25
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata "alter" yang artinya "orang lain". Secara bahasa altruisme adalah perbuatan yang berorientasi pada kebaikan orang lain. Comte membedakan antara perilaku menolong yang altruis dengan perilkau menolong yang egois. Menurut Comte dalam memberikan pertolongan, manusia memiliki dua motif (dorongan), yaitu altruis dan egois. Kedua dorongan tersebut sama-sama ditujukan untuk memberikan pertolongan. Perilaku menolong yang egois tujuannyan justru mencari manfaat dari orang yang ditolong, sedangkan perilaku menolong yang ditujukan semata-mata untuk kebaikan orang yang ditolong (Taufik, 2012). Altruisme diartikan oleh Aronson, Wilson dan Akert (Taufik, 2012) sebagai pertolongan yang diberikan secara murni, tulus, tanpa mengharap balasan (manfaat) apa pun dari orang lain dan tidak memberikan manfaat apa pun untuk dirinya. Baron dan Byrne (2005), menyatakan altruisme yang sejati adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan untuk kebaikan orang lain. Pendapat lain dikemukakan Schroeder, Penner, Divido dan Piliavin (Taylor, dkk., 2009), yang menyatakan altruisme adalah tindakan sukarela untuk membantu orang lain tanpa pamrih, atau ingin sekedar beramal baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Altruisme

1. Pengertian

Altruisme berasal dari kata "alter" yang artinya "orang lain". Secara

bahasa altruisme adalah perbuatan yang berorientasi pada kebaikan orang lain.

Comte membedakan antara perilaku menolong yang altruis dengan perilkau

menolong yang egois. Menurut Comte dalam memberikan pertolongan,

manusia memiliki dua motif (dorongan), yaitu altruis dan egois. Kedua

dorongan tersebut sama-sama ditujukan untuk memberikan pertolongan.

Perilaku menolong yang egois tujuannyan justru mencari manfaat dari orang

yang ditolong, sedangkan perilaku menolong yang ditujukan semata-mata

untuk kebaikan orang yang ditolong (Taufik, 2012).

Altruisme diartikan oleh Aronson, Wilson dan Akert (Taufik, 2012)

sebagai pertolongan yang diberikan secara murni, tulus, tanpa mengharap

balasan (manfaat) apa pun dari orang lain dan tidak memberikan manfaat apa

pun untuk dirinya.

Baron dan Byrne (2005), menyatakan altruisme yang sejati adalah

kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan untuk kebaikan

orang lain. Pendapat lain dikemukakan Schroeder, Penner, Divido dan Piliavin

(Taylor, dkk., 2009), yang menyatakan altruisme adalah tindakan sukarela

untuk membantu orang lain tanpa pamrih, atau ingin sekedar beramal baik.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

16

Menurut Myers (2012) altruisme adalah motif untuk meningkatkan

kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan pribadi seseorang.

Orang yang altruisme peduli dan mau membantu meskipun jika tidak ada

keuntunngan yang ditawarkan atau tidak ada harapan akan mendapatkan

kembali. Menurut Dovidio (Manstead, 1996), altruisme sebagai kesukarelaa

dan sengaja membantu orang lain dengan tujuan mengurangi kesulitan orang

lain, sedangkan menurut Einsberg, Fabes dan Spinrad (King, 2010), altruisme

adalah ketertarikan tanpa pamrih dalam menolong orang lain.

Batson (Sarwono dan Meinarno, 2009) menyatakan bahwa altruisme

adalah motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain. Pada altruistik,

tindakan seseorang untuk memberikan bantuan pada orang lain bersifat tidak

mementingkan diri sendiri (selfless) bukan untuk kepentingan diri sendiri

(selfish). Untuk mengetahui motivasi yang mendasari tingkah laku menolong,

selfless atau selfish, sampai batas tertentu adalah sulit. Sebagian karena

manusia tidak selalu tepat dalam menyimpulkan penyebab tingkah laku

seseorang (Fiske & Taylor, dkk. dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) dan

sebagian lagi karena manusia cenderung menampilkan diri mereka dengan

cara-cara yang dapat diterima secara sosial (Durken dalam Sarwono &

Meinarno, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa altruisme adalah motif

untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan

pribadi seseorang. Orang yang altruisme peduli dan mau membantu meskipun

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

17

jika tidak ada keuntunngan yang ditawarkan atau tidak ada harapan akan

mendapatkan kembali.

2. Dimensi – dimensi Altruisme

Cohen (Sampson, 1976), mengungkapkan ada tiga dimensi altruisme,

yaitu:

a. Empati

Kohut (dalam Taufik, 2012) melihat empati sebagai suatu proses berpikir

seseorang mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan seseorang

tersebut berada pada posisi orang lain itu. Selanjutnya, Kohut menegaskan

bahwa empati adalah kemampuan berpikir objektif tentang kehidupan

terdalam dari orang lain. Contoh remaja ikut merasa sedih ketika temannya

mengalami musibah.

b. Keinginan memberi

Keinginan memberi ini bersifat menguntungkan bagi orang lain yang

mendapat atau yang dikenai perlakuan dengan tujuan memenuhi kebutuhan

atau keinginan orang lain, perilaku ini dapat berupa barang atau yang

lainnya. Contoh remaja yang memberikan uang kepada seorang pengemis

yang cacat.

c. Sukarela

Sukarela adalah tindakan yang dilakukan semata untuk kepentingan dan

kebutuhan orang lain, tidak ada keinginan untuk memperoleh imbalan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

18

Contoh memberikan bantuan tanpa mengharapkan balasan dari orang yang

ditolong.

Leeds (Taufik, 2012) menjelaskan bahwa suatu tindakan pertolongan

dapat dikatakan altruisme jika memenuhi tiga ciri, yaitu:

a. Memberikan manfaat bagi orang yang ditolong atau berorientasi untuk

kebaikan orang yang akan ditolong, karena bisa jadi seseorang berniat

menolong, namun pertolongan yang diberikan tidak disukai atau dianggap

kurang baik oleh orang yang ditolong. Contoh: Memberikan bantuan saat

tetangga mengadakan hajatan.

b. Pertolongan yang telah diberikan berproses dari empati atau simpati yang

selanjutnya menimbulkan keinginan untuk menolong, sehingga

tindakannya itu dilakukan bukan karena paksaan melainkan secara

sukarela diinginkan oleh yang bersangkutan. Contoh menyumbangkan

pakaian kepada korban banjir.

c. Hasil akhir dari tindakan itu bukan untuk kepentingan diri sendiri, atau

tidak ada maksud-maksud lain yang bertujuan untuk kepentingan si

penolong. Contoh menolong korban kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa dimensi altruisme ialah

empati, keinginan memberi, sukarela, memberikan manfaat bagi orang yang

ditolong atau berorientasi untuk kebaikan orang yang akan ditolong, simpati,

dan bukan untuk kepentingan diri sendiri. Berdasarkan ciri-ciri altruisme di

atas, penelitian ini menggunakan dimensi yang dikemukakan oleh Cohen

(dalam Sampson, 1976), yaitu empati, keinginan memberi, sukarela. Hal ini

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

19

dikarenakan sesuai dengan kondisi yang akan diungkap dalam penelitian ini,

yaitu altruisme pada remaja akhir. Dalam usia remaja, diharapkan dapat

mencapai tugas-tugas perkembangan yaitu berpartisipasi sebagai individu

dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan mampu

menjunjung nilai-nilai moral dalam bertingkah laku sosial (Hurlock, 2003).

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Altruisme

Menurut Sarwono dan Meinarno (2009) altruisme dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor situasional dan faktor personal. Adapun faktor

situasional dibagi menjadi enam, yaitu bystander, daya tarik, atribusi terhadap

korban, adanya model, desakan waktu dan sifat kebutuhan korban, sedangkan

faktor personal dibagi menjadi lima, yaitu suasana hati (mood), sifat, jenis

kelamin, tempat tinggal dan pola asuh. Semua faktor yang mempengaruhi

perilkau altruisme akan dibahas secara rinci dibawah ini.

a. Faktor Situasional

Faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi perilaku altruisme

adalah:

1) Bystanders

Bystanders atau orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian

mempunyai peran sangat besar dalam mempengaruhi seseorang saat

memutuskan antara menolong atau tidak ketika dihadapkan pada

keadaan darurat. Efek bystander terjadi karena adanya pengaruh sosial

(social influence), yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

20

sebagai acuan dalam menginterpretasikan situasi dan mengambil

keputusan untuk menolong, seseorang akan menolong jika orang lain

juga menolong. Kedua, hambatan penonton (audience inhibition),

yaitu merasa dirinya dinilai oleh orang lain (evaluation apprehension)

dan risiko membuat malu diri sendiri karena tindakannya menolong

yang kurang tepat akan menghambat orang untuk menolong. Ketiga,

penyebaran tanggung jawab (diffusion of responsibility) membuat

tanggung jawab untuk menolong menjadi terbagi karena hadirnya

orang lain.

2) Daya tarik

Seseorang cenderung akan menolong orang yang dalam beberapa hal

mirip dengan dirinya. Oleh karena itu, pada umumnya orang akan

menolong orang lain (out-group) karena sebagai sutau kelompok

tentunya ada beberapa kesamaan dalam diri kelompok tersebut.

3) Atribusi terhadap korban

Seseorang akan termotivasi untuk memberikan bantuan pada orang

lain jika diasumsikan bahwa ketidakberuntungan korban adalah di

luar kendali korban. Jadi, seseorang tidak akan memberikan

pertolongan jika mengasumsikan kejadian yang kurang

menguntungkan pada korban adalah akibat kesalahan korban sendiri

(atribusi internal).

4) Adanya model

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

21

Adanya model yang melakukan tingkah laku menolong dapat

mendorong seseorang untuk memberikan pertolongan pada orang

lain. Baron dan Byrne (2005) menegaskan bahwa selain model sosial

dalam dunia nyata, model-model yang menolong dalam media juga

berkontribusi pada pembentukan norma sosial yang mendukung

tingkah laku sosial. Menurut Heinich (Nursalim, 2013) media

merupakan alat saluran komunikasi. Heinich mencontohkan media ini

seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials),

komputer, dan instruktur. Berdasarkan contoh media di atas, media

yang dipilih dalam penelitian ini adalah film. Dinyatakan oleh

Sukiman (2012), film merupakan media komunikasi sosial yang

terbentuk dari penggabungan dua indera, penglihatan dan

pendengaran yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang

banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar

lingkungan tempat film itu sendiri tumbuh.

Gentile et al. (2009), menegaskan bahwa konten yang dikandung oleh

sebuah film akan sangat berefek dalam meningkatkan keterampilan

khusus yang mendidik. Penonton menjadi terpengaruh melalui

perilaku yang digambarkan melalui film. Pengaruh ini disebabkan

oleh stimulus yang diberikan oleh tayangan yang ditampilkan oleh

film.

Sumarno (1996), membagi film dalam beberapa jenis, salah satunya

adalah film drama. Dinyatakan oleh Widagdo (2007) film drama

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

22

adalah jenis yang populer di kalangan masyarakat penonton film.

Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata ditawarkan dengan

senjata simpati dan empati penonton terhadap tokoh yang diceritakan.

Menurut Kushartati (Nugroho, 2005) jenis film drama yang disukai

remaja adalah jenis film drama yang menceritakan kehidupan pribadi

remaja dengan lingkungan yang ada disekitar remaja, seperti bertema

keluarga, teman atau sahabat.

Film bertema persahabatan yang dipilih dalam penelitian ini, secara

operasional didefinisikan sebagai film yang menceritakan tentang

pentingnya persahabatan antara dua orang atau lebih yang ditandai

dengan berinteraksi dalam berbagai situasi, saling memberikan

dukungan emosional, saling menolong, adanya rasa hormat, serta

adanya kepercayaan yang mendalam.

Sullivan (Santrock, 2012), berpendapat bahwa selama masa remaja,

sahabat juga menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

sosial. Remaja juga lebih bergantung pada teman-teman sebaya

daripada orangtua untuk memenuhi kebutuhan remaja akan

pertemanan, dukungan yang berharga, dan keintiman. Menurut Berndt

(Anggraini & Cucuani, 2014) sahabat yang baik didefinisikan sebagai

individu yang memiliki persahabatan dengan kualitas yang tinggi.

Baron dan Byrne (2005), memaparkan persahabatan adalah hubungan

yang membuat dua orang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi

dalam berbagai situasi, tidak mengikutkan orang lain dalam hubungan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

23

tersebut, dan saling memberikan dukungan emosional. Berdasarkan

pendapat di atas disimpulkan bahwa film bertema persahabatan adalah

film yang menceritakan tentang pentingnya persahabatan antara dua

orang atau lebih yang ditandai dengan berinteraksi dalam berbagai

situasi, saling memberikan dukungan emosional, saling menolong,

adanya rasa hormat, serta adanya kepercayaan yang mendalam.

5) Desakan waktu

Orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung tidak menolong,

sedangkan orang yang punya waktu luang lebih besar kemungkinan

untuk memberikan pertolongan kepada yang memerlukannya.

6) Sifat kebutuhan korban

Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh kejelasan bahwa korban

benar-benar membutuhkan pertolongan (clarity of need), korban

memang layak mendapatkan bantuan yang dibutuhkan (legitimate of

need), dan bukanlah tanggung jawab korban untuk memerlukan

bantuan dari orang lain.

b. Faktor Personal

Faktor-faktor personal yang dapat mempengaruhi perilaku altruisme

adalah:

1) Suasana hati (mood)

Emosi seseorang dapat mempengaruhi kecenderungan untuk

menolong. Emosi positif secara umum meningkatkan tingkah laku

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

24

menolong, namun jika situasinya tidak jelas (ambigu), maka orang

yang sedang bahagia cenderung untuk mengasumsikan bahwa tidak

ada keadaan darurat sehingga tidak menolong. Pada emosi negatif,

seseorang yang sedang sedih mempunyai kemungkinan menolong

yang lebih kecil.

2) Sifat

Orang yang mempunyai sifat pemaaf (forgivness), akan mempunyai

kecenderungan mudah menolong (Karremans, dkk. dalam Sarwono &

Meinarno, 2009). Orang yang mempunyai pemantauan diri (self

monitoring) yang tinggi juga cenderung lebih penolong, karena

dengan menjadi penolong, akan memperoleh penghargaan sosial yang

lebih tinggi. Beberapa karakteristik lainnya yang mendukung tingkah

laku menolong adalah kebutuhan akan persetujuan (need for

approval). Bierhoff, Klein dan Kramp (Baron dan Byrne, 2005) telah

mengemukakan faktor-faktor dalam diri yang menyusun kepribadian

altruistik, yaitu adanya empati, kepercayaan terhadap dunia yang adil,

rasa tanggung jawab sosial, memiliki internal locus of control dan

egosentrisme yang rendah.

3) Jenis kelamin

Peranan gender terhadap kecenderungan seseorang untuk menolong

sangat bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan yang

dibutuhkan. Laki-laki cenderung lebih mau terlibat dalam aktivitas

menolong pada situasi darurat yang membahayakan, hal ini terkait

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

25

dengan peran tradisional laki-laki, yaitu laki-laki dipandang lebih kuat

dan lebih mempunyai keterampilan untuk melindungi diri, sedangkan

perempuan, menolong pada situasi yang bersifat memberi dukungan

emsoi, merawat dan mengasuh.

4) Tempat tinggal

Orang yang tinggal di daerah pedesaan cenderung lebih penolong

daripada orang yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini dapat

dijelaskan melalui urban-overload hypothesis, yaitu orang-orang

yang tinggal di perkotaan terlalu banyak mendapat stimulasi dari

lingkungan. Dengan demikian, orang yang tinggal di perkotaan

selektif dalam menerima paparan informasi yang sangat banyak agar

bisa tetap menjalankan peran-perannya dengan baik. Maka dari itu, di

perkotaaan, orang-orang yang sibuk sering tidak peduli dengan

kesulitan orang lain karena sudah overload dengan beban tugasnya

sehari-hari.

5) Pola asuh

Pola asuh demokratis secara signifikan memfasilitasi adanya

kecenderungan anak untuk tumbuh menjadi seorang yang mau

menolong, yaitu melalui peran orang tua dalam menetapkan standar-

standar ataupun contoh-contoh tingkah laku menolong. Pola asuh

orang tua yang demokratis juga turut mendukung terbentuknya

internal locus of control, yang merupakan salah satu sifat dari

kepribadian altruistik, karena orang yang suka menolong memiliki

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

26

locus of control internal lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang

tidak suka menolong.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi altruisme ialah faktor situasional dan faktor personal.

Faktor situasional meliputi, bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban,

adanya model, desakan waktu dan sifat kebutuhan korban, sedangkan faktor

personal, meliputi suasana hati (mood), sifat, jenis kelamin, tempat dan tinggal.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih pada salah satu subfaktor situasional

yang mempengaruhi perilaku altruisme, yaitu film bertema persahabatan

sebagai variabel bebas. Film bertema persahabatan ini dipilih dengan tujuan

setelah remaja akhir menonton film, remaja akhir dapat menjadikan tokoh

dalam film sebagai model perilaku sosial. Trianton (2013) menegaskan bahwa

film dapat dijadikan salah satu alternatif media dan model pembelajaran. Pery

dan Furukawa (Nursalim, 2002) mendefinisikan modeling sebagai proses

belajar observasi bahwa perilaku individu atau kelompok model bertindak

sebagai suatu perangsang gagasan, sikap, atau perilaku pada orang lain yang

mengobservasi penampilan model. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian

Friedrich dan Stein (Rushton, 1976) yang difokuskan untuk anak-anak TK

menunjukkan bahwa model dalam film dapat menghasilkan penetahuan umum

dan dapat meningkatkan perilaku menolong.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

27

4. Altruisme Pada Remaja Akhir

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Karmakar dan Ghosh (2012)

tentang perilaku altruisme pada remaja, diketahui bahwa altruisme pada remaja

awal lebih rendah dibandingkan nilai altruisme pada remaja pertengahan.

Dinyatakan oleh Mappiare (1982) ketika beranjak pada usia 17/18

tahun sampai dengan 21/22 tahun individu berada pada masa remaja akhir.

Konopka (Pikunas; Ingersol dalam Agustiani, 2009) menyatakan remaja pada

masa ini memiliki keinginan yang kuat untuk diterima dalam kelompok teman

sebaya dan orang dewasa.

Hurlock (2003) menyatakan pencapaian perilaku sosial yang

bertanggung jawab termasuk dalam tugas perkembangan remaja akhir. Sejalan

dengan hal tersebut, Monks (Pitaloka & Ediati, 2015) menambahkan

keputusan melakukan sesuatu dipengaruhi oleh prinsip moral. Memberi

pertolongan pada orang lain dikemudikan oleh tanggung jawab batin pribadi.

Loyalitas dan kemauan untuk melayani orang lain merupakan dasar

bagi tingkah laku sosial yang bertanggung jawab. Remaja harus

mengembangkan ideologi yang harmonis dengan nilai-nilai dan kenyataan-

kenyataan di lingkungan sosial (Agustiani, 2009). Artinya, remaja dapat ikut

serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung

jawab, menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam

lingkungannya, baik regional maupun nasional (Havighurst dalam Panuju &

Umami, 1999).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

28

Remaja pada usia akhir memiliki altruistik yang tinggi. Remaja siap

untuk berpikir dan bertindak yang remaja pikir baik untuk lingkungan

sosialnya. Remaja mengasumsikan bahwa hal tersebut merupakan tanggung

jawab sosial (Agustiani, 2009).

B. Film Bertema Persahabatan

1. Pengertian

Definisi film menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1992 adalah karya

cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-

dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita

seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi

lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses

elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat

dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,

eletronik, dan/atau lainnya. Sebuah film, juga disebut gambar bergerak, adalah

serangkaian gambar diam atau bergerak. Hal ini dihasilkan oleh rekaman

gambar fotografi dengan kamera, atau dengan membuat gambar menggunakan

teknik animasi atau efek visual.

Menurut Nursalim (2013), film disebut juga gambar hidup (motion

pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara

cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.

Sementara Sukiman (2012), menyatakan film merupakan media komunikasi

sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indera, penglihatan dan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

29

pendengaran yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak

mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat film

itu sendiri tumbuh.

Arsyad (2013), mengemukakan bahwa film atau gambar hidup

merupakan gambar-gambar dalam frame yang frame demi frame tersebut

diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar

terlihar gambar hidup. Yazici et al. (2014) mengemukakan bahwa film dibuat

dengan tujuan utama untuk menghibur, tetapi kini film dibuat untuk

meningkatkan kesehatan perilaku individu.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan film adalah media komunikasi

sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indera, penglihatan dan

pendengaran yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak

mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat film

itu sendiri tumbuh.

Sumarno (1996), membagi film dalam beberapa jenis, salah satunya

adalah film drama. Menurut Kushartati (Nugroho, 2005) jenis film drama yang

disukai remaja adalah jenis film drama yang menceritakan kehidupan pribadi

remaja dengan lingkungan yang ada disekitar remaja, seperti bertema keluarga,

teman atau sahabat.

Dinyatakan oleh Santrock (2003), sahabat adalah sekumpulan kawan

yang terlibat dalam kebersamaan, saling mendukung dan memiliki keakraban

(intimasi). Sullivan (Santrock, 2012), berpendapat bahwa selama masa remaja,

sahabat juga menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan sosial.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

30

Baron dan Byrne (2005), memaparkan persahabatan adalah hubungan

yang membuat dua orang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam

berbagai situasi, tidak mengikutkan orang lain dalam hubungan tersebut, dan

saling memberikan dukungan emosional. Mussen dkk. (Nashori, 2008) juga

menegaskan persahabatan adalah hubungan pribadi yang menyangkut

keseluruhan pribadi berdasarkan kepercayaan yang mendalam dengan saling

membagikan sesuatu, menerima sesuatu dan merupakan kesempatan untuk

memperluas diri. Lebih lanjut Mappiere (1982) menjelaskan dari adanya

persahabatan remaja dapat bekerja sama dan mengisi waktu luang. Lebih

penting lagi, bahwa dalam persahabatan remaja dapat merasa dibutuhkan,

dihargai dan dengan demikian remaja dapat merasa adanya kepuasan dalam

interaksi sosialnya.

Menurut Ahmadi (Fauziah, 2014) persahabatan adalah suatu hubungan

antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu sebagai

suatu kesatuan. Sementara itu, De Vito (Fauziah, 2014) memaknai

persahabatan sebagai hubungan interpersonal di antara dua orang yang saling

menghasilkan dan memiliki karakteristik positif yang saling menghormati.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa film bertema

persahabatan adalah film yang menceritakan tentang pentingnya persahabatan

antara dua orang atau lebih yang ditandai dengan berinteraksi dalam berbagai

situasi, saling memberikan dukungan emosional, saling menolong, adanya rasa

hormat, serta adanya kepercayaan yang mendalam.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

31

2. Jenis-jenis Film

Dalam perkembangannya, baik karena kemajuan teknik-teknik yang

semakin canggih maupun tuntutan massa penonton, pembuat film semakin

bervariasi. Menurut Sumarno (1996), film dapat dikelompokkan ke dalam dua

pembagian besar, yaitu:

a. Film teaterikal (Teatrical film)

Film teaterikal atau disebut juga film cerita, merupakan ungkapan cerita

yang dimainkan oleh manusia dengan unsur dramatis dan memiliki unsur

yang kuat terhadap emosi penonton. Cerita dengan unsur dramatis ini

dijabarkan dengan berbagai tema. Lewat tema inilah film teaterikal terbagi

dalam berbagai jenis yaitu:

1) Film laga (action film)

Film ini bercirikan penonjolan filmnya dalam masalah fisik dalam

konflik. Dapat dilihat dalam film yang mengeksploitasi peperangan

atau pertarungan fisik, semacam film perang, silat, koboi, kepolisian,

gengster dan semacamnya.

2) Film drama

Film drama adalah jenis yang populer di kalangan masyarakat

penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata

ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap

tokoh yang diceritakan (Widagdo, 2007). Jenis film drama yang

disukai remaja adalah jenis film drama yang menceritakan kehidupan

pribadi remaja dengan lingkungan yang ada disekitar remaja, seperti

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

32

bertema keluarga, teman atau sahabat (Kushartati dalam Nugroho,

2005). Film bertema persahabatan adalah film yang menceritakan

tentang pentingnya persahabatan antara dua orang atau lebih yang

ditandai dengan berinteraksi dalam berbagai situasi, saling

memberikan dukungan emosional, saling menolong, adanya rasa

hormat, serta adanya kepercayaan yang mendalam.

3) Film horor

Film horror adalah sebuah jenis khusus dunia perfilman, karena

cakupannya sempit dan berkisar pada hal yang bias saja. Hal tersebut

disebabkan keingintahuan manusia pada sebuah dunia yang membuat

selalu bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia

lain (Widagdo, 2007).

4) Film fiksi-ilmiah

Berlatar masa depan atau luar angkasa. Biasanya ada alien atau robot

yang menjadi tokoh pembantu.

5) Film komedi

Film komedi adlaah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai

factor penyajian utama. Jenis film komedi tergolong paling disukai

dan bias merambah usia segmentasi penonton (Widagdo, 2007).

6) Film musikal

Film ini tumbuh bersamaan dengan dikenalnya teknik suara dalam

film, dengan sendirinya film jenis ini mengeksploitasi musik. Tetapi

harus dibedakan antara film-film yang didalamnya terkandung musik

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

33

dan nyanyian. Film yang bersifat musikal adalah yang dicirikan oleh

musik yang menjadi bagian internal cerita, bukan sekedar selingan.

b. Film Non-teaterikal (Non-teatrical film)

Film jenis ini merupakan film yang diproduksi dengan memanfaatkan

realitas asli, dan tidak bersifat fiktif. Selain itu juga tidak dikmaksudkan

sebagai alat hiburan. Film-film jenis ini lebih cenderung untuk menjadi

alat komunikasi untuk menyampaikan informasi (penerangan) maupun

pendidikan. Terdapat dua tipe dalam film non-cerita, yaitu:

1) Film faktual

Film faktual umunya hanya menampilkan fakta. Pada film faktual ini

di zaman sekarang tetap hadir dalam bentuk sebagai film berita dan

film dokumentasi. Film berita menitikberatkan pada segi pemberitaan

suatu kejadian actual, misalnya film berita yang banyak dalam siaran

televisi.

2) Film dokumenter

Film dokumenter, selain mengandung fakta, film ini juga

mengandung subjektivitas pembuat. Subjektivitas diartikan sebagai

sikap atau opini terhadap peristiwa. Film documenter bukan cerminan

pasif dari kenyataan, melainkan ada proses penafsiran atas kenyataan

yang dilakukan oleh pembuat film dokumenter.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis

film adalah film teaterikal dan film non-teaterikal. Film teaterikal terdiri dari

film laga, film drama, film horor, film perang, film fiksi-ilmiah, film komedi,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

34

film musikal dan film koboi. Film non-teaterikal terdiri dari film faktual dan

film dokumenter. Dalam penelitian ini, jenis film yang digunakan adalah film

drama, karena dalam film drama ini merupakan jenis yang populer di kalangan

masyarakat penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata

ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap tokoh yang

diceritakan (Widagdo, 2007).

C. Pengaruh Penyajian Film Bertema Persahabatan Terhadap Altruisme

Pada Remaja Akhir

Film bertema persahabatan adalah film yang menceritakan tentang

pentingnya persahabatan antara dua orang atau lebih yang ditandai dengan

berinteraksi dalam berbagai situasi, saling memberikan dukungan emosional, saling

menolong, adanya rasa hormat, serta adanya kepercayaan yang mendalam.

Menurut Trianton (2013), film termasuk media audio-visual yang efektif

menunjang tujuan belajar. Arsyad (2013) menyatakan, belajar dengan

menggunakan indera pandang dan dengar akan memberikan keuntungan bagi

siswa. Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera

dengar sangat menonjol perbedaanya. Baugh (Achsin, 1986) berpendapat kurang

lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang danhanya

sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya ().

Sementara itu, Dale (Arsyad, 2013) memperkirakan bahwa pemerolehan hasil

belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%

dan melalui indera lainnya sekitar 12%.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

35

Smithikrai, Longthong, & Peijsel (Niva, 2016) menyatakan bahwa

sinema/film mampu menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan karakteristik

positif dan mengurangi karakter negatif. Hal ini disebabkan oleh film yang

bersangkutan menceritakan wilayah yang diinginkan dan diketahui. Wilayah

tersebut ingin dicapai individu agar hidupnya berkualitas dan wilayah tersebut akan

dihubungkan ke dalam dirinya hingga menghasilkan perasaan yang lebih baik, lebih

kuat, dan lebih sejahtera ke dalam perilaku yang sehat. Di lain pihak, Gentile et al.

(2009) mengemukakan bahwa konten yang dikandung oleh sebuah film akan sangat

berefek dalam meningkatkan keterampilan khusus yang mendidik. Penonton

menjadi terpengaruh melalui perilaku yang digambarkan melalui film. Pengaruh ini

disebabkan oleh stimulus yang diberikan oleh tayangan yang ditampilkan oleh film.

Hurlock (2003) menyatakan pencapaian perilaku sosial yang bertanggung

jawab termasuk dalam tugas perkembangan remaja akhir. Sejalan dengan hal

tersebut, Monks (Pitaloka & Ediati, 2015) menambahkan keputusan melakukan

sesuatu dipengaruhi oleh prinsip moral. Memberi pertolongan pada orang lain

dikemudikan oleh tanggung jawab batin pribadi.

Loyalitas dan kemauan untuk melayani orang lain merupakan dasar bagi

tingkah laku sosial yang bertanggung jawab. Remaja harus mengembangkan

ideologi yang harmonis dengan nilai-nilai dan kenyataan-kenyataan di lingkungan

sosial (Agustiani, 2009). Artinya, remaja dapat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan

sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati

nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional

(Havighurst dalam Panuju & Umami, 1999).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

36

Remaja pada usia akhir memiliki altruistik yang tinggi. Remaja siap untuk

berpikir dan bertindak yang remaja pikir baik untuk lingkungan sosialnya. Remaja

mengasumsikan bahwa hal tersebut merupakan tanggung jawab sosial (Agustiani,

2009). Sullivan (Santrock, 2012) berpendapat, bahwa selama masa remaja, sahabat

juga menjadi sangat penting utnuk memenuhi kebutuhan sosial. Remaja juga lebih

bergantung pada teman-teman sebaya daripada orangtua untuk memenuhi

kebutuhan remaja akan pertemanan, dukungan yang berharga, dan keintiman.

Adapun dinamika hubungan film bertema persahabatan dengan altruisme

pada remaja akhir dapat dilihat pada bagan berikut:

Penyajian film bertema persahabatan ini dipilih dengan tujuan setelah

remaja menonton film, remaja dapat menjadikan tokoh dalam film sebagai model

perilaku sosial. Sarwono dan Meinarno (2009) menegaskan bahwa modeling

melalui penyajian film dapat mendorong seseorang untuk memberikan pertolongan

pada orang lain. Pery dan Furukawa (Nursalim, 2002) mendefinisikan modeling

sebagai proses belajar observasi perilaku individu atau kelompok model bertindak

sebagai suatu perangsang gagasan, sikap, atau perilaku pada orang lain yang

mengobservasi penampilan model.

Film Bertema Persahabatan

Altruisme

Empati Keinginan memberi Sukarela

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

37

Film yang digunakan dalam penelitian ini adalah film “Sang Pemimpi”.

Film “Sang Pemimpi” adalah sebuah film Indonesia tahun 2009 yang diadaptasi

dari novel kedua dalam tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, karya Andrea

Hirata. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deliani (2015) yang

berjudul “Gambaran Nilai Persahabatan Dalam Novel Sang Pemimpikarya Andrea

Hirata: Pendekatan Sosiosastra” yang menunjukkan bahwa nilai persahabatan yang

terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata antara lain: kebersamaan,

kesetiaan, saling membantu dan berbagi, rasa percaya, empati, kejujuran,

pengorbanan, saling memengaruhi, keegoisan, kerinduan, saling memahami dan

menerima, saling mendukung, dan saling pengertian.

Dalam film ini, berisi cerita tentang kehidupan Ikal dan sahabat-sahabatnya

di Belitong. Ikal adalah pencerita dalam novel tersebut, sedangkan Arai adalah

saudara jauhnya yang menjadi yatim piatu ketika masih kecil. Ikal memanggil Arai

dengan nama Simpai Keramat karena dalam keluarganya, Arai adalah orang

terakhir yang masih hidup. Jimbron adalah sahabat Arai dan Ikal yang sangat

terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau

ketika gugup. Ketiganya melewati kisah persahabatan yang terjalin dari kecil

hingga mereka bersekolah di SMA Negeri di Magai, SMA pertama yang berdiri di

Belitong bagian timur (Deliani, 2015).

Bertalian dengan hal tersebut, dinyatakan oleh Myers (2012) altruisme

adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk

kepentingan pribadi seseorang. Orang yang altruisme peduli dan mau membantu

meskipun jika tidak ada keuntunngan yang ditawarkan atau tidak ada harapan akan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

38

mendapatkan kembali. Cohen (Sampson, 1976), membagi altruisme menjadi 3

dimensi, yaitu perilaku memberi, empati dan sukarela.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Farsides dkk (Jacobs, 2013)

menunjukkan bahwa menonton film yang memiliki tokoh karaktrer empati dan

altruistik terhadap orang lain dapat meningkatkan altruistik bagi penonton dan

dapat merefleksikan perilaku karakter dalam film sebagai panutan yang akan ditiru

dalam kehidupannya. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian lainnya yang dilakukan

oleh Friedrich dan Stein (Rushton, 1976) yang difokuskan untuk anak-anak TK

menunjukkan bahwa model dalam film dapat menghasilkan pengetahuan umum

dan dapat meningkatkan perilaku menolong.

Dinyatakan oleh Smithikrai, Longthong & Peijsel (Niva, 2016) bahwa film

mampu meningkatkan kompetensi sosial individu. Menurut La Fontana dan

Cillesen (Papalia, 2002), kompetensi sosial dapat dilihat sebagai perilaku prososial,

altruistik dan dapat bekerja sama. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sprafkin, Liebert & Poulous (Baron & Byrne, 2005) yang

difokuskan pada efek perilaku sosial program televisi publik untuk anak-anak

menunjukkan bahwa individu yang melihat tingkah laku sosial di televisi kemudian

terlibat dalam tingkah laku sosial dalam kehidupan nyata. Kemudian, Trianton

(2013) menyatakan film yang menyentuh berbagai segi kehidupan manusia dalam

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi sangat efektif sebagai media

pembelajaran dalam rangka menanamkan nilai-nilai luhur, pesan moral, unsur

didaktif dan lain-lainnya.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1686/2/BAB II.pdf15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Altruisme 1. Pengertian Altruisme berasal dari kata

39

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan

altruisme pada remaja akhir yang diberi perlakuan penyajian film bertema

persahabatan (kelompok eksperimen) dengan remaja akhir yang tidak diberi

perlakuan penyajian film bertema persahabatan (kelompok kontrol). Remaja akhir

yang diberikan penyajian film bertema persahabatan memiliki altruisme lebih

tinggi dibandingkan remaja akhir yang tidak diberikan penyajian film bertema

persahabatan.