Upload
muhammad-farhanul-fajri
View
216
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
contoh pembukaan
Citation preview
5
BAB II
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN KEGIATAN PKL
2.1 Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PKL ada berapa hal yang dilakukan
penulis diantaranya membuat gambar kerja (Soft Drawing). Adapun
gambar yang dibuat harus mengikuti standar yang telah
ditentukan. Bangunan yang dibuat ada dua jenis :
1. Bangunan Asrama
2. Bangunan Kantin Asrama
Dua bangunan ini merupakan bangunan yang dibutuhkan
untuk mewujudkan unit sekolah baru SMK yang berstandar
Nasional. Namun dalam pembuatan laporan ini penulis hanya
akan fokus disatu pembahasan saja dengan membahas gedung
asrama.
2.2 Pembahasan
Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan
untuk anggota suatu kelompok umumnya murid murid sekolah.
Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar
kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap
kamarnya.
Dalam merencanakan luas ruang pada asrama siswa,
penentuan luasan berdasarkan ketentuan standar luas rang kerja
yang sudah ada dengan memperhatikan antara lain :
1. Fungsi ruangan
2. Kebutuhan luasan prabot dan perlengkapan
3. Sirkulasi pemakaian ruangan supaya tercipta kenyamanan.
6
Standar luas yang sudah ada hanya menjadi acuan dasar
dalam menentukan luasan ruangan. Luasan riil harus
memperhatikan aspek lain diantaranya :
Tingkat kenyamanan yang hendak dicapai
Ketersediaan lahan yang ada
Kondisi lokasi yang akan dibangun
Ketersediaan material yang ada
Kekuatan dari material yang tersedia.
Dalam perencanaan luasan bangunan gedung Asrama SMK
ini berdasarkan pada : Permendiknas no. 40 Tahun 2008,
NAD/Neufert Architects Data, TSS/Time Saver Standarts, dan
analisa perabot yang akan digunakan, serta studi lapangan. Tabel
luas ruang berdasarkan standar yang ada.
Ruang NAD Keterangan German Standard
Keterangan
Ruang Tidur
5 m2 Untuk 2 bed pertama
2,2 m2 s.d.
2,8 m2 Per bed 4,2 m2 Untuk tempat
tidur
berikutnya
Ruang Makan 1 m2 Plus sirkulasi
Dapur 0,5 m2 Per siswa
Ruang Pengelola 7 m2 Per pengelola
Poliklinik 1 Ruang Per 20 siswa
> 7,4 m2 Per bed
Kamar Mandi 1 shower Untuk 10
siswa
1 shower Untuk 20
siswa
Luas
minimal 1 m2
Per siswa Luas
minimal 0,35 m2 -
0,4 m2
Per siswa
WC 1 WC Untuk 5 orang 1 WC Untuk 15
orang
Keterangan :
7
NAD : Neufert Architect Data
Tabel 2.1 Acuan Standar Umum Luas Ruang Gedung Asrama
Kebutuhan Luas Ruangan
Dalam penentuan luas ruangan bangunan gedung asrama
harus mampu menunjang siswa di SMK. Oleh karena itu ruangan
yang direncanakan harus mampu menampung sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, mengakomodasi kebutuhan jangka
panjang dan memenuhi unsur kenyamanan. Dengan demikian
diharapkan pelayanan terhadap siswa dalam kegiatan belajar
mengajar disekolah dapat bekerja maksimal.
Ruang Kapasitas Ukuran (m2) Keterangan
Asrama Putri Orang 55,125
KM/WC/Tempat Cuci Asrama
Putri Orang 16
Kantin/Ruang Makan
Orang 154
- Termasuk dapur
dan WC. - Sekaligus
difungsikan
untuk tempat belajar dan
menerima tamu.
Asrama Putra Orang 55,125
KM/WC/Tempat
Cuci Asrama Putra
Orang 16
Tabel 2.2 Studi Kebutuhan Ruang Gedung Asrama
Zonasi Ruang
Peletakan Bangunan hendak mempertimbangkan zonasi
masing masing ruang, antara zona publik, semi publik dan
8
privat. Masing masing zona memiliki tingkat interaksi yang
berbeda dengan dunia luar. Adapun zonasi yang direncanakan
adalah sebagai berikut :
a. Zona Privat
Diletakkan menjauhi gerbang utama agar kegiatan di
dalamnya tidak terganggu. Fungsi ruang yang terdapat
pada zona ini adalah ruang kelas, laboratorium, ruang
praktik, perpustakaan, ruang tidur asrama, rumah
pamong, ruang guru dan ruang kepala sekolah dan wakil
kepala sekolah.
b. Zona Semi Publik
Merupakan area di dalam komplek SMK yang masih
memungkinkan adanya hubungan dengan pihak luar tetapi
tidak langsung, dikarenakan kegiatan aktifitas didalam
SMK tersebut, ruang ruang itu meliputi Ruang Tata
Usaha, Aula, Kantin. Bagian ini mempunyai kemungkinan
besar berhubungan dengan pihak luar sehubungan dengan
pemanfaatan aktifitas yang dilakukan didalamnya.
c. Zona Publik
Merupakan bagian dari komplek SMK yang dapat
dicapai siapa saja ( masyarakat umum ) yang mempunyai
kepentingan dengan SMK tersebut, ruang ruang antara
lain area parkir, masjid, karena selain berhubungan
dengan seluruh bagian sekolah, juga berhubungan dengan
pihak luar.
Sekolah memiliki pintu gerbang utama yang dapat
dilalui oleh mobil dan memiliki akses ke tempat parkir
sepeda motor dan mobil. Sekolah sebaiknya memiliki
gerbang darurat yang dapat dibuka pada saat tertentu yang
dibutuhkan.
9
Tabel 2.2 Zoning ( Pembagian Area )
2.2.1 Gambaran Umum
Proyek perencanaan Standar Unit Sekolah Menengah
Kejuruan Gedung Asrama merupakan salah satu bangunan
pendukung yang sudah seharusnya ada didalam lingkup
sekolah yang dibuat untuk mendukung siswa agar siswa
yang tinggalnya diluar daerah bisa tinggal tanpa harus
kembali kerumah masing masing. Adapun beberapa
aspek yang diperhatikan untuk merencanakan :
a. Luas yang dibutuhkan sekitar 319 m2 yang didalamnya
ada beberapa ruangan yang terdiri dari Ruang Penerima
Tamu, Ruang Pengelola Asrama, Ruang Tidur, Ruang
Belajar, Ruang Makan, Dapur, Kamar Mandi/Toilet, dan
Ruang Cuci.
b. Luas ruangan yang terperinci adalah Ruang Makan
yang sekaligus difungsikan untuk ruang penerima tamu
dan ruang belajar seluas 154 m2, ruang pengelola
10
Asrama 22.5 m2 , Ruang Tidur Siswi 55,125 m2,
KM/WC dan ruang cuci asrama putri 16 m2, ruang
tidur siswa putra 55,125 m2, dan KM/WC dan ruang
cuci asrama putra 16m2.
c. Asrama siswa harus memiliki pencahayaan alami yang
cukup, maupun pencahayaan buatan secara merata
dan setempat. Penghawaan alami yang harus dapat
berfungsi agar konversi energi dapat dicapai pada
kondisi sehari hari.
2.3 Standar Bangunan Asrama
Persyaratan struktur bangunan Gedung Asrama siswa
meliputi persyaratan Struktur Bangunan gedung, pembebanan
pada bangunan gedung, struktur atas maupun struktur bagian
bawah gedung.
Setiap bangunan gedung Asrama siswa, strukturnya harus
direncanakan dan dilaksanakan agar kuat dan kokoh dalam
memikul beban atau kombinasi beban dan memenuhi persyaratan
keseleamatan (safety), serta memenuhi syarat kelayakan
(serviceabiity) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan
dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
Kemampuan memikul beban diperhitungkan pengaruh
gempa, semua unsur struktur bangunan gedung, baik bagian dari
sub struktur maupun struktur gedung, harus diperhitungkan
memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gmpanya.
Struktur bangunan gedung harus direncanakan secara
detail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang
direncanakan, apabila terjadi keruntuhan kondisi strukturnya
masih dapat memungkinkan pengguna bangunan gedung
menyelamatkan diri.
11
Perencanaan dan pelaksanaan perawatan struktur
bangunan gedung seperti halnya penambahan struktur atau
penggantian struktur, harus mempertimbangkan persyaratan
keselamatan struktur sesuai dengan pedoman dan standar teknis
yang berlaku.
2.3.1 Struktur Bangunan
Analisa struktur harus dilakukan untuk memeriksa
respon struktur terhadap beban beban yang akan bekerja
selama umur kelayakan struktur, termasuk beban tetap,
beban sementara ( angin,gempa ) dan beban khusus.
Penentuan mengenai jenis, ataupun intensitas dan cara
bekerjanya beban harus mengikuti :
(1) SNI 03-1726-2002 Tata Cara perencanaan
ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau
edisi terbaru; dan
(2) SNI 03-1727-1989 Tata Cara perencanaan
pembebanan untuk rumah dan gedung, atau edisi
terbaru.
2.3.1.1 Struktur Atas Bangunan Gedung.
a. Konstruksi Beton
Perencanaan konstruksi Beton harus
mengikuti :
(1) SNI 03-1734-1989 Tata Cara perencanaan
beton dan struktur dinding bertulang untuk
rumah dan gedung, atau edisi terbaru;
(2) SNI 03-2847-1992 Tata Cara penghitungan
struktur beton untuk bangunan gedung, atau
edisi terbaru;
(3) SNI 03-3430-1994 Tata Cara perencanaan
dinding struktur pasangan blok beton
12
berongga bertulang untuk bangunan rumah
dan gedung, atau edisi terbaru;
(4) SNI 03-3976-1995 atau edisi terbaru; Tata
Cara pengadukan pengecoran beton.
(5) SNI 03-2834-2000 Tata Cara pembuatan
rencana campuran beton normal, atau edisi
terbaru; dan
(6) SNI 03-3449-2002 Tata Cara rencana
pembuatan campuran beton ringan dengan
agregat ringan, atau edisi terbaru.
Tata Cara pelaksanaan struktur beton
untuk bangunan gedung mencakup hal-hal
yang berkaitan dengan ketentuan dan
persyaratan yang meliputi struktur, bahan,
keawetan, kualitas, pencampuran,
pengecoran, pencetakan, sampai pada tahap
pelindungan dan pelaksanaan.
b. Konstruksi Kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus
mengikuti:
(1) SNI 03-2407-1994 Tata Cara pengecatan kayu
untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru
(2) Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu
untuk Bangunan Gedung; dan
(3) Tata Cara Pembuatan dan Perakitan
Konstruksi Kayu;
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI,
digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
2.3.1.2 Struktur Bawah Bangunan Gedung.
a. Pondasi Langsung
13
1. Kedalaman pondasi langsung harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga
dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang
mantap dengan daya dukung tanah yang
cukup kuat dan selama berfungsinya
bangunan tidak mengalami penurunan yang
melampaui batas.
2. Perhitungan daya dukung dan penurunan
pondasi dilakukan sesuai teori mekanika
tanah yang baku dan lazim dalam praktik,
berdasarkan parameter tanah yang ditemukan
dari penyelidikan tanah dengan
memperhatikan nilai tipikal dan korelasi
tipikal dengan parameter tanah yang lain.
3. Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh
menyimpang dari rencana dan spesifikasi
teknik yang berlaku atau ditentukan oleh
perencana ahli yang memiliki sertifikasi
sesuai.
4. Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan
batu atau konstruksi beton bertulang.
2.3.2 Utilitas Bangunan
Persyaratan utilitas Bangunan Asrama Siswa
meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan,
kelistrikan dan sanitasi.
2.3.2.1 Persyaratan Sistem Penghawaan
Bangunan Asrama harus bisa menjadi contoh
yang memperhatikan kinerja ventilasi alami
beserta ventilasi buatan yang menyesuaikan
dengan iklim setempat.
14
Bangunan harus memiliki bukaan permanen
atau kisi kisi yang dapat dibuka dan ditutup
untuk kepentingan ventilasi alami yang dapat
dikendalikan.
Bangunan Asrama Siswa harus dapat
memberikan contoh perancangan sistem
penghawaan yang sehat pada ruang-ruang
toilet, terutama toilet publik.
Persyaratan teknis sistem ventilasi, harus mengikuti:
a) SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata
udara pada bangunan gedung
b) SNI 03-6572-2001 Tata Cara perancangan
sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru.
c) Standar tentang Tata Cara perencanaan,
pemasangan, dan pemeliharaan sistem
ventilasi.
d) Standar tentang Tata Cara perencanaan,
pemasangan, dan pemeliharaan sistem ventilasi
mekanis.
Dalam hal ini masih ada persyaratan lain
yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku atau
pedoman teknis.
15
Fungsi
Kerapatan
Penghunian
per 100 m2 Luas
Lantai
Kebutuhan Udara Luar
Satuan Merokok Tdk
merokok
Ruang Kerja
Ruang
Pertemuan
WC Umum
7 orang
60 orang
100 orang
0.30
1.05
2.25
0.15
0.21
3.25
m3/min orang
m3/min orang
m3/min
orang
Tabel 2.3.2.1 Kebutuhan Laju Udara Ventilasi berdasarkan SNI 03-6572-
2001
2.3.2.2 Persyaratan Sistem Pencahayaan
Setiap bangunan gedung untuk memenuhi
persyaratan sistem pencahayaan harus mempunyai
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan,
termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya.
Pencahayaan alami harus optimal disesuaikan
dengan fungsi bangunan dan fungsi masing
masing ruang di dalam bangunan gedung.
Pencahayaan buatan harus direncanakan
berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam
bangunan gedung dengan mempertimbangkan
efisiensi, penghematan energi dan
penempatannya tidak menimbulkan efek silau
atau pantulan.
Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada
ruangan baik di dalam bangunan maupun diluar
bangunan gedung.
Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang
diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus
16
dilengkapi dengan pengendalian manual dan
otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang
mudah dijangkau pengguna ruangan.
Persyaratan pencahayaan harus mengikuti :
1) SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem
pencahayaan buatan pada bangunan gedung,
atau edisi terbaru;
2) SNI 03-2396-2001 Tata Cara perancangan
sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru;
3) SNI 03-6575-2001 Tata Cara perancangan
sistem pencahayaan buatan pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru.
Jenis Bangunan/ Ruangan Data Pencahayaan Maksimum Watt/m2
Kantor 1 5.0
Ruang Kelas 1 5.0
Auditorium 2 5.0
Gudang 5.0
Pintu Masuk dengan Kanopi Gedung Kantor 1 5.0
Taman 1 .0
Jalan untuk Kendaraan dan Pejalan Kaki 1.5
Tempat Parkir 2.0 Sumber: SNI 0367592002 tentang Tata CaraPerencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Rumah dan Gedung
Tabel 2.3.2.2 Daya Pencahayaan Maksimum
2.3.3.3 Persyaratan Kemampuan Bangunan Terhadap
Bahaya Kelistrikan
Persyaratan sistem kelistrikan meliputi
sumber daya listrik, panel hubung bagi, jaringan
distribusi listrik, perlengkapan serta instalasi listrik
untuk memenuhi kebutuhan bangunan gedung yang
terjamin terhadap aspek keselamatan manusia dari
17
bahaya listrik, keamanan instalasi listrik beserta
perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya
dari bahaya kebakaran akibat listrik, dan
perlindungan lingkungan.
Persyaratan sistem kelistrikan harus
mengikuti :
1. SNI 04-0227-1994 Tegangan standar, atau edisi
terbaru;
2. SNI 04-0225-2000 Persyaratan umum instalasi
listrik (PUIL 2000), atau edisi terbaru;
3. SNI 04-7018-2004 Sistem pasokan daya listrik
darurat dan siaga, atau edisi terbaru;
4. SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya listrik
darurat menggunakan energy tersimpan, atau
edisi terbaru.
Dalam hal ini masih ada persyaratan lain
yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku atau
pedoman teknis.
18
Gambar 2.3.3.3 Rencana Instalasi Listrik Asrama
2.3.3.4 Persyaratan Sanitasi
Persyaratan Plambing Dalam Bangunan Gedung
Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan sumber air minum,
kualitas air bersih, sistem distribusi, dan
penampungannya.
Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air
berlangganan atau sumber air lainnya yang
memenuhi persyaratan kesehatan sesuai pedoman
dan standar teknis yang berlaku.
Perencanaan sistem distribusi air minum dalam
bangunan gedung harus memenuhi debit air dan
tekanan minimal yang disyaratkan.
Penampungan air minum dalam bangunan gedung
diupayakan sedemikian rupa agar menjamin
kualitas air.
19
Penampungan air minum harus memenuhi
persyaratan kelaikan fungsi bangunan gedung.
Persyaratan plambing dalam bangunan gedung
harus mengikuti:
1) Kualitas air minum mengikuti Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan sistem Air Minum dan Permenkes
907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya
mengikuti Pedoman Plambing;
2) SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau
edisi terbaru.
3) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang
belum tertampung, atau yang belum mempunyai
SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
Sistem Pengolahan dan Pembuangan Air
Limbah/Kotor
Sistem pembuangan air limbah dan/atau air
kotor harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor
diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem
pengaliran/pembuangan dan penggunaan
peralatan yang dibutuhkan.
Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran
terbuka harus diproses sesuai dengan pedoman
dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti:
1) SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000,
atau edisi terbaru;
20
2) SNI 03-2398-2002 Tata Cara perencanaan
tangki septik dengan sistem resapan, atau
edisi terbaru;
3) SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan
pemasangan perangkap bau, atau edisi
terbaru;
4) Tata Cara Perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem pembuangan air limbah
dan air kotor pada bangunan gedung
mengikuti standar baku serta ketentuan
teknis yang berlaku.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya
yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku
dan/atau pedoman teknis.
2.4 Metode Pembuatan Gambar Kerja
Dalam pembuatan gambar Unit Sekolah Baru
khususnya Gedung Asrama penulis membuat beberapa
gambar kerja (Soft Drawing) hanya dalam pemaparan ini,
penulis hanya akan memberi contoh tentang pembuatan
gambar Denah Asrama menggunakan aplikasi AutoCAD.
Adapun aplikasi AutoCAD merupakan aplikasi yang
sekarang terus berkembang disetiap tahunnya baik dari
tampilan maupun fungsinya, dan menjadi salah satu
aplikasi yang paling sering digunakan untuk membuat
gambar kerja di era modern seperti saat ini.
2.4.1 Denah
Denah merupakan tampak (potongan atau
penampang mendatar) suatu bangunan yang dilihat
21
dari atas ke arah bawah diambil kurang lebih
setinggi 1 meter, sehingga gambar denah bangunan
akan terlihat :
- Potongan dinding
- Potongan kolom
- Potongan kusen pintu & Jendela
- Gambar penempatan prabot
- Nama dan ketinggian suatu lantai ruangan
- Jarak antara dinding ke dinding yang lainnya
Gambar 2.4.1 Bentuk Denah
Disini penulis menggunakan AutoCAD 2014 untuk
menggambar denah asrama.
22
Gambar 2.4.2 Tampilan Awal AutoCAD 2014
Untuk langkah pertama buka program AutoCAD,
tampilan seperti gambar diatas. Setelah masuk diprogram
buat layer yang diperlukan.
Layer yang dibutuhkan :
1. As
2. Dinding
3. Arsiran
4. Kusen
5. Pintu & Jendela
6. Garis Potongan
Cara pembuatan Layer
Ketik LA kemudian Spasi Klik Add Layer kemudian tulis
Layer As pembuatan layer yang lain sama seperti
sebelumnya.
23
Setelah selesai membuat beberapa layer diatas, langkah
selanjutnya adalah menarik garis As dan gunakan garis
Layer garis As yang sudah dibuat sebelumnya.
Gambar 2.4.3 Garis As
Setelah garis As dibuat sesuai dengan ukuran diatas
maka langkah selanjutnya adalah membuat garis
dinding yang terdiri dari 2 lapis dinding. Yang pertama
adalah dinding bagian dalam dan yang kedua adalah
bagian terluar dinding.
Membuat garis dalam :
Ketik ML ( Multiline ) kmudian ketik S ( Scale ) dan
ketik 11 sebagai besar garis yang akan kita buat.
24
Untuk mengaplikasikan garis diantara As maka
Ketik ML spasi/enter kemudian ketik J Justification
kemudian pilih Z ( Zero ).
Untuk membuat garis Dinding luar sama halnya
dengan membuat garis dalam hanya berbeda dari segi
ukuran.
Untuk ukuran garis dinding luar menggunakan ukuran
15.
Gambar 2.4.3 Garis Dinding Dalam & Luar
25
Setelah kedua garis tersebut selesai dibuat
langkah selanjutnya adalah membuat Pintu dan
Jendela.
Untuk pembuatan Pintu dan Jendela maka hal
pertama yang harus dibuat adalah pembuatan
kusen.
Gambar 2.4.4 Ukuran Kusen
Untuk pembuatan kusen maka hal yang
harus garis menggunakan L line dan ikuti ukuran
gambar kusen yang telah ditentukan.
Setelah kusen selesai dibuat maka untuk
pembuatan pintu dan jendela hanya tinggal
mengikuti ukuran yang ada.
Untuk ukuran pintu adalah 70 cm untuk
ukuran pintu WC. Dan 160 untuk ukuran pintu
26
Utama Asrama dan Ukuran pintu di bagian
tengah selebar 90 cm.
Dibagian Jendela menggunakan bukaan biasa
dengan ukuran 60 cm. Dan Ventilasi
menggunakan ukuran yang sama.