surabaya, sebagian besar
rumah tangga menggantungkan pemenuhan sumber air bersih dan air minumya dari PDAM
Kota Surabaya. Dari keseluruhan rumah tangga di Kota Surabaya, Kecamatan Tambak sari
merupakan pengguna air bersih PDAM paling banyak daripada kecamatan lainnya dan
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 20
diikuti oleh kecamatan semampir. Perbandingan jumlah rumah tangga yang memanfaatkan
sumber air minum dari PDAM, sumur, sungai, hujan, maupun kemasan di masing-masing
kecamatan di Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9. Pilihan Sumber Air Minum Masyarakat di Kota Surabaya Tahun 2012
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2012.
Dari gambar di atas dapat diketahui kecamatan semampir tercatat sebagai pengguna
air sumur paling banyak daripada kecamatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan air
bersihnya dan diikuti oleh Kecamatan Semampir. Mayoritas rumah tangga di Kota Surabaya
sudah menggunakan air bersih dari PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 21
Dari sektor sanitasi lingkungan di Kota Surabaya, berkaitan dengan fasilitas tempat
buang air besar, menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga telah memiliki fasilitas tempat
buang air besar, dimana sebanyak 681.495 Rumah Tangga memanfaatkan tempat buang air
besar/ jamban bersama, 109.791 Rumah Tangga memanfaatkan jamban sendiri, dan
sisanya 20.451 Rumah Tangga memanfaatkan jamban umum. Perbandingan jumlah rumah
tangga yang memanfaatkan masing-masing jenis fasilitas tempat buang air besar per
kecamatan di Kota Surabaya pada tahun 2012 ditampilkan pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10. Jumlah Rumah Tangga Pemilik Fasilitas Tempat BAB per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2012
Sumber : Dinas Kesehatan kota Surabaya, 2012
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 22
Sedangkan jumlah rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar
pribadi paling banyak terdapat di Kecamatan Gubeng, yakni sebanyak 42.443 Rumah
Tangga. Kecamatan yang jumlah rumah tangga yang memiliki jamban sehat paling banyak
adalah Kecamatan Tenggilis sebanyak 8.818 rumah tangga. Jumlah timbulan sampah rata-
rata per hari di Kota Surabaya adalah sebesar 8.904,82 m3. Perbandingan timbulan sampah
rata-rata per hari dari masing-masing kecamatan di Kota Surabaya ditampilkan pada
Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Jumlah Timbulan Sampah Rata-Rata Harian per Kecamatan di Kota
Surabaya Tahun 2012
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2012
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 23
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa timbulan sampah terbesar dihasilkan oleh
masyarakat di Kecamatan Tambak Sari, yakni sebesar 718,04 m3 sampah/hari atau
menyumbang 7,7 % dari jumlah timbulan sampah total Kota Surabaya per harinya.
Kecamatan Sawahan juga merupakan penghasil sampah terbesar setelah Kecamatan
Tambak Sari dengan jumlah timbulan sampah 681,79 m3 sampah/hari. Sedangkan
Kecamatan yang menyumbang timbulan sampah paling kecil adalah Kecamatan Bulak, yaitu
123,26 m3 sampah/hari.
3.2.3. Analisis Statistik
Persentase jumlah rumah tangga miskin di Kota Surabaya pada tahun 2012
dibanding jumlah rumah tangga total adalah 8,77%. Persentase 8,77 % ini berasal dari
akumulasi jumlah keluarga misikin di semua kecamatan di Kota Surabaya. Dari 31
kecamatan yang ada di Kota Surabaya, tidak ada satu pun kecamatan yang terbebas dari
kemiskinan. Masyarakat Kota Surabaya sebagian besar memilih untuk memanfaatkan suplai
air dari PDAM sebagai sumber air minum mereka. Dari data Dinas Kesehatan Kota
Surabaya yang hanya mendata 55% rumah tangga yang ada di Kota Surabaya, sebanyak
20,13 % rumah tangga menggunakan air PDAM sebagai sumber air bersih dan air
minumnya, dan segian kecil memilih menggunakan sumber air dari sumur. Hanya 0,54%
yang menggunakan sumur untuk memenuhi air bersih mereka.
Dari sektor sanitasi, telah tersedianya fasilitas buang air besar bagi semua rumah
tangga di Kota Surabaya menunjukkan telah terpenuhinya salah satu indikator sanitasi yang
baik. Sebanyak 52,7% rumah tangga memanfaatkan fasilitas buang air besar sendiri, 1,8%
menggunakan fasilitas buang air besar secara bersama. Sedangkan rumah tangga yang
belum mempunyai fasilitas buang air besar hanya sekitar 0,1 %. Selain dilihat dari fasilitas
tempat buang air besar, sistem pengelolaan sampah juga merupakan salah satu indikator
telah baik atau belumnya sanitasi lingkungan yang sehat. Penanganan sampah yang
diketahui telah dilakukan dilakukan di Kota Surabaya adalah pengangkutan sampah-sampah
tersebut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
3.3. KESEHATAN
Aspek kemiskinan dan kesehatan lingkungan merupakan dua hal yang menjadi titik
berat dalam program Millenium Development Goals (MDGs). MDGs merupakan
kesepakatan yang diprakarsai oleh 189 negara PBB pada tahun 2000. Pertemuan tersebut
menghasilkan delapan agenda, yaitu:
Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan
Mewujudkan pendidikan dasar bagi masyarakat
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 24
Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Mengurangi tingkat kematian anak
Meningkatkan kesehatan ibu
Mencegah dan memberantas penyakit HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lain
Menjamin kelestarian lingkungan
Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan kota.
Program pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kesehatan warga Kota Surabaya, sedangkan sasarannya adalah meningkatnya pelayanan
kesehatan dasar. Hasil pelaksanaan program tersebut dapat ditunjukkan pada pencapaian
kinerja sasaran pembangunan di bidang kesehatan yaitu meningkatnya kondisi status
kesehatan warga kota sesuai dengan indikator pembangunan kesehatan.
3.3.1. Kondisi Eksisting
Jumlah perempuan yang berada pada usia subur pada tahun 2012 di Kota Surabaya
mencapai 1.014.276 jiwa, sedangkan jumlah anak yang lahir dalam keadaan hidup
mencapai 39.804 jiwa. Jumlah penduduk laki laki yang meninggal pada usia di atas 44
tahun sebanyak 8.874 jiwa sedangkan penduduk perempuan yang meninggal pada usia di
atas 44 tahun sebanyak 6.949 jiwa.
Berdasarkan data pada Tabel 3.9 di bawah, yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota
Surabaya, pada tahun 2012 jumlah penduduk yang menjadi penderita dari beberapa jenis
penyakit mencapai 1.467.906 jiwa. Jenis penyakit paling mendominasi yang diderita oleh
572.285 jiwa masyarakat Kota Surabaya adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan bagian
Atas).
Tabel 3.9. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk
No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita % terhadap Total
Penderita
1 Peny. Saluran pernafasan bagian atas 572.285 38,99%
2 Penyakit rongga mulut 178.272 12,14%
3 Peny. Pada sistim otot & jaringan pengikat 175.186 11,93%
4 Peny. Kelainan kulit & jaringan sub kutan 134.993 9,20%
5 Lain - lain 113.573 7,74%
6 Infeksi pada usus 89.702 6,11%
7 Penyakit lain dari system pencernaan 86.137 5,87%
8 Penyakit tekanan darah tinggi 44.278 3,02%
9 Penyakit mata & adneksa 24.926 1,70%
10 Penyakit Virus 24.697 1,68%
11 Penyakit endokrin dan metabolik 23.857 1,63%
Jumlah kunjungan kasus 1.467.906 100,00%
Keterangan : Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2012
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 25
3.3.2. Perbandingan Nilai Antar Lokasi dan Antar Waktu
Jumlah penduduk perempuan usia subur pada tahun 2012 mencapai 1.014.276 jiwa
sedangkan jumlah anak lahir hidup mencapai 39.804 jiwa. Penduduk laki laki yang
meninggal pada usia di atas 44 tahun sebesar 8.874 jiwa sedangkan penduduk perempuan
yang meninggal pada usia di atas 44 tahun sebesar 6.949 jiwa.
Jumlah penduduk yang menderita penyakit ISPA tercatat sebanyak 572.285 jiwa atau
38,99 % dari jumlah total penderita penyakit. Selain penyakit ISPA, penyakit pada rongga
mulut berada di posisi kedua dengan jumlah 178.272 penderita atau 12,14 %. Penyakit ISPA
disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas atau juga dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebabkan ISPA. Penularan penyakit ISPA dapat
terjadi karena menghirup droplet pernafasan dari batuk atau bersin dan menyentuh hidung
atau mulut penderita dengan tangan atau benda lain. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 3.12.
Gambar 3.12. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Kota Surabaya
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2012.
3.3.3. Analisis Statistik
Jumlah penduduk perempuan yang berada pada usia subur selalu meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2011, jumlah perempuan usia subur mencapai 700.000 jiwa
namun pada tahun 2012 jumlah penduduk perempuan pada usia subur mencapai 1.014.276
jiwa. Sedangkan jumlah anak lahir yang hidup juga mengalami kenaikan disbanding tahun
2011 yang mencapai 39.804 jiwa.
Sedangkan jumlah kematian per tahun di Kota Surabaya untuk rentang umur di atas
44 tahun mencapai 15.823 jiwa yang terdiri dari 8.874 jiwa untuk penduduk laki laki dan
6.949 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan jumlah kematian untuk rentang umur < 1 tahun
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 26
sampai umur 44 tahun belum ada data pada tahun 2012. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Surabaya tahun 2012 menunjukkan bahwa dominasi jenis penyakit yang
diderita oleh masyarakat adalah ISPA yang mencapai 38,99 % dari total penderita penyakit,
sedangkan penduduk yang terkena penyakit rongga mulut menduduki peringkat kedua
sebesar 12,14 %. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.13 berikut.
Gambar 3.13. Prosentase Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Kota Surabaya
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2012.
3.4. PERTANIAN
Pertanian merupakan salah satu sektor yang mendukung perekonomian di suatu kota.
Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan perekonomian di daerah Jawa
Timur dan sekitarnya. Kota Surabaya memiliki potensi yang cukup besar untuk sektor
pertanian, namun sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan
perdagangan sehingga jarang ditemukan lahan persawahan. Konsep Urban Farming
(pertanian perkotaan) merupakan salah satu alternatif yang dilakukan Pemerintah Kota
Surabaya untuk mengantisipasi sedikitnya lahan yang tersedia. Urban farming adalah suatu
aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian
dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 27
Gambar 3.14. Urban Farming
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 28
3.4.1. Kondisi Eksisting
Kondisi geofisik kawasan Kota Surabaya terletak di dataran rendah dan sebagian
besar memiliki jenis tanah alluvial. Tanah alluvial merupakan tanah yang terbentuk dari
lumpur sungai yang mengendap di daratan rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan
cocok untuk lahan pertanian. Jenis tanah ini terdapat di 15 kecamatan yang tersebar di
wilayah Surabaya Pusat, Utara, Selatan, Timur, dan Barat. Sedangkan jenis tanah bukan
abu vulkanik ditemukan di 5 kecamatan di wilayah Surabaya Selatan dan Barat. Jenis tanah
endapan lumpur, terdapat di 4 kecamatan wilayah Surabaya Pusat, Selatan, dan Timur.
Jenis tanah endapan pasir hanya ditemukan di satu kecamatan di wilayah Surabaya Timur.
Jenis tanah endapan pasir lumpur juga hanya terdapat di satu kecamatan di wilayah
Surabaya Selatan. Dan untuk jenis tanah campuran antara alluvial dan bukan abu vulkanik,
terdapat di 3 kecamatan di wilayah Surabaya Utara dan Barat. Satuan batuan di Kota
Surabaya adalah sebagai berikut (BLH, 2012):
- Satuan batu lempung bersisipan batu pasir dan batu gamping
Satuan ini terdiri batu lempung bersisipan batu pasir dan batu gamping, yang
merupakan endapan sedimen tersier, berwarna coklat tua, abu-abu kekuningan,
keras dan padat, setempat terdapat struktur perlapisan. Sifat-sifat fisik dan mekanika
tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas tinggi,
permeabilitasnya rendah/ kedap air, nilai tekanan konus 100 kg/cm2.
- Satuan lempung
Satuan ini terdiri dari lempung, berwarna coklat keabuan, merupakan hasil pelapukan
dari batu lempung yang berumur Pliosen Akhir. Ketebalan satuan ini kira-kira 3 - 10
m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguh-
kaku, plastisitastinggi, permeabilitasnya rendah/kedap air, nilai tekanan konus 12-40
kg/cm2, kadar air 26,97 %, berat isi asli 1,85 g/cm3, berat jenis 2,65, sudut geser
dalam 12 52', kohesi 0,275 kg/cm2.
- Satuan lempung pasiran dan pasir lempungan
Satuan ini terdiri dari lempung pasiran dan pasir lempungan yang berwarna coklat
kekuningan, berukuran pasir halus-sedang. Menempati morfologi perbukitan
bergelombang yang dikontrol oleh struktur perlipatan dan mud vulkano purba. Satuan
ini secara regional yang berumur Plistosen. Ketebalan satuan ini kira-kira 3,5-6,5 m.
Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku,
plastisitas sedang, permeabilitasnya rendah/ kedap air, nilai tekanan konus 20-60
kg/cm2, setempat 130 kg/cm2, kadar air 30,3 %, berat isi asli 1,63 kg/cm3, berat jenis
2,66, sudut geser dalam 23 30', kohesi 0,085 kg/cm2.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 29
- Satuan lempung dan lempung lanauan
Satuan ini terdiri dari lempung, lempung lanauan, berwarna abu-abu kehitaman,
merupakan hasil pelapukan dari batu lempung. Satuan ini secara regional yang
berumur Plistosen Tengah. Ketebalan satuan ini kira-kira 4-9 m. Sifat-sifat fisik dan
mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak-teguh, plastisitas V-6
tinggi, permeabilitasnya rendah/ kedap air, nilai tekanan konus 10-35 kg/cm2, kadar
air 39,34 %,berat isi asli 1,71 g/cm3, berat jenis 2,66, sudut geser dalam 184', kohesi
0,05 kg/cm2.
- Satuan lempung dan lempung pasiran
Satuan ini merupakan endapan kipas aluvial sungai, berwarna abu-abu kehitaman.
Ketebalan satuan ini kira-kira 9,5-35 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari
satuan ini antara lain: konsistensi lunak-kaku, plastisitas rendah-tinggi,
permeabilitasnya menengah, nilai tekanan konus 10-30 kg/cm2, kadar air 40,9 %,
berat isi asli 1,66 g/cm3, berat jenis 2,67, sudut geser dalam 952', kohesi 0,187
kg/cm2.
- Satuan lempung dan lanau
Satuan ini merupakan endapan aluvial lembah, berwarna hitam kecoklatan, agak
padat. Ketebalan satuan ini kira-kira 5-12 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari
satuan ini antara lain: konsistensi teguh-kaku, plastisitas sedang-tinggi,
permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 12-35 kg/cm2, kadar air 49,93 %, berat
isi asli 1,6 g/cm3, berat jenis 2,61, sudut geser dalam 154', kohesi 0,362 kg/cm2
- Satuan lempung pasiran dan lempung
Satuan ini merupakan endapan aluvial pantai, berwarna coklatkehitaman, setempat
mengandung cangkang kerang. Ketebalan satuan inikira-kira 11-31 m. Sifat-sifat fisik
dan mekanika tanah dari satuan iniantara lain : konsistensi lunak-teguh, plastisitas
sedang-tinggi,permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 7-15 kg/cm2, kadar
air37,28%, berat isi asli 1,57 gr/cm3, berat jenis 2,64, sudut geser dalam 517', kohesi
0,123 kg/cm2.
- Satuan lempung pasiran dan lanau
Satuan ini merupakan endapan aluvial muara Kali Surabaya, berwarna coklat tua
kehitaman, agak padat, setempat mengandung cangkang kerang. Ketebalan satuan
ini kira-kira 8-15 m. Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain:
konsistensi lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi, permeabilitasnya rendah, nilai
tekanan konus 15-35 kg/cm2, kadar air 37,28 %, berat isi asli 1,44 g/cm3, berat jenis
2,64, sudut geser dalam 631', kohesi 0,212 kg/cm2.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 30
- Satuan lempung lanauan
Satuan ini merupakan endapan aluvial rawa dan pantai, berwarna abu-abu coklat
kehitaman, setempat mengandung pecahan cangkang, setempat merupakan
genangan rawa, tambak dan ladang garam. Ketebalan satuan ini kira-kira 6,5 - 17 m.
Sifat-sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: konsistensi lunak,
plastisitas sedang, permeabilitasnya rendah, nilai tekanan konus 3-8 kg/cm2, Kadarair
80,85 %, berat isi asli 1,44 g/cm3, berat jenis 2,6, sudut geser dalam 338', kohesi
0,156 kg/cm2.
- Satuan lempung pasiran
Satuan ini merupakan endapan aluvial Sungai Porong, berwarna coklat kekuningan -
kuning muda, bersifat lunak-agak padat. Ketebalan satuan ini kira-kira 6 - 10 m. Sifat-
sifat fisik dan mekanika tanah dari satuan ini antara lain: plastisitas sedang,
permeabilitasnya rendah-tinggi, nilai tekanan konus 20-40 kg/cm2, kadar air 45,27 %,
berat isi asli 1,74 g/cm3, berat jenis 2,74, sudut geser dalam 127', kohesi 0,8 kg/cm2.
Satuan ini menindih tidak selaras semua formasi yang lebih tua.
Surabaya beriklim tropis dengan perbedaan musim kemarau dan musim penghujan
yang sangat signifikan. Luas lahan pertanian wilayah Kota Surabaya adalah sebesar 2133
Ha pada tahun 2012 dengan jumlah produksi per hektar sebesar 56,51. Frekuensi
penanaman pada lahan pertanian di Kota Surabaya bergantung pada jenis lahan serta jenis
tanaman yang akan dibudidayakan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Luas Lahan Sawah Menurut Frekuensi Penanaman
dan Hasil Produksi per Hektar
No Kecamatan
Luas dan Frekuensi Penanaman (Ha) *) Produksi per Hektar
(Ku/Ha)
1 kali 2 kali 3 kali
1. Asemrowo 0 0 0 0
2. Benowo 0 100 105 56,28
3. Bubutan 0 0 0 0
4. Bulak 65 50 0 54,32
5. Dukuh Pakis 0 0 0 0
6. Gayungan 0 15 0 54,78
7. Genteng 0 0 0 0
8. Gubeng 0 0 0 0
9. Gunung Anyar 0 37 20 55,26
10. Jambangan 0 0 17 58,45
11. Karangpilang 14 38 11 55,21
12. Kenjeran 0 6 4 56,04
13. Krembangan 0 0 0 0
14. Lakarsantri 0 478 10 51,53
15. Mulyorejo 0 0 0 53,74
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 31
No Kecamatan
Luas dan Frekuensi Penanaman (Ha) *) Produksi per Hektar
(Ku/Ha)
1 kali 2 kali 3 kali
16. Pabean Cantian 0 0 0 0
17. Pakal 350 20 0 57,38
18. Rungkut 0 17 0 56,61
19. Sambikerep 0 11 0 74,3
20. Sawahan 0 0 0 0
21. Semampir 0 0 0 0
22. Simokerto 0 0 0 0
23. Sukolilo 56 0 0 53,85
24. Sukomanunggal 0 0 10 56,33
25. Tambaksari 0 0 0 0
26. Tandes 0 0 40 57,23
27. Tegalsari 0 0 0 0
28. Tenggilis Mejoyo 0 0 0 0
29. Wiyung 60 10 0 55,69
30. Wonocolo 0 0 4 53,61
31. Wonokromo 0 0 0 0
Total 683 782 221 56,51
Keterangan : *) = BAKU SAWAH DISURABAYA, Untuk Data Tahun 2012 dalam proses verifikasi dinas terkait Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2011
Lahan pertanian yang ada di Kota Surabaya menghasilkan komoditas tanaman
pangan yaitu berupa padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar
dengan jumlah produksi total sebanyak 163 ton pada tahun 2012. Namun karena
terbatasnya lahan di perkotaan khususnya di Surabaya menyebabkan Kota Surabaya tidak
memiliki perkebunan. Hal ini dikarenakan sektor perkebunan membutuhkan lahan yang
sangat luas agar jumlah produksi yang dihasilkan besar. Begitu juga akan kebutuhan pupuk
tidak ada karena tidak ada sector perkebunan di Kota Surabaya.
Di sisi lain, perkembangan Kota Surabaya yang demikian pesat telah menyebabkan
berkurangnya jumlah lahan pertanian di Kota Surabaya. Lahan yang semula digunakan
untuk bercocok tanam dipergunakan untuk sektor lain yang dianggap lebih menguntungkan
yaitu perairan/tambak/kolam. Menurut data dari Dinas Pertanian Kota Surabaya, seluas
3.510,7 ha lahan pertanian di Kota Surabaya beralih fungsi menjadi perairan/tambak/kolam.
Data Luas Perubahan Lahan Pertanian menjadi Lahan Non Pertanian tersaji pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.11. Luas Perubahan Lahan Pertanian menjadi Lahan Non Pertanian
No. Jenis Penggunaan Lahan Non Pertanian Luas (Ha)
1 Permukiman 0
2 Industri 0
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 32
No. Jenis Penggunaan Lahan Non Pertanian Luas (Ha)
3 Tanah kering 15.013
4 Perkebunan (Kebun / tegal) 893
5 Semak belukar 0
6 Tanah kosong 0
7 Perairan/kolam/tambak 792
8 Lainnya 2.977
Total 19.675
Keterangan : Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012
Dari data di atas dapat diketahui bahwa perubahan lahan non pertanian menjadi
lahan non pertanian sebagian besar beralih fungsi menjadi tanah kering dan
perairan/kolam/tambak. Total lahan pertanian yang telah berubah fungsi menjadi lahan non
pertanian sebesar 19.675 Ha.
Disamping manfaat positif dari kegiatan pertanian, sektor pertanian ternyata juga
dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui
sawah-sawah yang tergenang, pemanfaatan pupuk urea dalam pertanian, pembakaran sisa-
sisa tanaman dan pembusukan sisa-sisa pertanian serta pembusukan kotoran ternak. Dari
sektor ini terbentuk emisi GRK (Gas Rumah Kaca) yaitu karbondioksida (CO2), metana (CH4),
dan dinitrogen oksida (N2O). Gas CH4 merupakan salah satu faktor terjadi pemanasan global
(global warming). Dampak negatif yang dapat ditimbulkan karena terjadi pemanasan global
di bidang pertanian adalah terjadi keterlambatan musim tanam atau panen padi, bencana
banjir yang dapat menyebabkan kegagalan penanaman atau panen, tanah longsor dan
kekeringan.
Teknologi yang telah teruji untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup khususnya
pencegahan emisi Gas Rumah Kaca perlu diterapkan pada wilayah pertanian Kota Surabaya.
Perlu suatu pengelolaan yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk menangani timbulnya
Gas Rumah Kaca. Total emisi CH4 dari lahan pertanian di Kota Surabaya sebesar 2.772,9
ton/tahun dengan total luas lahan 2.133 Ha.
3.4.2. Perbandingan Nilai Antar Lokasi dan Antar Waktu
Dari luas lahan pertanian di Kota Surabaya sebagian besar merupakan lahan kebun
atau pekarangan. Lahan terluas berada di Kecamatan Lakarsantri dengan luas 588 ha yang
diikuti Kecamatan Pakal dengan luas 551 Ha.
Data produksi tanaman palawija jenis jagung mendominasi. Wilayah yang
menghasilkan jagung paling besar adalah Kecamatan Sambikerep yaitu 67 ton, disusul
Kecamatan Benowo dengan produksi sebesar 22 ton.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 33
Kota Surabaya tidak memiliki lahan yang diperuntukan sebagai perkebunan sehingga
tidak ada penggunaan pupuk untuk aktivitas perkebunan. Sedangkan data penggunaan
pupuk untuk tanaman palawija tahun 2012 belum tersedia sehingga belum dapat disajikan.
Sedangkan pada populasi ternak di Kota Surabaya tahun 2012 didominasi oleh
ternak kambing dengan jumlah 3384 ekor. Populasi teknak kambing terbesar berada di
Kecamatan Mulyorejo sebanyak 629 ekor diikuti oleh Kecamatan Bulak sebanyak 459 ekor.
Adapun gambaran lengkap tentang populasi ternak di Kota Surabaya tahun 2012 disajikan
dalam gambar di bawah ini :
Gambar 3.15. Jumlah Hewan Ternak menurut Jenis Ternak Kota Surabaya
Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012
Populasi hewan unggas di Kota Surabaya tahun 2012 didominasi oleh Ayam
Kampung. Populasi terbesar hewan unggas ayam kampung berada di Kecamatan Wiyung
sebesar 3.499 ekor dan diikuti oleh Kecamatan Karang Pilang sebesar 3.216 ekor.
Sedangkan populasi hewan ternak ayam kampung paling sedikit daripada kecamatan
kecamatan lain adalah Kecamatan Sukomanunggal sebesar 264 ekor. Selain itu hewan
unggas yang mendominasi di Kota Surabaya tahun 2012 berturut turut adalah itik, ayam
petelur dan ayam pedaging. Data perbandingan jumlah hewan unggas menurut jenis unggas
tersaji pada tabel berikut ini :
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 34
Gambar 3.16 Jumlah Hewan Unggas menurut Jenis Unggas Kota Surabaya
Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012
Hewan ternak diketahui turut berperan dalam pembentukan gas methan (CH4),
Kecamatan Wonocolo merupakan wilayah dengan perkiraan emisi gas methan (CH4)
terbesar dari kegiatan peternakan mencapai 7.100 Ton /tahun diikuti oleh Kecamatan Pakal
dengan perkiraan emisi gas methan mencapai 3.962 Ton / tahun. Data selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 3.17.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 35
Gambar 3.17 Perkiraan Emisi Gas Methan (Ch4) dari Kegiatan Peternakan Kota Surabaya
Dinas Pertanian, 2012 Diolah oleh Badan Lingkungan Hidup, 2012 Hewan unggas juga berpotensi turut andil dalam pembentukan gas methan (CH4).
Gambar di bawah menunjukkan potensi gas methan (CH4) yang dapat dihasilkan oleh
hewan unggas menurut jenis unggas masing masing. Kecamatan Karangpilang
merupakan wilayah yang diperkirakan menghasilkan gas methan terbesar di Kota Surabaya
sebesar 24 ton / tahun diikuti oleh Kecamatan Sukomanunggal yang mencapai 21 ton /
tahun. Perbandingan potensi emisi gas methan dari hewan unggas dapat dilihat pada
Gambar 3.18.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 36
Gambar 3.18. Perkiraan Emisi Gas Methan (CH4) dari Hewan Unggas Kota Surabaya
Dinas Pertanian, 2012
Diolah oleh Badan Lingkungan Hidup, 2012
Sektor pertanian juga memiliki andil yang cukup besar dalam pembentukan gas
methan. Gambar 3.19 di bawah ini menunjukkan bahwa emisi CH4 terbesar dihasilkan oleh
lahan sawah/pertanian di Kecamatan Lakarsantri. Lahan pertanian di Kecamatan Lakarsantri
memiliki luasan 588 Ha yang mampu memproduksi 764,4 ton gas CH4/tahun. Wilayah
Surabaya Pusat tidak memberikan sumbangan pada pembentukan gas methan dari lahan
pertanian, hal tersebut dikarenakan tidak tersedianya lahan persawahan di wilayah ini. Data
lebih lengkap tersaji pada Gambar 3.19.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 37
Gambar 3.19. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawah di Kota Surabaya
Sumber : Dinas Pertanian, 2012
Emisi gas metan (CH4) di kota Surabaya dihasilkan oleh berbagai sumber, salah
satunya adalah hewan ternak. Hewan ternak diperkirakan memberikan kontribusi gas
methan terbesar yaitu sebesar 26.630 ton CH4/tahun. Sedangkan hewan lain yang
menghasilkan gas methan yang cukup besar dari jenis unggas sebesar 79 ton CH4/tahun.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 38
3.4.3. Analisis Statistik
Jagung merupakan komoditas pertanian terbesar Kota Surabaya tahun 2012 sebesar
142 ton dengan prosentase 87 % total produksi tanaman palawija Kota Surabaya tahun 2012.
Produksi tanaman palawija di urutan kedua adalah Ubi Kayu sebesar 15 ton dengan
prosentase 9,2 % dari total produksi tanaman palawija Kota Surabaya tahun 2012. Tanaman
palawija lain yaitu kacang sebesar 4 ton dengan prosentase 2,4 % dari produksi tanaman
palawija total serta kedelai sebesar 2 ton dengan prosentase 1,2 % dari total produksi
tanaman palawija Kota Surabaya tahun 2012
Gambar 3.20. Produksi Tanaman Palawija Menurut Jenis Tanaman di Kota Surabaya
Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012.
Populasi ternak tertinggi di Kota Surabaya adalah kambing yaitu 66 % disusul oleh
hewan ternak domba sebesar 16 %. Jenis unggas dengan populasi tertinggi di Kota
Surabaya adalah ayam kampung sebesar 84 %, sedangkan populasi unggas paling sedikit
adalah dari jenis ayam pedaging dengan prosentase kurang dari 2 % dari total jumlah
unggas.
Gambar 3.21. Jumlah Hewan Ternak menurut Jenis Ternak di Kota Surabaya
Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 39
Gambar 3.22. Jumlah Unggas menurut Jenis Unggas di Kota Surabaya
Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2012
3.5. INDUSTRI
Industrialisasi pada kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang
sangat signifikan. Sekarang sektor industri telah mengambil alih secara struktural kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian yang sebelumnya mendominasi.
Aktivitas industri memiliki dampak positif bagi kelangsungan kehidupan suatu kota yaitu
penyerapan tenaga kerja serta memberikan pemasukan bagi perekonomian suatu daerah.
3.5.1. Kondisi Eksisting
Di wilayah Surabaya bagian selatan telah dibentuk sebuah kawasan industri yaitu
daerah Rungkut atau Brebek Industri dan SIER, sedangkan di wilayah utara terdapat
kawasan industri dan pergudangan Tambak Langon - Kalianak Margomulyo. Kawasan ini
cukup strategis karena dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak dan Jalan Tol dan Pusat
Grosir (Kembang Jepun dan Pasar Turi). Sektor industri di Kota Surabaya terbagi atas 3
(tiga) golongan yaitu skala besar, menengah, dan kecil. Jumlah dan jenis industri di Kota
Surabaya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.12 dan 3.13.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 40
Tabel 3.12. Jumlah Industri/ Kegiatan Usaha Skala Menengah dan Besar di Kota Surabaya
No. Nama Industri Jenis
Industri*)
Kapasitas Produksi (per bulan)
Terpasang Senyatanya
1 PT LOTUS INDAH TEXTILE tekstil benang tenun 2154722,5 lbs -
kain embroidery 87302,31 yard -
pencelupan kain 83032,77 yard -
pencelupan benang 16396,59 kgs -
2 PT GUNAWAN DIANJAYA STEEL Tbk Galvanis
18.682.436 15568697
3 PT. KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Enamel Enamel cookware 300 matriks ton
-
PP Mat 530 ball -
4 PT. KEDAWUNG SETIA KARTON BOX karton box Karton bergelombang 15000 ton
-
5 PT SUPARMA Tbk kertas multiple board 7162 ton -
writing printing 1546 ton -
kraft 4234 ton -
news print 1124 ton -
6 PT. GLOBAL INTERINTI minyak nabati -
7 PT BHIRAWA STEEL besi beton 120000 ton -
8 PT MESHINDO ALLOX WHEE aluminium wheel
865.535
721.279
9 PT VITAPHARM kosmetik -
10 PT BATARA AGUNG MULIA saos dan kecap saus tomat 1.325 ton -
kecap 400 ton -
tauco 400 ton -
11 PT JAYA PARI STEEL Tbk Pickling Plate 3033 ton -
-
Keterangan :
Sumber : Disperindag Kota Surabaya, 2012
Tabel 3.13. Jumlah Industri/ Kegiatan Usaha Skala Kecil di Kota Surabaya
No. Nama Industri Jenis Industri*) Kapasitas Produksi (per bulan)
Terpasang Senyatanya
1 TAHU HALIM tahu 30000 kg -
2 RUMAH POTONG HEWAN KEDURUS pemotongan hewan - -
3 PT. PERDAMAIAN INDONESIA karet gelang 7,5 ton -
4 CV SUPERINDO JAYA MAKMUR pakan ikan/ternak 500 ton -
5 TAHU LEGOWO Tahu 40 blek -
6 SANDANG JAYA kain kaos 300 kg -
Keterangan : *) Lihat Lampiran B Bagian A Sumber : Badan Lingkungan Hidup, 2012
Berdasarkan Tabel SP-9 pada Buku Data menunjukkan hasil pengujian kualitas air limbah
dari beberapa jenis industri skala menengah dan besar. Parameter yang dianalisa meliputi
pH, BOD, COD, TSS, Pb, NH3-N, phospat, detergen, minyak dan lemak, Mn, Cadmium dan
Ni. Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa beberapa parameter tidak memenuhi baku
mutu.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 41
3.5.2. Perbandingan Nilai Antar Lokasi dan Antar Waktu
Seperti yang telah dibahas di atas bahwa industri di Kota Surabaya mengalami
peningkatan daripada tahun sebelumnya. Industri-industri tersebut menghasilkan limbah
yang apabila tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan sekitar. Diperlukan
suatu pengujian kualitas air limbah secara berkala untuk mengetahui karakteristik dari limbah
yang dihasilkan. Berikut merupakan pembahasan dari beberapa parameter yang hasilnya
didapatkan dari Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya tahun 2012.
pH
Menurut PerMenLH No.3 Tahun 2010 batas pH yang diperbolehkan adalah 6-9.
Berdasarkan Tabel SP-9 pada Buku Data dan Gambar 3.23 di bawah ini, industri
yang memiliki kualitas pH air limbah kurang dari baku mutu yaitu industri karton box
dan besi betondengan pH berada pada kisaran 5,5 sehingga bersifat asam.
Gambar 3.23. Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Cair dari Industri Skala
Menengah dan Besar (Parameter: pH)
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2012.
BOD (Biological Oxygen Demand)
Baku mutu dari parameter BOD air limbah untuk industri adalah 50 mg/L. Beberapa
jenis industri memiliki nilai konsentrasi BOD yang cukup tinggi diantaranya industry
Saos dan Kecap, Industri Tahu, Industri Minyak Nabati dan Pemotongan hewan.
Namun industri yang memiliki BOD tertinggi adalah industri saos dan kecap dengan
konsentrasi mencapai 824,26 mg/L (Gambar 3.24), sedangkan nilai konsentrasi
terendah dihasilkan oleh industri karton box dan galvanis yaitu 10,14 mg/L.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 42
Gambar 3.24. Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Cair dari Industri Skala Menengah dan Besar (Parameter BOD)
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2012.
COD (Chemical Oxygen Demand)
Berdasarkan Gambar 3.25 di bawah ini menunjukkan bahwa nilai COD tertinggi
mencapai 1630,9 mg/L yaitu pada Industri Saos Kecap, sedangkan batas baku mutu
yang ditetapkan adalah 100 mg/L. Hasil tersebut menunjukkan bahwa limbah industri
saos kecap mengandung zat organic yang sangat tinggi. Konsentrasi terendah
dihasilkan oleh industri karton box yang hanya menghasilkan air limbah dengan
konsentrasi COD 21,1 mg/L.
Gambar 3.25. Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Cair dari Industri Skala Menengah dan Besar (Parameter: COD)
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2012.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 43
TSS (Total Suspended Solid)
Beberapa jenis industri menghasilkan air limbah dengan konsentrasi TSS yang cukup
tinggi, salah satunya adalah pabrik tahu. Berdasarkan Gambar 3.26 di bawah ini
diketahui bahwa industri pemotongan hewan, pakan ikan/ternak, dan saos kecap
menghasilkan air limbah dengan konsentrasi TSS di atas baku mutu yaitu 360 mg/L,
149 mg/L, 108 mg/L. Industri lain yang menghasilkan air limbah dengan konsentrasi
TSS di atas baku mutu adalah industri pakan udang dan pencucian jeans.
Gambar 3.26. Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Cair dari Industri Skala Menengah dan Besar (Parameter:TSS)
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2012
3.6. PERTAMBANGAN
Kota Surabaya bukan merupakan daerah penghasil bahan tambang, sehingga tidak
tersedia data mengenai pertambangan.
3.7. ENERGI
Transportasi menjadi sektor utama yang menjadi konsumen terbesar dalam
pemakaian minyak bumi. Kondisi tersebut disebabkan oleh semakin tingginya pertumbuhan
jumlah kendaraan di Kota Surabaya. Terjadinya peningkatan kendaraan pribadi baik mobil
maupun motor menyebabkan kebutuhan akan energi di Kota Surabaya juga semakin tinggi.
Penggunaan energi secara berlebihan dapat memberikan pengaruh negatif terhadap
lingkungan. Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang
digunakan dalam sektor transportasi masih menghasilkan emisi yang berbahaya.
Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin untuk kendaraan bermotor menghasilkan
senyawa-senyawa toksik seperti CO (karbonmonoksida), THC (total hidrokarbon), TSP
(debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida sulfur). Zat-zat di atas sangat
berbahaya bagi kesehatan mayarakat Surabaya dan dapat memicu pembentukan Gas
Rumah Kaca (GRK). Pembubuhan TEL pada Premium dapat membentuk timbal, sedangkan
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 44
solar dapat mengeluarkan zat karsinogenik tambahan yaitu fraksi-fraksi organik (aldehid dan
PAH/ Poli Alifatik Hidrokarbon).
3.7.1. Kondisi Eksisting
Pemerintah Kota Surabaya telah mengantisipasi dampak negatif transpotasi
perkotaan dengan membuat program yang dititik beratkan pada konservasi dan diversifikasi
energi bidang transportasi darat. Strategi yang ditempuh antara lain: membuat master plan
transportasi ramah lingkungan, memberikan bantuan teknis pemanfaatan bahan bakar
alternatif Bahan Bakar Gas (BBG) dan Bahan Bakar Nabati (BBN)/biofuel untuk angkutan
umum. Namun implementasi dari program penggunaan bahan bakar alternatif masih belum
maksimal karena masih rendahnya jumlah kendaraan pribadi maupun kendaraan umum
yang memakai BBN. Di Kota Surabaya hanya beberapa jenis kendaraan umum seperti taksi
yang menggunakan BBN, sedangkan jenis angkutan lainnya masih memakai BBM sebagai
bahan bakar motor. Berikut data jumlah kendaraan bermotor menurut jenis kendaraan dan
bahan bakar yang digunakan tersaji pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.14. Perkiraan Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar
yang digunakan
No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan
Premium Solar
1 Beban - -
2 Penumpang pribadi 70356 44,037
3 Penumpang umum 5,136 -
4 Bus besar pribadi - 1,769
5 Bus besar umum - 1395
6 Truk kecil 105,308 -
7 Roda tiga - -
8 Roda dua 2,186,108 - Keterangan : Data diproyeksikan oleh BLH, - = tidak ada kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar tersebut Sumber : Dinas Perhubungan, 2012
Dari data di atas dapat diketahui bahwa volume kendaraan yang paling besar adalah
kendaraan roda dua dan diikuti oleh Mobil penumpang pribadi. Selanjutnya berturut turut
adalah truk kecil dan mobil penumpang umum.
Seiring meningkatnya sarana transportasi di Kota Surabaya, para investor
mendapatkan celah untuk membuka usaha Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU). Tercatat
sebanyak 96 SPBU beroperasi di Kota Surabaya. Jumlah konsumsi minyak bumi Kota
Surabaya selengkapnya disajikan pada tabel di bawah ini :
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 45
Tabel 3.15. Rata rata Penjualan Bahan Bakar Minyak
No. Lokasi SPBU Jumlah SPBU
Penjualan per bulan (KiloLiter)
Premium Pertamax Solar
1 Kota Surabaya 96 328.257 121.488 10.764
Jumlah 96 328.257 121.488 10.764
Keterangan : Data sampai bulan Juli 2012
Sumber : PT. Pertamina UP V, 2012
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa konsumsi terbesar berada pada
penggunaan premium. Sedangkan konsumsi BBM untuk Industri dan memasak dapat dilihat
pada Tabel SE-18 dan Tabel SE-19 pada Buku Data.
Penggunaan energi di beberapa sektor ternyata juga dapat menimbulkan emisi CO2
yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Berdasarkan Tabel 3.16 di bawah, dapat dilihat
bahwa energi yang menghasilkan emisi CO2 adalah dari sektor transportasi, Industri dan
memasak.
Tabel 3.16. Perkiraan Emisi CO2 dan Konsumsi Energi Menurut Sektor Pengguna
No. Sektor Pengguna
Energi Konsumsi Energi (Kiloliter/Tahun)
Emisi CO2 (Ton/Tahun)
1 Transportasi 399,690.00 1,013,130.91
2 Industri 50,610.00 145,726.00
3 Rumah Tangga 69,292,854.00 415.38
Total 69,743,154.00 1,159,272.29
Keterangan : Data tersedia sampai dengan bulan Juli 2012 Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya.
3.7.2. Perbandingan Nilai Antar Lokasi dan Antar Waktu
Jumlah kendaraan bermotor di Kota Surabaya semakin banyak dari tahun ke tahun
karena masyarakat memerlukan fasilitas untuk mobilisasi yang mudah, cepat dan aman.
Angkutan umum belum dapat memberikan kebutuhan bagi masyarakat. Dewasa ini
kepemilikan kendaraan pribadi semakin meningkat jumlahnya, hal tersebut sejalan dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kota Surabaya. Berdasarkan data Badan
Lingkungan Hidup Kota Surabaya di atas, diketahui konsumsi BBM dari tahun ke tahun juga
mengalami peningkatan. Sampai dengan Juli 2012, Konsumsi BBM di Kota Surabaya telah
mencapai 69,743,154.00 kiloliter. Perkiraan emisi CO2 yang dihasilkan dari konsumsi energy
baik menurut sector transportasi, industry dan memasak mencapai 1.159.272,29 ton/tahun.
Berikut ini adalah gambar perbandingan konsumsi energy serta perkiraan emisi CO2 yang
akan ditimbulkannya.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 46
3.7.3. Analisis Statistik
Adapun perbandingan perkiraan konsumsi energy menurut sector pengguna dapat
dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 3.27 Perkiraan Konsumsi Energi Menurut Sektor Pengguna
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2012.
Sedangkan perkiraan emisi CO2 yang akan ditimbulkan sebagai akibat dari
konsumsi energi tersaji pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.28 Perkiraan Konsumsi Emisi CO2 Menurut Sektor Pengguna
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2012.
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 47
Berdasarkan Gambar 3.28 di atas menunjukkan bahwa hasil pengukuran CO2 pada
sumber bergerak di Kota Surabaya masih di ambang batas normal. Alat transportasi yang
mengeluarkan gas CO2 paling besar adalah dari sektor Transportasi.
3.8. TRANSPORTASI
Pertambahan penduduk di Kota Surabaya yang semakin meningkat dari tahun ke
tahun mengakibatkan pertambahan jumlah kendaraan tidak dapat dielakkan lagi. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar penduduk sangat bergantung kepada alat transportasi
dalam melakukan aktivitasnya, sehingga mau tidak mau kebutuhan akan sarana dan
prasarana transportasi akan meningkat. Dengan bertambahnya jumlah kendaraan yang tidak
diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana jalan yang memadai dapat
mengakibatkan bertambahnya kemacetan di Kota Surabaya. Dalam mengurangi dampak
kemacetan yang semakin meningkat, maka penyediaan sarana dan prasarana transportasi
massal yang aman, nyaman dan juga ramah lingkungan perlu ditingkatkan. Hal tersebut
terkait dengan upaya menekan pemakaian kendaraan pribadi dan upaya mengurangi
pencemaran udara akibat sektor transportasi di Kota Surabaya.
3.8.1. Kondisi Eksisting
Jalan raya merupakan salah satu prasarana penting dalam transportasi darat karena
merupakan penghubung antar satu daerah dengan daerah lainnya. Dalam hal ini jalan raya
juga berfungsi sebagai penghubung antara sentra-sentra produksi dan distribusi dengan
wilayah pemasrannya. Dengan demikian jalan raya dapat berfungsi sebagai stimulan bagi
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota
Surabaya, panjang jalan di Kota Surabaya pada tahun 2012 adalah 2.063,04 Km, terdiri dari
Jalan Nasional, Jalan Provinsi, dan Jalan Kota. Panjang jalan menurut kewenangan di Kota
Surabaya dapat dilihat pada Tabel 3.17 di bawah ini.
Tabel 3.17. Panjang Jalan Menurut Kewenangan Kota Surabaya
No. Jenis Kewenangan Panjang Jalan
(Km)
1. Jalan Nasional 45,66
2. Jalan Provinsi 13,73
3. Jalan Kabupaten / Kota 2003,65
Total 2063,04
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012.
Pengklasifikasian jenis jalan di atas berkaitan erat dengan dana pembangunan dan
kewenangan dalam pemeliharaannya. Dengan demikian, kewajiban dalam pembangunan
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 48
dan kewenangan pemeliharaan Jalan Nasional ada pada level Departemen, sedangkan
untuk Jalan Provinsi ada pada level Dinas, dan Jalan Kota pada level Suku Dinas.
Dalam rangka meningkatkan minat masyarakat dalam penggunaan transportasi
massal sebagai pilihan moda transportasi mereka, peningkatan kualitas pelayanan serta
perbaikan sarana dan prasarana transportasi umum mutlak harus dilakukan. Pada tahun
2012, Kota Surabaya telah memiliki 13 sarana terminal kendaraan penumpang umum yang
terletak di beberapa kecamatan. Tipe terminal yang ada di Kota Surabaya mulai dari Tipe A,
Tipe B hingga Tipe C. Terminal Tipe A akan melayani kendaraan umum untuk angkutan
antar kota, antar provinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam
provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Terminal Tipe B melayani kendaraan
umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan/ atau angkutan
pedesaan. Sedangkan Terminal Tipe C hanya melayani kendaraan umum untuk angkutan
pedesaan saja. Dari 13 sarana terminal kendaraan penumpang umum yang ada di Kota
Surabaya 2 terminal merupakan Tipe A, 1 terminal Tipe B, dan 10 terminal sisanya
merupakan Tipe C. Selengkapnya mengenai sarana terminal kendaraan penumpang umum
di Kota Surabaya disajikan pada Tabel 3.45 berikut.
Tabel 3.18. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum di Kota Surabaya
No. Nama Terminal Tipe
Terminal Lokasi
Luas Kawasan
(m2)
Pengelola
1 PURABAYA A Kab. Sidoarjo 120.000 Surabaya
2 TAMBAK OSO WILANGON A Kec. Benowo 30.000 Surabaya
3 JOYOBOYO B Kec. Wonokromo 12.000 Surabaya
4 BRATANG C Kec. Gubeng 2.760 Surabaya
5 MANUKAN C Kec. Sambikerep 4.485 Surabaya
6 DUKUH MENANGGAL C Kec. Gayungan 2.072 Surabaya
7 BENOWO C Kec. Pakal 2.886 Surabaya
8 KEPUTIH C Kec. Sukolilo 1.920 Surabaya
9 KENJERAN C Kec. Bulak 3.000 Surabaya
10 KALIMAS BARAT C Kec. Pabean Cantian 1.845 Surabaya
11 BALONGSARI C Kec. Tandes 1.578 Surabaya
12 DUKUH KUPANG C Kec. Sawahan 2.974 Surabaya
13 KEDUNG COWEK C Sisi Barat Jembatan Suramadu 7.000 Surabaya Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012.
Selain sektor transportasi darat, sektor transportasi laut dan udara di Kota Surabaya
juga memiliki peran yang sangat penting dan strategis yakni sebagai pintu masuk dan keluar
manusia dengan berbagai jenis kegiatan yang dilakukannya. Sektor transportasi laut di Kota
Surabaya memiliki peran yang cukup strategis mengingat sebagian ekspor maupun impor
Indonesia akan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Perak. Pelabuhan Tanjung Perak adalah
pelabuhan Kota Surabaya yang terletak pada posisi 112o4322 BT dan 07o1154 LS,
tepatnya di Selat Madura sebelah utara Kota Surabaya yang meliputi daerah perairan seluas
1.574,3 Ha dan daerah daratan seluas 574,7 Ha. Di Pelabuhan Tanjung Perak terdapat
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012
III- 49
beberapa dermaga/ terminal yang memiliki jenis kegiatan dan peran yang berbeda-beda,
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.19.
Tabel 3.19 Sarana Pelabuhan Laut, Sungai dan danau
No Nama Pelabuhan Jenis Kegiatan*) Peran dan Fungsi**)
Luas Kawasan (ha)
1. - Terminal Kalimas Moda ASDP dengan Moda
angkutan jalan raya (Bus Kota) Intra Moda Tidak ada data
2. - Terminal Jamrud
Moda Kapal penumpang dengan angkutan jalan raya ( Bus Kota ) atau dengan AKDP atau AKAP
Tidak ada data
3. - Terminal Nilam Moda Angkutan Jalan Raya
Dengan Moda Angkutan Jalan Rel
Angkutan Pupuk (PT. Pupuk Sriwijaya)
Tidak ada data
4. - Terminal Berlian Moda Angkutan Jalan raya
dengan moda angkutan jalan rel
Angkutan container sampai ke kota Jember (RAMBIPUJI)
Tidak ada data
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012.
Untuk sarana transportasi udara, di Kota Surabaya terdapat Pelabuhan Udara
Juanda yang memiliki luas 5,15 Ha. Pelabuhan udara ini tepatnya berada di wilayah
Kabupaten Sidoarjo. Pelabuhan udara Juanda merupakan pelabuhan udara bertaraf
internasional yang melayani penerbangan domestik dan penerbangan internasional.
Berbagai kegiatan yang terjadi di berbagai lokasi sarana transportasi baik di terminal,
pelabuhan laut, maupun pelabuhan udara di atas akan berpotensi menyumbang limbah
padat/ sampah bagi Kota Surabaya. Jumlah limbah padat dari sarana transportasi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3.20 berikut ini.