Upload
khaerul-ulum
View
60
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
4.1. Hasil Observasi Potensi Kelapa Eksotik di Provinsi Banten
Provinsi Banten merupakan salah satu Provinsi dengan potensi tanaman
kelapa yang tidak kalah jumlah tanaman dan produksinya dengan provinsi di
luar Jawa. Di antara tanaman kelapa yang diusahakan di masyarakat petani
ternyata terdapat beberapa kelapa eksotik yang spesifik dan berpotensi untuk
dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan petani, juga sebagai ikon
Provinsi Banten.
Hasil survey di Kabupaten Tangerang ditemukan potensi tanaman
kelapa kopyor dengan jumlah yang cukup banyak menyebar di tiga kecamatan
yaitu Kecamatan Teluk Naga, Kecamatan Paku Haji dan Kecamatan Mauk.
Masing-masing kecamatan memiliki karaktertistik yang spesifik terkait
penyebaran dan pola pengusahaan kelapa kopyor. Tanaman kelapa kopyor di
Desa Tanjung Burung Kecamatan Teluk Naga ditanam diantara kelapa normal.
Jumlahnya tidak banyak dengan produksi buah kopyor 1 – 3 butir pertandan.
Lokasi ini sangat memungkinkan untuk pengembangan kelapa kopyor melalui
penanaman dan penggantian kelapa normal dengan bibit kelapa kopyor.
Laporan Akhir III - 1
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Gambar 1. Pertanaman kelapa kopyor di Desa Tajung Burung Kec. Teluk Naga, Kab. Tangerang
Di lokasi desa Kohod Kecamatan Paku Haji ditemukan tanaman kelapa
kopyor yang ditanam di pekarangan rumah penduduk. Jumlahnya juga terbatas
yaitu hanya sekitar 20 tanaman yang berdampingan dengan kelapa normal.
Jumlah buah kopyor pertandan juga relatif rendah yairu antara 1 – 3 butir
pertandan. Lokasi ini juga sangat memungkinkan untuk dilakukan
pengembangan kelapa kopyor atau tanaman eksotik lainnya karena
masyarakatnya sudah mengenal tanaman eksotik ini. Namun demikian
kesadaran untuk melakukan peremajaan atau penggantian tanaman dengan
baru setelah tanaman ditebang juga masih terbatas.
Laporan Akhir III - 2
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Gambar 2. Tanaman kelapa kopyor di Desa Kohod Kec. Paku Haji , Kab. Tangerang
Lokasi ketiga yang dillakukan observasi adalah di Kecamatan Mauk.
Tanaman kelapa kopyor di wilayah ini umumnya tumbuh di lahan milik
perseorangan dengan luasan maksimal 2 ha. Pada lahan tersebut terdapat
tanaman kelapa kopyor yang telah berumur sekitar 30- 40 tahun sebanyak 60
pohon yang tumbuh bersama kelapa normal. Tanaman kelapa kopyor tersebut
berpotensi dijadikan sebagai pohon induk sumber benih, dengan sebelumnya
melakukan pengamatan morfologi dan produksi buah kopyor maupun buah
normal yang akan dijadikan benih. Selain tanaman kelapa kopyor, di
Kecamapan Mauk juga ditemukan kelapa eksotik lainnya yaitu kelapa lilin.
Jumlah tanaman kelapa lilin ini sangat terbatas dan belum diidentifikasi
morfologi tanaman dan produksinya.
Laporan Akhir III - 3
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Gambar 3. Pertanaman kelapa kopyor di Desa Marga Mulya, Kec. Mauk Kab. Tangerang
Observasi terhadap kelapa eksotik juga telah dilakukan di Kabupaten
Serang dan Pandeglang. Hasil pengamatan di desa Sukerena, Kecamatan
Ciomas, Kabupaten Serang ditemukan kelapa Cungap Merah dengan warna
buah hijau dan coklat. Terdapat kurang lebih 10 – 15 pohon kelapa Cungap
Merah yang dapat dijadikan sebagai sumber benih.
Gambar 4. Penampilan daging buah kelapa kopyor di asal Desa Marga Mulya, Kec. Mauk Kab. Tangerang
Laporan Akhir III - 4
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Gambar 5. Penampilan daging buah kelapa Lilin di asal di asal Desa Marga Mulya, Kec. Mauk Kab. Tangerang
Gambar 6. Mengukur Pelapah Kelapa Hijau Cungap Merah di Desa Sukerena Kec. Ciomas Kab. Serang
Selain itu dari pohon-pohon induk tersebut telah dikembangkan dan
ditanam pada luasan 1 (satu) ha kelapa cungap merah yang sekarang sudah
berumur 10 – 15 tahun. Dengan kondisi pertanaman seperti itu, kelapa cungap
merah ini berpotensi untuk didaftarkan sebagai varietas lokal spesifik Banten
Laporan Akhir III - 5
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
dan selanjutnya dengan pengamatan data produksi selama 3 tahun berturut-
turut dapat dilepas sebagai varietas unggul lokal.
Gambar 7. Tanaman Kelapa Cungap Merah di Desa, Sukerena Kec. Ciomas Kab. Serang
Gambar 8. Tanaman Kelapa Cungap Merah di Desa, Sukerena Kec. Ciomas Kab. Serang
Laporan Akhir III - 6
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Hasil observasi di Desa Medong, Kecamatan Mekar Jaya, Kabupaten
Pandeglang diperoleh infomasi bahwa terdapat kelapa kopyor dan kelapa
cungap merah yang menyebar di kebun sekitar pemukiman warga. Jumlahnya
juga masih terbatas dan memungkinkan untuk dikembangkan dan ditambah
tanaman baru. Minat masyarakat merupakan salah satu variabel keberhasilan
pengembangan kelapa eksotik secara swadaya. Antusiasme masyarakat dan
Kepala Desa Ujung tombak akselerasi pembangunan merupakan pemicu
utama keberhasilan pengembangan usaha tani kelapa eksotik baik kelapa
kopyor maupun kelapa hijau cungap merah. Dalam keseharian, kelapa hijau
cungap merah telah mendapat julukan di kalangan masyarakat yaitu Kelapa
CM yang berasal dari Cungap Merah. Hal ini merupakan salah satu indikator
dalam upaya mempopulerkan kelapa tersebut dan meningkatkan kognisi dan
meraih ceruk pasar sehingga keberadaan kelapa CM ini mampu memberikan
nilai tambah pada usaha tani kelapa yang dijalankan oleh masyrakat petani
pekebun.
`
Gambar 8. Tanaman Kelapa Hijau Cungap Merah di Desa, Medong Kec. Mekar Jaya Kab. Pandeglang
Laporan Akhir III - 7
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Gambar 9. Buah Kelapa Hijau Cungap Merah di Desa Medong Kecamatan Mekar Jaya Kabupaten Pandeglang
4.2. Studi dan Penelitian Kelapa Eksotik
Studi dan penelitian tentang kelapa eksotik sudah dimulai sejak tahun
1998 di Balit Palma Manado, dengan melakukan eksplorasi kelapa kopyor di
Kalianda Lampung Selatan dan Sumenep, Jawa Timur. Penelitian dilanjutkan
dengan melakukan kultur embryo kelapa kopyor hasil ekspolasi dari kedua
daerah tersebut.
Selanjutnya dilakukan sejumlah kegiatan penelitian tentang kelapa Kopyor
Pati sejak tahun 2003. Kegiatan awal yang dilakukan adalah identifikasi dan
karakterisasi populasi kelapa Kopyor di Kabupaten Pati, Jawa tengah. Dari
sejumlah penelitian tersebut telah diidentifikasi tiga calon populasi kelapa
Kopyor unggul lokal dari enam populasi yang ada di lapangan. Pada tahun
2007, tiga calon populasi unggul lokal tersebut telah di daftarkan di Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) dengan nama Genjah Kopyor Kuning
Pati, Genjah Kopyor Hijau Pati dan Genjah Kopyor Coklat Pati (Anonim, 2008).
Laporan Akhir III - 8
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Melalui serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan sejak tahun 2005
hingga tahun 2009, akhirnya pada tahun 2010 Balit Palma, Menado berhasil
melepas tiga varietas unggul lokal kelapa Genjah Kopyor (Coklat, Hijau, dan
Kuning) asal Pati, Jawa Tengah yang mempunyai potensi hasil buah kopyor
rata-rata sekitar 40% per tandannya.
Pada tahun 2010 peneliti dari Balit Palma juga telah memulai program
persilangan terkontrol antar tetua terpilih dari kelapa Kopyor Genjah Pati.
Dalam penelitian yang dilakukan, skenario persilangan yang dilakukan antara
lain: persilangan alami (open pollinated), selfing dengan cara alami
(pengerodongan infloresen untuk mencegah penyerbukan oleh serangga), dan
selfing dengan persilangan terkontrol (persilangan dibantu oleh manusia). Induk
jantan dan induk betina kelapa Kopyor yang digunakan dalam penelitian ini
semuanya merupakan tanaman dengan genotipe heterosigot (Kk). Hasil
percobaan mengindikasikan persilangan OP menghasilkan buah kontrol
sebesar 20%, hasil selfing dengan bantuan manusia menghasilkan buah kopyor
sebesar 30%, sedangkan selfing dengan cara alami (hanya dikerodong saja)
menghasilkan buah kopyor sebesar 40%. Dari pengalaman tersebut
mengindikasikan bahwa persilangan terkontrol dapat berpotensi meningkatkan
jumlah buah kopyor yang dipanen. Pendekatan persilangan terkontrol yang
telah dilakukan tersebut perlu dievaluasi lebih lanjut sehingga dapat secara
praktis diterapkan oleh petani.
Eksplorasi dan identifikasi kelapa kopyor selanjutnya dilakukan pada
tahun 2011, meliputi sentra produksi kelapa kopyor di Kalianda Lampung
Selatan, Pati Jawa Tengah, Sumenep dan Jember, Jawa Timur.
Laporan Akhir III - 9
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Hasil pengamatan menunjukkan kelapa kopyor di Kalianda dan
Sumenep merupakan tipe kelapa Dalam Kopyor, sedangkan yang berada di
Pati dan Jember dijumpai tipe kelapa Dalam, Genjah dan Hibrida Kopyor.
Pertanaman kelapa kopyor di Kalianda, Jember dan Sumenep dalam bentuk
kebun dengan luas 0.5 - 3 ha dan tersebar di antara tegakan kelapa normal.
Sebaliknya, pertanaman kelapa di Pati umumnya ditanam di pekarangan.
Populasi kelapa kopyor di Kalianda, Lampung Selatan terdapat di tiga
desa yaitu Agom Jaya, Palembapang dan Kecapi, Kecamatan Kalianda,
dengan kelapa kopyor tipe Dalam. Jumlah tanaman kelapa kopyor yang
teridentifikasi pada populasi di Desa Agom Jawa sebanyak 100 pohon dari total
282 tanaman kelapa. Populasi di Desa Palembapang diamati sebanyak 69
pohon kelapa kopyor dari total 134 tanaman kelapa Dalam, sedangkan populasi
di Desa Kecapi teridentifikasi sebanyak 116 tanaman kelapa kopyor dari total
jumlah tanaman kelapa sebanyak 658, yang tersebar pada lahan seluas 5 ha.
Jumlah buah kopyor pada masing-masing lokasi bervariasi antara 1 sampai 4
butir pertandan. Jumlah buah kopyor pertandan tersebut ada kecenderungan
berhubungan dengan keberadaan
Kelapa kopyor di Jember diamati di tiga lokasi berbeda yaitu kecamatan
Wuluhan, Ambulu dan Gumuk Mas. Tanaman kelapa kopyor tipe Dalam
diamati di Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan teridentifikasi sebanyak 36 pohon
yang tersebar di kebun petani dekat pemukiman penduduk. Populasi kelapa
kopyor tipe Dalam juga teridentifikasi di Desa Mayangan, kecamatan Gumuk
Mas sebanyak 65 pohon dari total 147 tanaman kelapa yang ditanam di
pematang kolam ikan. Pada lokasi lainnya yaitu Desa Pontang, kecamatan
Ambulu berhasil diamati sebanyak 40 tanaman kelapa kopyor tipe Genjah
Laporan Akhir III - 10
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
dengan warna buah hijau dan kuning. Jumlah buah kopyor tipe Dalam berkisar
antara 1 – 2 butir, sedangkan kelapa tipe Genjah antara 1-4 butir kopyor
pertandan.
Hasil pengamatan di Desa Lapataman, kecamatan Dungkek,
kabupaten Sumenep diperoleh tanaman kelapa kopyor tipe dalam sebanyak 31
pohon dari total 89 tanaman. Jumlah buah kopyor pertandan sebanyak 1 – 4
butir pertandan. Tanaman kelapa kopyor tersebut tersebar di kebun sekitar
pemukiman penduduk.
Tanaman kelapa kopyor di kabupaten Pati menyebar di tiga kecamatan
yaitu Kecamatan Tayu, Margoyoso dan Dukuh Seti. Umumnya tanaman kelapa
kopyor tersebut ditanam di pekarangan rumah dan kebun sekitar rumah
penduduk. Pada tahun 2004 diketahui luas tanaman kelapa kopyor di
Kabupaten Pati 378,09 Ha. Tiga kecamatan yang memiliki areal pertanaman
terluas, yaitu Dukuhseti, Margoyoso dan Tayu, berturut-turut seluas 132,60 Ha,
131,55 Ha dan 69,50 Ha (Anonim, 2004). Dengan jumlah tanaman yang sangat
banyak dan menyebar luas di Kabupaten ini, diduga tanaman kelapa Genjah
kopyor tersebut merupakan tanaman asli daerah Pati. Saat ini kelapa Genjah
kopyor Pati telah berkembang di kabupaten lain di Jawa Tengah seperti di
Kabupaten Jepara, Rembang, Sukoharjo, Magelang dan Jogyakarta. Selain itu
telah menyebar sampai ke Sumenep, Jawa Timur, Berau Kalimantan Timur
dan Kepulauan Riau.
Salah satu populasi kelapa kopyor desa Sambiroto di Kecamatan Tayu
yang diamati menunjukkan adanya pola pertanaman campuran antara kelapa
kopyor tipe Genjah, kopyor tipe Dalam, kopyor Hibrida yang tumbuh berdekatan
dengan kelapa normal dari masing-masing tipe kelapa tersebut.
Laporan Akhir III - 11
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Pengamatan terhadap karakteristik endosperm diperoleh bahwa
endosperm kelapa kopyor yang terdapat di Kalianda, Lampung Selatan
bervariasi antara skor 1 sampai 9. Hal yang sama ditunjukkan oleh endosperm
buah kopyor asal Jember dan Sumenep. Untuk kelapa kopyor tipe Genjah, tipe
Dalam dan Hibrida di kabupaten Pati hanya berkisar antara skor 1 sampai 6.
Belum diketahui penyebab perbedaan karakteristik endosperm buah kopyor
tersebut. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan mengamati karakteristik
endosperm pohon kopyor di sekitar tanaman yang diamati dan persilangan
terkontrol menggunakan serbuk sari dari pohon kopyor yang diketahui
karakteristik endspermnya.
Sedangkan untuk di Wilayah Provinsi Banten, berdasarkan observasi
dan identifikasi di lapangan, beberapa jenis kelapa eksotik yang berpotensi
untuk diluncurkan adalah kelapa kopyor yang berada di Kecamatan Mauk
Kabupaten Tangerang dengan eksisting pohon kelapa yang biasanya
menghasilkan buah kopyor sebanyak 60 pohon. Berbeda dengan kelapa
cungap merah di Desa Sukarena Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang dan
Desa Medong Kecamatan Mekarjaya Kabupaten Pandeglang lebih menunjukan
potensi eksisting kelapa Cungap Merah yang berpotensi juga untuk dirilis.
Laporan Akhir III - 12
IV - 1IV - 1
Design Pengembangan Kelapa Eksotik Provinsi Banten
Gambar 4. Skoring karakteristik kelapa kopyor di Lampung, Pati, Jember dan Sumenep berdasarkan ketebalan endosperm
Berdasarkan skoring tersebut diatas, daging buah kelapa kopyor di asal Desa
Marga Mulya Kec. Mauk Kab. Tangerang dapat dimasukan kedalam dikategori
skor 1 sampai denga skore 6.
Laporan Akhir III - 13
Score: 9Score: 7
Score: 4 Score: 6
Score: 5
Score: 3
Score: 2
Score: 1
Score: 8