32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah peningkatan mutu pendidikan, baik prestasi belajar siswa maupun kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Masalah pendidikan, khususnya dalam pendidikan fisika oleh sebagian besar siswa dianggap mata pelajaran yang sangat sulit. Akibat dari anggapan sulitnya pelajaran Fisika menyebabkan siswa merasa tidak senang terhadap mata pelajaran Fisika, sehingga fisika dianggap sebagai mata pelajaran yang tabu dan menakutkan, maka

BABI, BAB II & BAB III 2003

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BABI, BAB II & BAB III 2003

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sumber

daya manusia adalah peningkatan mutu pendidikan, baik prestasi belajar

siswa maupun kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas

manusia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, dan olahraga agar

memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

Masalah pendidikan, khususnya dalam pendidikan fisika oleh sebagian

besar siswa dianggap mata pelajaran yang sangat sulit. Akibat dari anggapan

sulitnya pelajaran Fisika menyebabkan siswa merasa tidak senang terhadap

mata pelajaran Fisika, sehingga fisika dianggap sebagai mata pelajaran yang

tabu dan menakutkan, maka guru fisika hendaknya mampu mengubah

paradigma siswa yang mengganggap Fisika merupakan mata pelajaran yang

dianggap sulit menjadi mata pelajaran yang menyenangkan.

Dalam pembelajaran di kelas, sebagian besar guru Fisika masih

menerapkan pembelajaran konvensioanal yang dicirikan dengan

mengandalkan penggunaan metode ekspositori yaitu menjelaskan, memberi

contoh, mengajukan pertanyaan, dan memberi tugas secara klasikal. Model

pembelajaran seperti ini menunjukan bahwa guru masih menjadi sentral

Page 2: BABI, BAB II & BAB III 2003

2

dalam pembelajaran, sementara siswa kurang diberdayakan kemampuannya

secara optimal sehingga aktivitas dan partisipasi siswa kurang berarti.

Akibat dari semua ini menjadikan motivasi siswa rendah, siswa tidak

memiliki keberanian untuk bertanya apalagi mengemukakan pendapat. Hal

demikian pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar fisika siswa menjadi

rendah.

Pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan minat

siswa terhadap pelajaran Fisika. Dengan pemilihan metode yang tepat

memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan metode

kooperatif diharapkan siswa termotivasi minat belajarnya terutama terhadap

pelajaran Fisika. Sebaik apapun metode yang dipergunakan tetap ada

kelemahannya, sehingga hasil belajar/permasalahan siswa dirasa masih

belum optimal.

Kelemahan siswa dalam menemukan serta menggunakan persamaam

besaran Medan Magnet terletak pada cara menganilisis letak gambar yang

diberikan. Sebagai contoh ketika guru mengubah posisi gambar dengan letak

yang berbeda pada contoh sebelumnya maka sebagian siswa merasa

kesulitan dalam membaca gambar sebagai syarat untuk menemukan

persamaan Medan Magnet. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menemukan serta menggunakan persamaan Medan Magnet dapat diatasi

dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievment Division). Dengan metode kooperatif tipe STAD diharapkan

Page 3: BABI, BAB II & BAB III 2003

3

dapat mengatasi kesulitan siswa dalam menemukan serta menggunakan

persamaan Medan Magnet.

Atas dasar uraian di atas, dalam penelitian ini penulis akan mencoba

menggunakan model pembelajaran STAD dalam penyampaian Medan

Magnet, sehingga diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu:

1. Pembelajaran Fisika di kelas masih menggunakan metode

konvensional.

2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.

3. Rendahnya minat siswa terhadap pelajaran Fisika.

4. Rendahnya hasil belajar Fisika siswa.

5. Rendahnya pemahaman konsep Medan Magnet.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana menerapkan pembelajaran model kooperatif dengan tipe

STAD agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam Memahami

persamaan medan magnet.

Page 4: BABI, BAB II & BAB III 2003

4

2. Apakah penggunaan pembelajaran model kooperatif dengan tipe

STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

materi medan magnet.

D. Cara Memecahkan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini,

yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD (Student Teams

Achievment Division). Dengan model pembelajaran ini, diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan menemukan rumus

keliling dan luas lingkaran.

E. Hipotesis Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklus

dilaksanakan mengikuti prsedur perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui dua siklus tersebut

dapat diamati peningkatan kemampuan siswa dalam memahami persamaan-

persamaan tentang Medan Magnet dan hasil belajar siswa. Dengan demikian

dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

Dengan diterapkan model pembelajaran model kooperatif dengan tipe STAD

(Student Teams Achievment Division) dapat meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan siswa dalam memahami materi Medan Magnet.

Page 5: BABI, BAB II & BAB III 2003

5

F. Tujuan PTK

1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran Fisika

2. Siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk

menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan.

3. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu

mempertanggungjawabkan tugas individu maupun kelompok.

4. Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain:

1. Proses belajar mengajar Fisika tidak lagi monoton.

2. Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, tidak konvensional, tetapi

bersifat kooperatif.

3. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok

meningkat.

4. Keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan, dan

saran meningkat.

5. Kualitas pembelajaran Fisika meningkat.

Page 6: BABI, BAB II & BAB III 2003

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut H. Karli dan Yuliariatiningsih, M.S (2002), menyatakan

bahwa Metode Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar

mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang

teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan

kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu

sendiri.

Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif

agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, yaitu: 1) Para

siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka

adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus

dicapai, 2) Para siswa tergabung dalam suatu kelompok harus merasa

bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa

berhasil tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh

seluruh anggota kelompok itu, dan 3) Untuk mencapai hasil yang maksimum,

para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama

lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapi. Akhirnya, para siswa yang

Page 7: BABI, BAB II & BAB III 2003

7

tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan

siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.

Unsur-unsur dasar dalam Pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut: 1) siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka

“sehidup sepenanggungan bersama”, 2) siswa bertanggung jawab atas

segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti miliknya sendiri, 3) siswa

haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki

tujuan yang sama, 4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab

yang sama di antara kelompoknya, 5) siswa akan dikenakan evaluasi atau

diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua

anggota kelompok, 6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya, dan 7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dalam pembelajaran konvensional juga dekenal belajar kelompok.

Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan prinsipil antara belajar

kelompok pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok pada

pembelajaran konvensional. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut:

Page 8: BABI, BAB II & BAB III 2003

8

Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran

konvensional.

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Kooperatif

Memfokuskan pada prestasi individu

Setiap siswa akan saling berkompetisi dan berprinsip, “jika aku tidak sukses, maka aku akan kalah dan kehilangan”

Penghargaan berupa prestasi individu

Memfokuskan pada prestasi kelompok

Setiap anggota kelompok percaya bahwa kesuksesan tidak akan dapat diraih tanpa kesuksesan kelompok, “jika kamu menang, aku menang”

Penghargaan kelompok sebagai prestasi masing-masing anggota kelompok

Dalam proses belajar, hanya sedikit terjadi proses diskusi antar siswa.

Sesama anggota kelompok akan saling membantu, mendorong, dan saling memotivasi dalam proses belajar

Tanggung jawab yang ada berupa tanggung jawab individu

Tanggung jawab yang ada berupa tanggung jawab individu dan tanggung jawab kelompok

Setiap anggota kelompok akan saling bertanggung jawab demi tercapainya kerja kelompok yang optimal

Kemampuan social diabaikan Seorang siswa akan

mengkomandai dirinya sendiri dalam menyelesaikan semua tugas-tugasnya

Kemampuan teamwork adalah suatu tuntutan. Sikap anggota akan mengharapkan adanya suatu kolaboratif

Kepemimpinan menjadi tanggung jawab semua anggota kelompok

Tidak ada proses tentang

bagaimana cara untuk

meningkatkan kualitas kerja

Setiap anggota akan memberikan

prosedur untuk menganalisis

bagaiman sebaiknya supaya

kelompoknya akan menjadi lebih

baik, bagaimana menggunakan

kemampuan sosial secara tepat,

dan bagaimana memperbaiki

kualitas kerja kelompok mereka.

Pembentukan kelompok tidak Guru membentuk kelompok-

Page 9: BABI, BAB II & BAB III 2003

9

diperhatikan (tidak ada)

Yang ada, berupa kelompok

besar, yaitu kelas

kelompok yang heterogen

Setiap kelompok terdiri dari 4 -5

anggota (kelompok kecil)

Guru akan mengobservasi dan

melakukan intervensi, jika

memang diperlukan.

Sumber: Anonim, Tradisional Versus Cooperative Groups. (Online). Tersedia:

http://groups.physics.umn.edu/phsyed/Research/CGPS/trdvscoop.html.

(29 Januari 2008)

2. Tipe STAD (Student Teams Achievment Division)

Inti dari STAD adalah guru menyampaikan suatu materi, sementara

para siswa tergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas 4 atau 5 orang

untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Selanjutnya, siswa

diberi kuis/tes secara individual. Skor hasil kuis/tes tersebut disamping untuk

menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor

kelompoknya.

Guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok

siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu

menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam satu kelas, dipecah

menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 atau 5 rang siswa,

setiap kelompok heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Page 10: BABI, BAB II & BAB III 2003

10

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat

pembelajaran yang lain untuk menuntaskan pelajarannya dan kemudian

saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui

tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual,

setiap seminggu atau dua minggu sekali siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan

tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak

berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh

skor itu melampaui rerata skor yang lalu. Setiap seminggu, pada suatu

lembar penilaian singkat, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, atau

siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu.

Dari uraian di atas, maka dapat diringkas, bahwa prsedur atau

langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif ada 6 fase, yaitu: (1)

Menyampaikan tujuan pembelajaran dan membangkitkan motivasi; (2)

Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan

verbal, buku teks, atau bentuk-bentuk lain; (3) Mengorganisasikan dan

membantu kelompok belajar; (4) Mengelola dan membantu kerja kelompok;

(5) Menguji penguasaan kelompok atas bahan ajar; (6) Memberi

penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa (Ibrahim, dkk,

2000; Slavin, 1995).

Page 11: BABI, BAB II & BAB III 2003

11

B. Hakekat Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fisika

1. Hakekat Belajar Fisika

Jika kita telaah secara sistematis ilmu-ilmu dasar (Fisika dan IPA), seni

dan olahraga dapat memberikan fungsi yang sangat berharga. Menurut Sidi

(2002), Fisika dapat berfungsi menata dan meningkatkan ketajaman

penalaran, berpikir secara teratur, sistematis dan terstruktur dalam

pemecahan masalah (problem solving) dengan menggunakan berbagai

lambang dan simbol-simbol.

Copeland mengatakan bahwa, “Phisicc is a deductive inference.

Deductive thinking based on the consistency of the human mind and the

system of logic employed (Richard W. Copeland,1982). Hal ini bukan berarti

penalaran induktif ditolak secara keseluruhan, penalaran induktif digunakan

dalam menemukan fakta-fakta Fisika. Fakta Fisika yang diperoleh dari

pengamatan akan menjadi teorema setelah fakta itu digeneralisasikan secara

deduktif.

Fisika sebagai struktur dan hubungan-hubungannya dengan simbol-

simbol sangat diperlukan dalam memanipulasi aturan-aturan dengan operasi-

operasi yang ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan

mampu memberikan keterangan untuk membentuk satu konsep baru yang

tersusun secara hierarkis (D. Paling. 1982)

Berpikir secara kreatif dalam pemecahan masalah Fisika melalui lima

tahap sebagai berikut: 1) Orientasi, masalah dirumuskan, dan berbagai

Page 12: BABI, BAB II & BAB III 2003

12

aspeknya diidentifikasi; 2) Preparasi, pikiran berusaha untuk mengumpulkan

sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah; 3) Inkubasi,

pikiran beristirahat sejenak ketika menghadapi jalan buntu, proses

pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar; 4)

Illuminasi, akhiri masa inkubasi, diperoleh ilham, serangkaian insight-insight

sebagai gagasan pemecahan; 5) Verfikasi, pengujian secara kritis dan

penilaian gagasan pemecahan masalah (Koko Martono, R. Eryanto dan

Firman Syah Noor, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, pada prinsipnya belajar Fisika bertujuan

untuk memberikan kesempatan dan pengalaman kepada siswa dalam

meningkatkan kemampuannya melalui bimbingan guru, sehingga siswa

dapat: 1) Menghargai Fisika, 2) Mempunyai keyakinan akan kemampuan

Fisikanya, 3) Mampu dalam memecahkan masalah, 4) Mampu

menggunakan Fisika sebagai alat berkomunikasi, 5) Belajar bernalar dan

berargumentasi, dalam arti bahwa siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk

membangun argumentasi yang mendukung pernyataannya, dan 6) Belajar

berpikir kritis dan kreatif, dalam arti bahwa siswa mampu menemukan

alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya secara cepat dan kontinyu.

2. Hakekat Hasil Belajar Fisika

Menurut Robert M.Gagne and Leslie J.Briggs, menyatakan bahwa

kemampuan siswa untuk menampilkan berbagai aktivitas yang diharapkan,

Page 13: BABI, BAB II & BAB III 2003

13

dimana kegiatan tersebut harus mereka pelajari melalui kegiatan

instruksional disebut belajar. Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang

dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam Taxonomy of Educational

Objectives, Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:

1) Ranah kognitif, 2) Ranah afektif, dan 3) Ranah psikomotor (Benjamin S.

Bloom,1971).

Briggs mengemukakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan

dan hasil yang dicapai melalui proses belajar-mengajar di sekolah yang

dinyatakan dengan angka atau nilai yang diukur dengan tes hasil belajar.

Demikian juga Grounlund mengemukakan, hasil belajar adalah sebuah

prsedur sistematis untuk menentukan berapa banyak yang telah dipelajari

seorang siswa. Lebih lanjut Nitko mengatakan bahwa, hasil belajar adalah

prosedur sistematis untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam

pengambilan keputusan tentang belajar, kurikulum dan program serta

kebijakan pendidikan dengan mangamati dan mendeskripsikan satu, atau

lebih karakteristik menggunakan skala numerik atau skema klasifikasi.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan

siswa (learner’s performance) ( Robert M. Gagne and Marcy P. Driscoll,

1988). Penampilan siswa yang dimaksudkan tersebut adalah kemampuan

Page 14: BABI, BAB II & BAB III 2003

14

yang dicapai dan diaplikasikan oleh siswa dalam merespon setiap obyek

yang dihadapi. Dick dan Reiser (1988), menjelaskan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan

pembelajaran.

Kingsley (1970) membagi hasil belajar atas tiga macam, yakni:

1) Keterampilan dan kebiasaan, 2) Pengetahuan dan pengertian, dan

3) Sikap dan ciri-ciri. Hasil belajar itu diperoleh siswa setelah mengikuti

kegiatan belajar. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa,

guru menggunakan tes hasil belajar dan biasanya dinyatakan dalam bentuk

skor.

Selama siswa belajar Fisika, ia akan dihadapkan pada soal-soal untuk

dipecahkan dan diatasi (Problem Solving). Suatu masalah Fisika dapat

diartikan sebagai soal yang harus diselesaikan. Pemecahan masalah

merupakan sesuatu yang terpadu dalam diri pembelajar dan hasil belajar

Fisika.

Dari beberapa teori mengenai pengertian tentang hasil belajar diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah prosedur sistematis

untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan

yang dinyatakan dalam nilai atau angka berdasarkan hasil yang dicapai

melalui proses belajar. Hasil belajar Fisika yang dicapai siswa melalui proses

pembelajaran sebagai berikut: 1) Menambah keyakinan atas kemampuan

dirinya dalam belajar Fisika, 2) Termotivasinya pribadi siswa secara intrinsik,

Page 15: BABI, BAB II & BAB III 2003

15

3) Menyadari bahwa hasil belajar yang dicapai sangat bermakna bagi

dirinya, 4) Kemampuannya untuk dapat mengontrol atau menilai dan

mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang telah diperolehnya,

dan 5) Hasil belajar diperoleh secara menyeluruh (komprehensif).

Page 16: BABI, BAB II & BAB III 2003

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi; tempat penelitian, waktu

penelitian dan siklus PTK sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SMAN 2 Tidore

Kepulauan untuk mata pelajaran Fisika. Sebagai subjek penelitian dalam

penelitian ini adalah kelas XII. semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009

dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 29

siswa perempuan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran

2008/2009, yaitu bulan Juli sampai Januari 2009. Penentuan waktu penelitian

mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan

beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efekfif di

kelas.

Page 17: BABI, BAB II & BAB III 2003

17

3. Siklus PTK

PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat hasil belajar

dalam meningkatan kemampuan siswa khususya dalam mengikuti mata

pelajaran Fisika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievment Division)

B. Persiapan PTK

Pelaksanaan PTK dibuat berbagai input instrument yang akan

digunakan untuk member perlakuan dalam PTK, yaitu rencana pembelajaran

yang akan dijadikan PTK, yaitu Kompetensi dasar (KD); 1. Menghitung

keliling dan luas lingkaran.

Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa: (1)

Lembar kerja Siswa; (2) Lembar pengamatan diskusi; (3) Lembar evaluasi.

Dalam persiapan juga akan disusun daftar nama kelmpok diskusi yang dibuat

secara heterogen.

C. Subyek Penelitian

Dalam PTK ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XII

semester 1 yang terdiri dari 37 siswa dengan komposisi perempuan 29 siswa

dan laki-laki 8 siswa.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber yakni;

siswa, guru dan teman sejawat serta kolaborator.

Page 18: BABI, BAB II & BAB III 2003

18

1. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar khusunya pokok bahasan

Menghitung keliling dan luas lingkara dalam proses belajar mengajar.

2. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran model

kooperatif dengan tipe STAD dan hasil belajar khusunya pokok bahasan

menghitung keliling dan luas lingkaran dalam proses pembelajaran.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi,

dan angket. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data

No.Urut

Sumber Data Jenis DataTeknik

Pengumpulan Data

Instrumen yang

digunakan

1 Siswa

Hasil belajar pada aspek kemampuan menemukan dan menggunakan rumus keliling dan luas lingkaran

Tes siklus I & II tes hasil belajar

Perangkat tes tipe open-onded taks

2 Guru Langkah pembelajaran

Observasi Pedoman Observasi

3 Guru dan siswa Aktivitas guru dan siswa dalam KBM

observasi Pedoman observasi aktivitas guru

Page 19: BABI, BAB II & BAB III 2003

19

dan siswa

4 Guru

Keterlaksanaan fase belajar kelompok tipe STAD

observasi Pedooman observasi KBM

5 SiswaRespon siswa terhadap pembelajaran

Penyebaran angket siswa

Angket respon siswa

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dalam PTK ini meliputi tes, observasi, dan angket

sebagaimana berikut;

1. Tes: menggunakan butir saol/instrument soal untuk mengukur hasil

belajar khususnya pokok bahasan Medan Magnet.

2. Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat

partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar Fisika

3. Angket: menggunakan angket untuk mengetahui pendapat atau sikap

siswa tentang pembelajaran tipe STAD

F. Indikator Kinerja

Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerja selain siswa adalah

guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berperan terhadap

kinerja siswa;

1. Siswa

a. Tes: rata-rata nilai ulangan harian

b. Observasi: keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar Fisika

Page 20: BABI, BAB II & BAB III 2003

20

2. Guru

a. Dokumentasi: kehadiran siswa

b. Observasi: hasil observasi

G. Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari

pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi

dalam kegitan pembelajaran.

1. Hasil belajar; dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian.

kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.

2. Implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD; dengan menganalisis

tingkat keberhasilan implementasi tipe STAD kemudian dikategorikan

dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.

H. Prosedur Penelitian

Siklus pertama dan kedua PTK ini terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sebagai berikut;

1. Perencanaan (Planning)

a) Mengumpulkan data tentang kemampuan/hasil belajar siswa sebelumnya;

b) Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat dilakukannya penelitian

tindakan;

Page 21: BABI, BAB II & BAB III 2003

21

c) Melaksanakan onservasi awal, berupa pemberitahuan kepada kepala

sekolah tentang adanya penelitian tindakan;

d) Membuat rancangan pembelajaran Fisika dengan materi pokok Medan

Magnet.

2. Tindakan, Pengamatan dan Refleksi

a) Siklus I:

Melaksanakan tindakan pembelajaran di kelas sebanyak 2

pertemuan yang masing-masing 2 jam pelajaran @ 40 menit

(Tindakan I dan Tindakan II)

Pada saat pembelajaran dilaksanakan observasi dan observer

sesuai dengan format yang telah ditetapkan

Selesai pembelajaran pada pertemuan pertama dilakukan refleksi

untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari apa yang telah

dilakukan, dari kelemahan dan kelebihan yang telah dilakukan,

selanjutnya disusun perbaikan khususnya pada perangkat

pembelajaran sejalan dengan hasil refleksi untuk digunakan pada

pertemuan kedua;

Melaksanakan tes hasil belajar yang pertama sebagai evaluasi

silkus I.

Page 22: BABI, BAB II & BAB III 2003

22

b) Siklus II:

Melaksanakan tindakan pembelajaran di kelas sebanyak 2

pertemuan yang masing-masing 2 jam pelajaran @ 40 menit

(Tindakan I dan Tindakan II)

Pada saat pembelajaran dilaksanakan observasi dan observer

sesuai dengan format yang telah ditetapkan

Selesai pembelajaran pada pertemuan pertama dilakukan refleksi

untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari apa yang telah

dilakukan, dari kelemahan dan kelebihan yang telah dilakukan,

selanjutnya disusun perbaikan khususnya pada perangkat

pembelajaran sejalan dengan hasil refleksi untuk digunakan pada

pertemuan kedua;

Melaksanakan tes hasil belajar yang kedua sebagai evaluasi silkus

II.