22
5 BAB II PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN KEGIATAN PKL 2.1 Pelaksanaan Dalam pelaksanaan PKL ada berapa hal yang dilakukan penulis diantaranya membuat gambar kerja (Soft Drawing). Adapun gambar yang dibuat harus mengikuti standar yang telah ditentukan. Bangunan yang dibuat ada dua jenis : 1. Bangunan Asrama 2. Bangunan Kantin Asrama Dua bangunan ini merupakan bangunan yang dibutuhkan untuk mewujudkan unit sekolah baru SMK yang berstandar Nasional. Namun dalam pembuatan laporan ini penulis hanya akan fokus disatu pembahasan saja dengan membahas gedung asrama. 2.2 Pembahasan Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok umumnya murid – murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar – kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Dalam merencanakan luas ruang pada asrama siswa, penentuan luasan berdasarkan ketentuan standar luas rang kerja yang sudah ada dengan memperhatikan antara lain : 1. Fungsi ruangan 2. Kebutuhan luasan prabot dan perlengkapan 3. Sirkulasi pemakaian ruangan supaya tercipta kenyamanan.

BAB II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

contoh pembukaan

Citation preview

  • 5

    BAB II

    PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN KEGIATAN PKL

    2.1 Pelaksanaan

    Dalam pelaksanaan PKL ada berapa hal yang dilakukan

    penulis diantaranya membuat gambar kerja (Soft Drawing). Adapun

    gambar yang dibuat harus mengikuti standar yang telah

    ditentukan. Bangunan yang dibuat ada dua jenis :

    1. Bangunan Asrama

    2. Bangunan Kantin Asrama

    Dua bangunan ini merupakan bangunan yang dibutuhkan

    untuk mewujudkan unit sekolah baru SMK yang berstandar

    Nasional. Namun dalam pembuatan laporan ini penulis hanya

    akan fokus disatu pembahasan saja dengan membahas gedung

    asrama.

    2.2 Pembahasan

    Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan

    untuk anggota suatu kelompok umumnya murid murid sekolah.

    Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar

    kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap

    kamarnya.

    Dalam merencanakan luas ruang pada asrama siswa,

    penentuan luasan berdasarkan ketentuan standar luas rang kerja

    yang sudah ada dengan memperhatikan antara lain :

    1. Fungsi ruangan

    2. Kebutuhan luasan prabot dan perlengkapan

    3. Sirkulasi pemakaian ruangan supaya tercipta kenyamanan.

  • 6

    Standar luas yang sudah ada hanya menjadi acuan dasar

    dalam menentukan luasan ruangan. Luasan riil harus

    memperhatikan aspek lain diantaranya :

    Tingkat kenyamanan yang hendak dicapai

    Ketersediaan lahan yang ada

    Kondisi lokasi yang akan dibangun

    Ketersediaan material yang ada

    Kekuatan dari material yang tersedia.

    Dalam perencanaan luasan bangunan gedung Asrama SMK

    ini berdasarkan pada : Permendiknas no. 40 Tahun 2008,

    NAD/Neufert Architects Data, TSS/Time Saver Standarts, dan

    analisa perabot yang akan digunakan, serta studi lapangan. Tabel

    luas ruang berdasarkan standar yang ada.

    Ruang NAD Keterangan German Standard

    Keterangan

    Ruang Tidur

    5 m2 Untuk 2 bed pertama

    2,2 m2 s.d.

    2,8 m2 Per bed 4,2 m2 Untuk tempat

    tidur

    berikutnya

    Ruang Makan 1 m2 Plus sirkulasi

    Dapur 0,5 m2 Per siswa

    Ruang Pengelola 7 m2 Per pengelola

    Poliklinik 1 Ruang Per 20 siswa

    > 7,4 m2 Per bed

    Kamar Mandi 1 shower Untuk 10

    siswa

    1 shower Untuk 20

    siswa

    Luas

    minimal 1 m2

    Per siswa Luas

    minimal 0,35 m2 -

    0,4 m2

    Per siswa

    WC 1 WC Untuk 5 orang 1 WC Untuk 15

    orang

    Keterangan :

  • 7

    NAD : Neufert Architect Data

    Tabel 2.1 Acuan Standar Umum Luas Ruang Gedung Asrama

    Kebutuhan Luas Ruangan

    Dalam penentuan luas ruangan bangunan gedung asrama

    harus mampu menunjang siswa di SMK. Oleh karena itu ruangan

    yang direncanakan harus mampu menampung sarana dan

    prasarana yang dibutuhkan, mengakomodasi kebutuhan jangka

    panjang dan memenuhi unsur kenyamanan. Dengan demikian

    diharapkan pelayanan terhadap siswa dalam kegiatan belajar

    mengajar disekolah dapat bekerja maksimal.

    Ruang Kapasitas Ukuran (m2) Keterangan

    Asrama Putri Orang 55,125

    KM/WC/Tempat Cuci Asrama

    Putri Orang 16

    Kantin/Ruang Makan

    Orang 154

    - Termasuk dapur

    dan WC. - Sekaligus

    difungsikan

    untuk tempat belajar dan

    menerima tamu.

    Asrama Putra Orang 55,125

    KM/WC/Tempat

    Cuci Asrama Putra

    Orang 16

    Tabel 2.2 Studi Kebutuhan Ruang Gedung Asrama

    Zonasi Ruang

    Peletakan Bangunan hendak mempertimbangkan zonasi

    masing masing ruang, antara zona publik, semi publik dan

  • 8

    privat. Masing masing zona memiliki tingkat interaksi yang

    berbeda dengan dunia luar. Adapun zonasi yang direncanakan

    adalah sebagai berikut :

    a. Zona Privat

    Diletakkan menjauhi gerbang utama agar kegiatan di

    dalamnya tidak terganggu. Fungsi ruang yang terdapat

    pada zona ini adalah ruang kelas, laboratorium, ruang

    praktik, perpustakaan, ruang tidur asrama, rumah

    pamong, ruang guru dan ruang kepala sekolah dan wakil

    kepala sekolah.

    b. Zona Semi Publik

    Merupakan area di dalam komplek SMK yang masih

    memungkinkan adanya hubungan dengan pihak luar tetapi

    tidak langsung, dikarenakan kegiatan aktifitas didalam

    SMK tersebut, ruang ruang itu meliputi Ruang Tata

    Usaha, Aula, Kantin. Bagian ini mempunyai kemungkinan

    besar berhubungan dengan pihak luar sehubungan dengan

    pemanfaatan aktifitas yang dilakukan didalamnya.

    c. Zona Publik

    Merupakan bagian dari komplek SMK yang dapat

    dicapai siapa saja ( masyarakat umum ) yang mempunyai

    kepentingan dengan SMK tersebut, ruang ruang antara

    lain area parkir, masjid, karena selain berhubungan

    dengan seluruh bagian sekolah, juga berhubungan dengan

    pihak luar.

    Sekolah memiliki pintu gerbang utama yang dapat

    dilalui oleh mobil dan memiliki akses ke tempat parkir

    sepeda motor dan mobil. Sekolah sebaiknya memiliki

    gerbang darurat yang dapat dibuka pada saat tertentu yang

    dibutuhkan.

  • 9

    Tabel 2.2 Zoning ( Pembagian Area )

    2.2.1 Gambaran Umum

    Proyek perencanaan Standar Unit Sekolah Menengah

    Kejuruan Gedung Asrama merupakan salah satu bangunan

    pendukung yang sudah seharusnya ada didalam lingkup

    sekolah yang dibuat untuk mendukung siswa agar siswa

    yang tinggalnya diluar daerah bisa tinggal tanpa harus

    kembali kerumah masing masing. Adapun beberapa

    aspek yang diperhatikan untuk merencanakan :

    a. Luas yang dibutuhkan sekitar 319 m2 yang didalamnya

    ada beberapa ruangan yang terdiri dari Ruang Penerima

    Tamu, Ruang Pengelola Asrama, Ruang Tidur, Ruang

    Belajar, Ruang Makan, Dapur, Kamar Mandi/Toilet, dan

    Ruang Cuci.

    b. Luas ruangan yang terperinci adalah Ruang Makan

    yang sekaligus difungsikan untuk ruang penerima tamu

    dan ruang belajar seluas 154 m2, ruang pengelola

  • 10

    Asrama 22.5 m2 , Ruang Tidur Siswi 55,125 m2,

    KM/WC dan ruang cuci asrama putri 16 m2, ruang

    tidur siswa putra 55,125 m2, dan KM/WC dan ruang

    cuci asrama putra 16m2.

    c. Asrama siswa harus memiliki pencahayaan alami yang

    cukup, maupun pencahayaan buatan secara merata

    dan setempat. Penghawaan alami yang harus dapat

    berfungsi agar konversi energi dapat dicapai pada

    kondisi sehari hari.

    2.3 Standar Bangunan Asrama

    Persyaratan struktur bangunan Gedung Asrama siswa

    meliputi persyaratan Struktur Bangunan gedung, pembebanan

    pada bangunan gedung, struktur atas maupun struktur bagian

    bawah gedung.

    Setiap bangunan gedung Asrama siswa, strukturnya harus

    direncanakan dan dilaksanakan agar kuat dan kokoh dalam

    memikul beban atau kombinasi beban dan memenuhi persyaratan

    keseleamatan (safety), serta memenuhi syarat kelayakan

    (serviceabiity) selama umur layanan yang direncanakan dengan

    mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan

    dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.

    Kemampuan memikul beban diperhitungkan pengaruh

    gempa, semua unsur struktur bangunan gedung, baik bagian dari

    sub struktur maupun struktur gedung, harus diperhitungkan

    memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gmpanya.

    Struktur bangunan gedung harus direncanakan secara

    detail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang

    direncanakan, apabila terjadi keruntuhan kondisi strukturnya

    masih dapat memungkinkan pengguna bangunan gedung

    menyelamatkan diri.

  • 11

    Perencanaan dan pelaksanaan perawatan struktur

    bangunan gedung seperti halnya penambahan struktur atau

    penggantian struktur, harus mempertimbangkan persyaratan

    keselamatan struktur sesuai dengan pedoman dan standar teknis

    yang berlaku.

    2.3.1 Struktur Bangunan

    Analisa struktur harus dilakukan untuk memeriksa

    respon struktur terhadap beban beban yang akan bekerja

    selama umur kelayakan struktur, termasuk beban tetap,

    beban sementara ( angin,gempa ) dan beban khusus.

    Penentuan mengenai jenis, ataupun intensitas dan cara

    bekerjanya beban harus mengikuti :

    (1) SNI 03-1726-2002 Tata Cara perencanaan

    ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau

    edisi terbaru; dan

    (2) SNI 03-1727-1989 Tata Cara perencanaan

    pembebanan untuk rumah dan gedung, atau edisi

    terbaru.

    2.3.1.1 Struktur Atas Bangunan Gedung.

    a. Konstruksi Beton

    Perencanaan konstruksi Beton harus

    mengikuti :

    (1) SNI 03-1734-1989 Tata Cara perencanaan

    beton dan struktur dinding bertulang untuk

    rumah dan gedung, atau edisi terbaru;

    (2) SNI 03-2847-1992 Tata Cara penghitungan

    struktur beton untuk bangunan gedung, atau

    edisi terbaru;

    (3) SNI 03-3430-1994 Tata Cara perencanaan

    dinding struktur pasangan blok beton

  • 12

    berongga bertulang untuk bangunan rumah

    dan gedung, atau edisi terbaru;

    (4) SNI 03-3976-1995 atau edisi terbaru; Tata

    Cara pengadukan pengecoran beton.

    (5) SNI 03-2834-2000 Tata Cara pembuatan

    rencana campuran beton normal, atau edisi

    terbaru; dan

    (6) SNI 03-3449-2002 Tata Cara rencana

    pembuatan campuran beton ringan dengan

    agregat ringan, atau edisi terbaru.

    Tata Cara pelaksanaan struktur beton

    untuk bangunan gedung mencakup hal-hal

    yang berkaitan dengan ketentuan dan

    persyaratan yang meliputi struktur, bahan,

    keawetan, kualitas, pencampuran,

    pengecoran, pencetakan, sampai pada tahap

    pelindungan dan pelaksanaan.

    b. Konstruksi Kayu

    Perencanaan konstruksi kayu harus

    mengikuti:

    (1) SNI 03-2407-1994 Tata Cara pengecatan kayu

    untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru

    (2) Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu

    untuk Bangunan Gedung; dan

    (3) Tata Cara Pembuatan dan Perakitan

    Konstruksi Kayu;

    Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum

    tertampung, atau yang belum mempunyai SNI,

    digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

    2.3.1.2 Struktur Bawah Bangunan Gedung.

    a. Pondasi Langsung

  • 13

    1. Kedalaman pondasi langsung harus

    direncanakan sedemikian rupa sehingga

    dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang

    mantap dengan daya dukung tanah yang

    cukup kuat dan selama berfungsinya

    bangunan tidak mengalami penurunan yang

    melampaui batas.

    2. Perhitungan daya dukung dan penurunan

    pondasi dilakukan sesuai teori mekanika

    tanah yang baku dan lazim dalam praktik,

    berdasarkan parameter tanah yang ditemukan

    dari penyelidikan tanah dengan

    memperhatikan nilai tipikal dan korelasi

    tipikal dengan parameter tanah yang lain.

    3. Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh

    menyimpang dari rencana dan spesifikasi

    teknik yang berlaku atau ditentukan oleh

    perencana ahli yang memiliki sertifikasi

    sesuai.

    4. Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan

    batu atau konstruksi beton bertulang.

    2.3.2 Utilitas Bangunan

    Persyaratan utilitas Bangunan Asrama Siswa

    meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan,

    kelistrikan dan sanitasi.

    2.3.2.1 Persyaratan Sistem Penghawaan

    Bangunan Asrama harus bisa menjadi contoh

    yang memperhatikan kinerja ventilasi alami

    beserta ventilasi buatan yang menyesuaikan

    dengan iklim setempat.

  • 14

    Bangunan harus memiliki bukaan permanen

    atau kisi kisi yang dapat dibuka dan ditutup

    untuk kepentingan ventilasi alami yang dapat

    dikendalikan.

    Bangunan Asrama Siswa harus dapat

    memberikan contoh perancangan sistem

    penghawaan yang sehat pada ruang-ruang

    toilet, terutama toilet publik.

    Persyaratan teknis sistem ventilasi, harus mengikuti:

    a) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata

    udara pada bangunan gedung

    b) SNI 03-6572-2001 Tata Cara perancangan

    sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada

    bangunan gedung, atau edisi terbaru.

    c) Standar tentang Tata Cara perencanaan,

    pemasangan, dan pemeliharaan sistem

    ventilasi.

    d) Standar tentang Tata Cara perencanaan,

    pemasangan, dan pemeliharaan sistem ventilasi

    mekanis.

    Dalam hal ini masih ada persyaratan lain

    yang belum tertampung, atau yang belum

    mempunyai SNI, digunakan standar baku atau

    pedoman teknis.

  • 15

    Fungsi

    Kerapatan

    Penghunian

    per 100 m2 Luas

    Lantai

    Kebutuhan Udara Luar

    Satuan Merokok Tdk

    merokok

    Ruang Kerja

    Ruang

    Pertemuan

    WC Umum

    7 orang

    60 orang

    100 orang

    0.30

    1.05

    2.25

    0.15

    0.21

    3.25

    m3/min orang

    m3/min orang

    m3/min

    orang

    Tabel 2.3.2.1 Kebutuhan Laju Udara Ventilasi berdasarkan SNI 03-6572-

    2001

    2.3.2.2 Persyaratan Sistem Pencahayaan

    Setiap bangunan gedung untuk memenuhi

    persyaratan sistem pencahayaan harus mempunyai

    pencahayaan alami dan pencahayaan buatan,

    termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan

    fungsinya.

    Pencahayaan alami harus optimal disesuaikan

    dengan fungsi bangunan dan fungsi masing

    masing ruang di dalam bangunan gedung.

    Pencahayaan buatan harus direncanakan

    berdasarkan tingkat iluminasi yang

    dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam

    bangunan gedung dengan mempertimbangkan

    efisiensi, penghematan energi dan

    penempatannya tidak menimbulkan efek silau

    atau pantulan.

    Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada

    ruangan baik di dalam bangunan maupun diluar

    bangunan gedung.

    Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang

    diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus

  • 16

    dilengkapi dengan pengendalian manual dan

    otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang

    mudah dijangkau pengguna ruangan.

    Persyaratan pencahayaan harus mengikuti :

    1) SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem

    pencahayaan buatan pada bangunan gedung,

    atau edisi terbaru;

    2) SNI 03-2396-2001 Tata Cara perancangan

    sistem pencahayaan alami pada bangunan

    gedung, atau edisi terbaru;

    3) SNI 03-6575-2001 Tata Cara perancangan

    sistem pencahayaan buatan pada bangunan

    gedung, atau edisi terbaru.

    Jenis Bangunan/ Ruangan Data Pencahayaan Maksimum Watt/m2

    Kantor 1 5.0

    Ruang Kelas 1 5.0

    Auditorium 2 5.0

    Gudang 5.0

    Pintu Masuk dengan Kanopi Gedung Kantor 1 5.0

    Taman 1 .0

    Jalan untuk Kendaraan dan Pejalan Kaki 1.5

    Tempat Parkir 2.0 Sumber: SNI 0367592002 tentang Tata CaraPerencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Rumah dan Gedung

    Tabel 2.3.2.2 Daya Pencahayaan Maksimum

    2.3.3.3 Persyaratan Kemampuan Bangunan Terhadap

    Bahaya Kelistrikan

    Persyaratan sistem kelistrikan meliputi

    sumber daya listrik, panel hubung bagi, jaringan

    distribusi listrik, perlengkapan serta instalasi listrik

    untuk memenuhi kebutuhan bangunan gedung yang

    terjamin terhadap aspek keselamatan manusia dari

  • 17

    bahaya listrik, keamanan instalasi listrik beserta

    perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya

    dari bahaya kebakaran akibat listrik, dan

    perlindungan lingkungan.

    Persyaratan sistem kelistrikan harus

    mengikuti :

    1. SNI 04-0227-1994 Tegangan standar, atau edisi

    terbaru;

    2. SNI 04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi

    listrik (PUIL 2000), atau edisi terbaru;

    3. SNI 04-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik

    darurat dan siaga, atau edisi terbaru;

    4. SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya listrik

    darurat menggunakan energy tersimpan, atau

    edisi terbaru.

    Dalam hal ini masih ada persyaratan lain

    yang belum tertampung, atau yang belum

    mempunyai SNI, digunakan standar baku atau

    pedoman teknis.

  • 18

    Gambar 2.3.3.3 Rencana Instalasi Listrik Asrama

    2.3.3.4 Persyaratan Sanitasi

    Persyaratan Plambing Dalam Bangunan Gedung

    Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang

    dengan mempertimbangkan sumber air minum,

    kualitas air bersih, sistem distribusi, dan

    penampungannya.

    Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air

    berlangganan atau sumber air lainnya yang

    memenuhi persyaratan kesehatan sesuai pedoman

    dan standar teknis yang berlaku.

    Perencanaan sistem distribusi air minum dalam

    bangunan gedung harus memenuhi debit air dan

    tekanan minimal yang disyaratkan.

    Penampungan air minum dalam bangunan gedung

    diupayakan sedemikian rupa agar menjamin

    kualitas air.

  • 19

    Penampungan air minum harus memenuhi

    persyaratan kelaikan fungsi bangunan gedung.

    Persyaratan plambing dalam bangunan gedung

    harus mengikuti:

    1) Kualitas air minum mengikuti Peraturan

    Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang

    Pengembangan sistem Air Minum dan Permenkes

    907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya

    mengikuti Pedoman Plambing;

    2) SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau

    edisi terbaru.

    3) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang

    belum tertampung, atau yang belum mempunyai

    SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman

    teknis.

    Sistem Pengolahan dan Pembuangan Air

    Limbah/Kotor

    Sistem pembuangan air limbah dan/atau air

    kotor harus direncanakan dan dipasang dengan

    mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.

    Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor

    diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem

    pengaliran/pembuangan dan penggunaan

    peralatan yang dibutuhkan.

    Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran

    terbuka harus diproses sesuai dengan pedoman

    dan standar teknis yang berlaku.

    Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti:

    1) SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000,

    atau edisi terbaru;

  • 20

    2) SNI 03-2398-2002 Tata Cara perencanaan

    tangki septik dengan sistem resapan, atau

    edisi terbaru;

    3) SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan

    pemasangan perangkap bau, atau edisi

    terbaru;

    4) Tata Cara Perencanaan, pemasangan, dan

    pemeliharaan sistem pembuangan air limbah

    dan air kotor pada bangunan gedung

    mengikuti standar baku serta ketentuan

    teknis yang berlaku.

    Dalam hal masih ada persyaratan lainnya

    yang belum tertampung, atau yang belum

    mempunyai SNI, digunakan standar baku

    dan/atau pedoman teknis.

    2.4 Metode Pembuatan Gambar Kerja

    Dalam pembuatan gambar Unit Sekolah Baru

    khususnya Gedung Asrama penulis membuat beberapa

    gambar kerja (Soft Drawing) hanya dalam pemaparan ini,

    penulis hanya akan memberi contoh tentang pembuatan

    gambar Denah Asrama menggunakan aplikasi AutoCAD.

    Adapun aplikasi AutoCAD merupakan aplikasi yang

    sekarang terus berkembang disetiap tahunnya baik dari

    tampilan maupun fungsinya, dan menjadi salah satu

    aplikasi yang paling sering digunakan untuk membuat

    gambar kerja di era modern seperti saat ini.

    2.4.1 Denah

    Denah merupakan tampak (potongan atau

    penampang mendatar) suatu bangunan yang dilihat

  • 21

    dari atas ke arah bawah diambil kurang lebih

    setinggi 1 meter, sehingga gambar denah bangunan

    akan terlihat :

    - Potongan dinding

    - Potongan kolom

    - Potongan kusen pintu & Jendela

    - Gambar penempatan prabot

    - Nama dan ketinggian suatu lantai ruangan

    - Jarak antara dinding ke dinding yang lainnya

    Gambar 2.4.1 Bentuk Denah

    Disini penulis menggunakan AutoCAD 2014 untuk

    menggambar denah asrama.

  • 22

    Gambar 2.4.2 Tampilan Awal AutoCAD 2014

    Untuk langkah pertama buka program AutoCAD,

    tampilan seperti gambar diatas. Setelah masuk diprogram

    buat layer yang diperlukan.

    Layer yang dibutuhkan :

    1. As

    2. Dinding

    3. Arsiran

    4. Kusen

    5. Pintu & Jendela

    6. Garis Potongan

    Cara pembuatan Layer

    Ketik LA kemudian Spasi Klik Add Layer kemudian tulis

    Layer As pembuatan layer yang lain sama seperti

    sebelumnya.

  • 23

    Setelah selesai membuat beberapa layer diatas, langkah

    selanjutnya adalah menarik garis As dan gunakan garis

    Layer garis As yang sudah dibuat sebelumnya.

    Gambar 2.4.3 Garis As

    Setelah garis As dibuat sesuai dengan ukuran diatas

    maka langkah selanjutnya adalah membuat garis

    dinding yang terdiri dari 2 lapis dinding. Yang pertama

    adalah dinding bagian dalam dan yang kedua adalah

    bagian terluar dinding.

    Membuat garis dalam :

    Ketik ML ( Multiline ) kmudian ketik S ( Scale ) dan

    ketik 11 sebagai besar garis yang akan kita buat.

  • 24

    Untuk mengaplikasikan garis diantara As maka

    Ketik ML spasi/enter kemudian ketik J Justification

    kemudian pilih Z ( Zero ).

    Untuk membuat garis Dinding luar sama halnya

    dengan membuat garis dalam hanya berbeda dari segi

    ukuran.

    Untuk ukuran garis dinding luar menggunakan ukuran

    15.

    Gambar 2.4.3 Garis Dinding Dalam & Luar

  • 25

    Setelah kedua garis tersebut selesai dibuat

    langkah selanjutnya adalah membuat Pintu dan

    Jendela.

    Untuk pembuatan Pintu dan Jendela maka hal

    pertama yang harus dibuat adalah pembuatan

    kusen.

    Gambar 2.4.4 Ukuran Kusen

    Untuk pembuatan kusen maka hal yang

    harus garis menggunakan L line dan ikuti ukuran

    gambar kusen yang telah ditentukan.

    Setelah kusen selesai dibuat maka untuk

    pembuatan pintu dan jendela hanya tinggal

    mengikuti ukuran yang ada.

    Untuk ukuran pintu adalah 70 cm untuk

    ukuran pintu WC. Dan 160 untuk ukuran pintu

  • 26

    Utama Asrama dan Ukuran pintu di bagian

    tengah selebar 90 cm.

    Dibagian Jendela menggunakan bukaan biasa

    dengan ukuran 60 cm. Dan Ventilasi

    menggunakan ukuran yang sama.