22
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA: EPIDURAL DAN SUBDURAL Oleh kelompok 4 / AJ 1 Anatomi Fisiologi Otak

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep Pada Pasien Trauma

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA: EPIDURAL DAN SUBDURALOleh kelompok 4 / AJ 1

1Anatomi Fisiologi Otak

Lapisan OtakDuramater adalah membran luar yang liat, semitranslusen, dan tidak elastisArakhnoid adalah membrane fibrosa halus dan elastis yang tidak melekat pada dura materPia mater adalah membran halus yang memiliki sangat banyak pembuluh darah halus dan merupakan satu-satunya lapisan meningeal yang masuk ke dalam semua sulkus dan membungkus semua girus, kedua lapisan yang lain hanya menjembatani sulkus

Trauma Saraf EpiduralPengertianHematoma yang terletak antara duramater dan tulang, biasanya sumber pendarahannya adalah robeknay arteri meningika media (paling sering), vena diploica (oleh karena adanya fraktur kalvaria), vena emisaria, sinus venosis duralis (Mutaqqin, 2008).Perdarahan epidural adalah kumpulan darah yang terletak diantara duramater dan periosteum, yang disebabkan oleh laserasi traumatik pada arteri meningeal (Baehr & Frotscher, 2012).

Etiologi Fraktur tulang kepala temporo-parietalis dengan laserasi arteri atau vena meningea media. Akumulasi darah yang cepat dalam ruang epidural mengakibatkan peningkatan ICP yang cepat, herniasiunkus, dan kompresi batang otak.Manifestasi KlinisSakit kepala, dilatasi pupil bilateral, muntah, hemiparesis, dan kebingungan.Trauma kepala awal dengan LOC.Selanjutnya 50% mengalami interval lusid yang diikuti dengan penurunan kesadaran seraya ICP meningkat.Kematian yang mendadak dapat terjadi.Pemeriksaan PenunjangSkull radiografiRadiografi Cervical SpineComputed Tomography (CT) ScanMagnetic Resonance Imaging (MRI)Angiografi SerebralElectroencephalography (EEG)Analisis CSFLaboratorium : Leukosit, Hemoglobin, Hematokrit

Epidural hematoma

PenatalaksanaanJalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi dipertahankan.Dilakukan intubasi jika terdapat hipoksemia atau pasien tidak mampu melindungi jalan nafas.Pemeriksaan neurologi dilakukan secara berulang.Diberikan terapi hipotensi dengan cairan IV isotonic Profilaksis kejang (fenitoin atau fosfenitoin).

Cont.Peningkatan tekanan intracranial dan/atau herniasi yang mengancam diterapi dengan elevasi kepala, intubasi dan hiperventilasi yang moderat (pCO2 30-35 mmHg), infus manitol, dan kemungkinan drainase bedah syaraf.Memerlukan operasi dekompresi pada sebagian besar kasus.Trepanasi dengan bormem buat lubang dapat dilakukan di UGD jika ada herniasi yang mengancam atau bedah syaraf belum tersedia.

Trauma Saraf SubduralPengertian Hematoma subdural adalah terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena atau jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit (Mutaqqin, 2008). Hematoma subdural adalah akumulasi darah dibawah lapisan meningeal duramater dan diatas araknoid yang menutupi otak (Hudak & Gallo, 2010).

KlasifikasiMenurut Isselbacher,dkk (2006), klasifikasi hematoma subdural terbagi menjadi dua, yaitu :Hematoma Subdural AkutHematoma Subdural Subakut/Kronik

EtiologiMenurut Jeffrey & Scott (2012) keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya hematoma subdural adalah sebagai berikut :Hematom subdural akutPaling sering disebabkan oleh trauma kepala yang berat dengan robekan bridging vein yang melintasi ruang subdural.Berkaitan dengan kerusakan otak di bawahnya sebagai akibat kontusio, terbentuknya hematom, trauma aksonal yang difus, dan edema serebral.

ContSubdural subakut atau kronis : akumulasi darah subdural yang lambat.Terjadi dalam waktu 1-10 hari setelah trauma kepala.Paling sering terjadi pada pasien tua, alkoholisme, dan mendapatkan antikoagulasi.

Manifestasi KlinisMenurut George (2009), manifestasi klinis yang dapat muncul pada pasien dengan hematoma subdural adalah sebagai berikut :Nyeri kepala mendadakintensitas maksimal dalam waktu segera atau menit dan berlangsung selama beberapa jam sampai hari.Tanda rangsang meningealmual, muntah, fotofobia, kaku kuduk.Penurunan kesadaran sementara (50% kasus hematoma subdural) atau menetap.Serangan epileptic pada 6% kasus hematoma subdural.Defisit neurologis fokal berupa disfasia, hemiparesis, hemihipestia.Kematian mendadak terjadi pada 10% kasus hematoma subdural.

Pemeriksaan PenunjangCT-Scan ( dengan tanpa kontras )MRIAngiogrfi serebralEEG berkalaFoto rontgen, PETPemeriksaan CFS, lumbal pungsi :Laboratorium : Kadar elektrolitSkrining toksikologiAnalisa Gas Darah (AGD)Subdural hematoma

PenatalaksanaanMenurut Jeffrey & Scott (2012) penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan hematoma subdural adalah sebagai berikut :Jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi dipertahankan.Dilakukan intubasi jika terdapat hipoksemia atau pasien tidak mampu melindungi jalan nafas.Pemeriksaan neurologi dilakukan secara berulang.Diberikan terapi hipotensi dengan cairan IV isotonic (larutan garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) untuk mempertahankan perfusi serebral.Profilaksis kejang (fenitoin atau fosfenitoin).Peningkatan tekanan intracranial dan/atau herniasi yang mengancam diterapi dengan elevasi kepala, intubasi dan hiperventilasi yang moderat (pCO2 30-35 mmHg), infus manitol, dan kemungkinan drainase bedah syaraf.Hematom subdural akut memerlukan tindakan operasi drainase.Hematom subdural subakut atau kronis dapat di drainase atau mungkin dirawat secara konservatif dengan monitor status neurologi dan CT Scan serial.

WOCKonsep Asuhan Keperawatan 1. PengkajianKeluhan Utama : Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak dari trauma kepala disertai penurunan kesadaranRiwayat Penyakit SekarangRiwayat Penyakit DahuluRiwayat Penyakit KeluargaPengkajian Psikososiospritual

Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum B1 (breathing)B2 (Blood)B3 (Brain): pengkajian tingkat kesadaran, pengkajian saraf kranial, pengkajian sistem motorik, pengkajian refleks, pengkajian sistem sensorikB4 (Bladder)B5 (Bowel)B6 (Bone)

Diagnosa KeperawatanKetidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan depresi pada pusat pernafasan di otak, kelemahan otot-otot pernafasan, ekspansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan dan perubahan perbandingan O2 dengan CO2, serta kegagalan ventilator.Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan trauma otak, penurunan perfusi otak > 50-60 mmHg Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan trauma pada otakNyeri akut yang berhubungan dengan peningkatan TIK, trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

INTERVENSI

Diagnosa 1:Manajemen jalan nafasManajemen jalan nafas buatanPengurangan cemasPemberian O2Monitor status respiratoriMonitor tanda-tanda vitalMonitor status neurologiPengaturan posisi (head up)Diagnosa 2:Monitor status neurologiMonitor ukuran, bentuk, kesimetrisan dari pupilMonitor level kesadaran klienMonitor status respiratory: nilai BGA, oksimetri nadi (kedalaman, irama, frekuensi)Monitor parameter hemodinamik invasif, sesuai aturanMonitor respons babinskiMonitor tanda-tanda vitalManajemen edema cerebral Pantau karakteristik CSS: warna, kejernihan, konsistensiHindari posisi leher flexiHindari valsava manueverPosisi bed head upHindari penggunaan PEEPBatasi cairanBantu latihan ROM pasif3. Monitor ICP (Intracranial Pressure)4. Pemberian terapi IV5. Manajemen cairanDiagnosa 3 :Konsultasi dengan tim medis untuk menentukan parameter hemodinamik dalam skala tertentuStimulasi hipertensi dengan ekspansi volume dada atau pemberian agen inotropik/vasokonstriksi sesuai aturan, untuk memelihara parameter hemodinamik dan CPP (Cerebral Perfusion Pressure)Pantau nilai PT (Prothrombine Time) dan PTT (Partial Thromboplastin Time)Jaga nilai pCO2 pada 25 mmHg atau lebihBerikan rheologic agents (manitol dosis rendah) sesuai aturanPantau status neurologis klien

TERIMA KASIH