26
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian Altruisme Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) altruisme merupakan paham (sifat) yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain (kebalikan dari egoisme), sikap yang ada dalam diri manusia yang bersifat naluri, berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada orang lain (KBBI, 2019). Kata altruisme pertama kali muncul pada abad ke-19 oleh Comte. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu Alteri yang berarti orang lain. Menurut Comte, seseorang memiliki tanggung jawab moral untuk melayani umat manusia sepenuhnya sehingga altruisme menjelaskan sebuah perhatian yang tidak mementingkan diri sendiri untuk kebutuhan orang lain. Senada menurut menurut Baston, altruisme adalah respon yang menimbulkan positive feeling, seperti empati. Seseorang yang altruis memiliki motivasi altruistik, keinginan untuk selalu menolong orang lain yang menimbulkan positive feeling dalam dirinya yang berasal dari motivasi altruistik sehingga dapat memunculkan tindakan untuk menolong orang lain (Arifin, 2015). Altruisme merupakan perilaku menolong yang tidak mementingkan diri sendiri dan dimotivasi oleh keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain. Menurut Jenny Marcer dan Debbie Clayton (2012) menjelasakan dalam bukunya bahwa istilah altruisme dan prososial kerap digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Altruisme

2.1.1 Pengertian Altruisme

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI)

altruisme merupakan paham (sifat) yang lebih

memperhatikan dan mengutamakan kepentingan

orang lain (kebalikan dari egoisme), sikap yang ada

dalam diri manusia yang bersifat naluri, berupa

dorongan untuk berbuat jasa kepada orang lain

(KBBI, 2019). Kata altruisme pertama kali muncul

pada abad ke-19 oleh Comte. Kata ini berasal dari

bahasa Yunani, yaitu Alteri yang berarti orang lain.

Menurut Comte, seseorang memiliki tanggung jawab

moral untuk melayani umat manusia sepenuhnya

sehingga altruisme menjelaskan sebuah perhatian

yang tidak mementingkan diri sendiri untuk

kebutuhan orang lain. Senada menurut menurut

Baston, altruisme adalah respon yang menimbulkan

positive feeling, seperti empati. Seseorang yang

altruis memiliki motivasi altruistik, keinginan untuk

selalu menolong orang lain yang menimbulkan

positive feeling dalam dirinya yang berasal dari

motivasi altruistik sehingga dapat memunculkan

tindakan untuk menolong orang lain (Arifin, 2015).

Altruisme merupakan perilaku menolong yang tidak

mementingkan diri sendiri dan dimotivasi oleh

keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain.

Menurut Jenny Marcer dan Debbie Clayton

(2012) menjelasakan dalam bukunya bahwa istilah

altruisme dan prososial kerap digunakan untuk

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

13

merujuk pengertian yang sama, perbedaannya adalah

perilaku prososial dapat mencakup diterimanya

penghargaan menolong, sedangkan altruisme

menggambarkan tindakan prososial sebagai tujuan itu

sendiri, tanpa memberikan keuntungan bagi si altruis.

Menurut Sears, dkk (1994) altruisme adalah tindakan

sukarela yang dilakukan seorang atau sekelompok

orang untuk menolong orang lain tanpa

mengharapkan imbalan apapun. Sedangkan menurut

Myers (2012) altruisme adalah motif untuk

meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar

untuk kepentingan pribadi seseorang (kecuali

mungkin perasaan telah melakukan kebaikan).

Tindakan altruistik selalu bersifat konstruktif,

membangun, memperkembangkan, dan

menumbuhkan kehidupan sesama. Suatu tindakan

altruistik tidak berhenti pada perbuatan itu sendiri,

tetapi keberlanjutan tindakan itu sebagai produknya,

bukan sebagai ketergantungan. Istilah tersebut

disebut moralitas altruistik, yaitu tindakan menolong

tidak hanya mengandung kemurahan hati atau belas

kasihan, tetapi diresapi dan dijiwai oleh kesukaan

memajukan sesama tanpa pamrih. Berdasarkan hal

tersebut seseorang yang altruis dituntut untuk

memiliki tanggung jawab dan pengorbanan yang

tinggi (Arifin, 2015).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka

dapat disimpulkan altruisme merupakan tindakan

menolong orang lain secara sukarela tanpa

mengharap balasan apapun, menolong tanpa pamrih,

bahkan rela mengambil resiko demi mensejahterakan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

14

orang lain yang ditolongnya, karena didalam dirinya

terdapat motivasi untuk selalu menolong orang lain

yang menimbulkan perasaan positif (positive feeling)

dan kepuasan tersendiri melalui tindakan menolong

orang lain.

2.1.2 Aspek-aspek Altruisme

Adapun aspek-aspek dari perilaku Altruis

menurut Durkheim (1990) adalah sebagai berikut:

1) Menolong sesama tanpa pamrih

2) Tidak egois

3) Bersedia berkorban

4) Peka dan siap bertindak demi membantu sesama

5) Mempunyai rasa belas kasihan

6) Murah hati

7) Tidak tegaan

8) Penuh kasih sayang.

Alruisme tidak dapat diukur menggunakan

angka, namun bisa di analisis melalui perbuatan-

perbuatan yang tampak dan dapat dilihat oleh panca

indra. Untuk mendeteksi seberapa besar tingkat

altruis seseorang kita dapat mengukurnya lewat

aspek-aspek altruisme. Myers membagi perilaku

altruistik kedalam tiga aspek:

1) Memberikan perhatian terhadap orang lain,

Seseorang membantu orang lain karena adanya

rasa kasih sayang, pengabdian, kesetiaan yang

diberikan tanpa ada keinginan untuk

memperoleh imbalan untuk dirinya sendiri.

2) Mambantu orang lain, seseorang membantu

orang lain didasari oleh keinginan yang tulus dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

15

dari hati nurani orang tersebut tanpa adanya

pengaruh dari orang lain.

3) Meletakkan kepentingan orang lain di atas

kepentingan sendiri, dalam memberikan bantuan

kepada orang lain, kepentingan yang bersifat

pribadi dikesampingkan dan lebih fokus terhadap

kepentingan orang lain (Myers, 2012).

Dari beberapa aspek di atas, dapat disimpulkan

bahwa altruisme tidak dapat diukur menggunakan

angka, namun bisa di analisis melalui perbuatan-

perbuatan yang tampak dan dapat dilihat oleh panca

indra. Sebagaimana menurut Myers di atas, bahwa

terdapat aspek kemampuan memberikan perhatian

terhadap orang lain, membantu orang lain, dan

meletakkan kepentingan orang lain di atas

kepentingan diri sendiri. Sama halnya dengan aspek-

aspek perilaku altruis menurut Durkhem, hanya saja

menurut emile durkheim terdapat tujuh aspek

altruistik, yaitu Menolong sesama tanpa pamrih,

tidak egois, Bersedia berkorban, Peka dan siap

bertindak demi membantu sesama, mempunyai rasa

belas kasihan, murah hati, tidak tegaan, dan penuh

kasih sayang.

2.1.3 Karakteristik Altruisme

Menurut (Myers, 2012) karakteristik

seseorang yang memiliki sifat altruisme yaitu orang

yang memiliki lima sifat pada dirinya, sifat tersebut

yaitu:

1) Empati

Perilaku altruistis akan terjadi dengan adanya

empati dalam diri seseorang. Seseorang yang paling

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

16

altruis merasa diri mereka paling bertanggung

jawab, bersifat sosial, selalu menyesuaikan diri,

toleran, dapat mengontrol diri, dan termotivasi untuk

membuat kesan yang baik.

2) Belief On A Just World (Meyakini Keadilan Dunia)

Seorang yang altruis yakin akan adanya keadilan

di dunia (just world), yaitu keyakinan bahwa dalam

jangka panjang yang salah akan dihukum dan yang

baik akan dapat hadiah. Orang yang keyakinannya

kuat terhadap keadilan dunia akan termotivasi

dengan mudah menunjukkan perilaku menolong.

3) Sosial Responsibility (Tanggung Jawab Sosial)

Setiap orang bertanggung jawab terhadap

apapun yang dilakukan orang lain, sehingga ketika

ada orang lain yang membutuhkan pertolongan

orang tersebut harus menolongnya.

4) Kontrol Diri Secara Internal (internal locus of

control)

Setiap individu yang memiliki perilaku altruisme

mempunyai kontrol diri secara internal (internal

locus of control) dimana segala sumber motivasi,

segala yang dilakukan itu berasal dari dalam dirinya.

5) Ego yang rendah (low egosentris)

Setiap individu yang memiliki perilaku altruisme

tidak pernah mementingkan dirinya sendiri, tidak

bersikap egosentris. Individu yang altruis

menempatkan kebutuhan orang lain di atas

kepentinganya sendiri.

Nashori, (2008) mengutip dari Leeads yang

menjelaskan tiga ciri altruistik, yaitu:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

17

1) Tindakan tersebut bukan untuk kepentingan

sendiri pada saat pelaku melakukan tindakan

altruistik, mungkin saja ia mengambil resiko

yang berat namun ia tidak mengharap imbalan

materi, nama, kepercayaan, dan tidak pula

untuk menghindari kecaman orang lain.

2) Tindakan tersebut dilakukan secara sukarela

tidak ada keinginan untuk memperoleh apapun

karena kepuasan yang diperoleh dari tindakan

sukarela ini adalah semata-mata dilihat dari

sejauh mana keberhasilan tindakan tersebut.

3) Hasilnya baik untuk si penolong maupun yang

menolong tindakan altruistik tersebut sesuai

dengan kebutuhan orang yang ditolong dan

pelaku memperoleh internal reward (misalnya,

kebanggaan, kepuasan diri, bahagia, dan lain

sebagainya) atas tindakannya.

Adapun dari penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa, karakteristik menurut Myers

cenderung menjelaskan 5 sifat altruis pada diri

individu, yaitu sifat empati, meyakini keadilan dunia,

memiliki tanggung jawab sosial, kontrol diri secara

internal, dan ego yang rendah. Sedangkan

karakteristik menurut Leeads cenderung

menjelaskan tentang tindakan altruistik seseorang

berdasarkan kepentingan orang lain, tindakan

sukarela, dan hasil yang baik untuk penolong

maupun orang yang menolong.

2.1.4 Faktor-faktor Perilaku Altruisme

Faktor altruisme menurut Wortman dkk

(dalam Arifin, 2015) menjelaskan beberapa yang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

18

mempengaruhi seseorang dalam memberikan

pertolongan kepada orang lain adalah sebagai

berikut:

1) Suasana Hati

Individu akan terdorong untuk memberikan

pertolongan lebih banyak jika suasana hati

sedang senang. Hal ini merupakan alasan saat

merasakan suasana yang senang, orang

cenderung ingin memperpanjangnya dengan

perilaku yang positif.

2) Empati

Merupakan pengalaman menempatkan diri pada

keadaan emosi orang lain, menjadikan orang

yang berempati seolah-olah mengalaminya

sendiri sehingga orang yang berempati akan

mendorong untuk melakukan pertolongan

altruistis.

3) Meyakini Keadilan Dunia

Faktor lain yang mendorong terjadinya altruisme

adalah keyakinan akan adanya keadilan dunia

(just world), yaitu keyakinan bahwa dalam

jangka panjang orang yang salah akan dihukum

dan orang yang baik akan mendapat ganjaran.

4) Faktor Sosiobiologis

Perilaku altruistis memberi kesan kontra-

produktif mengandung risiko tinggi termasuk

luka bahkan mati. Perilaku seperti ini muncul

karena ada proses belajar dengan lingkungan

terdekat, dalam hal ini pengalaman yang

diajarkan oleh orang tua yang berkontribusi

unsur genetik meskipun minimal.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

19

5) Faktor Situasional

Karakter yang membuat seseorang menjadi

altruistis bahwa seseorang akan menjadi penolong

lebih sebagai produk lingkungan daripada faktor

yang ada dalam dirinya, sehingga faktor situasional

turut mendorong seseorang untuk memberikan

pertolongan kepada orang lain.

Sedangkan menurut Sarwono dan Meinarno

(2009) altruisme dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu faktor situasional dan faktor personal. Adapun

faktor situasional dibagi menjadi enam, yaitu

bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban,

adanya model, desakan waktu dan sifat kebutuhan

korban, sedangkan faktor personal dibagi menjadi

lima, yaitu suasana hati (mood), sifat, jenis kelamin,

tempat tinggal dan pola asuh. Faktor-faktor tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Faktor Situasional

merupakan pengaruh eksternal yang diperlukan

sebagai motivasi yang memungkinkan timbul

dalam diri individu pada situasi itu. Adapun

pengaruh ini terdiri atas:

a. Kehadiran Orang Lain (bystander)

orang-orang yang berada disekitar kejadian

mempunyai peran sangat besar daelam

mempengaruhi seseorang saat memutuskan

antara menolong atau tidak karena dihadapkan

pada keadaan darurat. Karena biasanya yang

terjadi adalah penyebaran tanggung jawab

(diffusion of responsibility)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

20

b. Daya Tarik

Sejauh mana seseorang mengevaluasi korban

secara positif (memiliki daya tarik) akan

mempengaruhi kesediaan orang untuk

memberikan bantuan. Apapun faktor yang

dapat meningkatkan ketertarikan bystander

kepada korban, akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya respon untuk

menolong.

c. Atribusi Terhadap Korban

Seseorang akan termotivasi untuk memberikan

bantuan pada rang lain bila ia mengasumsikan

bahwa ketidakberuntungan korban adalah

diluar kendali korban.

d. Menolong Jika Orang Lain Menolong

Sesuai dengan prinsip timbal balik dalam teori

norma sosial, adanya individu yang sedang

menolong orang lain akan lebih memicu kita

untuk ikut menolong.

e. Desakan Waktu

Sesuai dengan prinsip timbal balik dalam teori

norma sosial, adanya individu yang sedang

menolong orang lain akan lebih memicu kita

untuk ikut menolong.

f. Sifat Kebutuhan Korban

Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh

kejelasan bahwa korban benar-benar

membutuhkan pertolongan (clarity of need),

dan bukanlah tanggung jawab korban sehingga

ia memerlukan bantuan dari orang lain (atribusi

eksternal).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

21

2) Pengaruh Dari Dalam Diri Individu

Berperan dalam perilaku individu dalam

berperilaku menolong, Pengaruh dari dalam diri

tersebut dipengaruhi oleh:

a. suasana hati (mood), emosi seseorang dapat

mempengaruhi kecenderungannya untuk

menolong. Emosi positif dan emosi negatif

mempengaruhi kemunculan tingkah laku

menolong.

b. Sifat, Orang yang mempunyai sifat pemaaf, ia

akan mempunyai kecenderungan mudah

menolong. Orang yang mempunyai

pemantauan diri (self monitoring) yang tinggi

juga cenderung lebih penolong, karena dengan

jadi penolong ia akan memperoleh

penghargaan sosial yang lebih tinggi.

c. Jenis kelamin, peranan gender terhadap

kecenderungan seseorang untuk menolong

sangat bergantung pada situasi dan bentuk

pertolongan yang dibutuhkan. Laki-laki

cenderung lebih mau terlibat dalam aktivitas

menolong pada situasi darurat yang

membahayakan, misalnya menolong seseorang

dalam kebakaran. Hal ini tampaknya terkait

dengan peran tradisional laki-laki, yaitu laki-laki

dipandang lebih kuat dan lebih mempunyai

ketrampilan untuk melindungi diri. Sementara

perempuan, lebih tampil menolong pada situasi

yang bersifat memberi dukungan emosi,

merawat, dan mengasuh.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

22

d. Tempat tinggal, orang yang tinggal di daerah

pedesaan cenderung lebih penolong dari pada

orang yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini

dapat dijelaskan melalui urban-overload

hypothesis, yaitu orang-orang yang tinggal di

perkotaan terlalu banyak mendapat stimulasi

dari lingkungan. Oleh karenanya, ia harus

selektif dalam menerima paparan informasi

yang sangat banyak agar bisa tetap

menjalankan peran-perannya dengan baik.

Itulah sebabnya, diperkotaan, orang-orang

yang sibuk sering tidak peduli dengan kesulitan

orang lain karena sudah overload dengan

beban tugasnya sehari-hari.

e. Pola asuh, dalam perilaku sosial tidak terlepas

dari peranan pola asuh di dalam keluarga. Pola

asuh yang demokratis secara signifikan

memfasilitasi adanya kecenderungan anak

untuk tumbuh menjadi penolong, yaitu melalui

peran orang tua dalam menetapkan standar

tingkah laku menolong. Menurut Mashoedi pola

asuh demokratis juga ikut mendukung

terbentuknya internal locus of control dimana

hal ini merupakan sifat kepribadian altruistik.

Berdasarkan kedua penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor perilaku altruisme

dipengaruhi oleh faktor situasional (dari luar) dan

faktor personal (dari dalam) individu.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

23

2.1.5 Tahapan-tahapan Altruisme

Menurut Latene dan Darley dalam

(Nurhidayati, 2012), ada lima tahap dalam perilaku

altruistik, yaitu:

1) Perhatian Pada Suatu Kejadian

Individu membantu orang lain karena adanya

rasa kasih sayang, pengabdian, kesetiaan yang

diberikan tanpa ada kegiatan untuk memperoleh

imbalan darinya maupun orang lain.

2) Interpretasi

Pemberian pendapat atau kesan apakah suatu

pertolongan dibutuhkan atau tidak.

3) Tanggung Jawab

Berkewajiban menanggung segala sesuatu untuk

menolong pada suatu peristiwa atau kejadian

yang ditemui.

4) Keputusan Untuk Bertindak.

Keputusan yang diberikan dalam memberikan

petolongan pada orang lain, pertolongan

tersebut akan diterima atau ditolak.

5) Kesungguhan untuk bertindak

Keyakinan bertindak tersebut benar-benar akan

menolong atau benar-benar tidak melakukan

tindakan untuk menolong.

Dari tahapan-tahapan di atas dapat disimpulkan

bahwa ada 5 tahapan yang dilalui oleh seorang yang

memiliki sifat altruisme yaitu perhatian pada suatu

kejadian, interpretasi, tanggung jawab, keputusan

untuk bertindak dan kesungguhan untuk bertindak.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

24

2.1.6 Altruisme dalam Perspektif Islam

Altruisme merupakan tindakan menolong

secara sukarela tanpa mengharap balasan apapun,

menolong tanpa pamrih, bahkan rela mengambil

resiko demi mensejahterakan orang lain yang

ditolongnya, karena didalam dirinya terdapat

motivasi untuk selalu menolong orang lain yang

menimbulkan perasaan positif (positive feeling) dan

kepuasan tersendiri melalui tindakan menolong

orang lain, dalam Al-Qur‟an surat Al-Maidah (2):

والتقاااااوىول وتعااااااون واعلاااااىالب ااااار

واتق اااوا والع اادوان ثاام تعاااون واعلااىال

﴿المائدة:۴﴾ قاب يد الع شد الل إ ن اللArtinya : “Dan tolong menolonglah kamu

dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong menolong dalam berbuat

dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada

Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya ”

(Qs. Al-Ma‟idah: 2)

Tolong menolong dalam bahasa Arab adalah

ta‟awun. Sedangkan menurut istilah, pengertian

ta‟awun adalah sifat tolong menolong diantara

sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa.

Dalam ajaran Islam, tolong menolong merupakan

kewajiban setiap Muslim. Sudah semestinya konsep

tolong menolong ini dikemas sesuai dengan syariat

Islam, dalam artian tolong menolong hanya

diperbolehkan dalam kebaikan dan takwa, dan tidak

diperbolehkan tolong menolong dalam hal dosa atau

permusuhan. Perintah untuk saling tolong-menolong

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

25

dalam kebaikan dengan beriringan ketakwaan

kepada-Nya, sebab dalam ketakwaan, terkandung

ridha Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-

orang akan menyukai. Barang siapa memadukan

antara rida Allah dan rida manusia, sungguh

kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan

baginya sudah melimpah (Khoiruddin, 2018)

mengutip dari kitab Al-Anshari, (1421).

Dalam Q.S Al-Maidah [5] 2, Ayat tersebut

menjelaskan bahwa tolong menolong dalam

kebaikan dan ketakwaan adalah salah satu

kewajiban umat Muslim. Artinya, seandainya kita

harus menolong orang lain, maka harus dipastikan

bahwa pertolongan itu menyangkut dengan

ketakwaan. Saling tolong menolong juga

menyangkut berbagai macam hal, asalkan berupa

kebaikan, walaupun yang meminta tolong musuh

kita. Dengan saling tolong menolong akan

memudahkan pekerjaan, mempercepat

terealisasinya kebaikan, menampakkan persatuan

dan kesatuan (Shihab, 1996).

Dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa tolong

menolong dalam kebajikan merupakan salah satu

bentuk loyalitas kita kepada agama dan sesama

muslim. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

نااااااااااااااا ؤم ن اااااااااااااااونوالم ؤم والم

ون ر يااااااا م بعااااااا يااااااااأ ماول اااااااه بعض

ن اااااار الم وينهااااااونعاااااان و ب ااااااالمعر

اااااوة ااااالوةوي ؤت اااااونال اااااونالة وي ق يم

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

26

اااااااااا أ ا ول يع ااااااااااوناللورا ااااااااااول وي ط

الل م الل ا ن ه م ااااااايم ااااااااير يااااااا ع

﴿التوبة:۱۷(Artinya : “Dan orang-orang yang beriman,

laki-laki dan perempuan, sebagian mereka

menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf,

dan mencegah dari yang mungkar,

melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan

taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka

akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah

Mahaperkasa, Mahabijaksana”

(Qs. At-Taubah : 71)

Konsep altruisme menjelaskan sebuah

perhatian yang mementingkan kebutuhan orang lain.

Islam menganggap perilaku menolong harus

dilakukan dengan penuh keikhlasan, yaitu motif

hanya untuk mengharap ridho Allah Swt. Dalam

Hidayati, (2016) mengutip dari Al-usaimin

menjelaskan konsep altruisme dalam perspektif

ajaran agama Islam disebut dengan Itsar. Itsar

adalah mendahulukan orang lain dari pada dirinya

sendiri, Seseorang disebut telah berpribadi itsar

dalam kehidupan sehari-hari apabila telah mampu

memandang kebutuhan dan kepentingan orang lain

lebih penting dari pada kepentingan pribadinya

sendiri. Secara garis besar, pengertian itsar adalah

tindakan mendahulukan orang lain atas dirinya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

27

sendiri dalam hal keduniaan dengan sukarela karena

semata mengharapkan akhirat.

Orang yang suka membantu dengan ikhlas

dengan meringankan kesusahan orang lain niscahya

Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan

akhirat, sebagaimana dijelaskan dalam hadist

berikut:

:اا ريارةرضانعنا اا عنأب ا

الل ةاالىنعلياا وااالم: ماان“را ااو

نيانفس ن رب الد ربةم ن ؤم نفسعنم

وومان الق ياماة ن رب ياوم الل عن ربةم

نيا الاد ا ياارالل عليا ار عا يارعلاىم

اا الل ااال مااااتر اارة وومااناااترم والآخ

العبااااد عااااون اااا اااارة ووالل نياوالآخ الااااد

.ما انالع ي أخ عون ال م”بد م أخرج Artinya : “Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu

ia berkata: Rasulullah Sallallahu „alaihi

Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang

meringankan kesusahan seorang mukmin di

antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya

Allah akan meringankan kesusahannya di

antara kesusahan-kesusahan hari kiamat.

Barangsiapa memudahkan orang yang sedang

kesulitan, niscaya Allah akan memberinya

kemudahan di dunia dan akhirat. Dan

barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim,

niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

28

dan di akhirat. Allah akan selalu menolong

seorang hamba selama ia mau menolong

saudaranya.” (HR. Muslim).

Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa

perilaku altruisme dalam Islam adalah sesorang

memiliki perilaku menolong dengan ikhlas semata-

mata mengharapkan ridho Allah Swt. Konsep

altruisme dalam perspektif ajaran agama Islam

disebut dengan Itsar yaitu mendahulukan orang lain

dari pada dirinya sendiri, dan Orang yang suka

membantu dengan ikhlas dengan meringankan

kesusahan orang lain.

2.2 Definisi Relawan

Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), relawan

sepadan dengan kata Sukarelawan yang merupakan orang

yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena

diwajibkan atau dipaksakan). Relawan adalah seseorang

atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena

panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya

(pikiran, tenaga, waktu, harta, dan sebagainya) kepada

masyarakat sebagai perwujudan tanggung jawab sosialnya

tanpa mengharapkan pamrih baik berupa imbalan (upah),

kedudukan, kekuasaan, kepentingan maupun karier.

Adapun kriteria kerelawanan antara lain memiliki

kepedulian penuh keikhlasan untuk memperjuangkan nasib

kaum miskin berbasis nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip

kemasyarakatan sebagai bentuk pengabdian dan

perjuangan hidupnya (Puspita, 2017).

Relawan adalah pihak-pihak yang rela memberikan

sumbangan tenaga, pikiran, pengetahuan, dan keahliannya

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

29

kepada pihak lain yang membutuhkan , untuk mencapai

suatu tujuan. Pada dasarnya fitrah inividu adalah kebaikan,

maka menjadi relawan merupakan salah satu cara untuk

menyalurkan kecenderungan individu kepada kebaikan

melalui aksi nyata yang memberikan manfaat bagi pihak

lain. Relawan merupakan individu atau sekelompok orang

yang mendedikasikan diri untuk melayani masyarakat

dengan dilandasi keinginan atau kesadaran individu atau

kelompok untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang

lebih baik. Kesadaran tersebut tumbuh karena berbagai

alasan, baik bersifat keagamaan, budaya masyarakat lokal,

maupun kemanusian. Sedangkan relawan sosial adalah

seseorang yang memberikan sebagian atau seluruh

kehidupannya baik perhatian, cinta, waktu bahkan apapun

yang dimilikinya untuk menyantuni dan mengentaskan

orang lain dari keadaan menderita sosial ekonomi atau

yang lebih luas dari itu (Heryanto dkk, 2019).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan

bahwa relawan adalah individu yang rela menyumbangkan

tenaga atau jasa, kemampuan, dan waktu tanpa

mengharapkan upah secara finansial atau tanpa

mengharapkan keuntungan materi dari organisasi

pelayanan yang mengorganisasi suatu kegiatan tertentu

secara formal. Beberapa sikap relawan ACT menunjukan

perilaku altruisme, karena para relawan banyak

menyumbangkan tenaga, kemampuan, dan waktu tanpa

pamrih karena mereka merasa bertanggung jawab dalam

menjalankan misi kemanusiaan terkhusus pada subjek

yang akan diteliti lebih dalam.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

30

2.3 Aksi Cepat Tanggap (ACT)

Aksi Cepat Tanggap (ACT) adalah organisasi sosial

kemanusiaan yang independen, melakukan kegiatannya

demi kemanusiaan, kesukarelaan, kenetralan, kesamaan,

kemandirian, dan kesatuan. Aksi Cepat Tanggap (ACT)

tidak melibatkan diri berpihak pada golongan politik, ras,

suku ataupun agama tertentu. Dalam pelaksanaannya tidak

melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban

yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk

keselamatan jiwanya.

2.3.1 Sejarah Singkat Masyarakar Relawan

Indonesi (MRI)

Masyarakat Relawan Indonesia (MRI)

didirikan pada 22 Mei 2005 di Banjarmasin,

Kalimantan Selatan. Aroma kerelawanan pasca

tsunami Aceh akhir Desember 2004 sangat

menyemangati terbentuknya MRI, karena relawan-

relawan yang berkumpul di Banjarmasin pada saat itu

juga tak lain adalah para veteran tsunami Aceh. Selain

itu, harus diakui pula bentuk aktivitas kerelawan

terdahsyat yang pernah terjadi di negeri ini pun

tertampilkan pada saat tsunami Aceh itu. Bisa

dibayangkan, relawan dari berbagai pelosok negeri ini

bahkan dari luar negeri berdatangan ke wilayah paling

barat Indonesia tanpa diperintah, tanpa diminta,

tanpa berharap imbalan, bahkan tanpa tahu kapan

kerja-kerja kemanusiaan akan berakhir.

Pasca tsunami Aceh, beruntun negeri ini dilanda

bencana. Banjir bandang bulan Januari 2006 di

Jember, Jawa Timur yang berselang satu hari dengan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

31

longsor yang melanda Banjarnegara, Jawa Tengah,

menyedot banyak relawan beraksi di dua daerah

bencana tersebut. Kemudian para relawan ini seperti

tenaga yang senantiasa berpindah dari satu bencana

ke bencana lainnya sepanjang tahun 2006. Banjir

bandang di Manado, letusan Gunung Merapi

Jogjakarta, gempa Jogjakarta dan Jawa Tengah,

Banjir bandang Sangihe, banjir besar Jakarta hingga

gempa Sumatara Barat, adalah tempat-tempat para

relawan mengukir tapak sejarah aksi kemanusiaan

mereka.

Tidak hanya donatur dan para dermawan, baik

perseorangan maupun dari berbagai korporasi dan

institusi yang menyalurkan kepeduliannya. Bentuk

kepedulian yang tak kalah pentingnya dan sangat

berdampak luar biasa dalam setiap moment bencana

adalah peran serta relawan. Dari relawan emergency

mencakup rescue, relief dan medis, hingga relawan

pendamping pasca bencana untuk penanganan

trauma. Bahkan di fase recovery pun peran dan fungsi

relawan tetap bermain. Boleh dikatakan, tidak satu

pun bencana yang terjadi tanpa peran serta relawan.

Dan bahkan, peran yang dimainkan sangatlah

signifikan, dari hulu hingga ke hilir. Mereka yang

memulai kerja kemanusiaan di fase emergency, dan

masih terus berlangsung di fase pemulihan

(recovery).

Pendirian MRI, tentu saja dimaksudkan untuk

mewadahi beragam bentuk kepedulian yang

ditampilkan oleh para relawan dengan berbagai latar

belakang dan bermacam keahlian serta konsentrasi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

32

mereka. Apa pun keahlian, skills dan konsentrasi

mereka, selama dalam bingkai kemanusiaan bisa

terwadahi dalam satu komunitas kerelawanan.

Sehingga potensi-potensi relawan yang berserakan

dapat terhimpun menjadi satu sinergi kemanusiaan

yang tak ternilai. “Jika dulu negeri ini butuh pahlawan

untuk mengusir penjajah, kini negeri ini

membutuhkan para relawan,” ujar Ahyudin, Direktur

Eksekutif ACT, salah satu pendiri MRI di Banjarmasin

(https://relawan.id/ diakses pada tanggal 8 Maret

2020, Pukul 14:47).

2.3.2 Sejarah Singkat Aksi Cepat Tanggap

(ACT)

Pada tanggal 21 April 2005, Aksi Cepat

Tanggap (ACT) secara resmi diluncurkan secara

hukum sebagai lembaga/ yayasan yang bergerak di

bidang sosial dan kemanusiaan. Untuk memperluas

karya, ACT mengembangkan aktivitasnya, mulai dari

kegiatan tanggap darurat, kemudian mengembangkan

kegiatannya ke program pemulihan pascabencana,

pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta

program berbasis spiritual seperti qurban, zakat dan

wakaf.

Sejak tahun 2012 ACT mentransformasi

dirinya menjadi sebuah lembaga kemanusiaan global,

dengan jangkauan aktivitas yang lebih luas. Pada

skala lokal, ACT mengembangkan jejaring ke semua

provinsi baik dalam bentuk jaringan relawan dalam

wadah MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) maupun

dalam bentuk jaringan kantor cabang ACT. Jangkauan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

33

aktivitas program sekarang sudah sampai ke 30

provinsi dan 100 kabupaten/kota di seluruh

Indonesia, termasuk ACT cabang Sumatera Selatan.

Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) merupakan

sebuah organisasi masa independen, universal dan

bebas melakukan kerjasama dengan berbagai pihak

untuk membela kepentingan dan hak-hak masyarakat

dengan berorientasi pada pembangunan masyarakat

sipil yang kuat. ACT (Aksi Cepat Tanggap) merupakan

salah satu lembaga kerja sama dari MRI (Masyarakat

Relawan Indonesi) demi mencapai tujuan dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dalam

upaya mengokohkan kebersamaan dan membangun

harmoni kehidupan masyarakat. MRI beranggotakan

individu-individu relawan yang memiliki komitmen dan

kontribusi dalam menciptakan perubahan positif pada

lingkunganya baik lingkungan mikro maupun makro

atas dasar prinsip kesukarelaan sebagai wujud

tanggungjawab sosial sebagai individu, sebagai warga

masyarakat, sebagai warga negara, dan sebagai

warga dunia.

Pada skala global, ACT mengembangkan

jejaring dalam bentuk representative person sampai

menyiapkan kantor ACT di luar negeri. Jangkauan

aktivitas program global sudah sampai ke 22 Negara

di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Indo-cina,

Timur Tengah, Afrika, dan Eropa Timur. Wilayah kerja

ACT di skala global diawali dengan kiprah dalam

setiap tragedi kemanusiaan di berbagai belahan dunia

seperti bencana alam, kelaparan dan kekeringan,

konflik dan peperangan, termasuk penindasan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

34

terhadap kelompok minoritas berbagai negara. Tahun

2014 menjadi awal bagi ACT untuk menjalin

kolaborasi kemanusiaan dunia (https//act.id/ diakses

pada tanggal 9 maret 2020 Pukul 20:21).

2.3.3 Relawan Aksi Cepat Tanggap

MRI merupakan sebuah organisasi masa

independen, universal dan bebas melakukan

kerjasama dengan berbagai pihak untuk membela

kepentingan dan hak-hak masyarakat dengan

berorientasi pada pembangunan masyarakat sipil

yang kuat. MRI menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan dalam upaya mengokohkan

kebersamaan dan membangun harmoni kehidupan

masyarakat. MRI beranggotakan individu-individu

relawan yang memiliki komitmen dan kontribusi dalam

menciptakan perubahan positif pada lingkunganya

baik lingkungan mikro maupun makro atas dasar

prinsip kesukarelaan sebagai wujud tanggung jawab

sosial sebagai individu, sebagai warga masyarakat,

sebagai warga negara, dan sebagai warga dunia. ACT

(Aksi Cepat Tanggap) merupakan salah satu lembaga

kerja sama dari MRI (Masyarakat Relawan Indonesi)

demi mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan, dalam upaya mengokohkan

kebersamaan dan membangun harmoni kehidupan

masyarakat. Hinga saat ini total relawan MRI yang

telah terdaftar diseluruh indonesia berjumlah 30.407

(https://relawan.id/ diakses pada tanggal 8 Maret

2020, Pukul 14:47).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

35

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat

dipahami bahwa untuk menjalankan program

kemanusiaan, Aksi Cepat Tanggap (ACT) bekerja

sama dengan Masyarakat Relawan Indonesi (MRI)

demi mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan, dalam upaya mengokohkan

kebersamaan dan membangun harmoni kehidupan

masyarakajjt.

2.3.4 Peran Aksi Cepat Tanggap (ACT)

ACT mengembangkan aktivitasnya, mulai dari

kegiatan tanggap darurat, kemudian mengembangkan

kegiatannya ke program pemulihan pascabencana,

pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta

program berbasis spiritual seperti qurban, zakat dan

wakaf. Relawan melaksanakan 90% dari pekerjaan

kemanusiaan dalam Masyarakat Relawan Indonesia

(MRI). MRI beranggotakan individu-individu relawan

yang memiliki komitmen dan kontribusi dalam

menciptakan perubahan positif pada lingkungannya,

baik lingkungan mikro maupun makro atas dasar

prinsip kesukarelaan sebagai wujud tanggungjawab

sosial sebagai individu, sebagai warga masyarakat,

sebagai warga negara, dan sebagai warga dunia.

Pada skala lokal, ACT mengembangkan

jejaring ke semua provinsi baik dalam bentuk jaringan

relawan dalam wadah MRI (Masyarakat Relawan

Indonesia) maupun dalam bentuk jaringan kantor

cabang ACT sebagai warga dunia. Pada skala global,

ACT mengembangkan jejaring dalam bentuk

representative person sampai menyiapkan kantor ACT

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

36

di luar negeri. Jangkauan aktivitas program global

sudah sampai ke 22 Negara di kawasan Asia

Tenggara, Asia Selatan, Indo-cina, Timur Tengah,

Afrika, dan Eropa Timur. Wilayah kerja ACT di skala

global diawali dengan kiprah dalam setiap tragedi

kemanusiaan di berbagai belahan dunia seperti

bencana alam, kelaparan dan kekeringan, konflik dan

peperangan, termasuk penindasan terhadap kelompok

minoritas berbagai negara.

Dengan spirit kolaborasi kemanusiaan, ACT

mengajak semua elemen masyarakat dan lembaga

kemanusiaan untuk terlibat bersama. Berbekal

pengalaman selama puluhan tahun di dunia

kemanusiaan, melakukan edukasi bersama, membuka

jaringan kemitraan global yang menjadi sarana

kebersamaan. Semua program global ACT menjadi

sarana merajut kemitraan berbagai lembaga amil

zakat, komunitas peduli, artis dan publik figur yang

memiliki visi yang sama untuk kemanusiaan

(https//act.id/ diakses pada tanggal 9 maret 2020

Pukul 20:21).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Altruisme 2.1.1 Pengertian

37

2.4 Kerangka Pikir Peneliti

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat

dijelaskan melalui bagian berikut ini.

Altruisme Pada Relawan Sosial Kemanusiaan Aksi Cepat

Tanggap (ACT) Sumatera Selatan

Faktor yang mempengaruhi

altruisme yakni:

Suasana hati

Empati

Meyakini keadilan

dunia

Faktor biologis

Faktor situasional

Aspek- aspek altruisme

yakni, sebagai berikut:

Menolong sesama tanpa

pamrih

Tidak egois

Bersedia berkorban

Peka dan siap bertindak

demi membantu sesama

Mempunyai rasa belas

kasihan

Murah hati

Tidak tegaan

Penuh kasih sayang.

Makna altruisme bagi subjek adalah

sebagai bentuk nyata dari prilaku

menolong tanpa pamrih yang

memberikan dampak kepuasan

tersendiri dan rasa syukur dalam diri

subjek