Upload
lamphuc
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis
Pada Bab IV ini akan diuraikan hasil analisis dan pembahasan mengenai
data-data yang diperoleh dari data penelitian. Data penelitian adalah sejumlah skor
yang diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan maupun pernyataan
mengenai variabel yang diteliti, yaitu pengetahuan keuangan, perilaku keuangan,
sikap keuangan, dan pelatihan keuangan terhadap praktik manajemen keuangan
pada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa
Barat. Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner yang
disebar kepada 131 pelaku UMKM.
4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah
disebar pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Provinsi DKI Jakarta dan
Jawa Barat. Sampel diambil dengan teknik incidental sampling, yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono,
2017: 85). Penulis menyebarkan kuesioner sejak bulan April 2018 hingga Juni
2018. Distribusi sampel disajikan dalam tabel berikut ini:
62
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian
Lokasi Usaha
Kota/Kabupaten
Usaha
Mikro
Usaha Kecil Usaha
Menengah
Total
Jakarta Barat 17 7 24
Jakarta Pusat 2 2
Jakarta Selatan 4 2 1 7
Jakarta Timur 2 1 3
Kabupaten
Bandung
2 2
Kabupaten
Bandung Barat
7 7
Kabupaten Bogor 4 2 6
Kabupaten
Ciamis
1 1
Kabupaten
Cianjur
1 1
Kabupaten
Cirebon
1 1
Kabupaten Garut 1 1
Kabupaten
Karawang
1 1
Kabupaten
Kuningan
1 1 2
Kabupaten
Purwakarta
1 1
Kabupaten
Sumedang
19 1 20
Kota Bandung 33 5 38
Kota Bekasi 3 3
Kota Bogor 1 1
Kota Cimahi 6 6
Kota Depok 3 3
Kota Sukabumi 1 1
Total 108 21 2 131
Sumber: Data primer yang diolah (2018)
4.1.2 Analisis Deskriptif
4.1.2.1 Data Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Seluruh responden dalam
penelitian ini berjumlah 131 pelaku UMKM dengan rincian sebagai berikut:
63
Tabel 4.2 Data Responden
Deskripsi Frekuensi %
Usia
Jumlah Responden 131 100
< 20 5 3.8
20 ‒ 30 92 70.2
31 ‒ 40 14 10.7
41 ‒ 50 15 11.5
51 ‒ 64 5 3.8
Jenis Kelamin
Jumlah Responden 131 100
Laki-laki 64 48.9
Perempuan 67 51.1
Tingkat
Pendidikan
Jumlah Responden 131 100
SD/SMP/SMA/Sederajat 53 40.5
Diploma 10 7.6
S2/Magister 6 4.6
S1/Sarjana 62 47.3
Jabatan
Jumlah Responden 131 100
Pemilik Usaha 118 90.1
Co-Founder 1 0.8
Vp finance 1 0.8
CFO 1 0.8
CMO 1 0.8
COO 1 0.8
Manager Pengembangan
& Keuangan 1 0.8
Marketing 1 0.8
Akuntan 1 0.8
Admin 1 0.8
Pegawai 4 3.1
Jumlah
Karyawan
Jumlah Responden 131 100
memiliki 0 - 10 karyawan 126 96.2
memiliki 11 - 30 karyawan 5 3.8
Kegiatan Usaha
Pelaku UMKM
Jumlah Responden 131 100
Bangunan 1 0.8
Industri Pengolahan 67 51.1
Jasa-jasa 19 14.5
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 1 0.8
Pengangkutan dan
Komunikasi 1 0.8
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 38 29.0
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan 4 3.1
Sumber: Data primer yang diolah (2018)
64
Berdasarkan data responden menurut usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jabatan, dan jumlah karyawan dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM
yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM yaitu sebanyak 92 orang pelaku
UMKM (70,2%) berusia 21–30 tahun, sebanyak 15 pelaku UMKM berusia 41-50
tahun, sebanyak 14 pelaku UMKM berusia 31-40 tahun, sebanyak 5 pelaku UMKM
berusia kurang dari 20 tahun, dan sebanyak 5 pelaku UMKM berusia 51-64 tahun.
Gambar 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM
yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 67 pelaku UMKM (51,1%). Sedangkan sisanya berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 64 pelaku UMKM (48,9%).
3.8%
70.2%
10.7%
11.5%3.8%
Data Responden Berdasarkan Usia
< 20 tahun
20 ‒ 30 tahun
31 ‒ 40 tahun
41 ‒ 50 tahun
51 ‒ 64 tahun
48.9%
51.1%
Data Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
65
Gambar 4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan gambar 4.3 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM
yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM memiliki tingkat pendidikan strata 1
yaitu sebanyak 62 pelaku UMKM (47,3%), sebanyak 53 pelaku UMKM (40,5%)
memiliki tingkat pendidikan SD/SMP/SMA/Sederajat, kemudian 10 pelaku
UMKM (7,6%) memiliki tingkat pendidikan diploma. Sedangkan sisanya, terdapat
6 orang pelaku UMKM (4,6%) memiliki tingkat pendidikan strata 2.
Gambar 4.4 Data Responden Berdasarkan Jabatan
Berdasarkan gambar 4.4 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM
yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM merupakan pemilik usaha sebanyak
118 pelaku UMKM (90,1%), sebanyak 4 pelaku UMKM merupakan pegawai
(3,1%). Sedangkan sisanya, sebanyak 9 pelaku UMKM masing-masing menjabat
sebagai Co-founder, Vp finance, CFO, CMO, COO, Marketing, Manajer
Pengembangan dan keuangan, Akuntan, dan Pegawai.
40.5%
7.6%4.6%
47.3%
Data Responden Berdasarkan Tingkat
PendidikanSD/SMP/SMA/Sederajat
Diploma
S2/Magister
S1/Sarjana
90.1%
0.8%
0.8%
0.8%
0.8%
0.8%
0.8%
0.8%0.8% 0.8%
3.1%
Data Responden Berdasarkan Jabatan
Pemilik UsahaCo-FounderVp financeCFOCMOCOOManajer Pengembangan & KeuanganMarketingAkuntan
66
Gambar 4.5 Data Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan
Berdasarkan gambar 4.5 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM
yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM memiliki 0-10 karyawan sebanyak 126
pelaku UMKM (96,2%). Sedangkan sisanya, sebanyak 5 pelaku UMKM memiliki
karyawan sebanyak 11-30 karyawan (3,8%).
Gambar 4.6 Data Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan
Berdasarkan gambar 4.6 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM
yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM memiliki kegiatan usaha yang bergerak
dibidang industri pengolahan terdapat sebanyak 67 UMKM (51,1%) kemudian
disusul kegiatan usaha yang bergerak dibidang perdagangan, hotel dan restoran
sebanyak 38 UMKM (29%), kemudian yang bergerak dibidang jasa-jasa terdapat
sebanyak 19 UMKM (14,5%), terdapat juga kegiatan usaha yang bergerak dibidang
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebanyak 4 UMKM (3,1%).
Sedangkan sisanya, terdapat kegiatan usaha yang bergerak dibidang bangunan
96.2%
3.8%
Data Responden Berdasarkan Jumlah
Karyawan
memiliki 0 - 10 karyawan
memiliki 11 - 30 karyawan
0.8
51.1
14.5
0.8
0.8
29
3.1
Data Responden Berdasarkan
Kegiatan Usaha Pelaku UMKM
Bangunan
Industri Pengolahan
Jasa-jasa
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pengangkutan dan Komunikasi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
67
sebanyak 1 UMKM (0,8%), keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebanyak 1
UMKM (0,8) dan dibidang pengangkutan dan komunikasi sebanyak 1 UMKM
(0,8%).
4.1.2.2 Tanggapan Responden Mengenai Pengetahuan Keuangan
Tanggapan responden mengenai variabel pengetahuan keuangan terdiri dari
4 indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak delapan item
pertanyaan. Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel pengetahuan
keuangan.
Tabel 4.3 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Pengetahuan
Keuangan
No Indikator Skor
Aktual
Skor
Ideal % Kategori
1 Pengetahuan dasar 713 1048 68,03% Sufficient
literate
2 Pengelolaan keuangan 477 524 91,03% Well
literate
3 Tabungan dan investasi 849 1048 81,01% Well
literate
4 Pengetahuan tentang
produk dan jasa saat ini 952 1572 60,56%
Sufficient
literate
Total 2991 4192 71,35% Sufficient
literate
Berdasarkan tabel 4.3 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban
responden pada variabel pengetahuan keuangan yang diukur menggunakan empat
indikator dengan delapan item pertanyaan, diketahui bahwa skor total untuk
pengetahuan keuangan (X1) adalah 2.991.
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap
delapan pertanyaan adalah 4.192, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai
yang diperoleh sebesar 2.991 atau 71,35% dari skor ideal yaitu 4.192. Dengan
demikian, pengetahuan keuangan (X1) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan
Jawa Barat berada pada kategori sufficient literate. Artinya, pengetahuan keuangan
131 pelaku UMKM yang mengisi kuesioner telah berada di tingkat sufficient
68
literate dengan persentase 71,35% yang berarti sudah cukup baik. Hal ini
menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan
tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur,
manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun,
belum mencapai tingkat well literate atau belum banyak yang memiliki
keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Berdasarkan tabel di atas, Indikator No. 4 mengenai pengetahuan produk
dan jasa keuangan saat ini, memiliki persentase ditingkat terendah di antara tiga
indikator lainnya yaitu hanya sebesar 60,56% yang berada di tingkat sufficient
literate. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidaktahuan pelaku UMKM untuk
memanfaatkan produk dan jasa keuangan saat ini yang disediakan oleh pemerintah
maupun pihak terkait. Untuk meningkatkan pengetahuan keuangan pelaku UMKM
terkait produk dan jasa keuangan saat ini, maka pemerintah (Kementerian Koperasi
dan UKM, Dinas Koperasi dan UMKM) dan pihak terkait harus sering melakukan
sosialisasi atas produk dan jasa keuangan yang telah disediakan agar pengetahuan
keuangan di antara pelaku UMKM di Indonesia menjadi meningkat dan merata,
misalnya dengan melakukan edukasi keuangan dengan pihak-pihak yang
menyediakan produk dan jasa keuangan untuk UMKM seperti Bank BRI yang
memiliki Rumah Kreatif BUMN BRI di daerah-daerah di Indonesia, OJK yang
menyediakan produk asuransi mikro si abang atau asuransi anti bangkrut untuk
UMKM, perusahaan-perusahaan berbasis digital yang menyediakan produk dan
jasa keuangan seperti software laporan keuangan untuk UMKM.
Kategori sufficient literate pada pengetahuan keuangan diukur dengan
tanggapan-tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan
indikatornya masing-masing.
69
1. Pengetahuan Dasar
Tabel 4.4 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengetahuan Dasar
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal
f % f % f % f % f %
1
Saya mengetahui cara
menghitung bunga
pinjaman yang
dibebankan oleh bank
maupun lembaga
keuangan nonbank
lainnya
31 23,7 36 27,5 46 35,1 18 13,7 131 100 313 524
2
Saya mengetahui
bahwa inflasi
membuat biaya hidup
meningkat
8 6,1 15 11,5 70 53,4 38 29,0 131 100 400 524
Jumlah skor total 713 1048
Persentase Skor 68,03%
Tabel 4.4 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator
pengetahuan dasar yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara ideal, skor yang
diharapkan untuk jawaban responden terhadap dua pertanyaan adalah 1.048. Dari
perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 713 atau 68,03% dari
skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel pengetahuan dasar pelaku
UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori sufficient
literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki
pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa
keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk
dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum banyak
yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Pada tabel di atas, diketahui tanggapan responden untuk pertanyaan No. 1
masih berada di tingkat less literate (59,73%), artinya belum banyak pelaku
UMKM yang dapat menghitung beban bunga yang dibebankan oleh bank maupun
lembaga keuangan nonbank lainnya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui
bahwa masih terdapat pelaku UMKM yang tidak mengetahui beban bunga wajar
yang seharusnya dibebankan. Risiko dari hal tersebut adalah pelaku UMKM tidak
mengetahui jumlah pinjaman sebenarnya yang ia dapatkan dari suatu lembaga
70
keuangan/nonkeuangan, apakah menguntungkan atau malah menjadi beban karena
tidak sesuai dengan pendapatan yang diterima sehingga memungkinkan terjadinya
kredit macet. Untuk mengatasi hal tersebut, sebelum melakukan pinjaman, pelaku
usaha sebaiknya memiliki pengetahuan mengenai cara menghitung bunga pinjaman
dari jenis kredit yang diajukan. Karena dengan begitu, pelaku usaha dapat
menganalisa berapa besarnya cicilan atau angsuran yang dibebankan serta jangka
waktu untuk dapat melunasi pinjaman tersebut. Selain itu, pelaku usaha sebaiknya
cermat dan cerdas dalam memilih lembaga keuangan/nonkeuangan yang akan
digunakan sebagai tempat untuk mengajukan kredit usaha. Hal tersebut sangat
berguna untuk menghindari salah memilih tempat mengajukan kredit untuk usaha
sehingga pelaku usaha harus terbebani dengan suku bunga pinjaman yang tinggi,
padahal masih terdapat tempat pengajuan kredit yang memiliki suku bunga
pinjaman yang lebih rendah. Solusi yang dapat dilakukan pemerintah dan pihak-
pihak yang bersangkutan terkait kredit usaha adalah melakukan sosialisasi
mengenai program kebijakan pemerintah khususnya mengenai KUR atau Kredit
Usaha Rakyat yang menurut ketentuan umum KUR 2018 merupakan
kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur
individu/perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan
layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum
cukup. KUR sendiri membiayai sektor produksi seperti (sektor pertanian,
perburuan, dan kehutanan, sektor perikanan, sektor industri pengolahan, sektor
jasa-jasa, sektor konstruksi) dan perdagangan. Selain itu, sosialisasi mengenai
kredit mikro yang disediakan oleh perusahaan berbasis digital atau fintech juga
dapat dilakukan agar pemberian kredit bagi pelaku UMKM makin merata sehingga
dapat meningkatkan kapasitas daya saing UMKM dan membuka peluang agar
UMKM dapat naik kelas dengan cepat.
Pada tabel di atas, diketahui tanggapan responden untuk pertanyaan No. 2
masih berada di tingkat sufficient literate (76,33%) dan belum well literate, artinya
belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa
keuangan. Mungkin 131 responden mengetahui mengenai teori bahwa inflasi
71
menyebabkan biaya hidup meningkat. Namun, belum tentu mereka mengetahui
bagaimana mempersiapkan keadaan dalam menghadapi inflasi. Risiko akibat
kurangnya pengetahuan mengenai inflasi dapat membuat pelaku UMKM salah
dalam mengambil keputusan. Dikutip dari www.bi.go.id, inflasi yang tidak stabil
akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi untuk
mengambil keputusan terkait konsumsi, investasi, dan produksi yang pada akhirnya
akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Untuk pelaku UMKM, inflasi yang
terjadi dapat meningkatkan harga bahan baku (barang normal) untuk mengolah
produk mereka yang pada akhirnya pelaku UMKM harus meningkatkan harga
produk, di mana hal tersebut dapat berakibat menurunnya permintaan masyarakat
terhadap produk tersebut karena daya beli yang juga menurun dan disebabkan oleh
pendapatan riil masyarakat yang menurun. Terdapat 5 langkah cerdas hadapi inflasi
menurut moneytalknews.com yang dilansir dari liputan6.com yaitu 1) hidup hemat
atau mengatur dan meminimalisir pengeluaran; 2) investasi dalam bentuk saham
maupun obligasi untuk meminimalisir risiko yang terjadi akibat inflasi; 3) mencari
suku bunga yang tetap dalam hal investasi maupun pengajuan pinjaman, hal
tersebut dapat mengantisipasi kenaikan iuran dan biaya lainnya yang harus
dibayarkan saat terjadi inflasi; 4) membeli rumah atau asset tetap untuk
meminimalisir risiko inflasi; 5) memiliki beberapa perencanaan keuangan dan
melakukan pengelolaan keuangan secara bijak khususnya untuk kebutuhan-
kebutuhan darurat.
72
2. Pengelolaan Keuangan
Tabel 4.5 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Keuangan
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal
f % f % f % f % F %
1
Saya mengetahui
bahwa keuangan
usaha dan pribadi
harus dipisahkan
1 0,8 4 3,1 36 27,5 90 68,7 131 100 477 524
Jumlah skor total 477 524
Persentase Skor 91,03%
Tabel 4.5 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator
pengelolaan keuangan yang menggunakan satu item pertanyaan. Secara ideal, skor
yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan adalah 524.
Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 477 atau 91,03%
dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan keuangan
pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori well
literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki
pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa
keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk
dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan
jasa keuangan. Namun, pertanyaan ini hanya mengukur apakah pelaku UMKM
mengetahui bahwa keuangan usaha dan pribadi harus dipisahkan atau tidak, dan
tidak mengukur tingkat implementasi dalam pemisahan keuangan usaha dan
pribadi. Apabila pelaku UMKM hanya mengetahui namun tidak
mengimplementasikan hal tersebut maka risiko yang akan muncul adalah pelaku
UMKM akan kesulitan menghitung keuntungan sebenarnya dari usahanya, serta
kesulitan melakukan perencanaan untuk membuat usahanya tumbuh dan
berkembang karena tidak mengetahui apakah usaha yang dijalankan selama ini
menghasilkan keuntungan atau kerugian. Hal ini akan menghambat pelaku usaha
untuk naik kelas dengan cepat, khususnya untuk usaha mikro. Untuk mengatasi
risiko ini, pemerintah dan pihak terkait dapat melakukan pelatihan keuangan bagi
pelaku UMKM mengenai cara melakukan pemisahan keuangan usaha dan pribadi
dan manfaat yang didapat dari melakukan hal tersebut.
73
3. Tabungan dan Investasi
Tabel 4.6 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Tabungan dan
Investasi
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal
f % f % f % f % f %
1
Saya mengetahui
mengenai konsep high
risk -high return,
bahwa investasi yang
memberikan
keuntungan besar
cenderung memiliki
risiko yang tinggi
4 3,1 7 5,3 66 50,4 54 41,2 131 100 432 524
2
Saya mengetahui
bahwa dengan
membuka tabungan di
beberapa bank berbeda
akan memudahkan
konsumen saya
5 3,8 15 11,5 62 47,3 49 37,4 131 100 417 524
Jumlah skor total 849 1048
Persentase Skor 81,01%
Tabel 4.6 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator
tabungan dan investasi yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara ideal, skor
yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap dua pertanyaan adalah 1.048.
Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 849 atau 81,01%
dari skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel tabungan dan investasi
pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori well
literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki
pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa
keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk
dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan
jasa keuangan. Namun, pernyataan ini hanya mengukur apakah pelaku UMKM
mengetahui mengenai konsep high risk high return dan tidak mengukur apakah
pelaku UMKM dapat mengukur kewajaran konsep high risk high return dalam
melakukan investasi. Risiko yang timbul dari pernyataan tersebut adalah pelaku
UMKM dapat dengan mudah tergiur dengan adanya investasi bodong. Direktur
74
Literasi dan Edukasi Keuangan OJK Horas VM Tarihoran mengatakan bahwa
pelaku UMKM paling rentan terjebak dengan adanya investasi bodong.
Berdasarkan data OJK, tercatat ada 2.772 jumlah pengaduan masyarakat terkait
kasus investasi bodong selama tahun 2016 (www.liputan6.com). Untuk itu,
pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat mengedukasi pelaku UMKM terkait
investasi yang wajar dan tidak wajar, minimal pelaku UMKM mengetahui lembaga
keuangan apa saja yang aman dan berada di bawah pengawasan OJK agar
masyarakat tidak mudah tertipu dengan investasi bodong.
Berdasarkan pertanyaan No. 2 mengenai pengetahuan pelaku UMKM untuk
membuka rekening tabungan di bank yang berbeda untuk memudahkan konsumen
mereka sudah berada ditingkat well literate (79,58%). Namun, pertanyaan tersebut
tidak mengukur apakah responden mengimplementasikannya dalam proses
bisnisnya atau tidak. Berdasarkan data financial inclution index (findex) oleh Bank
Dunia pada 2014, hanya 36 persen atau sekitar 90 juta penduduk dewasa Indonesia
yang memiliki rekening di Bank dari total 260 juta penduduk Indonesia. Jumlah
tersebut jauh lebih rendah dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia yang
mencapai 81 persen dari total penduduknya (katadata.co.id). Manfaat yang
didapatkan oleh pelaku usaha dengan memiliki lebih dari satu rekening tabungan di
bank berbeda adalah meningkatkan arus kas masuk dari penjualan produk. UMKM
yang sudah go online biasanya melayani pembayaran dengan sistem non tunai
sehingga dengan memiliki beberapa rekening tabungan yang berbeda, akan turut
menguntungkan konsumen karena tidak terbebani oleh transfer cost apabila penjual
memiliki rekening yang berbeda. Dilansir dari katadata.co.id, Solusi yang telah
dilakukan oleh Bank Indonesia hingga saat ini adalah menambah jumlah agen
lembaga keuangan digital yang saat ini telah mencapai 140.743 dan tersebar di 489
kabupaten atau kota. Selain itu, Bank Indonesia juga meningkatkan penyaluran
bantuan sosial secara nontunai, sehingga makin banyak masyarakat yang memiliki
rekening bank.
75
4. Pengetahuan Tentang Produk dan Jasa Keuangan Saat Ini
Tabel 4.7 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Produk dan Jasa
Keuangan Saat ini
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Saya mengetahui
bahwa terdapat
Standar Akuntansi
Keuangan untuk
Entitas Mikro Kecil
dan Menengah sebagai
dasar membuat laporan
keuangan UMKM
18 13,7 41 31,3 54 41,2 18 13,7 131 100 334 524
2
Saya mengetahui
terdapat perusahaan
berbasis teknologi
informasi (startup)
khusus untuk UMKM
yang bergerak di
bidang pembiayaan,
jasa konsultan, dan
jasa penyedia software
laporan keuangan
16 12,2 31 23,7 58 44,3 26 19,8 131 100 356 524
3
Saya mengetahui
terdapat asuransi
mikro khusus untuk
UMKM dengan biaya
murah per tahun
(contoh: Asuransi anti
bangkrut atau si Abang
oleh OJK)
37 28,2 64 48,9 23 17,6 7 5,3 131 100 262 524
Jumlah skor total 952 1572
Persentase Skor 60,56%
Tabel 4.7 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator
produk dan jasa keuangan saat ini yang menggunakan tiga item pertanyaan. Secara
ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan
adalah 1.572. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 952
atau 60,56% dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub variabel produk dan
jasa keuangan saat ini pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
berada pada kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku
UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan
serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan
76
kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well
literate atau belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan
produk dan jasa keuangan.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertanyaan No. 3 memiliki persentase
sebesar 50% yang berarti masih berada di tingkat less literate dan menjadi
pernyataan dengan skor paling rendah di antara dua pernyataan lainnya. Hal itu
menandakan bahwa dari 131 pelaku UMKM yang menjadi responden belum
banyak yang mengetahui mengenai adanya asuransi mikro yang dikhususkan untuk
pelaku UMKM. Risiko dari pelaku UMKM yang less literate terhadap adanya
asuransi mikro adalah pelaku UMKM menjadi tidak dapat menikmati dan
menggunakan produk asuransi mikro untuk usahanya, akibatnya apabila terjadi
bencana alam, kebakaran, maupun perampokan yang merugikan pelaku usaha maka
hal tersebut akan menghambat operasional bisnis pelaku umkm tersebut karena
tidak dijamin oleh asuransi. Untuk itu, agar pelaku UMKM semakin literate
mengenai adanya asuransi mikro ini, pemerintah khususnya OJK yang
menyediakan asuransi si Abang atau Asuransi anti bangkrut dapat lebih melakukan
sosialisasi mengenai manfaat asuransi mikro bagi pelaku UMKM, misalnya dengan
melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga asuransi yang menyediakan
asuransi mikro.
Berdasarkan pertanyaan No. 1 yang memiliki persentase sebesar 63,74%
berada di tingkat sufficient literate menandakan bahwa pelaku UMKM di provinsi
Jawa Barat dan DKI Jakarta cukup mengetahui mengenai adanya Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai standar untuk
membuat laporan keuangan UMKM. Hal tersebut mungkin terjadi karena latar
belakang responden yang memiliki tingkat pendidikan strata 1 yaitu sebanyak 62
pelaku UMKM (47,3%), dan sebanyak 53 pelaku UMKM (40,5%) memiliki tingkat
pendidikan SD/SMP/SMA/Sederajat sehingga mereka cukup mengetahui mengenai
adanya SAK EMKM. Namun, pernyataan ini tidak mengukur seberapa berminat
pelaku UMKM dalam membuat laporan keuangan berbasis SAK EMKM. Risiko
yang timbul dari hal tersebut adalah pelaku UMKM hanya sekedar mengetahui
77
bahwa SAK EMKM ada, namun belum tentu SAK EMKM di implementasikan
oleh mereka untuk membuat laporan keuangan. Untuk mengatasi risiko ini,
pemerintah dan pihak terkait disarankan dapat membuat pelatihan keuangan
dibawah kementrian koperasi dan UMKM bekerjasama dengan DSAK IAI sebagai
dewan pembuat kebijakan Standar Akuntansi Keuangan.
Berdasarkan pertanyaan No. 2 yang memiliki persentase sebesar 67,93%
berada di tingkat sufficient literate menandakan bahwa pelaku UMKM di provinsi
Jawa Barat dan DKI Jakarta cukup mengetahui mengenai adanya perusahaan
berbasis digital atau start up di bidang pembiayaan, jasa konsultan, dan jasa
penyedia software laporan keuangan yang dikhususkan untuk UMKM. Namun,
pernyataan ini tidak mengukur seberapa besar persentase pelaku UMKM yang telah
memanfaatkan produk dan jasa yang disediakan start up.
4.1.2.3 Tanggapan Responden Mengenai Perilaku Keuangan
Tanggapan responden mengenai variabel perilaku keuangan terdiri dari 4
indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak enam item
pertanyaan. Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel perilaku
keuangan.
Tabel 4.8 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Perilaku Keuangan
No Indikator Skor
Aktual
Skor
Ideal % Kategori
1 Pengelolaan keuangan
dasar 1105 1572 70,29%
Sufficient
literate
2 Perilaku menabung 370 524 70,61% Sufficient
literate
3 Perilaku investasi 271 524 51,72% Less
literate
4 Partisipasi keuangan
(asuransi) 196 524 37,40%
Less
literate
Total 1942 3144 61,77% Sufficient
literate
78
Berdasarkan tabel 4.8 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban
responden pada variabel perilaku keuangan yang diukur menggunakan empat
indikator dengan enam item pertanyaan, diketahui bahwa skor total untuk perilaku
keuangan (X2) adalah 1.942.
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap enam
pertanyaan adalah 3.144, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang
diperoleh sebesar 1.942 atau 61,77% dari skor ideal yaitu 3.144. Dengan demikian,
perilaku keuangan (X2) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
berada pada kategori sufficient literate. Artinya, perilaku keuangan 131 pelaku
UMKM yang mengisi kuesioner telah berada di tingkat sufficient literate dengan
persentase 61,77% yang berarti sudah cukup baik. Hal ini menandakan bahwa 131
pelaku UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa
keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak
dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat
well literate atau belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan
produk dan jasa keuangan.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa indikator perilaku investasi dan
partisipasi keuangan (asuransi) masih berada di tingkat less literate dengan
persentase masing-masing yang hanya sebesar 51,72% dan 37,40%. Risiko dari
tingkat perilaku investasi dan partisipasi keuangan (asuransi) yang masih less
literate adalah pelaku UMKM hanya mengandalkan pendapatan dari satu sumber
pendapatan saja dan tidak dapat men-generate cash dari sumber pendapatan lain
secara jangka panjang. Sedangkan risiko untuk partisipasi keuangan (asuransi) yang
masih less literate adalah tidak adanya jaminan untuk kelangsungan usaha pelaku
UMKM apabila usahanya mengalami kebangkrutan, mengalami musibah seperti
bencana alam dan kebakaran. Untuk mengatasi risiko tersebut, pemerintah dan
pihak terkait dapat melakukan edukasi keuangan terkait manfaat dan keuntungan
apabila pelaku UMKM berpartisipasi dalam investasi maupun memiliki asuransi
untuk usahanya.
79
Kategori sufficient literate pada perilaku keuangan diukur dengan
tanggapan-tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan
indikatornya masing-masing.
1. Pengelolaan Keuangan Dasar
Tabel 4.9 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Keuangan
Dasar
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Saya membuat rencana
keuangan tahunan untuk
bisnis saya dan
memonitornya secara
teratur
13 9,9 51 38,9 36 27,5 31 23,7 131 100 347 524
2
Saya menyisihkan uang
untuk pembelian atau
keadaan darurat di masa
depan
10 7,6 34 26,0 47 35,9 40 30,5 131 100 379 524
3
Saya menggaji diri saya
sendiri dari hasil bisnis
untuk pengeluaran
pribadi rumah tangga
saya
13 9,9 29 22,1 48 36,6 41 31,3 131 100 379 524
Jumlah skor total 1105 1572
Persentase Skor 70,29%
Tabel 4.9 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator
pengelolaan keuangan dasar yang menggunakan tiga item pertanyaan. Secara ideal,
skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan adalah
1.572. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 1.105 atau
70,29% dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan
keuangan dasar pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada
kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah
memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk
dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum
banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa
keuangan. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk
80
ketiga pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa
131 pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam membuat
rencana keuangan tahunan, menyisihkan uang untuk pembelian dan keadaan
darurat di masa depan, serta menggaji dirinya sendiri dari pendapatan usahanya.
2. Perilaku Menabung
Tabel 4.10 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Menabung
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Saya menggunakan lebih
dari satu rekening
tabungan di lembaga
keuangan untuk
mendukung bisnis saya
20 15,3 25 19,1 44 33,6 42 32,1 131 100 370 524
Jumlah skor total 370 524
Persentase Skor 70,61%
Tabel 4.10 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada
indikator perilaku menabung yang menggunakan satu item pernyataan. Secara
ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan
adalah 524. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 370
atau 70,61% dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel perilaku
menabung pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada
kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah
memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk
dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum
banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa
keuangan. Dari tabel di atas, diketahui bahwa sudah banyak pelaku UMKM yang
menjadi responden memiliki lebih dari satu rekening tabungan di lembaga
keuangan untuk mendukung bisnisnya. Apabila penjual (pelaku UMKM) memiliki
beberapa rekening bank yang berbeda akan meminimalisir biaya transfer dan
tentunya menguntungkan konsumen.
81
3. Perilaku Investasi
Tabel 4.11 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Investasi
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Selain menabung, saya juga
melakukan investasi (emas,
saham, obligasi, tanah,
ternak, properti)
51 38,9 39 29,8 22 16,8 19 14,5 131 100 271 524
Jumlah skor total 271 524
Persentase Skor 51,72%
Tabel 4.11 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada
indikator perilaku investasi yang menggunakan satu item pertanyaan. Secara ideal,
skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan adalah
524. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 271 atau
51,72% dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel perilaku investasi
pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori less
literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM hanya memiliki
pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan namun
tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban
terkait produk dan jasa keuangan serta tidak memiliki keterampilan dalam
menggunakan produk dan jasa keuangan. Pada tabel di atas, dapat disimpulkan
bahwa 131 responden masih berada di tingkat less literate dalam melakukan
investasi. Risiko dari pernyataan tersebut dapat ditarik kemungkinan bahwa pelaku
UMKM hanya mengandalkan pendapatan dari satu sumber pendapatan saja dan
belum literate dalam men-generate cash dari sumber pendapatan lain seperti
investasi. Selain itu, kemungkinan yang lain adalah 131 pelaku UMKM yang
menjadi responden belum memiliki rencana investasi jangka pendek maupun
jangka penjang. Untuk meminimalisir risiko ini, pemerintah dan pihak terkait dapat
melakukan edukasi mengenai manfaat dan keuntungan pelaku UMKM jika
memiliki investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
82
4. Partisipasi Keuangan (Asuransi)
Tabel 4.12 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Partisipasi Keuangan
(Asuransi)
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Saya selalu membayar premi
akun asuransi untuk bisnis
saya tepat waktu
94 71,8 17 13,0 12 9,2 8 6,1 131 100 196 524
Jumlah skor total 196 524
Persentase Skor 37,40%
Tabel 4.12 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada
indikator partisipasi keuangan (asuransi) yang menggunakan satu item pertanyaan.
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu
pertanyaan adalah 524. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang
diperolah 196 atau 37,40% dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel
partisipasi keuangan (asuransi) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa
Barat berada pada kategori less literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku
UMKM hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan
jasa keuangan namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat dan
risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan serta tidak memiliki
keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan. Pada tabel di atas,
dapat disimpulkan bahwa 131 responden masih berada di tingkat less literate dalam
membayar premi asuransi, hal ini sejalan dengan tanggapan responden pada
pernyataan nomor tiga terkait pengetahuan mengenai produk dan jasa keuangan
saat ini mengenai asuransi mikro pada variabel pengetahuan yang juga berada di
tingkat less literate yang menandakan bahwa belum banyak pelaku UMKM yang
mengetahui mengenai asuransi mikro, apalagi membayar premi asuransi secara
tepat waktu. Untuk meminimalisir risiko tersebut, disarankan pemerintah dan pihak
terkait dapat membuat edukasi bagi pelaku UMKM terkait cost benefit memiliki
akun asuransi untuk usaha.
83
4.1.2.4 Tanggapan Responden Mengenai Sikap Keuangan
Tanggapan responden mengenai variabel sikap keuangan terdiri dari 2
indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak lima item pertanyaan.
Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel sikap keuangan.
Tabel 4.13 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Sikap Keuangan
No Indikator Skor
Aktual
Skor
Ideal % Kategori
1 Sikap terhadap uang 795 1048 75,86% Sufficient
literate
2 Tanggung jawab
keuangan 1157 1572 73,60%
Sufficient
literate
Total 1952 2620 74,50% Sufficient
literate
Berdasarkan tabel 4.13 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban
responden pada variabel sikap keuangan yang diukur menggunakan dua indikator
dengan lima item pertanyaan, diketahui bahwa skor total untuk sikap keuangan (X3)
adalah 1.952.
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap lima
pertanyaan adalah 2.620, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang
diperoleh sebesar 1.952 atau 74,50% dari skor ideal yaitu 2.620. Dengan demikian,
sikap keuangan (X3) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada
pada kategori sufficient literate. Artinya, sikap keuangan dari 131 pelaku UMKM
yang mengisi kuesioner telah berada di tingkat sufficient literate dengan persentase
74,50% yang berarti sudah cukup baik. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku
UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan
serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan
kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well
literate atau belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan
produk dan jasa keuangan.
84
Kategori sufficient literate pada sikap keuangan diukur dengan tanggapan-
tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan indikatornya
masing-masing.
1. Sikap Terhadap Uang
Tabel 4.14 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Sikap Terhadap
Uang
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Sebelum saya membeli
sesuatu, saya
mempertimbangkan dengan
hati-hati apakah yang saya
beli diklasifikasikan ke
dalam aset atau kewajiban
5 3,8 20 15,3 48 36,6 58 44,3 131 100 421 524
2
Saya merasa lebih senang
menyimpan uang dalam
waktu yang lama daripada
menghabiskannya
3 2,3 45 34,4 51 38,9 32 24,4 131 100 374 524
Jumlah skor total 795 1048
Persentase Skor 75,86%
Tabel 4.14 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada
indikator sikap terhadap uang yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara
ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap dua pertanyaan
adalah 1.048. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 795
atau 75,86% dari skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel sikap
terhadap uang pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada
kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah
memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk
dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum
banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa
keuangan.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk kedua
pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa 131
85
pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam
mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum membeli sesuatu serta mereka lebih
senang menyimpan uang dalam waktu yang lama (menabung) dibanding
menghabiskannya.
2. Tanggung Jawab Keuangan
Tabel 4.15 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Tanggung Jawab
Keuangan
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1 Saya membayar utang
saya tepat waktu 2 1,5 21 16,0 45 34,4 63 48,1 131 100 431 524
2
Saya siap menanggung
risiko kehilangan uang
ketika menabung atau
berinvestasi
19 14,5 43 32,8 42 32,1 27 20,6 131 100 339 524
3
Saya menetapkan rencana
keuangan jangka panjang
maupun jangka pendek
dan berusaha
mencapainya
8 6,1 32 24,4 49 37,4 42 32,1 131 100 387 524
Jumlah skor total 1157 1572
Persentase Skor 73,60%
Tabel 4.15 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada
indikator tanggung jawab keuangan yang menggunakan tiga item pertanyaan.
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga
pertanyaan adalah 1.572. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang
diperolah 1.157 atau 73,60% dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub
variabel tanggung jawab keuangan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan
Jawa Barat berada pada kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131
pelaku UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa
keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak
dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat
well literate atau belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan
produk dan jasa keuangan. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan
responden untuk ketiga pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate
86
yang berarti bahwa 131 pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup
literate dalam membayar utang secara waktu, siap menanggung risiko kehilangan
uang ketika menabung atau berinvestasi, serta telah cukup literate dalam
menetapkan rencana keuangan jangka panjang dan jangka pendek.
4.1.2.5 Tanggapan Responden Mengenai Pelatihan Keuangan
Tanggapan responden mengenai variabel pelatihan keuangan terdiri dari 1
indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak lima item pertanyaan.
Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel pelatihan keuangan.
Tabel 4.16 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Pelatihan Keuangan
No Indikator Skor
Aktual
Skor
Ideal % Kategori
1 Menerima pelatihan
dibidang keuangan 1562 2620 59,62%
Less
literate
Total 1562 2620 59,62% Less
literate
Berdasarkan tabel 4.16 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban
responden pada variabel pelatihan keuangan yang diukur menggunakan satu
indikator dengan lima item pertanyaan, diketahui bahwa skor total untuk pelatihan
keuangan (X4) adalah 1.562.
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap lima
pertanyaan adalah 2.620, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang
diperoleh sebesar 1.562 atau 59,62% dari skor ideal yaitu 2.620. Dengan demikian,
pelatihan keuangan (X4) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
berada pada kategori less literate. Artinya, pelatihan keuangan dari 131 pelaku
UMKM yang mengisi kuesioner hanya berada di tingkat less literate dengan
persentase 59,62% yang berarti belum baik. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku
UMKM hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan
87
jasa keuangan namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat dan
risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan serta tidak memiliki
keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan. Pada tabel di atas,
dapat disimpulkan bahwa 131 responden masih berada di tingkat less literate dalam
menerima pelatihan keuangan. Risiko yang muncul akibat rendahnya pelaku
UMKM dalam menerima pelatihan keuangan adalah rendahnya pengetahuan
pelaku UMKM mengenai keuangan yang merupakan kelemahan nomor dua yang
dihadapi pelaku UMKM setelah pemasaran Verne Harnish (2014), Founder & CEO
of Gazelles, Founder of Entrepreneurs Organization. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah maupun pihak terkait dapat melakukan berbagai pelatihan keuangan
dari mulai merencanakan keuanngan, membuat laporan keuangan, membuat
proyeksi arus kas dan berbagai pelatihan keuangan lainnya.
Kategori less literate pada pelatihan keuangan diukur dengan tanggapan-
tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan indikatornya
masing-masing.
88
1. Menerima Pelatihan dibidang Keuangan
Tabel 4.17 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pernah Tidaknya
Menerima Pelatihan dibidang Keuangan
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1 Saya pernah mengikuti
pelatihan keuangan dalam
lima tahun terakhir
54 41,2 42 32,1 19 14,5 16 12,2 131 100 259 524
2
Saya merasa mendapatkan
pengetahuan baru
mengenai keuangan dan
cara mengelolanya setelah
mengikuti pelatihan
keuangan
48 36,6 27 20,6 36 27,5 20 15,3 131 100 290 524
3
Pelatihan keuangan bagus
untuk menambah
pengetahuan keuangan
pelaku usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM)
25 19,1 12 9,2 51 38,9 43 32,8 131 100 374 524
4
Setelah saya mengikuti
pelatihan keuangan, Saya
merasa termotivasi untuk
membeli/menggunakan
produk keuangan yang
berhubungan dengan
bisnis saya
41 31,3 21 16,0 45 34,4 24 18,3 131 100 314 524
5
Setelah mengikuti
pelatihan keuangan, Saya
merasa termotivasi untuk
mempraktikkan materi
tersebut untuk bisnis saya
(contoh: membuat laporan
keuangan bisnis)
40 30,5 18 13,7 43 32,8 30 22,9 131 100 325 524
Jumlah skor total 1562 2620
Persentase Skor 59,62%
Tabel 4.17 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada
indikator pernah tidaknya menerima pelatihan dibidang keuangan yang
menggunakan lima item pertanyaan. Secara ideal, skor yang diharapkan untuk
jawaban responden terhadap lima pertanyaan adalah 2.620. Dari perhitungan dalam
tabel menunjukkan nilai yang diperolah 1.562 atau 59,62% dari skor ideal yaitu
2.620. Dengan demikian, sub variabel pernah tidaknya menerima pelatihan
dibidang keuangan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada
pada kategori less literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah
89
memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk
dan jasa keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat,
dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak
memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertanyaan No. 1 memiliki persentase
sebesar 49,42% yang berarti masih berada di tingkat less literate dan menjadi
pernyataan dengan skor paling rendah di antara empat pernyataan lainnya. Hal
tersebut menandakan bahwa dari 131 responden yang mengisi kuesioner, masih
banyak pelaku UMKM yang belum menerima pelatihan keuangan selama lima
tahun terakhir. Risiko dari belum banyaknya pelaku UMKM yang mendapatkan
pelatihan keuangan dapat menyebabkan tidak merata serta rendahnya tingkat
literasi keuangan pelaku UMKM. Rendahnya tingkat literasi keuangan pelaku
UMKM kemudian dapat menghambat banyak hal seperti sulitnya akses ke lembaga
pembiayaan untuk menambah modal.
Pada pertanyaan No. 2 mengenai bertambahnya pengetahuan keuangan
mereka setelah mengikuti pelatihan keuangan masih berada pada tingkat less
literate (55,34%). Hal tersebut terjadi dikarenakan baru sedikit responden yang
mendapatkan pelatihan keuangan selama lima tahun terakhir, sehingga mereka
tidak tahu apakah setelah mengikuti pelatihan keuangan mereka akan merasa
mendapatkan pengetahuan baru dibidang pengelolaan keuangan atau tidak. Risiko
yang dapat terjadi adalah pelaku UMKM ragu untuk mengikuti pelatihan keuangan
karena merasa ragu akan manfaat yang akan didapatkan dari pelatihan keuangan
tersebut. Hal tersebut belum dibarengi dengan biaya pelatihan keuangan yang
biasanya mahal. Solusi untuk mengatasi masalah ini bagi pemerintah dan pihak
terkait adalah mengadakan sosialisasi kegiatan pelatihan keuangan secara gratis
untuk pelaku UMKM dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang
menyediakan financial training.
Pada pertanyaan No. 3 mengenai pelatihan keuangan bagus untuk
menambah pengetahuan keuangan pelaku UMKM berada di tingkat sufficient
90
literate (71,37%) namun belum well literate, artinya responden memiliki
kepercayaan bahwa pelatihan keuangan dapat meningkatkan pengetahuan mereka
dibidang pengelolaan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan-keputusan
bisnis mereka.
Pada pertanyaan No. 4 mengenai pelatihan keuangan dapat memotivasi
responden membeli/menggunakan produk keuangan yang berhubungan dengan
bisnisnya berada pada tingkat less literate (59,92%). Artinya, dengan mengikuti
pelatihan keuangan saja tidak lantas membuat pelaku UMKM akan membeli dan
menggunakan produk keuangan yang berhubungan dengan bisnisnya. Hal tersebut
dapat dimengerti karena berhubungan dengan tingkat kepentingan yang juga
disesuaikan dengan cost benefit yang mereka terima. Pada penelitian ini, sebanyak
108 responden merupakan pelaku usaha mikro sehingga untuk memutuskan
membeli/menggunakan produk keuangan akan sangat mempengaruhi pendapatan
bersih mereka, di mana pelaku usaha mikro mungkin merasa belum terlalu perlu
untuk menggunakan produk keuangan karena hasil penjualan mereka masih rendah.
Solusi untuk mengatasi masalah ini bagi pemerintah dan pihak terkait adalah
menyediakan produk keuangan yang terjangkau bagi usaha mikro seperti asuransi
mikro dan mengadakan sosialisasi mengenai manfaat yang dapat mereka terima
apabila menggunakan produk keuangan yang relevan dengan jenis usaha mereka.
Pada pertanyaan No. 5 mengenai pelatihan keuangan membuat responden
termotivasi untuk mempraktikkan materi pelatihan keuangan untuk bisnisnya
berada di tingkat sufficient literate (62,02%). Artinya, responden cukup literate
untuk mempraktikkan pelatihan keuangan yang didapatkannya ke dalam proses
bisnisnya, misalnya dalam membuat laporan keuangan.
4.1.2.6 Tanggapan Responden Mengenai Praktik Manajemen Keuangan
Tanggapan responden mengenai variabel praktik manajemen keuangan
terdiri dari 7 indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak enam
91
belas item pertanyaan. Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel
pelatihan keuangan.
Tabel 4.18 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Praktik Manajemen
Keuangan
No Indikator Skor
Aktual
Skor
Ideal % Kategori
1 Pengelolaan kas 1323 2096 63,12% Sufficient
literate
2 Pengelolaan piutang 243 524 46,37% Less
literate
3 Pengelolaan persediaan 341 524 65,08% Sufficient
literate
4 Pengelolaan investasi 866 1572 55,09% Less
literate
5 Pengelolaan
pembiayaan 995 1572 63,30%
Sufficient
literate
6 Sistem informasi
akuntansi 513 1048 48,95%
Less
literate
7 Pelaporan dan analisis
keuangan 548 1048 52,29%
Less
literate
Total 4829 8384 57,60% Less
literate
Berdasarkan tabel 4.18 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban
responden pada variabel praktik manajemen keuangan yang diukur menggunakan
tujuh indikator dengan enam belas item pertanyaan, diketahui bahwa skor total
untuk praktik manajemen keuangan (Y) adalah 4.829.
Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap enam
belas pernyataan adalah 8.384, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai
yang diperoleh sebesar 4.829 atau 57,60% dari skor ideal yaitu 8.384. Dengan
demikian, praktik manajemen keuangan (Y) pelaku UMKM di Provinsi DKI
Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori less literate. Hal ini menandakan
bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang
92
lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, namun tidak memiliki
pengetahuan mengenai fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk
dan jasa keuangan, serta tidak memiliki keterampilan dalam menggunakan produk
dan jasa keuangan.
Dari tabel di atas, dapat diketahui terdapat empat indikator yang masih
berada di tingkat less literate yakni pengelolaan piutang (46,47%), pengelolaan
investasi (55,09%), sistem informasi akuntansi (48,95%), serta analisis dan laporan
keuangan (52,29%). Keempat indikator tersebut masih jauh dari tingkat well
literate sehingga harus ditingkatkan agar dapat membuat praktik manajemen
keuangan pelaku UMKM semakin baik. Risiko yang akan muncul akibat
pengelolaan piutang yang masih less literate adalah meningkatnya piutang tak
tertagih sehingga menyebabkan perputaran cash untuk modal usaha menjadi
terhambat karena pelaku usaha tidak dapat menagih piutang terhadap pihak lain.
Selanjutnya, risiko dari pengelolaan investasi yang masih less literate adalah tidak
tepatnya pelaku usaha melakukan investasi di suatu lembaga keuangan sehingga
dapat menyebabkan kerugian, atau terjebak pada investasi bodong. Selanjutnya,
risiko yang dapat muncul akibat sistem informasi akuntansi yang masih less literate
adalah pelaku usaha tidak dapat menggunakan informasi akuntansi untuk
mengambil keputusan karena datanya tidak tersedia dan tersimpan. Risiko yang
mungkin muncul akibat pelaku UMKM yang masih less literate terhadap analisis
dan laporan keuangan adalah pelaku UMKM tidak dapat memanfaatkan informasi
dari laporan keuangan untuk mengambil keputusan, dikarenakan pelaku usaha tidak
membuat laporan keuangan untuk usahanya. Untuk meminimalisir risiko ini,
pemerintah maupun pihak terkait dapat membuat edukasi keuangan yang membuat
pelaku UMKM melakukan praktik-praktik manajemen keuangan dengan baik.
Kategori less literate pada praktik manajemen keuangan diukur dengan
tanggapan-tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan
indikatornya masing-masing.
93
1. Pengelolaan Kas
Tabel 4.19 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Kas
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Saya menggunakan buku
kas untuk mencatat
semua pendapatan dan
pengeluaran bisnis
12 9,2 27 20,6 43 32,8 49 37,4 131 100 391 524
2
Bisnis saya telah
membuat proyeksi arus
kas 30 22,9 37 28,2 39 29,8 25 19,1 131 100 321 524
3
Bisnis saya telah
memberikan tanda
terima uang kepada
pelanggan (bill, struk,
kwitansi)
16 12,2 41 31,3 31 23,7 43 32,8 131 100 363 524
4 Bisnis saya sudah
memiliki kasir penuh
waktu (full time)
62 47,3 34 26,0 22 16,8 13 9,9 131 100 248 524
Jumlah skor total 1323 2096
Persentase Skor 63,12%
Tabel 4.19 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada
indikator pengelolaan kas yang menggunakan empat item pertanyaan. Secara ideal,
skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap empat pertanyaan adalah
2.096. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 1.323 atau
63,12% dari skor ideal yaitu 2.096. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan kas
pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori
sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki
pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa
keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk
dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum banyak
yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk ketiga
pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa 131
pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam menggunakan
buku kas untuk mencatat pendapatan dan beban, membuat proyeksi arus kas,
94
memberikan tanda terima uang untuk pelanggan, namun masih less literate untuk
pernyataan memiliki kasir full time. Risiko dari hal tersebut adalah pengendalian
internal terhadap kas masih lemah sehingga kas bisa tercecer dan membuat rugi
karena tidak terdapat kasir full time.
Pada pertanyaan No. 1 mengenai apakah responden telah mencatat semua
pendapatan dan pengeluaran kas pada buku kas berada ditingkat sufficient literate
(74,61%). Artinya, responden telah cukup baik dalam mencatat setiap pendapatan
dan pengeluaran bisnisnya pada buku kas. Pada pelaku usaha mikro, biasanya
mereka telah memiliki buku kas sederhana yang digunakan untuk mencatat berapa
jumlah pendapatan dan pengeluaran sehari-hari meskipun buku kas tersebut masih
sangat sederhana. Manfaat mencatat setiap pendapatan dan pengeluaran pada buku
kas adalah dapat mengetahui apakah di hari tersebut pelaku usaha mendapatkan
keuntungan atau tidak secara kas.
Pada pertanyaan No. 2 mengenai pelaku usaha telah membuat proyeksi arus
kas untuk bisnisnya dan berada di tingkat sufficient literate (61,26%). Namun,
pernyataan tersebut tidak mengukur apakah pelaku usaha telam membuat proyeksi
arus kas dengan benar. Dilansir dari Jurnal, terdapat 5 cara untuk mengelola arus
kas dengan baik, yaitu: 1) Tulis semua pendapatan dan pengeluaran; 2) Pisahkan
antara rekening bisnis dan pribadi; 3) Menetapkan target pendapatan; 4) Melakukan
evaluasi setiap bulan; 5) Menggunakan bantuan software pengelolaan keuangan.
Pada pertanyaan No. 3 mengenai responden telah memberikan tanda terima
uang kepada pelanggan berada pada tingkat sufficient literate (69,27%). Artinya,
responden telah cukup mengetahui pentingnya memiliki dokumen untuk kemudian
dilakukan pencatatan atas penjualan yang terjadi.
95
2. Pengelolaan Piutang
Tabel 4.20 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Piutang
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Bisnis saya memiliki
kebijakan dalam
memberikan kredit kepada
pelanggan/reseller (seperti
mempersiapkan aging
schedule atau daftar
tagihan bagi konsumen
yang mengajukan
pembayaran kredit)
66 50,4 30 22,9 23 17,6 12 9,2 131 100 243 524
Jumlah skor total 243 524
Persentase Skor 46,37%
Tabel 4.20 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator
pengelolaan piutang yang menggunakan satu item pertanyaan. Secara ideal, skor
yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan adalah 524.
Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 243 atau 46,37%
dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan piutang
pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori less
literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki
pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa
keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat, dan risiko,
hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki
keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 131 responden yang mengisi
kuesioner masih berada di tingkat less literate untuk pengelolaan piutang, di mana
pelaku UMKM belum banyak yang menyiapkan kebijakan kredit seperti aging
schedule atau daftar tagihan piutang yang mereka miliki. Risiko dari pernyataan ini
adalah meningkatnya piutang tak tertagih sehingga menghambat operasional bisnis
pelaku usaha karena pengelolaan piutangnya masih less literate. Untuk
96
meminimalisir risiko tersebut, pemerintah maupun pihak terkait dapat membuat
edukasi keuangan terkait cara-cara mengelola piutang usaha untuk pelaku UMKM.
3. Pengelolaan Persediaan
Tabel 4.21 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan
Persediaan
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Dalam bisnis saya telah
terdapat catatan
rangkuman jumlah
inventaris/persediaan
yang digunakan (contoh:
jumlah stok barang yang
tersedia minggu ini)
24 18,3 35 26,7 41 31,3 31 23,7 131 100 341 524
Jumlah skor total 341 524
Persentase Skor 65,08%
Tabel 4.21 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada
indikator pengelolaan persediaan yang menggunakan satu item pertanyaan. Secara
ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan
adalah 524. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 341
atau 65,08% dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan
persediaan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada
kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah
memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk
dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum
banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa
keuangan.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk
pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa 131
pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam melakukan
pencatatan jumlah persediaan barang dagang.
97
4. Pengelolaan Investasi
Tabel 4.22 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Investasi
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Bisnis saya telah
melakukan investasi pada
aset jangka panjang
maupun jangka pendek
(emas, tanah dan
bangunan, ternak,
properti, asuransi, reksa
dana, deposito, tabungan)
61 46,6 33 25,2 22 16,8 15 11,5 131 100 253 524
2
Sebagai pelaku usaha,
saya mencari nasihat
profesional sebelum
berinvestasi (konsultan
bisnis, adviser, orang
yang berpengalaman &
profesional dalam
investasi)
45 34,4 33 25,2 30 22,9 23 17,6 131 100 293 524
3
Sebagai pelaku usaha,
saya mengevaluasi
investasi yang telah
dilakukan setelah jangka
waktu tertentu
32 24,4 30 22,9 48 36,6 21 16,0 131 100 320 524
Jumlah skor total 866 1572
Persentase Skor 55,09%
Tabel 4.22 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator
pengelolaan investasi yang menggunakan tiga item pertanyaan. Secara ideal, skor
yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan adalah 1.572.
Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 866 atau 55,09%
dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan investasi
pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori less
literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki
pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa
keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat, dan risiko,
hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki
keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
98
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 131 responden yang mengisi
kuesioner masih berada di tingkat less literate untuk pengelolaan investasi,
khususnya pada dua pernyataan mengenai telah melakukan investasi jangka
panjang dan jangka pendek, serta mencari penasehat professional sebelum mereka
berinvestasi. Risiko yang muncul akibat kedua pernyataan tersebut masih less
literate adalah pelaku UMKM tidak melakukan perencanaan investasi keuangan
untuk jangka panjang dan jangka pendek yang berarti pelaku UMKM masih belum
dapat mengandalkan pendapatan dari sumber-sumber pendapatan lain. Selain itu,
pelaku UMKM juga masih less literate dalam mencari nasihat professional sebelum
melakukan investasi, hal tersebut dapat mengakibatkan kesalahan memilih produk
investasi yang aman atau bahkan lebih buruknya terjebak kasus investasi bodong.
Untuk meminimalisir kedua pernyataan tersebut, pemerintah maupun pihak terkait
dapat membuat edukasi keuangan yang berkaitan dengan investasi yang cocok dan
bermanfaat bagi pelaku UMKM serta melakukan sosialisasi kepada pelaku UMKM
terkait harus pergi kemana untuk meminta nasihat professional jika ingin
melakukan investasi.
5. Pengelolaan Pembiayaan
Tabel 4.23 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan
Pembiayaan
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Sebelum saya
mengajukan pinjaman,
saya sudah membuat
rencana bagaimana dana
pinjaman akan digunakan
38 29,0 16 12,2 43 32,8 34 26,0 131 100 335 524
2
Pembiayaan usaha
bersumber dari modal
pribadi dan keuntungan
yang dihasilkan usaha
9 6,9 15 11,5 44 33,6 63 48,1 131 100 423 524
3 Pembiayaan usaha
bersumber dari
hutang/pinjaman
63 48,1 37 28,2 24 18,3 7 5,3 131 100 237 524
Jumlah skor total 995 1572
Persentase Skor 63,30%
99
Tabel 4.23 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada
indikator pengelolaan pembiayaan yang menggunakan tiga item pertanyaan. Secara
ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan
adalah 1.572. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 995
atau 63,30% dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan
pembiayaan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada
kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah
memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk
dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum
banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa
keuangan.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk
pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa 131
pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam merencanakan
tujuan terlebih dahulu ketika mengajukan pinjaman serta lebih mengandalkan
pinjaman dari modal pribadi dan keuntungan yang dihasilkan usaha. Namun, untuk
pembiayaan usaha yang berasal dari hutang dikategorikan masih less literate
(45,22%). Hal itu menandakan bahwa belum banyak pelaku UMKM yang
memanfaatkan pinjaman yang memang ditujukan untuk mereka. Pettit dan Singer
(1985) yang mengemukakan bahwa pembiayaan adalah masalah paling sulit dari
UKM yang berada di Amerika Serikat (Jennifer & Dennis, 2015: 69). Hal tersebut
dikarenakan pembiayaan eksternal lebih mahal daripada pembiayaan internal
(Watson et al., 1998; Datta, 2010; Jennifer & Dennis, 2015: 69).
100
6. Sistem Informasi Akuntansi
Tabel 4.24 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Sistem Informasi
Akuntansi
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Bisnis yang saya jalankan
menerapkan sistem
akuntansi formal (sistem
akuntansi yang dibuat
oleh akuntan)
68 51,9 26 19,8 22 16,8 15 11,5 131 100 246 524
2
Bisnis saya telah
menggunakan software
aplikasi atau perangkat
lunak yang ada di
komputer dalam mencatat
transaksi dan membantu
mengelola keuangan
usaha
60 45,8 26 19,8 25 19,1 20 15,3 131 100 267 524
Jumlah skor total 513 1048
Persentase Skor 48,95%
Tabel 4.24 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator sistem
informasi akuntansi yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara ideal, skor
yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap dua pertanyaan adalah 1.048.
Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 513 atau 48,95%
dari skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel sistem informasi
akuntansi pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada
kategori less literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah
memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk
dan jasa keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat,
dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak
memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 131 responden yang mengisi
kuesioner masih berada di tingkat less literate untuk kedua pertanyaan di atas.
Berdasarkan pertanyaan nomor satu (46,94%), dapat diketahui bahwa belum
banyak pelaku UMKM yang menggunakan sistem akuntansi formal yang dibuat
101
oleh seorang Akuntan. Risiko yang muncul dari pernyataan tersebut adalah tidak
tepatnya sistem akuntansi yang dipakai oleh pelaku UMKM apabila sistem
akuntansi mereka tidak dibuat oleh seorang Akuntan. Misalnya dalam masalah
depresiasi, jika bukan seorang akuntan yang membuat, bisa jadi perhitungan
depresiasi menjadi salah atau tidak memasukkan depresiasi ke dalam perhitungan
dan komponen-komponen lain yang penting.
Berdasarkan pertanyaan nomor dua, dapat diketahui bahwa tanggapan
responden dalam pemakaian software untuk laporan keuangan masih less literate
(50,95%) yang menandakan bahwa belum banyak responden yang menggunakan
software laporan keuangan untuk mencatat transaksi usaha dan membantu
mengelola keuangan mereka. Padahal sudah cukup banyak perusahaan berbasis
digital atau start up yang menyediakan software pengelola keuangan untuk sebuah
bisnis, namun responden pada penelitian ini masih less literate dalam praktik
penggunaan software tersebut. Risiko yang mungkin muncul akibat pelaku UMKM
masih less literate dalam penggunaan software adalah tidak dapat meningkat
keefektifan dan keefisien dalam melakukan usaha yang mereka kelola. Untuk
meminimalisir risiko tersebut, pemerintah dan pihak terkait khususnya start up
yang menyediakan software laporan keuangan dapat melakukan sosialisasi cara,
manfaat dan keuntungan jika pelaku UMKM menggunakan software untuk
mengelola keuangan bisnis mereka.
102
7. Analisa dan Laporan Keuangan
Tabel 4.25 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Analisa dan Laporan
Keuangan
No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah
Skor
Total
Skor
Ideal f % f % f % f % f %
1
Saya menyiapkan laporan
keuangan yang terdiri dari
laporan laba rugi, neraca
dan catatan atas laporan
keuangan/CALK untuk
bisnis saya
Pilih 1 jika tidak
membuat laporan
keuangan
Pilih 2 jika membuat satu
laporan keuangan
Pilih 3 jika membuat dua
laporan keuangan
Pilih 4 jika membuat tiga
laporan keuangan
54 41,2 43 32,8 19 14,5 15 11,5 131 100 257 524
2
Saya menggunakan
informasi keuangan
dalam laporan keuangan
bisnis untuk mengelola
keuangan bisnis
42 32,1 40 30,5 27 20,6 22 16,8 131 100 291 524
Jumlah skor total 548 1048
Persentase Skor 52,29%
Tabel 4.25 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator analisa
dan laporan keuangan yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara ideal, skor
yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan adalah 1.048.
Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 548 atau 52,29%
dari skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel analisa dan laporan
keuangan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada
kategori less literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah
memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk
dan jasa keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat,
103
dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak
memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 131 responden yang mengisi
kuesioner masih berada di tingkat less literate untuk kedua pernyataan di atas. Pada
pertanyaan nomor satu masih berada di tingkat less literate (49,04%) dan sebanyak
41,2% responden tidak membuat laporan keuangan, dan 32,8% memilih angka
nomor dua yang berarti membuat satu laporan keuangan di mana biasanya pelaku
UMKM membuat laporan arus kas masuk dan arus kas keluar. Risiko dari pelaku
UMKM yang masih less literate terhadap pembuatan laporan keuangan adalah
menyebabkan pelaku UMKM menjadi unbankable karena tidak memiliki laporan
keuangan. Selain itu, pelaku UMKM dalam membuat sebuah keputusan untuk
kelangsungan bisnisnya tidak bisa mengandalkan informasi dari laporan keuangan
karena tidak membuat laporan keuangan. Hal tersebut dapat menghambat tumbuh
dan berkembangnya sebuah usaha untuk dapat naik kelas, khususnya usaha mikro.
Untuk meminimalisir risiko ini, pemerintah dan pihak terkait lainnya harus
mengadakan pelatihan keuangan yang melibatkan akuntan untuk mengajarkan
membuat laporan keuangan yang baik sesuai dengan SAK EMKM.
Pada pernyataan nomor dua di atas, diketahui bahwa tanggapan responden
masih less literate (55,53%) dimana sebanyak 62,6% responden memilih angka 1
dan 2 untuk menanggapi pernyataan bahwa mereka menggunakan informasi
keuangan dalam laporan keuangan bisnis untuk mengelola keuangan bisnis. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa pelaku UMKM tidak menggunakan informasi
keuangan dalam laporan keuangan bisnisnya karena memang tidak membuat
laporan keuangan atau tidak dapat membaca informasi keuangan mereka. Risiko
dari pernyataan tersebut adalah tidak tepatnya keputusan yang diambil oleh pelaku
UMKM dalam mengelola keuangan usahanya. Untuk meminimalisir risiko ini,
pemerintah dan pihak terkait dapat membuat edukasi keuangan terkait cara
membaca dan melakukan analisis pada laporan keuangan usahanya.
104
4.1.3 Hasil Uji Instrumen Penelitian
4.1.3.1 Hasil Uji Validitas
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh hasil uji
validitas bahwa semua item pertanyaan adalah valid yaitu r hitung lebih besar dari
r tabel atau di atas titik kritis 0,3 (lihat lampiran). Hanya pertanyaan yang valid saja
yang digunakan untuk penelitian. Hasil uji validitas kuesioner untuk variabel-
variabel yang terdapat dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.26 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Keuangan
Variabel No.
Item
Koefisien
Validitas
Titik Kritis Kesimpulan
Pengetahuan
Keuangan
(X1)
1 0,662 0,300 Valid
2 0,604 0,300 Valid
3 0,558 0,300 Valid
4 0,626 0,300 Valid
5 0,505 0,300 Valid
6 0,694 0,300 Valid
7 0,663 0,300 Valid
8 0,557 0,300 Valid
Tabel 4.27 Hasil Uji Validitas Perilaku Keuangan
Variabel No.
Item
Koefisien
Validitas Titik Kritis Kesimpulan
Perilaku
Keuangan
(X2)
1 0,765 0,300 Valid
2 0,765 0,300 Valid
3 0,684 0,300 Valid
4 0,613 0,300 Valid
5 0,663 0,300 Valid
6 0,486 0,300 Valid
Tabel 4.28 Hasil Uji Validitas Sikap Keuangan
Variabel No.
Item
Koefisien
Validitas Titik Kritis Kesimpulan
Sikap
Keuangan
(X3)
1 0,662 0,300 Valid
2 0,733 0,300 Valid
3 0,739 0,300 Valid
4 0,672 0,300 Valid
5 0,765 0,300 Valid
105
Tabel 4.29 Hasil Uji Validitas Pelatihan Keuangan
Variabel No.
Item
Koefisien
Validitas Titik Kritis Kesimpulan
Pelatihan
Keuangan
(X4)
1 0,892 0,300 Valid
2 0,939 0,300 Valid
3 0,808 0,300 Valid
4 0,915 0,300 Valid
5 0,924 0,300 Valid
Tabel 4.30 Hasil Uji Validitas Praktik Manajemen Keuangan
Variabel No.
Item
Koefisien
Validitas Titik Kritis Kesimpulan
Praktik
Manajemen
Keuangan (Y)
1 0,675 0,300 Valid
2 0,657 0,300 Valid
3 0,535 0,300 Valid
4 0,636 0,300 Valid
5 0,531 0,300 Valid
6 0,704 0,300 Valid
7 0,623 0,300 Valid
8 0,680 0,300 Valid
9 0,654 0,300 Valid
10 0,512 0,300 Valid
11 0,456 0,300 Valid
12 0,443 0,300 Valid
13 0,661 0,300 Valid
14 0,672 0,300 Valid
15 0,683 0,300 Valid
16 0,724 0,300 Valid
4.1.3.2 Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh hasil uji
reliabilitas menunjukkan nilai cronbach’s alpha di atas 0,70 (lihat lampiran). Hal
ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel
sehingga dapat digunakan dalam melakukan analisis guna menjawab permasalahan
penelitian atau bahwa alat ukur yang digunakan untuk mengukur seluruh variabel
sudah memberikan hasil yang konsisten dan dapat diandalkan untuk penelitian
selanjutnya. Hasil uji reliabilitas kuesioner untuk variabel-variabel yang terdapat
dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut:
106
Tabel 4.31 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Koefisien
Reliabilitas Titik Kritis Kesimpulan
Pengetahuan
Keuangan (X1) 0,758 0,700 Reliabel
Perilaku
Keuangan (X2) 0,749 0,700 Reliabel
Sikap Keuangan
(X3) 0,760 0,700 Reliabel
Pelatihan
Keuangan (X4) 0,938 0,700 Reliabel
Praktik
Manajemen
Keuangan (Y)
0,891 0,700 Reliabel
4.1.4 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.1.4.1 Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji
normalitas kuesioner berdasarkan uji kolmogorov-smirnov untuk penelitian ini
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.32 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 131
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
Deviation
5.89049854
Most Extreme
Differences
Absolute .071
Positive .071
Negative -.038
Test Statistic .071
Asymp. Sig. (2-tailed) .183c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
107
Dari hasil pengujian normalitas data di atas, terlibat bahwa nilai signifikansi
yang diperoleh sebesar 0,183 nilai tersebut berada di atas 0,05 yang menunjukkan
bahwa nilai residual dalam data berdistribusi secara normal. Dengan kata lain
asumsi normalitas data sudah terpenuhi.
4.1.5 Hasil Analisis Korelasi
Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan keuangan (X1), perilaku
keuangan (X2), sikap keuangan (X3), pelatihan keuangan (X4), dan praktik
manajemen keuangan (Y). Koefisien korelasi diantara variabel tersebut dihitung
menggunakan rumus korelasi pearson product moment menggunakan program
software SPSS 24 dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.33 Korelasi Antara Variabel Penelitian
Correlations
pengetahuan
_keuangan
perilaku_
keuangan
sikap_
keuangan
pelatihan_
keuangan
praktik_
manajemen_
keuangan
pengetahuan_keuangan Pearson Correlation 1 .482** .417** .511** .565**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 131 131 131 131 131
perilaku_keuangan Pearson Correlation .482** 1 .648** .389** .667**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 131 131 131 131 131
sikap_keuangan Pearson Correlation .417** .648** 1 .331** .524**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 131 131 131 131 131
pelatihan_keuangan Pearson Correlation .511** .389** .331** 1 .541**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 131 131 131 131 131
Praktik_manajemen_
keuangan
Pearson Correlation .565** .667** .524** .541** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 131 131 131 131 131
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel 4.33 hasil analisis korelasi tersebut dapat dijelaskan bahwa:
• Hubungan antara pengetahuan keuangan (X1) dengan perilaku keuangan (X2)
sebesar 0,482 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori
sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan
keuangan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula perilaku keuangan
pelaku umkm.
108
• Hubungan antara pengetahuan keuangan (X1) dengan sikap keuangan (X3)
sebesar 0,417 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori
sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan
keuangan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula sikap keuangan
pelaku umkm.
• Hubungan antara pengetahuan keuangan (X1) dengan pelatihan keuangan (X4)
sebesar 0,511 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori
sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pelatihan keuangan
yang didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula
pengetahuan keuangan pelaku umkm.
• Hubungan antara pengetahuan keuangan (X1) dengan praktik manajemen
keuangan (Y) sebesar 0,565 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam
kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan
keuangan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula pengetahuan
keuangan pelaku umkm.
• Hubungan antara perilaku keuangan (X2) dengan sikap keuangan (X3) sebesar
0,648 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori kuat. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa semakin baik perilaku keuangan pelaku umkm,
akan diikuti oleh semakin baik pula sikap keuangan pelaku umkm.
• Hubungan antara perilaku keuangan (X2) dengan pelatihan keuangan (X4)
sebesar 0,389 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori
rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pelatihan keuangan
yang didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula perilaku
keuangan pelaku umkm.
• Hubungan antara perilaku keuangan (X2) dengan praktik manajemen keuangan
(Y) sebesar 0,667 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori
kuat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik perilaku keuangan
pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula praktik manajemen
keuangan pelaku umkm.
109
• Hubungan antara sikap keuangan (X3) dengan pelatihan keuangan (X4) sebesar
0,331 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori rendah. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pelatihan keuangan yang
didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula sikap keuangan
pelaku umkm.
• Hubungan antara sikap keuangan (X3) dengan praktik manajemen keuangan
(Y) sebesar 0,524 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori
sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik sikap keuangan yang
didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula praktik
manajemen keuangan pelaku umkm.
• Hubungan antara pelatihan keuangan (X4) dengan praktik manajemen
keuangan (Y) sebesar 0,541 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam
kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pelatihan
keuangan yang didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula
praktik manajemen keuangan pelaku umkm.
4.1.6 Koefisien Determinasi
Besarnya pengaruh pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2),
sikap keuangan (X3), pelatihan keuangan (X4), terhadap praktik manajemen
keuangan (Y) dapat ditunjukan oleh koefisien determinasi dengan rumus sebagai
berikut:
KD = R2 x 100%
= 0,7562 x 100%
= 57,2%
Artinya variabel pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2), sikap
keuangan (X3), dan pelatihan keuangan (X4) memberikan pengaruh sebesar 57,2%
terhadap praktik manajemen keuangan (Y). Sedangkan sisanya sebesar 42,8%
110
praktik manajemen keuangan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
4.1.7 Analisis Statistik dan Pengujian Hipotesis
Data yang telah ditransformasikan dari data ordinal menjadi data interval
menggunakan Method of Successice Interval selanjutnya akan dianalisis
menggunakan metode analisis jalur (path analysis). Sesuai dengan metode
penelitian yang telah dijelaskan pada bab tiga bahwa penelitian ini menggunakan
model:
�̅� = 𝜌𝑦𝑥1𝑋1 + 𝜌𝑦𝑥2𝑋2 + 𝜌𝑦𝑥3𝑋3 + 𝜌𝑦𝑥4𝑋4 + 𝜀
Model ini menunjukkan pengaruh pengetahuan keuangan (X1), perilaku
keuangan (X2), sikap keuangan (X3), dan pelatihan keuangan (X4) terhadap praktik
manajemen keuangan (Y) pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.
Pengujian model tersebut menggunakan analisis statistik dengan hasil pengujian
model dan hipotesis yang diuraikan di bawah ini.
4.1.7.1 Pengetahuan Keuangan (X1), Perilaku Keuangan (X2), Sikap Keuangan
(X3) dan Pelatihan Keuangan (X4) berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap Praktik Manajemen Keuangan (Y)
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh
pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2), sikap keuangan (X3), dan
pelatihan keuangan (X4) berpengaruh terhadap praktik manajemen keuangan (Y).
Dalam metode analisis jalur, untuk mencari hubungan kausal atau pengaruh
variabel-variabel penelitian, terlebih dahulu dihitung matriks korelasi dari variabel-
variabel pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2), sikap keuangan (X3),
dan pelatihan keuangan (X4) berpengaruh terhadap praktik manajemen keuangan
(Y).
111
Tabel 4.34 Matriks Korelasi Antar Variabel
Variabel X1 X2 X3 X4 Y
X1 1 0,482 0,417 0,511 0,565
X2 0,482 1 0,648 0,389 0,667
X3 0,417 0,648 1 0,331 0,524
X4 0,511 0,389 0,331 1 0,541
Y 0,565 0,667 0,524 0,541 1
Tabel 4.35 Matriks Korelasi Antar Variabel Independen
Variabel X1 X2 X3 X4
X1 1 0,482 0,417 0,511
X2 0,482 1 0,648 0,389
X3 0,417 0,648 1 0,331
X4 0,511 0,389 0,331 1
Berdasarkan matriks korelasi di atas dapat dihitung matriks inversnya:
Tabel 4.36 Invers Matriks Korelasi
Variabel X1 X2 X3 X4
X1 1,576 -0,400 -0,205 -0,582
X2 -0,400 1,934 -1,016 -0,211
X3 -0,205 -1,016 1,773 -0,087
X4 -0,582 -0,211 -0,087 1,408
Berdasarkan hasil perhitungan matriks korelasi dan matriks invers, maka
dapat diperoleh koefisien jalur, pengaruh secara keseluruhan dari X1, X2, X3, dan
X4 serta koefisien jalur variabel lainnya di luar X1, X2, X3, dan X4 (koefisien residu).
𝜌𝑦𝑥𝑗 = 𝑅−1𝑅𝑦𝑥1
𝜌𝑦𝑥1
=
𝜌𝑥1𝑥1 𝜌𝑥1𝑥2 𝜌𝑥1𝑥3 𝜌𝑥1𝑥4 -1 𝑟𝑦𝑥1
𝜌𝑦𝑥2 𝜌𝑥2𝑥2 𝜌𝑥2𝑥3 𝜌𝑥2𝑥4 𝑟𝑦𝑥2
𝜌𝑦𝑥3 𝜌𝑥3𝑥3 𝜌𝑥3𝑥4 𝑟𝑦𝑥3
𝜌𝑦𝑥4 𝜌𝑥4𝑥4 𝑟𝑦𝑥4
112
𝜌𝑦𝑥1
=
1 0,482 0,417 0,511 -1 0,565
𝜌𝑦𝑥2 1 0,648 0,389 0,667
𝜌𝑦𝑥3 1 0,331 0,524
𝜌𝑦𝑥4 1 0,541
Sehingga diperoleh nilai koefisien jalur:
𝜌𝑦𝑥1
=
0,202
𝜌𝑦𝑥2 0,417
𝜌𝑦𝑥3 0,088
𝜌𝑦𝑥4 0,247
Perhitungan koefisien determinasi 𝑅2𝑦(𝑥1𝑥2𝑥3𝑥4)
𝑅2𝑦(𝑥1𝑥2𝑥3𝑥4) = 𝜌𝑦𝑥1 𝜌𝑦𝑥2 𝜌𝑦𝑥3 𝜌𝑦𝑥4 x
𝑟𝑦𝑥1
𝑟𝑦𝑥2
𝑟𝑦𝑥3
𝑟𝑦𝑥4
𝑅2𝑦(𝑥1𝑥2𝑥3𝑥4) = 0,202 0,417 0,088 0,247 x
0,565
0,667
0,524
0,541
Pengaruh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model (𝜌𝑦ɛ)
Perhitungan 𝜌𝑦ɛ
𝜌𝑦ɛ = 1 - 𝑅2𝑦(𝑥1𝑥2𝑥3𝑥4)
𝜌𝑦ɛ = 1 - 0,572 = 0,428
113
Tabel 4.37 Besaran Koefisien Jalur
Variabel Koefisien Jalur Pengaruh Secara
Bersamaan
Pengaruh
Residu
Pengetahuan Keuangan 𝜌𝑦𝑥1 = 0,202
0,572 0,428 Perilaku Keuangan 𝜌𝑦𝑥2 = 0,417
Sikap Keuangan 𝜌𝑦𝑥3 = 0,088
Pelatihan Keuangan 𝜌𝑦𝑥4 = 0,247
Dengan memperhatikan tabel di atas, maka diperoleh persamaan jalur sebagai
berikut:
Y = 0,202X1 + 0,417X2 + 0,088X4 + 0,247X4 + ɛ1
Dari persamaan di atas dapat diartikan bahwa nilai koefisien jalur variabel
perilaku keuangan (X4) lebih besar dibandingkan koefisien jalur variabel
pengetahuan keuangan (X1), sikap keuangan (X3), dan pelatihan keuangan (X4)
artinya variabel perilaku keuangan menentukan (berpengaruh lebih besar) terhadap
praktik manajemen keuangan yang dilakukan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah dibandingkan variabel pengetahuan keuangan, sikap keuangan, dan
pelatihan keuangan baik secara langsung maupun tak langsung. Koefisien jalur
untuk pengaruh pengetahuan keuangan terhadap praktik manajemen keuangan
(𝜌𝑦𝑥1) bertanda positif dengan nilai sebesar 0,202. Koefisien jalur untuk pengaruh
sikap keuangan terhadap praktik manajemen keuangan (𝜌𝑦𝑥3) bertanda positif
dengan nilai sebesar 0,088. Koefisien jalur untuk pengaruh pelatihan keuangan
terhadap praktik manajemen keuangan (𝜌𝑦𝑥4) bertanda positif dengan nilai sebesar
0,247.
Dari tabel diperoleh total pengaruh variabel pengetahuan keuangan,
perilaku keuangan, sikap keuangan, pelatihan keuangan terhadap praktik
manajemen keuangan adalah sebesar 0,572 atau sekitar 57,2%, sedangkan pengaruh
faktor lainnya terhadap praktik manajemen keuangan ditunjukan dengan nilai 0,428
atau sekitar 42,8%. Dengan kata lain, variabel praktik manajemen keuangan dapat
dijelaskan sebesar 57,2% oleh variabel pengetahuan keuangan, perilaku keuangan,
114
sikap keuangan, dan pelatihan keuangan. Sisanya sebesar 42,8% variabel praktik
manajemen keuangan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
X1
X2
X3
X4
0,417
0,5110,648
0,389
0,482
0,331
Y
0,202
0,417
0,088
0,247
e
Gambar 4.7 Diagram Koefisien Jalur Pengaruh Financial Knowledge (X1),
Financial Behavior (X2), Financial Attitude (X3), dan Financial Training (X4)
terhadap Financial Management Practices (Y)
4.1.7.2 Kontribusi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Perhitungan besarnya kontribusi pengaruh langsung (direct effect) dan tidak
langsung (indirect effect) dari diagram jalur di atas dapat dilihat pada uraian berikut:
1. Pengaruh secara langsung pengetahuan keuangan (X1) terhadap praktik
manajemen keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥1)2 x 100
= (0,202)2 x 100
= 4,080%
2. Pengaruh secara langsung perilaku keuangan (X2) terhadap praktik manajemen
keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥2)2 x 100
= (0,417)2 x 100
= 17,389%
115
3. Pengaruh secara langsung sikap keuangan (X3) terhadap praktik manajemen
keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥3)2 x 100
= (0,088)2 x 100
= 0,774%
4. Pengaruh secara langsung pelatihan keuangan (X4) terhadap praktik
manajemen keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥4)2 x 100
= (0,247)2 x 100
= 6,101%
5. Pengaruh secara tidak langsung pengetahuan keuangan (X1) melalui perilaku
keuangan (X2) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥1) x (𝑟𝑥1𝑥2)
x (𝜌𝑦𝑥2)
= (0,202) x (0,482) x (0,417)
= 0,041%
6. Pengaruh secara tidak langsung pengetahuan keuangan (X1) melalui sikap
keuangan (X3) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥1) x (𝑟𝑥1𝑥3)
x (𝜌𝑦𝑥3)
= (0,202) x (0,417) x (0,088)
= 0,007%
7. Pengaruh secara tidak langsung pengetahuan keuangan (X1) melalui pelatihan
keuangan (X4) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥1) x (𝑟𝑥1𝑥4)
x (𝜌𝑦𝑥4)
= (0,202) x (0,511) x (0,247)
= 0,025%
8. Pengaruh secara tidak langsung perilaku keuangan (X2) melalui sikap
keuangan (X3) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥2) x (𝑟𝑥2𝑥3)
x (𝜌𝑦𝑥3)
= (0,417) x (0,648) x (0,088)
= 0,024%
116
9. Pengaruh secara tidak langsung perilaku keuangan (X2) melalui pelatihan
keuangan (X4) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥2) x (𝑟𝑥2𝑥4)
x (𝜌𝑦𝑥4)
= (0,417) x (0,389) x (0,247)
= 0,040%
10. Pengaruh secara tidak langsung sikap keuangan (X3) melalui pelatihan
keuangan (X4) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)
= (𝜌𝑦𝑥3) x (𝑟𝑥3𝑥4)
x (𝜌𝑦𝑥4)
= (0,088) x (0,311) x (0,247)
= 0,006%
Tabel 4.38 Rekapitulasi Besarnya Kontribusi Pengaruh
𝝆𝒚𝒙𝒊 Direct
Effects
Indirect Effects Total
Effects
X1 X2 X3 X4
(X1) Pengetahuan
Keuangan 0,202 4,080% - 0,041% 0,007% 0,025% 4,153%
(X2) Perilaku
Keuangan 0,417 17,389% - - 0,024% 0,040% 17,453%
(X3) Sikap
Keuangan 0,088 0,774% - - - 0,006% 0,78%
(X4) Pelatihan
Keuangan 0,247 6,101% - - - - 6,101%
Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS V 24.0
117
Tabel 4.39 Rekapitulasi Besarnya Kontribusi Pengaruh Total
𝝆𝒚𝒙𝒊 Direct
Effects
Indirect Effects Total
Effects X1 X2 X3 X4
(X1)
Pengetahuan
Keuangan
0,202 4,080% - 0,041% 0,007% 0,025% 4,153%
(X2) Perilaku
Keuangan 0,417 17,389% 0,041% - 0,024% 0,040% 17,494%
(X3) Sikap
Keuangan 0,088 0,774% 0,007% 0,024% - 0,006% 0,811%
(X4) Pelatihan
Keuangan 0,247 6,101% 0,025% 0,040% 0,006% - 6,172%
Total 28,63%
Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS V 24.0
Tabel 4.38 menunjukkan jumlah pengaruh secara keseluruhan jika
diasumsikan bahwa semua variabel eksogen memiliki pengaruh terhadap praktik
manajemen keuangan secara langsung dan tidak langsung melalui setiap variabel
eksogen lainnya, di mana perhitungan ini digunakan untuk mengetahui nilai
epsilon. Sementara tabel 4.39 menunjukkan pengaruh total variabel eksogen dengan
praktik manajemen keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung yang
disesuaikan dengan model diagram jalur yang digunakan pada penelitian ini.
Interpretasi untuk tabel 4.38 adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan keuangan (X1) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 4,153%
terhadap praktik manajemen keuangan (Y) pada pelaku UMKM di provinsi
DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan rinciannya 4,080% merupakan besar
pengaruh langsung dan 0,073% merupakan kontribusi pengaruh tidak langsung
melalui perilaku keuangan (X2), sikap keuangan (X3) dan pelatihan keuangan
(X4).
b. Perilaku keuangan (X2) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 17,453%
terhadap praktik manajemen keuangan (Y) pada pelaku UMKM di provinsi
DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan rinciannya 17,389% merupakan besar
118
pengaruh langsung dan 0,064% merupakan kontribusi pengaruh tidak langsung
melalui sikap keuangan (X3) dan pelatihan keuangan (X4).
c. Sikap keuangan (X3) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 0,78% terhadap
praktik manajemen keuangan (Y) pada pelaku UMKM di provinsi DKI Jakarta
dan Jawa Barat dengan rinciannya 0,78% merupakan besar pengaruh langsung
dan 0,006% merupakan kontribusi pengaruh tidak langsung melalui pelatihan
keuangan (X4).
d. Pelatihan keuangan (X4) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 6,101%
terhadap praktik manajemen keuangan (Y) pada pelaku UMKM di provinsi
DKI Jakarta dan Jawa Barat.
4.1.7.3 Pengaruh Variabel Lainnya
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, secara simultan pengetahuan
keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan keuangan memberikan
kontribusi pengaruh sebesar 57,2% terhadap praktik manajemen keuangan,
sedangkan terdapat 42,8% (1-R2) sisa yang merupakan besar kontribusi pengaruh
dari faktor lainnya yang tidak diteliti, di mana faktor-faktor tersebut dapat
bermacam-macam. Namun, pada penelitian terdahulu terdapat beberapa peneleitian
atas faktor lain yang berpengaruh terhadap praktik manajemen keuangan yang
mungkin termasuk ke dalam faktor lain yang memberikan kontribusi pengaruh
42,8% dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut misalnya antara lain seperti
financial access (Sabana, 2014) dan financial awareness (Eniola & Entebang,
2017). Financial access dikatakan memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen
keuangan dikarenakan pelaku usaha dapat melakukan praktik manajemen keuangan
dengan baik terkait pengelolaan investasi dan pembiayaan jika mereka memiliki
kemudahan dalam melakukan akses keuangan. Sedangkan untuk financial
awareness dikatakan memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen keuangan
dikarenakan pelaku usaha yang memiliki financial awareness akan berusaha
melakukan praktik manajemen keuangan dengan baik terkait pengelolaan kas,
pengelolaan piutang, analisis dan laporan keuangan.
119
4.1.7.4 Pengujian Hipotesis Secara Keseluruhan (Simultan)
Hipotesis utama penelitian ini adalah pngetahuan keuangan (X1), perilaku
keuangan (X2), sikap keuangan (X3), dan pelatihan keuangan (X4) berpengaruh
terhadap praktik manajemen keuangan (Y). Hipotesis penelitian tersebut
dinyatakan dalam hipotesis statistik berikut ini:
H01: 𝜌𝑦𝑥1 = 𝜌𝑦𝑥2 = 𝜌𝑦𝑥3 = 𝜌𝑦𝑥4 = 0
Pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan
keuangan tidak berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap praktik
manajemen keuangan.
H01: 𝜌𝑦𝑥1 ≠ 𝜌𝑦𝑥2 ≠ 𝜌𝑦𝑥3 ≠ 𝜌𝑦𝑥4 ≠ 0
Pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan
keuangan berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap praktik
manajemen keuangan.
Uji statistik yang akan digunakan adalah:
𝐹 =(𝑛 − 𝑘 − 1) 𝑅𝑦𝑥𝑘
2
𝑘 (1 − 𝑅𝑦𝑥𝑘2 )
Adapun kriteria yang digunakan, di antaranya sebagai berikut:
- H0 diterima apabila : Fhitung ≤ Ftabel
- H0 ditolak apabila : Fhitung ≥ Ftabel
Dimana F tabel diperoleh dari tabel distribusi F dengan α = 5% dan derajat bebas
db1 = K1 dan db2 = n-k-1
Tabel 4.40 Pengujian Secara Simultan
Hipotesis
Alternatif
F
hitung
db F
tabel
Keputusan Kesimpulan
X1, X2, X3, dan X4
secara simultan
berpengaruh
terhadap Y
42,100
db1 = 4
2,44 H0 ditolak Signifikan
db2 = 126
120
Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa nilai F hitung lebih besar
dari F tabel (42,100 > 2,44) sehingga H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2), sikap keuangan (X3), dan
pelatihan keuangan (X4) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap praktik manajemen keuangan (Y).
4.1.7.5 Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Dikarenakan hasil pengujian secara keseluruhan memberikan hasil yang
signifikan, maka untuk mengetahui variabel bebas (X) mana yang secara parsial
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y) dapat dilanjutkan dengan pengujian
secara parsial.
Untuk menguji koefisien jalur secara parsial, terlebih dahulu ditentukan
rumusan hipotesisnya sebagai berikut:
a) Hipotesis Statistik 2: Pengetahuan keuangan terhadap praktik
manajemen keuangan
H02: 𝜌𝑦𝑥1 ≤ 0 Pengetahuan keuangan tidak berpengaruh positif
signifikan terhadap praktik manajemen keuangan
Ha2: 𝜌𝑦𝑥1 > 0 Pengetahuan keuangan berpengaruh positif
signifikan terhadap praktik manajemen keuangan
b) Hipotesis Statistik 3: Perilaku keuangan terhadap praktik manajemen
keuangan
H03: 𝜌𝑦𝑥2 ≤ 0 Perilaku keuangan tidak berpengaruh positif
signifikan terhadap praktik manajemen keuangan
Ha3: 𝜌𝑦𝑥2 > 0 Perilaku keuangan berpengaruh positif signifikan
terhadap praktik manajemen keuangan
121
c) Hipotesis Statistik 4: Sikap keuangan terhadap praktik manajemen
keuangan
H04: 𝜌𝑦𝑥3 ≤ 0 Sikap keuangan tidak berpengaruh positif signifikan
terhadap praktik manajemen keuangan
Ha4: 𝜌𝑦𝑥3 > 0 Sikap keuangan berpengaruh positif signifikan
terhadap praktik manajemen keuangan
d) Hipotesis Statistik 5: Pelatihan keuangan terhadap praktik manajemen
keuangan
H05: 𝜌𝑦𝑥4 ≤ 0 Pelatihan keuangan tidak berpengaruh positif
signifikan terhadap praktik manajemen keuangan
Ha5: 𝜌𝑦𝑥4 > 0 Pelatihan keuangan berpengaruh positif signifikan
terhadap praktik manajemen keuangan
Uji statistik yang digunakan untuk menguji variabel X terhadap Y secara parsial
menggunakan rumus:
𝑡𝑘 =𝜌𝑘
𝑠𝑒𝑝𝑘 ; (𝑑𝑘 = 𝑛 − 𝑘 − 1)
Dengan kriteria:
- H0 diterima apabila thitung < ttabel atau – ttabel atau sig ≥ α
- H0 ditolak apabila thitung > ttabel atau – thitung < - ttabel atau sig ≤ α
Hasil perhitungan dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.41 Pengujian Secara Parsial
Hipotesis t hitung Db t tabel Keputusan Kesimpulan
𝜌𝑦𝑥1 2,757 126 ±1,978 H0 ditolak Signifikan
𝜌𝑦𝑥2 5,148 126 ±1,978 H0 ditolak Signifikan
𝜌𝑦𝑥3 1,127 126 ±1,978 H0 diterima Tidak Signifikan
𝜌𝑦𝑥4 3,567 126 ±1,978 H0 ditolak Signifikan
122
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa:
1. Variabel Pengetahuan Keuangan (X1) memiliki t hitung lebih besar dari nilai t
tabel (2,757 > 1,978) sehingga H0 ditolak. Artinya, variabel Pengetahuan
Keuangan secara parsial memberikan pengaruh positif yang signifikan
terhadap variabel Praktik Manajemen Keuangan pada pelaku UMKM.
2. Variabel Perilaku Keuangan (X2) memiliki t hitung lebih besar dari nilai t tabel
(5,148 > 1,978) sehingga H0 ditolak. Artinya, variabel Perilaku Keuangan
secara parsial memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel
Praktik Manajemen Keuangan pada pelaku UMKM.
3. Variabel Sikap Keuangan (X3) memiliki t hitung lebih kecil dari nilai t tabel
(1,127 < 1,978) sehingga H0 diterima. Artinya, variabel Sikap Keuangan secara
parsial tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel Praktik
Manajemen Keuangan pada pelaku UMKM.
4. Variabel Pelatihan Keuangan (X2) memiliki t hitung lebih besar dari nilai t tabel
(3,567 > 1,978) sehingga H0 ditolak. Artinya, variabel Pelatihan Keuangan
secara parsial memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel
Praktik Manajemen Keuangan pada pelaku UMKM.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Tingkat literasi keuangan pelaku UMKM di Indonesia masih tergolong
rendah, yakni hanya sebesar 15,68% dibandingkan rata-rata nasional sebesar
21,84% pada tahun 2013. Pengelolaan keuangan UMKM juga dinilai masih buruk
karena tidak memisahkan antara keuangan pribadi dan bisnis, serta tidak membuat
laporan keuangan. Padahal, literasi keuangan memiliki peranan penting dalam
mengelola keuangan usaha, semakin well literate pelaku usaha, maka semakin baik
pula praktik manajemen keuangan yang diterapkan pada usahanya.
123
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan kerangka pemikiran yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga yang menjadi rumusan masalah serta
tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan
keuangan terhadap praktik manajemen keuangan, baik pengujian secara simultan
maupun parsial. Uraian dalam pembahasan hasil penelitian dibuat dengan mengacu
pada analisis data dan pengujian hipotesis statistik yang telah dilakukan, serta
didukung oleh penelitian sebelumnya dan teori-teori yang menjelaskan rasionalitas
megenai penelitian ini.
4.2.1 Pengaruh Pengetahuan Keuangan, Perilaku Keuangan, Sikap
Keuangan dan Pelatihan Keuangan terhadap Praktik Manajemen
Keuangan
Besarnya kontribusi pengaruh keempat variabel tersebut dapat dilihat dari
koefisien determinasi (R-Square) yaitu sebesar 57,2% yang berarti bahwa dengan
menggunakan variabel pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan,
dan pelatihan keuangan, variasi pelaku UMKM dalam mengelola keuangannya
dalam penelitian ini sebesar 57,2%. Sedangkan sisanya, (100%-57,2% = 42,8%)
dijelaskan oleh faktor lainnya, seperti financial access (Sabana, 2014), financial
awareness (Eniola & Entebang, 2017).
Dari empat variabel independen dalam penelitian ini, berdasarkan hasil
pengujian menunjukkan bahwa variabel perilaku keuangan (X2) memiliki pengaruh
paling besar terhadap praktik manajemen keuangan dibanding dengan variabel
independen lainnya dengan nilai koefisien sebesar 41,7% selanjutnya variabel
pelatihan keuangan (X4) dengan koefisien sebesar 24,7%, kemudian variabel
pengetahuan keuangan (X1) dengan koefisien sebesar 20,2% dan variabel sikap
keuangan (X3) yang memiliki pengaruh paling kecil yaitu dengan koefisien sebesar
8,8%.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya,
pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan
124
keuangan memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap praktik
manajemen keuangan pada pelaku UMKM.. Hal ini ditunjukkan oleh F hitung yang
lebih besar dari F tabel (42,100 > 2,44) sehingga H0 ditolak. Oleh karena itu, untuk
dapat mengelola keuangan usahanya dengan baik, pelaku UMKM harus memiliki
tingkat literasi keuangan well literate dengan cara meningkatkan pengetahuan
keuangan agar dapat memiliki perilaku dan sikap keuangan yang senantiasa siap
menghadapi perubahan serta tantangan dalam dunia bisnis, salah satunya dengan
cara mengikuti pelatihan keuangan.
Artinya, semakin tinggi tingkat literasi keuangan pelaku UMKM maka
makin baik mereka mengelola keuangan usahanya. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lusardi dan Bassa Scheresberg
(2013); Lusardi, Mitchell dan Curto (2010); Lusardi dan Tufano (3009) yang
menyatakan bahwa individu dan manajer UKM dengan tingkat literasi keuangan
yang rendah cenderung membuat keputusan yang salah saat berpartisipasi dalam
sistem keuangan formal dan membuat pinjaman dengan bunga yang relatif tinggi
(Eniola & Entebang, 2017). Bahkan, menurut Fadahunsi (1997) tingkat kegagalan
UKM di Afrika mencapai 85% dari 100% yang disebabkan karena rendahnya
kemampuan mengambil keputusan dan rendahnya tingkat literasi keuangan (Eniola
& Entebang, 2017).
4.2.2 Pengaruh Pengetahuan Keuangan terhadap Praktik Manajemen
Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian koefisien jalur, nilai koefisien jalur
pengetahuan keuangan terhadap praktik manajemen keuangan adalah sebesar
0,202. Nilai tersebut positif sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan
searah antara pengetahuan keuangan dengan praktik manajemen keuangan, artinya
semakin tinggi tingkat pengetahuan keuangan maka semakin baik praktik
manajemen keuangannya. Secara total, pengaruh pengetahuan keuangan terhadap
praktik manajemen keuangan adalah sebesar 4,153%. Berdasarkan hasil analisis
data secara parsial yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh nilai t hitung lebih
besar dari nilai t tabel (2,757 > 1,978). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
125
pengetahuan keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen
keuangan. Dengan kata lain, semakin baik pengetahuan keuangan yang dimiliki
oleh pelaku UMKM maka akan meningkatkan praktik manajemen keuangannya
dalam mengelola keuangan usaha.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Eniola & Entebang (2017) yang
menyatakan bahwa pengetahuan keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Begitu pula dengan penelitian lain yang dilakukan Hilgert, Hogarth, &
Beverly (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan keuangan dan pendapatan
terkait dengan praktik-praktik keuangan seperti manajemen arus kas, manajemen
kredit, tabungan, dan investasi. Selain itu, belum terdapat penelitian yang meneliti
secara langsung pengaruh antara financial knowledge dengan financial
management practices.
Kontribusi variabel pengetahuan keuangan terhadap praktik manajemen
keuangan berada pada peringkat tiga setelah perilaku keuangan dan pelatihan
keuangan, ini menunjukkan bahwa pengetahuan keuangan bukan merupakan faktor
utama yang mempengaruhi praktik manajemen keuangan. Hal ini dimungkinkan
karena sebaik apapun pengetahuan keuangan pelaku UMKM namun jika tidak
diimplementasikan dalam mengelola keuangan usaha, maka praktik manajemen
keuangan pelaku UMKM tidak akan semakin baik dalam praktiknya. Oleh karena
itu, pelaku UMKM dituntut untuk mengelola keuangannya berdasarkan
pengetahuan keuangan yang benar dalam praktiknya. Hal ini menandakan bahwa
pengetahuan keuangan dapat mempengaruhi praktik manajemen keuangan secara
positif, di mana semakin baik pengetahuan keuangan maka praktik manajemen
keuangan akan semakin baik.
4.2.3 Pengaruh Perilaku Keuangan terhadap Praktik Manajemen Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian koefisien jalur, nilai koefisien jalur perilaku
keuangan terhadap praktik manajemen keuangan adalah sebesar 0,417. Nilai
tersebut positif sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan searah antara
pengetahuan keuangan dengan praktik manajemen keuangan, artinya semakin
126
tinggi tingkat perilaku keuangan maka semakin baik praktik manajemen
keuangannya. Secara total, pengaruh perilaku keuangan terhadap praktik
manajemen keuangan adalah sebesar 17,453%. Berdasarkan hasil analisis data
secara parsial yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh nilai t hitung lebih besar
dari nilai t tabel (5,148 > 1,978). Hal ini menunjukkan bahwa variabel perilaku
keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen keuangan.
Dengan kata lain, semakin baik perilaku keuangan yang dimiliki oleh pelaku
UMKM maka akan meningkatkan praktik manajemen keuangannya dalam
mengelola keuangan usaha. Belum terdapat penelitian yang meneliti secara
langsung pengaruh antara financial behavior dengan financial management
practices.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari empat indikator yang
digunakan dalam variabel perilaku keuangan, indikator faktor partisipasi keuangan
(asuransi) memiliki skor paling rendah daripada indikator lainnya yaitu sebesar
37,40%. Artinya, masih banyak pelaku UMKM yang belum berpartisipasi dalam
asuransi yang dapat mendukung bisnis mereka dalam hal jaminan apabila usaha
yang dikelola mengalami musibah yang tidak disengaja seperti bencana alam,
kebakaran, dan perampokan yang dapat membuat sebuah usaha mengalami
kebangkrutan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, pemerintah maupun
pihak-pihak yang terkait dapat lebih mensosialisasikan asuransi yang ditujukan
untuk bisnis mikro seperti asuransi anti bangkrut dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Hal ini menandakan bahwa perilaku keuangan dapat mempengaruhi praktik
manajemen keuangan secara positif, di mana semakin baik perilaku keuangan maka
praktik manajemen keuangan akan semakin baik pula.
4.2.4 Pengaruh Sikap Keuangan terhadap Praktik Manajemen Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian koefisien jalur, nilai koefisien jalur sikap
keuangan terhadap praktik manajemen keuangan adalah sebesar 0,088. Nilai
tersebut positif sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan searah antara
sikap keuangan dengan praktik manajemen keuangan, artinya semakin tinggi
tingkat pengetahuan keuangan maka semakin baik praktik manajemen
127
keuangannya. Secara total, pengaruh sikap keuangan terhadap praktik manajemen
keuangan adalah sebesar 0,78%. Berdasarkan hasil analisis data secara parsial yang
telah diuraikan sebelumnya, diperoleh nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel
(1,127 < 1,978). Hal ini menunjukkan bahwa variabel sikap keuangan tidak
berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen keuangan. Dengan kata
lain, semakin baik sikap keuangan yang dimiliki oleh pelaku UMKM belum tentu
akan meningkatkan praktik manajemen keuangannya dalam mengelola keuangan
usaha.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eniola &
Entebang (2017) bahwa sikap keuangan tidak berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Wangeci Mwathi (2017) bahwa sikap keuangan tidak berpengaruh
terhadap keputusan keuangan yang dilakukan individu. Sebaliknya, hasil penelitian
ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Herdjiono & Damanik (2016) yang
menyatakan bahwa financial attitudes berpengaruh signifikan terhadap financial
management behavior. Namun, belum terdapat penelitian yang secara langsung
meneliti pengaruh financial attitudes terhadap financial management practices.
4.2.5 Pengaruh Pelatihan Keuangan terhadap Praktik Manajemen
Keuangan
Berdasarkan hasil penelitian koefisien jalur, nilai koefisien jalur pelatihan
keuangan terhadap praktik manajemen keuangan adalah sebesar 0,247. Nilai
tersebut positif sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan searah antara
pelatihan keuangan dengan praktik manajemen keuangan, artinya semakin tinggi
tingkat pelatihan keuangan maka semakin baik praktik manajemen keuangannya.
Secara total, pengaruh pelatihan keuangan terhadap praktik manajemen keuangan
adalah sebesar 6,101%. Berdasarkan hasil analisis data secara parsial yang telah
diuraikan sebelumnya, diperoleh nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (3,567 >
1,978). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pelatihan keuangan berpengaruh
positif signifikan terhadap praktik manajemen keuangan. Dengan kata lain, jika
128
pelaku UMKM pernah mendapatkan pelatihan keuangan, maka akan meningkatkan
praktik manajemen keuangannya dalam mengelola keuangan usaha.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mensah &
Benedict (2010: 159) dan King dan McGrath (2002) dalam Chepngetich (2016: 27)
menyatakan bahwa pelatihan keuangan merupakan salah satu faktor yang
berdampak positif terhadap pertumbuhan UKM karena pengusaha dengan tingkat
literasi keuangan yang baik akan dapat menempatkan diri untuk menyesuaikan
perusahaan mereka dengan lingkungan bisnis yang terus berubah. Namun, belum
terdapat penelitian yang secara langsung meneliti pengaruh financial training
terhadap financial management practices. Oleh karena itu, dengan adanya
penelitian ini, diharapkan pemerintah dan berbagai pihak yang terkait dapat lebih
gencar dalam melakukan pelatihan keuangan bagi pelaku usaha khususnya pelaku
usaha mikro, kecil, dan menengah agar mereka dapat naik kelas dengan cepat sebab
pengelolaan keuangannya yang semakin baik. Hal ini menandakan bahwa pelatihan
keuangan dapat mempengaruhi praktik manajemen keuangan secara positif, di
mana semakin sering seseorang mendapatkan pelatihan keuangan maka praktik
manajemen keuangan juga akan semakin baik.