Upload
nananesa
View
38
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Training Tahap Kedua di Training Center
Satu tahun sudah, saya menjalani magang bakti di BCA. Tepatnya di
Wisma Asia tempat saya ditempatkan. Dengan awal yang agak kurang baik, saya
kurang yakin jika saya itu bisa menjalani permagangan ini hingga satu tahun.
Memang semua tidak ada yang mustahil, tetapi rasa kurang yakin itu pasti muncul
ketika kita melakukan kesalahan yang tidak pernah saya duga dan memikirkan apa
resiko dari kesalahan tersebut. Tetapi, semua itu tetap bisa saya lewati dengan
bantuan dari rekan-rekan teller WSA, para kabag teller, dan juga kedua orang tua,
serta keluarga saya.
Hingga akhirnya, saya menerima kabar untuk mengikuti training lanjutan
untuk tahap dua, yaitu tahap terampil. Pada tahap dua ini, saya diajarkan tentang
valas. Takut sekali saya saat itu, pertanyaan demi pertanyaan pun saya ajukan
kepada para senior di WSA tentang apa itu sebenarnya valas. Dan yang paling
membuat saya takut saat itu, semua senior di WSA itu selalu mendapatkan
peringkat pertama di kelas saat training. Hingga akhirnya rekan saya yang hanya
berbeda satu angkatan dengan sayapun mendapatkan peringkat pertama saat
training valas. Rasa takut dan tegang pun makin saya rasakan. Karena selain itu,
pastinya dengan saya melanjutkan training dan test bersama teman-teman satu
angkatan yang berbeda-beda tempat penempatannya, itu berarti saya sedang
training membawa nama Wisma Asia. Dan saatnya training pun tiba.
Di hari pertama, saya masih tegang dan gugup. Tapi, saya tetap berusaha
santai dan rileks di depan ketiga head teller saya (ibu Melanie, koko Iwan, dan
cici Yeni) serta rekan-rekan teller yang lain. Meski, beberapa dari senior saya tahu
kalau saya tegang, dan merasa takut jika tidak mendapatkan peringkat pertama.
Ka Adam yang selalu menertawakan saya, sedangkan ka Gita, Riendha, Weni,
Fiska dan Citra selalu menenangkan saya untuk tetap semangat dan biasa-biasa
saja. “Yang terpenting adalah ketika praktik di lapangan kamu sudah paham dan
mengerti.” Itu kata-kata yang selalu diucapkan para senior saya. Sebelum
mengikuti kelas, saya tetap sempatkan untuk hadir dan mengikuti morning
13
14
breafing yang rutin kami lakukan tiap pagi. Support dan doa pun dilanturkan
untuk saya agar lancar dalam menjalani training selama tiga hari hari, paham dan
mengerti sehingga bisa langsung mempraktikkan di cabang.
Setelah breafing selesai, saya segera keatas untuk mengikuti training.
Senang, bangga, tegang dan takut tetap saya rasakan pagi itu. Saya senang bisa
kembali bertemu dengan teman-teman satu angkatan saya, bangga pada diri saya
karena ternyata saya bisa, dan takut seperti yang tadi saya ceritakan. Di kelas,
ramai sekali. Dan hampir semua teman saya berbeda, dengan wajah, dan
penampilan yang baru. Meski takut, saya terus lawan rasa takut saya dan
bersenang-senang dengan teman-teman satu angkatan saya dan pastinya tetap
tekun memahami bahasan yang diajarkan. Selama training berlangsung, saya terus
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh trainer saya, karena saya selalu
terbayang untuk bisa menyenangkan teman dan head teller saya di cabang untuk
mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.
Usaha dan doa terus saya jalankan. Hingga akhirnya, tibalah saat test pada
hari ketiga. Saya tetap berdoa dan berusaha optimal untuk meraih peringkat
pertama. Dan, Alhamdulillah, ternyata saya bisa meraihnya. Meskipun, nama saya
berada pada urutan ke dua tapi nilai kami sebenarnya sama. Itu, hanya karena saya
kalah dalam urutan nama berdasarkan alfabetis.
Senaaangnya saya saat itu. Dengan bangganya saya turun, dan
memperlihatkan nilai saya kepada kabag dan rekan-rekan teller. Dan sayapun
mendapatkan sebuah coklat dari ibu Melanie.
2.2 Penerapan di Cabang
Id valas saya pun dibuka. Tapi saya masih di counter multi yaitu counter
sembilan. Pertama sih, saya merasa sangat kebingungan. Dan lambat launpun saya
faham. Karena semua lebih banyak ke logika. Nasabah valas pertama saya itu PT
Shinwaya, cair dengan mata uang JPY. Saya jalankan transaksinya dan untuk
memastikan benar atau tidaknya saya bertanya dengan senior saya yang duduk
sebelah counter saya, ka Gita. “Assyik, ternyata saya bisaa….”
15
Setelah tiga hari, saya langsung dipindahkan ke counter biz, counter
penukaran uang juga di counter tiga. “Waaaah, mengeriiikan….” Selain takut
dengan valasnya, juga takut dengan penukaran uangnya, karena rentan untuk
selisih. Tapi, saya harus bisa. “temaan yang lain saja bisa..” Satu sampai tiga hari
masih lancar, tapi dihari keempat saya mendapatkan transaksi bank note. Aduh,
saya takut, karena bertemu dengan petugas valas dan kata orang-orang agak galak
koko Arinya. Prosedur untuk mengurus bank note pun saya bingung, karena diatas
saat training tidak menggunakan fisik uang secara langsung. Tapi, senior saya
baik-baik kook. Terlebih lagi kak Weny. Dia selalu mengajarkan saya dengan
baik. Satu bulan sudah saya di counter biz, hingga pada suatu hari di cabang
sedang kurang orang. Sayapun berpindah ke counter valas setelah jam penukaran
uang selesai. Transaksipun berjalan lancar hingga sore hari. Dan keesokan
harinya, saya berpindah setelah jam penukaran uang selesai ke counter setoran
cepat. Rasa senang dan bangga itu ada. Karena dahulunya saya ingin sekali seperti
ini, seperti senior-senior lain yang saya lihat sebelumnya, mereka bisa segalanya.
Dan akhirnya pun saya bisa rasakan itu semua. Dan pastinya rasa penasaran dan
bimbang itu hilang. Di counter cepatpun saya dengan bangga melayani nasabah
valas, yang seharusnya itu tidak boleh dan jarang terjadi.
Di tahun kedua ini banyak sekali pengalaman saya hadapi. Saya semakin
merasakan benar-benar kami semua itu saudara, salalu kita menyebutnya second
family. Karena, ya memang benar-benar banyak sekali waktu kami untuk
bersama. Saya semakin sayang kepada tim Teller WSA, tapi tidak hanya sesama
tim, lambat launpun saya merasa dekat ke semua unit baik BO maupun CSO.
Karena kita semua memang saling keterkaitan.
Di tahun kedua ini, tim WSA juga mengalami perubahan, kakak senior
saya banyak yang habis masa baktinya. Ka Riendha, Adam, Gita, Citra, dan
Weny. Mereka sudah selesai selama tiga tahun di WSA. Seediiih sekali, begitu
juga dengan Koko Iwan dan Cici Yeni. Mereka juga berpindah tempat. Dan
digantikan dengan ibu Windi dan cici Ani. Yaaa, itulah kehidupan. Pasti ada
perputaran. Kepala layanan dan operasionalpun mengalami perubahan. Tadinya
pak Jimmy dan ibu Rissa, sekarang ibu Melly, dan ibu Annie.
16
Saya juga selain semakin dekat dengan rekan-rekan dan unit lain, semakin
dekat dan memahami macam-macam nasabah baik rupiah maupun valas. Semakin
banyak nasabah yang saya kenal, dan semakin betah juga saya di BCA. Semakin
pula saya mencintai pekerjaan saya. Ternyata menjadi front liner itu sangat
menyenangkan. Banyak sekali yang saya dapat dan saya petik hikmahnya. Pola
pikir saya pun berubah. Yang awalnya masih kekanak-kanakan, sekarang mulai
dewasa. Mulai mengetahui dan memahami apa itu kehidupan. Karena, saya belum
pernah sebelumnya merasakan, mengalami, mendapatkan ini semua. Saya selalu
bersyukur kepada tuhan, sudah dipertemukan dengan orang-orang hebat di sini.
Saya dibentuk menjadi pribadi yang baik, yang mencitai pekerjaan dan
bertanggung jawab.
Banyak sekali yang saya dapat, banyak juga peristiwa yang saya alami,
dan banyak juga ternyata macam-macam maunya nasabah itu. Ada nasabah yang
senangnya dengan uang baru dan diperhatikan, yaitu pak Unang dan ibu Mimi.
Dahulu, pak unang itu setiap kali transaksi di WSA selalu terburu-buru dan muka
tegang tanpa senyum. Tiap transaksi selalu pasang muka marah, dan sayapun
mulai mendapatkan celah dan memahami bahwa pak Unang itu memang maunya
uang baru dan tidak mau banyak pertanyaan yang diajukan, dan sekarangpun pak
Unang sudah berubah. Mau senyum dan membalas ucapan terimakasih dari saya.
Ada nasabah yang maunya diberikan minum dan snack. Ya itu adalah pak yanto.
Pak yanto ini awalnya transaksi dengan Tika, rekan saya. Waktu itu dia terlihat
lelah dan berkeringat. Disuguhkanlah air oleh Tika dan sebungkus snack yang
memang sudah disediakan. Eeeh, ternyata berkelanjutan. Dan banyak sekali
macamnya nasabah itu. Tetapi kalau kita berfikir positif, hasilnya pasti
menyenangkan. Intinya, jangan pernah membeda-bedakan dan merendahkan
nasabah. Buatlah fikiran kita bahwa mereka itu lebih tinggi jabatannya dari kita,
sehingga kita bisa menjaga sikap dan menghormati dia meski sambil banyak
canda tawa.
Banyak taraining yang saya ikuti di tahun kedua, seperti training motivasi
dan training VBT. Dari training tersebut saya mendapatkan banyak manfaat,
karena dari syering dan pengalaman serta penjelasan dari trainer yang hebat.
17
Mengerti, bagaimana kehidupan di dunia layanan (front liner) dan bagaimana
menyikapinya. Semua dijelaskan dan diputarkan beragam video.
Ketegangan menghadapi selisih pun saya dapatkan. Karena mustahil jika
teller tidak pernah mengalaminya. Suatu hari, saya mendapatkan nasabah dengan
setoran nominal dua ratus juta dan banyak sekali uang kecilnya. Padahal, saat itu
waktu saya tinggal sepuluh menit, dan waktunya saya istirahat. Keadaan saat
itupun di cabang sedang sangat ramai. Dan akhirnya sayapun tukeran istirahat
dengan teller lainnya. Ketika itu, ada uang yang jatuh. Ibu Melanie pun
mengingatkan saya dan sayapun mengambilnya. Hingga transaksi selesai dan jam
makan siang saya tiba. Sayapun balancing mencocokkan jumlah uang dilaci
danmenyesuaikan dengan nominal di IBS. Saat itu saya panic karena ternyata saya
mengalami selisih kurang kas sebesar lima juta. Sayapun mencari. Mulai dari slip,
laci dan tempat sampah. Tapi tidak ditemukan juga. Hingga akhirnya dibantu dan
proses berlangsung sudah berjalan satu jam. Dan itu berarti waktu istirahat saya
usai. Saya semakin bingung dan panik. Hingga akhirnya koko Iwan dating dan
memeriksa smua laci dan tempat sampah. Ternyata uang saya masuk ke tempat
sampah saat jatuh tadi. Yang saya ambil hanya satu gepok pecahan sepuluh ribu,
sedangkan ternyata yang jatuh itu dua gepok. Bersyukur, masih bisa ditemukan
meski bingung saat saya mencari ke tempat sampah tidak ada. Dan memang
mungkin saya terlalu panik saat itu.
Selisih juga pernah saya dapatkan pada transaksi valas. Pagi itu, nasabah
pertama saya membawa bank note untuk dicairkan dalam mata uang rupiah.
Setelah saya cek bank notenya, karena transaksi jual beli bank note harus
menginput nomor identitas nasabah yang ada. Sedangkan, nasabah saya baru
pertama kali melakukan transaksi valas saat itu. Setelah menunggu penginputan,
saya pun mengebon uang awal hari ke kasanah.setelah semua selesai, tanpa sadar
saya langsung memberikan uang tersebut ke nasabah saya tanpa menginput TDP.
Dan hingga saatnya saya istirahat dan balancing, ternya saya mengalami selisih
kurang kas senilai enam juta tujuh ratus ribu rupiah. Sayapun bingung dan
mencari. Namun tidak ketemu. Dan kemudian orang bank note pun keluar sedang
mengecek transaksi yang ada saat itu. Kabag sayapun menanyakan adakah selisih
18
senilai enam juta tujuh ratus ribu di petugas bank notenya. Dan ternyata benar
kalau saya belum memberikan TDP ke bagian bank note.
Ditahun kedua juga, saya pernah mendapatkan kesempatan yang luar biasa
menurut saya. Saya disuruh mewakili tim untuk mengikuti program smart reward
yang rutin ada pada tiap tahunnya. “waaaaah, luar biasa,, karena saya merasa saya
belum pantas dan belum cukup baik untuk mengikuti itu”. Waktu itu, saya
diberitahu oleh kabag saya ibu Melanie, bahwa sayalah yang mewakili pada tahun
ini dari tim kita. Sungguh, saya senang, tapi saya sempat takut dan ragu. Jika saya
hanya memalukan WSA saja. Tapi ibu Melanie pun meyakinkan saya untuk
mengikutinya. Karena memang sudah banyak pertimbangannya sebelum memilih.
Meskipun tidak lolos, tapi banyak juga hikmahnya. Banyak juga pengalamannya
meski berlangsung sebulan. Banyak pelajaran yang saya dapat, karena kalau saja
tidak mengikuti program ini saya tidak pernah mempelajari dan memahami
produk agak dalam. Saya berusaha dan terus berusaha secara maksimal, namun
saya belum lebih baik dari yang ada. Dan dari pengalaman ini juga, saya mulai
berfikir, bahwa kalau kita biasa-biasa saja, hasilnyapun biasa. Tapi, jika kita
melakukan lebih dari apa yang ada, hasilnya juga pasti lebih. Jadi, tidak pernah
saya berfikir BCA itu banyak tuntutannya. Seperti kebanyakan orang bilang. Tapi
jika kita berusaha dan mencoba melakukannya dengan baik. Hasilnyapun akan
baik. Saya terus menerima masukan-masukan dari rekan maupun atasan saya.
Karena saya yakin apa yang mereka katakana itu untuk membuat saya menjadi
lebih baik lagi. Terima kasih semua……