26
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Asma 2.1.1 Pengertian Asma Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten,reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Tingkat penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal bahwa asma adalah proses reversibel. Eksaserbasi akut dapat saja terjadi, yang berlangsung dari beberapa menit sampai jam, diselingi oleh periode bebas gejala. Jika asma dan bronkiitis terjadi bersamaan, obstruksi yang diakibatkan menjadi gabungan dan disebut bronkitis asmatik kronik(Suzane, 2001). Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Asma

2.1.1 Pengertian Asma

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten,reversibel

dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap

stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan

napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Tingkat

penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau

karena terapi. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal

bahwa asma adalah proses reversibel. Eksaserbasi akut dapat saja

terjadi, yang berlangsung dari beberapa menit sampai jam, diselingi oleh

periode bebas gejala. Jika asma dan bronkiitis terjadi bersamaan,

obstruksi yang diakibatkan menjadi gabungan dan disebut bronkitis

asmatik kronik(Suzane, 2001).

Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang

menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan

gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat

dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejala tersebut

terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi

dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya

respontrakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan

manifestasi adanyapenyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya

dapat berubah-ubah baik secaraspontan maupun hasil dari pengobatan

(The American Thoracic Society, 2003).

Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative

for Asthma (GINA) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik

saluran napasdengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast,

eosinofil, dan limfosit T. Padaorang yang rentan inflamasi ini

menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dadatertekan dan

batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini

biasanyaberhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas

namun bervariasi, yangsebagian bersifat reversibel baik secara spontan

maupun dengan pengobatan,inflamasi ini juga berhubungan dengan

hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagairangsangan.

2.1.2 Jenis-Jenis Asma dan Penyebab

Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi, atau

gabungan.

1. Asma alergik

Asma alergik disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen

yang dikenal misalnya serbuk sari, binatang, makanan, dan jamur.

Kebanyakan alergen terdapat diudara dan musiman. Pasien

dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

alergik dan riwayat medis masa lalu eczema rhinitis alergik.

Pemajanan terhadap alergen mencetuskan serangan asma.

2. Asma idiopatik atau nonalergik

Asma idiopatik atau nonalergik tidak berhubungan dengan

alergen spesifik. Faktor-faktor, seperti common cold, infeksi traktus

respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat

mencetuskan serangan. Beberapan agens farmakologi, seperti

aspirin dan agens antiinflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut,

antagonis beta-adrenergik, dan agents sulfit (pengawet makanan),

juga mungkin menjadi faktor. Serangan asma idiopatik atau

nonalergik menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan

berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis

dan emfisema.

3. Asma gabungan

Asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum.

Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun

bentuk idiopatik (Suzane, 2001).

2.1.3 Patofisiologi Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi

disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini :

1. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan

jalan napas

2. Pembengkakan membran yang melapisi bronki

3. Pengisian bronki dengan mukus yang kental

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang

kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflamasi, udara

terperangkap didalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan

ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan

sistem imunologis dan sistem saraf otonom.

Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk

terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian

menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen

mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan

produk sel-sel mast (mediator) seperti histamin, bradikinin, dan

prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-

A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos

dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan

membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak.

Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur

oleh inpuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik

atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor

seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumlah

asetilkolin yang dilepas meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara

langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan

mediator kimiawi yang dibahas diatas. Individu dengan asma dapat

mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Selain itu, reseptor adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak

dalam bronki. Ketika reseptor α adrenergik dirangsang terjadi

bronkokonstriksi; bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β adrenegik yang

dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan adrenegik β dikendalikan

terutama oleh siklik adenosine monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor-alfa

mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan

mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi yang

menyebabkan bronkodilatasi. Stimulasi reseptor beta mengakibatkan

peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi

dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa

penyekatan β-adrenegik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya,

asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dam

konstriksi otot polos (Suzane, 2001).

2.1.4 Faktor Risiko Asma

Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor

genetik danfaktor lingkungan.

1. Faktor genetik

a. Hipereaktivitas

b. Atopi atau alergi bronkus

c. Faktor yang memodifikasi penyakit genetik

d. Jenis kelamin

e. Ras atau etnik

2. Faktor lingkungan

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

a. Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,

alternaria atau jamur)

b. Alergen diluar ruangan (tepung sari)

c. Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan,

kacang,makanan laut, susu sapi, telur)

d. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, β

bloker dll)

e. Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dan

lain-lain)

f. Ekspresi emosi berlebihan

g. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif

h. Polusi udara di luar dan di dalam ruangan

i. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika

melakukanaktifitas tertentu.

(Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma Pedoman &Penatalaksanaan di Indonesia, 2004)

2.1.5 Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis

Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis disajikan

pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis

Derajat sama Gejala Gejala malam Faal paru

Intermitten Bulanan APE≥80% Gejala<1x/minggu

- Tanpa gejala diluar serangan.

- Serangan singkat.

≤ 2 kali sebulan

- VEP1≥80% nilai prediksi APE≥80% nilai terbaik.

- Variabiliti

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

APE<20%. Persisten ringan Mingguan APE>80% - Gejala>1x/minggu

tetapi<1x/hari. - Serangan dapat

mengganggu aktivitas dan tidur

>2 kali sebulan

- VEP1≥80% nilai prediksi

- APE≥80% nilai terbaik.

- Variabiliti APE 20-30%.

Persisten sedang Harian APE 60-80% - Gejala setiap

hari. - Serangan

mengganggu aktivitas dan tidur.

- Membutuhkan bronkodilator setiap hari.

>2 kali sebulan

- VEP1 60-80% nilai prediksi APE 60-80% nilai terbaik.

- Variabiliti APE>30%.

Persisten berat Kontinu APE 60≤% - Gejala terus

menerus - Sering kambuh - Aktifiti fisik

terbatas

Sering - VEP1≤60% nilai prediksi APE≤60% nilai terbaik

- Variabiliti APE>30%

(Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma Pedoman & Penatalaksanaan di Indonesia, 2004)

Selain berdasarkan gejala klinis di atas, menurut Global Initiative for

Asthma (GINA)asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan

asma yaitu:

1. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara

satu kalimat,bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang

hanya pada akhir ekspirasi.

2. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara

memenggal kalimat,lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi

nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang-kadang terdengar pada saat

inspirasi,

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

3. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi

dudukbertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan

mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop.

4. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingungan,

sudah tidakterdengar mengi dan timbul bradikardi.

Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan

asma. Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami

serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan

asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi henti

nafas yang dapat menyebabkan kematian.

2.1.6Manifestasi klinik

Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi. Pada

beberapa keadaan, batuk mungkin satu-satunya gejala. Serangan asma

sering kali terjadi pada malam hari. Penyebabnya tidak dimengerti dengan

jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan variasi sirkadian, yang

mempengaruhi ambang reseptor jalan napas.

Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan

rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi.

Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang

mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan otot-otot

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

aksesori pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan

dispnea. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi

lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit mukus mengandung masa

gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah. Tanda

selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat, dan

gejala-gejala retensi karbon dioksida, termasuk berkeringat, takikardia,

dan pelebaran tekanan nadi.

Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa

jam dan dapat hilang secara spontan. Meski serangan asma jarang

yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut

“status asmatikus” kondisi ini merupakan keadaan yang mengancam

hidup (Suzane, 2001).

2.1.7 Evaluasi diagnostik

Riwayat kesehatan yang lengkap, termasuk keluarga, lingkungan

dan riwayat pekerjaan, dapat mengungkapkan faktor-faktor atau

substansi yang mencetuskan serangan asma.

Riwayat positif keluarga seringkali berkaitan dengan asma alergik.

Faktor-faktor lingkungan, termasuk perubahan musim, jumlah serbuk

sari yang tinggi, dan jamur juga berkaitan dengan asma. Perubahan

iklim, khususnya dingin dan polusi udara terutama sekali berkaitan

dengan asma nonalergik. Berbagai bahan kimia dan senyawa yang

berkaitan dengan pekerjaan telah menunjukkan hubungan dengan

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

asma, termasuk garam logam, debu kayu dan debu sayuran, obat-

obatan (mis., aspirin, antibiotik, piperazin, dan simetidin), bahan kimiawi

dan plastik industri enzim biologik, (mis., detergen untuk laundry) debu

binatang dan serangga, sera, dan sekresi. Selama periode akut, rontgen

dada dapat menunjukkan hiperinflasi dan pendataran diafragma.

Pemeriksaan sputum dan darah dapat menunjukkan eosinofilia

(kenaikan kadar eosinofil). Terjadi peningkatan kadar serum

immunoglobulin E (IgE) pada asma alergik. Sputum dapat jernih dan

berbusa (alergik) atau kental dan putih (nonalergik) dan berserabut

(nonalergik).

Gas darah arteri menunjukkan hipoksik selama seranga akut.

Awalnya, terdapat hipokapnea dan respirasi alkalosis dan tekanan

parsial karbondioksida (PCO2) yang rendah. Dengan memburuknya

kondisi dan pasien menjadi lebih letih, PCO2dapat meningkat.

PCO2yang normal dapat menunjukkan gagal napas yang mengancam.

PCO2 20 kali lebih dapat berdifusi dibanding dengan oksigen, sehingga

sangat jarang bagi PCO2 untuk normal atau meningkat pada individu

yang bernapas dengan sangat cepat.

Fungsi pulmonari biasanya normal antar serangan. Selama

serangan akut, terdapat suatu peningkatan kapasitas paru total (TLC)

dan volume residual fungsional (FRV) sekunder terhadap terjebaknya

udara. FEV dan kapasitas vital kuat (FVC) sangat menurun (Suzane,

2001).

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

2.1.8 Pencegahan Kekambuhan Asma

1. Mencegah sensititasi

Cara – cara mencegah asma berupa pencegahan sensitisasi alergi

(terjadinya atopi, diduga paling relevan pada masa prenatal dan

perinatal) atau pencegehan terjadinya asma pada individu yang

sensitisasi.

2. Mencegah eksaserbasi

Eksaserbasi asma dapat ditimbulkan berbagai faktor (trigger) seperti

alergen (indoor) seperti tungau dan debu rumah, hewan berbulu, kecoa,

dan jamur, alergen outdoor seperti polen, jamur, infeksi virus, polutan

dan obat. Mengurangi pajanan penderita dengan beberapa faktor

seperti menghentikan merokok, menghindari asap rokok, lingkungan

kerja, makanan, adiktif, obat yang menimbulkan gejala dapat

memperbaiki kontrol asma serta keperluan obat. Biasanya penderita

bereaksi terhadap banyak faktor lingkungan sehingga usaha mengindari

alergen sulit untuk dilakukan. Hal-hal lain yang harus dihindari adalah

polutanindoor dan outdoor, makanan dan aditif, obesitas, emosi – stress

dan berbagai faktor lainya.(MKI,2008)

2.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol

manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan

dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup

normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

pengobatan asma bronkial adalah agarpenderita dapat hidup normal,

bebas dariserangan asma serta memiliki faal parusenormal mungkin,

mengurangi reaktifasisaluran napas, sehingga menurunkan

angkaperawatan dan angka kematian akibat asma.

Dalam penanganan pasien asma penting diberikan penjelasan

tentang cara penggunaanobat yang benar, pengenalan dan

pengontrolanfaktor alergi.(Meiyanti,2011 ; GINA 2006).

2.1.10. Tingkatan Asma Terkontrol

Tingkatan asma terkontrol dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini

Tabel 2.2 Tingkatan asma terkontrol

Karakteristik Terkontrol Terkontrol sebagian Tidak terkontrol

Gejala harian Tidak ada (dua kali atau kurang perminggu)

Lebih dari dua kali seminggu

Tiga atau lebih gejala dalam kategori asma terkontrol sebagian, muncul sewaktu –waktu dalam seminggu

Pembatasan aktivitas Tidak ada Sewaktu-waktu dalam seminggu

Gejala nokturnal nokturnal/gangguan tidur (terbangun)

Tidak ada Sewaktu – waktu dalam seminggu

Kebutuhan akan reliever atau terapi rescue

Tidak ada (dua kali atau kurang dalam seminggu)

Lebih dari dua kali seminggu

Fungsi Paru (PEF atau FEV1

Normal < 80% (perkiraan atau dari kondisi terbaik bila diukur)

Eksaserbasi Tidak ada Sekali atau lebih dalam setahun

Sekali dalam seminggu

Sumber : GINA 2006

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Untuk semua bentuk eksaserbasi sebaiknya dilihat kembali

terapinya apakah benar-benar adekuat. Suatu eksaserbasi mingguan,

membuat penderita menjadi asma tak terkontrol.

Kriteria asma terkontrol

1. Tidak ada atau gejala minimal

2. Tidak ada gejala asma malam

3. Tidak ada keterbatasan aktivitas

4. Tidak ada atau minimal pemakaian obatpelega

5. Faal paru normal atau mendekati normal

6. Tidak ada kunjungan ke emergensi

(Antariksa Budi, 2009 : GINA 2006)

2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu baik melalui

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri

maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan

(Notoatmodjo, 2003)

Menurut Notoatmodjo, pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif

mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap

objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam

konteks atau situasi lain.

d. Analisis (analysis)

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menggambarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja dapat membedakan, memisahkan, dan

mengelompokkan.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan,

meringkaskan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

Kategori pengetahuan menurut Arikunto (2006), pengetahuan

dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik bila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari

seluruh petanyaan.

b. Cukup bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75%

dari seluruh pertanyaan.

c. Kurang bila subyek mampu menjawab dengan benar < 55% dari

seluruh pertanyaan.

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan yaitu :

1) Pengalaman

Pengalaman artinya berdasarkan pemikiran kritis akan tetapi

pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. Mungkin

pengalaman hanya dicatat saja. Pengalaman yang disusun

sistematis oleh otak maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan

2) Pendidikan

Pendidikan berhubungan dengan pengembangan dan

perubahan kelakuan anak didik. Pendidikan bertalian dengan

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan,

dan aspek kelakuan yang lain. Pendidikan adalah proses

belajar dan mengajar pola-pola kelakuan manusia menurut

apa yang diharapkan oleh masyarakat

3) Paparan media massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik

maka berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat,

sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa

akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki.

4) Sosial budaya

Semua orang hidup dalam kelompok dan saling

berhubungan melalui lambang-lambang, khususnya bahasa.

Manusia mempelajari kelakuan orang lain di lingkungan

sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dipikirkan, dirasakan

bertalian dengan orang lain, bahasa, kebiasaan, makan,

pakaian, dan sebagainya dipelajari dari lingkungan sosial

budayanya.

5) Umur

Menurut Ahmadi (2001), bahwa dengan bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya.

6) Intelegensi

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu model

untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara

terarah. Perbedaan intelegensi dari seseorang akan

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan.

2.3 Konsep Sikap

Menurut Muss dalam Sarwono (2008) sikap adalah suatu

predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus

menerus untuk bertingkah laku atau untuk bereaksi dengan cara tertentu

terhadap pribadi lain, objek,lembaga atau persoalan tertentu.

Sarwono (2008) menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan

seseorang untuk bertindak secara tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan

negatif. Orang yang memiliki perasaan positif, akan cenderung

mendekati, menyenangi, menerima, atau mengharapkan objek tertentu.

Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, dan tidak menyukai objek tertentu.

(Walgito 2001) mengemukakan bahwa sikap adalah kesiapan

merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi

secara konsisten. Sedangkan Gerungan (2004) menyatakan bahwa

pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap, pandangan

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan

untuk bertindak sesuai dengn sikap terhadap objek tadi. Jadi attitude lebih

tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap

sesuatu hal. Dengan demikian sikap adalah konsep yang membantu kita

memahami perilaku.

2.3.1 Komponen Yang Membentuk Sruktur Sikap yaitu :

Menurut Azwar (2008), struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang

saling menunjang yaitu :

a. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali

kepercayaan itu terbentuk, maka ia akan menjadi dasar

pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari

obyek tertentu.

b. Komponen afektif menyangkut masalah emosional, subyektif

seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum, komponen ini

disamakan dengan perasaan pribadi sering kali sangat berbeda

perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

c. Komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana

perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang di hadapi. Kaitan ini di

dasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak

mempengaruhi perilaku.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

2.3.2 Pengukuran sikap

Menurut Azwar (2008), pengukuran sikap dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

a. Observasi Perilaku

Kalau seseorang menampakkan perilaku yang konsisten, dapat

ditafsirkan sikapnya dari bentuk perilaku yang tampak. Dengan kata

lain untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat

memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu

indikator sikap individu.

b. Penanyaan langsung

Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna

pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu

merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri, dan

kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan

mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena

itu dalam metode ini, jawaban yang diberikan oleh mereka yang

ditanyai dijadikan indikator sikap mereka.

c. Pengungkapan langsung

Suatu pengungkapan langsung (direct assemant) secara tertulis

yang dapat dilakukan dengan menggunakan sistem tanggal maupun

sistem ganda. Responden diminta menjawab langsung suatu

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak

setuju.

d. Skala sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk skala report yang hingga

kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan

menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh

individu. Dari respons subjek pada setiap pertanyaan itu kemudian

dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

e. Pengukuran terselubung

Metode terselubung (covert measures) sebenarnya berorientasi

kembali ke metode observasi perilaku yang telah dikemukakan diatas,

akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku yang

disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melakukan reaksi-

reaksi fisiologis yang terjadi lebih di luar kehendak orang yang

bersangkutan.

2.3.3 Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti

bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.4 Ciri Ciri Sikap :

Menurut Gerungan (2004), sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sikap tidak dibawa orang sejak ia lahir, tetapi dibentuk atau

dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam

hubungannya dengan objeknya

2. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang,

sehingga sikap dapat berubah pada seseorang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah

berubahnya sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi

tertentu terhadap suatu objek. Sikap terbentuk, dipelajari atau

berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang

dapat dirumuskan dengan jelas.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

4. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan dari hal-hal tersebut. Jadi, sikap dapat berkaitan dengan

satu objek saja tetapi juga berkaitan dengan sederetan objek yang

serupa

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat

inilah yang membeda-bedakan sikap dari kecakapan-kecakapan

atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Dan Perubahan

Sikap

Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari serta dapat berubah-ubah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap

(Walgito,2001; Gerungan,2004) adalah

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu

sendiri berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan

mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap

pengaruh dari luar tersebut berhubungan erat dengan motif-motif dan

sikap-sikap yang bekerja dalam diri manusia, terutama yang menarik minat

perhatiannya.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia berupa

interaksi sosial diluar kelompok.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Menurut Sherif (dalam Gerungan,2004), dengan melihat faktor-faktor

eksternal yang ada, sikap dapat dibentuk atau berubah apabila :

a. terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia

b. adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dari satu pihak

Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara antara lain:

1. Adopsi

Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang dan terus-

menerus, secara bertahap diserap ke dalam individu dan

mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

2. Deferensiasi

Dengan perkembangan intelegensi, bertambahnya

pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal

yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri

lepas dari jenisnya. Terdapat objek tersebut dapat terbentuk sikap

tersendiri pula.

3. Integritas

Pembentukan sikap dasar terjadi secara bertahap, dimulai

dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu

hal tertentu.

4. Trauma

Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan

kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman-

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan

terbentuknya sikap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap meliputi :

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk

dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang

yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita,

seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang

berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap kita

terhadap sesuatu. Misalnya : Orang tua, teman sebaya, teman

dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Asma

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu

sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti

individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang

sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh

emosi yang berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi

atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Aswar. 2008).