107
Laporan Praktikum II 1 Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sejak revolusi bergulir hingga saat ini, penemuan – penemuan di bidang teknologi elektronika kini yang membuat jarak semakin tak ada artinya dan juga membuat tenaga manusia tidak diperlukan lagi dari pekerjaan yang dulunya dikerjakan dengan tangan, kini dikerjakan oleh mesin-mesin. Alat – alat elektronik yang telah maju dengan harga terjangkau kini dapat dinikmati oleh semua kalangan yang ada di masyarakat. Bahkan kini telah banyak menggunakan teknik digital. Melihat semua itu adalah satu keharusan bagi Mahasiswa Elektro Universitas Muhammadiyah Parepare untuk lebih giat dibidangnya, yang mampu mengaktualiasikan konsep yang berupa teori dalam sebuah praktek. dengan adanya Praktikum II ini diharapkan kiranya mahasiswa bertambah pengalamannya di bidang elektro sehingga dasar dari apa yang di praktekkan nya ini mampu di kembangkan sehingga mahasiswa elektro bisa ahli di bidangnya. B. Maksud dan Tujuan Praktikum II ini dilaksanakan dengan maksud untuk menerapkan ilmu- ilmu yng didapat pada perkuliahan dan membandingkan dangan hasil-hasil yang didapatkan pada praktikum. Adapun tujuan praktikum II ini yaitu: a. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan mahasiswa sesuai dengan jurusan elektro

Bab i,Bab II, Dan Bab III

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Praktikum II 1

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman sejak revolusi bergulir hingga saat ini, penemuan – penemuan

di bidang teknologi elektronika kini yang membuat jarak semakin tak ada artinya

dan juga membuat tenaga manusia tidak diperlukan lagi dari pekerjaan yang

dulunya dikerjakan dengan tangan, kini dikerjakan oleh mesin-mesin. Alat – alat

elektronik yang telah maju dengan harga terjangkau kini dapat dinikmati oleh

semua kalangan yang ada di masyarakat. Bahkan kini telah banyak

menggunakan teknik digital. Melihat semua itu adalah satu keharusan bagi

Mahasiswa Elektro Universitas Muhammadiyah Parepare untuk lebih giat

dibidangnya, yang mampu mengaktualiasikan konsep yang berupa teori dalam

sebuah praktek. dengan adanya Praktikum II ini diharapkan kiranya mahasiswa

bertambah pengalamannya di bidang elektro sehingga dasar dari apa yang di

praktekkan nya ini mampu di kembangkan sehingga mahasiswa elektro bisa ahli

di bidangnya.

B. Maksud dan Tujuan

Praktikum II ini dilaksanakan dengan maksud untuk menerapkan ilmu-

ilmu yng didapat pada perkuliahan dan membandingkan dangan hasil-hasil yang

didapatkan pada praktikum.

Adapun tujuan praktikum II ini yaitu:

a. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan mahasiswa

sesuai dengan jurusan elektro

Laporan Praktikum II 2

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

b. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa elektro tentang penggunaan alat

ukur,komponen, serta rangkaian yang berhubungan dengan elektro.

C. Sistimatika Penulisan

Pada laporan Praktikum II ini terMenyusunsecara sistimatik sebagai berikut :

a. Bab I Pendahuluan

Pada Bab I ini dibahas latar belakang dari perkembangan Dunia

Elektronika serta Tuntutan Mahasiswa sebagai acuan pelaksanaan Praktek yang

dilaksanakan selama perkuliahan. Selain latar belakang bab ini juga

menggambarkan maksud serta tujuan dari pelaksanaan Praktikum dan

sistimatika dari penulisan praktikum ini sebagai mana yang dibahas pada poin ini.

b. Bab II Percobaan-Percobaan

Pada Bab II ini mengangkat tentang Tujuan Percobaan, materi atau teori

dasar yang di Praktekkan, komponen dan bahan yang digunakan, prosedur

percobaan, analisa data yang di peroleh serta kesimpulan dari apa yang telah

dilakukan.

Adapun Materi yang di praktekkan pada Praktikum II. Antara Lain :

1. Karakteristik transistor

2. Transisitor sebagai penguat

3. Transistor sebagai sakelar

4. Gerbang logika

5. Aljabar boole

6. Konversi bilangan biner ke heksadesimal

7. Konversi bilangan heksadesimal ke biner

Laporan Praktikum II 3

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

c. Bab III Penutup

Bada bab akhir laporan ini terdiri dari Kesimpulan dari semua percobaan

yang di praktekkan serta saran untuk memberikan masukan agar pelaksanaan

praktikum kedepan bias lebih baik dan bermutu.

d. Daftar Pustaka

Pada penyusunan Laporan praktikum II ini referensi yang umum

digunakan bersumber dari modul Praktikum II mahasiswa Elektro UMPAR. Dan

kami juga menambahkan refersensi lain yang bersumber dari buku elektronika

serta sumber media On Line atau internet.

e. Lampiran-lampiran

Pada bagian ini kami melampirkan Kartu Asistensi dari semua Percobaan

yang telah dilakukan sesta Data sementara yang didapatkan pada saat peraktek

dan analisa data yang kami tulis tangan.

Laporan Praktikum II 4

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

BAB II

PERCOBAAN-PERCOBAAN

A. Karakteristik Transistor

1.Tujuan Percobaan

Meunjukkan karakteristik dari transistor dan mengetahui derah cut-off,daerah

saturasi dan daerah aktif.

2.Teori Dasar

Transistor jenis BJT (bipolar junction transistor) merupakan transistor

yang mempunyai dua diode, terminal posistif atau negatifnya berdempet,

sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emitter (E), kolektor

(C), dan basis (B). perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis

dapat menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besarpada terminal

kolektor. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor sebagai penguat

elektronik.

Pada dasarnya ada tiga jenis rangkaian dasar (konfigurasi) untuk

mengoperasikan transistor.

> Basis ditanahkan (Common Base-CB)

> Emiter ditanahkan (Common Emitter-CE)

> Kolektor ditanahkan (Common Collector-CC)

Karakteristik dari transistor biasanya disebut juga karakteristik statik, yang

digambarkan dalam suatu kurva yang mengMenghubungkan antara selisih arus

dc dan tegangan pada transistor. Kurva karakteristik statik sangat membantu

dalam mempelajari operasi dari suatu transistor ketika diterapkan dalam suatu

Laporan Praktikum II 5

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

rangkaian. Ada tiga karakteristik dasar yang sangat penting dari sebuah

transistor, yaitu:

> Karakteristik input

> Karakteristik output, dan

> Karakteristik transfer arus konstan.

a). Arus bias

Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada transistor, yaitu

rangkaian CE (Common Emitter), CC (Common Collector) dan CB (Common

Base). Namun saat ini akan lebih detail dijelaskan bias transistor rangkaian CE.

Dengan menganalisa rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa parameter

penting dan berguna terutama untuk memilih transistor yang tepat untuk aplikasi

tertentu. Tentu untuk aplikasi pengolahan sinyal frekuensi audio semestinya tidak

menggunakan transistor power, misalnya.

b). Arus Emiter

Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk kesatu

titik akan sama jumlahnya dengan arus yang keluar. Jika teorema tersebut

diaplikasikan pada transistor, maka hukum itu menjelaskan hubungan :

IE = IC + IB

Gambar 2.1. Arus emiter

Laporan Praktikum II 6

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Persamanaan di atas tersebut mengatakan arus emiter IE adalah jumlah

dari arus kolektor IC dengan arus base IB. Karena arus IB sangat kecil sekali atau

disebutkan IB << IC,

maka dapat di nyatakan :

IE = IC

c). Alpha ( )

Pada tabel data transistor (databook) sering dijumpai spesikikasiadc

(alpha dc) yang tidak lain adalah :

dc = IC/IE

Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor.

Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter

maka idealnya besaradc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada

memilikiadc kurang lebih antara 0.95 sampai 0.99.

d). Beta ( )

Beta didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor

dengan arus base.

= IC/IB

Dengan kata lain,b adalah parameter yang menunjukkan kemampuan

penguatan arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera di

databook transistor dan sangat membantu para perancang rangkaian elektronika

dalam merencanakan rangkaiannya.

Laporan Praktikum II 7

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Misalnya jika suatu transistor diketahui besarb=250 dan diinginkan arus

kolektor sebesar 10 mA, maka berapakah arus bias base yang diperlukan. Tentu

jawabannya sangat mudah yaitu :

IB = IC/b = 10mA/250 = 40 uA

Arus yang terjadi pada kolektor transistor yang memiliki b = 200 jika

diberi arus bias base sebesar 0.1mA adalah :

IC = b IB = 200 x 0.1mA = 20 mA

Dari rumusan ini lebih terlihat defenisi penguatan arus transistor, yaitu

sekali lagi, arus base yang kecil menjadi arus kolektor yang lebih besar.

e). Common Emitter (CE)

Rangkaian CE adalah rangkain yang paling sering digunakan untuk

berbagai aplikasi yang mengunakan transistor. Dinamakan rangkaian CE, sebab

titik ground atau titik tegangan 0 volt diMenghubungkan pada titik emiter.

Gambar 2.2 Rangkaian CE

f). Sekilas Tentang Notasi

Ada beberapa notasi yang sering digunakan untuk mununjukkan besar

tegangan pada suatu titik maupun antar titik. Notasi dengan 1 subscript adalah

Laporan Praktikum II 8

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

untuk menunjukkan besar tegangan pada satu titik, misalnya VC = tegangan

kolektor, VB = tegangan base dan VE = tegangan emiter.

Ada juga notasi dengan 2 subscript yang dipakai untuk menunjukkan

besar tegangan antar 2 titik, yang disebut juga dengan tegangan jepit.

Diantaranya adalah :

VCE = tegangan jepit kolektor- emitor

VBE = tegangan jepit base - emitor

VCB = tegangan jepit kolektor - base

Notasi seperti VBB, VCC, VEE berturut-turut adalah besar sumber tegangan

yang masuk ke titik base, kolektor dan emitor.

Hubungan antara IB dan VBE tentu saja akan berupa kurva dioda.

Karena memang telah diketahui bahwa junction base-emitor tidak lain adalah

sebuah dioda. Jika hukum Ohm diterapkan pada loop base diketahui adalah :

IB = (VBB - VBE) / RB

VBE adalah tegangan jepit dioda junction base-emitor. Arus hanya akan

mengalir jika tegangan antara base-emitor lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB

mulai aktif mengalir pada saat nilai VBE tertentu.

Gambar 2.3. Kurva IB - IBE

Laporan Praktikum II 9

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Besar VBE umumnya tercantum di dalam databook. Tetapi untuk

penyerdehanaan umumnya diketahui VBE = 0.7 volt untuk transistor silikon dan

VBE = 0.3 volt untuk transistor germanium. Nilai ideal VBE = 0 volt.

Sampai disini akan sangat mudah mengetahui arus IB dan arus IC dari

rangkaian berikut ini, jika diketahui besar b = 200. Katakanlah yang digunakan

adalah transistor yang dibuat dari bahan silikon.

Gambar 2.4. Rangkaian soal

IB = (VBB - VBE) / RB

= (2V - 0.7V) / 100 K

= 13 uA

Dengan b = 200, maka arus kolektor adalah :

IC = bIB = 200 x 13uA = 2.6 mA

g). Kurva Kolektor

Sekarang sudah diketahui konsep arus base dan arus kolektor. Satu hal

lain yang menarik adalah bagaimana hubungan antara arus base IB, arus

kolektor IC dan tegangan kolektor-emiter VCE. Dengan mengunakan rangkaian-

01, tegangan VBB dan VCC dapat diatur untuk memperoleh plot garis-garis kurva

kolektor. Pada gambar berikut telah diplot beberapa kurva kolektor arus IC

terhadap VCE dimana arus IB dibuat konstan.

Laporan Praktikum II 10

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.5.Kurva kolektor

Dari kurva ini terlihat ada beberapa region yang menunjukkan daerah

kerja transistor. Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian

daerah aktif dan seterusnya daerah breakdown.

h). Daerah Aktif

Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana

arus IC konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa

arus IC hanya tergantung dari besar arus IB.

Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear (linear region). Jika

hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada loop kolektor

(rangkaian CE), maka dapat diperoleh hubungan :

VCE = VCC - ICRC

Dapat dihitung dissipasi daya transistor adalah :

PD = VCE.IC

Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah tegangan

kolektor-emitor dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi daya ini berupa

panas yang menyebabkan naiknya temperatur transistor. Umumnya untuk

Laporan Praktikum II 11

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

transistor power sangat perlu untuk mengetahui spesifikasi PDmax. Spesifikasi ini

menunjukkan temperatur kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor

masih bekerja normal. Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya

PDmax, maka transistor dapat rusak atau terbakar.

Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt

(transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-base yang mana

tegangan VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron.

Jika kemudian tegangan VCC dinaikkan perlahan-lahan, sampai tegangan

VCE tertentu tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah

kerja transistor berada pada daerah cut-off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu

menjadi aktif (ON). Perubahan ini dipakai pada system digital yang hanya

mengenal angka biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh

status transistor OFF dan ON.

Gambar 2.6. Rangkaian driver LED

Misalkan pada rangkaian driver LED di atas, transistor yang digunakan

adalah transistor dengan b = 50. Penyalaan LED diatur oleh sebuah gerbang

logika (logic gate) dengan arus output high = 400 uA dan diketahui tegangan

forward LED, VLED = 2.4 volt. Lalu pertanyaannya adalah, berapakah seharusnya

resistansi RL yang dipakai.

IC = bIB = 50 x 400 uA = 20 mA

Laporan Praktikum II 12

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat transistor cut-

off. Tegangan VCE pada saat cut-off idealnya = 0, dan aproksimasi ini sudah

cukup untuk rangkaian ini.

RL = (VCC - VLED - VCE) / IC

= (5 - 2.4 - 0)V / 20 mA

= 2.6V / 20 mA

= 130 Ohm

Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40V, arus IC

menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada pada

daerah breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini,

karena akan dapat merusak transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor

nilai tegangan VCEmax yang diperbolehkan sebelum breakdown bervariasi.

VCEmax pada databook transistor selalu dicantumkan juga.

Sebelumnya telah disinggung beberapa spesifikasi transistor, seperti

tegangan VCEmax dan PD max. Sering juga dicantumkan di datasheet keterangan

lain tentang arus ICmax VCBmax dan VEBmax. Ada juga PDmax pada TA = 25o

dan PDmax pada TC = 25o. Misalnya pada transistor 2N3904 dicantumkan data-

data seperti :

VCBmax = 60V

VCEOmax = 40V

VEBmax = 6 V

ICmax = 200 mAdc

PDmax = 625 mW TA = 25o

PDmax = 1.5W TC = 25o

Laporan Praktikum II 13

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

TA adalah temperature ambient yaitu suhu kamar. Sedangkan TC adalah

temperature cashing transistor. Dengan demikian jika transistor dilengkapi

dengan heatshink, maka transistor tersebut dapat bekerja dengan kemampuan

dissipasi daya yang lebih besar.

b atau hFE

Pada system analisa rangkaian dikenal juga parameter h, dengan

meyebutkan hFE sebagai bdc untuk mengatakan penguatan arus.

bdc = hFE

Sama seperti pencantuman nilai bdc, di datasheet umumnya dicantumkan

nilai hFE minimum (hFE min ) dan nilai maksimunya (hFE max).

3.Alat dan Bahan yang digunakan

a).Modul Percobaan

Catu Daya

Multimeter

Kabel Penghubung

Komponen (Resistor 1 K,Transistor BC109)

Laporan Praktikum II 14

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

4.Gambar Rangkaian Percobaan

Gambar 2.7 Rangkaian untuk percobaan karakteristik transistor

5.Prosedur Percobaan

a. Membuat rangkai rangkaian yang diujikan seperti pada gambar di

atas.Perhatikann kaki E, B, C transistor.

b. Mengaktifkan rangkaian dan berikan tegangan VBB sesuai tabel data, (untuk

VBB = 0 volt Menghubungkan ke ground),lalu dengan Voltmeter ukur

tengangan VRB, VRC, VBE, VCE dan VCB. (Perhatikan probe merah ke + dan

hitam ke -,dan sesuaikan range pembacaan pada Voltmeter).

c. Mencari nilai IB, IC, IE, dan dengan perumusan :

IB = IC = IE = IB + IC = =

d. Melengkapi tabel data pengamatan

Rb

1kΩ

Rc120Ω

Re120Ω

VCC12V

Laporan Praktikum II 15

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

6.Data Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Data hasil pengamatan percobaan karakteristik transistor

No VBB(Volt) VRB (Volt) VRC (Volt) VBE (Volt) VCE (Volt) VCB

(Volt)1 1,29 1,27 11,36 -0,6 10,74 10,12 2,01 1,96 10,68 -0,68 9,4 8,793 3,06 2,97 9,19 -0,74 7,24 6,274 4,00 3,92 8,71 -0,75 4,73 3,945 5,00 4,88 6,40 -0,81 2,25 1,756 6,08 5,81 6,67 -0,85 1,66 0,87 7,08 6,51 5,95 -0,93 0,4 -0,518 8,02 6,35 5,72 -0,90 0,25 -0,669 9,06 6,47 5,09 -1,00 0,23 -0,67

10 10,08 6.52 6,11 -0,84 0,17 -0,6811 12,12 6,96 6,21 -0,89 0,17 -0,71

7.Analisis Percobaan

a). Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 1,29 volt

IB = = , = ,. = , . = 0,00127 A

IC = = , = ,. = , . = 11,36. 10 =0,1136 A

IE = IB + IC= 0,00127 + 0,1136= 0,11487 A

= = ,, = 89,4488

= = ,, = 0,98894

b). Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 1,29 volt

IB = = , = ,. = , . = 0,00196 A

IC = = , = ,. = , . = 10,68. 10 =0,1068 A

IE = IB + IC= 0,00196 + 0,1068= 0,10876 A

= = ,, = 55,4897

= = ,, = 0,98197

Laporan Praktikum II 16

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

c).Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 3,06 volt

IB = = ,Ω= ,. = , . = 0,00297 A

Ic = = ,Ω

= ,. = , . = 9,19. 10 =0,0919 A

IE = IB + IC= 0,00297 + 0,0919= 0,09487 A

= = ,, = 30,94276

= = ,, = 0,7557

d). .Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 4,00 volt

IB = = ,Ω

= ,. = , . = 0,00392 A

IC = = ,Ω= ,. = , . = 8,71. 10 =0,0871 A

IE = IB + IC= 0,00392 + 0,0871= 0,09102 A

= = ,, = 22,2193

= = ,, = 0,9569

e). Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 5,00 volt

IB = = 4,881 Ω

= 1,271.103 = , . = 0,00488 A

IC = = 6,40100Ω

= 6,401.102 = , . = 6,40. 10 =0,064 A

IE = IB + IC= 0,00488 + 0,064= 0,0688 A

= = ,, = 13,1147

= = ,, = 0,9291

f). Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 6,08 volt

IB = = , = ,. = , . = 0,00581 A

Ic = = , = ,. = , . = 6,67. 10 =0,0667 A

Laporan Praktikum II 17

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

IE = IB + IC= 0,00581 + 0,0667= 0,07251 A

= = ,, = 11,6532

= = ,, = 0,9198

g). Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 7,08 volt

IB = = , = ,. = , . = 0,00651 A

Ic = = , = ,. = , . = 5,95. 10 =0,0595 A

IE = IB + IC= 0,00651 + 0,0595= 0,06601 A

= = ,, = 9,13978

= = ,, = 0,90137

h). Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 8,02volt

IB = = , = ,. = , . = 0,00635 A

Ic = = , = ,. = , . = 5,72. 10 =0,0572 A

IE = IB + IC= 0,00635 + 0,0572= 0,06355 A

= = ,, =9,00787

= = ,, = 0,90007

i). Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 9,06 volt

IB = = , = ,. = , . = 0,00647 A

Ic = = , = ,. = , . = 5,09. 10 =0,0509 A

IE = IB + IC= 0,00647 + 0,0509= 0,05737 A

= = ,, =7,86707

= = ,, = 0,88722

Laporan Praktikum II 18

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

j). Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 10,08 volt

IB = = , = ,. = , . = 0,00652 A

Ic = = , = ,. = , . = 6,11. 10 =0,0611 A

IE = IB + IC= 0,00652 + 0,0611= 0,06762 A

= = ,, =9,37116

= = ,, = 0,90357

k).Menggunakan TR 2N 3904.VBB dalam posisi 12,12 volt

IB = = , = ,. = , . = 0,00696

Ic = = 6,21100Ω

= 6,211.102 = , . = 6,21. 10 =0,0621 A

IE = IB + IC= 0,00696 + 0,0621= 0,06906 A

= = ,, =8,92241

= = ,, = 0,8992

8. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan dan juga percobaan yang telah dibuat. Maka

dapatlah di tarik kesimpulan:

a) Transistor dapat berfungsi sebagai saklar, dan hal itu dapat dibuktikan.

b)Untuk menjadi sebuah saklar, transistor harus dikondisikan dalam keadaan

jenuh (on) dengan Vce mendekati Vcc dan juga dapat dikondisikan dalam

keadaan off dengan Vce mendekati Vcc.

Laporan Praktikum II 19

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

c) Untuk dapat membuat transistor yang berfungsi sebagai saklar, dapat

diMenyusunmenjadi rangkaian sesuai intruksi asisten lab.

d) Rangkaian seperti ini dapat digunakan sebagai lampu emergency, lampu tidur,

lampu taman, dan berbagai lampu yang diharapkan menyala secara otomatis

ketika keadaan sekitar gelap.

Laporan Praktikum II 20

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

B.Transistor Sebagai Penguat

1. Tujuan

Menunjukkan cara kerja transistor sebagai penguat

2. Teori Dasar

a). Transistor Sebagai Penguat

Transistor adalah suatu monokristal semikonduktor dimana terjadi dua

pertemuan P-N, dari sini dapat dibuat dua rangkaian yaitu P-N-P dan N-P-N.

Dalam keadaan kerja normal, transistor harus diberi polaritas sebagai berikut

1). Pertemuan Emitter-Basis diberi polaritas dari arah maju seperti yang

ditunjukkan pada gambar 2.1 (a).

2). Pertemuan Basis-kolektor diberi polaritas dalam arah mundur seperti

ditunjukkan pada gambar 2.1 (b).

Gambar 2.8. Dasar polaritas transistor

Transistor adalah suatu komponen yang dapat memperbesar level

sinyal keluaran sampai beberapa kali sinyal masukan. Sinyal masukan disini

dapat berupa sinyal AC ataupun DC. Prinsip dasar transistor sebagai penguat

adalah arus kecil pada basis mengontrol arus yang lebih besar dari kolektor

melewati transistor. Transistor berfungsi sebagai penguat ketika arus basis

berubah. Perubahan kecil arus basis mengontrol perubahan besar pada arus

Laporan Praktikum II 21

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

yang mengalir dari kolektor ke emitter. Pada saat ini transistor berfungsi sebagai

penguat. Dan dalam pemakiannya transistor juga bisa berfungsi sebagai saklar

dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan

(cut-off).

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi penyambungan kolektor emitter

secara ideal sama dengan nol atau kolektor terhubung langsung (short). Ini

menyebabkan tegangan kolektor emitter Vce = 0 pada keadaan ideal. Dan pada

daerah cut off, nilai resistansi persambungan kolektor emitter secara ideal sama

dengan tak terhingga atau terminal kolektor dan emitter terbuka yang

menyebabkan tegangan Vce sama dengan tegangan sumber Vcc. Arus basis (

ICBO) bertindak sebagai arus basis. Karena IC = βdc . IB +(βdc+1) (ICBO)

dalam hal ini Ic = Icco, arus bocor kolektor emitor dengan basis terbuka.

Hal yang sama ICBO dalam photo transistor naik bila hubungan basis

kolektor diterangi. Bila ICBO dinaikkan arus kolektor (β+1) ICBO juga naik, maka

untuk sejumlah penyinaran yang sagat sempit, photo transistor lebih peka dari

photo dioda. Beberapa photo transistor yang lain memiliki basis dan sinar yang

datang untuk membangkitkan arus basis, beberapa transistor yang lain memiliki

terminal basis sehingga dapat diberikan tegangan yang luar biasa. Komponen ini

biasanya dikemas dalam logam, inilah yang digunakan dalam proyek ini.

Susunan beberapa photo transistor dan photo diode sering digunakan sebagai

photo detector. Untuk kuat penyinaran tertentu terdapat arus output yang lebih

besar pada photo transistor dari pada photo dioda. Tetapi photo dioda

mempunyai respon yang lebih cepat dalam switching kurang dari nano detik,

sedangkan photo transistor dalam micro detik.

Laporan Praktikum II 22

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

b). Jenis-jenis Penguat

Sudah menjadi suatu hal yang lumrah jika seseorang selalu mencari

sesuatu yang lebih baik. Tak terkecuali di bidang rancang bangun penguat

amplifier, perancang, peminat atau insinyur elektronika tak pernah berhenti

mencari berbagai macam konsep yang lebih baik. Ada beberapa jenis penguat

audio yang dikategorikan antara lain sebagai penguat class A, B, AB, C, D, T, G,

H dan beberapa tipe lainnya yang belum disebut di sini.

Tulisan berikut membahas secara singkat apa yang menjadi ciri dan

konsep dari sistem power amplifier (PA) tersebut. Fidelitas dan Efisiensi Penguat

audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan memperbesar dan menguatkan

sinyal input. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, sinyal input di-replika

(copied) dan kemudian di reka kembali (re-produced) menjadi sinyal yang lebih

besar dan lebih kuat. Dari sinilah muncul istilah fidelitas (fidelity) yang berarti

seberapa mirip bentuk sinyal keluaran hasil replika terhadap sinyal masukan.

Ada kalanya sinyal input dalam prosesnya kemudian terdistorsi karena berbagai

sebab, sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat. Sistem penguat

dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (high fidelity), jika sistem tersebut mampu

menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama dengan sinyal input.

Hanya level tegangan atau amplituda saja yang telah diperbesar dan

dikuatkan. Di sisi lain, efisiensi juga mesti diperhatikan. Efisiensi yang dimaksud

adalah efisiensi dari penguat itu yang dinyatakan dengan besaran persentasi dari

power output dibandingkan dengan power input. Sistem penguat dikatakan

memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada rugirugi pada proses

penguatannya yang terbuang menjadi panas.

Laporan Praktikum II 23

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

1). PA kelas A

Contoh dari penguat class A adalah adalah rangkaian dasar common emiter (CE)

transistor. Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di

titik tertentu yang ada pada garis bebannya. Sedemikian rupa sehingga titik Q ini

berada tepat di tengah garis beban kurva VCE-IC dari rangkaian penguat

tersebut dan sebut saja titik ini titik A. Gambar berikut adalah contoh rangkaian

common emitor dengan transistor NPN Q1.

Gambar 2.9. Rangkaian dasar kelas A

Garis beban pada penguat ini ditentukan oleh resistor Rc dan Re dari

rumus VCC = VCE + IcRc + IeRe. Jika Ie = Ic maka dapat disederhanakan

menjadi VCC = VCE + Ic (Rc+Re). Selanjutnya pembaca dapat menggambar

garis beban rangkaian ini dari rumus tersebut. Sedangkan resistor Ra dan Rb

dipasang untuk menentukan arus bias. Pembaca dapat menentukan sendiri

besar resistor-resistor pada rangkaian tersebut dengan pertama menetapkan

berapa besar arus Ib yang memotong titik Q.

Laporan Praktikum II 24

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.10. Garis beban dan titik Q kelas A

Besar arus Ib biasanya tercantum pada datasheet transistor yang

digunakan. Besar penguatan sinyal AC dapat dihitung dengan teori analisa

rangkaian sinyal AC. Analisa rangkaian AC adalah dengan menghubung singkat

setiap komponen kapasitor C dan secara imajiner menyambungkan VCC ke

ground. Dengan cara ini rangkaian gambar-1dapat dirangkai menjadi seperti

gambar-3. Resistor Ra dan Rc diMenghubungkan ke ground dan semua

kapasitor dihubung singkat.

Gambar 2.11 Rangkaian imajimer analisa ac kelas A

Dengan adanya kapasitor Ce, nilai Re pada analisa sinyal AC menjadi

tidak berarti. Pembaca dapat mencari lebih lanjut literature yang membahas

penguatan transistor untuk mengetahui bagaimana perhitungan nilai penguatan

transistor secara detail. Penguatan didefenisikan dengan Vout/Vin = rc / re`,

dimana rc adalah resistansi Rc paralel dengan beban RL (pada penguat akhir,

RL adalah speaker 8 Ohm) dan re` adalah resistansi penguatan transitor. Nilai

Laporan Praktikum II 25

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

re` dapat dihitung dari rumus re` = hfe/hie yang datanya juga ada di datasheet

transistor. Gambar-4 menunjukkan ilustrasi penguatan sinyal input serta

proyeksinya menjadi sinyal output terhadap garis kurva x-y rumus penguatan

vout = (rc/re) Vin.

Gambar 2.12 Kurva penguatan kelas A

Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada

daerah aktif. Penguat tipe class A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat

fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal masih bekerja di daerah aktif, bentuk sinyal

keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun penguat kelas A ini

memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% – 50%. Ini tidak lain karena

titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak ada sinyal input (atau

ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan

arus bias konstan. Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar dari

sumber catu daya terbuang menjadi panas. Karena ini juga transistor penguat

Laporan Praktikum II 26

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra seperti heatsink yang

lebih besar.

2). PA kelas B

Panas yang berlebih menjadi masalah tersendiri pada penguat kelas A.

Maka dibuatlah penguat kelas B dengan titik Q yang digeser ke titik B (pada

gambar-5). Titik B adalah satu titik pada garis beban dimana titik ini berpotongan

dengan garis arus Ib = 0. Karena letak titik yang demikian, maka transistor hanya

bekerja aktif pada satu bagian phase gelombang saja. Oleh sebab itu penguat

kelas B selalu dibuat dengan 2 buah transistor Q1 (NPN) dan Q2 (PNP).

Gambar 2.13 Titik Q penguat A, AB dan B

Karena kedua transistor ini bekerja bergantian, maka penguat kelas B

sering dinamakan sebagai penguat Push-Pull. Rangkaian dasar PA kelas B

adalah seperti pada gambar-6. Jika sinyalnya berupa gelombang sinus, maka

transistor Q1 aktif pada 50 % siklus pertama (phase positif 0o-180o) dan

selanjutnya giliran transistor Q2 aktif pada siklus 50 % berikutnya (phase negatif

180o – 360o). Penguat kelas B lebih efisien dibanding dengan kelas A, sebab

Laporan Praktikum II 27

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

jika tidak ada sinyal input ( vin = 0 volt) maka arus bias Ib juga = 0 dan praktis

membuat kedua trasistor dalam keadaan OFF.

Gambar 2.14 Rangkaian dasar penguat kelas B

Efisiensi penguat kelas B kira-kira sebesar 75%. Namun bukan berarti

masalah sudah selesai, sebab transistor memiliki ke-tidak ideal-an. Pada

kenyataanya ada tegangan jepit Vbe kira-kira sebesar 0.7 volt yang

menyebabkan transistor masih dalam keadaan OFF walaupun arus Ib telah lebih

besar beberapa mA dari 0. Ini yang menyebabkan masalah cross-over pada saat

transisi dari transistor Q1 menjadi transistor Q2 yang bergantian menjadi aktif.

Gambar-7 menunjukkan masalah cross-over ini yang penyebabnya adalah

adanya dead zone transistor Q1 dan Q2 pada saat transisi. Pada penguat akhir,

salah satu cara mengatasi masalah cross-over adalah dengan menambah filter

cross-over (filter pasif L dan C) pada masukan speaker.

Laporan Praktikum II 28

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.15 Kurva penguatan kelas B

3). PA Kelas AB

Cara lain untuk mengatasi cross-over adalah dengan menggeser sedikit

titik Q pada garis beban dari titik B ke titik AB (gambar-5). Ini tujuannya tidak lain

adalah agar pada saat transisi sinyal dari phase positif ke phase negatif dan

sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q1 dan Q2. Pada saat itu, transistor

Q1 masih aktif sementara transistor Q2 mulai aktif dan demikian juga pada phase

sebaliknya. Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efesiensi (sekitar

50% – 75%) dengan mempertahankan fidelitas sinyal keluaran.

Laporan Praktikum II 29

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.16 Overlaping sinyal keluaran penguat kelas AB

Ada beberapa teknik yang sering dipakai untuk menggeser titik Q sedikit

di atas daerah cut-off. Salah satu contohnya adalah seperti gambar berikut ini.

Resistor R2 di sini berfungsi untuk memberi tegangan jepit antara base transistor

Q1 dan Q2. Pembaca dapat menentukan berapa nilai R2 ini untuk memberikan

arus bias tertentu bagi kedua transistor. Tegangan jepit pada R2 dihitung dari

pembagi tegangan R1, R2 dan R3 dengan rumus VR2 = (2VCC)

R2/(R1+R2+R3). Lalu tentukan arus base dan lihat relasinya dengan arus Ic dan

Ie sehingga dapat dihitung relasiny dengan tegangan jepit R2 dari rumus VR2 =

2×0.7 + Ie(Re1 + Re2). Penguat kelas AB ternyata punya masalah dengan teknik

ini, sebab akan terjadi peng-gemukan sinyal pada kedua transistornya aktif ketika

saat transisi. Masalah ini disebut dengan gumming.

Gambar 2.17. Rangkaian dasar penguat kelas AB

Laporan Praktikum II 30

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Untuk menghindari masalah gumming ini, ternyata sang insinyur (yang

mungkin saja bukan seorang insinyur) tidak kehilangan akal. Maka dibuatlah

teknik yang hanya mengaktifkan salah satu transistor saja pada saat transisi.

Caranya adalah dengan membuat salah satu transistornya bekerja pada kelas

AB dan satu lainnya bekerja pada kelas B. Teknik ini bisa dengan memberi bias

konstan pada salah satu transistornya yang bekerja pada kelas AB (biasanya

selalu yang PNP).

Caranya dengan menganjal base transistor tersebut menggunakan

deretan dioda atau susunan satu transistor aktif. Maka kadang penguat seperti ini

disebut juga dengan penguat kelas AB plus B atau bisa saja diklaim sebagai

kelas AB saja atau kelas B karena dasarnya adalah PA kelas B. Penyebutan ini

tergantung dari bagaimana produk amplifier anda mau diiklankan. Karena

penguat kelas AB terlanjur memiliki konotasi lebih baik dari kelas A dan B.

Namun yang penting adalah dengan teknik-teknik ini tujuan untuk mendapatkan

efisiensi dan fidelitas yang lebih baik dapat terpenuhi.

4). PA kelas C

Kalau penguat kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja dengan baik, maka

ada penguat yang disebut kelas C yang hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa

aplikasi yang memang hanya memerlukan 1 phase positif saja. Contohnya

adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot, rangkaian penguat tuner RF dan

sebagainya. Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya pada phase positif

saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada puncakpuncaknya saja

dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal

dari rangkaian penguat kelas C adalah seperti pada rangkaian berikut ini.

Laporan Praktikum II 31

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.18 Rangkaian dasar penguat kelas C

Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang

sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian

tersebut akan ber-resonansi dan ikut berperan penting dalam me-replika kembali

sinyal input menjadi sinyal output dengan frekuensi yang sama. Rangkaian ini

jika diberi umpanbalik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering

digunakan pada pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi

bahkan sampai 100%, namun tingkat fidelitasnya memang lebih rendah. Tetapi

sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari penguat jenis ini.

3. Alat dan Komponen

Modul percobaan

Catu daya

Kabel penghubung ( jumper)

Kabel penjepit komponen

Laporan Praktikum II 32

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

4. Gambar Rangkaian Percobaan

Gambar 2.19 Rangkaian untuk percobaan transistor sebagai penguat

5. Prosedur percobaan

a). Membuat rangkaian seperti diatas.

b). Mengaktifkan rangkaian. Lalu dengan FG berikan sinyal VIN sinus dengan

frekwensi 1 kHz, atur VIN hingga didapatkan sinyal maksimum tidak cacat (

tidak terpotong ) pada VOUT.

c). Mengamati dan menggambarkan VIN ( coupling AC ) dan VOUT (gambarkan

dengan coupling AC dan coupling DC ).

d).Kemudian ganti RC dengan nilai lebih tinggi. Lakukanlahlangkah seperti

sebelumnya untuk transistor selanjutnya.

VEE12V

C1

100nFV1

120 Vrms60 Hz0°

R156kΩ

Q1

2N3904

Rc1kΩ

Re1kΩ

R210kΩ

Laporan Praktikum II 33

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

6. Tabel pengamatan

Tabel 2.2 Data hasil pengamatan percobaan transistor sebagai penguat

Rc (ohm) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Gate Av Beda Vase2 k5,6 k

1,41,9

2,83,8

22

7. Analisis Data

Coupling Ac

a). Pada tahanan 2 kΩ

1) Vin = TG x Volt/Div

= 2,8 x 0,5 volt

= 1,4 Vpp

2) Vout= TG x Volt/Div

= 2,8 x 1 Volt

= 2,8 Vpp

3) F== . = = 1000 Hz = 1kHz

4) Gate Av= = ,, = 2b).Pada tahanan 5,6 kΩ

1) Vin = TG x Volt/Div

= 3,8 x 0,5 volt

= 1,9 Vpp

2) Vout= TG x Volt/Div

= 3,8 x 1 Volt

= 3,8 Vpp

Laporan Praktikum II 34

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

3) F== . = = 1000 Hz = 1kHz

4).Gate Av= = ,, = 2 Coupling DC

a).Pada tahanan 2kΩ

1) Vin = TG x Volt/Div

= 2,8 x 0,5 volt

= 1,4 Vpp

2) Vout= TG x Volt/Div

= 2,8 x 1 Volt

= 2,8 Vpp

3) F== . = = 1000 Hz = 1kHz

4) Gate Av= = ,, = 2b).Pada tahanan 5,6 kΩ

1) Vin = TG x Volt/Div

= 3,8 x 0,5 volt

= 1,9 Vpp

2) Vout= TG x Volt/Div

= 3,8 x 1 Volt

= 3,8 Vpp

Laporan Praktikum II 35

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

3) F== . = = 1000 Hz = 1kHz

4) Gate Av= = ,, = 2

8. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas secara jelas kita dapat mengetahui bahwa

transistor adalah komponen yang sangat diperlukan dari sebuah perangkat

elektronika, sedangkan elektronika sendiri tidak dapat dipisahkandari kehidupan

sehari-hari.

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,

sebagai sirkuit, pemutus, penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi

sinyal dan lain sebagainya.

Laporan Praktikum II 36

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

C.Transistor Sebagai Saklar

1. Tujuan

Menunjukan implementasi dari daerah cut-off dan daerah saturation

transistor sebagai sakelar elektronik.

2. Teori Dasar

a). Output TTL (Transistor-Transistor Logic)

Dalam elektronika, TTL berbasis pada penggunaan transistor, yang mana

sebuah transistor dapat dapat dipekerjakan dalam 3 kondisi, yaitu :

1).Kondisi Aktif

Kondisi Aktif adalah kondisi transistor yang dipekerjakan pada daerah

linier, dan biasanya digunakan sebagai penguat (amplifier) gelombang, baik itu

gelombang audio, maupun gelombang radio. Sinyal masukan yang lemah akan

diperkuat oleh transistor yang berfungsi sebagai penguat dan hasilnya akan

diumpankan kepada tingkat penguat berikutnya atau disalurkan ke saluran

transmisi.

2).Kondisi Cut-Off

Kondisi Cut-Off, adalah kondisi transistor yang dipekerjakan sebagai

saklar, dimana pada kondisi cut-off, tidak ada arus yang mengalir, atau arusnya

sangat kecil sekali mengalirnya baik melalui kolektormaupunmelalui emiter.

Karena tidak ada arus yang mengalir atau kecil sekali, maka seolah-olah kondisi

transistor dalam keadaan sebuah saklar atau switch yang “terputus” atau (OFF).

Laporan Praktikum II 37

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

3).Kondisi Saturasi (jenuh)

Kondisi Saturasi (jenuh), adalah kondisi transistor yang dipekerjakan

sebagai SWITCH atau saklar, dimana pada kondisi saturasi ini arus yang

mengalir melalui kolektor dan emiter dalam keadaan yang sebesar-besarnya,

sehingga dalam keadan ini transistor seolah-olah merupakan sebuah saklar atau

switch yang tertutup (ON).

b).Transistor sebagai Saklar (switch)

Untuk dapat meggunakan transistor sebagai saklar (switch) digital maka

transistor harus dipekerjakan pada daerah Saturasi dan Cut-Off secara

bergantian. Daerah saturasi untuk mendapatkan logic-LOW dan daerah cut-off

untuk mendapatkan logic-HIGH, atau sebaliknya daerah cut-off untuk

mendapatkan logic-LOW dan daerah Saturasi untuk mendapatkan logic-HIGH

bergantung pada konfigurasi rangkaian transistor yang digunakan.

Ada 2 jenis konfigurasi yang digunakan untuk switch pada transistor yaitu :

a. Common Emitter : 1. Logic HIGH, kondisi cut-off.

2. Logic LOW, kondisi saturasi.

b. Common collector : 1. Logic HIGH, kondisi saturasi.

2. Logic LOW, kondisi cut-off.

c).Tegangan TTL-Level

Pada umumnya level tegangan yang digunakan untuk operasional

sebuah komputer mikro seperti IBM-PC adalah TLL-Level, dimana TTL-Level

dimiliki 2 level tegangan logic, yaitu : 1. Logic HIGH = + 5 V dan 2. Logic LOW =

0 V sehingga baik sinyal data maupun sinyal sinyal kontrol lainya dalam

Laporan Praktikum II 38

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

komputer mikro biasanya menggunakan TTL-Level ini sebagai tegangan Logic

operasionalnya.

d).Foto Transistor

Foto transistor merupakan jenis transducer foto yang dapat merubah

besarnya arus listrik jika pada permukaan sensor dari foto transistor tersebut

disinari cahaya, akibat adanya kuantitas cahaya inilah yang akan merubah arus

listrik yang akan lewat bagian kolektor dan emiter foto transistor tersebut,

kemudian arus listrik yang berubah inilah yang dimanfaatkan untuk mengetahui

keadaan dari variabel yang akan diukur.

Aplikasi dari foto transistor banyak ditemukan pada peralatan-peralatan

otomatis yang cara kerjanya dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang jatuh ke

permukaan sensornya. Untuk selanjutnya peralatan otomatis peka cahaya tadi

dapat dimanfaatkan sebagai alat sekuriti atau alat pengendali peka cahaya

lainnya.

Berikut ini adalah salah satu bentuk rangkaian aplikasi foto transistor

sebagai penggerak relay.

Gambar 2.20 Foto transistor sebagai detektor penggerak RLOAD (relay)

Laporan Praktikum II 39

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

e). Karakteristik Foto Transistor

Gambar 2.21 Karakteristik foto transistor

Keterangan:

Gambar 2.21 di atas merupakan Family - Curve atau kumpulan kurva

yang menyatakan hubungan arus Kolektor dan tegangan Kolektor-Emiter dari

foto transistor tertentu. Terlihat bahwa semakin tinggi intensitas cahaya (L)

dengan jarak 1 cm dari sumber, arus Kolektor IC akan meningkat pada setiap

nilai intensitas tertentu. Contoh : Untuk suatu nilai VCE tertentu, jika nilai L

bertambah besar, maka arus kolektor juga akan meningkat tinggi. Hal ini

menunjukkan tingkat sensitivitas foto transistor akan semakin meningkat jika

intensitas cahaya yang jatuh ke permukaan semakin tinggi (semakin besar dan

terang).

Laporan Praktikum II 40

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

3. Alat dan Bahan yang digunakan

a) Modul percobaan

b) Catu daya

c) Kabel penghubung ( Jumper )

d) Kabel penjepit komponen

4. Gambar Rangkaian Percobaan

Gambar 2.22 Rangkaian untuk percobaan transistor sebagai saklar

5. Prosedur Percobaan

a) Membuat rangkaian seperti pada gambar di atas.

b) Menagaktifkan rangkaian pada tegangan VIN sebesar 0 volt. Kemudian ukur

tegangan VRB, VBE, VCE,Ic,dan IB lalu lengkapi tabel.

R1

120Ω

R2

120Ω

LED1

VCC

12V

VinQ1

2N3904

vout

Laporan Praktikum II 41

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

c) Menagaktifkan rangkaian pada tegangan VIN sebesar 5 volt. Kemudian ukur

tegangan VRB, VBE, VCE,Ic,dan IB lalu lengkapi tabel.

d) Setelah melakukan langkah-langkah diatas, selanjutnya mengganti transistor

dengan transistor lainnya.(sesuai petunjuk asisten)

6. Data Hasil Pengamatan

Tabel 2.3 Data hasil pengamatan percobaan transistor sebagai saklar

Typetransistor

VIN(Volt)

VRB(Volt)

VBE(Volt)

VCE(Volt) IC IB kondisi

LED

2N3904 0 0 -3,5 11,91 0 mA 0 mA P5 4,02 0,9 0,20 97,4mA 33,4mA N

7. Analisis Percobaan

a) Transistor jenis 2N3904 (NPN)

Dik : VCC = 12 V

VIN=VBB= O V

RB = 120 Ω

RC = 120 Ω

VBE = 0,7 V (transistor silikon)

Dit: IC…….?

IB…….?

VRB…?

VCE…?

Penye:

1) VIN = 0 Volt

IC =

= , = 0 Ma

Laporan Praktikum II 42

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

IB =

= ,,= -5,8 Ma

VRB = IB.RB

= -5,8 . 0,12

= - O,696 V

VCE = VCC – (IC.RC)

= 12 – (0.0,12)

= 12 V

b) Transistor jenis 2N3904 (NPN)

Dik : VCC = 12 V

VIN=VBB = 5 V

RB = 120 Ω

RC = 120 Ω

VBE = 0,7 V (transistor silikon)

Dit: IC…….?

IB…….?

VRB…?

VCE…?

1).VIN = 5 Volt

IC=

= , = 100 mA

IB =

Laporan Praktikum II 43

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

= ,,= 35,83 mA

VRB = IB.RB

= 35,83 . 0,12

= 4,29 V

VCE = VCC – (IC.RC)

= 12 – (100.0,12)

= 12 – 12

= 0 V

Tabel 2.4 perbandingan secara praktek dengan teori

secara Praktek

Typetransistor

VIN(Volt)

VRB(Volt)

VBE(Volt)

VCE(Volt) IC IB kondisi

LED

2N3904 0 0 -3,5 11,91 0 mA 0 mA P5 4,02 0,9 0,20 97,4mA 33,4mA N

secara teori

Typetransistor

VIN(Volt)

VRB(Volt)

VBE(Volt)

VCE(Volt) IC IB kondisi

LED

2N3904 0 -0,696 0,7 12 0 -5,8 P5 4,29 0,7 0 100 35,83 N

Laporan Praktikum II 44

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

8. Kesimpulan

a) Kondisi Cut-Off, adalah kondisi transistor yang dipekerjakan sebagai saklar,

dimana pada kondisi cut-off, tidak ada arus yang mengalir, atau arusnya

sangat kecil sekali mengalirnya baik melalui kolektormaupunmelalui emiter.

Karena tidak ada arus yang mengalir atau kecil sekali, maka seolah-olah

kondisi transistor dalam keadaan sebuah saklar atau switch yang “terputus”

atau (OFF).

b) Kondisi Saturasi (jenuh), adalah kondisi transistor yang dipekerjakan sebagai

SWITCH atau saklar, dimana pada kondisi saturasi ini arus yang mengalir

melalui kolektor dan emiter dalam keadaan yang sebesar-besarnya, sehingga

dalam keadan ini transistor seolah-olah merupakan sebuah saklar atau switch

yang tertutup (ON).

c) Lampu led padam pada saat colector dan emitornya tidak terhubung atau

saklar dalam keadaan terbuka (switch Off), sedangkan

d) Lampu led menyala pada saat colector dan emitor terhubung atau saklar

dalam keadaan terhubung (switch On).

e) Transistor dapat berfungsi sebagai saklar, dan hal itu dapat dibuktikan pada

saat percobaan.

f) Untuk menjadi sebuah saklar, transistor harus dikondisikan dalam keadaan

jenuh (on) dengan Vce mendekati 0 volt dan juga dapat dikondisikan dalam

keadaan off dengan Vce mendekati Vcc.

Laporan Praktikum II 45

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

D. Gerbang Logika

1 . Tujuan

a) Mengenal berbagai jenis gerbang dasar logika

b) Memahami dasar operasi untuk gerbang AND, OR dan NOT

c) Memahami struktur internal dari beberapa IC Logika

2 .Teori Dasar

Gerbang (gate) logika adalah suatu rangkaian digital yang mempunyai

satu atau lebih input dan hanya mempunyai satu output (Malvino, 1983,

hal:23). Output gerbang logika ini tergantung sinyal yang diberikan pada input-

nya. Hal ini dapat kita lihat pada persamaan aljabar Boole dan tabel kebenaran

yang dimiliki oleh setiap gerbang logika. Aljabar Boole juga memberikan

persamaan untuk setiap gerbang serta memberi simbol untuk operasi gerbang

tersebut. Suatu rangkaian digital dapat dibangun dari sejumlah gerbang logika.

Dari persamaan untuk setiap gerbang dan tabel kebenaran tiap gerbang logika,

maka dengan menggabungkan beberapa gerbang ini akan didapat operasi logika

sesuai dengan keinginan dan tujuan yang diharapkan sehingga terbentuklah

suatu rangkaian digital yang akan membangun sistem yang diinginkan. Adapun

gerbang logika dasar adalah NOT, AND dan OR. Sedangkan gerbang NAND,

NOR, XOR, XNOR merupakan gerbang yang dibentuk dari gabungan beberapa

gerbang dasar.

a). Gerbang NOT

Gerbang NOT disebut juga inverter, gerbang ini hanya mempunyai satu

input dan satu output. Persamaan logika aljabar Boole untuk output gerbang

NOT adalah AY =. Jadi output gerbang NOT selalu merupakan kebalikan dari

Laporan Praktikum II 46

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

input-nya. Jika input diberikan logika tinggi maka pada output akan dihasilkan

logika rendah, dan pada saat input diberikan logika rendah maka pada output

akan dihasilkan logika tinggi (Tokheim, 1995). Simbol gerbang NOT

diperlihatkan pada Gambar 2.5dan tabel kebenaran gerbang NOT diperlihatkan

pada Tabel 2.5.

(a). Simbol (b). Persamaan Logika

Gambar 2.23 Gerbang NOT

Gambar 2.24 IC TTL 74LS04

Tabel 2.5 Tabel kebenaran gerbang NOT

Dengan menggabungkan dua buah inverter, akan diperoleh suatu

penguatan non inverting (tak membalik). Operasi penguat ini akan selalu sama

antara input dan output, dimana jika input berlogika tinggi maka output juga

berlogika tinggi dan jika input berlogika rendah maka output juga berlogika

Laporan Praktikum II 47

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

rendah. Jadi tegangan masukan selalu sama dengan tegangan keluaran.

Penggunaaan utama dari penguat tak membalik ini adalah sebagai buffer

(penyangga/memberikan isolasi) antara dua rangkaian (Tokheim, 1995, hal:35).

Diagram rangkaian inverter ganda ini diperlihatkan pada Gambar 2.25, dan

tabel kebenarannya diperlihatkan pada Tabel 2.6.

Gambar 2.25 Inverter Ganda

Tabel 2.6 Tabel kebenaran inverter ganda

b). Gerbang AND

Gerbang AND adalah gerbang logika yang terdiri dari dua atau lebih input

dan hanya memiliki satu output. Output gerbang AND akan tinggi hanya jika

semua input tinggi, dan jika salah satu atau lebih input berlogika rendah maka

output akan rendah. Persamaan logika aljabar Boole gerbang AND adalah

Y=A.B. Pada Aljabar Boole operasi gerbang AND diberi tanda ”kali” atau tanda

”titik” (Malvino, 1983). Simbol gerbang AND ditunjukkan pada Gambar 2.26.

Tabel kebenaran diperlihatkan pada Tabel 2.7.

(a). Simbol (b). Persamaan Logika

Gambar 2.26 Gerbang AND

Laporan Praktikum II 48

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.27 IC TTL 74LS08

Tabel 2.7 Tabel kebenaran gerbang AND

c). Gerbang OR

Gerbang OR adalah gerbang logika dasar yang mempunyai dua atau

lebih input dan hanya memiliki satu output. Output gerbang OR akan berlogika

tinggi apabila salah satu atau lebih input ada yang berlogika tinggi, dan output

akan berlogika rendah hanya pada saat seluruh input berlogika rendah.

Persamaan logika aljabar Boole untuk output gerbang OR adalah Y=A+B. Pada

aljabar Boole operasi gerbang OR diberi tanda ”tambah” (Malvino, 1983).

Simbol gerbang OR ini ditunjukkan pada Gambar 2.28 dan tabel kebenaran

gerbang OR diperlihatkan Tabel 2.8.

(a). Simbol (b). Persamaan Logika

Gambar 2.28 Gerbang OR

Laporan Praktikum II 49

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.29 IC TTL 74LS32

Tabel 2.8 Tabel kebenaran gerbang OR

d). Gerbang NAND

Gerbang NAND merupakan gabungan dari gerbang AND dan NOT.

Output gerbang NAND selalu merupakan kebalikan dari output gerbang AND

untuk input yang sama. Jadi output akan berlogika tinggi jika salah satu atau

lebih input-nya berlogika rendah, dan output akan berlogika rendah hanya pada

saat semua input-nya berlogika tinggi. Persamaan logika aljabar Boole untuk

output gerbang NAND adalah A . B = Y (Tokheim, 1995). Simbol gerbang

NAND ini ditunjukkan pada Gambar 2.30 Tabel kebenaran gerbang NAND

diperlihatkan pada Tabel 2.9

(a). Simbol (b). Persamaan Logika

Gambar 2.30 Gerbang NAND

Laporan Praktikum II 50

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.31 IC TTL 74LS00

Tabel 2.9 Tabel kebenaran gerbang NAND

e). Gerbang NOR

Gerbang NOR merupakan gabungan dari gerbang OR dan NOT. Output

gerbang NOR selalu merupakan kebalikan dari output gerbang OR untuk input

yang sama. Jadi output akan berlogika rendah jika salah satu atau lebih input-

nya berlogika tinggi, dan output akan berlogika tinggi hanya pada saat semua

input berlogika rendah. Persamaan logika aljabar Boole untuk output gerbang

NOR adalah A + B= Y (Tokheim, 1995). Simbol gerbang NOR ini diperlihatkan

pada Gambar 2.32 dan tabel kebenaran diperlihatkan pada Tabel 2.10.

(a). Simbol (b). Persamaan Logika

Gambar 2.32 Gerbang NOR

Laporan Praktikum II 51

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.33 IC TTL 74LS02

Tabel 2.10 Tabel kebenaran gerbang NOR

f). Gerbang XOR

Simbol dari gerbang Eksklusif OR (XOR) dengan 2 variabel input dan

satu buah output diperlihatkan pada Gambar 2.34. Tabel kebenarannya dapat

dilihat pada Tabel 2.11. Dari tabel kebenaran XOR, dapat dilihat bahwa output

pada logik 1 jika salah satu input pada keadaan logik 0 atau logik 1, sedangkan

output pada keadaan logik 0 apabila kedua logika input sama. (Tokheim, 1995).

Persamaan logika aljabar Boole untuk output gerbang XOR adalah

.

(a). Simbol (b). Persamaan Logika

Gambar 2.34 Gerbang XOR

Laporan Praktikum II 52

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.35 IC TTL 74LS386

Tabel 2.11 Tabel kebenaran gerbang XOR

g). Gerbang XNOR

Simbol dari gerbang Eksklusif NOR (XNOR) dengan 2 variabel input dan

satu buah output diperlihatkan pada Gambar 2.36. Tabel kebenaran gerbang

XNOR diperlihatkan pada Tabel 2.12. Dari tabel kebenaran, dapat dilihat bahwa

output pada keadaan logik 1 apabila input yang diberikan pada logik yang sama

seperti A = 1 dan B = 1 atau input A = 0 dan B = 0. Sedangkan output pada logik

0 jika input yang diberikan berlawanan. Persamaan logika aljabar Boole untuk

output gerbang XOR adalah (Tokheim, 1995).

(a). Simbol (b). Persamaan Logika

Gambar 2.36 Gerbang XNOR

Laporan Praktikum II 53

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Gambar 2.37 IC D22 9014

Tabel 2.12 Tabel kebenaran gerbang XNOR

3 . Alat dan Bahan yang digunakan

a) Breadboard / Digital Trainer

b) IC TTL 74LS04, 74LS08, 74LS32, 74LS00, 74LS02 dan 74LS386

c) Jumper ( kabel penghubung)

Laporan Praktikum II 54

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

4 . Gambar rangkain percobaan

a) Rangkaian percobaan pertama gerbang NOT

Gambar 2.38 Rangkaian percobaan pertama gerbang NOT

b) Rangkaian percobaan kedua gerbang AND

Gambar 2.39 Rangkaian percobaan kedua gerbang AND

J1A

Key = A

R11kΩ

VCC5V

LED1

U1A

74LS04D

J1A

Key = A

J2A

Key = B

R11kΩ

R21kΩ

U1A

74LS08D

VCC5V

LED1

Laporan Praktikum II 55

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

c) Rangkaian percobaan ketiga gerbang OR

Gambar 2.40 Rangkaian percobaan ketiga gerbang OR

d) Rangkaian percobaan keempat gerbang NAND

Gambar 2.41 Rangkaian percobaan pertama gerbang NAND

U1A

74LS32D

VCC5V

S1

Key = AS2

Key = B

R11kΩ

R21kΩ

X1LED

J1A

Key = A

J2A

Key = B

R11kΩ

R21kΩ

VCC5V

LED1

U2A

74LS00D

Laporan Praktikum II 56

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

e) Rangkaian Percobaan kelima gerbang NOR

Gambar 2.42 Rangkaian percobaan kelima gerbang NOR

f) Rangkaian percobaan keenam gerbang X-OR

Gambar 2.43 Rangkaian percobaan keenam gerbang x-OR

5 . prosedur percobaan

a) Percobaan pertama

1) Memasang IC 7404 ( SN74LS04 ) pada Breadboard, ( siapkan datasheet

sebagai referensi untuk mengetahui konfigurasi pin IC TTL 74LS04 ).

2) MengMenghubungkan pin 14 dengan tegangan +5 v dan pin 7 dengan

ground;

J1A

Key = A

J2A

Key = B

R11kΩ

R21kΩ

VCC5V

LED1

U1A

74LS02D

J1A

Key = A

J2A

Key = B

R11kΩ

R21kΩ

VCC5V

LED1

U1A

74LS386D

Laporan Praktikum II 57

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

3) Menyusun rangkaian seperti gambar rangkaian percobaan ketiga diatas

4) Meminta kepada asisten untuk memeriksa rangkaian yang telah disusun.

Jika rangkaian sudah benar, hidupkan catu daya ;

5) Mengamati apakah lampu LED menyala atau mati. Jika lampu LED

menyala isikan 1 dan jika mati isikan 0 pada table berikut :

Tabel 2.13 Tempat pengisian hasil pengamatan percobaan ketiga gerbang

NOT

Key A Lampu LEDOff …………….On …………….

6) Mengubah nilai sinyal masukan sesuai dengan tabel diatas tuliskan kondisi

lampu LED.

b) Percobaan kedua

1) Memasang IC 7408 ( SN74LS08 ) pada Breadboard, ( siapkan datasheet

sebagai referensi untuk mengetahui konfigurasi pin IC TTL 74LS08 ).

2) Menghubungkan pin 14 dengan tegangan +5 v dan pin 7 dengan ground;

3) Menyusunrangkaian seperti gambar rangkaian percobaan pertama diatas.

4) Meminta kepada asisten untuk memeriksa rangkaian yang telah disusun.

Jika rangkaian sudah benar, hidupkan catu daya ;

5) Mengamati apakah lampu LED menyala atau mati. Jika lampu LED

menyala isikan 1 dan jika mati isikan 0 pada table berikut :

Tabel 2.14 Tempat pengisian hasil percobaan pertama gerbang AND

Key A Key B Lampu LEDOff Off ……..Off On ……..On Off ……..On On ……..

Laporan Praktikum II 58

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

6) Mengubahnilai sinyal masukan sesuai dengan tabel diatas tuliskan kondisi

lampu LED.

c) Percobaan ketiga

1) Memasang IC 7432 ( SN74LS32 ) pada Breadboard, ( siapkan datasheet

sebagai referensi untuk mengetahui konfigurasi pin IC TTL 74LS32 ).

2) Menghubungkan pin 14 dengan tegangan +5 v dan pin 7 dengan ground;

3) Menyusunrangkaian seperti gambar rangkaian percobaan kedua diatas

4) Meminta kepada asisten untuk memeriksa rangkaian yang telah disusun.

Jika rangkaian sudah benar, hidupkan catu daya ;

5) Mengamati apakah lampu LED menyala atau mati. Jika lampu LED

menyala isikan 1 dan jika mati isikan 0 pada table berikut :

Tabel 2.15 Tempat pengisian hasil pengamatan percobaan kedua

gerbang OR

Key A Key B Lampu LEDOff Off ……..Off On ……..On Off ……..On On ……..

6) Mengubahnilai sinyal masukan sesuai dengan tabel diatas tuliskan kondisi

lampu LED.

d) Percobaan keempat

1) Memasang IC 7400 ( SN74LS00 ) pada Breadboard, ( siapkan datasheet

sebagai referensi untuk mengetahui konfigurasi pin IC TTL 74LS00 ).

2) Menghubungkan pin 14 dengan tegangan +5 v dan pin 7 dengan ground;

Laporan Praktikum II 59

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

3) Menyusun rangkaian seperti gambar rangkaian percobaan keempat diatas

4) Meminta kepada asisten untuk memeriksa rangkaian yang telah disusun.

Jika rangkaian sudah benar, hidupkan catu daya ;

5) Mengamati apakah lampu LED menyala atau mati. Jika lampu LED

menyala isikan 1 dan jika mati isikan 0 pada table berikut :

Tabel 2.16 Tempat pengisian hasil pengamatan percobaan keempat

gerbang NAND

Key A Key B Lampu LEDOff Off ……..Off On ……..On Off ……..On On ……..

6) Mengubah nilai sinyal masukan sesuai dengan tabel diatas tuliskan kondisi

lampu LED.

e) Percobaan kelima

1) Memasang IC 7402 ( SN74LS02 ) pada Breadboard, ( siapkan datasheet

sebagai referensi untuk mengetahui konfigurasi pin IC TTL 74LS02 ).

2) Menghubungkan pin 14 dengan tegangan +5 v dan pin 7 dengan ground;

3) Menyusun rangkaian seperti gambar rangkaian percobaan kelima diatas

4) Meminta kepada asisten untuk memeriksa rangkaian yang telah disusun.

Jika rangkaian sudah benar, hidupkan catu daya ;

5) Mengamati apakah lampu LED menyala atau mati. Jika lampu LED

menyala isikan 1 dan jika mati isikan 0 pada table berikut :

Laporan Praktikum II 60

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Tabel 2.17 Tempat pengisian hasil pengamatan percobaan kelima

gerbang NOR

Key A Key B Lampu LEDOff Off ……..Off On ……..On Off ……..On On ……..

6) Mengubahnilai sinyal masukan sesuai dengan tabel diatas tuliskan

kondisi lampu LED.

f) Percobaan keenam

1) Memasang IC 7408 ( SN74LS08 ) pada Breadboard, ( siapkan datasheet

sebagai referensi untuk mengetahui konfigurasi pin IC TTL 74LS08 ).

2) Menghubungkan pin 14 dengan tegangan +5 v dan pin 7 dengan ground;

3) Menyusun rangkaian seperti gambar rangkaian percobaan keenam diatas.

4) Meminta kepada asisten untuk memeriksa rangkaian yang telah disusun.

Jika rangkaian sudah benar, hidupkan catu daya ;

5) Mengamati apakah lampu LED menyala atau mati. Jika lampu LED

menyala isikan 1 dan jika mati isikan 0 pada table berikut :

Tabel 2.18 Tempat pengisian hasil pengamatan percobaan keenam

gerbang X-OR

Key A Key B Lampu LEDOff Off ……..Off On ……..On Off ……..On On ……..

6) Mengubah nilai sinyal masukan sesuai dengan tabel diatas tuliskan kondisi

lampu LED.

Laporan Praktikum II 61

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

6 . Data Hasil Pengamatan

a) Hasil pengamatan percobaan pertama gerbang NOT

Tabel 2.19 Hasil pengamatan percobaan pertama gerbang NOT

Key A Lampu LEDOff nyalaOn Padam

b) Hasil pengamatan percobaan kedua gerbang AND

Tabel 2.20 Hasil pengamatan percobaan kedua gerbang AND

Key A Key B Lampu LEDOff Off PadamOff On PadamOn Off PadamOn On Nyala

c) Hasil pengamatan percobaan kedua gerbang OR

Tabel 2.21 Hasil pengamatan percobaan ketiga gerbang OR

Key A Key B Lampu LEDOff Off PadamOff On NyalaOn Off NyalaOn On Nyala

d) Hasil pengamatan percobaan keempat gerbang NAND

Tabel 2.22 Hasil pengamatan percobaan keempat gerbang NAND

Key A Key B Lampu LEDOff Off NyalaOff On NyalaOn Off NyalaOn On Padam

Laporan Praktikum II 62

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

e) Hasil pengamatan percobaan kelima gerbang NOR

Tabel 2.23 Hasil pengamatan percobaan keempat gerbang NOR

Key A Key B Lampu LEDOff Off NyalaOff On PadamOn Off PadamOn On Padam

f) Hasil pengamatan percobaan keenam gerbang X-OR

Tabel 2.24 Hasil pengamatan percobaan keempat gerbang NOR

Key A Key B Lampu LEDOff Off PadamOff On NyalaOn Off NyalaOn On Nyala

7 . Analisis Percobaan

a) Percobaan pertama

Menggunakan jenis IC 7404 (SN74LS04)

Gerbang NOT

Tabel.2.25 Analisa data teori gerbang NOT

Gambar 2.44 Gerbang NOT

A Y

0 1

1 0

Laporan Praktikum II 63

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

b) Percobaan kedua

Menggunakan jenis IC 7408 (SN74LS08)

Gerbang AND

Gambar 2.45. Gerbang AND

Tabel 2.26 Analisa data teori gerbang AND

c) Percobaan ketiga

Menggunakan jenis IC 7432 (SN74LS32)

Gerbang OR

Tabel 2.27. Analisa data teori gerbang OR

Gambar 2.46 Gerbang OR

A B Y

0 0 00 1 01 0 01 1 1

A B Y

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

Laporan Praktikum II 63

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

b) Percobaan kedua

Menggunakan jenis IC 7408 (SN74LS08)

Gerbang AND

Gambar 2.45. Gerbang AND

Tabel 2.26 Analisa data teori gerbang AND

c) Percobaan ketiga

Menggunakan jenis IC 7432 (SN74LS32)

Gerbang OR

Tabel 2.27. Analisa data teori gerbang OR

Gambar 2.46 Gerbang OR

A B Y

0 0 00 1 01 0 01 1 1

A B Y

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

Laporan Praktikum II 63

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

b) Percobaan kedua

Menggunakan jenis IC 7408 (SN74LS08)

Gerbang AND

Gambar 2.45. Gerbang AND

Tabel 2.26 Analisa data teori gerbang AND

c) Percobaan ketiga

Menggunakan jenis IC 7432 (SN74LS32)

Gerbang OR

Tabel 2.27. Analisa data teori gerbang OR

Gambar 2.46 Gerbang OR

A B Y

0 0 00 1 01 0 01 1 1

A B Y

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

Laporan Praktikum II 64

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

d) Percobaan Keempat

Menggunakan jenis IC 7400 (SN74LS00)

Gerbang NAND

Tabe 2.28 Analisa data teori gerbang NAND

Gambar 2.47 Gerbang NAND

e) Percobaan Kelima

Menggunakan jenis IC 7402 (SN74LS02)

Gerbang NOR

Tabel 2.29 Analisa data teori gerbang NOR

Gambar 2.48 Gerbang NOR

A B Y0 0 1

0 1 1

1 0 1

1 1 0

A B Y

0 0 1

0 1 0

1 0 0

1 1 0

Laporan Praktikum II 64

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

d) Percobaan Keempat

Menggunakan jenis IC 7400 (SN74LS00)

Gerbang NAND

Tabe 2.28 Analisa data teori gerbang NAND

Gambar 2.47 Gerbang NAND

e) Percobaan Kelima

Menggunakan jenis IC 7402 (SN74LS02)

Gerbang NOR

Tabel 2.29 Analisa data teori gerbang NOR

Gambar 2.48 Gerbang NOR

A B Y0 0 1

0 1 1

1 0 1

1 1 0

A B Y

0 0 1

0 1 0

1 0 0

1 1 0

Laporan Praktikum II 64

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

d) Percobaan Keempat

Menggunakan jenis IC 7400 (SN74LS00)

Gerbang NAND

Tabe 2.28 Analisa data teori gerbang NAND

Gambar 2.47 Gerbang NAND

e) Percobaan Kelima

Menggunakan jenis IC 7402 (SN74LS02)

Gerbang NOR

Tabel 2.29 Analisa data teori gerbang NOR

Gambar 2.48 Gerbang NOR

A B Y0 0 1

0 1 1

1 0 1

1 1 0

A B Y

0 0 1

0 1 0

1 0 0

1 1 0

Laporan Praktikum II 65

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

f) Percobaan Keenam

Menggunakan jenis IC 74386 (SN74LS386)

Gerbang X-OR

Tabel 2.30 Analisa data teori gerbang X-OR

Gambar 2.49 Gerbang X-OR

8 . Kesimpulan

a) Gerbang NOT, sebagai gerbang inverter atau pembalik, keluaran gerbang

NOT adalah kebalikan inputnya.

b) Gerbang AND, keluaran 1 jika dan hanya jika semua masukkan 1 selain

kondisi tersebut maka keluarannya 0.

c) Gerbang OR, keluaran 0 jika dan hanya jika semua masukkan 0 selain kondisi

tersebut maka keluarannya 1.dan apabila ada salah satu inputx atau semuax

berlogika 1 maka keluaranx 1 (high).

d) Gerbang NAND, keluaran dari gerbang AND kemudian di inverterkan sebagai

hasilnya adalah kebalikan dari keluaran AND.

e) Gerbang NOR, keluaran dari gerbang OR kemudian di inverterkan sebagai

hasilnya adalah kebalikan dari keluaran OR.

f) Gerbang X-OR, jika masukan logika sama-sama high atau low maka keluaran

tetap low/nol. Jika input tidak sama masukkan maka keluaran high/ satu.

A B Y

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 0

Laporan Praktikum II 65

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

f) Percobaan Keenam

Menggunakan jenis IC 74386 (SN74LS386)

Gerbang X-OR

Tabel 2.30 Analisa data teori gerbang X-OR

Gambar 2.49 Gerbang X-OR

8 . Kesimpulan

a) Gerbang NOT, sebagai gerbang inverter atau pembalik, keluaran gerbang

NOT adalah kebalikan inputnya.

b) Gerbang AND, keluaran 1 jika dan hanya jika semua masukkan 1 selain

kondisi tersebut maka keluarannya 0.

c) Gerbang OR, keluaran 0 jika dan hanya jika semua masukkan 0 selain kondisi

tersebut maka keluarannya 1.dan apabila ada salah satu inputx atau semuax

berlogika 1 maka keluaranx 1 (high).

d) Gerbang NAND, keluaran dari gerbang AND kemudian di inverterkan sebagai

hasilnya adalah kebalikan dari keluaran AND.

e) Gerbang NOR, keluaran dari gerbang OR kemudian di inverterkan sebagai

hasilnya adalah kebalikan dari keluaran OR.

f) Gerbang X-OR, jika masukan logika sama-sama high atau low maka keluaran

tetap low/nol. Jika input tidak sama masukkan maka keluaran high/ satu.

A B Y

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 0

Laporan Praktikum II 65

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

f) Percobaan Keenam

Menggunakan jenis IC 74386 (SN74LS386)

Gerbang X-OR

Tabel 2.30 Analisa data teori gerbang X-OR

Gambar 2.49 Gerbang X-OR

8 . Kesimpulan

a) Gerbang NOT, sebagai gerbang inverter atau pembalik, keluaran gerbang

NOT adalah kebalikan inputnya.

b) Gerbang AND, keluaran 1 jika dan hanya jika semua masukkan 1 selain

kondisi tersebut maka keluarannya 0.

c) Gerbang OR, keluaran 0 jika dan hanya jika semua masukkan 0 selain kondisi

tersebut maka keluarannya 1.dan apabila ada salah satu inputx atau semuax

berlogika 1 maka keluaranx 1 (high).

d) Gerbang NAND, keluaran dari gerbang AND kemudian di inverterkan sebagai

hasilnya adalah kebalikan dari keluaran AND.

e) Gerbang NOR, keluaran dari gerbang OR kemudian di inverterkan sebagai

hasilnya adalah kebalikan dari keluaran OR.

f) Gerbang X-OR, jika masukan logika sama-sama high atau low maka keluaran

tetap low/nol. Jika input tidak sama masukkan maka keluaran high/ satu.

A B Y

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 0

Laporan Praktikum II 66

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

E. ALJABAR BOOLE

1. Tujuan Percobaan

Mengetahui / membuktikan hukum-hukum persamaan boolean.

2. Teori Dasar

Aljabar Boole merupakan bagian dari matematika yang telah banyak

dipergunakan dalam rangkaian digital dan komputer.Setiap keluaran dari suatu

atau kombinasi beberapa buah gerbang dapat digunakan dalam suatu rangkaian

logika yang disebut ungkapan Boole.

Notasi-notasi Aljabar Boole sebagai berikut:

a. Fungsi NOT dinyatakan dengan notasi garis atas (over line) pada

masukannya. Sehingga gerbang NOT dengan masukan A dapat ditulis:

Y = A (NOT A)

b. Fungsi OR dinyatakan dengan symbol (+), sehingga gerbang OR dengan

masukan A dan B dapat ditulis:

Y = A + B atau Y = B + A

c. Fungsi AND dinyatakan dengan notasi titik (dot), sehingga gerbang AND

dinyatakan dengan:

Y = A . B atau Y = B . A

Sifat-sifat persamaan Boole dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Hukum komutatif

Hukum komutatif disebut juga hukum pertukaran, dimana variable masukan yang

dikaitkan dengan satu jenis jalinan dapat saling dipertukarkan pada operasi

perhitungan:

Laporan Praktikum II 67

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

1) Fungsi OR

2) Fungsi AND

Gambar 2 50. Hukum komutatif (a),(b)

b) Hukum Asosiatif

Hukum asosiatif biasa juga disebut hukum pengelompokan dimana pada

perjalinanyang sejenis tanda-tanda kurung dapat dihilangkan atau dibentuk

kelompok-kelompok baru dalam tanda kurung atau elemen-elemen yang ada

didalam kurung diperhitungkan.Hukum ini bermanfaat dalam pemecahan bentuk

jalinan rumit.

1) Fungsi OR

2) Fungsi AND

Gambar 2.51 Hukum asosiatif (a),(b)

A

B

A+BB

A

B+A

A

B

A.BB

A

B.A

A

B

A+B

C

(A+B)+CB

C

B+C

A

(B+C)+A

A

B

A.B

C

(A.B).C

A

B

C

B.C(B.C).A

Laporan Praktikum II 68

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

c) Hukum Distributif

Bila suatu operasi perhitungan terdapat salinan antara konjungsi maka berlaku

persamaan: A . (B + C) = (A . B + A . C)

Gambar 2.52. Hukum distributive

d) Hukum Identitas dan komplemen

Hukum ini mengandung pernyataan bahwa: A = A = A dst

1) Fungsi OR

2) Fungsi AND

Gambar 2.53.Hukum identitas (a),(b)

B

CB+C

AA.(B+C)

A

B

C

A.B+A.C

A

0

AA

A

AA

A

AA

0

A

A

0

0A

A

AA

1

AA

A

0

A + 0 = A A + A = A

A + 1 = 1 A + A = 1

A . 0 = 0A . A = A

A . 1 = A A . A = 0

Laporan Praktikum II 69

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Aljabar Boolean menyediakan operasi dan aturan untuk bekerja dengan

himpunan 0, 1. Akan dibahas 3 buah operasi :

• komplemen Boolean,

• penjumlahan Boolean , dan

• perkalian Boolean

Penjumlahan Boolean dituliskan dengan + atau OR, mempunyai aturan sbb :

1 + 1 = 1, 1 + 0 = 1, 0 + 1 = 1, 0 + 0 = 0

Sedangkan perkalian Boolean yang dituliskan dengan “⋅” atau AND, mempunyai

aturan sbb:

1 ⋅ 1 = 1, 1 ⋅ 0 = 0, 0 ⋅ 1 = 0, 0 ⋅ 0 = 0

Definisi.Misalkan B = 0, 1. Suatu variabel x disebut sebagai variabel

Boolean jika hanya memiliki nilai dari B. Fungsi dari Bn, yaitu himpunan (x

1, x

2, …,x

n) |

xi∈B,1 ≤ i ≤ n, disebut sebagai fungsi Boolean berderajat n.

Fungsi Boolean dapat dinyatakakan dengan ekspresi yang dibentuk dari

variabel dan operasi Boolean. Ekspresi Boolean dengan variabel x1, x

2, …,x

n

didefinisikan secara rekursif sebagai berikut:

• 0, 1, x1, x

2, …,x

nadalah ekspresi Boolean.

• Jika E1

dan E1

ekspresi Boolean, maka 1E, (E1⋅E

2), dan (E

1+ E

2) adalah

ekspresi Boolean.

Setiap ekspresi Boolean menyatakan fungsi Boolean.Nilai fungsi ini

diperoleh dengan menggantikan 0 dan 1 pada variabel di dalam ekspresi.Kita

bisa membuat ekspresi Boolean.

dalam variabel x, y, dan z dengan bangunan dasarnya 0, 1, x, y, dan z, dengan

aturan konstruksi:

Laporan Praktikum II 70

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Karena x dan y ekspresi Boolean, maka x⋅y juga ekspresi Boolean.

Karena z ekspresi Boolean, maka z juga ekspresi Boolean.

Karena xy dan zekspresi Boolean, maka x⋅y + z juga ekspresi Boolean.

e) Hukum De Morgan

Hukum-hukum De Morgan termasuk yang terpenting dalam aljabar Boole

1) Pengalih suatu fungsi AND yang terdiri dari elemen-elemen variabel yang

dibalikkan menjadi fungsi OR yang di balik.

Contoh : ∙ = +A.B = + + = A.B

2) Penyalinan suatu fungsi OR dari elemen-elemen variabel yang dibalikkan

(diinversi) menjadi fungsi AND yang dibalikkan

Contoh : + = : ∙ ∙ = + ∙ = A + B

Bukti :

Tabel 2.31. Pengalih fungsi AND

A B ∙ + + ∙1100

0011

0101

1010

1000

1110

0111

0001

Tabel 2.32. Penyalinan fungsi OR

A B A+B A.B + ∙1100

0011

0101

1010

1000

1110

0001

0111

Laporan Praktikum II 71

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Maka untuk melakukan pengubahan menggunakan Hukum De Morgan

berlaku asas :

1. Simbol penyalinan fungsi AND diubah menjadi fungsi NOR.

2. Simbol penyalinan menggunakan fungsi OR nerubah menjadi NAND.

3. Tiap-tiap suku dari dari ungkapan dibalik sendiri-sendiri.

3. Alat dan Bahan yang digunakan

a) Breadboard

b) IC TTL 74LS08 dan 74LS32

c) Jumper (kabel penghubung)

d) Switch On-Off(saklar)

e) Resistor 200Ω

f) LED

g) Catu Daya 5Volt

h) Modul percobaan

4. Gambar Rangkaian

a) Rangkaian Percobaan

1) Hukum Distributif

A.(B+C)

Gambar 2.54. Rankaian percobaan Hukum Distributif A.(B+C)

VCC5V

J1

Key = A

J2

Key = BJ3

Key = CLED1R1

1.0kΩR21.0kΩ

R31.0kΩ

U2A

74LS08DU1A

74LS32D

Laporan Praktikum II 72

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

(A.B)+(A.C)

Gambar 2.55. Rankaian percobaan Hukum Distributif (A.B)+(A.C)

2) Hukum De Morgan∙

Gambar 2.56. Rangkaian percobaan Hukum De Morgan ∙

VCC5V J1

Key = A

J2

Key = B

J3

Key = C

LED1

R11.0kΩ

R21.0kΩ

R31.0kΩ

U1A

74LS32D

U2A

74LS08D

U3A

74LS08D

VCC5V J1

Key = A

J2

Key = B

LED1

R11.0kΩ

R21.0kΩ

U5A

74LS08D

U2A

74LS04D

U1A

74LS04D

Laporan Praktikum II 73

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

+

Gambar 2.57.Rangkaian percobaan Hukum De Morgan +b) Gambar Rangkaian Diagram Kawat

1) Hukum distributif

A.(B+C)

Gambar 2.58. Diagram Kawat Hukum Distributif A.(B+C)

VCC5V J1

Key = A

J2

Key = B

LED1

R11.0kΩ

R21.0kΩ

U1A

74LS02D

U2

74LS32D

1A1B1Y2A2B2YGND 3Y

3A3B4Y4A4BVCC

VCC5V

VCC5V

J3

Key = AJ4

Key = B

R1100Ω

R2100Ω

R3100Ω

R4100Ω

J5

Key = C

U1

74LS08D

1A1B1Y2A2B2YGND 3Y

3A3B4Y4A4BVCC

LED1

Laporan Praktikum II 74

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

(A.B)+(A.C)

Gambar 2.59. Diagram Kawat Hukum Distributif (A.B)+(A.C)

2). Hukum De Morgan

Gambar 2.60. Diagram Kawat Hukum De Morgan ∙

U2

74LS32D

1A1B1Y2A2B2YGND 3Y

3A3B4Y4A4BVCC

LED1

VCC5V VCC

5VJ3

Key = AJ4

Key = B

R1100Ω

R2100Ω

R3100Ω

R4100Ω

J5

Key = AJ1

Key = C

R5100Ω

U1

74LS08D

1A1B1Y2A2B2YGND 3Y

3A3B4Y4A4BVCC

LED1

VCC5V

VCC5V

J1

Key = AJ2

Key = B R1100ΩR2

100Ω

R3100Ω

U1

74LS04D

1A1Y2A2Y3A3YGND 4Y

4A5Y5A6Y6AVCC

U2

74LS08D

1A1B1Y2A2B2YGND 3Y

3A3B4Y4A4BVCC

Laporan Praktikum II 75

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

+

Gambar 2.61. Diagram Kawat Hukum De Morgan +5. Prosedur Percobaan

a) Membuat rangkaian seperti pada gambar di atas

b) Gunakan datasheet IC TTL 74LS32 dan 74LS08 untuk mengetahui konfigurasi

pin tiap IC gerbang yang digunakan.

c) Membuat tabel hasil pengamatan untuk mencatat data untuk setiap

percobaan.(Sesuai petunjuk Asisten).

LED1

VCC5V VCC

5VJ1

Key = AJ2

Key = B R1100ΩR2

100Ω

R3100Ω

U1

74LS02D

1A1B

1Y

2A2B

2Y

GND

3Y3B3A

4Y4B4A

VCC

Laporan Praktikum II 76

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

6. Data Hasil Pengamatan

a). Hukum Distributif

A .(B+C) = A.B+A.C

Tabel 2.33. Data Hasil Pengamatan Hukum Distributif

SK. A SK. B SK. C Kondisi LEDA .(B+C) A.B+A.C

Offoffoffoffonononon

Offoffononoffoffonon

offonoffonoffonoffon

padampadampadampadampadamnyalanyalanyala

padampadampadampadampadamnyalanyalanyala

Tabel 2.34. Hasil Perhitungan secara teori Hukum Distributif

A B C Kondisi LEDA.(B+C) (A.B)+(A.C)

00001111

00110011

01010101

00000111

00000111

Laporan Praktikum II 77

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

b). Hukum De Morgan∙ = +Tabel 2.35. Data Hasil Pengamatan Hukum De Morgan

Sk. A Sk. BKondisi LED

A.B A+B

Offoffonon

Offonoffon

Nyalapadampadampadam

Nyalapadampadampadam

Tabel 2.36. hasil perhitungan secara teori hukum De Morgan

A B Y∙ A+B0011

0101

1000

1000

Laporan Praktikum II 78

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

7. Analisis Percobaan secara teori

a). Hukum Distributif

A . (B+C)

1) Jika A=0,B=0,dan C=0

Maka, Y=A. (B+C)

= 0. (0+0)

= 0.0 + 0.0

= 0 + 0

= 0

2) Jika A=0,B=0,dan C=1

Maka, Y =A. (B+C)

= 0. (0+1)

= 0.0 + 0.1

= 0 + 0

= 0

3) Jika A=0,B=1,dan C=0

Maka, Y =A. (B+C)

= 0. (1+0)

= 0.1 + 0.0

= 0 + 0 = 0

Laporan Praktikum II 79

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

4) Jika A=0,B=1,dan C=1

Maka, Y =A. (B+C)

= 0. (1+1)

= 0.1 + 0.1

= 0 + 0 = 0

5) Jika A=1,B=0,dan C=0

Maka, Y = A. (B+C)

= 1. (0+0)

= 1.0 + 1.0

= 0 + 0

= 0

6) Jika A=1,B=0,dan C=1

Maka, Y = A. (B+C)

= 1. (0+1)

= 1.0 + 1.1

= 0 + 1

= 1

Laporan Praktikum II 80

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

7) Jika A=1,B=1,dan C=0

Maka, Y = A. (B+C)

= 1. (1+0)

= 1.1 + 1.0

= 1 + 0

= 1

8) Jika A=1,B=1,dan C=1

Maka, Y = A. (B+C)

= 1. (1+1)

= 1.1 + 1.1

= 1 + 1

= 1

A.B+A.C

a. Jika A=0,B=0,dan C=0

Maka, Y = A.B+A.C

= 0.0 + 0.0

= 0 + 0

= 0

Laporan Praktikum II 81

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

b. Jika A=0,B=0,dan C=1

Maka, Y = A.B+A.C

= 0.0 + 0.1

= 0 + 0

= 0

c. Jika A=0,B=1,dan C=0

Maka, Y = A.B+A.C

= 0.1 + 0.0

= 0 + 0

= 0

d. Jika A=0,B=1,dan C=1

Maka, Y = A.B+A.C

= 0.1 + 0.1

= 0 + 0

= 0

e. Jika A=1,B=0,dan C=0

Maka, Y = A.B+A.C

= 1.0 + 1.0

= 0 + 0

= 0

Laporan Praktikum II 82

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

f. Jika A=1,B=0,dan C=1

Maka, Y = A.B+A.C

= 1.0 + 1.1

= 0 + 1

= 1

g. Jika A=1,B=1,dan C=0

Maka, Y = A.B+A.C

= 1.1 + 1.0

= 1 + 0

= 1

h. Jika A=1,B=1,dan C=1

Maka, Y = A.B+A.C

= 1.1 + 1.1

= 1 + 1

= 1

b). Hukum De Morgan

Y= ∙1) Jika A=0,dan B=0

Maka, Y = ∙

Laporan Praktikum II 83

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

= 0 . 0

= 1 . 1 = 1

2) Jika A=0,dan B=1

Maka, Y = ∙= 0 . 1

= 1 . 0

= 0

3) Jika A=1,dan B=0

Maka, Y = ∙= 1 . 0

= 0 . 1

= 0

4) Jika A=1,dan B=1

Maka, Y = ∙= 1 . 1

= 0 . 0

= 0

Laporan Praktikum II 84

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Y= +a. Jika A=0,dan B=0

Maka, Y = += 0 + 0

= 0

= 1

b. Jika A=0,dan B=1

Maka, Y = += 0 + 1

= 1

= 0

c. Jika A=1,dan B=0

Maka, Y = += 1 + 0

= 1

= 0

d. Jika A=1,dan B=1

Maka, Y = += 1 + 1

Laporan Praktikum II 85

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

= 1

= 0

8. Kesimpulan

a) Rangkaian logika merupakan suatu gabungan dari beberapa gate/ bermacam-

macam gate sehingga membentuk suatu rangkaian yang bersifat complex.

b) Pada percobaan aljabar bolan hanya menggunakan logika 1 dan logika 0

supaya bisa berfungsi dengan cepat.

c) Dengan penggabungan beberapa gerbang logika yang dirancang sedemikian

rupa dapat menghasilkan dan menemukan suatu hasil elektronika yang

bermanfaat.

Laporan Praktikum II 86

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

F. Konversi Bilangan Biner Ke Heksadesimal

1. TujuanPercobaan

a) Memahami system konversi bilangan biner ke heksadesimal

b) Mendesain rangkaian pengkonversi bilangan biner ke heksadesimal

2. Teori Dasar

Bilangan Biner mempunyai 2 suku angka / digit yaitu 1 dan 0.Untuk

mengkonversi bilangan biner ke heksadesimal, terlebih dahulu menjadikan

bilangan biner tersebut menjadi bilangan desimal, selanjutnya bilangan decimal

tadi diubah kedalam bentuk heksadesimal.

Dimana : D4 D3 D2 D1

Merupan 23 22 21 20

Contoh:

Bilangan biner 1101 akan diubah kedalam bentuk heksadesimal.

Bilangan biner 1101 terlebih dahulu diubah kedalam bilangan desimal.

1101 (biner) = 8 + 4 + 0 + 1

= 13 (desimal)

Bilangan heksadesimal yang berpadanan dengan angka 13 desimal

adalah D, sehingga hasil konversi bilangan biner 1101 kedalam bentuk bilangan

heksadesimal adalah D.

Untuk mengkonversi bilangan biner kebilangan heksadesimal, lakukan

pengelompokan 4 digit bilangan biner dari posisi LSB sampaike MSB.

Contoh 1: konversikan 101100112 kebilangan heksadesimal

Jawab : 1011 0011

B 3

Laporan Praktikum II 87

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Jadi 101100112 = B316

Contoh 2:

Mengubah 11110001 biner ke bilangan heksadesimal

Pertama: 11110001 kita kelompokan menjadi 1111 dan 0001

Kedua: lihat table 1 dan konversikan masing-masing 4 bit tsb.

1111 = F

0001 =1

jadi 11110001 biner = F1 hesadesimal.

Contoh 3:

11100011(2)

= ......(16)

Solusi:kelompok bit paling kanan: 0011 = 3 kelompok bit berikutnya: 1110 = E

Hasil konversinya adalah: E3(16)

3. AlatdanBahan yang digunakan

a) ModulPercobaan

b) CatuDaya

Laporan Praktikum II 88

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

4. Gambar Rangkaian Percobaan

Gambar 2.62 Rangkaian percobaan biner ke heksadesimal

5. Prosedur Percobaan

a. Terlebih dahulu mengOff-kan seluruh saklar bilangan Biner.

b. Menghubungkan Modul percobaan dengan catudaya +5V lalu on-kan.

c. Mengaktifkan atau mengOn-kan saklar bilangan Biner sesuai urutan dalam

tabel dan mengamati serta mencatat pola nyala led sebagai penganti bilangan

heksadesimal 0 sampai F.

d. Membuat tabel seperti di bawah ini.

e. Menggambar rangkaian logika untuk percobaan di ata

O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F

D0

VCC5V

R1 150kΩ

D1

D2

D3

R2150kΩ

R3150kΩ

R4150kΩ

Laporan Praktikum II 89

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

6. Data HasilPengamatan

Tabel 2.37 Hasil pengamatan percobaan biner ke heksadesimalSakelar Kondisi LED

D3 D2 D1 D0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E FOff Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off OffOff Off Off On Off ON Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off OffOff Off On Off Off Off ON Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off OffOff Off On On Off Off Off ON Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off OffOff On Off Off Off Off Off Off ON Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off OffOff On Off On Off Off Off Off Off ON Off Off Off Off Off Off Off Off Off OffOff On On Off Off Off Off Off Off Off ON Off Off Off Off Off Off Off Off OffOff On On On Off Off Off Off Off Off Off ON Off Off Off Off Off Off Off OffOn Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off ON Off Off Off Off Off Off OffOn Off Off On Off Off Off Off Off Off Off Off Off ON Off Off Off Off Off OffOn Off On Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off ON Off Off Off Off OffOn Off On On Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off ON Off Off Off OffOn On Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off ON Off Off OffOn On Off On Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off ON Off OffOn On On Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off ON OffOn On On On Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off Off ON

Laporan Praktikum II 90

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

7. Analisis Percobaan

a.) 00002 = (0 × 23) + (0 × 22) + (0 × 21) + (0 × 20)

= 0 + 0 + 0 + 0

= 010 = 016

b.) 00012 = (0 × 23) + (0 × 22) + (0 × 21) + (1 × 20)

= 0 + 0 + 0 + 1

= 110 = 116

c.) 00102 = (0 × 23) + (0 × 22) + (1 × 21) + (0 × 20)

= 0 + 0 + 2 + 0

= 210 = 216

d.) 00112 = (0 × 23) + (0 × 22) + (1 × 21) + (1 × 20)

= 0 + 0 + 2 + 1

= 310 = 316

e.) 01002 = (0 × 23) + (1 × 22) + (0 × 21) + (0 × 20)

= 0 + 4 + 0 + 0

= 410 = 416

f.) 01012 = (0 × 23) + (1 × 22) + (0 × 21) + (1 × 20)

= 0 + 4 + 0 + 1

= 510 = 516

Laporan Praktikum II 91

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

g.) 01102 = (0 × 23) + (1 × 22) + (1 × 21) + (0 × 20)

= 0 + 4 + 2 + 0

= 610 = 616

h.) 01112 = (0 × 23) + (1 × 22) + (1 × 21) + ( × 20)

= 0 + 4 + 2 + 1

= 710 = 716

i.) 10002 = (1 × 23) + (0 × 22) + (0 × 21) + (0 × 20)

= 8 + 0 + 0 + 0

= 810 = 816

j.) 10012 = (1 × 23) + (0 × 22) + (0 × 21) + (1 × 20)

= 8 + 0 + 0 + 1

= 910 = 916

k.) 10102 = (1 × 23) + (0 × 22) + (1 × 21) + (0 × 20)

= 8 + 0 + 2 + 0

= 1010 = A16

l.) 10112 = (1 × 23) + (0 × 22) + (1 × 21) + (1 × 20)

= 8 + 0 + 2 + 1

= 1110 = B16

m.) 11002 = (1 × 23) + (1 × 22) + (0 × 21) + (0 × 20)

= 8 + 4 + 0 + 0

= 1210 = C16

Laporan Praktikum II 92

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

n.) 11012 = (1 × 23) + (1 × 22) + (0 × 21) + (1 × 20)

= 8 + 4 + 0 + 1

= 1310 = D16

o.) 11102 = (1 × 23) + (1 × 22) + (1 × 21) + (0 × 20)

= 8 + 4 + 2 + 0

= 1410 = E16

p.) 11112 = (1 × 23) + (1 × 22) + (1 × 21) + (1 × 20)

= 8 + 4 + 2 + 1

= 1510 = F16

KET : 0 = Off

1 = On

Laporan Praktikum II 93

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Tabel 2.38 Hasil Analisis percobaan biner ke heksadesimalSakelar Kondisi LED

D3 D2 D1 D0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 00 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 01 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 01 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 01 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 01 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 01 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 01 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 01 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Laporan Praktikum II 94

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Tabel 2.39 Perbandingan Bilangan Biner ke Heksa

Sakelar Konversibilanganbinerkeheksamenurut

D3 D2 D1 D0 Praktek (Led Nyala) Teori0 0 0 0 0 00 0 0 1 1 10 0 1 0 2 20 0 1 1 3 30 1 0 0 4 40 1 0 1 5 50 1 1 0 6 60 1 1 1 7 71 0 0 0 8 81 0 0 1 9 91 0 1 0 A A1 0 1 1 B B1 1 0 0 C C1 1 0 1 D D1 1 1 0 E E1 1 1 1 F F

Ket : Logika 0 = saklar off Logika 1 = saklar on

8. Kesimpulan

a) Dari hasil Analisa kita dapat mengubah bilangan Biner ke Heksadesimal

dengan cara: Terlebih dahulu kita ubah bilangan Biner keDesimal, dengan

cara seluruh digit 1 diubah kepangkat 2n, dimulai dengan 0 ; 1 ; 2 ; 4 ;dan 8,

kecuali digit 0. Selanjutnya menjumlah kelipatan 2 tadi sehingga menghasilkan

bilangan desimal (bil.bulat). kemudian diubah kedalam bentuk Heksadesimal .

b) Bilangan heksadesimal yang berpadanan dengan angka 13 desimal adalah D,

sehingga hasil konversi bilangan biner 1101

kedalambentukbilanganheksadesimaladalah D.

c) Untuk mengkonversi bilangan biner kebilangan heksadesimal, lakukan

pengelompokan 4 digit bilangan biner dari posisi LSB sampai ke MSB.

d) Konversi bilangan biner keheksa decimal antara teori dan praktek adalah

sama

Laporan Praktikum II 95

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

G. Konversi Bilangan Heksadesimal Ke Biner

1. TujuanPercobaan

a) Memahami system konversi bilangan heksadesimal ke biner

b) Mendesain rangkaian pengkonversi bilangan heksadesimal kebiner

2. TeoriDasar

Bilangan hexadecimal merupakan bilangan yang berbasis 16 .Dengan

angka yang digunakan berupa:0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F. Dalam

pemrograman assembler, jenis bilangan ini boleh dikatakan yang paling banyak

digunakan. Hal ini dikarenakan mudahnya pengkonversian bilangan ini dengan

bilangan yang lain, terutama dengan bilangan biner dan desimal. Karena

berbasis 16, maka 1 angka pada heksadesimal akan menggunakan 4 bit.

Bilangan heksadesimal sering disingkat dengan (H), merupakan

berbasis 16, dan mempunyai 16 simbol yang berbeda. Bilangan yang lebih besar

dari 1510, memerlukan lebih dari satu digit(H). Perbandingan antara bilangan

desimal ,heksadesimal dan biner dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

Tabel 2.40 Perbandingan bilangan heksadesimal ke biner

Desimal Heksadesimal Biner0 0 00001 1 00012 2 00103 3 00114 4 01005 5 01016 6 01107 7 01118 8 10009 9 1001

10 A 101011 B 101112 C 110013 D 110114 E 111015 F 1111

Laporan Praktikum II 96

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

Untuk mengubah bilangan heksadesimal menjadi bilangan biner terlebih

dahulu diubah kedalam bentuk bilangan desimal, dan selanjutnya kedalam

bentuk biner.

Contoh ;

- Bilangan heksadesimal A akan diubah kedalam bentuk bilangan biner.

- Bilangan desimal yang sepadan dengan A adalah 10,bilangan decimal ini

kemudian dibagi 2 terus menerus sampai sisa 0 dan 1.

10 : 2 = 5 sisa 0

5 : 2 = 2 sisa 1

2 : 2 = 1 sisa 0

1 sisa 1

jadibilanganbinerdari A16 = 1010

3. Alat dan Komponen

a) Modu lPercobaan

b).Catu Daya

Laporan Praktikum II 97

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

4. Gambar Rangkaian Percobaan

Gambar 2.63 Rangakaian percobaan heksadesimal ke biner

5. ProsedurPercobaan

a). Off-kan seluruh saklar bilangan heksadesimal.

b). MengMenghubungkan Modul percobaan dengan catudaya +5V lalu on-kan.

c). Meng’On-kan saklar bilangan heksadesimal secara bergantian (satupersatu)

dan mengamati serta mencatat pola nyala led D3, D2, D1, dan D0 yang

mewakili bilangan biner pada table pengamatan.

d). Membuat rangkaian logika untuk percobaan di atas

U1

74LS30DLED1

U2

74LS30DLED2

U3

74LS30DLED3

U4

74LS30DLED4

S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 SA SB SC SD SE SF

R1150kΩ

VCC

5VR2150kΩ

R3150kΩ

R4150kΩ

R5150kΩ

R6150kΩ

R7150kΩ

R8150kΩ

R9150kΩ

R10150kΩ

R11150kΩ

R12150kΩ

R13150kΩ

R14150kΩ

R15150kΩ

R16150kΩ

Laporan Praktikum II 98

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

6. DataHasilPengamatan

Tabel 2.41 Hasil data pengamatan percobaan heksadesimal ke biner

SakelarBilanganHeksa Kondision/off

Pola LED BinerD3 D2 D1 D0

0 Off Padam Padam Padam Padam1 On Padam Padam Padam Nyala2 On Padam Padam Nyala Padam3 On Padam Padam Nyala Nyala4 On Padam Nyala Padam Padam5 On Padam Nyala Padam Nyala6 On Padam Nyala Nyala Padam7 On Padam Nyala Nyala Nyala8 On Nyala Padam Padam Padam9 On Nyala Padam Padam NyalaA On Nyala Padam Nyala PadamB On Nyala Padam Nyala NyalaC On Nyala Nyala Padam PadamD On Nyala Nyala Padam NyalaE On Nyala Nyala Nyala PadamF On Nyala Nyala Nyala Nyala

7. Analisis Percobaan

a.) 016 = 010 = ....2?

0 ÷ 2 = 0 sisa 0 LSB

0 ÷ 2 = 0 sisa 0

0 ÷ 2 = 0 sisa 0

0 sisa 0 MSB

Jadi, 016 = 00002

b.) 116 = 110 = ....2?

1 ÷ 2 = 0 sisa 1 LSB

0 ÷ 2 = 0 sisa 0

0 ÷ 2 = 0 sisa 0

0 sisa 0 MSB

Jadi, 116 = 00012

Laporan Praktikum II 99

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

c.) 216 = 210 = ....2?

2 ÷ 2 = 1 sisa 0 LSB

1 ÷ 2 = 0 sisa 1

0 ÷ 2 = 0 sisa 0

0 sisa 0 MSB

Jadi, 216 = 00102

d.) 316 = 310 = ....2?

3 ÷ 2 = 1 sisa 1 LSB

1 ÷ 2 = 0 sisa 1

0 ÷ 2 = 0 sisa 0

0 sisa 0 MSB

Jadi, 316 = 00112

e.) 416 = 410 = ....2?

4 ÷ 2 = 2 sisa 0 LSB

2 ÷ 2 = 1 sisa 0

1 ÷ 2 = 0 sisa 1

0 sisa 0 MSB

Jadi, 416 = 01002

f.) 516 = 510 = ....2?

5 ÷ 2 = 2 sisa 1 LSB

2 ÷ 2 = 1 sisa 0

1 ÷ 2 = 0 sisa 1

0 sisa 0 MSB

Jadi, 516 = 01012

Laporan Praktikum II 100

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

g.) 616 = 610 = ....2?

6 ÷ 2 = 3 sisa 0 LSB

3 ÷ 2 = 1 sisa 1

1 ÷ 2 = 0 sisa 1

0 sisa 0 MSB

Jadi, 616 = 01102

h.) 716 = 710 = ....2?

7 ÷ 2 = 3 sisa 1 LSB

3 ÷ 2 = 1 sisa 1

1 ÷ 2 = 0 sisa 1

0 sisa 0 MSB

Jadi, 716 = 01112

i.) 816 = 810 = ....2?

8 ÷ 2 = 4 sisa 0 LSB

4 ÷ 2 = 2 sisa 0

2 ÷ 2 = 1 sisa 0

1 ÷ 2 = 0 sisa 1 MSB

Jadi, 816 = 10002

j.) 916 = 910 = ....2?

9 ÷ 2 = 4 sisa 1 LSB

4 ÷ 2 = 2 sisa 0

2 ÷ 2 = 1 sisa 0

1 ÷ 2 = 0 sisa 1 MSB

Jadi, 916 = 10012

Laporan Praktikum II 101

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

k.) A16 = 1010 = ....2?

10 ÷ 2 = 5 sisa 0 LSB

5 ÷ 2 = 2 sisa 1

2 ÷ 2 = 1 sisa 0

1 ÷ 2 = 0 sisa 1 MSB

Jadi, A16 = 10102

l.) B16 = 1110 = ....2?

11 ÷ 2 = 5 sisa 1 LSB

5 ÷ 2 = 2 sisa 1

2 ÷ 2 = 1 sisa 0

1 ÷ 2 = 0 sisa 1 MSB

Jadi, B16 = 10112

m.) C16 = 1210 = ....2?

12 ÷ 2 = 6 sisa 0 LSB

6 ÷ 2 = 3 sisa 0

3 ÷ 2 = 1 sisa 1

1 ÷ 2 = 0 sisa 1 MSB

Jadi, C16 = 11002

n.) D16 = 1310 = ....2?

13 ÷ 2 = 6 sisa 1 LSB

6 ÷ 2 = 3 sisa 0

3 ÷ 2 = 1 sisa 1

1 ÷ 2 = 0 sisa 1 MSB

Jadi, D16 = 11012

Laporan Praktikum II 102

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

o.) E16 = 1410 = ....2?

14 ÷ 2 = 7 sisa 0 LSB

7 ÷ 2 = 3 sisa 1

3 ÷ 2 = 1 sisa 1

1 ÷ 2 = 0 sisa 1 MSB

Jadi, E16 = 11102

p.) F16 = 1510 = ....2?

15 ÷ 2 = 7 sisa 1 LSB

7 ÷ 2 = 3 sisa 1

3 ÷ 2 = 1 sisa 1

1 ÷ 2 = 0 sisa 1 MSB

Jadi, F16 = 11112

Tabel2.42Perbandingan Bilangan Heksadesimal ke Biner antara PraktekdanTeori

SaklarBil.Heksadesimal(ON)

Konversi Bilangan Heksake Biner Menurut

Praktek TeoriD3 D2 D1 D0 D3 D2 D1 D0

0 0 0 0 0 0 0 0 01 0 0 0 1 0 0 0 12 0 0 1 0 0 0 1 03 0 0 1 1 0 0 1 14 0 1 0 0 0 1 0 05 0 1 0 1 0 1 0 16 0 1 1 0 0 1 1 07 0 1 1 1 0 1 1 18 1 0 0 0 1 0 0 09 1 0 0 1 1 0 0 1A 1 0 1 0 1 0 1 0B 1 0 1 1 1 0 1 1C 1 1 0 0 1 1 0 0D 1 1 0 1 1 1 0 1E 1 1 1 0 1 1 1 0F 1 1 1 1 1 1 1 1

Ket :

Logika 1 = Led Nyala Logika 0 = Led Padam

Laporan Praktikum II 103

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

8. Kesimpulan

a) Dari hasil Analisa kita dapat mengubah bilangan Heksadesimal ke Biner

dengan cara terlebih dahulu kita ubah bilangan Heksadesimal ke Desimal.

Selanjutnya bilangan decimal tadi diubah kedalam bentuk Biner dengan cara

membagi angka decimal dengan angka 2, sampai tidak dapat dibagi 2-lagi (

hasilnya angka bulat / sisa 1 atau 0 ).

b) Bilangan heksadesimal sering disingkat dengan (H), merupakan berbasis 16,

dan mempunyai 16 simbol yang berbeda. Bilangan yang lebih besar dari

1510, memerlukan lebih dari satu digit(H).

c) Setelah melakukan analisis teori dengan mengkonversi bilangan

heksadesimal kebiner untuk mendapatkan jawaban binernya maka di bagi dua

sampai tidak bisa di bagi lagi dari untuk menulis bilangan binernya maka di

lihat dari posisi LSB sampai ke MSB.

d) Konversi bilangan biner keheksa decimal antara teori dan praktek adalah

sama.

Laporan Praktikum II 104

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

BAB III

PENUTUP

a) Kesimpulan Umum

Dari percobaan – percobaan yang telah di lakukan dalam PRAKTIKUM II

ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1). Pada dasarnya ada tiga jenis rangkaian dasar (konfigurasi) untuk

mengoperasikan transistor.

a). Basis ditanahkan (Common Base-CB)

b) Emiter ditanahkan (Common Emitter-CE)

c) Kolektor ditanahkan (Common Collector-CC)

2). Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai

sirkuit, pemutus, penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi

sinyal dan lain sebagainya.

3).Untuk menjadi sebuah saklar, transistor harus dikondisikan dalam keadaan

jenuh (on) dengan Vce mendekati Vcc dan juga dapat dikondisikan dalam

keadaan off dengan Vce mendekati Vcc.

4.) Pada rangkaian logika yang umum di gunakan sebagai dasar sistim digital

Ada 7 gerbang utama yang harus di kuasai sistim kerjanya, yaitu : AND, OR,

NOT, NAND, NOR, XOR, XNOR.

Laporan Praktikum II 105

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

5). Aljabar bool digunakan sebagai media atau cara untuk menyederhanakan

sebuah rangkaian logika yang dianggab terlalu besar akan tetapi secara logika

mampu di sederhanakan.

6).Dalam menggkonversi bilangan Binner ke Haksadesimal kita bisa

menggunakan konvigurasi 4 buah Gerbang NOT dan 16 Buah Gerbang AND

yang masing-masing memiliki 4 buah IN Put, sedangkan OUT put dari

gerbang AND dapat di Menghubungkan dengan LED sebagai media

informasi penunjukan nilai Heksadesimal dari Input Binner.

7).Sedangkan pada Konversi bilangan Heksadesimal ke Binner kita

menggunakan 4 Buah Gerbang NAND yang dimana Tiap Gerbang memiliki 8

Input dan Output dari Gerbang tersebut dapat di Menghubungkan dengan

LED sebagai media informasi penunjukan nilai Binner dari Input Nilai

Heksadesimal.

B). Saran–saran

Agar di dalam pelaksanaan praktikum berikutnya berjalan lebih baik,

penulis menyarankan beberapa hal kepada pelaksanaan praktikum yaitu:

1). Dilakukan peremajaan dan maintenance berkala alat dan komponen yang

akan digunakan.

2). Memperbanyak modul agar didalam melakukan percobaan kita tidak hanya

menggunakan 1 modul saja dimana akan memakan waktu yang lama karena

harus menunggu kelompok lain untuk melakukan percobaan terlebih dahulu.

Laporan Praktikum II 106

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

3). Mahasiswa haruslah dituntun lebih optimal dalam penguasaan Materi agar

menguasai dasar dari apa yang akan di praktekkan.

Laporan Praktikum II 107

Laboratorium Elektronika Teknik Elektro UMPAR

DAFTAR PUSTAKA

Tim DosenElektro UMPAR 2012-2013 PenuntunPraktikum II

LaboratoriunTeknikElektronika, FakultasTeknik,

UniversitasMuhammadiyahParepare

Ibrahim, KF, 1996 Teknik Digital, Andi Offset, Yogyakarta, S Warsito, Hernawan,

Teknik Digit, cetakanke 8, karyautama, Jakarta,1992

(Http://mason.gmu.eduDiaksespada tanggal13 Desember 2011)

Malvinodkk., 1993, Prinsipprinsippenerapan digital, PenerbitErlangga, Surabaya,

edisiketiga

Mowle,J,Frederic, A systematic Approach to Digital Logic Design, Addison

Wesley,1976 (Http://www.elektroindonesia.com. diaksespadatanggal 10

januari 2011 )

Zamidra.Efvy .dan Zam.2002. MudahMenguasaiElektronika. Yogyakarta

:Penerbit Indah Surabaya

Ibrahim,KF. 1991. Teknik Digital. Yogyakarta :PenerbitAndi Yogyakarta

A-E Fitz Gerald dkk.“ Dasar-dasarElektronika “. 1981. Jakarta :Erlangga