68
61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Pada Bab IV ini akan diuraikan hasil analisis dan pembahasan mengenai data-data yang diperoleh dari data penelitian. Data penelitian adalah sejumlah skor yang diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan maupun pernyataan mengenai variabel yang diteliti, yaitu pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan keuangan terhadap praktik manajemen keuangan pada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner yang disebar kepada 131 pelaku UMKM. 4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah disebar pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sampel diambil dengan teknik incidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2017: 85). Penulis menyebarkan kuesioner sejak bulan April 2018 hingga Juni 2018. Distribusi sampel disajikan dalam tabel berikut ini:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

  • Upload
    lamphuc

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis

Pada Bab IV ini akan diuraikan hasil analisis dan pembahasan mengenai

data-data yang diperoleh dari data penelitian. Data penelitian adalah sejumlah skor

yang diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan maupun pernyataan

mengenai variabel yang diteliti, yaitu pengetahuan keuangan, perilaku keuangan,

sikap keuangan, dan pelatihan keuangan terhadap praktik manajemen keuangan

pada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa

Barat. Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner yang

disebar kepada 131 pelaku UMKM.

4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah

disebar pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Provinsi DKI Jakarta dan

Jawa Barat. Sampel diambil dengan teknik incidental sampling, yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono,

2017: 85). Penulis menyebarkan kuesioner sejak bulan April 2018 hingga Juni

2018. Distribusi sampel disajikan dalam tabel berikut ini:

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

62

Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian

Lokasi Usaha

Kota/Kabupaten

Usaha

Mikro

Usaha Kecil Usaha

Menengah

Total

Jakarta Barat 17 7 24

Jakarta Pusat 2 2

Jakarta Selatan 4 2 1 7

Jakarta Timur 2 1 3

Kabupaten

Bandung

2 2

Kabupaten

Bandung Barat

7 7

Kabupaten Bogor 4 2 6

Kabupaten

Ciamis

1 1

Kabupaten

Cianjur

1 1

Kabupaten

Cirebon

1 1

Kabupaten Garut 1 1

Kabupaten

Karawang

1 1

Kabupaten

Kuningan

1 1 2

Kabupaten

Purwakarta

1 1

Kabupaten

Sumedang

19 1 20

Kota Bandung 33 5 38

Kota Bekasi 3 3

Kota Bogor 1 1

Kota Cimahi 6 6

Kota Depok 3 3

Kota Sukabumi 1 1

Total 108 21 2 131

Sumber: Data primer yang diolah (2018)

4.1.2 Analisis Deskriptif

4.1.2.1 Data Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan

menengah di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Seluruh responden dalam

penelitian ini berjumlah 131 pelaku UMKM dengan rincian sebagai berikut:

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

63

Tabel 4.2 Data Responden

Deskripsi Frekuensi %

Usia

Jumlah Responden 131 100

< 20 5 3.8

20 ‒ 30 92 70.2

31 ‒ 40 14 10.7

41 ‒ 50 15 11.5

51 ‒ 64 5 3.8

Jenis Kelamin

Jumlah Responden 131 100

Laki-laki 64 48.9

Perempuan 67 51.1

Tingkat

Pendidikan

Jumlah Responden 131 100

SD/SMP/SMA/Sederajat 53 40.5

Diploma 10 7.6

S2/Magister 6 4.6

S1/Sarjana 62 47.3

Jabatan

Jumlah Responden 131 100

Pemilik Usaha 118 90.1

Co-Founder 1 0.8

Vp finance 1 0.8

CFO 1 0.8

CMO 1 0.8

COO 1 0.8

Manager Pengembangan

& Keuangan 1 0.8

Marketing 1 0.8

Akuntan 1 0.8

Admin 1 0.8

Pegawai 4 3.1

Jumlah

Karyawan

Jumlah Responden 131 100

memiliki 0 - 10 karyawan 126 96.2

memiliki 11 - 30 karyawan 5 3.8

Kegiatan Usaha

Pelaku UMKM

Jumlah Responden 131 100

Bangunan 1 0.8

Industri Pengolahan 67 51.1

Jasa-jasa 19 14.5

Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 1 0.8

Pengangkutan dan

Komunikasi 1 0.8

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 38 29.0

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 4 3.1

Sumber: Data primer yang diolah (2018)

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

64

Berdasarkan data responden menurut usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, jabatan, dan jumlah karyawan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan gambar 4.1 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM

yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM yaitu sebanyak 92 orang pelaku

UMKM (70,2%) berusia 21–30 tahun, sebanyak 15 pelaku UMKM berusia 41-50

tahun, sebanyak 14 pelaku UMKM berusia 31-40 tahun, sebanyak 5 pelaku UMKM

berusia kurang dari 20 tahun, dan sebanyak 5 pelaku UMKM berusia 51-64 tahun.

Gambar 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar 4.2 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM

yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 67 pelaku UMKM (51,1%). Sedangkan sisanya berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 64 pelaku UMKM (48,9%).

3.8%

70.2%

10.7%

11.5%3.8%

Data Responden Berdasarkan Usia

< 20 tahun

20 ‒ 30 tahun

31 ‒ 40 tahun

41 ‒ 50 tahun

51 ‒ 64 tahun

48.9%

51.1%

Data Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

65

Gambar 4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan gambar 4.3 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM

yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM memiliki tingkat pendidikan strata 1

yaitu sebanyak 62 pelaku UMKM (47,3%), sebanyak 53 pelaku UMKM (40,5%)

memiliki tingkat pendidikan SD/SMP/SMA/Sederajat, kemudian 10 pelaku

UMKM (7,6%) memiliki tingkat pendidikan diploma. Sedangkan sisanya, terdapat

6 orang pelaku UMKM (4,6%) memiliki tingkat pendidikan strata 2.

Gambar 4.4 Data Responden Berdasarkan Jabatan

Berdasarkan gambar 4.4 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM

yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM merupakan pemilik usaha sebanyak

118 pelaku UMKM (90,1%), sebanyak 4 pelaku UMKM merupakan pegawai

(3,1%). Sedangkan sisanya, sebanyak 9 pelaku UMKM masing-masing menjabat

sebagai Co-founder, Vp finance, CFO, CMO, COO, Marketing, Manajer

Pengembangan dan keuangan, Akuntan, dan Pegawai.

40.5%

7.6%4.6%

47.3%

Data Responden Berdasarkan Tingkat

PendidikanSD/SMP/SMA/Sederajat

Diploma

S2/Magister

S1/Sarjana

90.1%

0.8%

0.8%

0.8%

0.8%

0.8%

0.8%

0.8%0.8% 0.8%

3.1%

Data Responden Berdasarkan Jabatan

Pemilik UsahaCo-FounderVp financeCFOCMOCOOManajer Pengembangan & KeuanganMarketingAkuntan

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

66

Gambar 4.5 Data Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan

Berdasarkan gambar 4.5 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM

yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM memiliki 0-10 karyawan sebanyak 126

pelaku UMKM (96,2%). Sedangkan sisanya, sebanyak 5 pelaku UMKM memiliki

karyawan sebanyak 11-30 karyawan (3,8%).

Gambar 4.6 Data Responden Berdasarkan Jumlah Karyawan

Berdasarkan gambar 4.6 di atas, diketahui bahwa dari 131 pelaku UMKM

yang diteliti, sebagian besar pelaku UMKM memiliki kegiatan usaha yang bergerak

dibidang industri pengolahan terdapat sebanyak 67 UMKM (51,1%) kemudian

disusul kegiatan usaha yang bergerak dibidang perdagangan, hotel dan restoran

sebanyak 38 UMKM (29%), kemudian yang bergerak dibidang jasa-jasa terdapat

sebanyak 19 UMKM (14,5%), terdapat juga kegiatan usaha yang bergerak dibidang

pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebanyak 4 UMKM (3,1%).

Sedangkan sisanya, terdapat kegiatan usaha yang bergerak dibidang bangunan

96.2%

3.8%

Data Responden Berdasarkan Jumlah

Karyawan

memiliki 0 - 10 karyawan

memiliki 11 - 30 karyawan

0.8

51.1

14.5

0.8

0.8

29

3.1

Data Responden Berdasarkan

Kegiatan Usaha Pelaku UMKM

Bangunan

Industri Pengolahan

Jasa-jasa

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pengangkutan dan Komunikasi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

67

sebanyak 1 UMKM (0,8%), keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebanyak 1

UMKM (0,8) dan dibidang pengangkutan dan komunikasi sebanyak 1 UMKM

(0,8%).

4.1.2.2 Tanggapan Responden Mengenai Pengetahuan Keuangan

Tanggapan responden mengenai variabel pengetahuan keuangan terdiri dari

4 indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak delapan item

pertanyaan. Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel pengetahuan

keuangan.

Tabel 4.3 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Pengetahuan

Keuangan

No Indikator Skor

Aktual

Skor

Ideal % Kategori

1 Pengetahuan dasar 713 1048 68,03% Sufficient

literate

2 Pengelolaan keuangan 477 524 91,03% Well

literate

3 Tabungan dan investasi 849 1048 81,01% Well

literate

4 Pengetahuan tentang

produk dan jasa saat ini 952 1572 60,56%

Sufficient

literate

Total 2991 4192 71,35% Sufficient

literate

Berdasarkan tabel 4.3 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban

responden pada variabel pengetahuan keuangan yang diukur menggunakan empat

indikator dengan delapan item pertanyaan, diketahui bahwa skor total untuk

pengetahuan keuangan (X1) adalah 2.991.

Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap

delapan pertanyaan adalah 4.192, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai

yang diperoleh sebesar 2.991 atau 71,35% dari skor ideal yaitu 4.192. Dengan

demikian, pengetahuan keuangan (X1) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan

Jawa Barat berada pada kategori sufficient literate. Artinya, pengetahuan keuangan

131 pelaku UMKM yang mengisi kuesioner telah berada di tingkat sufficient

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

68

literate dengan persentase 71,35% yang berarti sudah cukup baik. Hal ini

menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan

tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur,

manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun,

belum mencapai tingkat well literate atau belum banyak yang memiliki

keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Berdasarkan tabel di atas, Indikator No. 4 mengenai pengetahuan produk

dan jasa keuangan saat ini, memiliki persentase ditingkat terendah di antara tiga

indikator lainnya yaitu hanya sebesar 60,56% yang berada di tingkat sufficient

literate. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidaktahuan pelaku UMKM untuk

memanfaatkan produk dan jasa keuangan saat ini yang disediakan oleh pemerintah

maupun pihak terkait. Untuk meningkatkan pengetahuan keuangan pelaku UMKM

terkait produk dan jasa keuangan saat ini, maka pemerintah (Kementerian Koperasi

dan UKM, Dinas Koperasi dan UMKM) dan pihak terkait harus sering melakukan

sosialisasi atas produk dan jasa keuangan yang telah disediakan agar pengetahuan

keuangan di antara pelaku UMKM di Indonesia menjadi meningkat dan merata,

misalnya dengan melakukan edukasi keuangan dengan pihak-pihak yang

menyediakan produk dan jasa keuangan untuk UMKM seperti Bank BRI yang

memiliki Rumah Kreatif BUMN BRI di daerah-daerah di Indonesia, OJK yang

menyediakan produk asuransi mikro si abang atau asuransi anti bangkrut untuk

UMKM, perusahaan-perusahaan berbasis digital yang menyediakan produk dan

jasa keuangan seperti software laporan keuangan untuk UMKM.

Kategori sufficient literate pada pengetahuan keuangan diukur dengan

tanggapan-tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan

indikatornya masing-masing.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

69

1. Pengetahuan Dasar

Tabel 4.4 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengetahuan Dasar

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal

f % f % f % f % f %

1

Saya mengetahui cara

menghitung bunga

pinjaman yang

dibebankan oleh bank

maupun lembaga

keuangan nonbank

lainnya

31 23,7 36 27,5 46 35,1 18 13,7 131 100 313 524

2

Saya mengetahui

bahwa inflasi

membuat biaya hidup

meningkat

8 6,1 15 11,5 70 53,4 38 29,0 131 100 400 524

Jumlah skor total 713 1048

Persentase Skor 68,03%

Tabel 4.4 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator

pengetahuan dasar yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara ideal, skor yang

diharapkan untuk jawaban responden terhadap dua pertanyaan adalah 1.048. Dari

perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 713 atau 68,03% dari

skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel pengetahuan dasar pelaku

UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori sufficient

literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki

pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa

keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk

dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum banyak

yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Pada tabel di atas, diketahui tanggapan responden untuk pertanyaan No. 1

masih berada di tingkat less literate (59,73%), artinya belum banyak pelaku

UMKM yang dapat menghitung beban bunga yang dibebankan oleh bank maupun

lembaga keuangan nonbank lainnya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui

bahwa masih terdapat pelaku UMKM yang tidak mengetahui beban bunga wajar

yang seharusnya dibebankan. Risiko dari hal tersebut adalah pelaku UMKM tidak

mengetahui jumlah pinjaman sebenarnya yang ia dapatkan dari suatu lembaga

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

70

keuangan/nonkeuangan, apakah menguntungkan atau malah menjadi beban karena

tidak sesuai dengan pendapatan yang diterima sehingga memungkinkan terjadinya

kredit macet. Untuk mengatasi hal tersebut, sebelum melakukan pinjaman, pelaku

usaha sebaiknya memiliki pengetahuan mengenai cara menghitung bunga pinjaman

dari jenis kredit yang diajukan. Karena dengan begitu, pelaku usaha dapat

menganalisa berapa besarnya cicilan atau angsuran yang dibebankan serta jangka

waktu untuk dapat melunasi pinjaman tersebut. Selain itu, pelaku usaha sebaiknya

cermat dan cerdas dalam memilih lembaga keuangan/nonkeuangan yang akan

digunakan sebagai tempat untuk mengajukan kredit usaha. Hal tersebut sangat

berguna untuk menghindari salah memilih tempat mengajukan kredit untuk usaha

sehingga pelaku usaha harus terbebani dengan suku bunga pinjaman yang tinggi,

padahal masih terdapat tempat pengajuan kredit yang memiliki suku bunga

pinjaman yang lebih rendah. Solusi yang dapat dilakukan pemerintah dan pihak-

pihak yang bersangkutan terkait kredit usaha adalah melakukan sosialisasi

mengenai program kebijakan pemerintah khususnya mengenai KUR atau Kredit

Usaha Rakyat yang menurut ketentuan umum KUR 2018 merupakan

kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur

individu/perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan

layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum

cukup. KUR sendiri membiayai sektor produksi seperti (sektor pertanian,

perburuan, dan kehutanan, sektor perikanan, sektor industri pengolahan, sektor

jasa-jasa, sektor konstruksi) dan perdagangan. Selain itu, sosialisasi mengenai

kredit mikro yang disediakan oleh perusahaan berbasis digital atau fintech juga

dapat dilakukan agar pemberian kredit bagi pelaku UMKM makin merata sehingga

dapat meningkatkan kapasitas daya saing UMKM dan membuka peluang agar

UMKM dapat naik kelas dengan cepat.

Pada tabel di atas, diketahui tanggapan responden untuk pertanyaan No. 2

masih berada di tingkat sufficient literate (76,33%) dan belum well literate, artinya

belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa

keuangan. Mungkin 131 responden mengetahui mengenai teori bahwa inflasi

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

71

menyebabkan biaya hidup meningkat. Namun, belum tentu mereka mengetahui

bagaimana mempersiapkan keadaan dalam menghadapi inflasi. Risiko akibat

kurangnya pengetahuan mengenai inflasi dapat membuat pelaku UMKM salah

dalam mengambil keputusan. Dikutip dari www.bi.go.id, inflasi yang tidak stabil

akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi untuk

mengambil keputusan terkait konsumsi, investasi, dan produksi yang pada akhirnya

akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Untuk pelaku UMKM, inflasi yang

terjadi dapat meningkatkan harga bahan baku (barang normal) untuk mengolah

produk mereka yang pada akhirnya pelaku UMKM harus meningkatkan harga

produk, di mana hal tersebut dapat berakibat menurunnya permintaan masyarakat

terhadap produk tersebut karena daya beli yang juga menurun dan disebabkan oleh

pendapatan riil masyarakat yang menurun. Terdapat 5 langkah cerdas hadapi inflasi

menurut moneytalknews.com yang dilansir dari liputan6.com yaitu 1) hidup hemat

atau mengatur dan meminimalisir pengeluaran; 2) investasi dalam bentuk saham

maupun obligasi untuk meminimalisir risiko yang terjadi akibat inflasi; 3) mencari

suku bunga yang tetap dalam hal investasi maupun pengajuan pinjaman, hal

tersebut dapat mengantisipasi kenaikan iuran dan biaya lainnya yang harus

dibayarkan saat terjadi inflasi; 4) membeli rumah atau asset tetap untuk

meminimalisir risiko inflasi; 5) memiliki beberapa perencanaan keuangan dan

melakukan pengelolaan keuangan secara bijak khususnya untuk kebutuhan-

kebutuhan darurat.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

72

2. Pengelolaan Keuangan

Tabel 4.5 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Keuangan

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal

f % f % f % f % F %

1

Saya mengetahui

bahwa keuangan

usaha dan pribadi

harus dipisahkan

1 0,8 4 3,1 36 27,5 90 68,7 131 100 477 524

Jumlah skor total 477 524

Persentase Skor 91,03%

Tabel 4.5 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator

pengelolaan keuangan yang menggunakan satu item pertanyaan. Secara ideal, skor

yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan adalah 524.

Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 477 atau 91,03%

dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan keuangan

pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori well

literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki

pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa

keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk

dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan

jasa keuangan. Namun, pertanyaan ini hanya mengukur apakah pelaku UMKM

mengetahui bahwa keuangan usaha dan pribadi harus dipisahkan atau tidak, dan

tidak mengukur tingkat implementasi dalam pemisahan keuangan usaha dan

pribadi. Apabila pelaku UMKM hanya mengetahui namun tidak

mengimplementasikan hal tersebut maka risiko yang akan muncul adalah pelaku

UMKM akan kesulitan menghitung keuntungan sebenarnya dari usahanya, serta

kesulitan melakukan perencanaan untuk membuat usahanya tumbuh dan

berkembang karena tidak mengetahui apakah usaha yang dijalankan selama ini

menghasilkan keuntungan atau kerugian. Hal ini akan menghambat pelaku usaha

untuk naik kelas dengan cepat, khususnya untuk usaha mikro. Untuk mengatasi

risiko ini, pemerintah dan pihak terkait dapat melakukan pelatihan keuangan bagi

pelaku UMKM mengenai cara melakukan pemisahan keuangan usaha dan pribadi

dan manfaat yang didapat dari melakukan hal tersebut.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

73

3. Tabungan dan Investasi

Tabel 4.6 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Tabungan dan

Investasi

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal

f % f % f % f % f %

1

Saya mengetahui

mengenai konsep high

risk -high return,

bahwa investasi yang

memberikan

keuntungan besar

cenderung memiliki

risiko yang tinggi

4 3,1 7 5,3 66 50,4 54 41,2 131 100 432 524

2

Saya mengetahui

bahwa dengan

membuka tabungan di

beberapa bank berbeda

akan memudahkan

konsumen saya

5 3,8 15 11,5 62 47,3 49 37,4 131 100 417 524

Jumlah skor total 849 1048

Persentase Skor 81,01%

Tabel 4.6 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator

tabungan dan investasi yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara ideal, skor

yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap dua pertanyaan adalah 1.048.

Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 849 atau 81,01%

dari skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel tabungan dan investasi

pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori well

literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki

pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa

keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk

dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan

jasa keuangan. Namun, pernyataan ini hanya mengukur apakah pelaku UMKM

mengetahui mengenai konsep high risk high return dan tidak mengukur apakah

pelaku UMKM dapat mengukur kewajaran konsep high risk high return dalam

melakukan investasi. Risiko yang timbul dari pernyataan tersebut adalah pelaku

UMKM dapat dengan mudah tergiur dengan adanya investasi bodong. Direktur

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

74

Literasi dan Edukasi Keuangan OJK Horas VM Tarihoran mengatakan bahwa

pelaku UMKM paling rentan terjebak dengan adanya investasi bodong.

Berdasarkan data OJK, tercatat ada 2.772 jumlah pengaduan masyarakat terkait

kasus investasi bodong selama tahun 2016 (www.liputan6.com). Untuk itu,

pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat mengedukasi pelaku UMKM terkait

investasi yang wajar dan tidak wajar, minimal pelaku UMKM mengetahui lembaga

keuangan apa saja yang aman dan berada di bawah pengawasan OJK agar

masyarakat tidak mudah tertipu dengan investasi bodong.

Berdasarkan pertanyaan No. 2 mengenai pengetahuan pelaku UMKM untuk

membuka rekening tabungan di bank yang berbeda untuk memudahkan konsumen

mereka sudah berada ditingkat well literate (79,58%). Namun, pertanyaan tersebut

tidak mengukur apakah responden mengimplementasikannya dalam proses

bisnisnya atau tidak. Berdasarkan data financial inclution index (findex) oleh Bank

Dunia pada 2014, hanya 36 persen atau sekitar 90 juta penduduk dewasa Indonesia

yang memiliki rekening di Bank dari total 260 juta penduduk Indonesia. Jumlah

tersebut jauh lebih rendah dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia yang

mencapai 81 persen dari total penduduknya (katadata.co.id). Manfaat yang

didapatkan oleh pelaku usaha dengan memiliki lebih dari satu rekening tabungan di

bank berbeda adalah meningkatkan arus kas masuk dari penjualan produk. UMKM

yang sudah go online biasanya melayani pembayaran dengan sistem non tunai

sehingga dengan memiliki beberapa rekening tabungan yang berbeda, akan turut

menguntungkan konsumen karena tidak terbebani oleh transfer cost apabila penjual

memiliki rekening yang berbeda. Dilansir dari katadata.co.id, Solusi yang telah

dilakukan oleh Bank Indonesia hingga saat ini adalah menambah jumlah agen

lembaga keuangan digital yang saat ini telah mencapai 140.743 dan tersebar di 489

kabupaten atau kota. Selain itu, Bank Indonesia juga meningkatkan penyaluran

bantuan sosial secara nontunai, sehingga makin banyak masyarakat yang memiliki

rekening bank.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

75

4. Pengetahuan Tentang Produk dan Jasa Keuangan Saat Ini

Tabel 4.7 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Produk dan Jasa

Keuangan Saat ini

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Saya mengetahui

bahwa terdapat

Standar Akuntansi

Keuangan untuk

Entitas Mikro Kecil

dan Menengah sebagai

dasar membuat laporan

keuangan UMKM

18 13,7 41 31,3 54 41,2 18 13,7 131 100 334 524

2

Saya mengetahui

terdapat perusahaan

berbasis teknologi

informasi (startup)

khusus untuk UMKM

yang bergerak di

bidang pembiayaan,

jasa konsultan, dan

jasa penyedia software

laporan keuangan

16 12,2 31 23,7 58 44,3 26 19,8 131 100 356 524

3

Saya mengetahui

terdapat asuransi

mikro khusus untuk

UMKM dengan biaya

murah per tahun

(contoh: Asuransi anti

bangkrut atau si Abang

oleh OJK)

37 28,2 64 48,9 23 17,6 7 5,3 131 100 262 524

Jumlah skor total 952 1572

Persentase Skor 60,56%

Tabel 4.7 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator

produk dan jasa keuangan saat ini yang menggunakan tiga item pertanyaan. Secara

ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan

adalah 1.572. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 952

atau 60,56% dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub variabel produk dan

jasa keuangan saat ini pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

berada pada kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku

UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan

serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

76

kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well

literate atau belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan

produk dan jasa keuangan.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertanyaan No. 3 memiliki persentase

sebesar 50% yang berarti masih berada di tingkat less literate dan menjadi

pernyataan dengan skor paling rendah di antara dua pernyataan lainnya. Hal itu

menandakan bahwa dari 131 pelaku UMKM yang menjadi responden belum

banyak yang mengetahui mengenai adanya asuransi mikro yang dikhususkan untuk

pelaku UMKM. Risiko dari pelaku UMKM yang less literate terhadap adanya

asuransi mikro adalah pelaku UMKM menjadi tidak dapat menikmati dan

menggunakan produk asuransi mikro untuk usahanya, akibatnya apabila terjadi

bencana alam, kebakaran, maupun perampokan yang merugikan pelaku usaha maka

hal tersebut akan menghambat operasional bisnis pelaku umkm tersebut karena

tidak dijamin oleh asuransi. Untuk itu, agar pelaku UMKM semakin literate

mengenai adanya asuransi mikro ini, pemerintah khususnya OJK yang

menyediakan asuransi si Abang atau Asuransi anti bangkrut dapat lebih melakukan

sosialisasi mengenai manfaat asuransi mikro bagi pelaku UMKM, misalnya dengan

melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga asuransi yang menyediakan

asuransi mikro.

Berdasarkan pertanyaan No. 1 yang memiliki persentase sebesar 63,74%

berada di tingkat sufficient literate menandakan bahwa pelaku UMKM di provinsi

Jawa Barat dan DKI Jakarta cukup mengetahui mengenai adanya Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai standar untuk

membuat laporan keuangan UMKM. Hal tersebut mungkin terjadi karena latar

belakang responden yang memiliki tingkat pendidikan strata 1 yaitu sebanyak 62

pelaku UMKM (47,3%), dan sebanyak 53 pelaku UMKM (40,5%) memiliki tingkat

pendidikan SD/SMP/SMA/Sederajat sehingga mereka cukup mengetahui mengenai

adanya SAK EMKM. Namun, pernyataan ini tidak mengukur seberapa berminat

pelaku UMKM dalam membuat laporan keuangan berbasis SAK EMKM. Risiko

yang timbul dari hal tersebut adalah pelaku UMKM hanya sekedar mengetahui

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

77

bahwa SAK EMKM ada, namun belum tentu SAK EMKM di implementasikan

oleh mereka untuk membuat laporan keuangan. Untuk mengatasi risiko ini,

pemerintah dan pihak terkait disarankan dapat membuat pelatihan keuangan

dibawah kementrian koperasi dan UMKM bekerjasama dengan DSAK IAI sebagai

dewan pembuat kebijakan Standar Akuntansi Keuangan.

Berdasarkan pertanyaan No. 2 yang memiliki persentase sebesar 67,93%

berada di tingkat sufficient literate menandakan bahwa pelaku UMKM di provinsi

Jawa Barat dan DKI Jakarta cukup mengetahui mengenai adanya perusahaan

berbasis digital atau start up di bidang pembiayaan, jasa konsultan, dan jasa

penyedia software laporan keuangan yang dikhususkan untuk UMKM. Namun,

pernyataan ini tidak mengukur seberapa besar persentase pelaku UMKM yang telah

memanfaatkan produk dan jasa yang disediakan start up.

4.1.2.3 Tanggapan Responden Mengenai Perilaku Keuangan

Tanggapan responden mengenai variabel perilaku keuangan terdiri dari 4

indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak enam item

pertanyaan. Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel perilaku

keuangan.

Tabel 4.8 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Perilaku Keuangan

No Indikator Skor

Aktual

Skor

Ideal % Kategori

1 Pengelolaan keuangan

dasar 1105 1572 70,29%

Sufficient

literate

2 Perilaku menabung 370 524 70,61% Sufficient

literate

3 Perilaku investasi 271 524 51,72% Less

literate

4 Partisipasi keuangan

(asuransi) 196 524 37,40%

Less

literate

Total 1942 3144 61,77% Sufficient

literate

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

78

Berdasarkan tabel 4.8 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban

responden pada variabel perilaku keuangan yang diukur menggunakan empat

indikator dengan enam item pertanyaan, diketahui bahwa skor total untuk perilaku

keuangan (X2) adalah 1.942.

Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap enam

pertanyaan adalah 3.144, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang

diperoleh sebesar 1.942 atau 61,77% dari skor ideal yaitu 3.144. Dengan demikian,

perilaku keuangan (X2) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

berada pada kategori sufficient literate. Artinya, perilaku keuangan 131 pelaku

UMKM yang mengisi kuesioner telah berada di tingkat sufficient literate dengan

persentase 61,77% yang berarti sudah cukup baik. Hal ini menandakan bahwa 131

pelaku UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa

keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak

dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat

well literate atau belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan

produk dan jasa keuangan.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa indikator perilaku investasi dan

partisipasi keuangan (asuransi) masih berada di tingkat less literate dengan

persentase masing-masing yang hanya sebesar 51,72% dan 37,40%. Risiko dari

tingkat perilaku investasi dan partisipasi keuangan (asuransi) yang masih less

literate adalah pelaku UMKM hanya mengandalkan pendapatan dari satu sumber

pendapatan saja dan tidak dapat men-generate cash dari sumber pendapatan lain

secara jangka panjang. Sedangkan risiko untuk partisipasi keuangan (asuransi) yang

masih less literate adalah tidak adanya jaminan untuk kelangsungan usaha pelaku

UMKM apabila usahanya mengalami kebangkrutan, mengalami musibah seperti

bencana alam dan kebakaran. Untuk mengatasi risiko tersebut, pemerintah dan

pihak terkait dapat melakukan edukasi keuangan terkait manfaat dan keuntungan

apabila pelaku UMKM berpartisipasi dalam investasi maupun memiliki asuransi

untuk usahanya.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

79

Kategori sufficient literate pada perilaku keuangan diukur dengan

tanggapan-tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan

indikatornya masing-masing.

1. Pengelolaan Keuangan Dasar

Tabel 4.9 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Keuangan

Dasar

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Saya membuat rencana

keuangan tahunan untuk

bisnis saya dan

memonitornya secara

teratur

13 9,9 51 38,9 36 27,5 31 23,7 131 100 347 524

2

Saya menyisihkan uang

untuk pembelian atau

keadaan darurat di masa

depan

10 7,6 34 26,0 47 35,9 40 30,5 131 100 379 524

3

Saya menggaji diri saya

sendiri dari hasil bisnis

untuk pengeluaran

pribadi rumah tangga

saya

13 9,9 29 22,1 48 36,6 41 31,3 131 100 379 524

Jumlah skor total 1105 1572

Persentase Skor 70,29%

Tabel 4.9 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator

pengelolaan keuangan dasar yang menggunakan tiga item pertanyaan. Secara ideal,

skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan adalah

1.572. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 1.105 atau

70,29% dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan

keuangan dasar pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada

kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah

memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk

dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait

produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum

banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa

keuangan. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

80

ketiga pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa

131 pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam membuat

rencana keuangan tahunan, menyisihkan uang untuk pembelian dan keadaan

darurat di masa depan, serta menggaji dirinya sendiri dari pendapatan usahanya.

2. Perilaku Menabung

Tabel 4.10 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Menabung

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Saya menggunakan lebih

dari satu rekening

tabungan di lembaga

keuangan untuk

mendukung bisnis saya

20 15,3 25 19,1 44 33,6 42 32,1 131 100 370 524

Jumlah skor total 370 524

Persentase Skor 70,61%

Tabel 4.10 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada

indikator perilaku menabung yang menggunakan satu item pernyataan. Secara

ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan

adalah 524. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 370

atau 70,61% dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel perilaku

menabung pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada

kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah

memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk

dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait

produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum

banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa

keuangan. Dari tabel di atas, diketahui bahwa sudah banyak pelaku UMKM yang

menjadi responden memiliki lebih dari satu rekening tabungan di lembaga

keuangan untuk mendukung bisnisnya. Apabila penjual (pelaku UMKM) memiliki

beberapa rekening bank yang berbeda akan meminimalisir biaya transfer dan

tentunya menguntungkan konsumen.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

81

3. Perilaku Investasi

Tabel 4.11 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Perilaku Investasi

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Selain menabung, saya juga

melakukan investasi (emas,

saham, obligasi, tanah,

ternak, properti)

51 38,9 39 29,8 22 16,8 19 14,5 131 100 271 524

Jumlah skor total 271 524

Persentase Skor 51,72%

Tabel 4.11 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada

indikator perilaku investasi yang menggunakan satu item pertanyaan. Secara ideal,

skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan adalah

524. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 271 atau

51,72% dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel perilaku investasi

pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori less

literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM hanya memiliki

pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan namun

tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban

terkait produk dan jasa keuangan serta tidak memiliki keterampilan dalam

menggunakan produk dan jasa keuangan. Pada tabel di atas, dapat disimpulkan

bahwa 131 responden masih berada di tingkat less literate dalam melakukan

investasi. Risiko dari pernyataan tersebut dapat ditarik kemungkinan bahwa pelaku

UMKM hanya mengandalkan pendapatan dari satu sumber pendapatan saja dan

belum literate dalam men-generate cash dari sumber pendapatan lain seperti

investasi. Selain itu, kemungkinan yang lain adalah 131 pelaku UMKM yang

menjadi responden belum memiliki rencana investasi jangka pendek maupun

jangka penjang. Untuk meminimalisir risiko ini, pemerintah dan pihak terkait dapat

melakukan edukasi mengenai manfaat dan keuntungan pelaku UMKM jika

memiliki investasi jangka pendek maupun jangka panjang.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

82

4. Partisipasi Keuangan (Asuransi)

Tabel 4.12 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Partisipasi Keuangan

(Asuransi)

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Saya selalu membayar premi

akun asuransi untuk bisnis

saya tepat waktu

94 71,8 17 13,0 12 9,2 8 6,1 131 100 196 524

Jumlah skor total 196 524

Persentase Skor 37,40%

Tabel 4.12 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada

indikator partisipasi keuangan (asuransi) yang menggunakan satu item pertanyaan.

Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu

pertanyaan adalah 524. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang

diperolah 196 atau 37,40% dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel

partisipasi keuangan (asuransi) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa

Barat berada pada kategori less literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku

UMKM hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan

jasa keuangan namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat dan

risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan serta tidak memiliki

keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan. Pada tabel di atas,

dapat disimpulkan bahwa 131 responden masih berada di tingkat less literate dalam

membayar premi asuransi, hal ini sejalan dengan tanggapan responden pada

pernyataan nomor tiga terkait pengetahuan mengenai produk dan jasa keuangan

saat ini mengenai asuransi mikro pada variabel pengetahuan yang juga berada di

tingkat less literate yang menandakan bahwa belum banyak pelaku UMKM yang

mengetahui mengenai asuransi mikro, apalagi membayar premi asuransi secara

tepat waktu. Untuk meminimalisir risiko tersebut, disarankan pemerintah dan pihak

terkait dapat membuat edukasi bagi pelaku UMKM terkait cost benefit memiliki

akun asuransi untuk usaha.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

83

4.1.2.4 Tanggapan Responden Mengenai Sikap Keuangan

Tanggapan responden mengenai variabel sikap keuangan terdiri dari 2

indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak lima item pertanyaan.

Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel sikap keuangan.

Tabel 4.13 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Sikap Keuangan

No Indikator Skor

Aktual

Skor

Ideal % Kategori

1 Sikap terhadap uang 795 1048 75,86% Sufficient

literate

2 Tanggung jawab

keuangan 1157 1572 73,60%

Sufficient

literate

Total 1952 2620 74,50% Sufficient

literate

Berdasarkan tabel 4.13 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban

responden pada variabel sikap keuangan yang diukur menggunakan dua indikator

dengan lima item pertanyaan, diketahui bahwa skor total untuk sikap keuangan (X3)

adalah 1.952.

Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap lima

pertanyaan adalah 2.620, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang

diperoleh sebesar 1.952 atau 74,50% dari skor ideal yaitu 2.620. Dengan demikian,

sikap keuangan (X3) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada

pada kategori sufficient literate. Artinya, sikap keuangan dari 131 pelaku UMKM

yang mengisi kuesioner telah berada di tingkat sufficient literate dengan persentase

74,50% yang berarti sudah cukup baik. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku

UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan

serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan

kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well

literate atau belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan

produk dan jasa keuangan.

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

84

Kategori sufficient literate pada sikap keuangan diukur dengan tanggapan-

tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan indikatornya

masing-masing.

1. Sikap Terhadap Uang

Tabel 4.14 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Sikap Terhadap

Uang

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Sebelum saya membeli

sesuatu, saya

mempertimbangkan dengan

hati-hati apakah yang saya

beli diklasifikasikan ke

dalam aset atau kewajiban

5 3,8 20 15,3 48 36,6 58 44,3 131 100 421 524

2

Saya merasa lebih senang

menyimpan uang dalam

waktu yang lama daripada

menghabiskannya

3 2,3 45 34,4 51 38,9 32 24,4 131 100 374 524

Jumlah skor total 795 1048

Persentase Skor 75,86%

Tabel 4.14 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada

indikator sikap terhadap uang yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara

ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap dua pertanyaan

adalah 1.048. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 795

atau 75,86% dari skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel sikap

terhadap uang pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada

kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah

memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk

dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait

produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum

banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa

keuangan.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk kedua

pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa 131

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

85

pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam

mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum membeli sesuatu serta mereka lebih

senang menyimpan uang dalam waktu yang lama (menabung) dibanding

menghabiskannya.

2. Tanggung Jawab Keuangan

Tabel 4.15 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Tanggung Jawab

Keuangan

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1 Saya membayar utang

saya tepat waktu 2 1,5 21 16,0 45 34,4 63 48,1 131 100 431 524

2

Saya siap menanggung

risiko kehilangan uang

ketika menabung atau

berinvestasi

19 14,5 43 32,8 42 32,1 27 20,6 131 100 339 524

3

Saya menetapkan rencana

keuangan jangka panjang

maupun jangka pendek

dan berusaha

mencapainya

8 6,1 32 24,4 49 37,4 42 32,1 131 100 387 524

Jumlah skor total 1157 1572

Persentase Skor 73,60%

Tabel 4.15 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada

indikator tanggung jawab keuangan yang menggunakan tiga item pertanyaan.

Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga

pertanyaan adalah 1.572. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang

diperolah 1.157 atau 73,60% dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub

variabel tanggung jawab keuangan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan

Jawa Barat berada pada kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131

pelaku UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa

keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak

dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat

well literate atau belum banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan

produk dan jasa keuangan. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan

responden untuk ketiga pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

86

yang berarti bahwa 131 pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup

literate dalam membayar utang secara waktu, siap menanggung risiko kehilangan

uang ketika menabung atau berinvestasi, serta telah cukup literate dalam

menetapkan rencana keuangan jangka panjang dan jangka pendek.

4.1.2.5 Tanggapan Responden Mengenai Pelatihan Keuangan

Tanggapan responden mengenai variabel pelatihan keuangan terdiri dari 1

indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak lima item pertanyaan.

Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel pelatihan keuangan.

Tabel 4.16 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Pelatihan Keuangan

No Indikator Skor

Aktual

Skor

Ideal % Kategori

1 Menerima pelatihan

dibidang keuangan 1562 2620 59,62%

Less

literate

Total 1562 2620 59,62% Less

literate

Berdasarkan tabel 4.16 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban

responden pada variabel pelatihan keuangan yang diukur menggunakan satu

indikator dengan lima item pertanyaan, diketahui bahwa skor total untuk pelatihan

keuangan (X4) adalah 1.562.

Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap lima

pertanyaan adalah 2.620, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang

diperoleh sebesar 1.562 atau 59,62% dari skor ideal yaitu 2.620. Dengan demikian,

pelatihan keuangan (X4) pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

berada pada kategori less literate. Artinya, pelatihan keuangan dari 131 pelaku

UMKM yang mengisi kuesioner hanya berada di tingkat less literate dengan

persentase 59,62% yang berarti belum baik. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku

UMKM hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

87

jasa keuangan namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat dan

risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan serta tidak memiliki

keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan. Pada tabel di atas,

dapat disimpulkan bahwa 131 responden masih berada di tingkat less literate dalam

menerima pelatihan keuangan. Risiko yang muncul akibat rendahnya pelaku

UMKM dalam menerima pelatihan keuangan adalah rendahnya pengetahuan

pelaku UMKM mengenai keuangan yang merupakan kelemahan nomor dua yang

dihadapi pelaku UMKM setelah pemasaran Verne Harnish (2014), Founder & CEO

of Gazelles, Founder of Entrepreneurs Organization. Untuk mengatasi hal tersebut,

pemerintah maupun pihak terkait dapat melakukan berbagai pelatihan keuangan

dari mulai merencanakan keuanngan, membuat laporan keuangan, membuat

proyeksi arus kas dan berbagai pelatihan keuangan lainnya.

Kategori less literate pada pelatihan keuangan diukur dengan tanggapan-

tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan indikatornya

masing-masing.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

88

1. Menerima Pelatihan dibidang Keuangan

Tabel 4.17 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pernah Tidaknya

Menerima Pelatihan dibidang Keuangan

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1 Saya pernah mengikuti

pelatihan keuangan dalam

lima tahun terakhir

54 41,2 42 32,1 19 14,5 16 12,2 131 100 259 524

2

Saya merasa mendapatkan

pengetahuan baru

mengenai keuangan dan

cara mengelolanya setelah

mengikuti pelatihan

keuangan

48 36,6 27 20,6 36 27,5 20 15,3 131 100 290 524

3

Pelatihan keuangan bagus

untuk menambah

pengetahuan keuangan

pelaku usaha mikro, kecil

dan menengah (UMKM)

25 19,1 12 9,2 51 38,9 43 32,8 131 100 374 524

4

Setelah saya mengikuti

pelatihan keuangan, Saya

merasa termotivasi untuk

membeli/menggunakan

produk keuangan yang

berhubungan dengan

bisnis saya

41 31,3 21 16,0 45 34,4 24 18,3 131 100 314 524

5

Setelah mengikuti

pelatihan keuangan, Saya

merasa termotivasi untuk

mempraktikkan materi

tersebut untuk bisnis saya

(contoh: membuat laporan

keuangan bisnis)

40 30,5 18 13,7 43 32,8 30 22,9 131 100 325 524

Jumlah skor total 1562 2620

Persentase Skor 59,62%

Tabel 4.17 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada

indikator pernah tidaknya menerima pelatihan dibidang keuangan yang

menggunakan lima item pertanyaan. Secara ideal, skor yang diharapkan untuk

jawaban responden terhadap lima pertanyaan adalah 2.620. Dari perhitungan dalam

tabel menunjukkan nilai yang diperolah 1.562 atau 59,62% dari skor ideal yaitu

2.620. Dengan demikian, sub variabel pernah tidaknya menerima pelatihan

dibidang keuangan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada

pada kategori less literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

89

memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk

dan jasa keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat,

dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak

memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertanyaan No. 1 memiliki persentase

sebesar 49,42% yang berarti masih berada di tingkat less literate dan menjadi

pernyataan dengan skor paling rendah di antara empat pernyataan lainnya. Hal

tersebut menandakan bahwa dari 131 responden yang mengisi kuesioner, masih

banyak pelaku UMKM yang belum menerima pelatihan keuangan selama lima

tahun terakhir. Risiko dari belum banyaknya pelaku UMKM yang mendapatkan

pelatihan keuangan dapat menyebabkan tidak merata serta rendahnya tingkat

literasi keuangan pelaku UMKM. Rendahnya tingkat literasi keuangan pelaku

UMKM kemudian dapat menghambat banyak hal seperti sulitnya akses ke lembaga

pembiayaan untuk menambah modal.

Pada pertanyaan No. 2 mengenai bertambahnya pengetahuan keuangan

mereka setelah mengikuti pelatihan keuangan masih berada pada tingkat less

literate (55,34%). Hal tersebut terjadi dikarenakan baru sedikit responden yang

mendapatkan pelatihan keuangan selama lima tahun terakhir, sehingga mereka

tidak tahu apakah setelah mengikuti pelatihan keuangan mereka akan merasa

mendapatkan pengetahuan baru dibidang pengelolaan keuangan atau tidak. Risiko

yang dapat terjadi adalah pelaku UMKM ragu untuk mengikuti pelatihan keuangan

karena merasa ragu akan manfaat yang akan didapatkan dari pelatihan keuangan

tersebut. Hal tersebut belum dibarengi dengan biaya pelatihan keuangan yang

biasanya mahal. Solusi untuk mengatasi masalah ini bagi pemerintah dan pihak

terkait adalah mengadakan sosialisasi kegiatan pelatihan keuangan secara gratis

untuk pelaku UMKM dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang

menyediakan financial training.

Pada pertanyaan No. 3 mengenai pelatihan keuangan bagus untuk

menambah pengetahuan keuangan pelaku UMKM berada di tingkat sufficient

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

90

literate (71,37%) namun belum well literate, artinya responden memiliki

kepercayaan bahwa pelatihan keuangan dapat meningkatkan pengetahuan mereka

dibidang pengelolaan keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan-keputusan

bisnis mereka.

Pada pertanyaan No. 4 mengenai pelatihan keuangan dapat memotivasi

responden membeli/menggunakan produk keuangan yang berhubungan dengan

bisnisnya berada pada tingkat less literate (59,92%). Artinya, dengan mengikuti

pelatihan keuangan saja tidak lantas membuat pelaku UMKM akan membeli dan

menggunakan produk keuangan yang berhubungan dengan bisnisnya. Hal tersebut

dapat dimengerti karena berhubungan dengan tingkat kepentingan yang juga

disesuaikan dengan cost benefit yang mereka terima. Pada penelitian ini, sebanyak

108 responden merupakan pelaku usaha mikro sehingga untuk memutuskan

membeli/menggunakan produk keuangan akan sangat mempengaruhi pendapatan

bersih mereka, di mana pelaku usaha mikro mungkin merasa belum terlalu perlu

untuk menggunakan produk keuangan karena hasil penjualan mereka masih rendah.

Solusi untuk mengatasi masalah ini bagi pemerintah dan pihak terkait adalah

menyediakan produk keuangan yang terjangkau bagi usaha mikro seperti asuransi

mikro dan mengadakan sosialisasi mengenai manfaat yang dapat mereka terima

apabila menggunakan produk keuangan yang relevan dengan jenis usaha mereka.

Pada pertanyaan No. 5 mengenai pelatihan keuangan membuat responden

termotivasi untuk mempraktikkan materi pelatihan keuangan untuk bisnisnya

berada di tingkat sufficient literate (62,02%). Artinya, responden cukup literate

untuk mempraktikkan pelatihan keuangan yang didapatkannya ke dalam proses

bisnisnya, misalnya dalam membuat laporan keuangan.

4.1.2.6 Tanggapan Responden Mengenai Praktik Manajemen Keuangan

Tanggapan responden mengenai variabel praktik manajemen keuangan

terdiri dari 7 indikator, dengan jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak enam

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

91

belas item pertanyaan. Berikut disajikan hasil jawaban responden pada variabel

pelatihan keuangan.

Tabel 4.18 Distribusi Tanggapan Responden Mengenai Praktik Manajemen

Keuangan

No Indikator Skor

Aktual

Skor

Ideal % Kategori

1 Pengelolaan kas 1323 2096 63,12% Sufficient

literate

2 Pengelolaan piutang 243 524 46,37% Less

literate

3 Pengelolaan persediaan 341 524 65,08% Sufficient

literate

4 Pengelolaan investasi 866 1572 55,09% Less

literate

5 Pengelolaan

pembiayaan 995 1572 63,30%

Sufficient

literate

6 Sistem informasi

akuntansi 513 1048 48,95%

Less

literate

7 Pelaporan dan analisis

keuangan 548 1048 52,29%

Less

literate

Total 4829 8384 57,60% Less

literate

Berdasarkan tabel 4.18 di atas yang merupakan rekapitulasi jawaban

responden pada variabel praktik manajemen keuangan yang diukur menggunakan

tujuh indikator dengan enam belas item pertanyaan, diketahui bahwa skor total

untuk praktik manajemen keuangan (Y) adalah 4.829.

Secara ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap enam

belas pernyataan adalah 8.384, dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai

yang diperoleh sebesar 4.829 atau 57,60% dari skor ideal yaitu 8.384. Dengan

demikian, praktik manajemen keuangan (Y) pelaku UMKM di Provinsi DKI

Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori less literate. Hal ini menandakan

bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

92

lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, namun tidak memiliki

pengetahuan mengenai fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk

dan jasa keuangan, serta tidak memiliki keterampilan dalam menggunakan produk

dan jasa keuangan.

Dari tabel di atas, dapat diketahui terdapat empat indikator yang masih

berada di tingkat less literate yakni pengelolaan piutang (46,47%), pengelolaan

investasi (55,09%), sistem informasi akuntansi (48,95%), serta analisis dan laporan

keuangan (52,29%). Keempat indikator tersebut masih jauh dari tingkat well

literate sehingga harus ditingkatkan agar dapat membuat praktik manajemen

keuangan pelaku UMKM semakin baik. Risiko yang akan muncul akibat

pengelolaan piutang yang masih less literate adalah meningkatnya piutang tak

tertagih sehingga menyebabkan perputaran cash untuk modal usaha menjadi

terhambat karena pelaku usaha tidak dapat menagih piutang terhadap pihak lain.

Selanjutnya, risiko dari pengelolaan investasi yang masih less literate adalah tidak

tepatnya pelaku usaha melakukan investasi di suatu lembaga keuangan sehingga

dapat menyebabkan kerugian, atau terjebak pada investasi bodong. Selanjutnya,

risiko yang dapat muncul akibat sistem informasi akuntansi yang masih less literate

adalah pelaku usaha tidak dapat menggunakan informasi akuntansi untuk

mengambil keputusan karena datanya tidak tersedia dan tersimpan. Risiko yang

mungkin muncul akibat pelaku UMKM yang masih less literate terhadap analisis

dan laporan keuangan adalah pelaku UMKM tidak dapat memanfaatkan informasi

dari laporan keuangan untuk mengambil keputusan, dikarenakan pelaku usaha tidak

membuat laporan keuangan untuk usahanya. Untuk meminimalisir risiko ini,

pemerintah maupun pihak terkait dapat membuat edukasi keuangan yang membuat

pelaku UMKM melakukan praktik-praktik manajemen keuangan dengan baik.

Kategori less literate pada praktik manajemen keuangan diukur dengan

tanggapan-tanggapan responden sebagai berikut yang disajikan berdasarkan

indikatornya masing-masing.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

93

1. Pengelolaan Kas

Tabel 4.19 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Kas

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Saya menggunakan buku

kas untuk mencatat

semua pendapatan dan

pengeluaran bisnis

12 9,2 27 20,6 43 32,8 49 37,4 131 100 391 524

2

Bisnis saya telah

membuat proyeksi arus

kas 30 22,9 37 28,2 39 29,8 25 19,1 131 100 321 524

3

Bisnis saya telah

memberikan tanda

terima uang kepada

pelanggan (bill, struk,

kwitansi)

16 12,2 41 31,3 31 23,7 43 32,8 131 100 363 524

4 Bisnis saya sudah

memiliki kasir penuh

waktu (full time)

62 47,3 34 26,0 22 16,8 13 9,9 131 100 248 524

Jumlah skor total 1323 2096

Persentase Skor 63,12%

Tabel 4.19 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada

indikator pengelolaan kas yang menggunakan empat item pertanyaan. Secara ideal,

skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap empat pertanyaan adalah

2.096. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 1.323 atau

63,12% dari skor ideal yaitu 2.096. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan kas

pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori

sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki

pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa

keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk

dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum banyak

yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk ketiga

pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa 131

pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam menggunakan

buku kas untuk mencatat pendapatan dan beban, membuat proyeksi arus kas,

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

94

memberikan tanda terima uang untuk pelanggan, namun masih less literate untuk

pernyataan memiliki kasir full time. Risiko dari hal tersebut adalah pengendalian

internal terhadap kas masih lemah sehingga kas bisa tercecer dan membuat rugi

karena tidak terdapat kasir full time.

Pada pertanyaan No. 1 mengenai apakah responden telah mencatat semua

pendapatan dan pengeluaran kas pada buku kas berada ditingkat sufficient literate

(74,61%). Artinya, responden telah cukup baik dalam mencatat setiap pendapatan

dan pengeluaran bisnisnya pada buku kas. Pada pelaku usaha mikro, biasanya

mereka telah memiliki buku kas sederhana yang digunakan untuk mencatat berapa

jumlah pendapatan dan pengeluaran sehari-hari meskipun buku kas tersebut masih

sangat sederhana. Manfaat mencatat setiap pendapatan dan pengeluaran pada buku

kas adalah dapat mengetahui apakah di hari tersebut pelaku usaha mendapatkan

keuntungan atau tidak secara kas.

Pada pertanyaan No. 2 mengenai pelaku usaha telah membuat proyeksi arus

kas untuk bisnisnya dan berada di tingkat sufficient literate (61,26%). Namun,

pernyataan tersebut tidak mengukur apakah pelaku usaha telam membuat proyeksi

arus kas dengan benar. Dilansir dari Jurnal, terdapat 5 cara untuk mengelola arus

kas dengan baik, yaitu: 1) Tulis semua pendapatan dan pengeluaran; 2) Pisahkan

antara rekening bisnis dan pribadi; 3) Menetapkan target pendapatan; 4) Melakukan

evaluasi setiap bulan; 5) Menggunakan bantuan software pengelolaan keuangan.

Pada pertanyaan No. 3 mengenai responden telah memberikan tanda terima

uang kepada pelanggan berada pada tingkat sufficient literate (69,27%). Artinya,

responden telah cukup mengetahui pentingnya memiliki dokumen untuk kemudian

dilakukan pencatatan atas penjualan yang terjadi.

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

95

2. Pengelolaan Piutang

Tabel 4.20 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Piutang

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Bisnis saya memiliki

kebijakan dalam

memberikan kredit kepada

pelanggan/reseller (seperti

mempersiapkan aging

schedule atau daftar

tagihan bagi konsumen

yang mengajukan

pembayaran kredit)

66 50,4 30 22,9 23 17,6 12 9,2 131 100 243 524

Jumlah skor total 243 524

Persentase Skor 46,37%

Tabel 4.20 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator

pengelolaan piutang yang menggunakan satu item pertanyaan. Secara ideal, skor

yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan adalah 524.

Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 243 atau 46,37%

dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan piutang

pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori less

literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki

pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa

keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat, dan risiko,

hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki

keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 131 responden yang mengisi

kuesioner masih berada di tingkat less literate untuk pengelolaan piutang, di mana

pelaku UMKM belum banyak yang menyiapkan kebijakan kredit seperti aging

schedule atau daftar tagihan piutang yang mereka miliki. Risiko dari pernyataan ini

adalah meningkatnya piutang tak tertagih sehingga menghambat operasional bisnis

pelaku usaha karena pengelolaan piutangnya masih less literate. Untuk

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

96

meminimalisir risiko tersebut, pemerintah maupun pihak terkait dapat membuat

edukasi keuangan terkait cara-cara mengelola piutang usaha untuk pelaku UMKM.

3. Pengelolaan Persediaan

Tabel 4.21 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan

Persediaan

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Dalam bisnis saya telah

terdapat catatan

rangkuman jumlah

inventaris/persediaan

yang digunakan (contoh:

jumlah stok barang yang

tersedia minggu ini)

24 18,3 35 26,7 41 31,3 31 23,7 131 100 341 524

Jumlah skor total 341 524

Persentase Skor 65,08%

Tabel 4.21 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada

indikator pengelolaan persediaan yang menggunakan satu item pertanyaan. Secara

ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap satu pertanyaan

adalah 524. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 341

atau 65,08% dari skor ideal yaitu 524. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan

persediaan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada

kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah

memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk

dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait

produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum

banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa

keuangan.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk

pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa 131

pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam melakukan

pencatatan jumlah persediaan barang dagang.

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

97

4. Pengelolaan Investasi

Tabel 4.22 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan Investasi

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Bisnis saya telah

melakukan investasi pada

aset jangka panjang

maupun jangka pendek

(emas, tanah dan

bangunan, ternak,

properti, asuransi, reksa

dana, deposito, tabungan)

61 46,6 33 25,2 22 16,8 15 11,5 131 100 253 524

2

Sebagai pelaku usaha,

saya mencari nasihat

profesional sebelum

berinvestasi (konsultan

bisnis, adviser, orang

yang berpengalaman &

profesional dalam

investasi)

45 34,4 33 25,2 30 22,9 23 17,6 131 100 293 524

3

Sebagai pelaku usaha,

saya mengevaluasi

investasi yang telah

dilakukan setelah jangka

waktu tertentu

32 24,4 30 22,9 48 36,6 21 16,0 131 100 320 524

Jumlah skor total 866 1572

Persentase Skor 55,09%

Tabel 4.22 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator

pengelolaan investasi yang menggunakan tiga item pertanyaan. Secara ideal, skor

yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan adalah 1.572.

Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 866 atau 55,09%

dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan investasi

pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada kategori less

literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah memiliki

pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa

keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat, dan risiko,

hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki

keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

98

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 131 responden yang mengisi

kuesioner masih berada di tingkat less literate untuk pengelolaan investasi,

khususnya pada dua pernyataan mengenai telah melakukan investasi jangka

panjang dan jangka pendek, serta mencari penasehat professional sebelum mereka

berinvestasi. Risiko yang muncul akibat kedua pernyataan tersebut masih less

literate adalah pelaku UMKM tidak melakukan perencanaan investasi keuangan

untuk jangka panjang dan jangka pendek yang berarti pelaku UMKM masih belum

dapat mengandalkan pendapatan dari sumber-sumber pendapatan lain. Selain itu,

pelaku UMKM juga masih less literate dalam mencari nasihat professional sebelum

melakukan investasi, hal tersebut dapat mengakibatkan kesalahan memilih produk

investasi yang aman atau bahkan lebih buruknya terjebak kasus investasi bodong.

Untuk meminimalisir kedua pernyataan tersebut, pemerintah maupun pihak terkait

dapat membuat edukasi keuangan yang berkaitan dengan investasi yang cocok dan

bermanfaat bagi pelaku UMKM serta melakukan sosialisasi kepada pelaku UMKM

terkait harus pergi kemana untuk meminta nasihat professional jika ingin

melakukan investasi.

5. Pengelolaan Pembiayaan

Tabel 4.23 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Pengelolaan

Pembiayaan

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Sebelum saya

mengajukan pinjaman,

saya sudah membuat

rencana bagaimana dana

pinjaman akan digunakan

38 29,0 16 12,2 43 32,8 34 26,0 131 100 335 524

2

Pembiayaan usaha

bersumber dari modal

pribadi dan keuntungan

yang dihasilkan usaha

9 6,9 15 11,5 44 33,6 63 48,1 131 100 423 524

3 Pembiayaan usaha

bersumber dari

hutang/pinjaman

63 48,1 37 28,2 24 18,3 7 5,3 131 100 237 524

Jumlah skor total 995 1572

Persentase Skor 63,30%

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

99

Tabel 4.23 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada

indikator pengelolaan pembiayaan yang menggunakan tiga item pertanyaan. Secara

ideal, skor yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan

adalah 1.572. Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 995

atau 63,30% dari skor ideal yaitu 1.572. Dengan demikian, sub variabel pengelolaan

pembiayaan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada

kategori sufficient literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah

memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk

dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat, dan risiko, hak dan kewajiban terkait

produk dan jasa keuangan. Namun, belum mencapai tingkat well literate atau belum

banyak yang memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa

keuangan.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden untuk

pernyataan tersebut berada pada tingkat sufficient literate yang berarti bahwa 131

pelaku UMKM yang menjadi responden sudah cukup literate dalam merencanakan

tujuan terlebih dahulu ketika mengajukan pinjaman serta lebih mengandalkan

pinjaman dari modal pribadi dan keuntungan yang dihasilkan usaha. Namun, untuk

pembiayaan usaha yang berasal dari hutang dikategorikan masih less literate

(45,22%). Hal itu menandakan bahwa belum banyak pelaku UMKM yang

memanfaatkan pinjaman yang memang ditujukan untuk mereka. Pettit dan Singer

(1985) yang mengemukakan bahwa pembiayaan adalah masalah paling sulit dari

UKM yang berada di Amerika Serikat (Jennifer & Dennis, 2015: 69). Hal tersebut

dikarenakan pembiayaan eksternal lebih mahal daripada pembiayaan internal

(Watson et al., 1998; Datta, 2010; Jennifer & Dennis, 2015: 69).

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

100

6. Sistem Informasi Akuntansi

Tabel 4.24 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Sistem Informasi

Akuntansi

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Bisnis yang saya jalankan

menerapkan sistem

akuntansi formal (sistem

akuntansi yang dibuat

oleh akuntan)

68 51,9 26 19,8 22 16,8 15 11,5 131 100 246 524

2

Bisnis saya telah

menggunakan software

aplikasi atau perangkat

lunak yang ada di

komputer dalam mencatat

transaksi dan membantu

mengelola keuangan

usaha

60 45,8 26 19,8 25 19,1 20 15,3 131 100 267 524

Jumlah skor total 513 1048

Persentase Skor 48,95%

Tabel 4.24 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator sistem

informasi akuntansi yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara ideal, skor

yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap dua pertanyaan adalah 1.048.

Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 513 atau 48,95%

dari skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel sistem informasi

akuntansi pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada

kategori less literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah

memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk

dan jasa keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat,

dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak

memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 131 responden yang mengisi

kuesioner masih berada di tingkat less literate untuk kedua pertanyaan di atas.

Berdasarkan pertanyaan nomor satu (46,94%), dapat diketahui bahwa belum

banyak pelaku UMKM yang menggunakan sistem akuntansi formal yang dibuat

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

101

oleh seorang Akuntan. Risiko yang muncul dari pernyataan tersebut adalah tidak

tepatnya sistem akuntansi yang dipakai oleh pelaku UMKM apabila sistem

akuntansi mereka tidak dibuat oleh seorang Akuntan. Misalnya dalam masalah

depresiasi, jika bukan seorang akuntan yang membuat, bisa jadi perhitungan

depresiasi menjadi salah atau tidak memasukkan depresiasi ke dalam perhitungan

dan komponen-komponen lain yang penting.

Berdasarkan pertanyaan nomor dua, dapat diketahui bahwa tanggapan

responden dalam pemakaian software untuk laporan keuangan masih less literate

(50,95%) yang menandakan bahwa belum banyak responden yang menggunakan

software laporan keuangan untuk mencatat transaksi usaha dan membantu

mengelola keuangan mereka. Padahal sudah cukup banyak perusahaan berbasis

digital atau start up yang menyediakan software pengelola keuangan untuk sebuah

bisnis, namun responden pada penelitian ini masih less literate dalam praktik

penggunaan software tersebut. Risiko yang mungkin muncul akibat pelaku UMKM

masih less literate dalam penggunaan software adalah tidak dapat meningkat

keefektifan dan keefisien dalam melakukan usaha yang mereka kelola. Untuk

meminimalisir risiko tersebut, pemerintah dan pihak terkait khususnya start up

yang menyediakan software laporan keuangan dapat melakukan sosialisasi cara,

manfaat dan keuntungan jika pelaku UMKM menggunakan software untuk

mengelola keuangan bisnis mereka.

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

102

7. Analisa dan Laporan Keuangan

Tabel 4.25 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Analisa dan Laporan

Keuangan

No Pernyataan 1 2 3 4 Jumlah

Skor

Total

Skor

Ideal f % f % f % f % f %

1

Saya menyiapkan laporan

keuangan yang terdiri dari

laporan laba rugi, neraca

dan catatan atas laporan

keuangan/CALK untuk

bisnis saya

Pilih 1 jika tidak

membuat laporan

keuangan

Pilih 2 jika membuat satu

laporan keuangan

Pilih 3 jika membuat dua

laporan keuangan

Pilih 4 jika membuat tiga

laporan keuangan

54 41,2 43 32,8 19 14,5 15 11,5 131 100 257 524

2

Saya menggunakan

informasi keuangan

dalam laporan keuangan

bisnis untuk mengelola

keuangan bisnis

42 32,1 40 30,5 27 20,6 22 16,8 131 100 291 524

Jumlah skor total 548 1048

Persentase Skor 52,29%

Tabel 4.25 di atas merupakan rekapitulasi jawaban responden pada indikator analisa

dan laporan keuangan yang menggunakan dua item pertanyaan. Secara ideal, skor

yang diharapkan untuk jawaban responden terhadap tiga pertanyaan adalah 1.048.

Dari perhitungan dalam tabel menunjukkan nilai yang diperolah 548 atau 52,29%

dari skor ideal yaitu 1.048. Dengan demikian, sub variabel analisa dan laporan

keuangan pelaku UMKM di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat berada pada

kategori less literate. Hal ini menandakan bahwa 131 pelaku UMKM telah

memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk

dan jasa keuangan, namun tidak memiliki pengetahuan mengenai fitur, manfaat,

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

103

dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta tidak

memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 131 responden yang mengisi

kuesioner masih berada di tingkat less literate untuk kedua pernyataan di atas. Pada

pertanyaan nomor satu masih berada di tingkat less literate (49,04%) dan sebanyak

41,2% responden tidak membuat laporan keuangan, dan 32,8% memilih angka

nomor dua yang berarti membuat satu laporan keuangan di mana biasanya pelaku

UMKM membuat laporan arus kas masuk dan arus kas keluar. Risiko dari pelaku

UMKM yang masih less literate terhadap pembuatan laporan keuangan adalah

menyebabkan pelaku UMKM menjadi unbankable karena tidak memiliki laporan

keuangan. Selain itu, pelaku UMKM dalam membuat sebuah keputusan untuk

kelangsungan bisnisnya tidak bisa mengandalkan informasi dari laporan keuangan

karena tidak membuat laporan keuangan. Hal tersebut dapat menghambat tumbuh

dan berkembangnya sebuah usaha untuk dapat naik kelas, khususnya usaha mikro.

Untuk meminimalisir risiko ini, pemerintah dan pihak terkait lainnya harus

mengadakan pelatihan keuangan yang melibatkan akuntan untuk mengajarkan

membuat laporan keuangan yang baik sesuai dengan SAK EMKM.

Pada pernyataan nomor dua di atas, diketahui bahwa tanggapan responden

masih less literate (55,53%) dimana sebanyak 62,6% responden memilih angka 1

dan 2 untuk menanggapi pernyataan bahwa mereka menggunakan informasi

keuangan dalam laporan keuangan bisnis untuk mengelola keuangan bisnis. Hal

tersebut dapat diartikan bahwa pelaku UMKM tidak menggunakan informasi

keuangan dalam laporan keuangan bisnisnya karena memang tidak membuat

laporan keuangan atau tidak dapat membaca informasi keuangan mereka. Risiko

dari pernyataan tersebut adalah tidak tepatnya keputusan yang diambil oleh pelaku

UMKM dalam mengelola keuangan usahanya. Untuk meminimalisir risiko ini,

pemerintah dan pihak terkait dapat membuat edukasi keuangan terkait cara

membaca dan melakukan analisis pada laporan keuangan usahanya.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

104

4.1.3 Hasil Uji Instrumen Penelitian

4.1.3.1 Hasil Uji Validitas

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh hasil uji

validitas bahwa semua item pertanyaan adalah valid yaitu r hitung lebih besar dari

r tabel atau di atas titik kritis 0,3 (lihat lampiran). Hanya pertanyaan yang valid saja

yang digunakan untuk penelitian. Hasil uji validitas kuesioner untuk variabel-

variabel yang terdapat dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.26 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Keuangan

Variabel No.

Item

Koefisien

Validitas

Titik Kritis Kesimpulan

Pengetahuan

Keuangan

(X1)

1 0,662 0,300 Valid

2 0,604 0,300 Valid

3 0,558 0,300 Valid

4 0,626 0,300 Valid

5 0,505 0,300 Valid

6 0,694 0,300 Valid

7 0,663 0,300 Valid

8 0,557 0,300 Valid

Tabel 4.27 Hasil Uji Validitas Perilaku Keuangan

Variabel No.

Item

Koefisien

Validitas Titik Kritis Kesimpulan

Perilaku

Keuangan

(X2)

1 0,765 0,300 Valid

2 0,765 0,300 Valid

3 0,684 0,300 Valid

4 0,613 0,300 Valid

5 0,663 0,300 Valid

6 0,486 0,300 Valid

Tabel 4.28 Hasil Uji Validitas Sikap Keuangan

Variabel No.

Item

Koefisien

Validitas Titik Kritis Kesimpulan

Sikap

Keuangan

(X3)

1 0,662 0,300 Valid

2 0,733 0,300 Valid

3 0,739 0,300 Valid

4 0,672 0,300 Valid

5 0,765 0,300 Valid

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

105

Tabel 4.29 Hasil Uji Validitas Pelatihan Keuangan

Variabel No.

Item

Koefisien

Validitas Titik Kritis Kesimpulan

Pelatihan

Keuangan

(X4)

1 0,892 0,300 Valid

2 0,939 0,300 Valid

3 0,808 0,300 Valid

4 0,915 0,300 Valid

5 0,924 0,300 Valid

Tabel 4.30 Hasil Uji Validitas Praktik Manajemen Keuangan

Variabel No.

Item

Koefisien

Validitas Titik Kritis Kesimpulan

Praktik

Manajemen

Keuangan (Y)

1 0,675 0,300 Valid

2 0,657 0,300 Valid

3 0,535 0,300 Valid

4 0,636 0,300 Valid

5 0,531 0,300 Valid

6 0,704 0,300 Valid

7 0,623 0,300 Valid

8 0,680 0,300 Valid

9 0,654 0,300 Valid

10 0,512 0,300 Valid

11 0,456 0,300 Valid

12 0,443 0,300 Valid

13 0,661 0,300 Valid

14 0,672 0,300 Valid

15 0,683 0,300 Valid

16 0,724 0,300 Valid

4.1.3.2 Hasil Uji Reliabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS diperoleh hasil uji

reliabilitas menunjukkan nilai cronbach’s alpha di atas 0,70 (lihat lampiran). Hal

ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel

sehingga dapat digunakan dalam melakukan analisis guna menjawab permasalahan

penelitian atau bahwa alat ukur yang digunakan untuk mengukur seluruh variabel

sudah memberikan hasil yang konsisten dan dapat diandalkan untuk penelitian

selanjutnya. Hasil uji reliabilitas kuesioner untuk variabel-variabel yang terdapat

dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut:

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

106

Tabel 4.31 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Koefisien

Reliabilitas Titik Kritis Kesimpulan

Pengetahuan

Keuangan (X1) 0,758 0,700 Reliabel

Perilaku

Keuangan (X2) 0,749 0,700 Reliabel

Sikap Keuangan

(X3) 0,760 0,700 Reliabel

Pelatihan

Keuangan (X4) 0,938 0,700 Reliabel

Praktik

Manajemen

Keuangan (Y)

0,891 0,700 Reliabel

4.1.4 Hasil Uji Asumsi Klasik

4.1.4.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji

normalitas kuesioner berdasarkan uji kolmogorov-smirnov untuk penelitian ini

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.32 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 131

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std.

Deviation

5.89049854

Most Extreme

Differences

Absolute .071

Positive .071

Negative -.038

Test Statistic .071

Asymp. Sig. (2-tailed) .183c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

107

Dari hasil pengujian normalitas data di atas, terlibat bahwa nilai signifikansi

yang diperoleh sebesar 0,183 nilai tersebut berada di atas 0,05 yang menunjukkan

bahwa nilai residual dalam data berdistribusi secara normal. Dengan kata lain

asumsi normalitas data sudah terpenuhi.

4.1.5 Hasil Analisis Korelasi

Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan keuangan (X1), perilaku

keuangan (X2), sikap keuangan (X3), pelatihan keuangan (X4), dan praktik

manajemen keuangan (Y). Koefisien korelasi diantara variabel tersebut dihitung

menggunakan rumus korelasi pearson product moment menggunakan program

software SPSS 24 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.33 Korelasi Antara Variabel Penelitian

Correlations

pengetahuan

_keuangan

perilaku_

keuangan

sikap_

keuangan

pelatihan_

keuangan

praktik_

manajemen_

keuangan

pengetahuan_keuangan Pearson Correlation 1 .482** .417** .511** .565**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 131 131 131 131 131

perilaku_keuangan Pearson Correlation .482** 1 .648** .389** .667**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 131 131 131 131 131

sikap_keuangan Pearson Correlation .417** .648** 1 .331** .524**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 131 131 131 131 131

pelatihan_keuangan Pearson Correlation .511** .389** .331** 1 .541**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 131 131 131 131 131

Praktik_manajemen_

keuangan

Pearson Correlation .565** .667** .524** .541** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 131 131 131 131 131

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel 4.33 hasil analisis korelasi tersebut dapat dijelaskan bahwa:

• Hubungan antara pengetahuan keuangan (X1) dengan perilaku keuangan (X2)

sebesar 0,482 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori

sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan

keuangan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula perilaku keuangan

pelaku umkm.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

108

• Hubungan antara pengetahuan keuangan (X1) dengan sikap keuangan (X3)

sebesar 0,417 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori

sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan

keuangan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula sikap keuangan

pelaku umkm.

• Hubungan antara pengetahuan keuangan (X1) dengan pelatihan keuangan (X4)

sebesar 0,511 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori

sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pelatihan keuangan

yang didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula

pengetahuan keuangan pelaku umkm.

• Hubungan antara pengetahuan keuangan (X1) dengan praktik manajemen

keuangan (Y) sebesar 0,565 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam

kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan

keuangan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula pengetahuan

keuangan pelaku umkm.

• Hubungan antara perilaku keuangan (X2) dengan sikap keuangan (X3) sebesar

0,648 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori kuat. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa semakin baik perilaku keuangan pelaku umkm,

akan diikuti oleh semakin baik pula sikap keuangan pelaku umkm.

• Hubungan antara perilaku keuangan (X2) dengan pelatihan keuangan (X4)

sebesar 0,389 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori

rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pelatihan keuangan

yang didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula perilaku

keuangan pelaku umkm.

• Hubungan antara perilaku keuangan (X2) dengan praktik manajemen keuangan

(Y) sebesar 0,667 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori

kuat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik perilaku keuangan

pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula praktik manajemen

keuangan pelaku umkm.

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

109

• Hubungan antara sikap keuangan (X3) dengan pelatihan keuangan (X4) sebesar

0,331 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori rendah. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pelatihan keuangan yang

didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula sikap keuangan

pelaku umkm.

• Hubungan antara sikap keuangan (X3) dengan praktik manajemen keuangan

(Y) sebesar 0,524 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam kategori

sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik sikap keuangan yang

didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula praktik

manajemen keuangan pelaku umkm.

• Hubungan antara pelatihan keuangan (X4) dengan praktik manajemen

keuangan (Y) sebesar 0,541 nilai korelasi bertanda positif dan termasuk dalam

kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pelatihan

keuangan yang didapatkan pelaku umkm, akan diikuti oleh semakin baik pula

praktik manajemen keuangan pelaku umkm.

4.1.6 Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2),

sikap keuangan (X3), pelatihan keuangan (X4), terhadap praktik manajemen

keuangan (Y) dapat ditunjukan oleh koefisien determinasi dengan rumus sebagai

berikut:

KD = R2 x 100%

= 0,7562 x 100%

= 57,2%

Artinya variabel pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2), sikap

keuangan (X3), dan pelatihan keuangan (X4) memberikan pengaruh sebesar 57,2%

terhadap praktik manajemen keuangan (Y). Sedangkan sisanya sebesar 42,8%

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

110

praktik manajemen keuangan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini.

4.1.7 Analisis Statistik dan Pengujian Hipotesis

Data yang telah ditransformasikan dari data ordinal menjadi data interval

menggunakan Method of Successice Interval selanjutnya akan dianalisis

menggunakan metode analisis jalur (path analysis). Sesuai dengan metode

penelitian yang telah dijelaskan pada bab tiga bahwa penelitian ini menggunakan

model:

�̅� = 𝜌𝑦𝑥1𝑋1 + 𝜌𝑦𝑥2𝑋2 + 𝜌𝑦𝑥3𝑋3 + 𝜌𝑦𝑥4𝑋4 + 𝜀

Model ini menunjukkan pengaruh pengetahuan keuangan (X1), perilaku

keuangan (X2), sikap keuangan (X3), dan pelatihan keuangan (X4) terhadap praktik

manajemen keuangan (Y) pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.

Pengujian model tersebut menggunakan analisis statistik dengan hasil pengujian

model dan hipotesis yang diuraikan di bawah ini.

4.1.7.1 Pengetahuan Keuangan (X1), Perilaku Keuangan (X2), Sikap Keuangan

(X3) dan Pelatihan Keuangan (X4) berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap Praktik Manajemen Keuangan (Y)

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh

pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2), sikap keuangan (X3), dan

pelatihan keuangan (X4) berpengaruh terhadap praktik manajemen keuangan (Y).

Dalam metode analisis jalur, untuk mencari hubungan kausal atau pengaruh

variabel-variabel penelitian, terlebih dahulu dihitung matriks korelasi dari variabel-

variabel pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2), sikap keuangan (X3),

dan pelatihan keuangan (X4) berpengaruh terhadap praktik manajemen keuangan

(Y).

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

111

Tabel 4.34 Matriks Korelasi Antar Variabel

Variabel X1 X2 X3 X4 Y

X1 1 0,482 0,417 0,511 0,565

X2 0,482 1 0,648 0,389 0,667

X3 0,417 0,648 1 0,331 0,524

X4 0,511 0,389 0,331 1 0,541

Y 0,565 0,667 0,524 0,541 1

Tabel 4.35 Matriks Korelasi Antar Variabel Independen

Variabel X1 X2 X3 X4

X1 1 0,482 0,417 0,511

X2 0,482 1 0,648 0,389

X3 0,417 0,648 1 0,331

X4 0,511 0,389 0,331 1

Berdasarkan matriks korelasi di atas dapat dihitung matriks inversnya:

Tabel 4.36 Invers Matriks Korelasi

Variabel X1 X2 X3 X4

X1 1,576 -0,400 -0,205 -0,582

X2 -0,400 1,934 -1,016 -0,211

X3 -0,205 -1,016 1,773 -0,087

X4 -0,582 -0,211 -0,087 1,408

Berdasarkan hasil perhitungan matriks korelasi dan matriks invers, maka

dapat diperoleh koefisien jalur, pengaruh secara keseluruhan dari X1, X2, X3, dan

X4 serta koefisien jalur variabel lainnya di luar X1, X2, X3, dan X4 (koefisien residu).

𝜌𝑦𝑥𝑗 = 𝑅−1𝑅𝑦𝑥1

𝜌𝑦𝑥1

=

𝜌𝑥1𝑥1 𝜌𝑥1𝑥2 𝜌𝑥1𝑥3 𝜌𝑥1𝑥4 -1 𝑟𝑦𝑥1

𝜌𝑦𝑥2 𝜌𝑥2𝑥2 𝜌𝑥2𝑥3 𝜌𝑥2𝑥4 𝑟𝑦𝑥2

𝜌𝑦𝑥3 𝜌𝑥3𝑥3 𝜌𝑥3𝑥4 𝑟𝑦𝑥3

𝜌𝑦𝑥4 𝜌𝑥4𝑥4 𝑟𝑦𝑥4

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

112

𝜌𝑦𝑥1

=

1 0,482 0,417 0,511 -1 0,565

𝜌𝑦𝑥2 1 0,648 0,389 0,667

𝜌𝑦𝑥3 1 0,331 0,524

𝜌𝑦𝑥4 1 0,541

Sehingga diperoleh nilai koefisien jalur:

𝜌𝑦𝑥1

=

0,202

𝜌𝑦𝑥2 0,417

𝜌𝑦𝑥3 0,088

𝜌𝑦𝑥4 0,247

Perhitungan koefisien determinasi 𝑅2𝑦(𝑥1𝑥2𝑥3𝑥4)

𝑅2𝑦(𝑥1𝑥2𝑥3𝑥4) = 𝜌𝑦𝑥1 𝜌𝑦𝑥2 𝜌𝑦𝑥3 𝜌𝑦𝑥4 x

𝑟𝑦𝑥1

𝑟𝑦𝑥2

𝑟𝑦𝑥3

𝑟𝑦𝑥4

𝑅2𝑦(𝑥1𝑥2𝑥3𝑥4) = 0,202 0,417 0,088 0,247 x

0,565

0,667

0,524

0,541

Pengaruh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model (𝜌𝑦ɛ)

Perhitungan 𝜌𝑦ɛ

𝜌𝑦ɛ = 1 - 𝑅2𝑦(𝑥1𝑥2𝑥3𝑥4)

𝜌𝑦ɛ = 1 - 0,572 = 0,428

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

113

Tabel 4.37 Besaran Koefisien Jalur

Variabel Koefisien Jalur Pengaruh Secara

Bersamaan

Pengaruh

Residu

Pengetahuan Keuangan 𝜌𝑦𝑥1 = 0,202

0,572 0,428 Perilaku Keuangan 𝜌𝑦𝑥2 = 0,417

Sikap Keuangan 𝜌𝑦𝑥3 = 0,088

Pelatihan Keuangan 𝜌𝑦𝑥4 = 0,247

Dengan memperhatikan tabel di atas, maka diperoleh persamaan jalur sebagai

berikut:

Y = 0,202X1 + 0,417X2 + 0,088X4 + 0,247X4 + ɛ1

Dari persamaan di atas dapat diartikan bahwa nilai koefisien jalur variabel

perilaku keuangan (X4) lebih besar dibandingkan koefisien jalur variabel

pengetahuan keuangan (X1), sikap keuangan (X3), dan pelatihan keuangan (X4)

artinya variabel perilaku keuangan menentukan (berpengaruh lebih besar) terhadap

praktik manajemen keuangan yang dilakukan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan

menengah dibandingkan variabel pengetahuan keuangan, sikap keuangan, dan

pelatihan keuangan baik secara langsung maupun tak langsung. Koefisien jalur

untuk pengaruh pengetahuan keuangan terhadap praktik manajemen keuangan

(𝜌𝑦𝑥1) bertanda positif dengan nilai sebesar 0,202. Koefisien jalur untuk pengaruh

sikap keuangan terhadap praktik manajemen keuangan (𝜌𝑦𝑥3) bertanda positif

dengan nilai sebesar 0,088. Koefisien jalur untuk pengaruh pelatihan keuangan

terhadap praktik manajemen keuangan (𝜌𝑦𝑥4) bertanda positif dengan nilai sebesar

0,247.

Dari tabel diperoleh total pengaruh variabel pengetahuan keuangan,

perilaku keuangan, sikap keuangan, pelatihan keuangan terhadap praktik

manajemen keuangan adalah sebesar 0,572 atau sekitar 57,2%, sedangkan pengaruh

faktor lainnya terhadap praktik manajemen keuangan ditunjukan dengan nilai 0,428

atau sekitar 42,8%. Dengan kata lain, variabel praktik manajemen keuangan dapat

dijelaskan sebesar 57,2% oleh variabel pengetahuan keuangan, perilaku keuangan,

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

114

sikap keuangan, dan pelatihan keuangan. Sisanya sebesar 42,8% variabel praktik

manajemen keuangan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

X1

X2

X3

X4

0,417

0,5110,648

0,389

0,482

0,331

Y

0,202

0,417

0,088

0,247

e

Gambar 4.7 Diagram Koefisien Jalur Pengaruh Financial Knowledge (X1),

Financial Behavior (X2), Financial Attitude (X3), dan Financial Training (X4)

terhadap Financial Management Practices (Y)

4.1.7.2 Kontribusi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Perhitungan besarnya kontribusi pengaruh langsung (direct effect) dan tidak

langsung (indirect effect) dari diagram jalur di atas dapat dilihat pada uraian berikut:

1. Pengaruh secara langsung pengetahuan keuangan (X1) terhadap praktik

manajemen keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥1)2 x 100

= (0,202)2 x 100

= 4,080%

2. Pengaruh secara langsung perilaku keuangan (X2) terhadap praktik manajemen

keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥2)2 x 100

= (0,417)2 x 100

= 17,389%

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

115

3. Pengaruh secara langsung sikap keuangan (X3) terhadap praktik manajemen

keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥3)2 x 100

= (0,088)2 x 100

= 0,774%

4. Pengaruh secara langsung pelatihan keuangan (X4) terhadap praktik

manajemen keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥4)2 x 100

= (0,247)2 x 100

= 6,101%

5. Pengaruh secara tidak langsung pengetahuan keuangan (X1) melalui perilaku

keuangan (X2) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥1) x (𝑟𝑥1𝑥2)

x (𝜌𝑦𝑥2)

= (0,202) x (0,482) x (0,417)

= 0,041%

6. Pengaruh secara tidak langsung pengetahuan keuangan (X1) melalui sikap

keuangan (X3) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥1) x (𝑟𝑥1𝑥3)

x (𝜌𝑦𝑥3)

= (0,202) x (0,417) x (0,088)

= 0,007%

7. Pengaruh secara tidak langsung pengetahuan keuangan (X1) melalui pelatihan

keuangan (X4) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥1) x (𝑟𝑥1𝑥4)

x (𝜌𝑦𝑥4)

= (0,202) x (0,511) x (0,247)

= 0,025%

8. Pengaruh secara tidak langsung perilaku keuangan (X2) melalui sikap

keuangan (X3) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥2) x (𝑟𝑥2𝑥3)

x (𝜌𝑦𝑥3)

= (0,417) x (0,648) x (0,088)

= 0,024%

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

116

9. Pengaruh secara tidak langsung perilaku keuangan (X2) melalui pelatihan

keuangan (X4) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥2) x (𝑟𝑥2𝑥4)

x (𝜌𝑦𝑥4)

= (0,417) x (0,389) x (0,247)

= 0,040%

10. Pengaruh secara tidak langsung sikap keuangan (X3) melalui pelatihan

keuangan (X4) terhadap praktik manajemen keuangan (Y)

= (𝜌𝑦𝑥3) x (𝑟𝑥3𝑥4)

x (𝜌𝑦𝑥4)

= (0,088) x (0,311) x (0,247)

= 0,006%

Tabel 4.38 Rekapitulasi Besarnya Kontribusi Pengaruh

𝝆𝒚𝒙𝒊 Direct

Effects

Indirect Effects Total

Effects

X1 X2 X3 X4

(X1) Pengetahuan

Keuangan 0,202 4,080% - 0,041% 0,007% 0,025% 4,153%

(X2) Perilaku

Keuangan 0,417 17,389% - - 0,024% 0,040% 17,453%

(X3) Sikap

Keuangan 0,088 0,774% - - - 0,006% 0,78%

(X4) Pelatihan

Keuangan 0,247 6,101% - - - - 6,101%

Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS V 24.0

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

117

Tabel 4.39 Rekapitulasi Besarnya Kontribusi Pengaruh Total

𝝆𝒚𝒙𝒊 Direct

Effects

Indirect Effects Total

Effects X1 X2 X3 X4

(X1)

Pengetahuan

Keuangan

0,202 4,080% - 0,041% 0,007% 0,025% 4,153%

(X2) Perilaku

Keuangan 0,417 17,389% 0,041% - 0,024% 0,040% 17,494%

(X3) Sikap

Keuangan 0,088 0,774% 0,007% 0,024% - 0,006% 0,811%

(X4) Pelatihan

Keuangan 0,247 6,101% 0,025% 0,040% 0,006% - 6,172%

Total 28,63%

Sumber: Hasil olah data menggunakan program SPSS V 24.0

Tabel 4.38 menunjukkan jumlah pengaruh secara keseluruhan jika

diasumsikan bahwa semua variabel eksogen memiliki pengaruh terhadap praktik

manajemen keuangan secara langsung dan tidak langsung melalui setiap variabel

eksogen lainnya, di mana perhitungan ini digunakan untuk mengetahui nilai

epsilon. Sementara tabel 4.39 menunjukkan pengaruh total variabel eksogen dengan

praktik manajemen keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung yang

disesuaikan dengan model diagram jalur yang digunakan pada penelitian ini.

Interpretasi untuk tabel 4.38 adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan keuangan (X1) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 4,153%

terhadap praktik manajemen keuangan (Y) pada pelaku UMKM di provinsi

DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan rinciannya 4,080% merupakan besar

pengaruh langsung dan 0,073% merupakan kontribusi pengaruh tidak langsung

melalui perilaku keuangan (X2), sikap keuangan (X3) dan pelatihan keuangan

(X4).

b. Perilaku keuangan (X2) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 17,453%

terhadap praktik manajemen keuangan (Y) pada pelaku UMKM di provinsi

DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan rinciannya 17,389% merupakan besar

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

118

pengaruh langsung dan 0,064% merupakan kontribusi pengaruh tidak langsung

melalui sikap keuangan (X3) dan pelatihan keuangan (X4).

c. Sikap keuangan (X3) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 0,78% terhadap

praktik manajemen keuangan (Y) pada pelaku UMKM di provinsi DKI Jakarta

dan Jawa Barat dengan rinciannya 0,78% merupakan besar pengaruh langsung

dan 0,006% merupakan kontribusi pengaruh tidak langsung melalui pelatihan

keuangan (X4).

d. Pelatihan keuangan (X4) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 6,101%

terhadap praktik manajemen keuangan (Y) pada pelaku UMKM di provinsi

DKI Jakarta dan Jawa Barat.

4.1.7.3 Pengaruh Variabel Lainnya

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, secara simultan pengetahuan

keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan keuangan memberikan

kontribusi pengaruh sebesar 57,2% terhadap praktik manajemen keuangan,

sedangkan terdapat 42,8% (1-R2) sisa yang merupakan besar kontribusi pengaruh

dari faktor lainnya yang tidak diteliti, di mana faktor-faktor tersebut dapat

bermacam-macam. Namun, pada penelitian terdahulu terdapat beberapa peneleitian

atas faktor lain yang berpengaruh terhadap praktik manajemen keuangan yang

mungkin termasuk ke dalam faktor lain yang memberikan kontribusi pengaruh

42,8% dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut misalnya antara lain seperti

financial access (Sabana, 2014) dan financial awareness (Eniola & Entebang,

2017). Financial access dikatakan memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen

keuangan dikarenakan pelaku usaha dapat melakukan praktik manajemen keuangan

dengan baik terkait pengelolaan investasi dan pembiayaan jika mereka memiliki

kemudahan dalam melakukan akses keuangan. Sedangkan untuk financial

awareness dikatakan memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen keuangan

dikarenakan pelaku usaha yang memiliki financial awareness akan berusaha

melakukan praktik manajemen keuangan dengan baik terkait pengelolaan kas,

pengelolaan piutang, analisis dan laporan keuangan.

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

119

4.1.7.4 Pengujian Hipotesis Secara Keseluruhan (Simultan)

Hipotesis utama penelitian ini adalah pngetahuan keuangan (X1), perilaku

keuangan (X2), sikap keuangan (X3), dan pelatihan keuangan (X4) berpengaruh

terhadap praktik manajemen keuangan (Y). Hipotesis penelitian tersebut

dinyatakan dalam hipotesis statistik berikut ini:

H01: 𝜌𝑦𝑥1 = 𝜌𝑦𝑥2 = 𝜌𝑦𝑥3 = 𝜌𝑦𝑥4 = 0

Pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan

keuangan tidak berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap praktik

manajemen keuangan.

H01: 𝜌𝑦𝑥1 ≠ 𝜌𝑦𝑥2 ≠ 𝜌𝑦𝑥3 ≠ 𝜌𝑦𝑥4 ≠ 0

Pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan

keuangan berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap praktik

manajemen keuangan.

Uji statistik yang akan digunakan adalah:

𝐹 =(𝑛 − 𝑘 − 1) 𝑅𝑦𝑥𝑘

2

𝑘 (1 − 𝑅𝑦𝑥𝑘2 )

Adapun kriteria yang digunakan, di antaranya sebagai berikut:

- H0 diterima apabila : Fhitung ≤ Ftabel

- H0 ditolak apabila : Fhitung ≥ Ftabel

Dimana F tabel diperoleh dari tabel distribusi F dengan α = 5% dan derajat bebas

db1 = K1 dan db2 = n-k-1

Tabel 4.40 Pengujian Secara Simultan

Hipotesis

Alternatif

F

hitung

db F

tabel

Keputusan Kesimpulan

X1, X2, X3, dan X4

secara simultan

berpengaruh

terhadap Y

42,100

db1 = 4

2,44 H0 ditolak Signifikan

db2 = 126

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

120

Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa nilai F hitung lebih besar

dari F tabel (42,100 > 2,44) sehingga H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan keuangan (X1), perilaku keuangan (X2), sikap keuangan (X3), dan

pelatihan keuangan (X4) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap praktik manajemen keuangan (Y).

4.1.7.5 Pengujian Hipotesis Secara Parsial

Dikarenakan hasil pengujian secara keseluruhan memberikan hasil yang

signifikan, maka untuk mengetahui variabel bebas (X) mana yang secara parsial

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y) dapat dilanjutkan dengan pengujian

secara parsial.

Untuk menguji koefisien jalur secara parsial, terlebih dahulu ditentukan

rumusan hipotesisnya sebagai berikut:

a) Hipotesis Statistik 2: Pengetahuan keuangan terhadap praktik

manajemen keuangan

H02: 𝜌𝑦𝑥1 ≤ 0 Pengetahuan keuangan tidak berpengaruh positif

signifikan terhadap praktik manajemen keuangan

Ha2: 𝜌𝑦𝑥1 > 0 Pengetahuan keuangan berpengaruh positif

signifikan terhadap praktik manajemen keuangan

b) Hipotesis Statistik 3: Perilaku keuangan terhadap praktik manajemen

keuangan

H03: 𝜌𝑦𝑥2 ≤ 0 Perilaku keuangan tidak berpengaruh positif

signifikan terhadap praktik manajemen keuangan

Ha3: 𝜌𝑦𝑥2 > 0 Perilaku keuangan berpengaruh positif signifikan

terhadap praktik manajemen keuangan

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

121

c) Hipotesis Statistik 4: Sikap keuangan terhadap praktik manajemen

keuangan

H04: 𝜌𝑦𝑥3 ≤ 0 Sikap keuangan tidak berpengaruh positif signifikan

terhadap praktik manajemen keuangan

Ha4: 𝜌𝑦𝑥3 > 0 Sikap keuangan berpengaruh positif signifikan

terhadap praktik manajemen keuangan

d) Hipotesis Statistik 5: Pelatihan keuangan terhadap praktik manajemen

keuangan

H05: 𝜌𝑦𝑥4 ≤ 0 Pelatihan keuangan tidak berpengaruh positif

signifikan terhadap praktik manajemen keuangan

Ha5: 𝜌𝑦𝑥4 > 0 Pelatihan keuangan berpengaruh positif signifikan

terhadap praktik manajemen keuangan

Uji statistik yang digunakan untuk menguji variabel X terhadap Y secara parsial

menggunakan rumus:

𝑡𝑘 =𝜌𝑘

𝑠𝑒𝑝𝑘 ; (𝑑𝑘 = 𝑛 − 𝑘 − 1)

Dengan kriteria:

- H0 diterima apabila thitung < ttabel atau – ttabel atau sig ≥ α

- H0 ditolak apabila thitung > ttabel atau – thitung < - ttabel atau sig ≤ α

Hasil perhitungan dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.41 Pengujian Secara Parsial

Hipotesis t hitung Db t tabel Keputusan Kesimpulan

𝜌𝑦𝑥1 2,757 126 ±1,978 H0 ditolak Signifikan

𝜌𝑦𝑥2 5,148 126 ±1,978 H0 ditolak Signifikan

𝜌𝑦𝑥3 1,127 126 ±1,978 H0 diterima Tidak Signifikan

𝜌𝑦𝑥4 3,567 126 ±1,978 H0 ditolak Signifikan

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

122

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa:

1. Variabel Pengetahuan Keuangan (X1) memiliki t hitung lebih besar dari nilai t

tabel (2,757 > 1,978) sehingga H0 ditolak. Artinya, variabel Pengetahuan

Keuangan secara parsial memberikan pengaruh positif yang signifikan

terhadap variabel Praktik Manajemen Keuangan pada pelaku UMKM.

2. Variabel Perilaku Keuangan (X2) memiliki t hitung lebih besar dari nilai t tabel

(5,148 > 1,978) sehingga H0 ditolak. Artinya, variabel Perilaku Keuangan

secara parsial memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel

Praktik Manajemen Keuangan pada pelaku UMKM.

3. Variabel Sikap Keuangan (X3) memiliki t hitung lebih kecil dari nilai t tabel

(1,127 < 1,978) sehingga H0 diterima. Artinya, variabel Sikap Keuangan secara

parsial tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel Praktik

Manajemen Keuangan pada pelaku UMKM.

4. Variabel Pelatihan Keuangan (X2) memiliki t hitung lebih besar dari nilai t tabel

(3,567 > 1,978) sehingga H0 ditolak. Artinya, variabel Pelatihan Keuangan

secara parsial memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap variabel

Praktik Manajemen Keuangan pada pelaku UMKM.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Tingkat literasi keuangan pelaku UMKM di Indonesia masih tergolong

rendah, yakni hanya sebesar 15,68% dibandingkan rata-rata nasional sebesar

21,84% pada tahun 2013. Pengelolaan keuangan UMKM juga dinilai masih buruk

karena tidak memisahkan antara keuangan pribadi dan bisnis, serta tidak membuat

laporan keuangan. Padahal, literasi keuangan memiliki peranan penting dalam

mengelola keuangan usaha, semakin well literate pelaku usaha, maka semakin baik

pula praktik manajemen keuangan yang diterapkan pada usahanya.

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

123

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan kerangka pemikiran yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga yang menjadi rumusan masalah serta

tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan

keuangan terhadap praktik manajemen keuangan, baik pengujian secara simultan

maupun parsial. Uraian dalam pembahasan hasil penelitian dibuat dengan mengacu

pada analisis data dan pengujian hipotesis statistik yang telah dilakukan, serta

didukung oleh penelitian sebelumnya dan teori-teori yang menjelaskan rasionalitas

megenai penelitian ini.

4.2.1 Pengaruh Pengetahuan Keuangan, Perilaku Keuangan, Sikap

Keuangan dan Pelatihan Keuangan terhadap Praktik Manajemen

Keuangan

Besarnya kontribusi pengaruh keempat variabel tersebut dapat dilihat dari

koefisien determinasi (R-Square) yaitu sebesar 57,2% yang berarti bahwa dengan

menggunakan variabel pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan,

dan pelatihan keuangan, variasi pelaku UMKM dalam mengelola keuangannya

dalam penelitian ini sebesar 57,2%. Sedangkan sisanya, (100%-57,2% = 42,8%)

dijelaskan oleh faktor lainnya, seperti financial access (Sabana, 2014), financial

awareness (Eniola & Entebang, 2017).

Dari empat variabel independen dalam penelitian ini, berdasarkan hasil

pengujian menunjukkan bahwa variabel perilaku keuangan (X2) memiliki pengaruh

paling besar terhadap praktik manajemen keuangan dibanding dengan variabel

independen lainnya dengan nilai koefisien sebesar 41,7% selanjutnya variabel

pelatihan keuangan (X4) dengan koefisien sebesar 24,7%, kemudian variabel

pengetahuan keuangan (X1) dengan koefisien sebesar 20,2% dan variabel sikap

keuangan (X3) yang memiliki pengaruh paling kecil yaitu dengan koefisien sebesar

8,8%.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya,

pengetahuan keuangan, perilaku keuangan, sikap keuangan, dan pelatihan

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

124

keuangan memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap praktik

manajemen keuangan pada pelaku UMKM.. Hal ini ditunjukkan oleh F hitung yang

lebih besar dari F tabel (42,100 > 2,44) sehingga H0 ditolak. Oleh karena itu, untuk

dapat mengelola keuangan usahanya dengan baik, pelaku UMKM harus memiliki

tingkat literasi keuangan well literate dengan cara meningkatkan pengetahuan

keuangan agar dapat memiliki perilaku dan sikap keuangan yang senantiasa siap

menghadapi perubahan serta tantangan dalam dunia bisnis, salah satunya dengan

cara mengikuti pelatihan keuangan.

Artinya, semakin tinggi tingkat literasi keuangan pelaku UMKM maka

makin baik mereka mengelola keuangan usahanya. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lusardi dan Bassa Scheresberg

(2013); Lusardi, Mitchell dan Curto (2010); Lusardi dan Tufano (3009) yang

menyatakan bahwa individu dan manajer UKM dengan tingkat literasi keuangan

yang rendah cenderung membuat keputusan yang salah saat berpartisipasi dalam

sistem keuangan formal dan membuat pinjaman dengan bunga yang relatif tinggi

(Eniola & Entebang, 2017). Bahkan, menurut Fadahunsi (1997) tingkat kegagalan

UKM di Afrika mencapai 85% dari 100% yang disebabkan karena rendahnya

kemampuan mengambil keputusan dan rendahnya tingkat literasi keuangan (Eniola

& Entebang, 2017).

4.2.2 Pengaruh Pengetahuan Keuangan terhadap Praktik Manajemen

Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian koefisien jalur, nilai koefisien jalur

pengetahuan keuangan terhadap praktik manajemen keuangan adalah sebesar

0,202. Nilai tersebut positif sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan

searah antara pengetahuan keuangan dengan praktik manajemen keuangan, artinya

semakin tinggi tingkat pengetahuan keuangan maka semakin baik praktik

manajemen keuangannya. Secara total, pengaruh pengetahuan keuangan terhadap

praktik manajemen keuangan adalah sebesar 4,153%. Berdasarkan hasil analisis

data secara parsial yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh nilai t hitung lebih

besar dari nilai t tabel (2,757 > 1,978). Hal ini menunjukkan bahwa variabel

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

125

pengetahuan keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen

keuangan. Dengan kata lain, semakin baik pengetahuan keuangan yang dimiliki

oleh pelaku UMKM maka akan meningkatkan praktik manajemen keuangannya

dalam mengelola keuangan usaha.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Eniola & Entebang (2017) yang

menyatakan bahwa pengetahuan keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan. Begitu pula dengan penelitian lain yang dilakukan Hilgert, Hogarth, &

Beverly (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan keuangan dan pendapatan

terkait dengan praktik-praktik keuangan seperti manajemen arus kas, manajemen

kredit, tabungan, dan investasi. Selain itu, belum terdapat penelitian yang meneliti

secara langsung pengaruh antara financial knowledge dengan financial

management practices.

Kontribusi variabel pengetahuan keuangan terhadap praktik manajemen

keuangan berada pada peringkat tiga setelah perilaku keuangan dan pelatihan

keuangan, ini menunjukkan bahwa pengetahuan keuangan bukan merupakan faktor

utama yang mempengaruhi praktik manajemen keuangan. Hal ini dimungkinkan

karena sebaik apapun pengetahuan keuangan pelaku UMKM namun jika tidak

diimplementasikan dalam mengelola keuangan usaha, maka praktik manajemen

keuangan pelaku UMKM tidak akan semakin baik dalam praktiknya. Oleh karena

itu, pelaku UMKM dituntut untuk mengelola keuangannya berdasarkan

pengetahuan keuangan yang benar dalam praktiknya. Hal ini menandakan bahwa

pengetahuan keuangan dapat mempengaruhi praktik manajemen keuangan secara

positif, di mana semakin baik pengetahuan keuangan maka praktik manajemen

keuangan akan semakin baik.

4.2.3 Pengaruh Perilaku Keuangan terhadap Praktik Manajemen Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian koefisien jalur, nilai koefisien jalur perilaku

keuangan terhadap praktik manajemen keuangan adalah sebesar 0,417. Nilai

tersebut positif sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan searah antara

pengetahuan keuangan dengan praktik manajemen keuangan, artinya semakin

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

126

tinggi tingkat perilaku keuangan maka semakin baik praktik manajemen

keuangannya. Secara total, pengaruh perilaku keuangan terhadap praktik

manajemen keuangan adalah sebesar 17,453%. Berdasarkan hasil analisis data

secara parsial yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh nilai t hitung lebih besar

dari nilai t tabel (5,148 > 1,978). Hal ini menunjukkan bahwa variabel perilaku

keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen keuangan.

Dengan kata lain, semakin baik perilaku keuangan yang dimiliki oleh pelaku

UMKM maka akan meningkatkan praktik manajemen keuangannya dalam

mengelola keuangan usaha. Belum terdapat penelitian yang meneliti secara

langsung pengaruh antara financial behavior dengan financial management

practices.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari empat indikator yang

digunakan dalam variabel perilaku keuangan, indikator faktor partisipasi keuangan

(asuransi) memiliki skor paling rendah daripada indikator lainnya yaitu sebesar

37,40%. Artinya, masih banyak pelaku UMKM yang belum berpartisipasi dalam

asuransi yang dapat mendukung bisnis mereka dalam hal jaminan apabila usaha

yang dikelola mengalami musibah yang tidak disengaja seperti bencana alam,

kebakaran, dan perampokan yang dapat membuat sebuah usaha mengalami

kebangkrutan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, pemerintah maupun

pihak-pihak yang terkait dapat lebih mensosialisasikan asuransi yang ditujukan

untuk bisnis mikro seperti asuransi anti bangkrut dari Otoritas Jasa Keuangan

(OJK). Hal ini menandakan bahwa perilaku keuangan dapat mempengaruhi praktik

manajemen keuangan secara positif, di mana semakin baik perilaku keuangan maka

praktik manajemen keuangan akan semakin baik pula.

4.2.4 Pengaruh Sikap Keuangan terhadap Praktik Manajemen Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian koefisien jalur, nilai koefisien jalur sikap

keuangan terhadap praktik manajemen keuangan adalah sebesar 0,088. Nilai

tersebut positif sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan searah antara

sikap keuangan dengan praktik manajemen keuangan, artinya semakin tinggi

tingkat pengetahuan keuangan maka semakin baik praktik manajemen

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

127

keuangannya. Secara total, pengaruh sikap keuangan terhadap praktik manajemen

keuangan adalah sebesar 0,78%. Berdasarkan hasil analisis data secara parsial yang

telah diuraikan sebelumnya, diperoleh nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel

(1,127 < 1,978). Hal ini menunjukkan bahwa variabel sikap keuangan tidak

berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen keuangan. Dengan kata

lain, semakin baik sikap keuangan yang dimiliki oleh pelaku UMKM belum tentu

akan meningkatkan praktik manajemen keuangannya dalam mengelola keuangan

usaha.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eniola &

Entebang (2017) bahwa sikap keuangan tidak berpengaruh positif signifikan

terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Wangeci Mwathi (2017) bahwa sikap keuangan tidak berpengaruh

terhadap keputusan keuangan yang dilakukan individu. Sebaliknya, hasil penelitian

ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Herdjiono & Damanik (2016) yang

menyatakan bahwa financial attitudes berpengaruh signifikan terhadap financial

management behavior. Namun, belum terdapat penelitian yang secara langsung

meneliti pengaruh financial attitudes terhadap financial management practices.

4.2.5 Pengaruh Pelatihan Keuangan terhadap Praktik Manajemen

Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian koefisien jalur, nilai koefisien jalur pelatihan

keuangan terhadap praktik manajemen keuangan adalah sebesar 0,247. Nilai

tersebut positif sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan searah antara

pelatihan keuangan dengan praktik manajemen keuangan, artinya semakin tinggi

tingkat pelatihan keuangan maka semakin baik praktik manajemen keuangannya.

Secara total, pengaruh pelatihan keuangan terhadap praktik manajemen keuangan

adalah sebesar 6,101%. Berdasarkan hasil analisis data secara parsial yang telah

diuraikan sebelumnya, diperoleh nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (3,567 >

1,978). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pelatihan keuangan berpengaruh

positif signifikan terhadap praktik manajemen keuangan. Dengan kata lain, jika

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisismedia.unpad.ac.id/thesis/120110/2014/120110140061_4_3324.pdf · Adapun sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari kuesioner

128

pelaku UMKM pernah mendapatkan pelatihan keuangan, maka akan meningkatkan

praktik manajemen keuangannya dalam mengelola keuangan usaha.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mensah &

Benedict (2010: 159) dan King dan McGrath (2002) dalam Chepngetich (2016: 27)

menyatakan bahwa pelatihan keuangan merupakan salah satu faktor yang

berdampak positif terhadap pertumbuhan UKM karena pengusaha dengan tingkat

literasi keuangan yang baik akan dapat menempatkan diri untuk menyesuaikan

perusahaan mereka dengan lingkungan bisnis yang terus berubah. Namun, belum

terdapat penelitian yang secara langsung meneliti pengaruh financial training

terhadap financial management practices. Oleh karena itu, dengan adanya

penelitian ini, diharapkan pemerintah dan berbagai pihak yang terkait dapat lebih

gencar dalam melakukan pelatihan keuangan bagi pelaku usaha khususnya pelaku

usaha mikro, kecil, dan menengah agar mereka dapat naik kelas dengan cepat sebab

pengelolaan keuangannya yang semakin baik. Hal ini menandakan bahwa pelatihan

keuangan dapat mempengaruhi praktik manajemen keuangan secara positif, di

mana semakin sering seseorang mendapatkan pelatihan keuangan maka praktik

manajemen keuangan juga akan semakin baik.