View
102
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
interna
Citation preview
5/26/2018 Hematemesis Melena
1/18
HEMATEMESIS
MELENA
5/26/2018 Hematemesis Melena
2/18
Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum
Treitz. Untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan varises esofagus dan non-varises, karena antara
keduanya terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan prognosis. Manifestasi perdarahan saluran
makanan bagian atas bisa beragam tergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang,dan apakah perdarahan berlangsung terus-menerus atau tidak. Kemungkinan pasien datang dengan : 1).
anemia defisiensi besi akibat perdarahan tersembunyi yang berlangsung lama, 2). Hematemesis dan atau
melena disertai atau tanpa anemia, dengan atau tanpa gangguan hemodinamik; derajat hipovolemi
menentukan tingkat kegawatan pasien.(3)
Penyebab perdarahan saluran makanan bagian atas yang sering dilaporkan adalah pecahnya varises
esofagus, gastritis erosif, tukak peptik, gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss, dan keganasan.
Perbedaan laporan-laporan penyebab perdarahan saluran makanan bagian atas terletak pada urutan
penyebab tersebut.(3)
Pengelolaan dasar pasien perdarahan saluran cerna sama seperti perdarahan pada umumnya, yaknimeliputi pemeriksaan awal, resusitasi, diagnosa, dan terapi. Tujuan pokoknya adalah mempertahankan
stabilitas hemodinamik, menghentikan perdarahan, dan mencegah perdarahan ulang. Konsensus
nasional PGI-PEGI-PPHI menetapkan bahwa pemeriksaan awal dan resusitasi pada kasus perdarahan
wajib dan harus bisa dikerjakan pada setiap pelayanan kesehatan masyarakat sebelum dirujuk ke pusat
layanan yang lebih tinggi. Adapun langkah-langkah praktis pengelolaan perdarahan saluran makanan
bagian atas adalah sebagai berikut: 1). Pemeriksaan awal, penekanan pada status awal hemodinamik; 2).
Resusitasi, terutama untuk stabilitas hemodinamik; 3). Melanjutkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan lain yang diperlukan ; 4). Memastikan perdarahan saluran makanan bagian atas atau bawah;
5). Menegakkan diagnosa pasti penyebab perdarahan; 6). Terapi untuk menghentikan perdarahan,
penyembuhan penyebab perdarahan, mencegah perdarahan ulang.(3)
Tegaknya diagnosa penyebab perdarahan sangat menentukan langkah terapi yang diambil.(3)
5/26/2018 Hematemesis Melena
3/18
II.1 DEFINISI
Hematemesis diartikan sebagai muntah darah, dan Melena sebagai pengeluaran kotoran yang
hitam seperti ter karena adanya darah yang berubah bentuknya.(1)
II.2 ANATOMI DAN HISTOLOGI SALURAN PENCERNAAN MAKANAN
a. Anatomy
1. Rongga Mulut1
Merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan. Strukturnya meliputi gigi geligi atas dan bawah, palatum
lunak (palatum durum) dan palatum lunak (paltum mole)bagian ujung dari palatum lunak pada bagiam midposterior
disebut palatine uluva, lidah membentuk bagian dasar rongga mulut yang pada bagian posterior berhubungan
dengan pharing. Rongga mulut memiliki organ-organ assesoris yang berupa kelenjar-kelenjar ludah antara lain
kelenjar parotis, sub mandibularis/submaxilaris dan sublingualis.
2. Esofagus1
Esofagus merupakan saluran otot yang memiliki
panjang 25 cm dan diameter 2 cm dimulai dari
laringopharing (setinggi kartilao cricoid atau setinggi
C5/6) menyambung pada lambung setinggi T11. Esofagus
terletak diantara vertebra thoracal dan trachea, dimana
vertebra thoracal terletak dibagian posterior esofagus
sedangkan trachea terletak dianterior esofagus. Jantung
terletak persis dibagian anterior esofagus bagian distal.
Oleh karena letaknya tersebut esofagus memiliki
beberapa karakteristik antara lain memiliki dua
penyempitan/indentasi dan satu dilatasi. Indentasi
pertama akibat pendesakan pada esofagus oleh archus
aorta dan yang kedua pendesakan oleh bronchus utama
kiri. Sebuah dilatasi terjadi persis sebelum esofagus
melewati diafragma setinggi T10.
Setelah melalui diafragma bagian esofagus yang
terletak di rongga abdomen disebut cardiac antrum,
panjangnya sekitar 1-2 cm dan memiliki bentuk
melengkung tajam ke arah kiri intuk bersambungan
dengan lambung. Persambungan antara esofagus dengan
lambung disebut esofagogastric junction atau orifisium cardiac. Umumnya persambungan esofagus dengan lambung
inu letaknya sangat berdekatan dengan diafragma oleh karena itu mengalami pergerakanmengikuti pergerakan
nafas. Esofagus merupakan organ yang tersusun atas otot sirkular dan longitudinal. Pada proses menelan otot-otot
ini mengalami gerak peristaltik yaitu suatu gerak kontraksi otot seperti gelombang yang berkelanjutan, sehingga
makanan yang ada didalamnya terdorong.
3. Lambung1
5/26/2018 Hematemesis Melena
4/18
Lambung terletak diantara esofagus dan usus halus.merupakan dilatasi terbesar dari saluran pencernaan. Ketika
dalam keadaan kosong lambung dalam keadaan kempis dan ketika menerima makanan maka bentknya akan
mengembang. Struktur lambung meliputi esofagogastrik junctin merupakan persambungan antara esofagus dengan
lambung atau disebut juga dengan orifisium cardiac. Pada bagian ini terdapat otot sirkular yang disebut dengan
cardiacsphingter yang mengatur makanan melewati orifisium cardiac. Orifisium cardiak juga mengacu pada lubang
pada ujung akhir esofagus menuju lambung. Lambung memiliki tiga bagian utama yaitu fundus, body (corpus) dan
pilorus portion. Fundus merupakan bagian yang menggembung pada sisi superior-lateralis lambung. Sedangkan
bagian bawah fundus merupakan bagian terbesar lambung yang disebut dengan body/corpus. Bagian ini memiliki
dua lengkukng pada masing-masing sisi medial dan lateral. Sisi medial memiliki lengkung yang lebih pendek disebut
kurvatura minor, sedangkan sisi lateral disebut kurvatura mayor. Bagian utama yang ketiga dari lambung disebut
pilorus portion. Pilorus portion memiliki tiga bagian yaitu pilorus antrum, pilorus canal dan orifisium pilorus yang
merupakan sebuah lubang pada bagian akhir dari distal lambungsebelum ke duodenum.
Gb. Anatomi Lambung
4. Duodenum1
Duodenum merupakan bagian akhir dari
sistem pencernaan atas. Panjangnya sekitar20-24 cm merupakan bagian dari usus halus
yang terpendek dan terlebar. Bentuknya
seperti huruf C terletak berdekatan
dengan pangkreas. Duodenum memiliki
bagian-bagian yaitu bulbus duodenal,
superior portion, desenden duodenal,
horizontal portion, asenden portion dan
fleksura duodenojejunal. Pada bagian
fleksura duodenojejunal malekat otot yang
disebut ligamentum Treitz.
b. Histology
5/26/2018 Hematemesis Melena
5/18
1. Gaster
Gaster manusia terbagi atas tiga bagian : kardia, fundus, dan korpus, dan pilorus. Fundus dan
korpus adalah bagian lambung yang terluas.(5)
Dinding gaster terdiri dari atas empat lapisan umum saluran cerna : Mukosa, Submukosa,
muskularis eksterna, dan serosa.(5)
Mukosa gaster terdiri dari atas tiga lapisan: epitel, lamina propria, dan mukosa muskularis.
Permukaan lumen mukosa ditutupi epitel selapis gepeng silindris. Epitel ini juga meluas ke dalam danmelapisi foveola gastrika yang merupakan invaginasi epitel permukaan. Di daerah fundus gaster, foveola
ini tidak dalam dan masuk ke dalam mukosa sampai kedalaman seperempat tebalnya. Di bawah epitel
permukaan terdapat lapisan jaringan ikat longgar, yaitu lamina propria di antara kelejar gaster ke arah
epitel permukaan.(5)
Kelenjar gaster berhimpitan di dalam lamina propria dan menempati seluruh tebal mukosa.
Kelenjar-kelenjar ini bermuara ke dalam dasar foveola gastrika. Epitel permukaan gaster mengandung
jenis sel yang sama, dari daerah kardia sampai ke pilorus; namun terdapat perbedaan regional pada jenis
sel yang menyusun kelenjar gastrika. Dengan pembesaran yang lebih lemah, dua jenis sel dapat dikenali di
kelenjar gaster pada fundus gaster. Sel parietal asidofilik terlihat pada bagian atas kelenjar ; sel zimogen
yang lebih basofilik menmpati bagian lebih ke bawah. Lamina propria daerah di bawah kelenjar dapat
mengandung kelompok jaringan limfoid dan limfonodus kecil.(5)
Mukosa: Mukosa gaster kosong memperlihatkan banyak lipatan yang disebut rugae. Lipatan-
lipatan ini bersifat sementara dan terbentuk akibat kontraksi lapisan otot polos, yaitu mukosa muskularis.
Saat lambung terisi cairan atau materi padat, ruge ini menghilang dan mukosa tampak licin.(5)
Submukosa : Lapisan tebal tepat dibawah mukosa muskularis adalah submukosa. Pada lambung
kosong, lapisan ini meluas sampai ke dalam lipatan atau ruge. Submukosa mengandung jaringan ikat
tidak teratur ang lebih padat dengan lebih banyak serat kolagen dibandingkan dengan lamina propria.
Selain unsur normal sel sel jaringan ikat, submukosa mengandung banyak jaringan pembuluh limfe
kapiler, arteriol besar, dan venul. Di bagian yang lebih dalam submukosa terlihat juga gangliaparasimpatis pleksus saraf Meissner mukosa yang terisolasi atau berada dalam kelompok kecil.(5)
Muskularis eksterna : pada gaster, muskularis eksterna terdiri dari tiga lapis otot polos, masing-
masing terorientasi dalam bidang berbeda : lapisan oblik di dalam, sirkular di tengah, dan longitudinal di
luar. Lapisan oblik tidak utuh, dan akibatnya lapisan ini tidak selalu tampak pada sediaan dinding gaster.
Pada sediaan ini, lapisan sirkuler terpotong memanjang dan lapisan memanjang terpotong melintang. Di
antara lapisan otot polos sirkular dan longitudinal, terdapat pleksus saraf mesentericus ganglia
parasimpatis dan serat saraf.(5)
Serosa : Lapisan paling luar dinding gaster adalah serosa. Lapisan ini adalah lapisan tipis jaringan
ikat yang menutupi muskularis eksterna. Di luarnya, lapisan ini ditutupi selapis mesotel gepengperitoneum visceral. Jaringan ikat yang ditutupi peritoneum viseral dapat mengandung banyak sel lemak.
(5)
2. Peralihan Duodenum Pilorus
Pilorus gaster dipisahkan dari duodenum usus halus oleh lapisan otot polos tebal yang disebut
sfingter pilori. Sfingter ini dibentuk oleh penebalan lapisan sirkular muskularis eksterna gaster.(5)
Pada peralihan pilorus dengan duodenum, rigi mukosa di sekitar foveola gastrika melebar, lebih
tidak teratur, dengan bentuk lebih variabel. Kelenjar pilorus tubular bergelung berada di dalam lamina
propria dan bermuara di dasar foveola gastrica. Sering terlihat limfonodulus di daerah peralihan gasterdan usus halus.(5)
Epitel gaster penghasil mukus langsung berubah menjadi epitel usus di duodenum. Epitel ini terdiri
atas sel silindris dengan mikrovili dan sel goblet yang terdapat sepanjang saluran cerna. Duodenum
5/26/2018 Hematemesis Melena
6/18
memiliki modifikasi permukaan khusus berupa vili. Setiap vilus merupakan tonjolan permukaan berbentuk
daun dengan ujung lancip. Di antara vili terdapat ruang antarvili yang merupakan perluasan lumen usus.(5)
Di dalam lamina propria duodenum tampak kelenjar intestinal tubuler simpleks. Kelenjar-kelenjar
ini terutama terdiri dari sel goblet dan sl dengan mikrovili pada epitel permukaan.(5)
Kelenjar duodenal menempati sebagian besar submukosa di duodenum bagian atas dan khas
untuk bagian usus halus ini. Saluran keluar kelenjar ini menembus mukosa muskularis duodenum dan
bermuara pada dasar kelenjar intestinal. Akibatnya, mukosa muskularis tampak terputus-putus di daerahini. Kecuali kelenjar submukosa esofageal propria, kelenjar duodenal adalah kelenjar submukosa satu-
satunya pada saluran cerna. Di muskularis eksterna gaster dan muskularis eksterna duodenum terdapat
neuron-neuron pleksus syaraf mienterica.(5)
3. Duodenum
Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan : mukosa dengan epitel pelapisnya, lamina propria,
dan mukosa muskularis; jaringan ikat submukosa dibawahnya dengan kelenjar duodenal mukosa; kedua
lapisan otot polos muskularis eksterna dan serosa. Lapisan-lapisan ini menyatu dengan lapisan yang
serupa pada gaster, usus halus, dan usus besar. Lipatan sirkuler terbentuk di dalam duodenum, merekaadalah bagian dari membran mukus dan jaringan submukosa dan memiliki ketebalan hingga 8 mm.
Tunica muscularis bukan merupakan bagian dari plika. Bagian ini memperlihatkan 2 lipatan yang
bergabung. Permukaan dari lipatan Kerckring memperlihatkan intestinal vili dalam beberapa bentuk dan
ukuran. Bagian tersebut memiliki ketinggian 0,5-1,5 mm dengan ketebalan sekitar 0,15 mm. Interstinal vili
selimuti oleh epitel kolumner.Sel otot halus bermula dari mukosa lamina muskularis sampai ke lamina
propria vili. Vili ini melekat di membran mukosa. Tubular canal memanjang mulai dari permukaan sel
dibawah invaginasi antara mikrovili dan mukosa lamina muskularis. Canal ini lah yang merupakan kelenjar
intestinal Lieberkuhn atau juga dapat disebut rongga Lieberkuhn. Kelenjar duodenal atau disebut juga
dengan kelenjar Brunner adalah ciri khas dari duodenum. Kelenjar ini terletak di lapisan submukosa.
Kelenjar dengan saluran berkelok ini serupa dengan yang terdapat pada gaster.
(5)
II.3 FISIOLOGI
Fisiologi yang akan dibahas yaitu fisiologi saluran cerna terhadap makanan yang masuk melalui
mulut sampai masuk ke gaster.(5)
Faring dan Oesofagus memiliki fungsi yang utama yaitu untuk mentransfer makanan dari mulut
masuk ke lambung.(5)
Stimulus yang dihasilkan oleh makanan yang masuk ke esofagus berupa rangsangan mekanik.
Menelan menghasilkan rangsangan mekanis terhadap faring dan masuknya bolus ke esofagusmemberikan efek distensi terhadap esofagus. Kemudian juga terjadi reflex berupa relaksasi dari proximal
dari esofagus dan pada bagian distal terjadi kontraksi refleks ini juga disebut peristaltik yang berfungsi
untuk mendorong makanan masuk ke lambung. Stimulasi dari esofagus bagian proxismal mengakibatkan
lower esofagus sfingter relaksasi dan membuka sehingga makanan masuk ke lambung.(5)
Lambung mempunyai 2 mekanisme untuk mencerna makanan yaitu fungsi mekanik dengan cara
distensi dan kotraksi dari otot polos dari lambung dan dengan cara kimiawi dengan cara mengeluarkan
asam lambung untuk mencerna protein di lumen. Perlu diketahui bahwa asam lambung yang dikeluarkan
mempunyai pH yang sangat rendah sehingga bakteri yang tidak tahan asam akan mati sesaat setelah
masuk ke lambung. Mukosa lambung menjaga dirinya dari efek buruk dari asam lambung dengan adanya
prostaglandin.(5)
II.4 ETIOLOGI
5/26/2018 Hematemesis Melena
7/18
II.4.1 Etiologi perdarahan saluran makanan bagian atas
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang pada orofaring dan rongga nasal harus dilakukan untuk
menyingkirkan adanya darah yang tertelan sebagai sumber hematemesis.(1)
Ada empat penyebab perdarahan saluran makanan bagian atas (SMBA) yang paling sering
ditemukan, yaitu (1) ulkus peptikum, (2) gastritis erosif, (3) varises, dan (4) ruptur mukosa esofagogastrika.
Semua keadaan ini meliputi sampai 90 persen dari semua kasus perdarahan gastrointestinal atas dengan
ditemukannya suatu lesi yang pasti.
(1)
Ulkus peptikum yang mengenai lambung atau doudenum merupakan penyebab perdarahan SMBA
yang paling sering ditemukan. Karena perdarahan merupakan manifestasi pertama pada ulkus peptikum,
lesi ini harus dipertimbangkan secara serius bahkan kalau riwayat penyakit dengan ciri khas ulkus tersebut
tidak didapat.(1)
Gastritis dapat berkaitan dengan konsumsi alkohol yang baru saja dilakukan atau dengan
penggunaan obat-obat antiinflamasi seperti aspirin atau ibuprofen. Erosi lambung lebih sering pada
pasien yang mengalami trauma berat, pembedahan atau penyakit sistemik yang berat, khususnya para
korban luka bakar dan pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Karena tidak ada gejala fisis yang
khas, diagnosa gastritis harus harus dicurigai kalau ditemukan kondisi klinis yang sesuai.(1)
Perdarahan varises secara khas terjadi mendadak dan masif; kehilangan darah gastrointestinal yang
kronik jarang ditemukan. Perdarahan dari varises esofagus atau lambung biasanya disebabkan oleh
hipertensi portal yang terjadi sekunder akibat sirosis hepatis. Meskipun sirosis alkoholik merupakan
penyebab varises esofagus yang paling prevalen di Amerika serikat, setiap keadaan yang menimbulkan
hipertensi portal dapat mengakibatkan perdarahan varises. Lebih lanjut, kendati adanya varises berarti
adanya hipertensi portal yang sudah berlangsung lama, penyakit hepatitis akut atau infiltrasi lemak yang
hebat pada hepar kadang-kadang dapat menimbulkan varises yang akan menghilang begitu
abnormalitas hepar disembuhkan. Meskipun perdarahan SMBA pada pasien sirosis umumnya berasal dari
varises sebagai sumber perdarahan, kurang lebih separuh dari pasien ini dapat mengalami perdarahan
nyang berasal dari ulkus peptikum atau gastropati hipertensi portal. Keadaan yang disebut terakhir initerjadi akibat penggembungan vena-vena mukosa lambung. Sebagai konsekuensinya, sangat penting
menentukan penyebab perdarahan nagar penanganan yang tepat dapat dikerjakan.(1)
Dengan kemajuan bidang esofagogastroduodenoskopi, sindroma Mallory-Weiss ditemukan dengan
frekuensi yang meningkat sebagai penyebab perdarahan SMBA akut. Laserasi mukosa terjadi didaerah
batas esofagogastrika dan riwayat medisnya sering ditandai oleh gejala muntah tanpa isi atau vomitus
tanpa darah, yang kemudian diikuti dengan hematemesis.(1)
Lesi perdarahan esofagus yang jarang termasuk esofagitis dan karsinoma; semua ini menyebabkan
hilangnya darah kronik dan jarang menimbulkan perdarahan masif.(1)
Karsinoma gaster, Limpoma, Polip, dan Tumor lambung dan usus kecil lainya jarang menimbulkanperdarahan. Leiomioma leiomiosarkoma jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan perdarahan masif.
Perdarahan divertikula duodenum dan jejunum relatif jarang terjadi. Insufisiensi vaskular pembulih darah
mesenterik , termasuk penyakit oklusif dan nonoklusif, dapat menyebabkan diare berdarah.(1)
Ruptur aneurisma aorta aterosklerotik kedalam usus kecil hampir selalu fatal. Ruptur biasanya
terjadi setelah pembedahan rekontruksi arteri dengan pembentukan fistula antar graf sintetik dan lumen
usus. Perdarahan yang sedikit atau banyak dapat mendahului perdarahan masif yang mendadak dari
fistulo aortoenterik. Perdarahan mendadak juga dapat terjadi setelah trauma yang dapat menyebabkan
laserasi hepar; keadaan ini dapat menyebabkan hilangnya darah kedalam saluran empedu.(1)
Diskrasi darah primer, vaskulitis dan kelainan jaringan ikat dapat menyebabkan perdarahan SMBA
yang signifikan. Uremia dapat menyebabkan hilangnya darah dari gastrointestinal. Gejala yang paling
sering adalah perdarahan kronik dari lesi yang difusdari mukosa lambung dan usus kecil.(1)
5/26/2018 Hematemesis Melena
8/18
II.4.2 Etiologi Perdarahan Saluran Makanan Bagian Bawah
Lesi pada anus dan rektum. Sedikit darah yang berwrna merah cerah pada permukaan feses dan
kertas toilet sering disebabkan oleh hemorhoid, fisura ani atau fistula. Perdarahan semacam ini biasanya
dicetuskan oleh kotoran yang keras sehingga defekasi dilakukan dengan mengejan. Proktitis merupakan
perdarahan rektum yang lain. Proktitis ini sering merupakan varian kolitis ulseratif yang terbatas dan
bersifat idiopatik. Pada keadaan lain, terutama pada kaum laki-laki homoseksual atau pada pasien yang
terinfeksi HIV, proktitis dapat disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV) atau gonore atau neoplasma.
Trauma rektum merupakan penyebab hematokezia, dan benda asing yang dimasukkan kedalam lekukanrektum dapat menimbulkan perforasi disamping perdarahan rektum yang akut. Harus ditekankan bahwa
kelainan patologi anus tidak meniadakan sumber-sumber kehilangan darah lainnya, dan kemungkinan
adanya sumber-sumber ini harus dicari dan dikesampingkan.(1)
Lesi pada kolon. Baik karsinoma kolon maupun polip pada kolon dapat menyebabkan kehilangan
darah yang kronik. Angiodisplasia, yaitu telengiektesia mukosa, yang biasanya mengenai kolon
ascendens, merupakan sumber utama perdarahan akut atau kronik pada pasien lanjut usia. Diare
berdarah yang nyata sering dijumpai dan merupakan gejala yang tampak pada pasien kolitis ulserativa.
Gejala ini tidak begitu sering dijumpai pada kolitis granulomatosa, tetapi darah okulta dapat ditemukan
dalam tinja. Perdarahan dapat pula menyertai diare yang disebabkan oleh infeksi Shigella, Amoeba,Campylobacter, C.difficile, dan kadang-kadang salmonella. Pada pasien lanjut usia, kolitis iskemik dapat
menyebabakan diare berdarah. Lesi ini dapat pula dijumpai pada perempuanyang lebih muda, yang
menggunakan preparat kontrasepsi oral.(1)
Divertikula. Perdarahan pada divertikula kolon merupakan penyebab terjadinya perdarahan
gastrointestinal bawah yang masif. Gambaran yang lazim ditemukan pada perdarahan divertikula adalah
tinja berwarna merah tua yang dikeluarkan tanpa rasa nyeri. Divertikula Meckel, yaitu suatu anomali
kongenital pada ileum bagian dista, ditemukan pada sekitar dua persen populasi dan merupakan
penyebab perdarahan akut yang penting pada anak-anak serta dewasa muda. Meskipun hanya sekitar 15
persen dari divertikula ini yang mengandung mukosa lambung, namun separuh lesi yang menyebabkan
perdarahan akut berisi mukosa lambung.(1)
II.5 PATOFISIOLOGI
Gejala perdarahan intestinal ini menunjukkan bahwa sumber perdarahan terletak di bagian proksimal.
Warna darah yang dimuntahkan tergantung pada konsentrasi asam hidroklorida didalam lambung dan
campurannya dengan darah. Jika vomitus terjadi segera setelah terjadinya perdarahan, muntahan akan
tampak berwarna merah gelap, coklat, atau hitam. Bekuan darah yang mengendap pada muntahan akan
tampak seperti ampas kopi yang khas. Hematemesis biasanya menunjukkan perdarahan disebelah
proksimal ligamentum Treitz, karena darah yang memasuki traktus gastrointestinal dibawah doudenum
jarang masuk kedalam lambung.(2)
Meskipun perdarahan yang cukup untuk menimbulkan hematemesis biasanya akan mengakibatkan
melena, kurang dari separuh pasien melena menderita hematemesis. Istilah Melena biasanya
menggambarkan perdarahan dari esofagus, lambung atau doudenum, tetapi lesi didalam jejunum, ileum
dan bahkan kolonascendens dapat menyebabkan melena asalkan waktu perjalanan melalui traktus
gastrointestinal cukup panjang. Kurang lebih 60mL darah cukup untuk menimbulkan satu kali buang air
besar dengan tinja yang berwarna hitam. Kehilangan darah akut yang lebih besar dari jumlah ini dapat
menimbulkan melena lebih dari 7 hari. Setelah warna tinja kembali normal , hasil tes untuk adanya darah
samar dapat tetap positif selama lebih dari satu minggu. Warna melena yang hitam terjadi akibat kontak
darah dengan asam hidroklorida sehingga terbentuk hematin. Tinja tersebut akan terbentuk seperti ter
(lengket) dan menimbulkan bau yang khas. Konsistensi seperti ini berbeda dengan tinja yang berwarnahitam atau gelap setelah seseorang mengkonsumsi zat besi, bismut atau licorice. Demikian pula tinja yang
merah dapat terjadi akibat mengkonsumsi bit atau setelah menyuntikan sulfobromoftalein intravena.
5/26/2018 Hematemesis Melena
9/18
Perdarahan gastrointestinal, sekalipun hanya terdeteksi dengan tes yang positif untuk darah samar,
menunjukkan darah yang potensial serius dan harus diselidiki lebih lanjut. (2)
II.6 RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat penyakit atau gejala yang mengarah ke penyakit ulkus dapat memberikan petunjuk yang
berguna. Demikian pula, riwayat penggunaan alkohol yang berlebihan atau pemakaian obat-obat
antiinflamasi yang belum lama harus menimbulkan kecurigaan terhadap kemungkinan gastritis erosif.Jika penggunaan alkohol tersebut telah berjalan lama, varises esofagus lebih cenderung menjadi
perdarahan. Riwayat perdarahan gastrointestinal sebelumnya dapat membantu sebagaimana halnya
penyakit intestinal atau kelainan perdarahan didalam keluarga. Gejala muntah tanpa isi yang baru saja
terjadi dan diikuti hematemesis menunjukkan kemungkinan sindroma Mallory-Weiss. Penyakit usus
inflamatorik atau kolitis infeksiosa. Penyakit sistemik yang menyertai, luka bakar atau trauma yang baru
saja terjadi dapat menimbulkan gastritis erosif.(1)
II.7 PENDEKATAN PADA PASIEN DENGAN PERDARAHANGASTROINTESTINAL
Pendekatan kepada pasien dengan perdarahan tergantung pada lokasinya, luas dan kecepatanperdarahan. Pemikiran pertama pada perawatan pasien yang berdarah adalah mempertahankan volume
intravaskular yang adekuat dan stabilitas hemodinamik. Pasien dengan hematemesis biasanyamengalami
perdarahan dalam jumlah yang lebih besar (sering lebih dari 1000 ml) dibandingkan dengan penderita
yang mengalami melena saja (biasanya 500ml) atau kurang), dan mortalitas pada hematemesis adalah
sekitar dua kali dibandingkan pada melena. Pada saat pertama terlihat, pasien mungkin dalam keadaan
syok. Sebelum melakukan anamnesis dan melakukan seluruh pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital harus
dicatat, darah dikirim untuk golongan darah dan percocokan silang (cross-matching), dan pasang infus
intravena dengan jarum besar untuk infus garam faali atauplasma ekspander lain.(1)
II.8 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis perdarahan gastrointestinal tergantung pada luas serta kecepatan perdarahan
dan adanya penyakit yang terjadi bersamaan. Kehilangan darah kurang dari 500mL jarang disertai dengan
tanda-tanda sistemik; kecuali perdarahan pada manula atau pada pasien anemia di mana jumlah
kehilangan darah yang lebih kecil sudah dapat menimbulkan perubahan hemodinamika. Perdarahan yang
cepat dengan jumlah yang lebih besar akan mengakibatkan penurunan venous returnke jantung,
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer akibat reflek vasokontriksi. Hipotensi
orthostatik yang lebih besar daripada 10mmHg biasanya menunjukkan penurunan volume darah sebesar
20 persen atau lebih. Gejala yang timbul bersamaan meliputi sinkop, kepala terasa ringan, nausea,
prespirasi, dan rasa haus. Kalau kehilangan darah mendekati 40 persen dari volume darah, gejala syoksering terjadi disertai takikardi dan hipotensi yang nyata. Gejala pucat tampak mencolok dan kulit
penderita teraba dingin.(1)
Pada keadaan perdarahan yang terjadi dengan cepat, nilai hematokrit mungkin tidak
mencerminkan besarnya darah yang hilang secara akurat karena keseimbangan dengan cairan
ekstravaskular dan hemodilusi memerlukan waktu lebih dari 8 jam. Hasil laboratorium yang lazim
ditemukan adalah leukositosis ringan dan trombositosis yang terjadi dalam waktu 6 jam setelah mulainya
perdarahan. Kadar BUN (blood urea nitrogen) dapat meninggi dan tidak sebanding dengan peninggian
kadar kreatinin, khususnya pada perdarahan gastrointestinal bagian atas. Keadaan ini terjadi akibat
pemecahan protein darah menjadi ureum oleh bakteri intestinal disamping akibat penurunan ringan laju
filtrasi glomeruler.(1)
Perdarahan tersembunyi, yang ditemukan dengan card test untuk hemoglobin peroksidase,
merupakan petunjuk yang penting guna menemukan neoplasma kolateral pada stadium dini yang
potensial untuk disembuhkan. Pemeriksaan tersebut dianjurkan pada pasien yang berusia di atas 40 tahun
5/26/2018 Hematemesis Melena
10/18
sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan tahunan, dan test kit untuk pemeriksaan ini dapat dibeli oleh
pasien sendiri. Interpretasi hasil test tersebut dipersulit oleh keharusan untuk memeriksa tinja lebih dari
satu kali (biasanya dua buah sampeldari tiga kali pengambilan tinja) dan bila hasilnya positif, pemeriksaan
tambahan diperlukan. Hasil yang positif dapat disebabkan oleh kehilangan darah yang fisiologis, adanya
enzim-enzim peroksidase dalam makanan atau oleh setiap penyebab perdarahan gastrointestinal bagian
atas atau bawah. Konsumsi vitamin C lebih dari 500 mg per hari dapat memberikan hasil tes yang negatif
palsu (false-negative). Untuk membatasi variabel pengacau (caunvonding), pasien harus dites dengan diet
tinggi serat dan rendah daging tanpa menggunakan preparat antiinflamasi nonsteroid maupun vitamin C.Tes kuantitatif dan spesifik ini tengah dikembangkan serta dianjurkan (Hemoquant) untuk memperbaiki
kepekaan pemeriksaan skrining darah okulta pada feses.(1)
Membedakan perdarahan saluran cerna bagian atas atau bawah. Cara praktis membedakan
perdarahan saluran makan bagian atas (SMBA) atau saluran makanan bagian bawah (SMBB) terdapat
dalam table dibawah ini.(3)
Seorang pasien yang datang dengan keluhan hematemesis, muntahan sepeti kopi karena
berubahnya darah oleh asam lambung, hampir pasti perdarahan berasal dari SMBA. Timbul melena, berak
hitam lengket dengan bau busuk, bila perdarahannya berlangsung sekaligus sejumlah 50-100 mL atau
lebih. Untuk lebih memastikan keterangan melena yang diperoleh dari anamnesa, dapat dilakukanpemeriksaan digital rektum. Perdarahan SCBA dengan manifestasi hematokezia (berak darah segar)
dimungkinkan bila perdarahannya cepat dan banyak melebihi 1000mL dan disertai kondisi hemodinamik
yang tidak stabil atau syok.(3)
Tabel perbedaan perdarahan SMBA dan SMBB.(3)
Perdarahan SMBA Perdarahan SMBB
- Manifestasi klinis
pada umumnya
- Aspirasi nasogastrik
- Rasio (BUN/Kreatinin)
- Auskultasi usus
- Hematemesis dan /
melena
- Berdarah
- Meningkat > 35
- Hiperaktif
- Hematokezia
- Jernih
- < 35
- Normal
II.9 PEMERIKSAAN PADA PERDARAHAN SALURAN MAKAN
a. Pemeriksaan awal pada perdarahan saluran makanan
Langkah awal pada semua kasus perdarahan saluran makanan adalah menentukan beratnya
perdarahan dengan memfokuskan pada status hemodinamik. Pemeriksaan meliputi : 1). Tekanan darah
dan nadi posisi baring, 2). Perubahan orthostatik tekanan darah dan nadi, 3). Ada tidaknya vasokontriksi
perifer (akral dingin), 4). Kelayakan napas, 5). Tingkat kesadaran, 6). Produksi urin.(3)
Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi 20% volume intravaskular akan mengakibatkan
kondisi hemodinamik tidak stabil, dengan tanda-tanda sebagai berikut : 1). Hipotensi (90/60mmHg atau
MAP < 70mmHg) dengan frekuensi nadi > 100x/menit; 2). Tekanan diastolik orthostatik turun > 10mmHgatau sistolik turun > 20 mmHg; 3). Frekuensi nadi orthostatik meningkat lebih > 15 x/menit; 4). Akral
dingin; 5). Kesadaran menurun; 6). Anuria atau oligouria (produksi urin < 30 mL/jam).(3)
5/26/2018 Hematemesis Melena
11/18
Kecurigaan perdarahan akut dalam jumlah besar selain ditandai kondisi hemodinamik tidak stabil
ialah bila ditemukan : 1). Hematemesis, 2). Hematokesia (berak darah segar), 3). Darah segar pada aspirasi
darah gastrik dan dengan lavase tidak segera jernih, 4). Hipotensi persisten, 5). Dalam 24 jam
menghabiskan tranfusi darah melebihi 800-1000 mL.(3)
b. Stabilitas Hemodinamik Pada Perdarahan Saluran Makanan
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus cairan kristaloid (misalnya cairan garamfisiologis dengan tetesan cepat menggunakan dua jarum berdiameter besar, minimal 16 G dan pasang
monitor CVP); tujuannya memulihkan tanda-tanda vital dan mempertahankan tetap stabil. Biasanya tidak
sampai memerlukan cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali pada kondisi hipoalbuminemia berat.
Secepatnya kirim pemeriksaan darah untuk menentukan golongan darah, kadar hemoglobin, hematokrit,
trombosit. Leukosit. Adanya kecurigaan diatesis hemoragik perlu ditindaklanjuti dengan melakukan tes
Rumpel-Leede, pemeriksaan waktu perdarahan, waktu pembekuan, retraksi bekuan darah, PPT, dan
aPTT.(3)
Kapan tranfusi darah diberikan sifatnya sangant individual, tergantung jumlah darah yang hilang,
perdarahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya perdarahan berlangsung, dan akibat klinik
perdarahan tersebut. Pemberian tranfusi darah pada perdarahan saluran cerna dipertimbangkan pada
keadaan berikut ini : 1). Perdarahan pada kondisi hemodinamik tidak stabil, 2). Perdarahan baru atau
masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1 liter atau lebih, 3). Perdarahan baru atau masih
berlangsung dengan hemoglobin < 10 g% atau hematokrit < 30%, 4). Terdapat tanda-tanda oksigenasi
jaringan yan g menurun. Perlu dipahami bahwa nilai hematokrit untuk memperkirakan jumlah perdarahan
kurang akurat bila perdarahan sedang atau baru berlangsung. Proses hemodilusi dari cairan
ekstravaskuler selesai 24-72 jam setelah onset perdarahan. Target pencapaian hematokrit setelah tranfusi
darah tergantung kasus yang dihadapi, untuk usia muda dengan kondisi cukup sehat 20-25%, usia lanjut
30%, sedangkan pada hipertensi portal jangan melebihi 27-28%.(3)
c. Pemeriksaan Lanjut
Sambil melakukan upaya mempertahankan stabilitas hemodinamik lengkapi anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan-pemeriksaan lain yang diperlukan.(3)
Dalam anamnesa yang perlu ditekankan : 1). Sejak kapan terjadinya perdarahan dan berapa
perkiraan darah yang keluar, 2). Riwayat perdarahan sebelumnya, 3). Riwayat perdarahan dalam keluarga,
4). Ada tidaknya perdarahan dibagian tubuh yang lain, 5). Penggunaan obat-abatan terutama
antiinflamasinon steroid dan antikoagulan, 6). Kebiasaan minum alkohol, 7). Mencari kemungkinan
adanya penyakit hari kronik, demam berdarah, demam tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes melitus,
hipertensi, alergi obat-obatan, 8). Riwayat tranfusi sebelumnya.(3)
Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan : 1). Stigmata penyakit hati kronik, 2). Suhu badan dan
perdarahan ditempat lain, 3). Tanda-tanda kulit dan mukosa penyakit sistemik yang bisa disertai
perdarahan saluran makanan, misalnya pigmentasi mukokutaneus pada sindroma Peutz-Jeger.
Kelengkapan pemeriksaan yang perlu diperhatikan : 1). EKG; terutama pasien berusia >40 tahun, 2).
BUN, kreatinin serum; pada perdarahan SMBA pemecahan darah oleh kuman usus akan mengakibatkan
kenaikan BUN, sedangakan kreatinin serum tetap normal atau sedikit meningkat, 3). Elektrolit (Na, K, Cl);
perubahan elektrolit bisa terjadi karena perdrahan, tranfusi, atau kumbah lambung, 4). Pemeriksaan
lainnya tergantung pada kasus yang dihadapi.(3)
d. Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan pemeriksaan untuk mengevaluasi perubahan orthostatik pada denyut nadi dan
tekanan darah, penilaian klinis tekanan vena sentral dan pemberian cairan untuk penggantian volume
5/26/2018 Hematemesis Melena
12/18
cairan yang hilang, pasien harus diperiksa untuk menentukan bukti-bukti yang menunjukkan adanya
penyakit yang mendasari perdarahan tersebut. Sumber perdarahan diluar intestinum harus
dikesampingkan dengan pemeriksaan yang teliti terhadap rongga mulut dan nasofaring. Pemeriksaan
Dermatologi yang mengungkapkan telangeaktesia yang khas pada penyakit osler-weber-rendu (kendati
lesi ini tidak akan terlihat bila terdapat anemia berat), pigmentasi peroral pada sindroma Peutz-Jeghers,
fibroma pada neurofibromatosis, kista sebasea serta tumor-tumor tulang pada sindroma Gardner,
purpura yang teraba sering terlihat pada penyakit vaskulitis atau pigmentasi difus pada hemokromatosis.
Stigmata pada penyakit hepar kronis seperti spider angiomata, ginekomastia, atrofi testis, ikterus, asites,dan hepatosplenomegali menunjukkan kemungkinan adanya hipertensi portal sebagai penyebab
perdarahan varises esofagus atau lambung. Pembesaran kelenjar limfe yang signifikan atau massa dalam
abdomen dapat mencerminkan kelainan signifikan intraabdomen sebagai penyebab perdarahan tersebut.
Pemeriksaan rektum yang cermat sangat penting untuk menyingkirkan kelainan patologi setempat di
samping untuk melihat warna tinja.(1)
iagnosis
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium
Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau kesadaran menurun makadapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati
menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti:
leukemia dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan gejala
hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan
yang keluar dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu diperhatikan adalah
keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar
dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati.
Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti,
eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, sediaan darah hapus,
golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan
penderita.
II.10 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan pendahuluan harus mencakup hematokrit, hemoglobin, pemeriksaan morfologi sel
darah merah yang teliti (sel darah merah hipokromik mikrositik menunjukkan bahwa kehilangan darah
terjadi secara kronik), jumlah tromboplastin parsial dan pemeriksaan koagulasi lainnya diperlukan untukmenyingkirkan kemungkinan adanya kelainan pembekuan yang primer atau sekunder. Radiografi
abdomen jarang membantu menegakkan diagnosa kecuali jika lesi iskemik atau perforasi dicurigai.
Meskipun uji awal berguna dan penting, evaluasi ulangan data laboratorium penting untuk mengikuti
perjalanan klinis perdarahan.(1)
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah:
1. Chemistry panel (liver disease, kidney disease);
2. Liver function tests (esophageal varices) ;
3. Upper GI series and esophagram (reflux esophagitis, ulcer, esophageal carcinoma, gastric carcinoma);
4. Tes Faal Hemostatis;
5. Barium enema;
6. CT scan of abdomen;
5/26/2018 Hematemesis Melena
13/18
7. Colonoscopy (colon neoplasm. bleeding diverticulum);
8. Arteriogram;
9. Fluorescein dye string test (to determine site of occult bleeding);
10. Nuclear scan (to detect bleeding). (5)
II.11 PENDEKATAN DIAGNOSTIK DAN TERAPEUTIK
Muntah dan BAB darah warna hitam dengan sindrom dispepsia, bila ada riwayat mengkonsumsi
obat AINS, obat-obat racikan untuk nyeri sendi, pengkonsumsi alkohol yang menimbulkan erosl/ulkus
peptikum. riwayat hepatitis. Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, dengan disertai penurunan
kesadaran (prekoma. koma hepatikum),ini bisa terjadi karena syok hipovolemik.(5)
Pendekatan diagnostik bagi pasien perdarahan SMBA harus disesuaikan menurut keadaan masing-
masing pasien. Kalau terdapat riwayat melena atau hematemesis atau terdapat kecurigaan bahwa
perdarahan berasal dari traktus gastrointestinal bagian atas, kita harus memasang NGT (nasogastric tube)
untuk mengosongkan lambung pasien dan menentukan apakah perdarahan terjadi di sebelah proksimal
dari ligamentun Treitz. Jika cairan aspirasi permulaan dari lambung tampak jernih, selang nasogastriktersebut dibiarkan terpasang selama beberapa jam karena perdarahan duodenum yang aktif dapat terjadi
dengan hasil aspirasi nasogastrik yang pada mulanya jernih. Jika hasil aspirasi tersebut tidak mengandung
darah selama periode perdarahan yang aktif, dapat disimpulkan bahwa perdarahan aktif tersebut tidak
berlangsung di bagian gastreoduodenum dapat dibenarkan dan selang nasogastrik boleh dilepas. Namun
demikian, bila tidak terdapat gejala yang membuktikan adanya perdarahan aktif pada saat selang
nasogastrik dipasang, kita tidak boleh mengasumsi bahwa perdarahan bukan berasal dari lambung atau
doudenum, dan pada keadaan ini diperlukan pemeriksaan endoskopi.(1)
Jika darah yang berwarna merah atau bahan seperti ampas kopi teraspirasi lewat selang
nasogastrik, irigasi lambung dengan larutan garam faali (saline) harus dilakukan. Tindakan irigasi ini
memiliki du tujuan: memberikan informasi kepada dokter tentang kecepatan perdarahan, danmembersihakan darah yang lama dari dalam lambung sebelum dilakukan endoskopi. Tindakan diagnostik
selanjutnya akan tergantung apakah perdarahan masih terus berlanjut; keadaan ini dapat dinilai
berdasarkan tanda-tanda vital, kebutuhan tranfusi dan jumlah serta konsistensi tinja.(1)
Jika perdarahan sudah berhenti dan keadaan pasien sudah stabil, pemeriksaan lanjut dengan
esogastroduodenoskopi dapat dilakukan. Meskipun pada beberapa penelitian menunjukkan pada
endoskopi emergensi dan pendekatan diagnostik yang intensif pada umumnya tidak menurunkan
morbiditas atau mortalitas pasien, namun tindakan endoskopi emergensi sangat penting untuk
penyusunan rencana terapi pada pasien tertentu dengan riwayat pembedahan lambung, hipertensi portal
atau penyakit multisistem yang kompleks. Dengan mengenali pasien yang pembuluh darahnya terlihat
atau mempunyai varises, sebagian pasien dapat ditangani lewat endoskopi dan komplikasi yang mungkinterjadi bisa diantisipasi. Endoskopi tidak diperlukan jika pendekatan diagnostik dan tindakan
terapeutiknya sudah jelas dari data klinis atau data lainnya.(1)
Perdarahan SMBA yang persisten harus dilihat secara berbeda, dan kebanyakan dokter akan segera
melanjutkan pemeriksaan dengan esofagogastroduodenoskopi. Penentuan lokasi dan penyebab
perdarahan sangat penting dalam penyusunan rencana untuk terapi yang tepat. Antisipasi tindakan
pembedahan, angiografi atau kecurigaan akan adanya varises yang berdarah merupakan indikasi kuat
untuk tindakan esofagogastroduodenoskopi. Perdarahan dari arteriol pada ulkus peptikum dapat
dikendalikan lewat tindakan koagulasi endoskopik dengan menggunakan laser Nd:YAG,heater probe atau
elektrokauter. Namun demikian, esofagogastraduodenoskopi lebiuh sulit dilakukan untuk mengevaluasi
perdarahan masif karena jumlah darah yang banyak akan mengaburkan visualisasi kelainan patologi
mukosa, dan pada keadaan ini diperlukan pemeriksaan angiografi disamping endoskopi.(1)
Apabila perdarahan berlanjut dan pemeriksaan endoskopi tidak berhasil menentukan sumber
perdarahan, lokasi perdarahan mungkin teletak disebelah distal ligamentum Treitz. Pada situasi ini, sering
5/26/2018 Hematemesis Melena
14/18
sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Untuk melihat lokasi perdarahan lewat angiografi
diperlukan kehilangan darah dengan kecepatan sedikitnya 0,5mL/menit. Korelasi klinis yang
mencerminkan derajat kehilangan darah ini mencakup hipotensi postural dan keharusan tranfusi darah
untuk mempertahankan tanda-tanda vital yang stabil. Pemeriksaan angiografi emergensi dapat
menentuka lokasi perdarahan; kendati demikian, penyebab perdarahan mungkin tidak bisa ditentukan
kecuali bila terlihat varises, malfornasi vaskuler atau aneurisma.(1)
Angiografi terapeutik merupakan pendekatan yang sangat membantu dalam mengendalikan
perdarahan yang persisten. Pemberian preparat vasokonstriktor intraarteri, seperti vasopresin, secarakontinyu sering berhasilmengendalikan perdarahan akibat ulkus lambung atau ruptur Mallory-Weiss.
Selain itu, bahan yang bisa menghasilkan embolus dapat disuntikkan langsung ke dalam pembuluh arteri
yang mengaliri tempat perdarahan.(1)
Jika varises esofagus yang berdarah terlihat pada endoskopi proksimal, infus vasopresin melalui
vena perifer dapat mengendalikan perdarahan dengan segera. Respon terhadap terapi seperti ini
tergantung pada keadaan umum pasien yang dinilai berdasarkan parameter klinis dan laboratorium.
Penyuntikan vasopresin intraarterial ternyata tidak lebih efektif daripada penyuntikan intravena dalam
pengendalian perdarahan varises. Terapi sklerosis endoskopik dan ligasi varises kini telah digunakan
sebagai terapi yang efektif untuk perdarahan varises esofagus. Skeroterapiendoskopik yang periodik danligasi juga membatasi timbulnya perdarahan lebih lanjut pada pasien dengan riwayat perdarahan varises
tetapi tidak memperpanjang usia pasien ini. Perdaraha varises juga dapat dikendalikan dengan
temponade balon dengan Sengstaken-Blakemoretube. Seperti halnya vasopresin, teknik ini umumnya
digunakan sebagai tindakan untuk membuat stabil keadaan pasien dan harus diikuti dengan terapi
definitif yang kalau mungkin sudah dilakukan dalam tempo 48 jam. Karena angka morbiditasnya,
pembuatan pintas (shunt). Portosistemik hanya dilakukan pada keadaan yang paling gawat. Transpalntasi
hepar mungkin merupakan satu-satunya pilihan bagi sebagian penderita sirosis hepatis dan perdarahan
varises.(1)
Dalam mengevaluasi perdarahan SMBB (saluran makanan bagian bawah), prosedur yang paling
penting adalah pemeriksaan colok dubur, anoskopi, dan sigmoidoskopi. Pemeriksaan yang disebutkanterakhir ini dapat mengenali lokasi perdarahan atau melihat perdarahan yang datang dari sebelah atas
daerah yan g terjangkau oleh instrumen tersebut. Pada keadaan yang terakhir ini, persiapan kolon dengan
larutan lavase saline memungkinkan evaluasi kolonoskopik usus dalam beberapa jam. Banyak kelainan
kolon dapat dideteksi dan diterapi dengan polipektomi atau elektrokoagulasi. Jika perdarahan terjadi
dengan cepat, arteriografi dapat membantu menentukan lokasi perdarahan dan memungkinkan
penyuntikan setempat preparat vasokonstriktor untuk mengendalikan perdarahan. Karena arteriografi
hanya dapat mendeteksi lesi yang menimbulkan perdarahan aktif itu kalau kehilangan darahnya melebihi
0,5 mL/menit dan karena perdarahan gastrointestinal cenderung intermitten, pemeriksaan arteriografi
sering tidak mempunyai arti diagnostik. Pemindaian eritrosit dilabel dengan radioaktif lebih sensitif
dibandingkan dengan arteriografi dalam mendeteksi hilangnya darah sebanyak 0,1mL/menit dan dapatdipergunakan untuk meneliti perdarahan yang kurang berat. Namun, pemindaian perdarahan kurang
spesifik dibandingkan arteiografi, umumnya melokalisasi lesi, tetapi jarang menghasilkan diagnosa pasti.
Sken perdarahan paling membantu dalam mendeteksi perdarahan aktif, ringan, atau intermitten, untuk
menentukan waktu yang lebih baik untuk arteriografi dan mendapatkan hasil diagnosa yang maksimal.
Akhirnya, pemeriksaan barium enema hanya memiliki peranan yang terbatas dalam mengevaluasi
perdarahan rektum yang akut. Meskipun dapat dipakai guna mengetahui sumber-sumber yang potensial
untuk terjadinya perdarahan, pemeriksaan ini tidak dapat menentukan lokasi perdarahan yang tepat.
Selanjutnya, jika perdarahan yang cepat berulang, kolonoskopi atau angiografi berikutnya akan sulit
untuk menginterpretasi akibat bahan kontras yang tertahan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk
menangguhkan uji barium pada SMBA atau SMBB selam sedikitnya 48 jam setelah perdarahan aktifberhenti.(1)
Pasien dengan tes positif untuk darah feses tersembunyi dievaluasi terutama untuk menyingkirkan
kemungkinan neopalsma kolorektal. Semua gejala atau riwayat harus diperiksa juga. Jika tidak terdapat
5/26/2018 Hematemesis Melena
15/18
gejala, evaluasi difokuskan pada colon cukup dengan enema barium dan sigmoidoskopi atau kolonoskopi.
Pasien dengan anemia tidak mungkin mempunyai dasar fisiologis untuk hasil tesnya, dan evaluasi harus
diikuti sampai didapat penjelasan yang penuh.(1)
Terapi nonfarmakologis : tirah baring, puasa, diet hati/lambung, pasang NGT untuk dekompresi.
pantau perdarahan.(6)
Farmakologis:Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada kasus varises transfusi sampai dengan
Hb 10gr%, pada kasus non varises transfusi sampai dengan Hb 12gr%. Sementara menunggu darah dapat
diberikan pengganti plasma (misalnya dekstran-hemacel) atau NaCl 0,9% atau RL
Untuk penyebab non varises :
1. Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton
2. Sitoprotektor: Sukralfat 3-4 x 1 gram atau Teprenon 3 x 1 tab
3. Antasida
4. Injeksi vitamin K. untuk pasien dengan penyakit hati kionis atau sirosis hati.
(6)
Untuk penyebab varises :
1. Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 ug/jam intravena atau okreotide (sandostatin) 0,1 rng/2 jam.
Pemberian diberikan sampai perdarahan berhenti atau bila mampu diteruskan 3 hari setelah
skleroterapi/ligasi varises esofagus.
2. Propanolol, dimulai dosis 2 x 10 mg dosis dapat ditingkatkan hingga tekanan diastolik turun 20mmHg
atau denyut nadi turun 20% (setelah keadaan stabil hematemesis melena (-)
3. Isosorbid dinitrat/mononitrai 2 x 1 tablet/hari hingga keadaan umum stabil
4. Metokilrpramid 3x10 mg/hari Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai kebutuhan
Pada pasien dengan pecah varises/penvakit hati kronik/sirosis hati diberikan :
1. Laktuiosa 4x 1 sendok makan
2. Neomisin 4 x 500 mg
Obat ini diberikan sampai tinja normal.
Prosedur bedah dilakukan sebagai tindakan emergensi atau efektif. Bedah emergensi di indikasikan bila
pasien masukdaiam keadaan gawat I-II
Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai indikasinya.(6)
5/26/2018 Hematemesis Melena
16/18
II.12 DIFERENTIAL DIAGNOSA
Table Hematemesis And Melena (4)
V I N D I C A T E
Vascular Inflammatory Neoplasm
Degenerative
and
Deficiency
Intoxication CongenitalAutoimmune
AllergicTrauma Endocrine
Esophagus Esophagealvarices
Refluxesophatitis
Carcinomas
of esophagus
and lung
Lye and
other
irritants
Hiatal hernia Scleroderma Foreignbody
Ulcer EsophagitisNasogastric
tube
Aortic
aneurysm
Trypanosomiasis
cruziForeign body
Mallory
Weiss
syndrome
Stomach Cardiacvarices
Gastritis Carcinoma Atrophicgastritis
Alcoholic
gastritis,
aspirin, and
other drugs
(e.g., arsenic)
Hereditarytelangiectasis
Perforation
andlaceration
surgery
Zollinger
Ellison
syndrome
Ruptured
aneurysmGastric ulcer
5/26/2018 Hematemesis Melena
17/18
V I N D I C A T E
Vascular Inflammatory Neoplasm
Degenerative
and
Deficiency
Intoxication CongenitalAutoimmune
AllergicTrauma Endocrine
Duodenum Ulcer Regional ileitis
Perforation
and
laceration
surgery
Zollinger
Ellison
syndrome
Pancreas
Acute
pancreatitis
(hemorrhagic)
Blood LeukemiaAplastic
anemiaWarfarin
Hemophilia
and other
hereditary
coagulation
disorders
ITP
PolycythemiaVitamin K
deficiencyHeparin
Collagen disease
and other causes of
thrombocytopenia
Other drugs
ITP, idiopathic thrombocytopenic purpura.
5/26/2018 Hematemesis Melena
18/18
II.13 KOMPLIKASI
Syok hipovolemik, aspirasi pneumonia, gagal ginjal akut. sindrom hepatorenal koma hepatikum,
anemia karena perdarahan.(6)
II.14 PROGNOSA
Dubia.(6)
III.1 KESIMPULAN
Hematemesis adalah muntah darah benvarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Melena adalah buang air besar (BAB) berwama hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas adalah saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum
Treitz, mulai dari jejunum proksimal, duodenum, gaster dan esofagus.(6)
DAFTAR PUSTAKA
1. Asdie Ahmad H: Perdarahan Saluran Makanan dalam: Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam.Isselbacher Kurt J, Braunwald Eugene, Wilson Jean D, Martin Joseph B, Fauci Anthony S, Kasper
Dennis L.Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr.Sardjito.Yogjakarta 1999. hlm 259-262
2. AHLQUIST DA et al: Fecal blood levels in health and disease: A study using Hemoguant.N Engl J Med312:1422,1985
3. Sudoyo Aru W, Setyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata K Marcellus, Setiati Siti.Pengelolaan
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Sudoyo Aru
W.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta,Juni 2006.hlm 289-292
4. Pain Management Spescialist Treats Chronic Back Pain and Neck Pain 2007.Hematemesis and
Melena.Website Address:http://painspecialist.com.sq
5. Pustaka Medika Indo 2008.Patofisiologi Muntah.Website Address:http://Cetrione.blogspot.com
6. Portal Kedokteran 2008.Hematemesis Melena.Website Address: http:// Hematemesis Melena.com
http://pain/http://pain/http://pain/http://pain/