42
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK A. Definisi Katarak Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000). B. Etiologi Katarak Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000): 1. Usia lanjut dan proses penuaan 2. Congenital atau bisa diturunkan. 3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. 4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti: 1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK

A.  Definisi Katarak

Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan

keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau

denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan

penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang

(Corwin, 2000).

B.  Etiologi Katarak

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):

1.     Usia lanjut dan proses penuaan

2.     Congenital atau bisa diturunkan.

3.     Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan

beracun lainnya.  

4.   Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan

obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

1.     Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.

2.  Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan

metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.

3.     Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.

4.   Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti

kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

5.     Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

C. Patofisiologi 

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

D.  Manifestasi Klinis

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:

1.  Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan

fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.

2.      Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

1.   Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak

dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan

dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup. Pupil yang normalnya

hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil

mata seakan akan bertambah putih.

2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.

Gejala umum gangguan katarak meliputi: 

1.    Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2.    Gangguan penglihatan bisa berupa:

  Peka terhadap sinar atau cahaya.

  Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

  Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

  Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

  Kesulitan melihat pada malam hari

  Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata

  Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

 E.Klasifikasi Katarak

Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:

1.  Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi

virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak

kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi

berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi

yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.

             Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita

penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan

histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-

penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris

heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui

penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti

rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-

kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila

katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem

saraf seperti retardasi mental.

Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak

kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital

adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak

kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.

2. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai

terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya

merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit

penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya

3. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang

lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia

lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit

Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:

              a)   Stadium awal (insipien).

Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan

tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak

merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan.

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior

( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior,

kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan

dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan

ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua

bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

             b)    Stadium imatur.

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum

mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada

stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.

Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi

mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik

mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

c)    Stadium matur.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil

desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak

terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.

Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh

karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas,

Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

d) Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa

ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam"

kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang

keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau

galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

4)  Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative

yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi

bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding

dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.

Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan

miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung

dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp

terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak

Lensa Mata Keruh, ed. 2,)

5)  Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada

lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam

penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia

lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas,

Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test (-) (+) (-) +/-

Visus (+) < << <<<

Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

1.   Katarak Inti ( Nuclear )

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah

dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

2.   Katarak Kortikal

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari

tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita

DM.

3.   Katarak Subkapsular.

Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM,

renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat

mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.

F. Penatalaksanaan katarak

            Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu dengan

menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat

meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.

            Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa

mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu

dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa

sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis

yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:

1.    Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.

2.    Badan silier            : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.

3.   Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf

optikus di bagian belakang mata.

Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris

disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan

bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang

didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang

mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan

social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Indikasi

dilakukannya operasi katarak :

1.  Indikasi sosial : Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam

melakukan rutinitas pekerjaan.

2.         Indikasi medis : Bila ada komplikasi seperti glaucoma.

3.      Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3m

didapatkan hasil visus 3/60.

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

1.      ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya

itulah teknik operasi yg tersedia.

2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:

1. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa

secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan

yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.

2. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana

menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga

material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi

katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa

menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata

yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti

dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara

permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan

waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata

baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh.

Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode

fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan

kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.

Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi

sedang dalam tahap pengembangan

Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya,

tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus

komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa

intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi

keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar

penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

G. Pemeriksaan Fisik

Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar (jelas terlihat)  tingkat tekanan intraokuler.

Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sitematis, biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di evaluasi lebih dahulu, kemudian diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil.Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, yang dilakukan perawat adalah  :a.   Melakukan obsevasi keadaan umum mata dari jauh.b.  Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

diinspeksi warna, keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya bulu mata.

c.  Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya  benda asing.

H. PemeriksaanDiagnostik

1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)

2.    Lapang penglihatan3.    Pengukuran tonografi4.    Test provokatif5.    Pemeriksaanoftalmoskopi6.    Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)  7.    Test toleransi glaukosa/ FBS

I. KomplikasiKomplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi penyakit berupa glukoma dan uveitis.

J. Pencegahan Katarak

a.   Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor faktor yang

mempercepat terbentuknya katarak.

b.   Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa

mengurangi  jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.

c.    Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.

d.    Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C, vit A dan vit E

1.    Asuhan keperawatan katarak

PENGKAJIAN

1.      Data Demografi

Nama klien : Tn. B

Umur : 45 Tahun

Diagnosa Medik : Katarak

Tanggal Masuk : 13 – 05 - 2013

Alamat : Kampung rawa

Suku : Sulawesi

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

Agama : islam

Pekerjaan : PNS

Status perkawinan: Menikah

2.      Riwayat Penyakit

a.    Keluhan Utama

Klien mengeluh penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn. B

sudah menggunakan kaca mata plus 1dan minus 2,5 pada obita dextra

dan sinistra. Pemeriksaan fisik dengan Opthalmoscope bagian kornea ada

selaput putih. Sudah 2 tahun ini Tn. B dinyatakan menderita diabetes

mellitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur. Oleh dokter

spesialis mata Tn. B dinyatakan katarak. Tn. B dipersiapkan untuk

dilakukan operasi katarak 2 hari lagi jika kadar gula darahnya sudah

normal. TTV saat ini

a. TD : 140/90 mmhg

b. Nadi : 84 x/menit

c. Suhu : 37,40 C

d. RR : 24x/menit

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

1.      Klien mengatakan penglihatan

kabur seperti berawan, padahal

sudah menggunakan kaca mata

plus 1 dan minus 2.5 pada orbita

dextra dan sinistra.

2.      Klien mengatakan sudah 2 tahun

ini mempunyai Diabetes Melitus,

dan menjalankan pengobatan

secara teratur

3.      Klien mengatakan tidak

1.      Hasil pemeriksaan fisik dengan

opthalmoscope bagian kornea

ada selaput putih

2.      Vital sign :

a)      TD : 140/90 mmHg

b)      N: 84x/menit

c)      T :37,4 0c

d)     RR: 24x/menit

3.      Hasil pemeriksaan : BB : 78 kg

dan

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

mengerti kenapa sampai

mengalami katarak

4.      Kemungkinan klien mengatakan

cemas memikirkan biaya untuk

operasinya.

5.      Kemungkinan klien mengatakan

kesulitan untuk beraktivitas

6.      Kemungkinan klien mengatakan

penglihatannya tidak jelas

7.      Kemungkinan klien mengatakan

jika terkena sinar/paparan

matahari menyilaukan mata

8.      Kemungkinan klien mengatakan

jika melihat sesuatu berbayang-

bayang/menjadi dua bayangan.

9.      Kemungkinan klien mengatakan

takut akan kondisinya.

10.  Kemungkinan klien mengatakan

tidak tahu sama sekali tentang

penyakitnya.

11.  Kemungkinan klien mengatakan

cemas takut tidak berhasil

menjalankan operasinya.

12.  Kemungkinan klien mengatakan

gelisah

13.  Kemungkinan klien mengatakan

cemas terhadap penyakit yang

dideritanya.

14.  apakah sembuh/tidak.

15.  Kemungkinan klien mengatakan

pada bagian mata nyeri.

16.  Kemungkinan klien mengatakan

tidak tahan terhadap nyerinya.

4.      GDS terakhir 210

5.      Kemungkinan klien terlihat sulit

untuk beraktivitas.

6.      Kemungkinan klien wajahnya

tampak gelisah

7.      Kemungkinan klien terlihat

terus bertanya-tanya dengan

pertanyaan yang sama.

8.      Kemungkinan klien terlihat

bingung.

9.      Kemungkinan klien terlihat

cemas.

10.  Kemungkinan klien terlihat

takut

11.  Kemungkinan klien terlihat

tegang.

12.  Kemungkinan klien terlihat

memfokuskan pada dirinya

sendiri.

13.  Kemungkinan skla nyeri (6)

14.  Kemungkinan klien terlihat

menahan rasa sakit.

15.  Kemungkinan klien terlihat

merintih kesakitan ( nyeri )

16.  Kemungkinan terlihat pada

bagian luka oprasi klien terdapat

kemerahan.

17.  Kemungkinan terlihat pada

bagian luka klien mengalami

iritasi.

18.  Kemungkinan klien dan

keluarganya tampak masih

bingung dengan perawatan luka

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

17.  Kemungkinan klien mengatakan

badannya panas sehabis operasi

beberapa hari kemudian.

18.  Kemungkinan klien mengatakan

tidak tahu dengan cara

perawatan luka post operasi.

19.  Kemungkinan klien mengatakan

berasal dari keluarga kurang

mampu.

post operasi.

ANALISA DATA

No. Tanggal

Ditemuk

an

Data Fokus Masalah

Keperawat

an

Etiologi Par

af

PRE OPERASI

1 DS :

       Klien mengatakan

penglihatan kabur

seperti berawan,

padahal Tn.B sudah

menggunakan kaca

mata plus 1 dan

minus 2.5 pada

orbita dextra dan

sinistra

       Kemungkinan klien

mengatakan

kesulitan untuk

beraktivitas

       Kemungkinan klien

mengatakan

penglihatannya

Gangguan

persepsi

sensori-

perseptual

penglihatan

.

Gangguan

penerimaa

n

sensori/stat

us organ

indera

ditandai

dengan

menurunny

a

ketajaman

penglihata

n.

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

tidak jelas

       Kemungkinan klien

mengatakan jika

terkena

sinar/paparan

matahari

menyilaukan mata

       Kemungkinan klien

mengatakan jika

melihat sesuatu

berbayang-

bayang/menjadi dua

bayangan

DO:

       Hasil pemeriksaan

fisik dengan

opthalmoscope

bagian kornea ada

selaput putih

       Kemungkinan klien

terlihat sulit untuk

beraktivitas.

2 DS

       Klien mengatakan

cemas memikirkan

biaya untuk

operasinya.

       Kemungkinan klien

mengatakan cemas

takut tidak berhasil

menjalankan

operasinya

Ansietas. Perubahan

pada

status

kesehatan.

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

       Kemungkinan klien

mengatakan gelisah

       Kemungkinan klien

mengatakan cemas

terhadap penyakit

yang dideritanya.

DO

       Kemungkinan

terlihat wajah klien

tampak gelisah.

       Kemungkinan klien

terlihat tegang.

       Kemungkinan klien

terlihat

memfokuskan pada

diri sendiri.

       Kemungkinan klien

terlihat cemas.

       Kemungkinan klien

terlihat takut

3 DS :

       Klien mengatakan

tidak mengerti

kenapa sampai

mengalami katarak

       Kemungkinan klien

mengatakan takut

akan kondisinya.

       Kemungkinan klien

mengatakan tidak

tahu sama sekali

tentang

Kurang

Pengetahua

n.

kurang

informasi

tentang

penyakit.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

penyakitnya.

       Kemungkinan klien

mengatakan cemas

terhadap penyakit

yang dideritanya

apakah

sembuh/tidak

DO:

       Kemungkinan wajah

tampak gelisah

       Kemungkinan klien

terlihat terus

bertanya-tanya

dengan pertanyaan

yang sama.

       Kemungkinan klien

terlihat bingung.

POST OPERASI

4 DS :

       Kemungkinan klien

mengatakan nyeri

pada bagian mata

pasca operasi.

       Kemungkinan klien

mengatakan tidak

tahan ternhadap

nyerinya

DO :

       Vital sign :

a)      TD : 140/90

mmHg

b)      N: 84x/menit

Nyeri. Luka pasca

operasi.

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

c)      T :37,4 0c

d)     RR: 24x/menit

       Kemungkinan skla

nyeri (6)

       Kemungkinan klien

terlihat menahan

rasa sakit.

       Kemungkinan klien

terlihat merintih

kesakitan ( nyeri )

5 DS

       Klien mengatakan

penglihatan kabur

seperti berawan,

padahal sudah

menggunakan kaca

mata plus 1 dan

minus 2.5 pada

orbita dextra dan

sinistra

       Kemungkinan klien

mengatakan

kesulitan untuk

beraktivitas

       Kemungkinan klien

mengatakan

penglihatannya

tidak jelas

       Kemungkinan klien

mengatakan jika

melihat sesuatu

berbayang-

bayang/menjadi dua

Resiko

tinggi

terhadap

cidera.

Keterbatas

an

penglihata

n.

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

bayangan

6 DS :

       Kemungkinan klien

mengatakan

badannya panas

sehabis operasi

beberapa hari

kemudian

DO :

       Vital sign :

a)      TD : 140/90

mmHg

b)      N: 84x/menit

c)      T :37,4 0c

d)     RR: 24x/menit

Risiko

infeksi.

Prosedur

invasif

(operasi

katarak).

7 DS :

       Kemungkinan klien

mengatakan tidak

tahu dengan cara

perawatan luka post

operasi.

       Kemungkinan klien

mengatakan berasal

dari keluarga

kurang mampu.

DO :

       Kemungkinan klien

dan keluarganya

tampak masih

bingung dengan

perawatan luka post

operasi.

Resiko

ketidak

efektifan

penatalaksa

naan

regimen

terapeutik.

kurang

pengetahu

an, kurang

sumber

pendukung

.

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa keperawatan Tanggal

ditemukan

Tanggal

Teratasi

1. Gangguan persepsi sensori-

perseptual penglihatan b.d Gangguan

penerimaan sensori/status organ

indera ditandai dengan menurunnya

ketajaman.

12 – 05 /

2013

15 – 05 /

2013

2. Ansietas b.d Perubahan pada status

kesehatan.

12 – 05 /

2013

15 – 05 /

2013

3. Kurang pengetahuan b.d Kurang

informasi tentang penyakit

12 – 05 /

2013

12 – 05 /

2013

4. Nyeri b.d Luka pasca operasi. 15 – 05 /

2013

18 – 05 /

2013

5. Resiko tinggi terhadap cidera b.d

Keterbatasan penglihatan.

15 – 05 /

2013

18 – 05 /

2013

6. Risiko infeksi b.d Prosedur invansif

( operasi katarak )

15 – 05 /

2013

18 – 05 /

2013

7. Resiko ketidakefektifan

penatalaksanaan regimen terapeutik

b.d kurang pengetahuan, kurang

sumber pendukung.

15 – 05 /

2013

18 – 05 /

2013

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N

o

.

Diagnos

a

Keperaw

atan

Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1

.

Ganggua

n

persepsi

sensori-

Setelah

dilakuka

n

tindakan

   Mengenal

gangguan

sensori

danber

1.   Kaji ketajaman

penglihatan,

catat apakah

satu atau dua

1.   Kebutuhan

tiap

individu dan

pilihan

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

perseptu

al

penglihat

an b.d

Ganggua

n

penerima

an

sensori/st

atus

organ

indera

ditandai

dengan

menurun

nya

ketajama

n

penglihat

an.

keperaw

atan

selama

3x24

jam

diharapk

an

masalah

presepsi

sensori

pengliha

tan

teratasi

kompensasi

terhadap

perubahan.

  

Mengidentifik

asi/memperba

iki potensial

bahaya dalam

lingkungan.

mata terlibat.

2.   Orientasikan

klien

tehadaplingkun

gan.

3.   Observasi

tanda-

tandadisorienta

si.

4.   Pendekatan

dari sisi

yangtak

dioperasi,

bicaradengan

menyentuh.

5.   Ingatkan klien

menggunakan

kacamata

katarak yang

tujuannya

memperbesar

kurang lebih

25%,

penglihatan

perifer hilang.

6.   Letakkan

barang yang

dibutuhkan/pos

isi bel

pemanggil

dalam

jangkauan/posi

si yang sehat.

intervensi

bervariasi

sebab

kehilanganp

englihatan

terjadi

lambatdan

progresif.

2.  

Memberika

n

peningkata

nkenyaman

an dan

kekeluargaa

n,

menurunka

n cemas

dan

disorientasi

pasca

operasi.

3.   Terbangun

dalam

lingkungan

yang tidak

dikenal dan

mengalami

keterbatasa

n

penglihatan

dapat

mengakibat

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

kankebingu

ngan

terhadap

orang tua.

4.  

Memberika

n

rangsangse

nsori tepat

terhadapiso

lasi dan

menurunka

nbingung.

5.   Perubahan

ketajaman

dankedalam

an persepsi

dapat

menyebabk

an bingung

penglihatan

dan

meningkatk

an resiko

cedera

sampai

pasien

belajar

untuk

mengkomp

ensasi.

6.  

Memungkin

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

kan

pasienmelih

at objek

lebih

mudah dan

memudahk

an

panggilan

untuk

pertolongan

biladiperluk

an.

2

.

Ansietas

b.d

Perubaha

n pada

status

kesehata

n.

Setelah

dilakuka

n

tindakan

keperaw

atan

selama

3x24

jam

diharapk

an :

tidak

terjadi

kecema

san

pada

klien

dan

tidak

ada

perubah

   Pasien

mengungkapk

an dan

mendiskusika

n rasa

cemas/takutn

ya.

   Pasien

tampak rileks

tidak

tegangdan

melaporkan

kecemasanny

a berkurang

sampai pada

tingkat dapat

diatasi.

1.   Kaji tingkat

kecemasan

pasien dan

catat adanya

tanda- tanda

verbal dan

nonverbal.

2.   Beri

kesempatan

pasien untuk

mengungkapka

n isipikiran dan

perasaan

takutnya.

3.   Observasi

tanda vital

danpeningkata

n respon fisik

pasien.

4.   Beri

penjelasan

1.   Derajat

kecemasan

akan

dipengaruhi

bagaimana

informasi

tersebut

diterima

oleh

individu.

2.  

Mengungka

pkan rasa

takut

secara

terbuka

dimana

rasa takut

dapat

ditujukan.

3.  

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

an

status

kesehat

an.

pasien tentang

prosedur

tindakan

operasi,

harapandan

akibatnya.

5.   Lakukan

orientasi

danperkenalan

pasienterhadap

ruangan,petug

as, dan

peralatanyang

akan

digunakan.

6.   Beri

penjelasan

dansuport pada

pasien

padasetiap

melakukan

prosedurtindak

an.

Mengetahui

respon

fisiologis

yang

ditimbulkan

akibat

kecemasan.

4.  

Meningkatk

an

pengetahua

n pasien

dalam

rangka

mengurangi

kecemasan

dan

kooperatif.

5.  

Mengurangi

kecemasan

dan

meningkatk

an

pengetahua

n.

6.  

Mengurangi

perasaan

takutdan

cemas.

3

.

Kurang

pengetah

Setelah

dilakuka

   Klien

menyatakan

1.   Kaji informasi

tentang kondisi

1.  

meningkatk

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

uan b.d

Kurang

informasi

tentang

penyakit.

n

tindakan

keperaw

atan

selama

3x24

jam

diharapk

an :

Klien

lebih

mengert

i akan

penyakit

nya

pemahaman

mengenai

kondisi/proses

penyakit &

pengobatan.

individu,

prgnosis, tipe

prosedur/lensa.

2.   Informasikan

pasien untuk

menghindari

tetes mata

yang dijual

bebas.

3.   Tekankan

pentingnya

evaluasi

perawatan

rutin. Beri tahu

untuk

melaporkan

penglihatan

berawan.

4.   Anjurkan

pasien

menghindari

membaca,

berkedip;

mengangkat

berat,

mengejan saat

defekasi,

membongkok

pada panggul,

meniup hidung.

an

pemahama

n dan

meningkatk

an kerja

sama

dengan

perawat.

2.   Dapat

bereaksi

silang/camp

ur dengan

obat yang

diberikan.

3.  

pengawasa

n periodik

menurunka

n risiko

komplikasi

serius.

4.   aktivitas

yang

menyebabk

an mata

lelah/regan

g, manuver

Valsalva,

atau

meningkatk

an TIO

dapat

mempengar

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

uhi hasil

bedah dan

mencetuska

n

perdarahan.

4

.

Nyeri b.d

Luka

pasca

operasi.

Setelah

dilakuka

n

tindakan

keperaw

atan

selama

3x24

jam

diharapk

an :

nyeri

berkura

ng,

hilang

dan

terkontr

ol.

   Nyeri

berkuran.

   Klien terlihat

lebih rileks

1.   Dorong pasien

untuk

melaporkan

tipe, lokasi dan

intensitas

nyeri, rentang

skala.

2.   Pantau TTV.

3.   Berikan

tindakan

kenyamanan.

4.   Beritahu

pasien bahwa

wajar saja ,

meskipun lebih

baik untuk

meminta

analgesik

segera setelah

ketidaknyaman

an menjadi

dilaporkan.

Kolaborasi :

5.   Berikan obat

sesuai indikasi

1.   Nyeri

dirasakan

dimanifesta

sikan dan

ditoleransi

secara

individual.

2.   Kecepatan

jantung

biasanya

meningkat

karena

nyeri.

3.  

meningkatk

an

relaksasi.

4.   adanya

nyeri

menyebabk

an

tegangan

otot yang

menggangu

sirkulasi

memperlam

bat proses

penyembuh

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

an dan

memperber

at nyeri.

5.  

Rasionalisas

i : Untuk

mengontrol

nyeri

adekuat

dan

menurunka

n tegangan.

5

.

Resiko

tinggi

terhadap

cidera

b.d

Keterbata

san

penglihat

an.

Setelah

dilakuka

n

tindakan

keperaw

atan

selama

3x24

jam

diharapk

an :

cedera

dapat

dicegah

   Menyatakan

pemahaman

factor yang

terlibat dalam

kemungkinanc

edera

   Mengubah

lingkungan

sesuai indikasi

untuk

meningkatkan

keamanan

1.   Diskusikan apa

yang terjadi

pada

pascaoperasi

tentang nyeri,

pembatasan

aktivitas,

penampilan,

balutan mata.

2.   Beri pasien

posisi

bersandar,

kepala tinggi

atau miring ke

sisi yang tak

sakit sesuai

keinginan.

3.   Batasi

aktivitas

seperti

menggerakkan

1.   Membantu

mengurangi

rasa takut

dan

meningkatk

an kerja

sama dalam

pembatasa

n yang

diperlukan.

2.   Istirahat

hanya

beberapa

menit

sampai

beberapa

jam pada

bedah

rawat jalan

atau

menginap

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

kepala tiba-

tiba,

menggaruk

mata,

membongkok.

4.   Ambulasi

dengan

bantuan;

berikan kamar

mandi khusus

bila sembuh

dari anastesi.

semalam

bila terjadi

komplikasi.

Menurunka

n tekanan

pada mata

yang sakit,

meminimal

kan risiko

perdarahan

atau stres

pada

jahitan/jahit

an terbuka.

3.  

Menurunka

n stres

pada area

operasi/me

nurunkan

TIO.

4.  

Memerluka

n sedikit

regangan

daripada

penggunaa

n pispot,

yang dapat

meningkatk

an TIO.

6

.

Risiko

infeksi

Setelah

dilakuka

   Tidak ada

tanda-tanda

1.   Diskusikan

pentingnya

1.  

Menurunka

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

b.d efek

samping

prosedur

invasive.

n

tindakan

keperaw

atan

selama

3x24

jam

diharapk

an :

tidak

terjadi

infeksi.

infeksi seperti

kemerahan

dan iritasi.

mencuci

tangan

sebelum

menyentuh /

mengobati

mata.

2.   Gunakan /

tunjukkan

tekhnik yang

tepat untuk

membersihkan

bola mata.

3.   Tekankan

pentingnya

tidak

menyentuh /

menggaruk

mata yang

dioperasi.

4.   Berikan obat

sesuai indikasi.

Kolaborasi :

5.   Berikan obat

sesuai indikasi.

n jumlah

bakteri

pada

tangan,

mencegah

kontaminasi

area

operasi.

2.   Tekhnik

aseptik

menurunka

n resiko

penyebaran

bakteri dan

kontaminasi

silang.

3.   Mencegah

kontaminasi

dan

kerusakan

sisi operasi.

4.   Digunakan

untuk

menurunka

n inflamasi.

5.   Sediaan

topikal

digunakan

secara

profilaksis,

dimana

terapi lebih

diperlukan

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

bila terjadi

infeksi.

7

.

Resiko

ketidakef

ektifan

penatalak

sanaan

regimen

terapeuti

k b.d

kurang

pengetah

uan,

kurang

sumber

pendukun

g. Yang

ditandai

dengan,

pertanya

n atau

peryataa

n salah

konsepsi,

tak

akurat

mengikut

i

instruksi,

terjadi

komplika

si yang

dapat

Setelah

dilakuka

n

tindakan

keperaw

atan

selama

3x24

jam

diharapk

an:

perawat

an

rumah

berjalan

efektif.

  Klien mampu

mengidentifik

asi kegiatan

keperawatan

rumah

(lanjutan)

yang

diperlukan

  Keluarga

menyatakan

siap untuk

mendampingi

klien dalam

melakukan

perawatan

1.   Kaji tingkat

pengetahuan

pasien tentang

perawatan

paska

hospitalisasi.

2.   Terangkan

cara

penggunaan

obat-obatan.

3.   Berikan

kesempatan

bertanya.

4.   Tanyakan

kesiapan klien

paska

hospitalisasi.

5.   Identifikasi

kesiapan

keluarga dalam

perawatan diri

klien paska

hospitalisasi.

6.   Terangkan

berbagai

kondisi yang

perlu

dikonsultasikan

.

1.   Sebagai

modalitas

dalam

pemberian

pendidikan

kesehatan

tentang

perawatan

di rumah.

2.   Klien

mungkin

mendapatk

an obat

tetes atau

salep(topica

l).

3.  

Meningkatk

an rasa

percaya,

rasa aman,

dan

mengeksplo

rasi

pemahama

n serta hal-

hal yang

mungkin

belum

dipahami.

4.   Respon

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

dicegah verbal

untuk

meyakinkan

kesiapan

klien dalam

perawatan

hospitalisasi

.

5.   Kesiapan

keluarga

meliputi

orang yang

bertanggun

g jawab

dalam

perawatan,

pembagian

peran dan

tugas serta

penghubun

g klien dan

institusi

pelayanan

kesehatan.

6.   Kondisi

yang harus

segera

dilaporkan :

•  Nyeri pada

dan

disekitar

mata, sakit

kepala

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

menetap.

•  Setiap nyeri

yang tidak

berkurang

dengan

obat

pengurang

nyeri.

•  Nyeri

disertai

mata

merah,

bengkak,

atau keluar

cairan :

inflamasi

dan cairan

dari mata.

•  Nyeri dahi

mendadak.

•  Perubahan

ketajaman

penglihatan

, kabur,

pandangan

ganda,

selaput

pada

lapang

penglihatan

,

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : JakartaBarbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : JakartaCorwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : JakartaDoenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta