Upload
sarjanateknikpwk2012
View
285
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KERANGKA ACUAN KERJA
PENYUSUNAN RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KABUPATEN MINAHASA UTARA
1. LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
UU No. 27 Tahun 2007 Pasal 5 (Lima) menyatakan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil meliputi kegiatan : perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian.
Perencanaan Pengelolaan WP3K terdiri dari Rencana Strategis, Rencana Zonasi, Rencana
Pengelolaan dan Rencana Aksi Pengelolaan (UU No. 27 Tahun 2007 Pasal 7 ayat 1). Pemerintah
Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota menyusun rencana strategis WP-3-K yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dan/atau komplemen dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD). Hal ini tertuang pada peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia No. 16/2008 pasal 5 ayat 1. Rencana Zonasi terdiri dari Rencana Zonasi (RZ) Provinsi,
Rencana Zonasi Kabupaten/Kota, Rencana Zonasi Rinci (RZR) Kabupaten/Kota. Pemerintah Daerah
wajib menyusun semua rencana sesuai dengan kewenangan masing-masing (UU No. 27/2007 Pasal 7
Ayat 3). Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi atau disebut RZWP-3-K
Provinsi adalah merupakan arahan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil provinsi di lingkup wilayah provinsi yaitu 4 sampai dengan 12 mil.
Potensi sumber daya yang terkandung di wilayah pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Minahasa Utara luar biasa besar, bahkan diperkirakan jauh lebih besar dibandingkan
dengan potensi sumber daya yang ada di wilayah daratan. Namun, pada kenyataannya pemanfaatan
dan pengelolaan sumber daya yang ada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil selama ini belum
dilakukan secara optimal. Konsentrasi kegiatan pembangunan yang terjadi selama ini lebih terfokus
pada pemanfaatan dan pengelolaan wilayah darat, yang menyebabkan terabaikannya
pengembangan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil tersebut. Lebih terfokusnya kebijakan
pemerintah pada upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya di wilayah daratan dapat
terlihat seperti pada pembangunan sektor pertanian dalam rangka swasembada pangan yang
berorientasi pada upaya untuk mendorong perkembangan pertanian tanaman pangan, maupun
pada saat era industrialisasi yang ditujukan untuk memacu pertumbuhan perekonomian nasional.
Konsep pengembangan wilayah yang diterapkan kurang menyentuh upaya pemanfaatan dan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai bagian yang tak terpisahkan dari suatu
ruang wilayah. Kondisi ini berakibat pada timbulnya kesenjangan wilayah, yaitu antara wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil dengan wilayah daratan, baik kesenjangan dalam hal pembangunan
fisik, sosial maupun ekonomi.
Indikasi timbulnya kesenjangan tersebut antara lain tercermin dari relatif rendahnya tingkat
kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dibandingkan dengan masyarakat
yang tinggal di wilayah daratan. Indikasi lainnya tercermin dari relatif kecilnya kontribusi sektor
perikanan sebagai basis sektor perekonomian masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dibandingkan
kontribusi sektor pertanian, industri dan perdagangan sebagai basis sektor perekonomian
masyarakat di wilayah daratan. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan terisolasinya, secara sosial
maupun ekonomi masyarakat yang menempati pulau-pulau kecil yang salahsatunya disebabkan oleh
rendahnya aksesibilitas (transportasi dan komunikasi) dan kondisi geografis, topografi, hidrologi,
geologi dan klimatologi yang kurang mendukung. Sebagai upaya pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil, maka pemerintah menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PWP3K). Proses pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dimaksud, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 5 UU RI
Nomor 27 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa :
”Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ”.
Selanjutnya perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (PWP3K)
tersebut, mencakup penyusunan ;
a) Rencana strategis wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RSWP3K).
b) Rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K).
c) Rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RPWP3K), dan
d) Rencana aksi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RAPWP3K).
Penyusunan RSWP3K merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rencana
pembangunan jangka panjang daerah, sedangkan RZWP3K merupakan arahan pemanfaatan ruang
yang diselaraskan dan diserasikan dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi dan
kabupaten. Adapun tujuan rencana zonasi adalah membagi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ke
dalam zona-zona yang sesuai dengan peruntukan dan kegiatan yang bersifat saling mendukung
(compatible) serta memisahkannya dari kegiatan yang bersifat bertentangan (incompatible).
Rencana zonasi WP3K meliputi penetapan kawasan, zona dan subzona serta arahan
pemanfaatannya, yaitu kawasan pemanfaatan umum (multiple use), kawasan konservasi, kawasan
strategis nasional tertentu dan zona alur (corridor zone).
RZWP3K (Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil) harus mempertimbangkan 3
(tiga) prinsip keterpaduan sebagai berikut ;
1. Prinsip Pertama, yaitu keterpaduan antar ekosistem darat dan laut, di mana harus
mempertimbangkan berbagai dampak biofisik dan sosial-ekonomi yang terkait antara
ekosistem darat dan lautan, karena merupakan satu kesatuan ekologi yang tidak bisa
dipisahkan. Hal ini berarti ancaman dan kerusakan terhadap ekosistem daratan akan
berimplikasi negatif terhadap ekosistem lautan, begitu pula sebaliknya.
2. Prinsip Kedua, yaitu keterpaduan antar sektor dan atau stakeholder, karena berbagai
sektor yang terkait dengan pengelolaan perairan pesisir tidak bisa berjalan sendiri-
sendiri dalam melakukan aktivitasnya, apalagi perairan pesisir merupakan pusat
pemanfaatan dan kegiatan dari berbagai sektor yang berhubungan dengan daratan
maupun lautan, seperti jasa transportasi laut, industri galangan kapal, perikanan,
pertambangan, pariwisata, kehutanan, pertanian, dan industri manufaktur di daratan.
Sehingga dibutuhkan kerjasama dan koordinasi untuk menghindari arogansi masing-
masing sektor dalam mengimplementasikan program pembangunannya. Selain
itu stakeholder terkait seperti pihak pemerintah, swasta, akademisi, LSM dan
masyarakat perlu diakomodir bersama-sama dalam penentuan kebijakan yang
berhubungan dengan pengelolaan perairan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil untuk
penyamaan persepsi.
3. Prinsip Ketiga, yaitu Keterpaduan antar level pemerintahan, baik pusat, provinsi
maupun antar kabupaten/kota, di mana harus ada komunikasi 2 arah dan kerjasama
yang harmonis antar level pemerintahan, agar tidak terjadi kesalahan dan
ketidakakuratan dalam melakukan perencanaan dan pengimplementasian berbagai
program pembangunan.
Sungguh merupakan langkah yang tepat untuk melaksanakan rencana zonasi wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil, dengan adanya RZWP3K diharapkan akan tercipta keterpaduan/integrasi
perencanaan tata ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan wilayah darat secara harmonis,
selaras dan seimbang serta terdapat suatu jaringan/kisi-kisi spasial di atas lingkungan pesisir dan laut
yang memisahkan pemanfaatan sumber daya yang saling bertentangan dan menentukan kegiatan-
kegiatan yang dilarang dan diizinkan untuk setiap zona peruntukan dalam rangka menciptakan suatu
keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi.
1.2 Pertimbangan Spasial
Kabupaten Minahasa Utara merupakan kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Minahasa
dibentuk di Provinsi Sulawesi Utara, yang secara geografis terletak pada 01o 17’ 15”– 01o 53’ 18,5” LU
dan 124o 43’ 51” – 125o 10’ 37,7” BT , berdasarkan UU No. 33 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Minahasa Utara di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa Utara dengan luas
daratan 1.059,244 km² dan lautan 1.261 km² yang terdiri atas Kecamatan Wori, Likupang Barat,
Likupang Timur, Likupang Selatan, Dimembe, Talawaan, Kauditan, Kema, Airmadidi dan Kalawat.
Kabupaten Minahasa Utara juga merupakan daerah pesisir, yang mana juga banyak terdapat
pulau-pulau kecil yang potensial untuk dikembangkan, jumlah pulau-pulau kecila yang terdapat di
peraian Kabupaten Minahasa Utara pada saat ini9 adalah sebanyak....
Sesuai dengan strategi penataan ruang dalam RTRW Kabupaten Minahasa Utara tahun 2013-
2033 pengembangan pulau-pulau kecil yang ada di Kabupaten Minahasa Utara ini lebih diarahkan
kekegiatan pariwisata
1.3 Pertimbangan Peraturan
Dalam penyusunan suatu rencana tata ruang produk yang nantinya dihasilkan harus diriview
atau ditinjau kembali setiap 5 tahun sekali, hal tersebut dilakukan guna untuk mengetahui
perubahan atau pergeseran yang terjadi. Penyusunan Rencana Zonasi Kawasan Pulau-Pulau Kecil di
Kabupaten Minahasa Utara ini adalah langkah kongkrit stakeholder terkait guna untuk
memanfaatkan potensi-potensi yang terdapat di pulau-pulau kecil yang ada di wilayah perairan
Kabupaten Minahasa Utara agar bisa lebih dikelelola dan dimanfaatkan dengan baik. Adapun
peraturan-peraturan terkait yang mendasari pekerjaan ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).
2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Pulau Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 128).
3) Undang-undang republik indonesia Nomor 27 tahun 2007 Tentang Pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.
4) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.16 /
MEN / 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
5) Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 64 tahun 2010 Tentang Mitigasi bencana
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan
Ruang Wilayah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934).
2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
2.1 Maksud
Untuk menentukan suatu Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten
Minahasa Utara yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan
wilayah pesisir dan Pulau-pulau kecil berfungsi sebagai untuk :
1) Menetukan kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan strategis nasional
tertentu dan rencana alur.
2) Penyusunan rencana zonasi wiloayah pesisir dan pulau-pulau kecil mengikuti dan
memadukan rencana pemerintah dan pemerintah daerah dengan memperhatikan kawasan,
zona, dan alur laut.
2.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil Kabupaten
Minahasa Utara ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengatasi konflik pemanfaatan sumberdaya akibat adanya pengunaan ruang yang
mutulisme dan kompleksitas pemangku kepentingan.
2) Sebagai panduan pemanfaatan jangka panjang, pembangunan dan pengelolaan sumberdaya
di dalam wilayah rencana.
3) Sebagai alat untuk menetapkan arahan pemanfaatan untuk setiap bagian wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil dengan merumuskan kerangka manajemen, yang merupakan acuan dalam
implementasi rencana pengelolaan.
4) Beberapa aspek tujuan rencana zonasi yaitu memberikan perlindungan bagi habitat kritis,
ekosistem dan proses ekologi, memisahkan kegiatan manusia yang saling bertentangan,
melindungi kualitas budaya dan kualitas alam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
mencadangkan wilayah sesuai untuk pemanfatan budidaya serta meminimumkan dampak
dari penggunaan terhadap wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang sensitif secara ekologi
dan melestarikan beberapa wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam keadaan alamiah.
2.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil
Kabupaten Minahasa Utara ini adalah sebagai berikut :
1) Terumusnya aspek-aspek zonasi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Minahasa
Utara yang memenuhi persyaratan teknis serta didukung oleh proses perencanaan yang
berbasis kepada masyarakat. Dalam hal perencanaan, diharapkan akan tersusunya rencana
zonasi Pesisir dan Pulau-pulau kecil Kabupaten Minahasa Utara, sedangkan dalam proses
perencanaan yang berbasiskan masyarakat diharapkan akan dihasilkan :
a) Perencanaan yang didasarkan kepada aspirasi atau keinginan masyarakat luas serta
didukung oleh kegiatan penelitian lapangan.
b) Peningkatan kepedulian stakeholder terhadap potensi dan permasalahan yang
terdapat di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Minahasa Utara.
c) Adanyas hubungan atau komunikasi diantara perencanaan dengan berbagai sektor
kegiatan serta masyarakat.
2) Adanya peningkatan pemahaman tentang sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kabupaten Minahasa Utara melalui kegiatan sosialisasi.
3) Terciptan keseimbangan pembangunan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten
Minahasa Utara melaui penerapan bentuk pengelolaan insentif-disentif penataan ruang.
3. METODE DAN PENDEKATAN
3.1 Pendekatan Perencanaan
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten
Minahasa Utara dilakukan melalui tiga pendekatan. Pertama, penyusunan RZWP3K menserasikan
dan mensinkronkan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, pendekatan kedua yaitu penyusunan RZWP3K
mempertimbangkan kearifan lokal, aspirasi dan partisipasi masyarakat dan kondisi sosial budaya
yang berkembang di Kabupaten Minahasa Utara.
Pendekatan yang ketiga adalah dengan melalui kajian keilmuan yang dilandasi oleh data
yang akurat yang diambil melalui serangkaian survey baik untuk pengambilan data primer maupun
data sekunder. Untuk data-data yang digunakan dalam penyusunan dokumen ini menggunakan dari
data kegiatan yang terkait yang sudah pernah dilakukan di Kabupaten Minahasa Utara. Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil merupakan bagian yang terpadu dengan proses
perencanaan wilayah pesisir secara keseluruhan. Hal ini termuat dalam UU No. 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Penjabaran mengenai proses dan tata
cara penyusunan RZWP3K dituangkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen
KP) No. 16 tahun 2008 tentang Perencanaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Dalam Permen
KP No. 16 tahun 2008 disebutkan bahwa Pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota
menyusun RZWP-3-K dengan memperhatikan :
a) Rencana Strategis WP-3-K provinsi atau kabupaten/kota.
b) Alokasi ruang untuk akses publik.
c) Alokasi ruang untuk kepentingan sosial, ekonomi, dan budaya dengan tetap memperhatikan
kepemilikan serta penguasaan sumber daya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
d) Keserasian, keselarasan dan keseimbangan dengan RTRW provinsi dan/atau RTRW
kabupaten/kota.
e) Integrasi ekosistem darat dan laut.
f) Keseimbangan antara perlindungan dan pemanfaatan berbagai jenis sumber daya pesisir
dan pulau-pulau kecil, jasa lingkungan, dan fungsi ekosistem dalam satu bentang alam
ekologis (bioekoregion).
g) Perencanaan pembangunan lainnya seperti rencana tata ruang hutan/tata guna hutan
kesepakatan (TGHK), rencana induk pengembangan pariwisata (RIPP), kawasan rawan
bencana, wilayah pengelolaan perikanan (WPP), prasarana perhubungan laut, kawasan
pemukiman, dan kawasan pertambangan.
Selain melihat kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, penyusunan RZWP3K juga harus
memperhatikan kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah terutama RTRW
Provinsi Sualwesi Utara, RTRW Kabupaten Minahasa Utara dan Rencana Strategis WP3K. Hal-
hal tersebut tersebut menjadi acuan dalam menyusun konsep dan fokus utama muatan RZWP3K
yang akan disusun.
Pendekatan Kebijakan, yaitu mempertimbangkan kebijakan pembangunan dibidang kelautan
dan perikanan yang mencakup aspek-aspek berikut :
a) Aspek kewilayahan, yaitu untuk menjamin penyediaan lahan perairan yang sesuai bagi
pengembangan sektor kelautan dan perikanan melalui peningkatan kualitas penataan ruang
laut, pesisir dan pulau- pulau kecil.
b) Aspek ekologis, yaitu untuk menjamin terwujudnya ekosistem pesisir dan laut yang sehat
dan produktif yang dapat mendukung keberlanjutan penyediaan sumberdaya perikanan
melalui peningkatan kualitas ekosistem pesisir dan laut.
c) Aspek hukum, yaitu untuk menyiapkan produk hukum di bidang tata ruang dan pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mampu mendukung pengembangan komoditi
perikanan.
d) Aspek sosial ekonomi, yaitu untuk memberdayakan masyarakat pelaku usaha di bidang
pengembangan sumberdaya perikanan dan kelautan, sehingga mampu dan memiliki
kapasitas untuk melakukan usahanya secara baik melalui pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir dan pemberdayaan sosial budaya masyarakat pesisir.
Penyusunan RZWP3K hendaknya juga memperhatikan kearifan lokal, aspirasi dan partisipasi
masyarakat dan kondisi sosial budaya yang berkembang di Kabupaten Minahasa Utara. Kondisi
masyarakat Kabupaten Minahasa Utara yang masih memegang erat adat istiadat merupakan
masukan (input) dalam menempatkan alokasi pemanfaatan sumberdaya pesisir karena pada
akhirnya yang akan berperan aktif dalam implementasi RZWP3K adalah masyarakat. Untuk
menggali hal-hal tersebut dalam kegiatan penyusunan RZWP3K ini akan diadakan beberapa kali
pertemuan di daerah yang akan melibatkan pemangku kepentingan (POKJA) di Kabupaten Minahasa
Utara. Setelah arah dan tujuan dari pembangunan di wilayah pesisir Kabupaten Minahasa Utara dan
keinginan masyarakat serta persepsi masyarakat dalam memandang sumberdaya pesisir dituangkan
dalam bentuk konsep dan fokus utama penyusunan RZWP3K, maka perlu kiranya dikaji secara ilmiah
tentang kemampuan wilayah pesisir dalam menampung seluruh aspek tersebut. Kajian secara ilmiah
sangat diperlukan untuk melihat apakah kondisi fisik, sosial dan ekonomi wilayah pesisir mendukung
arah dan tujuan pembangunan pesisir serta keinginan masyarakatnya. Kajian secara ilmiah juga
merupakan kajian yang bersifat netral (objektif) yang dapat memberikan justifikasi terhadap
kepentingan-kepentingan yang ada dalam pembangunan di wilayah pesisir.
Dalam kajian ilmiah ini sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang keruangan
/kewilayahan, karena pada dasarnya RZWP3K merupakan perencanaan dalam mengalokasikan
sumberdaya wilayah pesisir dalam ruang. Untuk itu, analisis-analisis yang akan digunakan adalah
analisis yang bersifat spasial. Beberapa disiplin ilmu akan dicoba diterapkan dalam mengkaji secara
ilmiah sumberdaya pesisir di Kabupaten Minahasa Utara yang kesemuanya akan diintegrasikan
untuk menghasilkan zona-zona pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Pada akhirnya, ketiga
pendekatan yang telah disebutkan sebelumnya, akan diintegrasikan untuk menghasilkan suatu
Dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Minahasa
Utara. Selengkapnya kerangka pendekatan dalam kegiatan dan tahapan kegiatan dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dan 3.2 dibawah ini :
Gambar 1 : Kerangka Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan
RZWP3K Kabupaten Minahasa Utara
Gambar 2 :
Tahapan Penyusunan RZWP3K Kabupaten Minahasa Utara
K E G I A T A N KONDISI EKSISITING
Insert Peta
Lokasi
Ilustrasi Kondisi
Pesisir & Kelautan
Kabupaten Minahasa
Utara
Permasalahan Wilayah Pesisir, Laut dan pulau-pulau kecil di Kasbupaten Minahasa Utara.
(Sea Use & Land Use)
Kerusakan DAS
Limbah (Padat & Cair)
Abrasi
Sendimentasi
Punahnya Mangrove
Pelanggaran Sempadan Pantai
Kekeruhan Laut
Punahnya Terumbu Karang
Terganggunya Alur Pergerakan Ikan
Pendangkalan Laut
Ride Tide
Peta RBI, LLI dan Citra Satelit
Cek Lapangan atau Survey
Data Base SD-Kelautan Kabupaten Minahasa Utara
Pemanfaatan Lahan Pesisir dan
Arus Laut
RTRW-RPJP dan Dokumen Tata ruang terkait
lainya
Potensi Sumber daya Kelautan
O U T P U T
Finalisasi Peta Zonasi RZWP3K Kabupaten
Minahasa Utara
Analisis Potensi dan Daya Dukung SD-Kelautan
Peta Rencana / Arahan Zonasi WP-3-K Kabupaten
Minahasa Utara
Pengelolaan Dan Restorasi SD-Kelautan
Rencana/Arahan : Kaw Pemanfaatan Umum,
Kaw Konservasi, Kaw Strategis Nasional, Zona
Alur
Pembentukan Kelompok Kerja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Laporan Awal
Konsultansi Publik
Pembentukan Kelompok Kerja
Konsultansi Publik
Penyusunan Laporan Final
Penetapan
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data adalah keterangan objektif tentang suatu fakta baik dalam bentuk kuantitatif, kualitatif,
maupun gambar visual (images) yang diperoleh baik melalui observasi langsung maupun dari yang
sudah terkumpul dalam bentuk cetakan atau perangkat penyimpan lainnya. ‘Informasi’ adalah
adalah data yang sudah terolah yang digunakan untuk mendapatkan interpretasi tentang suatu
fakta. Pengumpulan dan pengolahan data dan informasi ditempuh melalui upaya- upaya sebagai
berikut :
1. Survey Instansional, guna memperoleh data dan informasi sekunder sesuai kebutuhan
analisa. Data instansional yang dibutuhkan merupakan data pendukung dalam kegiatan
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Minahasa
Utara. Survey instansional ini dilakukan pada :
a) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Keluatan dan
Perikanan Kabupaten Minahasa Utara.
b) BAPPEDA Provinsi Sulawesi Utara dan BAPPEDA Kabupaten Minahasa Utara.
c) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Minahasa Utara.
d) BLH Provinsi Sulawesi Utara dan BLH Kabupaten Minahasa Utara.
e) Badan Pusat Statistik (BPS).
f) Dinas/instansi lain yang terkait permasalahan pantai, pesisir dan perikanan serta
kelautan.
2. Inventarisasi Data Dasar Spasial, Data (peta) dasar spasial diperoleh melalui instansi yang
berwenang menerbitkan peta tersebut. Dalam hal ini adalah Badan Informasi Geospasial
(BIG) dan Dinas Hidro- Oseanografi TNI AL untuk peta laut. Pengumpulan data penginderaan
jauh dilakukan dengan memanfaatkan peta citra LANDSAT yang sesuai dengan lokasi
perencanaan. Untuk menunjang analisis, maka data berbasis vektor juga diperlukan sebagai
peta dasar atau base map untuk melakukan koreksi geometri terhadap wilayah studi pada
citra satelit.
3. Ground Check/Pemantauan Lapangan, yakni observasi langsung terhadap spot-spot lokasi
sesuai hasil identifikasi rona awal lingkungan serta informasi/isu permasalahan terkini yang
berkembang yang diperoleh dari stakeholders setempat. Metode yang digunakan adalah
wawancara dengan masyarakat pesisir dan instansi terkait terutama yang menyangkut isu-
isu permasalahan utama wilayah pesisir Kabupaten Minahasa Utara.
4. Diskusi dalam Kelompok Kerja (POKJA) RZWP3K, yakni kegiatan yang ditujukan untuk
menggali persepsi dan aspirasi pemangku kepentingan (stakeholders) setempat, terhadap
pengelolaan wilayah pesisir, dimasa kini dan masa yang akan datang. Konsultasi Publik
diselenggarakan di daerah, dengan melibatkan unsur-unsur dari kalangan : pemerintahan,
tokoh masyarakat/agama, dunia usaha dan kelompok masyarakat. Sedangkan agenda
pembahasan (diskusi) dalam kegiatan konsultasi publik terdiri dari :
Pengenalan terhadap RZWP3K yang akan diaktualisasikan pada wilayah pesisir
Kabupaten Minahasa Utara.
Penggalian persepsi stakeholders terhadap tema yang disampaikan sebelumnya,
serta menggiring aspirasi dan kesepakatan stakeholders mengenai daerah-
daerah yang dianggap prioritas, daerah kunci dan daerah yang akan dikembangkan
lebih lanjut.
Menggali aspirasi lainnya dari stakeholders yang terkait dengan upaya
pengembangan wilayah pesisir, seperti : prasarana dan sarana, ekonomi, sosial
budaya, dan lain-lain.
5. Kompilasi Data dan Informasi, yakni verifikasi dan penyajian data dan informasi baik dalam
format narasi, tabulasi dan visualisasi.
3.3 Metoda Analisis Data
Terdapat beberapa jenis analisis yang digunakan dalam penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Minahasa Utara. Analisis yang digunakan adalah :
1. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah perencanaan terhadap
kebijakan rencana tata ruang nasional/provinsi/kabupaten/kota, dan menyesuaikan
perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah. Hal-hal yang harus
ditelaah adalah :
a) Program-program pemerintah pusat terkait pembangunan di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
b) Visi, misi, dan tujuan dan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten
Minahasa Utara.
c) Isu dan permasalahan yang berkembang di wilayah pesisir Kabupaten Minahasa
Utara.
d) RTRW Kabupaten Minahasa Utara.
e) Arahan pengembangan, struktur ruang dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten
Minahasa Utara. Analisis struktur meliputi analisis mengenai jaringan transportasi
laut wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan darat dalam lingkup internasional,
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
f) Analisis sistem perkotaan, kawasan dan regional wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil yang berpengaruh terhadap Kabupaten Minahasa Utara.
g) Analisis fungsi dan peran wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten
Minahasa Utara dalam lingkup nasional, provinsi, kabupaten/kota di sekitarnya
dilihat dari aspek ekonom i- sosial – budaya - politik, transportasi wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil dalam pencapaian pembangunan nasional/regional secara
umum;
h) Analisis sektor unggulan yang menjadi prime mover di Kabupaten Minahasa Utara,
kecamatan dan kelurahan/desa yang ada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
2. Analisis Sosial Ekonomi
Analisis sosial ekonomi dilakukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi dan strukturnya di
wilayah perencanaan. Lingkup analisis sosial ekonomi meliputi sebaran dan jumlah
penduduk beserta proyeksinya di masa yang akan datang, interaksi penduduk, sebaran
potensi ekonomi, basis ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi (produksi dan
pemasaran). Analisis sosial eknomi dalam rangka pekerjaan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Minahasa Utara mencakup beberapa analisis
terkait sebagai berikut :
a) Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan di WP3K Kabupaten Minahasa Utara. Analisis
ekonomi dan sektor unggulan bertujuan memperoleh informasi untuk mewujudkan
ekonomi WP3K yang berkelanjutan (sustainable) melalui keterkaitan ekonomi antar
zonasi di dalam Kabupaten Minahasa Utara, dan antar Kabupaten Minahasa Utara
dengan Kabupaten/Kota lainnya, atau sistem ekonomi wilayah yang lebih luas.
Analisis difokuskan pada kecenderungan pertumbuhan ekonomi WP3K, sektor-
sektor ekonomi basis dan unggulan dan potensi dan kendala pengembangan
kegiatan perekonomian WP3K. Analisis ekonomi WP3K di Kabupaten Minahasa
Utara akan meliputi :
Analisis mengenai ekonomi dasar WP3K di Kabupaten Minahasa Utara.
Analisis mengenai sektor-sektor unggulan WP3K di Kabupaten Minahasa
Utara.
Analisis mengenai struktur ekonomi WP3K di Kabupaten Minahasa Utara.
Analisis mengenai peluang pertumbuhan ekonomi WP3K di Kabupaten
Minahasa Utara.
Analisis pergerakan barang dan jasa WP3K antar kabupaten/kota, antar
provinsi dan antar negara.
Analisis pola persebaran ekonomi WP3K dalam wilayah Kabupaten
Minahasa Utara.
Analisis mengenai potensi investasi WP3K di Kabupaten Minahasa Utara.
Analisis mengenai kualitas sumberdaya manusia pengelola diperoleh dengan cara
melakukan kajian deskriptif kualitatif terhadap informasi dari kajian demografi.
Masukan utama analisis ini adalah kondisi tingkat pendidikan pada analisis
demografi. Sedangkan kajian atas regulasi regional dan nasional dilakukan untuk
mengetahui potensi dan kendala pengembangan kegiatan ekonomi dari sisi
kebijakan. Kajian atas regulasi tersebut menggunakan metoda analisis deskriptif
kualitatif atas berbagai peraturan perundangan yang berlaku pada berbagai hierarki
perundangan yang ada. Analisis kecenderungan pertumbuhan ekonomi,
menggunakan metoda analisis deskriptif kualitatif atas data yang ada.
Kecenderungan pertumbuhan ini mempertimbangkan jugafaktor-faktor ekonomi
global pada skala regional, nasional dan internasional. Dengan demikian diharapkan
kecenderungan pertumbuhan ini akan menjadi masukan dalam menyusun strategi
pengembangan ekonomi wilayah secara tepat.
b) Analisis Kelembagaan Daerah.
Mengkaji kondisi kelembagaan daerah, yaitu meliputi struktur kelembagaan
kabupaten, struktur kelembagaan masing-masing lembaga terkait pembangunan,
mekanisme koordinasi internal dan lintas kelembagaan dalam pembangunan,
kondisi SDM daerah yang meliputi kualitas maupun kuantitas, serta kebutuhan
pengembangannya.
3. Analisis Sosial Budaya dan Kependudukan
Analisis sosial budaya dan kependudukan dalam rangka Penyusunan RZWP3K Kabupaten
Minahasa Utara, mencakup beberapa analisis terkait sebagai berikut :
a) Analisis Demografi dan Kependudukan WP3K Kabupaten Minahasa Utara. Analisis
demografi bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-
aspek kependudukan, terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan
perkembangan sosial dan ekonomi, analisis ini dilakukan pula dalam proyeksi 20
tahun ke depan. Analisis demografi ini merupakan masukan dalam penyusunan
rencana pengembangan sarana dan prasarana wilayah, rencana penyebaran
penduduk, dan rencana struktur dan pola ruang pada WP3K. Analisis demografi
WP3K Kabupaten Minahasa Utara tersebut, akan terdiri atas :
Analisis tingkat perkembangan penduduk WP3K.
Analisis mengenai pergerakan/mobilitas penduduk WP3K antar
kabupaten/kota baik dalam lingkup Provinsi Sulawesi Utara maupun
diluarnya dan antar kecamatan dalam lingkup Kabupaten Minahasa Utara.
Analisis distribusi/kepadatan penduduk WP3K per kecamatan dan
keluarahan/desa.
Analisis struktur umur dan tingkat partisipasi angkatan kerja per kecamatan
pada WP3K.
b) Analisis Sistem Permukiman. Analisis sistem permukiman bertujuan memahami
kondisi, jumlah, jenis, letak, ukuran, dan keterkaitan antar pusat-pusat permukiman
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Minahasa Utara. Penggambaran
sistem permukiman dapat berupa hierarki dan fungsi kawasan permukiman.
c) Analisis Sosial Kemasyarakatan WP3K Kabupaten Minahasa Utara. Analisis sosial
kemasyarakatan WP3K di Kabupaten Minahasa Utara, meliputi :
Analisis adat-istiadat penduduk WP3K yang menghambat dan mendukung
pembangunan Kabupaten Minahasa Utara.
Analisis tingkat partisipasi/peran serta masyarakat WP3K dalam
pembangunan Kabupaten Minahasa Utara.
Analisis pergeseran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat WP3K.
Analisis kinerja tingkat pelayanan fasilitas dan utilitas sosial di WP3K.
4. Analisis Kesesuaian Lahan dan Kesesuaian Perairan
Analisis kesesuaian lahan dan kesesuaian perairan dilakukan dengan menggunakan alat
(tool) Sistem Informasi Geografis untuk dapat mengintegrasikan data atribut kedalam data
spasial. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik overlay peta dengan pembobotan
(weighted overlay). Dalam teknik analisis ini pertama kali disusun adalah matriks parameter
kesesuaiannya dan klasifikasinya berdasarkan pedoman penyusunan RZWP3K Kabupaten
yang dikeluarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Setelah disusun matriks kesesuaian
maka peta-peta tematik mengenai parameter-parametertersebut dioverlay. Sedangkan
untuk parameter - parameter serta kriteria yang digunakan berdasarkan pedoman
penyusunan RZWP3K Kabupaten Kota/Kabupaten yang dikeluarkan KKP.
4. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dalam proses penyusunan rencana zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Minahasa Utara , yang mana diantaranya adalah :
1) Peta-peta analisis
2) Peta-peta pemanfaatan eksisiting
3) Peta-peta arahan rencana pemanfaatan
4) Dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Minahasa Utara.
5) Peraturan zonasi untuk pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten
Minahasa Utara.
5. Jangka Waktu
6. Pendanaan
7. Kebutuhan Tenaga Ahli
Dalam melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Minahasa Utara., konsultan diwajibkan menyedian tenaga
ahli yang profesional dengan ketentuan kualifikasi dan persyaratan yang berlaku yaitu :
1) Ketua Tim
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Dua (S2) Jurusan Teknik Planologi/
Perencanaan Wilayah Dan Kota yang telah berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di
bidang perencanaan dan/atau perancangan tata ruang sekurangkurangnya 10 (sepuluh)
tahun atau Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Planologi/ Perencanaan Wilayah
Dan Kota yang sudah berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan
dan/atau perancangan tata ruang sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun. Sebagai Ketua
Tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim
kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai selesai.
2) Ahli Pengembangan Pesisir dan Kelautan
Ahli Pengembangan Pesisir dan Kelautan disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S1)
Jurusan Ilmu Teknik Kelautan lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah
disamakan berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan atau
perancangan tata ruang sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun.
3) Ahli Prasarana Dan Sarana
Ahli Prasarana Dan Sarana disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Jurusan
Teknik Planologi/Perencanaan Wilayah Dan Kota/ Teknik Sipil lulusan universitas negeri atau
universitas swasta yang telah disamakan berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di
bidang perencanaan atau perancangan tata ruang sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.
4) Ahli Budidaya Perairan
Ahli Budidaya Perairan disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu
Budidaya Perairan lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah disamakan
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan atau perancangan tata
ruang sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.
5) Ahli Perikanan dan Kelautan
Ahli Perikanan dan Kelautan disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu
Perikanan dan Kelautan lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah
disamakan berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan atau
perancangan tata ruang sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.
6) Ahli Ekonomi Pembangunan
Ahli Ekonomi Pembangunan disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu
Ekonomi Pembangunan lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah
disamakan berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan atau
perancangan tata ruang sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.
7) Ahli Sosial Budaya
Ahli Sosial Budaya disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Sosial
lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah disamakan berpengalaman
dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan atau perancangan tata ruang sekurang-
kurangnya 6 (enam) tahun.
8) Ahli Lingkungan
Ahli Lingkungan disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Jurusan Teknik
Lingkungan lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah disamakan
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan atau perancangan tata
ruang sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.
9) Ahli Pemetaan/Ahli GIS
Ahli Pemetaan/Ahli GIS disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S1) Jurusan Teknik
Geodesi lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah disamakan
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan atau perancangan tata
ruang sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.
10) Ahli Kelembagaan
Ahli Kelembagaan disyaratkan seorang Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Hukum/ FISIP/
Manajemen Kelembagaan lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan atau perancangan tata
ruang sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.
11) Ahli Pemberdayaan Masyarakat
Ahli Pemberdayaan Masyarakat disyaratkan seorang Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu
Komunikasi atau psikologi lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah
disamakan berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang perencanaan atau
perancangan tata ruang sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.
Selain tenaga ahli profesional yang mutlak harus dipenuhi sesuai dengan disiplin ilmunya,
untuk kelancaran dan ketertiban serta optimalnya pelaksanan pekerjaan, perlu didukung tenaga
pendukung sesuai dengan keahliannya dengan tingkat disiplin ilmu yang dapat melaksanakan tugas
sesuai kedudukannya. Tenaga pendukung yang akan diperlukan dalam pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
1) Sekretaris / Administrator/ Operator Komputer
Sekretaris / Administrator/ Operator Komputer disyaratkan seorang Sarjana Muda Diploma
Dua/ Tiga (S0/D2/D3) Jurusan Sekretaris lulusan universitas negeri atau universitas swasta
yang telah disamakan.
2) Drafter/ Operator GIS
Drafter/ Operator GIS disyaratkan seorang Sarjana Muda Diploma Dua/ Tiga (S0/D2/D3)
Jurusan Teknik Informatika/ Sipil/ Arsitektur lulusan universitas negeri atau universitas
swasta yang telah disamakan.
3) Surveyor
Surveyor disyaratkan seorang Sarjana Muda Diploma Dua/ Tiga (S0/D2/D3) Jurusan Teknik
Sipil/ Arsitektur lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah disamakan.
8. Sistem Pelaporan
Sistem pelaporan yang akan dihasilkan dari kegiatan penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Minahasa Utara diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan di dalam pekerjaan ini berisikan uraian tentang hasil evaluasi dan
pemahaman konsultan terhadap tujuan, metodologi dan model analisa, langkah-langkah/
jadwal pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, rencana kegiatan,
rencana survey dan pedoman/ kriteria/ standar yang akan digunakan. Inti dari laporan
pendahuluan ini adalah review terhadap penyelenggaraan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Minahasa Utara.
2) Laporan Antara
Laporan Antara berisi mengenai inventarisasi data Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil berdasarkan hasil-hasil survey instansional dan observasi lapangan, analisa
citra satelit, identifikasi dan analisa kondisi wilayah perencanaan. Hasil utama laporan ini
adalah kompilasi data dan rumusan potensi, permasalahan, peluang, tantangan, hambatan
dan kecenderungan pengembangan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
3) Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir merupakan laporan yang memuat alternatif konsep dan skenario
pengembangan perumahan dan permukiman, berikut dengan arah kebijakan dan strategi,
arah pengembangan ruang, arahan pengelolaan, arahan kelembagaan dan pemberdayaan
masyarakat, serta indikasi program.
4) Laporan Akhir
Laporan akhir berisi penjabaran seluruh kegiatan berupa finalisasi dari rencana penggunaa
lahan, rencana pengaturan zona (Zoning Regulation), rancangan rencana pembagian
kawasan dan pengembangan struktur kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten
Minahasa Utara.