Upload
baskoro-abdiansyah
View
107
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Konsep Asuhan Keperawatan
Pasien Dengan Appendisitis
Khusna RahmawanBaskoro Abdiansyah
KONSEP DASAR PENYAKIT
• Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus.
• Definisi lain Apendisitis merupakan peradangan pada appendiks, sebuah kantung buntu yang berhubungan dengan bagian akhir secum yang umumnya disebabkan oleh obstruksi pada lumen appendiks (Luxner, 2005)
• Williams dan Wilkins (dalam Indri, et al, 2014) menyatakan apendisitis merupakan peradangan pada Apendiks yang berbahaya jika tidak ditangani dengan segera di mana terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus.
PENGERTIAN
ETIOLOGI• Apendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri.
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan.
• Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis.
1. Appendisitis AkutMerupakan peradangan pada appendiks dengan gejala khas yang memberikan tanda setempat. Gejala apendisitis akut antara lain nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium di sekitar umbilicus. Keluhan ini disertai rasa mual muntah dan penurunan nafsu makan. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada titik ini nyeri yang dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat (Sjamsuhidayat, 2005).
KLASIFIKASI
2. Appendisitis KronisDiagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan 3 hal yaitu; pertama, pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen selama paling sedikit 3 minggu tanpa alternative diagndosis lain. Kedua, setelah dilakukan appendiktomi gejala yang dialami pasien akan hilang dan yang ketiga, secara histopatologik gejalanya dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif pada dinding appendiks atau fibrosis pada appendiks, (Santacroce & Craig, 2006).
KLASIFIKASI
• Nyeri perut, Beberapa tanda nyeri yang terjadi pada kasus apendisitis dapat diketahui melalui beberapa tanda nyeri antara lain; Rovsing’s sign, Psoas sign, dan Jump Sign
• Nyeri perut ini sering disertai mual serta satu atau lebih episode muntah dengan rasa sakit
• Umumnya nafsu makan akan menurun
• Konstipasi
MANIFESTASI KLINIS• Nilai leukosit yang biasanya
meningkat dari rentang nilai normal
• Pada auskultasi, bising usus normal atau meningkat pada awal apendisitis dan bising melemah jika terjadi perforasi
• Demam• Temuan dari hasil USG
berupa cairan yang berada di sekitar appendiks menjadi sebuah tanda sonographik penting
• Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal terjadinya appendicitis.
• Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian proksimal. Selanjutnya, terjadi peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang distensi secara terus menerus karena multiplikasi cepat dari bakteri
• Obstruksi juga menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung. semakin lama, mukus tersebut semakin banyak. Namun, elastisitas dinding apendiks terbatas sehingga meningkatkan tekanan intralumen.
PATOFISIOLOGI
• Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia, hambatan aliran limfe, ulserasi mukosa, dan invasi bakteri. Infeksi memperberat pembengkakan apendiks (edema). Trombosis pada pembuluh darah intramural (dinding apendiks) menyebabkan iskemik. Pada saat ini, terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium
• Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
• Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren
PATOFISIOLOGI
• Tata laksana apendisitis sebelum terjadinya perforasi antara lain; rehidrasi, pemberian antibiotik, dan tindakan bedah appendiktomi (pengangkatan appendiks)
• Antibiotik diberikan sebelum prosedur operasi
• Cairan intra vena dan elektrolit diberikan sebelum operasi
• Tindakan bedah biasanya dilkukan pada kuadran kanan bawah perut dengan dilakukan insisi
PENATALAKSANAAN• Pada apendisitis perforasi
atau yang telah mengalami rupture appendiks memiliki tata laksana antara lain; rehidrasi intra vena, antibiotic sistemik, dan dekompresi saluran gastro intestinal dengan menggunakan selang naso gastric sebelum operasi, serta tindakan bedah laparatomi appendiktomi.
1. Anamnesis• Identitas Pasien
• Jenis Kelamin : Kesalahan diagnosa appendicitis 15-20% terjadi pada perempuan karena munculnya gangguan yang sama dengan appendicitis seperti pecahnya folikel ovarium, salpingitis akut, kehamilan ektopik, kista ovarium, dan penyakit ginekologi lain.
• Usia : Penelitian Addins (1996) di Amerika Serikat, appendicitis tertinggi pada usia 10-19 tahun
• Tempat Tinggal : Amerika Serikat pada anak umur 2-20 tahun didapat bahwa perforasi appendicitis lebih cenderung di pedesaan (69,6%) daripada perkotaan (30,4%)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN (FOKUS)
• Ras : Faktor ras berhubungan dengan pola makan terutama diet rendah serat dan pencarian pengobatan.
• Keluhan Utama : Nyeri perut adalah gejala utama dari apendisitis. Perlu diingat bahwa nyeri perut bisa terjadi akibat penyakit–penyakit dari hampir semua organ tubuh. Nyeri perut ini sering disertai mual serta satu atau lebih episode muntah dengan rasa sakit, dan setelah beberapa jam, nyeri akan beralih ke perut kanan bawah pada titik McBurney.
PENGKAJIAN (FOKUS)
2. Pemeriksaan Fisik• Tanda vital seperti peningkatan suhu jarang
>1oC (1.8oF) dan denyut nadi normal atau sedikit meningkat.
• Perforasi apendiks vermikularis akan menyebabkan peritonitis purulenta yang di tandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat berupa nyeri tekan dan defans muskuler yang meliputi seluruh perut, disertai pungtum maksimum di regio iliaka kanan, dan perut menjadi tegang dan kembung.
• Peristalsis usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya ileus paralitik.
PENGKAJIAN (FOKUS)
1. Pemeriksaan Fisik• Jika dilakukan palpasi akan didapatkan
nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, biasanya di sertai nyeri lepas.
• Tanda rovsing yaitu nyeri yang dirasakan pada kuadran kanan bawah perut ketika dilakukan penekanan dan pelepasan pada bagian kiri bawah perut
• Uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks vermiformis.
PENGKAJIAN (FOKUS)
UJI PSOAS
UJI OBTURATOR
3. Pemeriksaan Penunjang• Leukosit Darah : Pada kebanyakan kasus terdapat
leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi berupa perforasi.
• Urinalisis : Sekitar 10% pasien dengan nyeri perut memiliki penyakit saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium urin dapat mengkonfirmasi atau menyingkirkan penyebab urologi yang menyebabkan nyeri perut. Meskipun proses inflamasi apendisitis akut dapat menyebabkan piuria, hematuria, atau bakteriuria sebanyak 40% pasien, jumlah eritrosit pada urinalisis yang melebihi 30 sel per lapangan pandang atau jumlah leukosit yang melebihi 20 sel per lapangan pandang menunjukkan terdapatnya gangguan saluran kemih.
PENGKAJIAN (FOKUS)
3. Pemeriksaan Penunjang• Radiologi
Pemeriksaan pencitraan yang mungkin membantu dalam mengevaluasi pasien dengan kecurigaan apendisitis adalah foto polos perut atau dada, ultrasonogram, enema barium, dan kadang-kadang CT scan.
• USG : dapat digunakan untuk membedakan antara appendisitis akut dan appendisitis perforasi
PENGKAJIAN (FOKUS)
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS
1. Pre Operatif• Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan distensi jaringan
usus akibat inflamasi apendiks.
• Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi/ruptur pada apendiks, pembentukan abses.
• Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah, status hipermetaabolik, dan inflamasi peritonium dengan cairan asing.
• Ansietas berhubungan dengan prosedur persiapan tindakan operasi, kurang pengetahuan, dan perubahan status kesehatan
• Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS2. Post Operatif• Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan adanya luka insisi post apendiktomi
• Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya port de entry kuman pada luka insisi post apendiktomi
• Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan pembatasan post operasi
INTERVENSI1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan distensi jaringan usus akibat inflamasi apendiks; adanya luka insisi post apendiktomiGangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi post apendiktomi
TUJUAN :Setelah dilakukan perawatan, klien menunjukkan tingkat kenyamanan positif, mampu mengendalikan nyeri, tingkat nyeri berkurang
KRITERIA HASIL :• Pasien mampu untuk melakukan aktivitas yang
tidak menimbulkan nyeri; berbicara, makan, dan minum
• Terlihat rileks dapat tidur/ beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
• Pasien dapat mengendalikan rasa nyeri dengan teknik yang telah diajarkan
• Pasien melaporkan tingkat nyeri berkurang
INTERVENSI• Observasi tingkat nyeri, tanyakan
lokasi, karakteristik, awitan, durasi, frekuensi, dan perhatikan faktor presipitasinya
• Berikan posisi nyaman, semifowler ataupun posisi miring, bila tidak ada kontraindikasi
• Ajarkan teknik pengendalian nyeri, teknik distraksi relaksasi, terapi mendengarkan musik, membaca, dan lainnya.
• Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
• Kolaborasi : pemberian obat-obat analgesik
RASIONAL• Membantu menentukan
intervensi yang tepat untuk mengurangi nyeri.
• Memberikan posisi nyaman dapat membantu dalam mengurangi rasa nyeri
• Teknik-tenik pengendalian nyeri dapat diajarkan agar klien mampu mengatasi rasa nyeri.
• Dapat membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya.
• Agen-agen farmakologi dapat digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
APLIKASI KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Tn. K• Umur : 36 tahun• No Reg : 329621• Ruangan/Kamar : Ruang Seruni III A• Jenis Kelamin: Laki-laki• Status : Menikah• Golongan Darah : A• Agama : Islam• Pekerjaan : Pekerja Swasta• Alamat : Jalan Monginsidi
36, Surakarta• Suku Bangsa : Indonesia• Pendidikan : SLTA• Tgl MRS : 24 Juli 2014• TglPengkajian : 25 Juli 2014• Diagnosa Medis : Apendisitis akut
Keluhan Utama :Keluhan utama nyeri pada
perut sebelah kanan bawah, yang dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :P : Pasien mengatakan nyeri muncul ketika merubah posisi, bertambah nyeri saat batuk, miring ke kanan, ataupun saat diraba, terkadang nyeri muncul tidak diketahui apa sebabnya. Untuk mengatasinya pasien hanya menahannya saja dan beristirahat.
Q : Pasien mengatakan saat nyeri muncul seperti ditusuk-tusuk dan nyeri yang dirasakan hilang timbul. Ketika nyeri muncul pasien terlihat meringis menahan sakit
RIWAYAT KESEHATAN
R : Nyeri pada perut kanan bawah merambat sampai epigastrium seperti tanda-tanda maagS : Skala nyeri 7, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat menggangu aktivitas, sehingga aktivitas pasien harus dibantu istrinya.T : Nyeri terasa terus menerus bertambah nyeri saat batuk, miring ke kanan, ataupun saat diraba.
Riwayat Penyakit Dahulu :• Tidak ada riwayat penyakit serius
yang pernah dialami, tidak ada riwayat alergi, pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit.
RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat Penyakit Keluarga :• Keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit keturunan.
Riwayat Psikososial:• Pasien mengatakan ingin cepat
sembuh dan pulang agar bisa kembali berkumpul dengan keluarganya khususnya anak-anaknya.
• Sejauh ini kondisi psikologis pasien cukup stabil
Pola Nutrisi & Cairan :• Dirumah (saat sakit) : Pasien juga
mengeluhkan nafsu makan berkurang, kadang mual dan muntah.
• di Rumah Sakit : Saat pengkajian pasien sudah makan 1 porsi habis yang disediakan rumah sakit. Sudah menghabiskan botol besar ±750cc air mineral. Terpasang Infus RL 20 tpm
POLA KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Pola Nutrisi & Cairan :• Dirumah (saat sakit) : Pasien
mengatakan, BAK kurang lebih 9 gelas/hari berwarna kuning. Selama 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien belum BAB.
• di Rumah Sakit : Pasien sudah BAK kurang lebih 3 gelas dalam 6 jam berwarna kuning sedikit gelap. Pasien belum BAB selama di rumah sakitPola Istirahat :
• Pada saat pengkajian pasien mengatakan susah tidur karena tidak terbiasa dengan kondisi lampu yang menyala di rumah sakit
Personal Hygiene• Tidak ada masalah yang signifikan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum:• Compos mentis (E4V5E5)
• Terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri
• BB : 71 kg
• TB : 170 cm
Pemeriksaan Abdomen:• Inspeksi : Bentuk abdomen simetris,
Tidak ada lesi, Warna kulit kuning langsat
• Auskultasi : Bising usus 15 x/menit
• Palpasi : Nyeri tekan pada titik McBurney dan nyeri tekan sampai epigastrium, ditemukan tanda Psoas dan Obturator positif. Pengkajian Alvarado terdapat tanda-tanda nyeri saat bergerak
• Perkusi : Tympani saat diperkusi
Tanda-Tanda Vital :• TD : 130/90 mmHg
• N : 104x/menit
• RR : 20x/menit
• S : 38,5oC
PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Satuan Normal Hasil
*HEMATOLOGI*
Hemoglobin g/dL 12,0–14,0 (P)
13,0– 16,0 (L)
13,9
Leukosit 103/μl 5,0–10,0 15,7
Eritrosit Juta/μl 4,0–5,0 (P)
4,5–5,5 (L)
4,73
Hematokrit % 40–50 (P)
45–55 (L)
42
Trombosit 103/μl 150 – 400 238
Golongan Darah O Rhesus (+)
Hitung Jenis
Basofil % 0,0–1,0 0,20
Eosinofil % 1,0–2,0 0,30
Neutrofil % 54,0–62,0 85,70
Limfosit % 20,0–40,0 8,70
Monosit % 2,0–8,0 5,10
1. Laboratorium : Tabel disamping
2. Rontgent: Ditemukan bentukan infiltrat pada apendiks
3. USG: Hasil pemeriksaan USG diperoleh kesan apendisitis
PENGOBATAN/TERAPI
Terapi Parenteral :• Infuse RL 20 tpm
• Metronidazole 500 gr/8 jam
• Cefotaxim 1 gr/12 jam
• Ranitidine 25 mg/12 jam
• Norages 100 gr/8 jam
Terapi Oral :• Inadril sirup 3x1 sendok teh
No. Tanggal Kelompok Data Masalah Penyebab
1. 24/07/2014 DS :
1. Pasien mengatakan nyeri pada perut sebelah kanan
bawah dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit
2. Pasien mengatakan saat nyeri muncul seperti
ditusuk-tusuk dan nyeri yang dirasakan hilang
timbul
3. Nyeri terasa terus menerus bertambah nyeri saat
batuk, miring ke kanan, ataupun saat diraba
4. Nyeri pada perut kanan bawah merambat sampai
epigastrium seperti tanda-tanda maag
5. Skala nyeri 7, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan sangat menggangu aktivitas, sehingga
aktivitas pasien harus dibantu istrinya
DO :
6. Ketika nyeri muncul pasien terlihat meringis
menahan sakit
7. Nyeri tekan pada titik McBurney dan nyeri tekan
sampai epigastrium,
8. Ditemukan tanda Psoas dan Obturator positif.
9. Pengkajian Alvarado terdapat tanda-tanda nyeri
saat bergerak
Gangguan rasa nyaman :
Nyeri
Apendisitis
Sekresi mukus meningkat
Terjadi pembengkakan
Ulserasi
Peningkatan tekanan intraluminal
Peningkatan tekanan intraabdominal
Nyeri
ANALISA DATA
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus akibat inflamasi apendiks.
• Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi/ruptur pada apendiks, pembentukan abses.
• Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah, status hipermetabolik, dan inflamasi peritonium dengan cairan asing.
INTERVENSI/RENCANA KEPERAWATANNo. Tanggal
Diagnosa
KeperawatanTujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. 24/07/2014Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus akibat inflamasi apendiks
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien menunjukkan tingkat kenyamanan positif, mampu mengendalikan nyeri, tingkat nyeri berkurangKriteria Hasil :1. Pasien mampu untuk
melakukan aktivitas yang tidak menimbulkan nyeri; berbicara, makan, dan minum
2. Terlihat rileks dapat tidur/ beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
3. Pasien dapat mengendalikan rasa nyeri dengan teknik yang telah diajarkan
4. Pasien melaporkan tingkat nyeri berkurang
Mandiri :1. Selidiki keluhan nyeri, catat
lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor- faktor yang mempercepat dan tanda tanda rasa sakit non verbal.
2. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatakan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
3. Ajarkan penggunaan teknik pengendalian nyeri secara non-farmakologis, misalnya teknik napas dalam, mendengarkan musik, dsb.
4. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
Kolaborasi :5. NSAID mis: Ibuprofen
(motrin) naproksen (naprosyin) sulindak (clinoril)
Mandiri :1. Membantu dalam menentukan
kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program .
2. Pada penyakit berat tirah baring sangat mungkin diperlukan (sampai perbaikan objektif dan subjektif di dapat) untuk membatasi nyeri
3. Teknik manajemen nyeri non-farmakologis dapat digunakan untuk mencegah pasien ketergantungan dengan obat-obatan jenis analgesik.
4. Dapat membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya.
Kolaborasi :5. Dapat digunakan bila pasien tidak
dapat memberikan respon pada aspirin atau untuk meningkatakan efek dari aspirin.
TERIMAKASIH