86
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keperawatan 1. Pengertian a. Menurut Prof.DR.dr.S.M.Lumbantobing, SpS (K), SpKJ 2013. Stroke adalah bencana atau gangguan peredaran darah di otak. Dalam bahasa Inggrtis dinamai Cerebro-Vascural Accident. Kata stroke berarti pukulan (to strike), Dari kata ini dapat disimpulkan bahwa timbulnya stroke ialah mendadak. Kata lain untuk penyakit stroke ini adalah Brain Attack yaitu serangan otak.gangguaN peredarahan darah ini mengakibatkan fungsi otak terganggu, dan bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel- sel otak (disebut infark) b. Menurut Nabyl R.A 2012 Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah kesuatu bagian otak tiba- tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah

Bab II Perbaikan II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab II Perbaikan II

Citation preview

Page 1: Bab II Perbaikan II

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan

1. Pengertian

a. Menurut Prof.DR.dr.S.M.Lumbantobing, SpS (K), SpKJ 2013.

Stroke adalah bencana atau gangguan peredaran darah di otak.

Dalam bahasa Inggrtis dinamai Cerebro-Vascural Accident. Kata

stroke berarti pukulan (to strike), Dari kata ini dapat disimpulkan

bahwa timbulnya stroke ialah mendadak. Kata lain untuk penyakit

stroke ini adalah Brain Attack yaitu serangan otak.gangguaN

peredarahan darah ini mengakibatkan fungsi otak terganggu,

dan bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel

otak (disebut infark)

b. Menurut Nabyl R.A 2012

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan

darah kesuatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian

sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah

karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.Dalam

jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan kerusakan

atau mematikan sel-sel saraf di otak.

c. Menurut Efriza Mahreswati 2012

Stroke merupakan suatun penyakit deficit neurologis yang

bersifat mendadak .

d. Menurut Lanny Sustrani Dkk 2005 Stroke adalah serangan otak

yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat kematian atau

Page 2: Bab II Perbaikan II

8

kelumpuhan sebelah bagian tubuh, karena sifatnya yang

menyerang itu, sindroma itu diberi nama “stroke”, yang artinya

kurang lebih pukulan telak dan mendadak atau kadang pula

disebut CVA (Cerebro-Vascular Accident).

e. Menurut WHO dalam (dr.Harsono,DSS 2007) Stroke adalah

manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal

maupun menyeluruh(global), yang berlangsung dengan cepat,

berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian,

tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan

vascular.

2. Etiologi

Stroke dapat disebabkan Oleh :

Menurut M.Clevo Rendy Dkk 2012

1) Infark Otak(80 %)

a. Emboli

1. Emboli kardiogenik

2. Fibrilasi atrium dan aritmia lain

3. Thrombus mural dan ventrikel kiri

4. Penyakit katub mitral atau aorta Endokarditis

(infeksi atau non infeksi)

b. Emboli paradoksal (foramen ovalepaten)

1. Emboli arkus aorta

2. Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah

sedang besar)

3. Penyakit ekskranial

Page 3: Bab II Perbaikan II

9

4. Arteri karotis interna

5. Arteri vertebralis

c. Penyakit intracranial

1. Arteri karotis interna

2. Arteri serebri interna

3. Arteri basilaris

4. Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)

5.

2) Pendarahan intraserebral (15 %)

a. Hipertensi

b. Malformasi artei-vena

c. Angipati amiloid

3) Perdarahan subaraknoid (5 %)

4) Penyebab lain (dapat menimbulkan infarkj atau

pendarahan)

a. Trobus sinus dura

b. Diseksi arteri karotis atau vertebralis

c. Vaskulitis system saraf pusat

d. Penyakit moya-moya(oklusi arteri besar intracranial

yang progresif)

e. Migren

f. Kondisi hiperkoagulasi

g. Penyalah gunaan obat

h. Kelainan hematologist (anemia sel sabit, polisistemia,

atau leikemia)

Page 4: Bab II Perbaikan II

10

i. Miksoma atrium.

Menurut Ns Andra Wijaya,S.Kep 2013.

5) Trombosis serebri

Arterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi

serebral adalah penyebab utama thrombosis serebral yang

adalah penyebab paling umum dari stroke.Trombosis

ditemukan pada 40 persen dari semua kasus stroke yang

telah dibuktikan oleh ahli patologi.Biasanya ada kaitannya

dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat

arteriskerosis.

6) Emboli serebri

Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai

penyebab utama stroke. Penderita embolisme biasanya

lebih mudah dibandingkan dengan penderita thrombosis,

kebanyakan penderita emboli serebri berasal dari suatu

thrombus dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi

sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung.

7) Hemoragi

Hemoragi dapat terjadi diluar durameter(hemoragi ekstra

dural atau epidural) di bawah durameter (hemoragi

subdural), di ruang sub arachoid (hemoragi subarachmoid

atau dalam substansial otak). Manifestasi Klinis

Page 5: Bab II Perbaikan II

11

3. Manifestasi klinis Stroke :

Menurut M.Clevo Rendy 2012

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis

yang timbul mendadak)

b. Gangguan sensabilitas pada satau atau lebih anggota badan

(gangguan hemiparesik)

c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,

stupor atau koma)

d. Afasia (bicara tidak lancaar, kurangnya ucapan, atrau kesulitan

memahami ucapan)

e. Disartria (bicara pelo atau cadel)

f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler, atau

diplopia)

g. Ataksia (trunkal atau anggota badan)

h. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.

Menurut WHO, dalam Internasional Statistic Classfication Of

Disease And Related Health Problem 10th Revision, stroke

dapat dibagi :

1) Perdarahan Intraserebral (PIS)

Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak

jelas, kecuali nyeri kepala karena Hipertensi. Serangan

seringkali terjadi setiap hari, saat aktivitas, atau

emosi/marah, sifat nyeri kepala ini sifatnya nyeri yang

sangat hebat.mual dan muntah seringkali terjadi saat awal

Page 6: Bab II Perbaikan II

12

permulaan serangan. Kesadaraan biasanya menurun cepat

masuk koma (65 persen terjafi kurang dari setengah jam,

23 persen antara ½ sampai dengan 12 persen terjadi

setelah 2 jam, sampai 19 hari).

2) Perdarahan Subaraknoid (PSA)

Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala yang

prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran

sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala atau

tanda rangsangan meningeal. Gejala Neuroloigis yang

timbul tergantung pada berat ringannya gangguan

pembuluh darah dan lokasinya.manifestasi dapat berupa

a) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul

mendadak

b) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota

badan

c) Perubahan mendadak satatus mental

d) Afsia (bicara tidak lancer, kurangnya ucapan atau

kesulitan memahami ucapan)

e) Ataksia anggota badan

f) Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala.

Page 7: Bab II Perbaikan II

13

4. Patofisiologi

Menurut Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie Mariza

Putri, S.Kep 2013

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai

cadangan oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak

terhambat karena trhombus dan embolus, maka mulai terjadi

kekurangan oksigen ke jarringan otak. Kekurangan selam satu

menit dapat mengarah pada gejala yang dapat kehilangan

kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang

lebih lama dapat mengakibatkan nekrosisi mikroskopik neuron-

neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan

oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti

jantung atau hipotensi) atau hipoksia akibat anemia atau kesukaran

untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat merupakan akibat

dari bekuan darah, udara, plaque, ateroma fragmen lemak. Jika

etiologi stroke adalah hemoraghi maka factor pencetus adalah

hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi

rupture dan dapat menyebabkan hemorragi.

Pada stroke thrombosis atau metabolic maka otak

mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang

dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga

dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan Intrakranial

(TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung

pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena.

Page 8: Bab II Perbaikan II

14

Gangguan pasokan aliran darahke otak dapat terjadi

dimana saja dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulasi willisi :

arteri karotis interna dan system vertebrobasilar dan semua

cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan

otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau

kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi disuatu arteri tidak

selalu menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh

arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa terdapat sirkulasi kolateral

yang memadai daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari

mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi didalam

pembuluh darah yang memeperdarahi otak. Patologinya dapat

berupa :

1) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri,

seperti aterosklerosis dan thrombosis, robeknya

dinding pembuluh darah atau peradangan.

2) Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah,

misalnya syok atau hiperviskositas darah

3) Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus

infeksi yang berasala dari jantung atau pembuluh

darah ekstrakranium.

4) Ruture vascular didalam jaringan otak atau ruang

subaraknoid

5. Pemeriksaan penunjang

Menurut M.Clevo Rendy dan Margareth TH 2012

a. Pemeriksaan radiologi syste saraf

Page 9: Bab II Perbaikan II

15

1) Miografi

2) CT Scan

3) Angiografi

4) MRI

5) EEG

6) EMG

b. Laboratorium

1) Darah

2) Urine

3) Cairan Serebrospinal

c. Pemeriksaan lain-lain :

Menurut dr.Harsono,DSS 2007

1) Pemeriksaan untuk menemukan fsktor risiko, seperti

: darah rutin (Hb, Hemotokrit, Leukosit, Eritrosit,

LED), hitung jenis dan bila perlu gambaran darah.

2) Komponen kimia darah, gas, elektrolit

3) Doppler, EKG, Ekhokardiografi

d. Pemeriksaan diagnostic

Menurut Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie

Mariza Putri, S.Kep 2013

1) Angiografi

Membantu menentukan penyebab stroke secara

spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri,

oklusi/rupture.

Page 10: Bab II Perbaikan II

16

2) Electro encefalography

Mengidentifikasi masalah di dasarkan pada

gelombang otak atau mungkin memperlihatkan

daerah lesi yang spesifik.

3) Sinar X tengkorang

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng n

pineal daerah yang berlawanan dari masa yang

luas, klasifikasi karotis interna terdapat trobus

serebral. Klasifikasi persial dinding, aneurisma pada

persadarahan sub arachnoid.

4) Ultrasonography Doppler

Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah

system arteri karotis/aliran darah/ muncul

plaque/arterisklerosis)

5) CT Scan

Memperlihatkan adanya edema, hematoma,

iskemia, dan infark

6) MRI

Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan

biasanya ada trombosisi, emboli dan TIA, tekanan

meningkat dan cairan mengandung darah

menunjukkan hemoragi sub aracnhois atau

perdarahan intracranial.

Page 11: Bab II Perbaikan II

17

7) Pemeriksaan thorax

Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah

terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan

slah satu tanda hipertensi kronis pada penderita

stroke, menggambarkan perubahan kelenjar pineal

daerah berlawanan dari massa yang meluas.

8) Pemeriksaan laboratorium

a) Fungsi lumbal : tekanan normal biasanya da

thrombosis, emboli dan TIA. Sedangkan

tekanan yang meningkat dan cairan yang

mengandung darah menunjukkan adanya

perdarahan subarachnoid atau intracranial.

Kadar protein total meningkat pada kasus

thrombosis sehubungan dengan proses

inflamasi.

b) Pemeriksaandarah rutin

c) Pemeriksaan kimia darah pada stroke akut

dapat terjadi heperglikemia. Gula darah

dapat mencapai 250 mg dalam serum dan

kemudian berangsur-angsur turun kembali.

Page 12: Bab II Perbaikan II

18

6. Komplikasi

Menurut Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie Mariza

Putri, S.Kep 2013

a. Berhubungan dengan immobilisasi

1) Infeksi pernafasan

2) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan

3) Konstipasi

4) Tromboflebitis

b. Berhubungan dengan mobilisasi

1) Nyeri pada daerah punggung

2) Dislokasi sendi

c. Berhubungan dengan kerusakan otak

1) Epilepsy

2) Sakit kepala

3) Karniotomi

d. Hidrosefalus Depresi

Karena keterbatasan akibat lumpuh, sehingga sulit untuk

berkomunikasi, melakukan aktivitas dan sebagainya sehingga

penderita stroke seringkali mengalami depresi.

e. Darah beku

Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh

terutama pada kaki sehigga menyebabkan pembengkakan

yang mengganggu.

Page 13: Bab II Perbaikan II

19

f. Memar

Jika penderita stroke menjadi lumpuh, tidak maslah seberapa

parahnya, penderita harus sering dipindahkan dan digerkkan

secara teratur agar bagian pinggul, pantat, sendi kaki, dan tumit

tidak terluka akibat terhimpit alas tempat tidur. Bila luka-luka

tidak dirawat, bisa terjadi infeksi.

g. Otot mengerut dan sendi kaku

Kurang gerak dapat menyebabkan sendi menjadi kaku dan

teras nyeri. Misalnya, jika otot-otot betis mengerut, kaki terasa

sakit ketika harus berdiri dan rumit menyentuh lantai.

h. Pneumonia (radang paru-paru)

Ketidakmampuan untuk bergerak setelah mengalami stroke

membuat pasien mungkin mengalami kesulitan menelan

dengan sempurna atau sering batuk-batuk sehingga cairan

terkumpul diparu-paru dan selanjutnya dapat terjadi

pneumonia.

7. Pengobatan Dan Penatalaksanaan

Menurut Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie Mariza

Putri, S.Kep 2013

a. Penatalaksanaan secara Medis

1) Trombolitik (streptokinase)

2) Anti platelet / ati trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol,

dipiridamol)

3) Antikoagulan (heparin)

4) Hemorrhage (pentoxyfilin)

Page 14: Bab II Perbaikan II

20

5) Antagonis serotonin (noftidrofuryl)

b. Antagonis calcium (nomodipin, piracetam) Penatalaksanaan

Medis

Menurut Nabyl R.A 2012

a. RTPA (Recombinant Tissue Plasminogen Activator) :

Alteplase, Streptokinase

Diberikan secara intravena di gunakan untuk

menghancurkan bekuan darah yang terbentuk. Hanya

digunakan dengan 3 syarat :

a) Kurang lebih 3 jam setelah serangan

b) Jangan diberikan bila ada tanda-tanda thrombosis

vena serebral

c) Tidak pernah ada riwayat operasi kepala

d) Hipertensi > 185 mmHg

Dapat menimbulkan efek samping yang cukup tinggi

seperti terjadinya perdarahan otak.

b. Anti koaguan

Digunakan untuk mencegah terjadinya emboli atau

mencegah bila ada bekuan baru, hanya sebatas untuk

kasus pada stroke dengan fibrasi umum

c. Anti platelet : Asiplin, Tidopiline, Clopidogrel

d. Neuro protector : Citikoline

e. Anti Hipertensi : Labetolol. Nicardipilin, Enalapril, sodium

nitropruside untuk beberapa kasus kegawatdaruratan tidak

dianjurkan pemberian vasodilator cepat (Nitrogliserin,

Page 15: Bab II Perbaikan II

21

Hydralazin) karena dapat memperburuk keadaan.

Menurunkan tekanan Intrakranial : Manitol

f. Obat lambung : Antasit (untuk mencegah ulcer dan refluks

lambung) hanya diberikan sesuai dengan indikasi tertentu)

c. Penatalaksanaan secara keperawatan

Menurut Efriza Mahrswati 2012

1) Diet penderita stroke

Berdasarkan buku penutunan diet edisi terbaru yang

diberikan pada penderita stroke adalah diet stroke. Diet

stroke bertujuan nuntuk :

a) Memberikan makanan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi pasien dengan mempertahankan

keadaan dan komplikasi penyakit,

b) Memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia,

pneumonia, kelainan ginjal dan dekubitus.

c) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Jenis makanan yang tidak disarankan untuk

penderita stroke seperti : semua makanan yang

digoreng, semua daging yang berlemak, (kambing,

babi, ham, sosis, kulit ayam, lemak hewan), kepiting,

cum-cumi, udang, kerang, ikan asin, ikan teri, telur

asin, roti, kue yang mengandung soda kue atau garam,

margarine, mentega, vitsin, kecap, magi, pesti, saus

tomat.

Page 16: Bab II Perbaikan II

22

2) Nutrisi

Untuk membantu mempertahankan kondisi kesehatan serta

membantu pemulihan pasien dengan penyakit stroke, maka

pasien yang menderita stroke dapat mengonsumsi

makanan seperti buah dan sayuran setiap harinya seperti

pisang, jus buah alami, melon, ceri, buah berry, apel,

semangka, jeruk, lemon, brokoli, paprika, bawang dan

kubis.

3) Aktivitas

Menurut M. Clevo Rendi 2012

Pada psien stroke harus di imobilisasi sedini mungkin bila

kondisi klinis neurologist dan hemodinamik stabil.

Penderita stroke dapat dianjurkan melakukan gerakan ROM

(range of motion):

a. ROM aktif adalah latihan gerak isotonis atau

terjadi kontraksi dan pergerakan otot yang

dilakukan pasien dengan menggerakkan

masing – masing persendiannya dengan

rentang gerak normal.

b. ROM pasif adalah latihan pergerakan perawat

atau petugas lain yang menggerakan

persendian pasien sesuai dengan kemampuan

rentang geraknya

Page 17: Bab II Perbaikan II

23

1) Spina servica

Fleksi : menggerakkan dagu menempel

ke dada rentang 45 derajat

Ekstensi : mengembalikan kepal

keposisi tegak rentang 45 derajat

Hiperekstensi : menekuk kepala

kebelakang sejauh mungkin rentang 100

derajat.

Fleksi lateral : memiringkan kepala

sejauh mungkin kearah setiap bahu

rentang 40-45 derajat.

Rotasi : memutar kepala sejauh

mungkin dalam gerkan sirkuler 180

derajat.

2) Bahu

Fleksi : menaikkan lengan dari posisi

samping tubuh kedepan tubuh keposisi

diatas kepala rentang 180 derajat

Ekstensi : mengembalikan posisi lengan

ke samping tubuh rentang 180 derajat

Hiperekstensi : menggerakkan lengan

ke belakang tubuh, siku tetap lurus 45-

60 derajat

Page 18: Bab II Perbaikan II

24

3) Siku

Fleksi : menekuk siku sehingga lengan

bawah bergerak kedepan sendi bahu

dan tangan sejajar bahu rentang 150

derajat

Ekstensi : mengembalikan siku keposisi

lurus rentang 150 derajat.

4) Lengan bawah

Supinasi : menggerakkan telapak

tangan dan tangan sehingga telapak

tangan menghadap keatas rentang 70 –

90 derajat.

Pronasi : memutar klengan bawah

sehingga lengan bawah menghadap ke

bawah rentang 70 – 90 derajat

5) Pergelangan tangan

Fleksi : menggerakkan telapak tangan

ke sisi bagian dalam bawah 80-90

derajat

Ekstensi : menggerakkan jari – jari

sehingga jari – jari tangan dan lengan

bawah berada dalam arah yang sama

rentang 80-90 derajat

Page 19: Bab II Perbaikan II

25

Hiperekstensi : membawa permukaan

tangan dorsal kebelakang sejauh

mungkin rentang 80-90 derajat

6) Jari-jari tangan

Fleksi : membuat genggaman 90 derajat

Ekstensi : meluruskan kembali jari – jari

tangan rentang 90 derajat.

Hiperekstensi : menghgerakkan jari-jari

tangan sejauh mungkin rentang 30-60

derajat

Abduksi : merenggangkan jari-jari

tangan yang satu dengan yang lainnya

rentang 30 derajat.

Adduksi : merapatkan kembali jari-jari

tangan 30 derajat.

7) Ibu jari pelana

Fleksi : menggerakkan ibu jari

menyilang permukaan telapak tangan

rentang 90 derajat.

Ekstensi : menggerakkan ibu jari

kembali ke posisi semula rentang 90

derajat

Abduksi : menjauhkan ibu jari

kesamping rentang 30 derajat

Page 20: Bab II Perbaikan II

26

Adduksi : menggerakkan ibu jari

keposisi semula rentang 30 derajat

8) Pinggul

Fleksi : menggerakkan tungkai kedepan

dan ke atas rentang 90-120 derajat

Ekstensi : menggerakkan tungkai

kembali kesamping tungkai yang lain

90-120 derajat

Hiperekstensi : menggerakkan tungkai

kebelakang tubuh 30-50 derajat

Abduksi : menggerakkan tungkai ke

samping menjauhi tubuh rentang 30-50

derajat

Adduksi : menggerakkan tungkai

kembali ke posisi semula rentang 30-50

derajat.

Rotasi dalam : memutar kaki dan

tungkai kea rah tungkai lain

Rotasi luar : tungkai menjauhi tungkai

yang lain rentang 90 derajat

9) Luitut

Fleksi : menggerakkan tuimit ke kearah

belakang paha. 120-130 derajat

Ekstensi : mengembalikan tungklai ke

posisi semula rentang 120-130 derajat.

Page 21: Bab II Perbaikan II

27

10) Mata kaki

Dorsi fleksi : menggerakan kaki

sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas

20-30 derajat

Plantar fleksi : menggerakkan kaki

sehingga jari-jari kaki menekuk ke

bawah 45-50 derajat

11) Kaki

Inversi : memutar telapak kaki

kesamping dalam rentang 100 derajat

atau kurang.

12) Jari – jari kaki

Fleksi : melengkungkan jari-jari kaki

kebawah rentang 30-60 derajat

Ekstensi : meluruskan jari-jari kaki

rentang 30-60 derajat

Abduksi : merenggangkan jari-jari kaki

satu dengan lainnya 15 derajat atau

kurang

Adduksi : merapatkan kembali

nbersama-sama rentang 15 derajat atau

kurang.

Page 22: Bab II Perbaikan II

28

4) Olahraga

Menurut Nabyl R.A 2012

Olahraga teratur bisa membakar lemak, meningkatkan

kinerja dan kekuatan otot jantung, serta membuang kotoran

tubuh melalui keringat.penderita stroke dapat melakukan :

a. Berjalan kaki, dengan berjalan kaki secara rutin

dapat meningkatkan kesehatan fisik, daya tahan

tubuh lebih bagus, dan denyut jantung lebih baik.

b. Latihan di air

Latihan air juga dapat membantu proses

penyembuhan stroke karena pengaruh daya apung

air membuat tubuh lebih ringan dibandingkan

berjalan didarat. Latihan bisa dimulai dengan

menggerakkan tangan dan kaki. Dengan melakukan

terapi air secara rutin maka penderita dapat

merasakan manfaat seperti sirkulasi darah lancer,

oksigenasi otak meningkat, daya kerja otot

meningkat, mengurangi kaku otot, meningkatkan

kemampuan gerak penderita.

c. Senam aerobic

Senam aerobic dapat membantu kesehatan dan

kebugaran penderita stroke. Senam aerobic secara

rutin dapat meningkatkan pasokan oksigen ,

menguatkan otot tubuh, serta menambahkan

Page 23: Bab II Perbaikan II

29

kelenturan. Aerobic yang cocok unuk penderita

stroke adalah senam lansia, senam pernafasan,

senam lantai.

8. Pencegahan

Menurut Efriza Mahreswati 2012

1) Kurangi makanan yang digoreng, terutama minyak yang dipakai

berulang kali. Gantilah atau selingi dengan makanan yang

direbus atau di kukus

2) Hindari cemilan berlemak tinggi seperti tar atau cake ganti

dengan buah.

3) Susunlah bahan makanan rendah lemak misalanya perbanyak

tahu tempe, hindari santan dan minyak goring secara berkala.

4) Bila masak daging singkirkan lemaknya.

5) Pilihlah susu rendah lemak

6) Batasi asupan soda

7) Hindari makanan kaleng yang mengandung banyak bayak

natrium

8) Makan dengan makanan menu seimbang dan kalori yang

dibutuhkan

9) Kurangi asupan gula dan garam

10) Perbanyak asupan sayur dan buah yang tinggi serat untuk

membantu mengontrol kadar gula darah dan menurunkan

kolestrol Mengurangi kegemukan

Menurut Nabyl R.A 2012

Page 24: Bab II Perbaikan II

30

11) Berhenti merokok

12) Berhenti minum kopi

13) Batasi makan garam dan lemak

14) Tingkatkan masukan kalium

15) Rajin olahraga

16) Mengubah gay hidup

17) Menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan

darah (Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns.Yessie Mariza

Putri, S.Kep 2013)

18) Mengotrol atau mengendalikan : hipertensi, kencing manis

(DM), penyakit jantung, penyakit arteosklerosis.

B. Konsep Proses Keperawatan

1. Konsep Keluarga

a. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan

tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan (Johson L & Leny R, 2010)

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu

yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan

tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain

(Harmoko, 2012)

Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup

atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan

Page 25: Bab II Perbaikan II

31

jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik

anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah

tangga (Sayekti, 1994 dikutip oleh Suprajitno, 2014)

Dari ketiga defenisi tersebut diatas mempunyai

persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan

dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap

(serumah) dengan peran masing-masing serta keterlibatan

emosional.

b. Struktur Keluarga

Menurut Friedman, dalam Harmoko (2012 menyebutkan

bahwa struktur keluarga terdiri atas :

1) Struktur Komunikasi

Menggambarkan bagaimana cara dan pola

komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak,

anak dengan anak dan anggota keluarga lain (pada

keluarga besar) dengan kelurga ini.

2) Struktur Peran Keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota

dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan

masyarakat atau peran formal dan informal.

3) Struktur Kekuatan Keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga

untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain

untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain

Page 26: Bab II Perbaikan II

32

untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung

kesehatan.

4) Struktur Nilai dan Norma Keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari

dan diyakini oleh keluarga , khususnya yang

berhubungan dengan kesehatan.

c. Tipe/Bentuk Keluarga

Menurut Harmoko (2012) mengemukakan bahwa

tipe/bentuk keluarga terdiri atas :

1) Nuclear Family adalah keluarga yang terdiri atas ayah,

ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan

oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

2) Extended Family adalah keluarga inti ditambah dengan

sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,

saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

3) Reconstituted Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga

inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam

pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu

bawaan dari perkawinan lama maupun bawaan dari

perkawinan baru.

4) Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang,

istri di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah

karna sekolah atau perkawinan.

Page 27: Bab II Perbaikan II

33

5) Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan

tidak mempunyai anak.

6) Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat penceraian

atau kematian pasangannya.

7) Dual Carier. Suami istri atau keduanya berkarier dan tidak

mempunyai anak.

8) Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal

sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.

9) Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam

satu rumah.

10) Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal

dalam suatu panti-panti.

11) Comunal. Satu rumah terdiri atas dua atau lebih

pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan

bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

12) Group Marriage. Satu perumahan terdiri atas orang tua

dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan

tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua

adalah orang tua dari anak-anak.

13) Ummaried Parent and Child. Ibu dan anak di mana

perkawinan yang tidak dikehendaki, anaknya adopsi.

14) Cohibing Couple. Dua orang atau satu pasangan yang

tinggal bersama tanpa pernikahan.

Page 28: Bab II Perbaikan II

34

d. Tugas dan Fungsi Keluarga

Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang

didalamnya terdapat delapan tugas pokok (Sri Lestari, 2012)

1) Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para

anggotanya.

2) Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang

ada dalam keluarga.

3) Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan

kedudukannya.

4) Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul

keakraban dan kehangatan para anggota keluarga.

5) Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang

diinginkan.

6) Memelihara keterlibatan anggota keluarga.

7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam

masyarakat yang lebih luas.

8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota

keluarga.

Sedangkan fungsi keluarga yang dapat dijalankan

adalah :

1) Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan

keturunan, memelihara dan membesarkan anak, serta

memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

Page 29: Bab II Perbaikan II

35

2) Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan

rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara

keluarga, memberikan kedewasaan anggota keluarga,

serta memberikan identitas pada keluarga.

3) Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma

tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.

4) Fungsi ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini

dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga

dimasa yang akan datang.

5) Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk

memberikan pengetahuan dan keterampilan atau

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat

yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan

dewasa yang akan datang dalam meme -nuhi

peranannya sebagai orang dewasa, serta men -didik anak

sesuai dengan tingkat perkembangannya.

e. Peran Keluarga

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga

(Johson L & Lenny R, 2010)

1) Peran Ayah

Ayah sebagai suami dari istri yang berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi

rasa aman, sebagai kepala keluarga, seb - agai anggota

Page 30: Bab II Perbaikan II

36

dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2) Peran Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga,

sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung

dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya,

serta sebagai anggota masyara -kat dari lingkungannya,

disamping itu juga sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarganya.

3) Peran Anak

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial

sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik,

mental, sosial dan spiritual.

f. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga

Tahap-tahap perkembangan keluarga (Rodgers cit

Friedman,1998. Dikutip dari Johson L & Leny R, 2010)

1) Pasangan Baru ( keluarga baru )

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu

laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui

perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis

keluarga masing-masing) :

a) Membina hubungan intim yang memuaskan.

Page 31: Bab II Perbaikan II

37

b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,

kelompok sosial.

c) Mendiskusikan rencana memiliki anak

2) Keluarga Child-Bearing ( kelahiran anak pertama )

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari

kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut

sampai anak pertama berusia 30 bulan :

a) Persiapan menjadi orang tua

b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga,

peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan

keluarga

c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan

dengan pasangan

3) Keluarga dengan Anak Pra-sekolah.

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5

bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 bulan :

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti

kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.

b) Membantu anak untuk bersosialisasi.

c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,

sementara anak yang lain juga harus terpenuhi.

d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik

didalam maupun diluar keluarga.

e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan

anak.

Page 32: Bab II Perbaikan II

38

f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh

kembang anak.

4) Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada

usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.

Umumnya keluarga sudah mencapai anggota keluarga

maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :

a) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan

lingkungan.

b) Mempertahanka keintiman pasangan.

c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang

semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk

meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

5) Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun

dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian yaitu

pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.

Tujuan keluarga ini adalah melepas -kan anak remaja dan

memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih

besar untuk mempersiapkan diri untuk menjadi lebih

dewasa :

a) Memberikan kebebasan harus seimbang deng - an

tanggung jawab, mengingat remaja sudah

bertambah dewasa dan meningkat otonominya.

Page 33: Bab II Perbaikan II

39

b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam

keluarga.

c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak

dan orang tua.

d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk

tumbuh kembang keluarga.

6) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak

terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini

tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada

anak belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang

tua :

a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b) Mempertahanka keintiman pasangan.

c) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang

sakit dan memasuki masa tua.

d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

e) Penataan kembali peran dan kegiata rumah tangga.

7) Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau

salah satu pasangan meninggal :

a) Mempertahankan kesehatan.

Page 34: Bab II Perbaikan II

40

b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan

dengan teman sebaya dan anak-anak.

c) Meningkatkan keakraban pasangan.

8) Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai

pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut pada

saat salah satu pasangan meninggal :

a) Mempertahankan suasana rumah yang

menyenangkan.

b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasa -

ngan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.

c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling

merawat.

d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan

sosial masyarakat.

2. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian

Keperawatan adalah pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual yang kompresif yang ditujukan kepada

individu, kelompok, dan masyarakat baik sakit maupun sehat

yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Sukma

Nolo Widyawati, 2012)

Page 35: Bab II Perbaikan II

41

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan

kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada

keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan

sehat sebagai tujuan melalui perawatan saran atau penyalur

(Johson L & Leny R, 2010)

Asuahan keperawatan keluarga merupakan proses yang

kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk

bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota

keluarga (Harmoko, 2012)

2. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga

1) Tujuan umum :

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat

meningkatkan status kesehatan keluarganya.

2) Tujuan khusus :

a) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi

oleh keluarga.

b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar

dalam keluarga.

c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi

masalah kesehatan anggotanya.

Page 36: Bab II Perbaikan II

42

d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota

keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah

kesehatan anggota kelurganya.

e) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam

meningkatkan mutu hidupnya.

3. Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan menuju pada pencapaian tujuan

keluarga. proses pemecahan masalah yang sistematis yang

digunakan ketika bekerja pada keluarga sebagai suatu sistem.

4. Pengkajian keperawatan keluarga

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang

keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh

data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan

keluarga, perawat diharafkan menggu- nakan bahasa ibu (yang

digunakan setiap hari), lugas, dan sederhana (Suprajitno, 2014)

Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah seabagai

berikut (harmoko, 2012)

a) Data Umum

(1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon

jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,

komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau

Page 37: Bab II Perbaikan II

43

inisial,jenis kelamin, tanggal lahir atau umur,

hubungan dengan kepala keluarga, status imunisai

dari masing-masing anggota keluarga, dan

genogran.

(2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga

beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan

jenis tipe keluarga tersebut.

(3) Suku bangsa atau latar belakang budaya, mengkaji

asal suku bangsa keluarga tersebut, serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait

dengan kesehatan.

(4) Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga

serta kepercayaan yang dapat memengaruhi

kesehatan.

(5) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial

ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga

lainnya.

(6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang,

rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga

pergi bersama-sama untuk mengun- jungi tempat

rekreasi, namun dengan menonton tv dan

mendengarkan radio juga merupakan rekreasi,

selain itu perluh dikaji pula penggu- naan waktu

luang atau sangga keluarga.

Page 38: Bab II Perbaikan II

44

b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga adalah pengka- jian

keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Tahap

perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua

dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga

melaksanakan tugas tahapan perkembangan. Sedangkan

riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan

keluarga inti dan riwat kesehatan keluarga.

c) Pengkajian Lingkungan

Pengakajian Lingkungan Menurut Suprajitno 2014

(1) Karakteristik rumah.

Yang menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah

yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah

ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi,

peletakan perabot rumah tangga, sarana

pembuangan air limbah dan kebutuhan mck

( mandi, cuci, dan kakus), sarana air bersih dan

minum yang digunakan. Keadaan rumah akan lebih

dipelajari bila digambar dengan sebagai denah

rumah.

(2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya

Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat, yaitu tempat keluarga

bertempat tinggal, meliputi kebiasaan, seperti

lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/

Page 39: Bab II Perbaikan II

45

kesepakatan penduduk setempat, dan budaya

setempat yang mempengaruhi kesehatan.

(3) Mobilitas geografis keluarga

Menggambarkan mobilitas keluarga dan angg- ota

keluarga. Mungkin keluarga sering berpind-ah

tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh

dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina.

(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan

masyarakat.

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan

keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan

keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga

berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.

(5) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas

keluarga yang menunjang kesehatan (askes,

jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang lain).

Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga

(peralatan kesehatan), dukungan psik-ologis

anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas

sosial yang ada di sekitar keluarga yang dapat

digunakan untuk meningkatkan upaya kesehatan.

Page 40: Bab II Perbaikan II

46

d) Struktur keluarga

(1) Struktur peran

Menjelaskan peran masing – masing anggota

keluarga secara formal maupun informal baik

dikeluarga atau masyarakat.

(2) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan

dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan

kesehatan

(3) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota

keluarga, termasuk pesan yang disampaikan,

bahasa yang digunakan, komunikasi secara

langsung atau tidak, pesan emosional (positif atau

negatif), frekuensi dan kualitas komunikasi yang

berlangsung. Adakah hal – hal yang tertutup dalam

keluarga untuk didiskusikan.

(4) Struktur kekuatan keluarga

Menjelaskan kemampuan keluarga untuk mem-

engaruhi dan mengendalikan anggota keluarga

untuk mengubah perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan.

Page 41: Bab II Perbaikan II

47

e) Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Suprajitno 2014

(1) Fungsi ekonomi

Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan

papan serta pemanfaatan sumber yang ada di

masyarakat sekitar untuk meningkatkan status

kesehatannya.

(2) Fungsi mendapatkan sosial

Menjelaskan tentang upaya keluarga untuk

memperoleh status sosial di masyarakat tempat

tinggal keluarga.

(3) Fungsi pendidikan

Menjelaskan upaya yang dilakukan oleh keluarga

dalam pendidikan selain itu upaya yang diperoleh

dari sekolah atau masyarakat sekitar.

(4) Fungsi sosialisasi

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga,

sajauh mana anggota keluarga belajar tentang

disiplin, nilai, norma, budaya, dan perilaku yang

berlaku di keluarga dan masyarakat.

(5) Fungsi pemeliharaan kesehatan.

Tujuan pengkajian yang berkaitan dengan

tugas keluarga di bidang kesehatan :

Page 42: Bab II Perbaikan II

48

(a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk

mengenal masalah kesehatan. Hal yang perlu

dikaji adalah sejauh mana keluarga

mengetahui fakta dari masalah kesehatan,

meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor

penyebab, dan faktor yang mempengaruhi

serta persepsi keluarga terhadap masalah

kesehatan terutama yang dialami anggota

keluarga.

(b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam

mengambil keputusan mengenai tindakan

kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang:

1. Kemampuan keluarga memahami

sifat dan luasnya masalah

2. Apakah masalah kesehatan dirasak-

an oleh keluarga

3. Apakah keluarga merasa menyerah

terhadap masalah yang dialami?

4. Apakah keluarga merasa takut

terha-dap akibat dari masalah

kesehatan yang dialami anggota

keluarga?

5. Apakah keluarga mempunyai sikap

yang tidak mendukung (negatife)

terhadap upaya kesehatan yang

Page 43: Bab II Perbaikan II

49

dapat dilakukan pada anggota

keluarga.

6. Apakah keluarga mempunyai kema-

mpuan untuk menjangkau fasilitas

pelayanan kesehatan?

7. Apakah keluarga mempunyai kepe-

rcayaan terhadap tenaga kesehtan?

8. Apakah keluarga telah memperoleh

informasi tentang kesehatan yang

tepat untuk melakukan tindakan

dalam rangka mengatasi masalah

kesehatan?

(c) Untuk mengetahui sejauh mana kemamp-uan

keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit, perlu dikaji tentang:

1. Pengatahuan keluarga tentang peny-akit

yang dialami anggota keluarga (sifat,

penyebarab, komplikasi, kem-ungkinan

setelah tindakan, dan cara

perawatannya)

2. Pemahaman keluarga tentang pera-

watan yang perlu dilakukan keluarga.

3. Pengatahuan keluarga tentang peral-

atan, cara, dan fasilitas untuk merawat

Page 44: Bab II Perbaikan II

50

anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan.

4. Pengatahuan keluarga tentang sum-ber

yang dimiliki kelaurga (anggota keluarga

yang mampu dan dapat bertanggung

jawab, sumber keuang-an/financial,

fasilitas fisik, dukungan psikososial).

5. Bagaimana sikap keluarga terhadap

anggota keluarga yang sakit atau

membutuhkan bantuan kesehatan.Untuk

mengetahui kemampuan keluarga

memelihara/memodofikasi lingkungan

ru-mah yang sehat, perlu dikaji tentang :

1) Pengatahuan keluarga tentang sum-ber

yang dimiliki oleh keluarga disekitar

lingkungan rumah.

2) Kemampuan keluarga melihat keun-

tungan dan manfaat pemeliharaan

lingkungan.

3) Pengatahuan keluarega tentang pen-

tingnya dan sikap keluarga terrhadap

sanitasi lingkungan yang higenis sesuai

syarat kesehatan.

Page 45: Bab II Perbaikan II

51

4) Pengatahuan keluarga tentang upa-ya

pencegahan penyakit yang dapat

dilakukan keluarga.

5) Kebersamaan anggota keluaga unt-uk

meningkatkan dhadap sanitasi

lingkungan yang higenis sesuai syarat

kesehatan.

6) Pengatahuan keluarga tentang upa-ya

pencegahan penyakit yang dapat

dilakukan keluarga.

7) Kebersamaan anggota keluaga unt-uk

meningkatkan dan memelihara

lingkungan rumah yang menunjang

kesehatan keluarga.

(d) Untuk mengetahui kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas pelayanan kese-hatan

di masyarakat, perlu dikaji tentang :

1.Pengatahuan keluarga tentang keberadaan

fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat di

jangkau keluarga.

2.Pemahaman keluarga tentang keun-tungan

yang dapat diperoleh dari fasilitas

kesehatan.

Page 46: Bab II Perbaikan II

52

3.Tingkat kepercayaan keluarga terh-adap

fasilitas dan petugas kesehatan yang

melayani.

4.Apakah keluarga mempunyai penga-laman

yang kurang menyenangkan tentang

fasilitas dan petugas kese-hatan yang

melayani.

5.Apakah dapat keluarga menjangkau fasilitas

kesehatan dan bila tidak dapat apa

penyebabnya.

(6) Fungsi religius

Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang

dipelajari dan dijalankan oleh keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.

(7) Fungsi rekreasi

Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga

untuk melakukan rekreasi secara bersama baik

diluar dan dalam rumah, juga tentang kuantitas

yang dilakukan.

(8) Fungsi reproduksi

Menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga

memiliki dan upaya pengendalian jumlah anggota

keluarga. Perlu juga diuraikan bagaimana keluarga

menjelaskan kepada ang-gota keluarga tentang

Page 47: Bab II Perbaikan II

53

pendidikan seks yang dini dan benar kepada

anggota kelurganya.

(9) Fungsi Afeksi

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota

keluaraga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam

keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan

psikososial dalam kelua-rga, dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

f) Stres dan Koping

(1) Stessor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian kurang dari 6

bulan.

(2) Stressor jangka panjang, yaitu stressor yang saat ini

dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

(3) Kemampuan dalam keluarga berespons terhadap situasi

atau stressor, mengkaji sejauh mana keluarga berespons

terhadap situasi stressor.

(4) Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasal-ahan.

(5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adapta-si

disfungsional yang digunakan keluarga bila meng-hadapi

permasalahan.

Page 48: Bab II Perbaikan II

54

g) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota

keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak

berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

h) Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menayakan harapan

keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

5. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai

individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui

pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberi-kan

dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat

bertanggung jawab untuk melaksanakanya. Diagnosa keperawatan

keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam

tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur

keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping kelu-arga baik yang bersifat

aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki

kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan keperawatan

bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan kemampuan dan

sumberdaya keluarga.

( harmoko, 2012)

Perumusan diagnosa keperawatan dapat diarahkan kepada

sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosa keperawatan

diagnosa keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab

(etiologi), dan tanda (sign).

Page 49: Bab II Perbaikan II

55

(Suprajitno, 2014)

Perumusan diagnosa keperawatan keluarga mengguna-kan

aturan yang telah disepakati, terdiri dari (Suprajitno, 2014)

1) Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh

keluarga atau anggota keluarga.

2) Penyebab (etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang dapat

menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas

keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang

tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif

yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau

tidak mendukung masalah dan penyebab.

Tipologi diagnosa keperawatan keluarga dibedakan

menjadi tiga kelompok (Suprajitno, 2014)

1) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang

sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan

dari perawat dengan cepat.

2) Diagnosa resiko adalah masalah keperawatan yang

belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi diagnosa

keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila

tidak segera mendapat bantuan perawat.

3) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari

keluarga ketika keluarga telah memenuhi kebutuhan

Page 50: Bab II Perbaikan II

56

kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang

kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan

Nanda, 1995 dikutip dari Harmoko, 2012 adalah :

a) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah

lingkungan.

(1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah

(hygiene lingkungan)

(2) Resiko terhadap keluarga.

(3) Resiko penularan penyakit.

b) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur

komunikasi (komunikasi keluarga disfung-sional)

c) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur

peran.

(1) Berduka dan antisipasi.

(2) Berduka disfungsional.

(3) Isolasi sosial. Perubahan dalam proses keluarga

(dapat adanya yang sakit terhadap keluarga)

(4) Potensial peningkatan menjadi orang tua.

(5) Perubahan menjadi orang tua ( krisis menjadi orang

tua )

(6) Perubahan penampilan peran.

(7) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan ru-mah.

(8) Gangguan citra tubuh.

Page 51: Bab II Perbaikan II

57

d) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi

afektif.

(1) Perubahan proses keluarga.

(2) Perubahan menjadi orang tua.

(3) Potensial peningkatan menjadi orang tua.

(4) Berduka yang di antisipasi.

(5) Koping keluarga tidak efektif

(6) Resiko terhadap tindakan kekerasan.

e) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi

sosial.

(1) Perilaku mencari bantuan kesehatan.

(2) Konflik peran orang tua.

(3) Perubahan menjadi orang tua.

(4) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.

(5) Perubahan pemeliharaan kesehatan.

(6) Kurang pengetahuan.

(7) Kerusakan interaksi sosial.

(8) Ketidak patuhan.

(9) Gangguan identitas diri.

f) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi

perawatan kesehatan.

(1) Perubahan pemeliharaan kesehatan.

(2) Potensial peningkatan pemeliharaan keseha-tan.

(3) Perilaku mencari pertolongan kesehatan.

Page 52: Bab II Perbaikan II

58

(4) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terap-eutik

atau pengobatan keluarga.

(5) Resiko terhadap penularan penyakit.

g) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping.

(1) Potensial peningkatan koping keluaga.

(2) Koping keluarga tiak efektif, menurun.

(3) Koping keluarga tidak efektif ketidak mampuan.

(4) Resiko terhadap tindakan kekerasan.

Perioritas Masalah

Setelah menentukan masalah atau diagnosa langkah

selanjutnya adalah menetukan perioritas masalah kesehatan

dan keperawatan keluarga. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam perioritas masalah adalah sebagai berikut :

a) Tidak mungkin masalah kesehatan dan keperawatan

yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.

b) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

c) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang

mereka hadapi.

d) Sumber daya keluarga yang dapat menunjang

pemecahan masalah keperawatan keluarga.

e) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.

Dalam menyusun perioritas masalah didasar-kan

pada kriteria :

Page 53: Bab II Perbaikan II

59

a) Sifat masalah : ancaman kesehatan tidak/kurang sehat

dan situasi krisis.

b) Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan

keberhasilan untuk mengurangi atau mencegah masalah

bila dilakukan intervensi.

c) Pontensial masalah untuk dicegah : sifat dan beratnya

masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau

dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.

d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan

menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya

untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan

kesehatan.

Page 54: Bab II Perbaikan II

60

Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai berikut :

Tabel 2.1

Skoring diagnosa keperawatan menurut Boilon dan Maglaya

Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah

Skala :

- Tidak/kurang sehat

- Ancaman kesehatan

- Keadaan sejahtera

3

2

1

1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala :

- Mudah

- Hanya sebagian

- Tidak dapat

2

1

0

2

3. Potensi masalah dapat dicegah

Skala :

- Tinggi

- Sedang

- Rendah

3

2

1

1

4. Menonjolnya masalah

Skala :

- Masalah berat,harus ditangani

- Ada masalah,tetapi tidak perlu dit-

2

1

Page 55: Bab II Perbaikan II

61

angani

- Masalah tidak dirasakan

1

0

Sumber : suprajitno 2014

Keterangan :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi angka tertinggi dan kalikan dengan

bobot:

Skor

X bobot

Angka yang tertinggi

3) Jumlah skor untuk semua kriteria

Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

6. Perencanaan asuhan keperawatan keluarga

Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan

khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan

kriteria dan strandar yang mengacu pada penyebab.

Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang

berorientasi pada kriteria dan standar (Suprajitno, 2014)

Rencana tindakan keperawatan keluarga, meliputi

kegiatan-kegiatan yang bertujuan :

Page 56: Bab II Perbaikan II

62

a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga

mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan

cara :

(1) Memberikan informasi yang tepat.

(2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga

tentang kesehatan.

(3) sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.

b) Menstimulasikan keluarga untuk memutuskan cara

perawatan yang tepat, dengan cara :

(1) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak

melakukan tindakan.

(2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan

ada di sekitar keluarga.

(3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tindakan.

c) Memberikan kepercayaan diri selama merawat ang-gota

keluarga yang sakit, dengan cara :

(1) Mendemonstrasikan cara perawatan.

(2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

(3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d) Membantu keluarga untuk memelihara (memodifik-asi)

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

keluarga, dengan cara :

(1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan

keluarga.

Page 57: Bab II Perbaikan II

63

(2) Melakukan perubahan lingkungan bersama

keluarga seoptimal mungkin.

e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada disekitarnya, dengan cara :

(1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

disekitar lingkungan keluarga.

(2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada.

7. Implementasi Keperawatan keluarga

Secara sederhana implementasi adalah melak-sanakan tindakan

keperawatan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam

melaksanakan tindakan keperawatan seperti ini, perawat

seharusnya tidak boleh bekerja sendiri dan melibatkan keluarga

serta disiplin ilmu lain (Yohanes Dion, 2013)

a. Tahap-tahap tindakan

1) Persiapan alat : tugas perawat adalah mempe-

rsiapkan alat-alat apa saja yang dibutuhkan sel-ama

melakukan perawatan.

2) Persiapan pasien : tugas perawat adalah mela-

kukan kontrak dengan pasien dan keluarga tentang

tindakan yang akan dilakukan (waktu, jenis

tindakan, dll)

3) Persiapan tempat : tugas perawat adalah mem-

persiapkan tempat yang aman bagi pasien jika

Page 58: Bab II Perbaikan II

64

melakukan tindakan yang perlu menjaga prifasi

klien.

4) Pelaksanaan tindakan : dalam melaksanakan

tindakan, perawat harus benar-benar melibat-kan

klien dan keluarga.

b. Tipe tindakan

1) Tindakan diagnostik

a) Wawancara dengan klien.

b) Observasi dan pemeriksaan fisik.

c) Melakukan pemeriksaan lab sederhana.

2) Tindakan terapeutik

Tindakan terapeutik adalah segala tindakan untuk

mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah klien.

3) Tindakan edukatif

Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien,

seperti : menjelaskan kepada klien tentang tata cara

pengobatan pada pasien.

4) Tindakan merujuk

Yaitu tindakan yang didalamnnya melakukan kerja

sama dengan tim kesehatan lainnya.

8. Evaluasi Keperawatan keluarga

Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga

untuk mencapai tujuan. Terdapat dua jenis evaluasi dalam

melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yaitu sebagai

berikut (Yohanes Dion, 2013)

Page 59: Bab II Perbaikan II

65

a. Evaluasi formatif

Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan

tindakan keperawatan. Penulisannya lebih dikenal

dengan menggunakan format SOAP.

b. Evaluasi sumatif

Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai

dengan perencanaan. Bila terdapat ketidak sesuaian

dalam hasil yang dicapai, keseluruhan proses mulai dari

pengkajian sampai dengan tindakan perlu ditinjau

kembali.

Ada beberapa metode yang perlu dilaksanakan dalam

melakukan evaluasi, diantaranya :

a. Observasi langsung

b. Wawancara

c. Memeriksa laporan

d. Latihan stimulasi

Komponen yang perlu dievaluasi dalam keperawatan

keluarga meliputi komponen kognitif, afektif, dan psikomotor

dengan penentuan keputusan sebagai berikut.

a. Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan sesuai

dengan tujuan dan standar, sehingga rencana dihentikan.

Page 60: Bab II Perbaikan II

66

b. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yan

ditentukan, sehingga perlu penambahan waktu, resources

dan intervensi sebelum tujuan berhasil.

c. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah

ditentukan, sehingga perlu

1) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih

akurat.

2) Membuat out comes yang baru, mungkin yang

sebelumnya tidak realistis atau tidak dikehendaki

keluarga sehingga susah untuk dicapai.

3) Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal

ketepatan untuk mencapai tujuan sebelumnya.