29
Case Report Session Transient Tachypnea of the Newborn Oleh : Vesri Yossy 0810313195 Preseptor : Dr. Afdhal, Sp.A BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

Case Gagal Nafas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Case Gagal Nafas

Case Report Session

Transient Tachypnea of the Newborn

Oleh :

Vesri Yossy

0810313195

Preseptor :

Dr. Afdhal, Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M DJAMIL PADANG

2013

Page 2: Case Gagal Nafas

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah suatu penyakit ringan pada

neonatus yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang mengalami gawat

napas segera setelah lahir dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari.

Bayi yang sering mengalami TTN adalah bayi yang dilahirkan secara operasi

sesar sebab mereka kehilangan kesempatan untuk mengeluarkan cairan paru mereka.

Bayi yang dilahirkan lewat persalinan per vaginam mengalami kompresi dada saat

menuruni jalan lahir. Hal inilah yang menyebabkan sebagian cairan paru keluar.

Kesempatan ini tidak didapatkan bagi bayi yang dilahirkan operasi sesar.

Gejala klinis yang sering ditemukan pada bayi dengan TTN antara lain:

-takipnea (>60 kali/menit).

-retraksi pada dada.

-sianosis.

-merintih.

-terlihat napas cuping hidung.

Anatomi dan fisiologi

Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah salah satunya system pernapasan.

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui

plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.

Perkembangan paru-paru

Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang-cabang

membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah kelahiran

sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan sepenuhnya

berkembang, walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan napas sepanjang

1

Page 3: Case Gagal Nafas

trimester kedua dan ketiga. Kematangan paru-paru akan mengurangi peluang

kelangsungan hidup bayi baru, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan

alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah

surfaktan.

Awal adanya napas

Dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama napas bayi :

Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua rahim

yang merangsang pusat pernapasan otak.

Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru

selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru

secara mekanis.

Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat

menimbulkan pernapasan teratur dan berkesinambungan. Jadi sistem-sistem harus

berfungsi secara normal.

Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam

paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Produksi

surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai

paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini berfungsi

mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding

alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tanpa surfaktan alveoli akan

kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan yang menyebabkan sulit bernapas.

Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui

jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-paru.

Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan

bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari

paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

2

Page 4: Case Gagal Nafas

Fungsi pernapasan dalam kaitannya fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika

terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi.

Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka, guna

menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga penurunan oksigenasi

jaringan akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan

memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru

akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu

menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi

sirkulasi luar rahim.

Patofisiologi

Penyakit pernapasan akut tidak infeksius berkembang pada sekitar 1% dari

semua bayi baru lahir dan menyebabkan masuk ke unit perawatan kritis. Takipnea

transient pada bayi baru lahir adalah akibat dari sebuah keterlambatan dalam

pembersihan cairan paru janin. Dahulu, masalah pernapasan dianggap masalah

kekurangan surfaktan relatif tetapi sekarang dicirikan oleh beban udara-cairan

sekunder terhadap ketidakmampuan untuk menyerap cairan paru janin.

Percobaan in vivo telah menunjukkan bahwa epitel paru-paru mengeluarkan

Cl- dan cairan selama kehamilan tetapi mengembangkan kemampuan untuk

menyerap kembali secara aktif Na+ hanya selama akhir kehamilan. Saat lahir, paru-

paru matur menyebabkan pengaktifan sekresi dari Cl- (cairan) menjadi penyerapan

aktif Na + (cairan) dalam respon terhadap beredarnya katekolamin, baru-baru ini,

bukti menunjukkan glukokortikoid berperan dalam pengaktifan ini. Perubahan

dalam tegangan oksigen menambah kapasitas traspor epitel terhadap Na + dan

meningkatkan ekspresi gen untuk epitel Na + channel (ENaC). Ketidakmampuan

paru-paru janin imatur untuk beralih dari sekresi cairan hasil penyerapan cairan,

sebagian besar, dari immaturitas dalam ekspresi ENaC, yang dapat diatur oleh

glukokortikoid. Glukokortikoid mempengaruhi reabsorpsi Na + paru-paru

kemungkinan besar melalui saluran EnaC pada akhir usia kehamilan janin.

3

Page 5: Case Gagal Nafas

Bayi matur yang memiliki transisi normal dari janin ke kehidupan postnatal

memiliki surfaktan yang dan sistem epitel yang matur. Takipnea transient pada bayi

baru lahir terjadi pada bayi baru lahir matur dengan jalur surfaktan matur dan

kurang berkembangnya epitel pernapasan transportasi Na +, sedangkan Sindrom

Gawat Napas neonatus terjadi pada bayi dengan kedua jalur surfaktan dini dan Na +

transportasi immatur.

Bayi lahir dengan kelahiran sesar berisiko memiliki cairan paru yang

berlebihan sebagai akibat tidak mengalami semua tahapan persalinan normal dan

kurangnya lonjakan katekolamin yang tepat, yang menyebabkan pelepasan yang

rendah dari counter-regulatory hormones pada saat persalinan. Hal ini membuat

cairan tertahan di alveoli yang akan menghambat terjadinya pertukaran gas.

Faktor Risiko

Lahir Seksio cesarea

Makrosomia

Partus lama

Bayi laki-laki

Maternal asma dan merokok

Excessive maternal sedation

Negative amniotic fluid phosphatidylglycerol

Birth asphyxia

Cairan overload terhadap ibu, terutama pemberian infuse oksitosin.

Delayed clamping terhadap umbilikus. Waktu optimal adalah 45 detik

Fetal polycythemia

Ibu dengan diabetes

Prematur (dapat terjadi, tapi sangat jarang)

Manifestasi Klinik

Tanda dari TTN adalah dengan melihat adanya tanda distress pernapasan, yaitu

takipnu, napas cuping hidung, mendengkur, retraksi dinding dada, dan sianosis pada

kasus ekstrim

4

Page 6: Case Gagal Nafas

Derajat beratnya distress napas dapat dinilai dengan menggunakan skor

Downes. Skor Downes merupakan sistem skoring yang lebih komprehensif dan

dapat digunakan pada semua usia kehamilan. Penilaian dengan sistem skoring ini

sebaiknya dilakukan tiap setengah jam untuk menilai progresivitasnya.

Tabel 1. Evaluasi Gawat Napas dengan skor Downes

Pemeriks

aan

Skor

0 1 2

Frekuensi

napas

< 60

/menit

60-80

/menit

>

80/menit

Retraksi Tidak ada

retraksi

Retraksi

ringan

Retraksi

berat

Sianosis Tidak ada

sianosis

Sianosis

hilang dengan

02

Sianosis

menetap

walaupun

diberi O2

Air entry Udara

masuk

Penuruna

n ringan udara

masuk

Tidak ada

udara masuk

Merintih Tidak

merintih

Dapat

didengar

dengan

stetoskop

Dapat

didengar tanpa

alat bantu

Skor > 6 : Ancaman gagal napas

Analisis gas darah merupakan indikator definitif dari pertukaran gas untuk

menilai gagal napas akut. Meskipun manifestasi klinis yang ada memerlukan

tindakan intubasi segera dan penggunaan ventilasi mekanis, pengambilan sampel

darah arterial diperlukan untuk menganalisis tekanan gas darah (PaO2, PaCO2, dan

pH) sambil melakukan monitoring dengan pulse oxymetri. Hipoksemia berat

5

Page 7: Case Gagal Nafas

ditandai dengan PaO2 < 50-60 mmHg dengan FiO2 60% atau PaO2 < 60 mmHg

dengan FiO2 > 40% pada bayi < 1250 g, Hiperkapnik berat dengan PaCO2 > 55-60

mmHg dengan pH <7,2-7,25.

Tabel 2. Nilai Analisis gas Darah

Nilai

0 1 2 3

PaO2 (mmHg) > 60 50-60 < 50 < 50

pH > 7,3 7,2-7,29 7,1-

7,19

< 7,1

PaCO2 (mmHg) < 50 50-60 61-70 > 70

Skor > 3: memerlukan ventilator

Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan sebagai pemeriksaan awal pada

pasien yang mengalami distress pernapasan antara lain: rontgen toraks (dapat

dilakukan setelah pemasangan ETT), pemeriksaan darah untuk skrining sepsis,

termasuk pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, apus darah tepi, C-reactive protein,

kultur darah, glukosa darah, dan elektrolit.

Diagnosis

Selain menilai beratnya distress napas yang terjadi, diperlukan juga penilaian

untuk memperkirakan penyebab dasar gangguan napas untuk penatalaksanaan

selanjutnya. Pada bayi yang baru lahir dan mengalami distress napas, penilaian

keadaan antepartum dan peripartum penting untuk dilakukan. Beberapa pertanyaan

yang dapat membantu memperkirakan penyebab distress napas antara lain: apakah

terdapat faktor resiko antepartum atau tanda-tanda distress pada janin sebelum

kelahiran, adanya riwayat ketuban pecah dini, adanya mekoneum dalam cairan

ketuban, dan lain-lain.

6

Page 8: Case Gagal Nafas

Tabel 3. Pemeriksaan Penunjang pada Neonatus yang mengalami Distress

Pernapasan

Pemeriksaan Kegunaan

Kultur darah Menunjukkan keadaan bakteriemia

Analisis gas darah Menilai derajat hipoksemia dan keseimbangan asam basa

Glukosa darah Menilai keadaan hipoglikemia, karena hipoglikemia dapat

menyebabkan atau memperberat takipnea

Rontgen toraks Mengetahui etiologi distress napas

Darah rutin dan hitung

jenis

Leukositosis menunjukkan adanya infeksi

Neutropenia menunjukkan infeksi bakteri

Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis

Pulse oximetry Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen

Pemeriksaan Laboratorium

o Analisis Gas Darah

Biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia biasanya

didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2 >55 mm Hg).

Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi, merupakan

indikasi untuk mencari penyebab lain.

o Differensial Count

Normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk menentukan apakah

terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan polisitemia.

o Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi

bakteri.

Pemeriksaan Radiologi

o Rontgen thoraks, gambaran khas pada TTN:

Hiperexpansi paru, khas pada TTN.

Garis prominen di perihiler.

Pembesaran jantung ringan hingga sedang.

Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral.

Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura.

7

Page 9: Case Gagal Nafas

Prominent pulmonary vascular markings.

Diagnosis Banding

1. Pneumonia/sepsis.

Jika neonatus mengalami pneumonia atau sepsis, akan didapat pada riwayat

kehamilan ibu tanda-tanda infeksi, seperti korioamnionitis, ketuban pecah dini,

dan demam. Differensial count menunjukkan tanda neutropenia atau leukositosis

dengan jumlah abnormal dari sel immature. Tes antigen urin dapat positif bila

neonates mengalami group B streptococcal. Jika terdapat tanda-tanda infeksi

seperti di atas, dianjurkan untuk memberikan antibiotic berspektrum luas.

Pemberian antibiotic dapat dihentikan jika didapatkan hasil kultur yang negative

dalam 3 hari.

2. HMD.

Biasanya terjadi pada neonates yang premature atau dengan alasan lain akan

tertundanya maturasi paru. Pada rontgen thoraks dapat diketahui dengan jelas

pola retikulogranular dengan gambaran atelektasis paru.

3. Aspirasi Mekonium.

Biasanya dapat diketahui dari riwayat kehamilan dan persalinan berupa cairan

ketuban berwarna hijau tua, mekonium pada cairan ketuban, noda kehijauan pada

kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan (sianosis), pernapasan cepat (takipnea) ,

sesak napas (apnea), frekuensi denyut jantung janin rendah sebelum kelahiran ,

skor APGAR yang rendah , bayi tampak lemas , auskultasi: suara napas

abnormal.

Penatalaksanaan

Transient Tachypnea of the Newborn ini bersifat self limiting disease,

sehingga pengobatan yang ditujukan biasanya hanya berupa pengobatan suportif.

Prinsip pengobatannya adalah:

Oksigenasi.

Antibiotik. Kebanyakan bayi baru lahir diberi antibiotic berspektrum luas

hingga diagnosis sepsis atau pneumonia disingkirkan.

8

Page 10: Case Gagal Nafas

Pemberian makanan. Jika pernapasan di atas 60 kali per menit, neonatus

sebaiknya tidak diperi makan per oral untuk menghindari risiko aspirasi. Jika

frekuensi pernapasan kurang dari 60 kali per menit, pemberian makanan per

oreal dapat ditolerir. Jika 60-80 kali per menit, pemberian makanan harus

melalui NGT. Jika lebih dari 80 kali per menit, pemberian nutrisi intra vena

diindikasikan.

Cairan dan elektrolit. Status cairan tubuh dan elektrolit harus dimonitor dan

dipertahankan normal.

Prognosis

Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko kekambuhan atau disfungsi

paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan dengan mobilisasi cairan dan ini

biasanya dikaitkan dengan diuresis.

9

Page 11: Case Gagal Nafas

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : By. Gusti Ariani

No. MR : 81.54.60

Umur : 5 hari

Jenis Kelamin : Laki - laki

Nama Ibu : Gusti Ariani

Alamat : Mata Air

Keluhan Utama

Bayi baru lahir dengan merintih 1 jam setelah lahir

Riwayat Penyakit Sekarang

Bayi baru lahir dengan berat badan 2600 gr, Panjang Badan 46 cm, lahir sectio

caesaria atas indikasi bekas SC dan Haemoragic Ante Partum, cukup bulan ditolong

dokter pada tanggal 23-1-2013. Pada saat lahir keadaan umum pasien tidak

langsung menangis, kulit kemerahan dengan A/S : 6/7. Tindakan resusitasi yang

dilakukan pembersihan jalan napas.

Bayi merintih 1 jam setelah lahir, kebiruan ada, berkurang setelah diberikan

oksigen. Sesak napas 1 jam setelah lahir. Demam tidak ada, kejang tidak ada.

Riwayat Kehamilan Ibu :

Ibu pasien berumur 35 tahun dan hamil yang kedua dengan jarak antara hamil

pertama dan hamil kedua ± 3 tahun. Ibu pasien tidak mempunyai riwayat dengan

tekanan darah tinggi selama kehamilan. Riwayat Ibu selama hamil disangkal.

Riwayat Ibu keputihan selama hamil disangkal dan HpHt lupa. Riwayat

mengkonsumsi obat-obatan selama hamil tidak ada.

10

Page 12: Case Gagal Nafas

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Imunisasi :

Pasien belum mendapatkan imunisasi.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : kurang aktif

Frekuensi jantung : 157 x /menit

Frekuensi napas : 63 x/ menit

Suhu : 37,3oC

Panjang badan : 46 cm

Berat badan : 2600 gr

Sianosis : tidak ada

Ikterik : tidak ada

Pemeriksaan Sistematik :

Kepala : Bentuk : normochepal

- Ubun-ubun besar : 1,5x1,5 cm

- Ubun-ubun kecil : 0,5x0,5 cm

- Jejas persalinan : tidak ada

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada

Telinga : tidak ada kelainan

Hidung : napas cuping hidung ada

Leher : tidak ditemukan kelainan

Toraks :

Bentuk : normochest, retraksi epigastrium

Jantung : irama teratur, bising tidak ada

Paru : bronkovesikuler

Abdomen :

11

Page 13: Case Gagal Nafas

Permukaan : datar

Kondisi : lemas

Hati : 1/4x1/4

Limpa : Stidak teraba

Tali pusat : segar

Umbilikus : tidak hiperemis

Genitalia: tidak ditemukan kelainan

Testis : desensus testis

Ekstremitas : atas :akral hangat, refilling kapiler baik

bawah: akral hangat, refilling kapiler baik

Kulit : teraba hangat

Anus : ada

Tulang-tulang : tidak ditemukan kelainan

Refleks neonatal

Moro : +↓

Rooting : +↓

Isap : +↓

Pegang : +↓

Ukuran :

Lingkaran kepala : 33.5 cm

Lingkaran dada : 31 cm

Lingkaran perut : 30 cm

Simpisis-kaki : 15.5 cm

Panjang lengan : 15 cm

Panjang kaki : 18.5 cm

Kepala-simpisis : 30.5 cm

Down Score :

Frekuensi Napas: 1 (60-80x)

Retraksi : 1 (Retraksi ringan)

Sianosis : 1 (hilang dengan 02)

12

Page 14: Case Gagal Nafas

Air entry : 0 (udara masuk)

Merintih : 1 (dapat didengar dengan stetoskop)

Diagnosis akhir

Respiratory distress et causa suspect Transient Tachypnea of the Newborn

Diagnosis Banding

Hyaline Membrane Disease

Aspirasi mekonium

Sepsis/ pneumonia

Penatalaksanaan

- Oksigen 1L/ menit

- IVFD D10% dengan total 60 cc/ kgBB/ hari 156 cc/ 24 jam 6.5 cc/jam

6 tetes/ menit (mikro)

- Anak sementara dipuasakan

- Ampicillin sulbactam 2x130mg iv

- Gentamicin 1x12mg iv

Pemeriksaan Anjuran

- Analisa Gas Darah dan Gula Darah Random

- Kultur darah

- Foto Thoraks

Follow Up

Tanggal : 24-1-2013

Subjektif :

Demam tidak ada, kejang tidak ada, kuning tidak ada

Sesak berkurang, kebiruan tidak ada

Muntah tidak ada

Mekonium sudah keluar

13

Page 15: Case Gagal Nafas

BAK ada, jumlah biasa.

Objektif :

Kurang aktif

Frekunsi Jantung : 156x/ menit

Frekuensi Napas : 50x/ menit

Suhu : 36,80 C

Kulit : teraba hangat

Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Thorak :

cor : irama teratur, bising tidak ada

pulmo : bronkovesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Pemeriksaan Penunjang

Darah (24/01/2013), pukul 00.30

- Hb : 15,6 gr/dl

- Leukosit : 15.600 /uL

- Trombosit : 290.000/uL

- Diff.count : 0/0/4/67/26/3

- pH : 7,22

- pCO2 : 43 mmHg

- pO2 : 188 mmHg

- Na+ : 142 mmol/l

- K+ : 2.7mmol/l

- Ca++ : 0.22mmol/l

- Hematokrit : 41%

- HCO3- : 17.6 mmol/l

- SO2 : 99%

- Kesan : Asidosis Metabolik

Loading NaCl 10cc/kgBB/hari 26cc

14

Page 16: Case Gagal Nafas

Hasil Foto Rontgen sementara :

Pulmo : tampak bercak infiltrat dari hilus ke perifer

Cor : dalam batas normal

Sinus dan diafragma dalam batas normal

Terapi

- Oksigen 0.5 L/ menit

- IVFD D10% dengan total 60 cc/ kgBB/ hari 156 cc/ 24 jam 6.5 cc/jam

6 tetes/ menit (mikro)

- Ampicillin sulbactam 2x130mg iv

- Gentamicin 1x12mg iv

- ASI 4 x 4 cc, kemudian 4 x 5 cc

Tanggal : 25-1-2013

Subjektif :

Demam tidak ada, kejang tidak ada, kuning tidak ada

Sesak tidak ada, kebiruan tidak ada

ASI personde, toleransi baik

Muntah tidak ada,

BAK ada, jumlah biasa.

Buang air besar biasa.

Objektif :

Kurang aktif

Frekunsi Jantung : 142x/ menit

Frekuensi Napas : 54x/ menit

Suhu : 36,70 C

Kulit : teraba hangat

Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Thorak : retraksi tidak ada

15

Page 17: Case Gagal Nafas

cor : irama teratur, bising tidak ada

pulmo : bronkovesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Kesan : perbaikan

Terapi

- IVFD D10% dengan total 60 cc/ kgBB/ hari 156 cc/ 24 jam 6.5 cc/jam

6 tetes/ menit (mikro)

- Ampicillin sulbactam 2x130mg iv

- Gentamicin 1x12mg iv

- ASI 4 x 5 cc, kemudian 4 x 7.5 cc

Tanggal : 26-1-2013

Subjektif :

Demam tidak ada, kejang tidak ada, kuning tidak ada

Sesak berkurang, kebiruan tidak ada

ASI personde, toleransi baik

Muntah tidak ada

BAK dan BAB biasa.

Objektif :

Kurang aktif

Frekunsi Jantung : 140x/ menit

Frekuensi Napas : 50x/ menit

Suhu : 370 C

Kulit : teraba hangat

Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik

Thorak : retraksi tidak ada

cor : irama teratur, bising tidak ada

pulmo : bronkovesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada

16

Page 18: Case Gagal Nafas

Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Kesan : Perbaikan

Ikterus neonatorum grade I et causa susp fisiologis

Terapi

- IVFD D10% dengan total 60 cc/ kgBB/ hari 168 cc/ 24 jam 70 cc/jam

7 tetes/ menit (mikro)

- Ampicillin sulbactam 2x130mg iv

- Gentamicin 1x12mg iv

- ASI 4 x 7.5 cc, kemudian 4 x 10 cc

Tanggal : 28-1-2013

Subjektif :

Demam tidak ada, kejang tidak ada.

Sesak berkurang, kebiruan tidak ada

Tampak kuning sampai perut

Muntah tidak ada

BAK ada, jumlah biasa.

Objektif :

Kurang aktif

Frekunsi Jantung : 146x/ menit

Frekuensi Napas : 50x/ menit

Suhu : 370 C

Kulit : ikterik sampai perut

Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik

Thorak : retraksi tidak ada

cor : irama teratur, bising tidak ada

pulmo : bronkovesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada

17

Page 19: Case Gagal Nafas

Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Kesan : ikterus neonatorum grade II

Terapi

- Ampicillin sulbactam 2x130mg iv

- Gentamicin 1x12mg iv

- ASI OD atau ASI 8 x 30 cc

Rencana :

Foto Therapy

18

Page 20: Case Gagal Nafas

BAB III

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang neonatus perempuan umur 1 hari dengan keluhan

utama merintih 1 jam setelah lahir. Didiagnosis dengan Respiratory distress et causa

suspect Transient Tachypnea of the Newborn. Diagnosis kerja ditegakkan

berdasarkan anamesis dan pemeriksaan fisik serta penunjang lainnya.

Berdasarkan anamnesis yang didapatkan dari riwayat kehamilan dan

persalinan tidak mengkonsumsi obat-obatan,alkohol,tidak merokok, makanan

kuantitas dan kualitas baik, memeriksakan kehamilan teratur kebidan, kehamilan

cukup bulan. Persalinan SC pada tanggal 23-1-2013 dilakukan atas indikasi bekas

SC dan HAP. Kelahiran tunggal, kondisi saat lahir hidup dengan nilai APGAR 6/7.

Tindakan resusitasi yang dilakukan pembersihan jalan napas. Keadaan ibu dengan

HAP , dan ketuban jernih.

Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan berat badan 2600 gr, panjang 46

cm. Dan penilaian dengan Down Score , frekuensi napas : 1 (60-80x), retraksi : 1

(retraksi ringan), sianosis : 1 (hilang dengan 02), Air entry : 0 (udara masuk),

merintih : 1 (dapat didengar dengan stetoskop).

Tatalaksana awal yang dilakukan pada pasien ini adalah pemberian Oksigen

1liter/ menit. Pada pasien ini diberikan IVFD D10% dengan 6 tetes/ menit (mikro),

dan terapi antibiotik profilaks karena rentan terhadap infeksi dari luar. Antibiotik

yang diberikan adalah Ampicilin 2x130 mg, dan Gentamycin 1x12 mg. Dan

sementaara dipuasakan. Rencana selanjutnya dilakukan terhadap pasien adalah

analisa gas darah, pemeriksaan gula darah sewaktu, kultur darah dan foto thoraks.

Prognosis penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko

kekambuhan atau disfungsi paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan

dengan mobilisasi cairan.

19

Page 21: Case Gagal Nafas

DAFTAR PUSTAKA

1. Waldo E Nelson, MD et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta:

EGC.

2. Abdul L et al. 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta : CV

Agung Seto.

3. Tricia Lacy Gomella, MD et al. 2004. Neonatology: Management,

Procedures, On-call Problems, Disease, and Drugs. 5th Edition. USA: Lange

Medical Books/McGraw-Hill

4. Jing L, Yun S, Jian-ying D, Tian Z, Jing-ya L, Li-li L, dkk. Clinical

characteristics, diagnosis and management of respiratory distress syndrome in full-

term neonates. Chin Med J. 2010;123(19):2640-44.

5. Mathai S, Raju C, Kanitkar C. Management of respiratory distress in the

newborn. MJAFI. 2007;63(269-72).

20