Upload
phungdang
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Berbicara
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah pengetahuan atau kecakapan yang terlihat.
Kemampuan mencakup bakat dan prestasi yang dimiliki seseorang yang
merupakan hasil dari latihan atau bawaan sejak lahir yang digunakan untuk
mengerjkan sesuatu melalui tindakan. Menurut Stenberg 2013 (dalam Khairani,
2013: 109) kemampuan manusia itu bukanlah sebuah kemampuan yang sifatnya
sudah baku pada satu bentuk atau titik tertebtu (not fixed ability), tetapi sebuah
kemampuan yang sifatnya terus berkembang (developing abilities)
Susanto (2011: 98) berpendapat emampuan merupakan suatu daya
atau kesanggupan dalam diri setiap individu dimana daya ini dihasilkan dari
pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam menyelesaikan
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai
keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
b. Pengertian Berbicara
Santrock (1997: 169) menyatakan bahwa :
Every human culture has language. Human languages number in thousands, differing so much on the surface that many of us despair at learning more than even one. Yet all human language have some common characteristics. Language is a system of symbol used to comm cfgfg aunicate with other. In humans, language is characterized by infinite generavity and rule systems. infinite generavity is an individual is ability to generate an infinite number of meaning full sentence using a finite set of word and rules, which makes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
language a highly creative neterpise. Language is rule sytem include phonology, morphology, syntax, semantics, and pragmatics, each of which we now discuss in turn.
Setiap kebudayaan manusia memiliki bahasa. Jumlah bahasa manusia
dalam ribuan, berbeda begitu banyak di permukaan bahwa banyak dari kita putus
asa belajar lebih dari bahkan satu. Namun semua bahasa manusia memiliki
beberapa karakteristik umum, bahasa adalah sistem simbol yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan lainnya, pada manusia bahasa ditandai dengan sistem
aturan yang tak terbatas. Pada umumnya kemampuan tak terbatas seorang
individu untuk menghasilkan jumlah makna kalimat tak terbatas yang penuh
menggunakan sebuah himpunan dari kata dan aturan, yang membuat bahasa
sangat kreatif. Bahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian
Dalam pembelajaran bahasa salah satu kemampaun yang harus dikuasai
anak adalah kemampuan berbicara, kemampuan ini menempati kedudukan yang
penting karena merupakan ciri kemampuan komunikatif anak. Dengan kata lain
kemampuan berbicara, tidak hanya berperan dalam pembelajaran bahasa tetapi
berperan penting dalam pembelajaran yang lain.
Berbicara merupakan sarana berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi
dengan orang lain, semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang
berbeda. Kemampuan menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang
lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti.
Menurut Annett Schirmer dalam penelitiannya yang berjudul Tone of
Voice Changes Affective Word Representations in Memory menyatakan bahwa
Spoken language, like other communication systems, evolved as a means for influencing the attitudes and behaviours of communication partners. That spoken language is particularly powerful in this influence likely has two reasons. First, language is the only biological communication system that is truly generative Unlike nonverbal messages, which are limited in number and scope, language comprises a set of arbitrary symbols whose combination allows for an infinite number of potentially complex and abstract messages. A second and equally important fact is that language uses as its vehicle the voice a communication system already present in our pre-linguistic ancestors.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Bahasa lisan, seperti sistem komunikasi lainnya, berkembang sebagai
sarana untuk mempengaruhi sikap dan perilaku mitra komunikasi. Bahasa lisan
sangat berpengaruh, kemungkinan besar memiliki dua alasan . Pertama ,bahasa
adalah satu-satunya sistem komunikasi biologis yang benar-benar generatif. Tidak
seperti pesan nonverbal, dalam jumlah dan ruang lingkup yang terbatas. Bahasa
terdiri dari satu set simbol yang sewenang-wenang yang kombinasi
memungkinkan untuk jumlah tak terbatas pesan berpotensi kompleks dan abstrak .
Fakta kedua dan tidak kalah penting bahwa bahasa adalah digunakan sebagai
sistem komunikasi yang sudah ada dalam leluhur pralinguistik kita.
Menurut Tarigan (2008: 16) berbicara merupakan kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi, artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dan menurut
Hariyadi dan Zamzami 1996/1997: 54 (dalam Suhartono, 2005: 20) berbicara
pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi, sebab didalamnya terjadi
pesan dari suatu sumber ke tempat lain.
Menurut Dardjowidjojo (2003: 17) bahasa lisan merupakan unsur penting
dalam interaksi atau sosialisasi. Bahasa adalah suatu simbol lisan yang arbitrer
yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan
berinterkasi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang meraka miliki
bersama.
Selanjutnya penelitian yang ditulis oleh Halida yang berjudul Metode
Bermain Peran dalam Mengoptimalkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 4-5
tahun menurut Crystal (dalam Hoff, 2005: 2) oral language is the systematic
and conventional use of sound (or sign or written symbols) for the purpose of
communication or self-self expression.
Yang artinya adalah bahasa lisan adalah penggunaan yang sistematik dan
konvensional (atau tanda atau simbol tertulis) untuk tujuan komunikasi atau
ekspresi diri.
Menurut Abidin (2012: 125) berbicara pada dasarnya kemampuan
seseorang mengeluarkan ide, gagasan ataupun pikirannya kepada orang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
melalui bahasa lisan. Sedangkan menurut Saddhono dan Slamet (2012: 35)
berbicara adalah salah satu alat komunikasi penting untuk menyatakan diri
sebagai anggota masyarakat. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang
dapat di dengar (audible) dan kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah
otot-otot dan jaringan otot manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan
yang dapat dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan aktivitas
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik
dan linguistik.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan kemampuan
berbicara adalah suatu keterampilan bawaan sejak lahir yang dikembangkan
melalui interaksi dengan lingkungan. Kemampuan berbicara berupa penggalan
kata, dalam bentuk bunyi yang diekspresikan dalam menyampaikan pesan
maupun gagasan.
c. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran, gagasan, perasaa, dan kemauan secara efektif, seyogyanya
pembecara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan dia
harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya.
(Saddhono dan Slamet, 2012: 37).
Menurut Patricia McAleer Hamaguchi (2010: 8-9)
Many things must happen in order for a child to speak:
1) There must be a desire to communicate 2) The brain must have previously heard and learned words in other contexts 3) The brain must create an idea it wants to communicate to someone else 4) The brain must then send that idea to the mouth 5) The brain must tell the mouth which words to say and which sound make
up those word. Intonation pattern and accented sylablles must be incorporated.
Banyak hal yang harus terjadi agar anak berbicara :
1) Harus ada keinginan untuk berkomunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Otak harus sudah terlebih dahulu mendengar dan mempelajarai kata-kata
dalam konteks lain
3) Otak harus menciptakan ide yang ingin dikomunikasikan dengan orang
lain
4) Otak kemudian harus mengirimkan gagasan ke mulut.
5) Otak harus memberitahu mulut kata-kata untuk mengatakan apa yang
didengar, pola intonasi dan aksen suku kata yang harus dimasukkan.
Menurut pakar perkembangan anak Hurlock (dalam Hastari, 2004: 8)
tujuan dari anak keinginan yang kuat untuk berbicara adalah : Pertama bicara
merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak-anak yang mudah
berkomunikasi dengan tema sebayanya, akan lebih mudah mengadakan kontak
sosial dan lebih diterima oleh kelompok, daripada anak yang memiliki
kemampuan komunikasi terbatas, kedua berbicara merupakan sarana untuk
memperoleh kemandirian. Anak- anak yang tidak dapat mengungkapkan
kebutuhan dan keinginannya atau yang tidak dapat berusaha dimengerti orang
lain, cenderung diperlakukan sebagai bayi dan tidak dapat memperoleh
kemandirian yang dinginkan. Dengan pembicaraan yang jelas diharapkan
informasi bisa tersampaikan.
Dhieni (2007: 3.6) mengatakan bahwa tujuan berbicara adalah untuk
memberitahukan, melaporkan, menghibur, dan meyakinkan seseorang yang terdiri
dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi faktor-
faktor sebagai berikur: 1) keterampilan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi
dan durasi yang sesuai, 3) pilihan kata, 4) ketepatan sasaran pembicaraan. Aspek
nonkebahasaan meliputi: 1) sikap tubuh, 2) kesedian menghargai pembicaraan
maupun gagasan orang lain, 3) kenyaringan suara dalam kelancaran berbicara, 4)
relevansi, penalaran dan penguasaa terhadap topik tertentu.
Tarigan (2008: 16), menyatakan tujuan utama dari berbicara adalah untuk
berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanyalah
sang pembicara memahami makna makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala
situasi pembicaraan baik secara umum ataupun perorangan.
Menurut Suhartono (2005: 122) secara umum tujuan pengembangan
bicara anak usia dini yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya
(pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk kepentingan
berkomunikasi. Bila dipelajari dari tujuan tersebut, paling tidak ada tiga tujuan
umum dalam pengembangan berbicara anak: (1) agar anak dapat melafalkan
bunyi bahasa yang digunakan secara tepat. (2) Agar anak memiliki
perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi. (3) Agar
anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secra lisan
Tujuan berbicara merupakan hal yang sangat penting untuk ditentukan
sebelum seseorang berbicara memaparkan gagasannya. Menurut Abidin
(2012:129) tujuan berbicara adalah :
1. Informatif
Tujuan informatif merupakan tujuan berbicara yang dipilih pembicara ketiak
ia menyampaikan gagasannya untuk membnangun pengetahuan pendengar.
2. Persuasif
Tujuan persuasif merupakan tujuan pemdecaraan yang menekankan
daya bujuk sebagai kekuatannya. Tujuan berbicara seperti ini lebih
menekannkan pada usaha mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai
dengan apa yang diharapkan pembicara melalui penggunaan bahasa yang
halus dan penuh daya pikat.
3. Argumentatif
Tujuan argumentatif merupakan tujuan berbicara untuk meyakinkan
pendengar atas gagasan yang dismapikan oleh pembicara.
Dari berbagai pendapat diatas kesimpulan dari tujuan berbicara pada
anak usia dini yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat,
sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk dapat berkomunikasi. Selain itu
anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat, anak
mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkonunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dan agar anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi
secara lisan.
d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara Anak
Menurut Hastari (2004: 9) faktor yang mempengaruhi perkembangan
bicara anak yaitu :
1. Rangsangan yang cukup, misalnya dengan sering mengajak anak berbicara,
mendengarkan cerita, membiarkan anak mengungkapkan apa yang ada dalam
pikirannya dan mendiskusikan sesuatu.
2. Ada sarana yang mendukung, misalnya dari buku yang orang tua bacakan,
mintalah anak untuk mencerikannya kembali dengan bahsanya sendiri,
gunakan perangkat seperti boneka dan maikan seola-olah anak yang menjadi
pelakunya. Bersamaan dengan itu orang tua bisa mengarahkan etika berbicara
anak.
3. Lingkungan yang bilingual atau multilingual, yang diberika secara teratur,
misalnya bahasa yang satu digabungkan dengan bahasa yang lain dalam satu
kalimat, selain akan merusak tata bahasa anak, setiap bahasa memiliki pola
yang berbeda dan bila dicampuradukkan anak akan bingung, sulit
menerjemahkan bahasa yang satu kebahasa yang lain, anak juga akan sulit
menangkap maksud kalimat yang diucapkan orang lain karena pola kalimat
yang dimilikinya sudah tidak beraturan.
4. Kesehatan fisik dan psikologis anak. Anak yang lahir dengan kelainan seperti
autisme, down syndrom, kelainan otak atau punya maslah pendengaran akan
mengalami kesulitan berbahasa. Anak kesulitan menangkap kalimat yang
beredar disekitar dirinya, akhirnya ia jadi sulit mengucapkan kata-kata atau
kalimat. Begitu juga anak yang mengalami trauma psikologis.
Menurut Yamin dan Sanan (2012: 109) Faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia dini yaitu :
1. Anak berada dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan.
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa lingkungan yang kaya bahasa akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menstimulasi perkembangan bahasa anak, stimulasi tersebut akan optimal
jika anak tidak merasa tertekan. Anak yang tertekan akan menghambat
kemampuan bebrbicaranya.
2. Menunjukan sikap dan minat yang tulus kepada anak. Anak usia dini
emosinya masih kuat, karena itu guru harus menunjukan minat dan perhatian
tinggi kepada anak. Orang dewasa perlu merespon anak dengan tulus.
3. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan nonverbal.
4. Dalam bercakap-cakap dengan anak, orang dewasa perlu menunjukan
ekspresi yang sesuai dengan ucapannya. Perlu diikuti dengan gerakan, mimik
muka dan intonasi yang sesuai
5. Melibatkan anak dalam komunikasi. Orang dewasa perlu melibatkan anak
untuk ikut membangun komunikasi, kita menghargai ide-idenya dengan
memberi respon yang baik terhadap bahasa anak.
Mengenai faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara seseorang,
Abidin (2013: 127-128) berpendapat, beberapa faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kepekaan terhadap fenomena
faktor ini berhubungan dengan kemampuan berbicara untuk menjadikan
sebuah fenomena sebagai sebuah sumber ide. Seorang pembicara yabg baik
akan mampu menjadikan segala sesuatu yang ada disekitarnya menjadi
sumber ide, sebaliknya seseorang yang tidak tanggap terhadap fenomena
tidak akan mengahsilkan gagasan.
2. Kemampuan kognisi atau Imajinasi
Kemampuan ini berhubungan dengan daya dukung kognisi dan imajinasi.
Pembicara yang baik akan mampu menentukan kapan ia menggunakan
kemampuan kognisinya untuk menghasilkan pembicaraan dan kapan ia harus
menggunakan imajinasinya.
3. Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berbahasa merupakan kemapuan pembicara mengemas ide
dengan bahasa baik dan benar. Dalam kaitannya dengan faktor bahasa,
pembicara yang baik hendaknya mengusai benar seluruh tatanan linguistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dari fonem hingga semantik-pragmatik sehingga ia akan mengemas ide
tersebut secara tepat makna dan tepat kondisi.
4. Kemampuan Psikologis
Kemapuan psikologis berhubungan dengan kejiwaan berbicara, misalnya
keberanian, ketenangan dan daya adaptasi biologis saat berbicara.
5. Kemampuan Performa
Kemampuan performa lebih berhubungan denga praktik berbicara. seorang
pembicara yang baik akan menggunakan gaya yang sesuai dengan situasi ,
kondisi dan tujuan pembicaraannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan berbicara anak dapat diperoleh dari bebagai
hal diantaranya faktor urutan kebahasaan (linguistik) dan non kebahasaan
(nonlinguistik). Kepekaan orang tua dalam mengembangkan kemampuan
berbicara dengan memberikan rangsangan yang baik, lingkungan yang tepat, saran
prasarana yang mendukung serta melihat perkembangan fisik dan psikologis anak
membuat kemampuan berbicara anak akan berkembang dengan optimal sesuai
dengan usia perkembangannya.
e. Tahap Perkembangan Berbicara Anak
Menurut Hildayani (2008: 11.16) terdapat beberapa tahap dalam
perkembangan berbicara anak yaitu:
Pada usia 6 minggu- 3 bulan, bayi mulai mengembangkan sistem komunikasinya
menjadi cooing (ocehan tanpa arti yang jelas), babbling, atau keluarnya suara
mirip suku kata, tampak pada usia 6-10 bulan. Memasuki usia 1 tahun anak telah
dapat mengucapkan kata pertamanya. Tidak lama setelah itu, mereka mulai
menggabungkan dua kata untuk berbicara. Anak usia 2 tahun telah dapat
melakukan komunikasi dengan kalimat sederhana. Di usianya yang ketiga anak
telah mampu menceritakan tentang kejadian pada saat itu. Anak usia 4-6 tahun
telah berbicara dan berbahasa seperti layaknya orang dewasa.
Menurut Frankenburg (dalam Indriyani, 2008: 105) bahwa
perkembangan berbicara bayi dan anak adalah sebagai berikut: (1) Sekitar umur 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sampai 10 bulan, anak sudah bisa bersuara suku kata, musalnya: ma atau pa atau
ta, atau da, (2) Sekitar umur 11 sampai 13 bulan, anak sudah mulai bisa
memanggil: mama atau papa. (3) Sekitar umur 13 sampai 15 bulan, anak sudah
mulai bisa mengucapkan 1 kata, misalnya: mimik, minum, pipis, (4) Sekitar umur
16 sampai 17 bulan, anak sudah mulai bisa mengucapkan 2 kata, (5) Sekitar umur
17 sampai 18 bulan, anak sudah mulai bisa mengucapkan 3 kata, (6) Sekitar umur
19 sampai 22 bulan, anak sudah mulai bisa mengucapkan 6 kata, (7) Sekitar umur
23 sampai 26 bulan, anak sudah mulai bisa menggabungkan beberapa kata:
mimik cucu, (8) Sekitar umur 24 sampai 28 bulan, anak sudah mulai bisa
menyebutkan nama benda dan gambar, (9) Sekitar umur 26 sampai 35 bulan,
bicaranya 50% sudah dapat dimengerti orang lain.
Menurut Steinberg dan Gleason (dalam Suhartono, 2005: 49) bahwa
perkembangan bicara atau bahasa ekspresif anak dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
perkembangan pra sekolah, perkembangan kombinatori, dan perkembangan masa
sekolah.
1. Tahap penamaan bicara pra sekolah, disebut juga dengan perkembangan
bicara anak sebelum memasuki masa sekolah terbagi menjadi tiga, yaitu:
a) Tahap penanaman, anak baru mulai mampu mengujarkan urutan bunyi
kata tertentu dan ia belum mampu memaknainya. Urutan bunyi yang
diucapkannya biasanya terbatas dalam satu kata.
b) Tahap telegrafis, anak sudah mulai dapat menyampaikan peran yang
diinginkannya dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga
kata untuk mengganti kalimat yang berisi maksud tertentu dan ada
hubungannya dengan makna.
c) Tahap transformasial, anak mulai berani mentransformasikan idenya
kepada orang lain dalam bentuk kalimat yang beragam
2. Pekembangan bicara kombinatori, pada tahap ini anak sudah mulai mampu
berbicara secara teratur dan terstruktur. Bicara anak dapat dipahami oleh
orang lain dan anak sanggup merespon dengan baik positif maupun negatif
atas pembicaraan lawan bicaranya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Perkembangan bicara masa sekolah, merupakan perkembangan bicara anak
sejak memasuki sekolah dasar. Perkembangan bicara ini sudah dapat
dibedakan menjadi tiga bidang, yakni struktur bahasa, pemakaian bahasa dan
kesadaran metalinguistik.
Menurut Yamin dan Sanan (2012: 111) tahapan proses perkembangan
berbicara anak usia lahir-6 tahun.
1. Lahir-3 bulan: a) anak akan membuat suara dengan menyenangkan b) anak akan mengulangi suara yang sama secara berulang-ulang.
c) anak akan menangis dengan cara yang berbeda untuk menunjukan
kebutuhannya yang berbeda-beda.
2. 4-6 bulan a) Anak akan berceloteh ketika sendirian b) Anak akan melakukan sesuatu (dengan bunyi atau gerakan tubuh) secara
berulang-ulang ketika bermain
c) Anak akan berbicara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian
orang dewasa di sekitarnya
3. 7- 12 bulan
a) Anak akan melalkukan imitasi untuk berbagai jenis bunyi/suara b) Anak akan berceloteh dengan kata-kata sederhana namun masih belum
jelas pengucapannya
4. 12-24 bulan
a) Anak telah dapat menggunakan berbagai jenis bunyi huruf konsonan pada awal kata
b) Anak sudah bisa menyusun dua kata. Contoh, mau minum, mama maem
dan lain-lain.
c) Anak dapat bertanya dengan dua kata sederhana
5. 24-36 bulan
a) Anak bisa bertanya dan mengarahkan perhatian orang dewasa dengan
mengatakan nama benda yang dimaksud.
b) Cara anak berbicara sudah dapat dipahami secara keseluruhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c) Anak sudah dapat menghafal kata-kata untuk keseharian
d) Anak memahami tata bahasa secara sederhana.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan
berbicara yang telah dimulai sejak bayi, semestinya diperhatikan sedini mungkin,
karena ternyata dapat dijadikan parameter ada tidaknya gangguan perkembangan
pada anak, ketika terlihat ada yang tidak sesuai dengan tahap usia, mereka bisa
segera mencari solusinya dengan melihat beberapa tahap perkembangan tersebut,
dengan demikian maka anak harus selalu mendapatkan stimulus sesuai dengan
tahap perkembangannya, agar kemampuan berbicara anak dapat berkembang
sesuai dengan usia perkembangannya.
f. Karakteristik Kemampuan Bahasa (Berbicara) Anak Usia 4-5 Tahun
Menurut Dhieni (2008: 9.5) secara umum karakteristik kemampuan bahasa
anak usia dini Usia 4-5 tahun :
1. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Ia
telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar
2. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaks bahasa yang
digunakannya.
3. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan
tersebut.
Sedangkan menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 Karakteristik
perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun adalah :
1. Menerima Bahasa
a) Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya)
b) Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan
c) Memahami cerita yang dibacakan
d) Mengenal pembendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik
hati, berani, baik, jelek dan sebagainya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Mengungkapkan Bahasa
a) Mengulang kalimat sederhana
b) Menjawab pertanyaan sederhana
c) Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit,
baik hati, berani, jelek dan sebagainya)
d) Menyebutkan kata-kata yang dikenal
e) Mengutarakan pendapat dengan orang lain
f) Menyatakan alasan terhadap suatu yang dinginkan atau ketidaksetujuan
g) Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar
3. Keaksaraan
a) Mengenal simbol-simbol
b) Mengenal suara-suara hewan/benda yang ada disekitarnya
c) Membuat coreta yang bermakna
d) Meniru huruf
Dari uraian di atas dapat disimpulkan dan diketahui bahwa karakteristik
anak usia 4-5 tahun sudah menuju pada bicara yang berpusat pada orang lain
(sosialisasi) dan pembicaran yang komunikatif. Anak dapat memahami
pembicaraan orang yang sedang bercakap-cakap dengannya. Perbendaharaan
kosakata anak semakin meningkat dan mampu berbicara dengan susunan kalimat
yang sederhana.
2. Hakikat Model Pembelajaran Koopratif Tipe TGT (Time Games Tournament)
a. Pengertian Pembelajaran
Isjoni (2009: 14) mengatakan pembelajaran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan
belajar.
Pembelajaran menurut Gagnes 1985 (dalam Isjoni 2009: An
active process and suggest that teaching involves facilitating active mental
process by student, bahwa dalam proses pembelajaran anak berada dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
posisi mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya
pembelajaran.
Menurut Majid (2013: 4) istilah pembelajaran (intruction) bermakna
sebagai upaya membelajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui
berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah
pencapaian tujuan yang direncanakan. Pembelajaran juga dipandang sebagai
kegiatan guru secara terprogram agar anak belajar secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2012: 75) pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun
secara terencana yang memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang
dimaksu tidak hanya tempat ketika pembelajaran berlangsung, tetapi juga
metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk penyampaian informasi
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Pembelajaran suatu usaha sadar dari guru untuk membuat anak
belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri anak yang belajar,
perubahan itu didapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relative lama dan karena adanya usaha .
b. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joice, Weil dan Calhoun (2009: 7) model-model pengajaran
sebenarnya juga bisa dianggap sebagai model-model pembelajaran, saat kita
membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, cara berpikir dan
tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri, kita sebenarnya tengah mengajari
mereka untuk belajar
Sedangkan menurut Suprijono (2001: 46) model pembelajaran adalah
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelompok maupun tutorial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Model Pembelajaran Koopratif
Dalam sistem belajar yang Kooperatif, anak belajar bekerja sama dengan
anggota lainnya. Dalam model kooperatif anak memiliki dua tanggung jawab,
yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri, dan membantu sesama anggota
kelompoknya untuk belajar.
Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 537) pengelolaan pembelajaran
Kooperatif merupakan salah satu upaya untuk merancang belajar yang Kooperatif
yang juga dapat dikombinasikan dengan berbagai pendekatan pengajaran lainnya.
Slavin (2005:103) mendefinisikan belajar Kooperatif adalah solusi ideal
terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara Kooperatif dan
tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda. Metode-
metode pembelajaran Kooperatif secara khusus menggunakan kekuatan dari
sekolah yang yang menghapuskan perbedaan kehadiran para siswa dari latar
belakang, ras atau etnik yang berbeda untuk untuk meningkatkan kehadiran dalam
kelompok.
Menurut Christine Siegel dalam penelitiannya yang berjudul
Internasional Implementing a Research-Based Model of Cooperative Learning
menyatakan bahwa:
earning involves groups of students working to complete a common task. It is a rich educational strategy because it affords elaborate student interactions. That richness makes cooperative learning a complex construct to study. Given its complexity, researchers have attempted to specify its methods and to control its implementation.
Yang artinya pembelajaran Kooperatif melibatkan kelompok siswa
bekerja untuk menyelesaikan tugas bersama. Model pembelajaran Kooperatif
adalah strategi pendidikan yang kaya akan penerapan interaksi yang rumit.
Kekayaan yang membuat belajar secara kelompok membangun tempat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
belajar. Mengingat dalam kerumitannya para peneliti telah berusaha untuk
menentukan metode dan dapat mengendalikan pelaksanaannya.
Hamdani (2011: 30) mengatakan model pembelajaran Kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan
strategi belajar dengan sejumlah anak sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda.
Menurut Isjoni (2009: 14) Pembelajaran Kooperatif adalah suatu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. Pembelajran Kooperatif
merupakan strtegi belajar dengan sejumlahmsiswa sebagai kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugasnya setiap anggota
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan membantu untuk memahami
materi pembelajaran. Dalam pembelajaran Kooperatif, belajar dikatakan belum
sesuai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi
pembelajaran.
Menurut Majid (2013: 174) pembelajaran Kooperatif adalah model
pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajran dengan cara anak belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 samapi dengan 6 orang,
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012: 241) model pembelajaran
koopertif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap anak yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
serta memperhatikan kesetaraan gender.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Kooperatif (cooperative learning) adalah konsep pembelajaran yang membantu
guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil anak yang bekerja sama untuk
mencapai sasaran belajar. Pembelajaran Kooperatif memungkinkan anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
memaksimalkan proses belajar satu sama lain. Pembelajaran Kooperatif tidak
memerlukan alat dan biaya yang besar, sebab alat untuk pembelajaran ini dapat
menyesuaikan dengan kondisi setempat. Yang paling penting yakni adanya
kemauan atau kreativitas guru dan anak untuk bersama-sama melangsungkan
kegiatan belajar mengajarnya.
Pembelajaran Kooperatif banyak digunakan pada pembelajaran anak usia
dini karena dianggap sesuai untuk melatih sosial dan kemampuan bekerja sama
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak.
d. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Mengenai penjelasan tentang model pembelajaran Kooperatif dapat
dilihat ciri-cirinya sebagai berikut.
Menurut Slavin 1995 (dalam Isjoni, 2009: 33) karakteristik pembelajaran
Kooperatif yaitu :
Pertama Penghargaan kelompok Pembelajaran Kooperatif menggunakan
tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan
kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan,
kedua pertanggung jawaban individu. Keberhasilan kelompok tergantung dari
pembelajaran individu dari semua anggota kelmpok. Pertanggungjawaban tersebut
menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam
belajar, ketiga kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran
Kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan
berdasarkan nilai peningkatan prestasi siswa yang diperoleh terlebih dahulu.
Menurut Hamdani (2011: 31) ada beberapa ciri-ciri pembelajaran
Kooperatif yaitu: 1) setiap anggota memiliki peran, 2) terjadi hubungan interaksi
langsung antara siswa, 3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara
belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, 4) guru membantu
mengembangkan ketermpilan-keterampilan interpersonal kelompok, 5) guru
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menurut Rusman (2012: 207-208) karakteristik atau ciri-ciri
pembelajaran Kooperatif adalah :
1. Pembelajaran Secara Tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap anak belajar. Setiap anggota tim harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran
2. Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif
3. Kemauan untuk Bekerja Sama
Prinsip kebersamaan atau bekerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran
Kooperatif, anpa kerja sama yang baik, pembeljaran Kooperatif tidak akan
mencapai hasil yang optimal.
4. Keterampilan Bekerja sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian anak perlu didorong untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi denga anggota lain dalam
rangka mencapai tujuan pembeljaran yang telah ditetapkan.
Menurut Isjoni (2009: 27) ciri-ciri pembelajaran Kooperatif yaitu: 1)
Setiap anggota memiliki peran. 2) Terjadi interaksi langsung di antara siswa. 3)
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-
teman sekelompoknya. 4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok. 5) Guru hanya berinteraksi dengan
kelompok saat diperlukan.
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012: 242) ciri-ciri pembelajaran
Kooperatif sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara Kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai
2. Kelompok dibentuk dari anak yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota
kelompok bewrsal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan gender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok masing-masing individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Menurut Majid (2013: 176) pembelajaran Kooperatif mempunyai ciri-ciri
atau karakteristik sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan yang tinggi,
sedang, rendah (heterogen)
3. Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
dan jenis kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
pembelajaran Kooperatif adalah: 1) setiap individu memiliki peran, 2) adanya
interaksi langsung/tanpa perantara, 3) adanya timbal balik yang didasari
kepentingan bersama, 4) dalam menyelesaikan tugas siswa bekerja dalam
kelompok, 5) pembentukan kelompok dengan kecerdasan yang heterogen dan
berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda, 6) penghargaan
lebih ditekankan pada kelompok bukan individu.
e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran Kooperatif
(cooperatif learning) menurut Joyce, Weil dan Coulhan (2009: 302) adalah
sebagai berikut:
1. Sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerja sama akan meningkatkan
motivasi yang jauh lebih besar dari pada dalam bentuk lingkungan kompetitif
individual.
2. Anggota-anggota kelompok Kooperatif dapat saling belajar Satu sama lain,
setiap pembelajar akan memiliki bantuan yang lebih banyak dari pada dalam
sebuah struktur pembelajaran yang menimbulkan pengucilan antar satu siswa
dengan siswa lainnya.
3. Interaksi antaranggota, akan menghasilkan kognitif, menciptakan sebuah
aktivitas intelektual yang dapat mengembangkan pembelajran ketika
dibenturkan pada pembelajaran tunggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Kerja sama meningkatkan perasaan positif terhadap satu sama lain ,
menghilangkan pengasingan dan penyendirian, membangun sebuah hubungan
dan memberikan sebuah pandangan positif terhadap orang lain.
5. Kerja sama meningkatkan penghargaan diri, tidak hanya melalui pembelajaran
yang terus berkembang, namun juga melalui perasaan yang dihormati dan
dihargai oleh orang lain dalam sebuah ingkungan.
6. Siswa yang mengalami dan menjalani tugas serta merasa harus bekerjasama
dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bekerjasama secara produktif. Dengan
kata lain semakin banyak anak mendapat kesempatan untuk bekerjasama maka
mereka akan semakin mahir bekerjasama.
7. Siswa termasuk juga anak-anak, bisa belajar dari beberapa latihan untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerjasama.
Arends (dalam Suprihatiningrum, 2012:197) menyatakan bahwa the
cooperative learning model was developed to achive at least three important
intructional goals : academic achivemant, acceptence of diversity, and social skill
develpment, yang maksudnya adalah bahwa model pembelajaran Kooperatif
dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil pembelajaran akademik, penerimaan terhadap perbedaan
individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
Menurut Isjoni (2009: 33) tujuan utama pembelajaran Kooperatif agar
peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan
cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapatsecara
berkelompok.
Menurut Majid (2013: 175) pembelajran Kooperatif mempunyai
beberapa tujuan, diantaranya :
1. Meningkatkan kerja anak dalam tugas-tugas akademik. Model pembelajaran
kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu anak untuk memahami
konsep-konsep yang sulit.
2. Agar anak dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
perbedaan latar belakang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Mengembangkan keterampilan sosial anak, berbagi tugas, aktif bertanya,
mengahargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Daryanto dan Rahardjo (2012: 242) tujuan utama cooperative learning,
adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya. Jadi, tidak lagi
pengetahuan itu di peroleh dari guru, dengan belajar kelompok seseorang teman
haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan
pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi
kesalahan dan saling membetulkan sama lainnya.
Sadker dan Sadker 1997 (dalam Huda, 2011: 66) menjabarkan beberapa
manfaat pembelajaran Kooperatif. Menurut mereka, selain meningkatkan
keterampilan koonitif dan efektifitas anak, pembelajaran Kooperatif juga manfaat-
manfaat besar lain seperti berikut ini:
1. Anak yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur Kooperatif akan
memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.
2. Anak yang berpartisipasi dalam pembelajaran Kooperatif akan memiliki
sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk
belajar.
3. Dengan pembelajaran Kooperatif, anak menjadi lebih peduli pada teman-
temannya dan di antara mereka akan ketergantungan yang positif.
4. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan rasa penerimaan anak terhadap
teman-temannya yang bersal dari latar belakang, ras dan etnik yang
berbeda-beda.
Dari beberapa pendapat mengenai tujuan pembelajaran Kooperatif
kesimpulannya adalah tujuan dari pembelajaran Kooperatif adalah menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
1) Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Jarolimek dan Parker 1993 (dalam Isjoni, 2007: 24) mengatakan
keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran Kooperatif adalah:
a. Saling ketergantungan yang positif
b. Adanya pengakuan dalam merespon individu
c. Siswa dilibatkan dalam perencanaa dan pengelolaan kelas
d. Suasana kelas yang rilek dan menyenangkan
e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru
f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan
Menurut Suprihatiningrum (2012: 201) kelebihan Kooperatif adalah :
1) peserta didik lebih memperoleh kesempatan dalam hal meningkatkan kerja
sama antar teman, 2) peserta didik lebih memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, 3) guru tidak
operlu mengajarkan seluruh pengetahuan kepada peserta didik, cukup konsep-
konsepm pokok karena dengan belajar secara kooperatif peserta didik dapat
melengkapi sendiri.
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif, menurut Karli dan
Yuliariatiningsih (2002: 72) yaitu:
1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat
terbuka dan demokratis.
2) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki
oleh siswa.
3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-
keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
4) Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek
belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
5) Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari
tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal
bagi kesuksesan kelompoknya.
6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan
memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa
yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif memiliki
manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran Kooperatif, siswa
dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
1. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suprihatiningrum (2012: 201) kelemahan model pembelajaran
Kooperatif adalah: 1) memerlukan alokasi waktu yang relatif labih banyak jika
belum terbiasa, 2) membutuhkan persiapan yang lebih terprogram dan sistematik,
3) jika peserta didik belum terbiasa dalam menguasai pembelajaran kooperatif,
pencapaian hasil belajar tidak akan maksimal.
Isjoni (2007: 25) mengatakan kelemahan model pembelajaran Kooperatif
bersumber dari dua faktor yaitu faktor dari dalam (intern) dan dari luar (ekstern).
Faktor dari dalam yaitu 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran
secara matang, di samping itu guru juga membutuhkan banyak tenaga, pemikiran
dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar mak dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup dan memadai, 3) selama kegiatan
diskusi kelompok berlangsung, ada kecendrungan topik permasalahan yang
sedang dibahas meluas sehingga banayak yang tidak sesuai dengan waktu yang
ditentukan, 4) saat diskusi kelas terkedang didominasi seseorang, hal ini
mengakibatkan anak lain menjadi pasif.
Dari beberapa pendapat ahli maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan
pembelajaran model Kooperatif adalah memahami dan mengerti filosofis
pembelajaran Kooperatif membutuhkan waktu yang lama. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang cukup
panjang, dan ini tidak mungkin dicapai hanya dalam waktu satu atau beberapa kali
penerapan strategi. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan
yang sangat penting untuk anak, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan
yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individu.
g. Pengertian Team Games Tournament (TGT)
Teams Games Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh
David DeVreis dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama
dari John Hopkins. Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang
disampaikan guru dan tim kerja.
Jauhar (2011: 62) berpendapat Pembelajaran Kooperatif model TGT
(Teams Games Tournament) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan. TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan.
Menurut Adeneye dalam penelitiannya yang berjudul Achievement in
Cooperative versus Individualistic Goal-Structured Junior Secondary School
Mathematics Classrooms in Nigeria ,
In TGT quizzes are replaced by tournaments and students compete at
tournaments table against students from other teams who are equal to them in
terms of past performance Students earn team points based on how well they do at
their tournament tables. Empirical studies on cooperative learning methods are
abound in the literature.
Yang artinya dalam TGT kuis di ganti dengan turnamen dan siswa
bersaing di meja turnamen melawan siswa dari tim lain pada saat kerja kelompok
yang telah lalu. Siswa yang mendapatkan poin tim berdasarkan pada seberapa
baik ia bermain dalam meja turnament. Studi empiris di atas adalah pembelajaran
kooperatif yang berlimpah literatur.
Sedangkan menurut Isjoni (2009: 83) TGT adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 anak. Kriteria pemilihan anak dilihat dari
kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan
materi dan anak bekerja dalam kelompok.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa tipe pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe
atau model pembelajaran Kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas
belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran model Kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
h. Komponen dan Pelaksanaan Team Games Tournament (TGT)
Menurut Slavin (2005: 166-167) terdapat lima komponen dalam TGT, yaitu
presentasi kelas, tim, game (permainan), turnamen, dan rekognisi tim.
1. Presentasi Kelas Presentasi kelas digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran
melalui pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru.
Presentasi kelas juga dimanfaatkan guru untuk menyampaikan teknik
pembelajaran yang akan digunakan, sehingga anak dapat melaksanakan
setiap kegiatan dalam langkah-langkah TGT dengan baik. Perbedaan
presentasi kelas dengan pengajaran biasa yaitu guru dalam presentasi kelas
harus benar-benar fokus pada unit TGT. Dengan cara ini, anak akan
menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh
selama presentasi kelas, karena sangat membantu mereka dalam
mengerjakan lembar kegiatan dan saat melaksanakan turnamen.
2. Team (Kelompok)
Tim atau kelompok dalam TGT dibentuk berdasarkan keragaman
kemampuan akademik siswa, yaitu kemampuan akademik tinggi, sedang,
dan rendah. Fungsi utama dari tim ini yaitu memastikan bahwa semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk
dapat menjawab soal dengan baik pada saat turnamen. Hal terpenting pada
pembelajaran yang menerapkan TGT yaitu anggota tim harus melakukan
yang terbaik untuk tim dan setiap anggota tim harus saling membantu untuk
keberhasilan tim.
3. Game (Permainan)
Game atau permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan anak yang diperoleh
dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim.
4. Tournament (Turnamen)
Turnamen merupakan sebuah struktur permainan yang berlangsung.
Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru
memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok.
Pada pelaksanaan turnamen, setiap siswa berusaha mendapatkan poin
tertinggi di setiap turnamen. Poin yang mereka peroleh kemudian
digabungkan dengan anggota lainnya yang berada pada turnamen yang
berbeda untuk dijumlahkan menjadi skor tim. Penentuan tim yang menjadi
pemenang dalam turnamen didasarkan pada banyaknya skor yang mereka
peroleh.
5. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor
mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan tim sangat penting untuk
memberikan pengertian kepada siswa bahwa keberhasilan tim merupakan
keberhasilan semua anggota tim, bukan semata-mata keberhasilan individu.
Hal ini akan memotivasi siswa untuk membantu teman satu t im dalam belajar
demi keberhasilan timnya.
Sedangkan Menurut Jauhar (2011: 63) Ada lima komponen utama
dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru,
karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok
dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.
Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok
agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game (permainan)
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor.
4. Tournament (Turnamen)
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian.
5. Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing
team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi
kriteria yang ditentukan.
Dari beberapa penjabaran di atas penulis menyimpulkan bahwa
komponen Team Games Tournament adalah Presentasi kelas yang digunakan
guru untuk menyampaikan materi yang akan digunakan dalam pemebelajaran
dengan tim yang dipilih secara heterogen yang dilihat dari kemampuan
akademik ras, suku dan budaya yang berbeda. Kegiatan game atau permainan
terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan anak yang diperoleh dari presentasi kelas
kemudian kompetisi dalam turnamen yang dilakukan setiap individu dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
satu kelompok yang melibatkan sejumlah kegiatan dan dikatakan sebagai
pemenang jika kelompok memperoleh nilai terbanyak yang diperoleh dari
setiap anak.
i. Kelebihan dan Kekurangan Team Games Tournament (TGT)
Dalam hal ini, pembelajaran Kooperatif dengan tipe TGT, memiliki
kelebihan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal
pencapaian hasil belajar.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran TGT menurut Slavin (2008) sebagai berikut: 1. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh
teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka
dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh
tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa
harga diri akademik mereka.
4. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal
dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetap menggunakan
waktu yang lebih banyak.
6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja
dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau
perlakuan lain.
Dalam penelitian Sepu (2012: 12) kelebihan dan kekurangan Tipe TGT antara
lain :
Kelebihan
1. Keterlibatan siswa dalam belajar lebih tinggi.
2. Siswa menjadi bersemangat dalam belajar.
3. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga
melalui konstruksi sendiri oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4. Dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa, seperti
kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta bisa menerima pendapat orang
lain.
5. Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya.
Kekurangan
1. Bagi pengajar pemula, model ini membutuhkan waktu yang banyak.
2. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
3. Dapat menumbuhkan suasana gaduh di kelas. Siswa terbiasa dengan
adanya hadiah.
Sedangkan Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran Kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) Menurut Suarjana (2000: 10) antara lain:
Kelebihan dari pembelajaran TGT.
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6. Motivasi belajar lebih tinggi.
7. Hasil belajar lebih baik.
8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Kelemahan TGT adalah:
1. Bagi Guru : Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru
yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan
pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa
cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan
ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2. Bagi Siswa : Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa
dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu
menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Dari beberapa pendapat tentang kelebihan dan kelemahan Tipe TGT
penulis menyimpulkan bahwa kelemahan dalam pelaksanaanya tidak adanya
fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan atau ruangan khusu
sedangkan dapat menumbuhkan kerjasama antar anggota kelompok, lebih
bersemangat dan senang mengikuti pembelajaran. Selain mudah diterapkan dalam
penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh peserta didik untuk
memperoleh konsep yang diinginkan, model pembelajaran TGT berjalan dengan
baik dan memberikan hasil yang positif terhadap hasil pembelajaran. Selain
memiliki kelebihan model pembelajaran TGT memiliki kekurangan.
Kekurangannya antara lain membutuhkan waktu yang lama dan guru dituntut
untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model pembelajaran tipe
TGT.
3. Penggunaan Model Pembelajaran Koopratif Tipe Team Games Tournament
(TGT ) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu
tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Pemilihan permainan dalam peningkatan kemampuan berbicara artinya
rancangan suatu proses belajar mengajar dengan cara bermain, jenis kegiatan
dalam permainan dirancang agar dapat menghilangkan rasa takut anak didik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
berlatih/berpatisispasi. Selain itu, jenis permainan dapat menghilangkan perasaan
malu dan perasaan dipaksa untuk berlatih berbicara. Tujuan yang ingin dicapai
dari setiap permainan dalam peningkatan kemampuan berbicara adalah untuk
mengurangi kemonotonan, menciptakan suasana menyenangkan, dan untuk
mengurangi perasaan takut dan malu anak didik berbicara di depan umum.
Melatih kemampuan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran
Kooperatif tipe TGT dapat membantu siswa secara aktif berlatih dan bertukar
pikiran dengan suasana yang nyaman tanpa harus merasa takut salah.
Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT
keterampilan berbicara dapat menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan
memudahkan siswa untuk melatihkan keterampilan berbicara. TGT memiliki
kelebihan untuk siswa yaitu salah satu langkah pembelajarannya mengandung
unsur permainan yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang masih
senang bermain.
Adapun pelaksanaan Team Games Tournament (TGT) dalam kegiatan
berbicara adalah :
1. Guru mengelompokan anak dalam tiap-tiap kelompok anak yang sudah dipilih
oleh guru dengan latar belakang dan kemampuan akademik yang beragam, lalu
menentukan posisi masing-masing anak dalam kelompoknya.
2. Guru menyiapkan tempat dan media-media dibagikan pada tempat yang
ditentukan.
3. Guru menjelaskan aturan mainnya yaitu setiap kelompok menyimak apa yang
diucapkan oleh guru, salah satu anak sebagai perwakilan mengambil kertas
pertanyaan dan anak yang kedua bertugas menyimpulkan dan menyebutkan
maksud dari kertas pertanyaan anak pertama lalu anak yang ketiga bertugas
mencari gambar yang disebutkan oleh anak yang kedua lalu menempelkan
pada papan tempel yang disiapkan, dan kegiatan dilakukan secara bergantian
oleh anak didalam kelompok tersebut, dikatakan sebagai kelompok pemenang
jika semua anak didalam satu kelompok sudah merasakan semua tugas dalam
kelompok terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4. Setelah kegaitan selesai guru meminta masing-masing kelompok menceritakan
kegiatan apa saja yang dilakukan, ini bertujuan untuk merangsang kemampuan
berbicara dengan anak bisa bercerita dan mengutarakan pendapatnya melalui
kegiatan yang sudah dilakukan.
5. Guru memeriksa hasil kagiatan anak.
6. Dan terakhir guru memberi penghargaan kepada anak yang telah menjadi
pemenang.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Fibrianovi Wahyuni (2013), menyimpulkan bahwa, penerapan
permainan bola kata pada anak kelompok B Kelompok B Tk Islam At Taqwa
Kabupaten Tulungagung dapat meningkatkan kemapuan berbicara anak, hal ini
dibuktikan dengan hasil observasi aktivitas guru yang sudah terlaksana sesuai
dengan langkah-langkah dalam penerapan permainan bola kata dan
peningkatan hasil penilaian proses aktivitas anak pada siklus I yang mencapai
90% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Hasil observasi kemampuan
berbicara anak juga menunjukkan peningkatan.
2. Penelitian Chorina Purnama Sari (2011), menyimpulkan bahwa kemampuan
berbicara anak meningkat melalui strategi bernyanyi pada anak kelompok A
TK Pancasila Kecamatan Karang Pilang surabaya, nilai ketuntasan dalam
kemampuan berbicara anak anak mencapai 85%. Berdasarkan pada tabel-tabel
hasil pengamatan pada lembar aktivitas anak, aktivitas guru dan hasil
peningkatan kemampuan berbicara anak, maka dapat dilihat pada hasil evaluasi
siklus II pertemuan ke 2 dalam peningkatan kemampuan berbicara melalui
strategi bernyanyi sudah mencapai 93% dari tiga indikator yang ingin dicapai
yaitu, menirukan kembali 4-5 kata nyanyian, melakukan3-5 perintah
bernyanyi, menceritakan isi nyanyian.
3. Kadek Widiartini (2012) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa
kemampuan berbahasa anak meningkat melalui media peralatan kedokteran
pada anak kelompok B TK Aisyiah Singaraja, hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan kemampuan berbahasa anak pada siklus I ke siklus II. Pada siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
I kemampuan berbahasa anak adalah 44,45% yang berada pada kategori rendah
sedangkan pada siklus II kreativitas menjadi 94,7% tergolong pada kategori
sangat tinggi. Jadi terjadi peningkatan kreativitas sebesar 50,25% .
Dari penelitian Fibrianovi Wahyuni 2013 yang telah dijabarkan di atas
memiliki kesamaan yaitu meningkatan kemampuan berbicara pada setiap siklus
namun dengan startegi yang berbeda dengan peneliti yaitu pneliti dalam
meningkatkan kemampuan berbicara menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT sedangkan Fibriani Novi menerapkan permainan bola kata.
Selain itu pada penelitian Chorina Purnama Sari memiliki kesamaan dengan
peneliti yaitu upaya dalam meningkatkan kemampuan berbicara namun dengan
strategi yang berbeda, pada penelitian peneliti memilih model pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT dalam meningkatkan kemampuan berbira sedangkan
Chorina Purnama Sari meningkatkan kemampuan berbicara melalui strategi
bernyanyi, sedangkan penelitian oleh Kadek Widiartini (2012) memiliki
kesamaan dengan peneliti yaitu upaya peningkatan kemampuan berbicara namun
melalui startegi yang berbeda pada penelitian ini peneliti meningkatkan
kemampuan berbicara menggunakan metode Kooperatif Tipe TGT sedangkan
pemnelitian Kadek Widiartini menggunakan Media Alat Kedokteran dalam
meningkatkan kemampuan berbicara anak.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori di atas dapat dirumuskan dalam kerangka
berfikir sebagai berikut: Pada kondisi awal kemampuan berbicara anak masih
rendah, hal ini dikarenakan metode yang diterapkan oleh guru kecendrungan pada
kegiatan pembelajaran konvensional. Sehingga kemampuan berbicara anak
kurang dikembangkan. Anak kurang diberi kesempatan untuk berbicara dan
mengutarakan pendapatnya. Kemampuan berbicara yang berkembang pada
kehidupan anak memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai
kegiatan yang menuntut kemampuan dalam berbicara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Untuk mengatasi permasalah tersebut, peneliti menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Sesuai dengan
komponen pembelajaran Kooperatif anak dapat beriteraksi dengan teman. Hasil
yang ingin dicapai dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT), kemampuan berbicara anak dapat meningkat dengan
baik. Karena pembelajaran kooperatif tipe TGT yang mengandung unsur
kompetisi dan permainan akan memberikan kemudahan dan kesempatan berbicara
dalam mengeluarkan ide dan berpendapat.
Pada kondisi akhir melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT ) kemampuan berbicara anak menjadi tinggikelompok
A TK Siwi Peni XI.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir (Sumber Hartono 2011: 32)
D. Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan
berbicara pada anak kelompok A TK Siwi Peni XI Surakarta semester Genap
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Kondisi
awal
Guru mengajar dengan menggunakan model konvensional.
Peserta Didik: Kemampuan berbicara peserta didik rendah
Guru mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Siklus I Tema: Air, udara dan Api
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak
Tindakan
Kondisi
akhir
Siklus II Tema: Tanah Airku