Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY. R DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN
PADA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL :
OSTEOARTRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
BUDI MULIA 2 CENGKARENG PADA TANGGAL 4-6 MEI
2017
Disusun Oleh :
EKA WIDYA YUSWADITA
2014750012
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. R
Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Nyeri Pada Gangguan
Sistem Muskuloskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017” Ini Telah Disetujui Untuk Diujikan
Pada Ujian Sidang Dihadapan Tim Penguji.
Jakarta, 5 Juni 2017
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
(Ns. Lily Herlinah, M. Kep., Sp. Kom)
Mengetahui,
Ka. Prodi. D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
(Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An)
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. R
Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Nyeri Pada Gangguan
Sistem Muskuloskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017” Ini Telah Diujikan Dan Dinyatakan
“Lulus” Dalam Ujian Sidang Dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal 6 Juni 2017.
Penguji I
(Ns. Lily Herlinah, M. Kep., Sp. Kom)
Penguji II
(Ns.Nurhayati, M.Kep.,Sp.Kep.Kom)
Mengetahui,
Ka. Prodi DIII Keoerawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
(Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An)
i
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Puji syukur kehadiran allah swt atas segala nikmat yang telah diberikan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Ny. R Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan
Nyaman Pada Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017”. Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dalam proses penyelesaian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
mendapatkan pengarahan, bimbingan, bantuan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Allah SWT telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu dan tanpa adanya
halangan dan kekurangan.
2. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan UMJ
3. Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Ka Prodi DIII Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Ns. Lily Herlinah, M. Kep., Sp. Kom selaku dosen pembimbing dan penguji I
dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.
5. Ns.Nurhayati, M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku penguji II dalam sidang Karya Tulis
Ilmiah ini.
6. Ns.Wati Jumaiyah, M.Kep.,Sp.KMB dan Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes selaku
wali Akademik yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
ii
7. Seluruh Dosen Institusi beserta staff Program Studi DIII Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan
bekal ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan.
8. Kepala Panti dan Staff di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2 cengkareng
yang telah membimbing dan memerikan pengarahan kepada penulis selama
penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah ini berlangsung.
9. Mamah Kotiah, Bapak Wiwid Yuswadarma, Kedua adik adikku tercinta (Lara
Widya Yuswarisma dan Trie Widya Yuswatama) serta keluarga besar penulis
yang selalu sabar menghadapi tingkah penulis dan selalu memberikan semangat
dan motivasi kepada penulis saat penulis mulai jenuh dan lelah serta selalu
memberikan dukungan kepada penulis baik secara material maupun nonmaterial
kepada penulis.
10. Sahabat saya Ayu Nila Sari, Euis Octaviani Putri, Mitha Nur Artha Medika,
Maiyanti Wahidatunissa, Tri Amalia, Wardah Afipah dan Windi Yuniati yang
selalu memberikan penulis support, semangat dan motivasi selama menempuh
pendidikan di DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan juga untuk
Sahabat saya tercinta yang jauh disana (Anita Rizky, Arsha Aulia Firda, Dara
Noviantika, Feby Nurulita Dani, Ferly Okta Edi Utami, Rismaya Nurbaity,
Prastika Nindy Ana, dan Yulia Dwi Susanti) yang sedang sama sama berjuang
menempuh pendidikan di Univesitas yang berbeda dengan penulis dan yang
tidak lupa selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Tim Gerontik (Abdul Muslimin, Dika Fernanda, Lailatul Amin, Mitha Nur Artha
Medika, Veggy Septian Ellitha, Wardah Afipah dan Windi Yuniati) yang telah
membantu mengingatkan, memotivasi, memberi semangat serta melengkapi
penulis dikala penulis mempunyai kekurangan serta teman teman seperjuangan
angkatan 32 Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan yang
telah menorehkan kisah selama 3 tahun penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurnaan, oleh karena itu, penulis menerima kritik dan
saran semi perbaikkan Karya Tulis Ilmiah ini.
iii
Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, penulis berharap Karya Tulis Imliah
ini dapat bermanfaat bagi para tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis
khususnya sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu
pengetahuan dibidang keperawatan.
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Juni 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iv
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
B. Tujuan penulisan ……………………………………………………………. 4
1. Tujuan Umum ………………………………………………………….. 4
2. Tujuan Khusus …………………………………………………………. 4
C. Lingkup Masalah ……………………………………………………………. 5
D. Metode Penulisan …………………………………………………………… 5
E. Sistematika Penulisan ………………………………………………………. 5
BAB 2 : TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Lanjut Usia ………………………………………………….. 7
1. Definisi Lanjut Usia …………………………………………………….. 7
2. Batasan Lanjut Usia …………………………………………………….. 9
3. Teori Menua …………………………………………………………… 10
4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia ……………………………. 19
5. Tugas Perkembangan Lanjut Usia …………………………………….. 39
B. Konsep Dasar Masalah Kepefrawatan …………………………………….. 42
1. Pengertian Osteoarthritis ………………………………………………. 42
2. Klasifikasi Osteoarthritis ………………………………………………. 43
3. Etiologi dan Faktor Resiko Osteoarthritis ……………………………... 43
4. Patofisiologi Osteoarthritis ……………………………………………. 46
5. Manifestasi klinis Osteoarthritis ………………………………………. 47
6. Komplikasi Osteoarthritis ……………………………………………... 48
7. Penatalaksanaan Osteoarthritis ………………………………………... 48
v
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Theori Maslow …………….. 53
D. Proses Keperawatan Lanjut Usia Dengan Osteoarthritis ………………….. 56
1. Pengkajian Keperawatan ……………………………………………… 56
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….. 63
3. Perencanaan Keperawatan ……………………………………………. 65
4. Pelaksanaan Keperawatan …………………………………………….. 85
5. Evaluasi Keperawatan ………………………………………………… 85
BAB 3 : TINJAUAN KHUSUS
A. Pengkajian Keperawatan …………………………………………………... 88
B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………………... 109
C. Perencanaan Keperawatan ……………………………………………….. 114
D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………………………... 119
E. Evaluasi Keperawatan ……………………………………………………. 129
BAB 4 : PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan …………………………………………………. 131
B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………………... 134
C. Perencanaan Keperawatan ……………………………………………….. 136
D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………………………... 137
E. Evaluasi Keperawatan ……………………………………………………. 137
BAB 5 : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 138
B. Saran ……………………………………………………………………… 139
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tidak
terkecuali dalam bidang kesehatan membuat kualitas kesehatan
penduduk di dunia menjadi meningkat sehingga umur harapan hidup
(UHH) manusia pun menjadi meningkat. Berdasarkan data yang
diperoleh dari pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI bahwa
angka umur harapan hidup pada tahun 2010-2015 di indonesia adalah
70,7 tahun dan diperkirakan pada tahun 2015-2020 angka umur harapan
hidup akan meningkat mencapai 71,7 tahun. Menurut Undang-Undang
nomor 113 tahun 1998 pada Bab I Pasal I ayat 2 tentang kesejahteraan
lanjut usia dalam Lilik (2011), lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.
Berdasarkan data dari World Population Prospects The Revision (2015),
ada 901.000.000 orang berusia 60 tahun atau lebih atau 12% dari jumlah
populasi global. Asia menempati urutan pertama dengan jumlah populasi
lanjut usia terbesar dimana pada tahun 2015 berjumlah 508 juta. Menurut
World Health Organization (WHO) jumlah warga negara indonesia pada
tahun 2013 adalah sebanyak 249.866.000 dimana 8% dari jumlah
populasinya adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Berdasarkan
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2014 jumlah
lanjut usia di indonesia mencapai 20,24 juta jiwa atau setara dengan
8,03% dari seluruh penduduk di indonesia dan didaerah jawa barat
sendiri jumlah penduduk lanjut usia sekitar 7,58%.
2
Menua atau menjadi tua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam maupun luar tubuh yang masih dikategorikan sebagai hal yang
alamiah. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa lanjut usia
rentan terkena berbagai penyakit antara lain pada sistem
muskuloskeletal. Salah satu penyakit yang menyerang sistem
muskuloskeletal pada lanjut usia yaitu osteoartritis. Osteoartritis
merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakkan
kertilago sendi vertebra, panggul, lutul dan pergelangan kaki paling
sering terkena osteoartritis (Aru, dkk 2009). Osteoartritis diklasifikasikan
menjadi tipe primer dan tipe sekunder. Tipe primer (idiopatik) tanpa
kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
osteoarthritis. Dan tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan
pernah fraktur. (Yuliana Elin, 2009). Penyebab dari osteoartritis untuk
sekarang masih belum jelas tetapi faktor resiko osteoartritis dapat
diketahui dari beberapa hal diantaranya adalah umur. Perubahan fisik dan
biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning sehingga osteoartritis banyak terjadi pada
lanjut usia.
Tanda gejala yang biasa muncul pada lanjut usia yang mengalami
osteoartritis adalah nyeri sendi, nyeri bertambah dengan aktifitas dan
membaik dengan istirahat, kekakuan paling ringan pada pagi hari namun
terjadi berulang-ulang sepanjang hari, krepitasi, deformitas, dan adanya
tanda - tanda peradangan. Hal ini akan berdampak kepada kebutuhan
dasar manusia pada lanjut usia yang akan terganggu seperti, mengganggu
kebutuhan aktivitas yang disebabkan oleh adanya hambatan gerak sendi,
deformitas dan perubahan gaya berjalan. Selain itu mengganggu
kebutuhan rasa aman dan nyaman yang disebabkan oleh adanya nyeri di
daerah tulang dan persendian yang terkena osteoartritis.
3
Berdasarkan data yang diperoleh dari National Centers for Health
Statistics, sekitar 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 25-74 tahun
mempunyai keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi
osteoarthritis total di Indonesia adalah sekitar 34,3 juta orang pada tahun
2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Berdasarkan data
yang diperoleh, jumlah lanjut usia di panti sosial tresna werdha budi
mulia 2 yang mengalami osteoarthritis berjumlah 27 orang.
Mengingat banyaknya kasus dan dampak yang ditimbulkan akibat dari
osteoarthritis peran perawat sangat penting dalam pelayanan terhadap
lanjut usia yang mengalami osteoartritis diantaranya aspek promotif,
preventif, kuratif,dan rehabilitatif. Aspek promotif pada keperawatan
adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang osteoartritis.
Aspek preventif, yaitu cara mencegah dengan cara menganjurkan untuk
mengatur pola makan sesuai diit dan menghindari makanan yang
memungkinkan menyebabkan osteoarthritis bertambah parah seperti
kacang-kacangan, menganjurkan olahraga ringan secara teratur seperti
berjalan kaki minimal 30 menit perhari serta mengurangi berat badan.
Aspek kuratif yaitu dengan memberikan kompres pada daerah yang nyeri
serta melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
serta anti-inflamasi. Aspek yang terakhir adalah aspek rehabilitatif, yaitu
dengan melakukan latihan gerak sendi atau range of motion (rom) secara
bertahap dan membatasi gerak.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih
dalam mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia dengan
masalah sistem muskuloskeletal : osteoartritis. Maka penulis mengambil
judul karya tulis ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. R
Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Nyeri Pada
Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017”
4
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Tersusunnya karya ilmiah yang menguraikan/mendeskripsikan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman klien : nyeri klien
dengan masalah kesehatan gangguan sistem muskuloskeletal :
osteoarthritis.
2. Tujuan khusus
a. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil pengkajian
kebutuhan dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan
sistem muskuloskeletal :osteoartritis.
b. Mampu menguraikan/mendeskripsikan masalah keperawatan
kebutuhan dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan
sistem muskuloskeletal : osteoarthritis.
c. Mampu menguraikian/mendeskripsikan rencana tidakkan
keperawatan.
d. Mampu menguraikan/medeskripsikan tindakkan keperawatan
kebutuhan dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan
sistem muskuloskeletal : osteoarthritis.
e. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil evaluasi kebutuhan
dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan sistem
muskuloskeletal : osteoarthritis.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori
dan kasus dengan masalah kesehatan gangguan sistem
muskuloskeletal : osteoartritis
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat
serta dapat mencari solusi.
5
C. Lingkup masalah
Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan pembahasan tentang
pemberian Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. R Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman : Nyeri Pada Gangguan Sistem
Muskoluskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017.
D. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi
kepustakaan dan deskriptif. Dalam metode deskriptif pendekatan yang
digunakan adalah studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus
menggunakan proses keperawatan dan hasil asuhan keperawatan di
deskripsikan dengan menggunakan kaidah penulisan ilmiah. Dalam
metode ini disebutkan juga bagaimana penulis memperoleh data atau
informasi (wawancara secara langsung dari klien Ny. R dan tidak
langsung dari petugas kesehatan observasi dan pemeriksaan fisik).
E. Sistematika penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri
dari:
BAB I : Pendahuluan meliputi, latar belakang masalah, tujuan
Penulisan ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : Membahas tentang konsep dasar lanjut usia (definisi
lanjut Usia, batasan lanjut usia, teori menua, perubahan yang
terjadi pada lanjut usia, tugas perkembangan lanjut usia),
konsep dasar masalah kepefrawatan (pengertian
osteoarthritis, klasifikasi osteoarthritis, etiologi dan faktor
resiko osteoarthritis, patofisiologi osteoarthritis, manifestasi
klinis osteoarthritis, komplikasi osteoarthritis,
6
penatalaksanaan osteoarthritis), konsep kebutuhan dasar
manusia menurut theori maslow dan proses keperawatan
lanjut usia dengan osteoarthritis (pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan).
BAB III : Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari hasil lapangan
Tentang asuhan keperawatan usia lanjut meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
BAB IV : Pembahsan yang membahas kesenjangan teori dengan
kasus, Analisa dari faktor-faktor pendukung serta
penghambat serta alternatif pemecahan masalah dalam
memberikan asuhan keperawatan ditiap tahapan yaitu :
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
BAB V : Kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
Lampiran
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Lanjut Usia
1. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,
dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan
fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua
orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu. Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang ditentukan
oleh tuhan yang maha esa. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental
dan sosial secara bertahap.
Menurut undang-undang nomor 113 tahun 1998 dalam Lilik, 2011
tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal I ayat 2, yang
dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke
atas.
Dra. Ny. Jos Masdani; Nugroho 2000 dalam Lilik, 2011
mengemukakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia
dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase
iufentus antara 25-40 tahun, kedua fase verilitas antara 40-50 tahun,
ketiga fase prasenium antara 55-65 tahun, keempat fase senium antara
65 hingga tutup usia.
8
Pengertian lanjut usia beragam tergantung kerangka pandang individu.
Orang tua yang berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya yang
tidak muda lagi. Orang sehat aktif berusia 65 tahun mungkin
menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut usia (Brunner dan
Suddart, 2001, Lilik, 2011).
Menurut Surini & Utomo (2003) dalam lilik, 2011, lanjut usia bukan
suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan.
Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007), mendifinsikan
lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap
bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat
tidak bisa lagi melaksanakan fungsi perang orang dewasa, seperti pria
yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk
wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik
seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam
masyarakat kepulauan pasifik, seseorang dianggap tua ketika ia
berfungsi sebagai kepala dari gariss keturunan keluarganya.
Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007) menganalisis
kriteria lanjut usia dari 57 negara didunia dan menemukan bahwa
kriteria lanjut usia yang paling umum adalah gabungan antara usia
kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh
perubahan status fungsional seseorang.
9
2. Batasan Lanjut Usia
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1999 dalam
Lilik (2011) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia
kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan
(middle age) antara usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara usia
60-74 tahun, lanjut usia tua (old) antara usia 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Menurutnya bahwa pada kelompok ini individu tersebut sudah terjadi
proses penuaan, dimana sudah terjadi perubahan aspek fungsi seperti
pada jantung, paru-paru, ginjal, dan juga timbul proses degenerasi
seperti osteoporosis (pengeroposan tulang), gangguan sistem
pertahanan tubuh terhadap infeksi dan timbulnya proses alergi dan
keganasan.
Menurut Departemen Kesehatan RI membagi golongan usia lanjut
menjadi 3 kelompok yaitu : kelompok menjelang usia lanjut (45-54
tahun) pada keadaan ini dikatakan sebagai masa virilitas, kelompok usia
lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium, dan kelompok kelompok
usia lanjut (>65 tahun) yang dikatakan sebagai masa pension.
Sedangkan Nugroho (2000) dalam Lilik (2011) menyimpulkan
pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang
disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
Menurut prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro dalam Wahjudi nugroho
(2012), lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (eldery
adulthood) 18 atau 29-25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau
maturitas usia 25-60 atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari
65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old)
75-80 tahun (old) lebih dari 80 tahun (very old).
10
UU No 13 tahun 1998 dalam Wahjudi nugroho, 2012 tentang
kesejahteran lanjut usia bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keata dan membuat penggolongan lanjut usia
menjadi 3 kelompok yaitu : kelompok lanjut usia dini (55-64 tahun)
yakni kelompok yang baru memasuki lanjut usia, kelompok lansia (65
tahun keatas) dan kelompok lanjut usia resiko tinggi yakni lanjut usia
yang berusia lebih dari 70 tahun.
3. Teori Menua
Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teori
penuaan secara biologi dan teori penuaan psikososial.
a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup (zairt, 1980 dalam renny
2014). Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat
struktural sel/organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh
agen patologis.
Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang
menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam
konteks sistemik dapat mempengaruhi/memberi dampak terhadap
organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan
peningkatan usia kronologis (hayflick, 1977 dalam Renny, 2014).
1) Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu
dan kebanyakkan sel-sel tubuh “diprogram” untuk membelah
50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan
dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel-sel yang
akan membelah jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
lebih sedikit (Spence & Masson dalam Watson 1992 dalam
11
Lilik 2011). Hal ini akan memberikan beberapa pengertian
terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa
pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan
berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, sepertu sistem saraf, sistem
muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ
dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang
karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh
dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel
pada sistem si tubuh kita cenderung mengalami kerusakkan
dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk
karena sistem sel tidak dapat diganti.
2) Teori “Genetik Clock”
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai didalam
nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung
mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar,
jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan
meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan ataupun penyakit akhir yang katastrofal.
Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini
merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies
terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata (misalnya
manusia 116 tahun, beruang 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing
27 tahun, sapi 20 tahun). Secara teoritis dapat dimungkinkan
12
memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu
dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakkan-tindakkan
tertentu.
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat
seluler, mengenai hal ini Hayflck (1980) melakukan penelitian
melalui kultur sel vitro yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies.
3) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya
pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan
dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein
dalam jaringan tersebut. Pada lanjut usia beberapa protein
(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh
tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago
dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta
menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia
(Tortora & Anagnostakos, 1990 dalam Lilik, 2011). Hal ini
dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan
kulit yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut,
juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada
sistem muskuloskeletal.
4) Keracunan oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di
dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang
mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa
mekanisme pertahanan diri tertentu.
13
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksis tersebut
membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari
rigrid, serta terjadi kesalahan genetik (Tortora &
Anagnostakos, 1990 dalam Lilik 2011).
Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel
dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga
mengontrol proses pengambilan nutrient dengan proses
ekskresi zat toksis di dalam tubuh. Fungsi komponen protein
pada membran sel yang sangat penting bagi proses diatas,
dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi
dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi
sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak disemua
jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan kerusakkan sistem tubuh.
5) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan
sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel
darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam
proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi,
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun
tubuh mengenali dirinya sendiri (Self Recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen
permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem
imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan
tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan
inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun
(Goldstein, 1989 dalam Lilik, 2011).
14
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibodi yang luas
mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi
akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak
jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya
prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut
usia (Brocklehurts, 1987 dalam Lilik, 2011). Disisi lain sistem
imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan
pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker
menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-
belah. Inilah yang menyebabkan kanker meningkat sesuai
dengan meningkatnya umur (Suhana, 1994 dalam Lilik 2011).
6) Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe).
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia
dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari
terkenanya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat
karsiogenik atau toksik dapat memperpanjang umur. Menurut
teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel
somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut.
Mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat sub seluler
dan molekular yang bisa disebut juga hipotesis “Error
Catastrophe” menurut hipotesis tersebut menua disebabkan
oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun. Sepanjang
kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA RNA)
maupun dalam proses translasi (RNA protein/enzim)
kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim
yang salah.
15
Kesalahan tersebut dapat berkembang secara eksponensial dan
akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah,
sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi jika terjadi
pula kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein),
maka terjadi kesalahan yang makin banyak, sehingga
terjadilah katastrop (Constantinides, 1994 dikutip oleh
Darmojo & Martono, 2000 dalam Lilik 2011).
7) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all (1935) yang dikutip Darmojo dan
Martono (2004) dalam Lilik (2011), pengurangan “intake”
kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan
dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah
kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya
salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel
misalnya insulin dan hormon pertumbuhan. Modifikasi cara
hidup yang kurang bergerak menjadi lebih banyak bergerak
mungkin dapat juga meningkatkan umur panjang. Hal ini
menyerupai hewan yang hidup dialam bebas yang banyak
bergerak dibanding dengan hewan laboratorium yang kurang
bergerak dan banyak makan. Hewan dialam bebas lebih
panjang umurnya daripada hewan laboratorium (Suhara, 1994
dikutip oleh Darmojo & Martono, 2000, dalam Lilik, 2011).
8) Kerusakkan Akibat Radikal Bebas
Radikal Bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan
didalam tubuh di fagosit (pecah), dan sebagai produk
sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam mitokondria.
Untuk organisasi aerob radikal bebas terutama terbentuk pada
waktu respirasi (aerob) di dalam mitokondria.
16
Karena 90% oksigen yang diambil tubuh termasuk didalam
mitokondria. Waktu terjadi proses respirasi tersebut oksigen
dilibatkan dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP,
melalui enzim respirasi di dalam mitokondria, maka radikal
bebas akan dihasilkan sebagai zat perantara. Radikal bebas
yang terbentuk tersebut adalah : Superoksida (𝑂2) Radikal
Hidroksi (OH), dan juga Peroksida Hidrogen (𝐻2𝑜2). Radikal
bebas bersifat merusak karena sangat reaktif sehingga dapat
bereaksi dengan dna, protein, asam lemak tak jenuh, seperti
dalam membran sel dan dengan gugus SH. Walaupun telah ada
sistem penangkal, namun sebagian radikal bebas tetap lolos,
bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas
terbentuk sehingga proses pengerusakkan terus terjadi,
kerusakkan organel sel semakin banyak dan akhirnya sel mati.
Oleh karena itu ada beberapa peluang yang memungkinkan kita
dapat mengintervensi, supaya proses menua dapat diperlambat.
Yang paling banyak kemungkinannya ialah mencegah
meningkatnya radikal bebas, manipulasi sistem imun tubuh,
metabolisme, makanan
b. Teori Psikologis
1) Activity Theory (Teori Aktivitas Atau Kegiatan)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun
dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial
dengan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke
lanjut usia (Nugroho, 2000 dalam Lilik, 2011).
17
2) Continuity Theory (Teori Kepribadian Berlanjut)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Identitas pada lanjut usia yang sudah mantap
memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat,
keluarga dan hubungan interpersonal. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang
yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimilikinya (Kuntjoro, 2002 dalam Lilik, 2011).
3) Disengagement Theory (Teori Pembebasan)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu lainnya (Nugroho, 2000, dalam Lilik,
2011). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia
seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjadi kehilangan ganda (triple loss) yakni: kehilangan
peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of
contact and relationship), dan berkurangnya komitmen
(reduced commitment to social mores and values).
4) Teori stratifikasi usia
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat dengan individu lain.
5) Teori kebutuhan manusia
Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5%
dan tidak semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.
18
6) Jung Theory
Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
7) Course Of Human Life Theory
Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
8) Development Task Theory
Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan
sesuai dengan usianya.
c. Teori Lingkungan (Environtmental Theory)
1) Radiation Theory (Teori Radiasi)
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik
karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-
gelombang mikro yang lebih menumbuk tubuh tanpa terasa
yang dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel
hidup atau bahkan rusak dan mati.
2) Stress Theory (Teori Stres)
Stress fisik maupun psikologis dapat mengakibatkan
pengeluaran neurotransmiter tertentu yang dapat
mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan
mengalami kekurangan oksigen dan mengalami gangguan
metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan
dalam sel dan penurunan jumlah cairan dalam sel dan
penurunan eksisitas membrane sel.
19
3) Pollution Theory (Teori Polusi)
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh
mengalami gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang
seterusnya mempercepat terjadinya proses menua dengan
perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.
4) Exposure Theory (Teori Pemaparan)
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan
mirip dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi
susunan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa
terjadi.
4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,
sosial dan seksual.
a. Perubahan Fisik
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya.
b) Lebih besar ukurannya
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya
cairan intraseluler.
d) Menurunya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan
hati.
e) Jumlah sel otak menurun.
f) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%.
20
2) Sistem Indra
Organ sensori pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba,
dan penghirup memungkinkan kita berkomunikasi dengan
lingkungan. Pesan yang diterima dari sekitar kita membuat
tetap mempunyai orientasi, ketertarikan dan pertentangan.
Kehilangan sensorik akibat penuaan merupakan saat dimana
lanjut usia menjadi kehilangan sensorik akibat penuaan
merupakan saat dimana lanjut usia menjadi kurang kinerja
fisiknya dan lebih banyak duduk.
a) Sistem Pendengaran
(1) Presbiakuisis (gangguan pendengaran) hilangnya
kemampuan/daya pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
(2) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis.
(3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras
karena meningkatnya keratin.
(4) Pendengaran menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stress.
b) Sistem penglihatan
(1) Spingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar.
(2) Kornea lebih berbentuk sfesis (bola).
(3) Lensa lebih buram (kekeruhan pada lensa) menjadi
katarak jelas menyebabkan gangguan pengelihatan.
(4) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan, lebih lambat dan susah
melihat dalam sahaya gelap.
(5) Hilangnya daya akomodasi.
21
(6) Menurunnya lapang pandang, berkurangnya luas
pandangannya.
(7) Menurunnya daya membedakan warna biru/hijau
pada skala.
c) Sistem Perabaan
Indera perabaan memberikan pesan yang paling intim dan
yang paling mudah untuk menerjemahkan. Bila indera
lain hilang, indera rabaan dapat mengurangi perasaan
sejahtera. Meskipun reseptor lain akan menumpul dengan
bertambahnya usia namun tidak pernah menghilang.
d) Sistem Pengecap dan Penghidu
Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit.
Diantara semuanya rasa manis yang paling tumpul pada
lanjut usia. Maka jelas bagi kita mengapa mereka senang
menambahkan gula secara berlebihan. Rasa yang tumpul
menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang asin dan
banyak berbumbu. Harus dianjurkan penggunaan rempah,
bawang merah, bawang putih dan lemon untuk
mengurangi garam dalam menyedapkan makanan.
3) Sistem Moskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lanjut usia antara lain
sebagai berikut:
a) Jaringan Penghubung (Kolagen dan Elastin)
Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon,
tulang, kartilago, dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab
turunya fleksibilitas pada lanjut usia sehingga
menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan
22
kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan
bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan
hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Upaya
fisioterapi untuk mengurangi dampak tersebut adalah
memberikan latihan untuk menjaga mobilitas.
b) Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhrinya permukaan sendi menjadi rata
kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian
menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut
sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan.
Akibatnya perubahan itu sendi mengalami peradangan,
kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya
aktifitas sehari-hari.
c) Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi.
Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif. Dampak perbuahan
morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan,
penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah
perubahan lebih lanjut, dapat diberikan latihan untuk
mempertahankan mobilitas.
23
d) Sendi
Pada lanjut usia jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligamen, fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligament
dan jaringan periarkular mengalami penurunan daya
lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan
klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi
kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan
luas dan gerak sendi. Kelainan tersebut dapat
menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan
sendi, gangguan jalan dan aktifitas keseharian lainnya.
Upaya pencegahan kerusakkan sendi antara lain dengan
memberi teknik perlindungan sendi, antara lain dengan
memberi teknik perlindungan sendi dalam beraktifitas.
4) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup:
a) Sistem Kardiovaskuler
Massa jantung, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena
perubahan pada jaringan ikat dan penumpukkan lipofusin
dan klasifikasi SA node dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat
maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun.
Latihan berguna untuk meningkatkan 𝑉𝑂2 maksimum,
mengurangi tekanan darah dan berat badan.
b) Sistem Respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang fungsi
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.
24
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang. Umur tidak
berhubungan dengan perubahan otot diafragman apabila
terjadi perubahan otot diafragma, maka otot toraks
menjadi tak seimbang dan menyebabkan terjadinya
distrosi dinding toraks selama respirasi berlangsung.
Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan seperti arteri
yang kehilangan elastisitasnya. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan sistolik
darah. Perubahan tekanan darah yang fisiologis mungkin
benar-benar merupakan tanda penuaan yang normal.
Didalam sistem pernafasan terjadi pendistribusian ulang
kalsium pada tulang iga yang kehilangan banyak kalsium
dan sebaliknya tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal
ini berhubungan dengan perubahan postural yang
menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru.
Berdasarkan alasan ini, lanjut usia mengalami salah satu
hal terburuk yang dapat ia lakukan yaitu istirahat ditempat
tidur dalam waktu yang lama. Perubahan dalam sistem
pernafasan membuat lanjut usia lebih rentan terhadap
komplikasi pernafasan akibat istirahat total, seperti infeksi
pernafasan akibat penurunan ventilasi paru.
5) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata.
Kehilangan gigi, penyebab utama adalah periodontal disease
yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain
meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
25
Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang krons dari
selaput lender, atropi indera pengecap (80%), hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang
rasa asin, asam dan pahit. Pada lambung rasa lapar menurun
(sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi. Fungsi absobsi melemah (daya absobsi
terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. Kondisi ini
secara normal, tidak ada konsekuensi yang nyata, tetapi
menimbulkan efek yang merugikan ketika diobati. Pada usia
lanjut, obat-obatan dimetabolisme dalam jumlah yang sedikit.
Pada lanjut usia perlu diketahui kecenderungan terjadinya
peningkatan efek samping, overdosis, dan reaksi yang
merugikan dari obat. Oleh karena itu, meski tidak seperti
biasanya, dosis obat yang diberikan kepada lanjut usia lebih
kecil dari dewasa.
6) Sistem Perkemihan
Berbeda dengan sistem pencernaan, pada sistem perkemihan
terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, eksresi, dan
reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini akan memberikan efek dalam
pemberian obat pada lanjut usia. Mereka kehilangan
kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk
metabolisme obat. Pola perkemihan tidak normal, seperti
banyak berkemih di malam hari, sehingga mengharuskan
mereka pergi ke toilet sepanjang malam. Hal ini menunjukkan
bahwa inkontinensia urin meningkat. (Ebersole and Hess,
2001 dalam Lilik, 2011).
26
7) Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atrofi
yang progresif pada serabut saraf lanjut usia. Lanjut usia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan
penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada susunan
saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi
karena susunan saraf pusat pada lanjut usia mengalami
perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Koordinasi
keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan
peningkatan waktu reaksi. Hal ini dapat dicegah dengan
pemberian latihan koordinasi dan keseimbangan serta latihan
untuk menjaga mobilitas dan postur (Surini dan Utomo, 2003
dalam Lilik, 2011).
8) Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lanjut usia ditandai dengan
megecilnya ovarium dan uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
Dorongan seksual menetap samapi usia diatas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik), yaitu dengan kehidupan seksual dapat
diupayakan sampai masa lanjut usia. Selaput lendir vagina
menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang dan reaksi sifatnya menjadi alkali (Watson, 2003
dalam Lilik, 2011).
27
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima,
mencamkan, menyimpan dan menghadirkan kembali
rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang. Pada
lanjut usia daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi
kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan.
Ingatan jangka panjang (long term memory) kurang
mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek
(short term memory) atau seketika 0-10 menit memburuk.
Lanjut usia akan kesulitan dalam dalam mengungkapkan
kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik
perhatiannya dan informasi baru seperti tv dan film. Keadaan
ini sering menimbulkan salah paham dalam keluarga. Oleh
sebab itu dalam proses pelayanan terhadap lanjut usia, sangat
perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-rambu baik berupa
tulisan ataupun gambar untuk membantu daya ingat mereka.
Misalnya dengan tulisan jum’at, tanggal 26 april 2009 dan
sebagainya, ditempatkan pada tempat yang strategis yang
mudah dibaca atau dilihat.
2) IQ (Intellegent Quocient)
Lanjut usia mengalami perubahan dengan informasi
matematika (analitis, linier, sekuensial) dan perkataan
verbal. Tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi)
menurun. Walaupun mengalami kontroversi, tes intelegensia
kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada
lanjut usia (Cockburn & Smith, 1991 dikutip oleh
Lumbantobing, 2006 dalam Lilik, 2011). Hal ini terutama
dalam bidang vokabular (kosakata), keterampilan praktis,
dan pengetahuan umum. Fungsi intelektual yang stabil ini
disebut sebagai crystallized intelligent.
28
Sedangkan fungsi intelektual yang mengalami kemunduran
adalah fluid intelligent seperti mengingat daftar, memori
bentuk geometri, kecepatan menemukan kata,
menyelesaikan masalah, kecepatan berespon, dan perhatian
yang cepat teralih (Wonder & Donovan, 1984, Kusumoputro
& Sidiarto, 2006 dalam Lilik, 2011).
Kecepatan proses di pusat saraf menurun sesuai
pertambahan usia. Perubahan itu dialami hampir semua
orang yang mencapai usia 70-an tahun. Namun, ada juga
penyimpangan, beberapa orang yang berusia 70 tahun
melaksanakan hal itu dengan lebih baik dibandingkan orang
berusia 20 tahun. Kemunduran intelektual sebelum usia 50
tahun adalah abnormal dan patologis. Pada usia 65-75 tahun
didapati kemunduran pada beberapa kemampuan dengan
variasi perbedaan individu yang luas. Di atas usia 80 tahun
didapati kemunduran kemampuan yang cukup banyak.
Banyak kemampuan yang baru mulai menurun pada usia 80
tahun.
3) Kemampuan Belajar (Learning)
Menurut Brocklehurst dan Allen (1987); Darmojo &
Martono (2004) dalam Lilik (2011) lanjut usia yang sehat
dan tidak mengalami demensia masih memiliki kemampuan
belajar yang baik, bahkan dinegara industri maju didirikan
University Of The Third Age. Hal ini sesuai dengan prinsip
belajar seumur hidup (life-long learning), bahwa manusia itu
memiliki kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan samapi
akhir hayat. Oleh karena itu, sudah seyogyanya jika mereka
tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkannya
wawasan berdasarkan pengalaman (learning by experience).
29
Implikasi praktis dalam pelayanan kesehatan jiwa (mental
health) lanjut usia baik yang bersifat promotif-preventif,
kuratif dan rehabilitatif adalah untuk memberikan kegiatan
yang berhubungan dengan proses belajar yang sudah
disesuaikan dengan kondisi masing-masing lanjut usia yang
dilayani.
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada
lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh
konsentrasi dan fungsi pendengarannya lanjut usia yang
mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut
usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam
berkomunikasi dilakukan kontak mata (saling memandang).
Dengan kontak mata mereka akan dapat membaca bibir
lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat
diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain.
Sikap yang hangat dalam berkomunikasi akan menimbulkan
rasa aman dan diterima, sehingga mereka akan lebih tenang,
lebih senang dan merasa dihormati.
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu
semakin banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah
dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi
penurunan fungsi indera pada lanjut usia. Hambatan yang
lain dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman
dan lain-lain, yang berakibat bahwa pemecahan masalah
menjadi lebih lama. Dalam menyikapi hal ini maka dalam
pendekatan pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia perlu
diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.
30
6) Pengambilan Keputusan (Making Decision)
Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan
masalah. Pengambilan keputusan pada umumnya
berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dianalisa,
dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai positif
(menguntungkan), kemudian baru diambil suatu keputusan.
Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau
seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, mereka
membutuhkan petugas atau pendamping yang dengan sabar
sering mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa
dibicarakan dengan mereka, akan menimbulkan kekecewaan
dan mungkin dapat memperburuk kondisinya. Oleh Karena
itu dalam mengambil keputusan, kaum tua tetap dalam posisi
yang dihormati (Ebersole and Hess, 2001 dalam Lilik, 2011).
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
Bijaksana (Wisdom) adalah aspek kepribadian (personality)
dan kombinasi dari aspek kognitif. Kebijaksanaan
menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu
mempertimbangkan antara baik dan buruk serta untung
ruginya sehingga dapat bertindak secara adil dan bijaksana.
Menurut Kuntjoro (2002) dalam Lilik (2011) pada lanjut usia
semakin bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan.
Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat kematangan
kepribadian seseorang dan pengalaman hidup yang dijalani.
Atas dasar hal tersebut, dalam melayani lanjut usia harus
dengan penuh bijaksana sehingga kebijaksanaan yang ada
pada masing-masing individu yang dilayani tetap
terpelihara.
31
8) Kinerja (Performance)
Pada lanjut usia memang akan terlihat penurunan kinerja
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan
performan yang membutuhkan kecepatan dan waktu
mengalami penurunan (Lumbantobing, 2006 dalam Lilik,
2011). Penurunan itu bersifat wajar sesuai perubahan organ
- organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis.
Dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia, mereka perlu
diberikan latihan-latihan keterampilan untuk tetap
mempertahankan kinerja.
Menurtu Stanley dan Beare (2007), hasil pemeriksaan
psikometri fungsi kognitif pada lanjut usia menunjukkan
keadaan berikut:
a) Adanya korelasi yang kuat antara tingkat kinerja
intelektual dengan tingkat survival lanjut usia.
b) Fungsi kognitif menunjukkan sedikit atau tidak ada
penurunan sampai usia sangat lanjut.
c) Penyakit dan proses penuaan patologis mengurangi
fungsi kognitif. Kemampuan intelektual dan harapan
hidup menunjukkan korelasi yang positif.
d) Dengan bertambahnya usia, didapatkan penurunan
berlanjut dalam kecepatan belajar, memproses informasi
baru dan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau
kompleks.
9) Motivasi
Motivasi adalah fenomena kejiwaan yang mendorong
seseorang untuk bertingkah laku demi mencapai sesuatu
yang diinginkan atau yang dituntut oleh lingkungannya.
Motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi
afektif.
32
Motif kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia
akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu. Motif ini
mendorong manusia untuk belajar dan ingin mengetahui.
motif afektif lebih menekankan aspek perasaan dan
kebutuhan individu untuk mencapai tingkat emosional
tertentu. Motif ini akan mendorong manusia untuk mencari
dan mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis,
dan sosial dalam kehidupannya dan individu akan
menghayati secara subjektif. Pada lanjut usia, motivasi baik
kognitif maupun afektif untuk mencapai/memperoleh
sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut seringkali
kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun
psikologis, sehingga hal-hal diinginkan banyak berhenti
ditengah jalan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif meliputi
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2000 dalam Lilik,
2011).
c. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan lanjut usia makin berintegrasi dalam
kehidupannya (Maslow, 1976; Stuart dan Sundeen, 1998 dalam
Lilik, 2011). Lanjut usia makin teratur dalam kehidupan
keagamaannya. Hal ini dapat dilihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari (Muray dan Zentner dikutip Nugroho, 2000
dalam Lilik, 2011). Spiritualitas pada lanjut usia bersifat
universal, intrinsik dan merupakan proses indivual yang
berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus
kehilangan terdapat pada kehidupan lajut usia, keseimbangan
hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan
dari kehilangan tersebut.
33
Lanjut usia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan
hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada
tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memungkinkan
individu dengan keimanan spiritual atau religius untuk bersiap
menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.
Satu hal pada lanjut usia yang diketahui sedikit berbeda dari
orang yang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian.
Hal ini menunjukkan bahwa lanjut usia cenderung tidak terlalu
takut terhadap konsep dan realitas kematian. Pada tahap
perkembangan usia lanjut merasakan atau sadar akan kematian
(Sense of Awarenenss of Mortality).
d. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialami oleh lanjut usia antara lain:
1) Pensiun
Pensiun sering dikatakan secara salah dengan kepasifan atau
pengasingan. Dalam kenyataannya pensiun adalah tahap
kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan
peran yang menyebabkan stres psikososial. Usia wajib
pensiun bervarisasi contohnya Pegawai Negeri Sipil
mungkin pada usia 65 tahun, sedangkan pegawai federal
tidak dipensiunkan sampai usia 70 tahun. Pada industri
swasta hak pensiun biasanya antara usia 62 tahun dan 70
tahun, dan juga mungkin pensiun pada usia 55 tahun (Potter
and Perry, 2004 dalam Lilik, 2011).
Nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peran dalam pekerjaan.
Hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan membuat
seseorang lanjut usia pensiunan merasakan kekosongan,
orang tersebut secara tiba-tiba dapat merasakan begitu
34
banyak waktu luang yang ada di rumah disertai dengan
sedikitnya hal-hal yang dapat dijalani. Meskipun bahwa
pekerjaan yang pensiun karena alasan kesehatan, masalah-
masalah yang berputar disekitar pensiun berkaitan erat
dengan pertimbangan atas jabatan dan keadaan keuangan
(Gallo, 1998 dalam Lilik, 2011).
Menurut Budi-Darmojo dan Martono (2004) dalam Lilik
(2011), bila seseorang pensiun (purna tugas) ia akan
mengalami kehilangan-kehilangan antara lain:
a) Kehilangan financial (besar penghasilan semula)
Pada umumnya dimanapun pemasukkan uang pada
seseorang yang pensiun akan menurun, kecuali pada
orang yang sangat kaya dan seseorang dengan tabungan
yang melimpah.
b) Kehilangan status
Terutama ini terjadi bila sebelumnya orang tersebut
mempunyai jabatan dan posisi yang cukup tinggi
lengkap dengan fasilitasnya.
c) Kehilangan teman atau kenalan
Mereka akan jarang sekali bertemu dan berkomunikasi
dengan teman sejawat yang sebelumnya tiap hari
dijumpainya, dan hubungan sosialnya pun akan hilang
atau berkurang.
d) Kehilangan kegiatan atau pekerjaan
Kehilangan kegiatan atau pekerjaan yang teratur
dilakukan setiap hari, ini berarti bahwa rutinitas yang
bertahun-tahun telah dikerjakan akan hilang.
35
Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar pada lanjut usia
dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataan sering dirasakan sebaliknya karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah
orang memasuki masa pensiun lebih tergantung
kepribadiannya. Dalam kenyataan ada yang dapat menerima
ada yang takut kehilangan ada yang senang memiliki jaminan
hari tua, tetapi ada juga yang seolah-olah terpaksa menerima
(pasrah) terhadap pensiun. Masing-masing sikap tersebut
sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu,
baik poditif maupun negatif. Dampak positif lebih
menentramkan diri lanjut usia dan dampak negatif akan
mengganggu kesejahteraan hidup lanjut usia (Kuntjoro, 2002
dalam Lilik, 2011).
Seseorang yang telah pensiun, sebaiknya dalam
kehidupannya dirumah diisi dengan kegiatan-kegiatan atau
pelatihan yang bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya.
Dan hal ini akan menumbuhkan keyakinan pada lanjut usia
bahwa disamping pekerjaannya selama ini ditekuninya,
masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam
menghadapi masa tua, sehingga lanjut usia tidak
membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak
berguna, menganggur, penghasilan kurang dan sebagainya.
2) Perubahan Aspek Kepribadian
Pada umumnya setelah orang memasuki lanjut usia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi makin
36
lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakkan, tindakkan, koordinasi yang berakibat lanjut
usia mejadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lanjut usia
mengalami perubahan kepribadian. Menurut Kuntjoro
(2002) dalam Lilik (2011) kepribadian lanjut usia dibedakan
menjadi 5 tipe kepribadian yaitu tipe kepribadian konstruktif
(Construction Personality), tipe kepribadian mandiri
(Independent Personality), tipe kepribadian tergantung
(Dependent Personality), tipe kepribadaian bermusuhan
(Hostile Personality), tipe kepribadian Defensive, dan tipe
kepribadian kritik diri (Self Hate Personality).
3) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran,
penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul
gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lanjut usia
misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengarannya
sangat kurang, penglihatannya kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu
sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktifitas selama yang bersangkutan masih
sanggup agar merasa tidak terasing atau diasingkan. Karena
jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak
bergunaserta merengek-rengek dan menangis bila ketemu
orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil (Stanley
dan Beare, 2007).
37
4) Perubahan Minat
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat.
Pertama minat terhadap diri makin bertambah.kedua minat
terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat. Terakhir kebutuhan
terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung
menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada
diri lanjut usia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar
tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk
melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untukk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990)
dalam Lilik (2011) mengatakan bahwa perubahan yang
dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya
terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi
pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah
memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman
pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia
adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi atau pendapatan dan peran
sosial (Goldstein, 1992 dalam Lilik, 2011).
Dalam mengahadapi perubahan tersebut diperlukan
penyesuaina. Ciri-ciri penyesuaian yang tidak baik dari
lanjut usia (Hurlock, 1979) dikutip oleh Munandar (1994)
dalam Lilik (2011) adalah:
a) Minat sempit terhadap kejadaian di lingkungannya.
b) Penarikkan diri ke dalam dunia fantasi.
c) Selalu mengingat kembali masa lalu.
d) Selalu khawatir karena pengangguran.
38
e) Kurang ada motivasi.
f) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga
kurang baik.
g) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Dilain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara
lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara
ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja,
menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki
kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.
e. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik. Seperti gangguan
jantung, gangguan metabolisme (misalnya diabetes mellitus),
vaginitis, dan baru selesai operasi prostatektomi. Pada wanita
mungkin ada kaitannya dengan masa menopause, yang berarti
fungsi seksual mengalami penurunan karena sudah tidak
produktif walaupun sebenarnya tidak harus begitu, karena
kebutuhan biologis selama seseorang masih sehat dan masih
memerlukan tidak ada salahnya bila dijalankan terus secara
wajar dan teratur tanpa mengganggu kesehatannya.
Menurut Kuntjoro (2002) dalam Lilik (2011) faktor psikologis
yang menyertai lanjut usia berkaitan dengan seksualitas antara
lain seperti rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan
seksual pada lanjut usia. Sikap keluarga dan masyarakat yang
kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
Adanya kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannyaa, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi
seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan lainnya yang
39
mengakibatkan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia
mengalami perubahan.
5. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Seiring tahap kehidupan, lanjut usia memiliki tugas perkembangan
khusus. Hal ini dideskripsikan oleh burnside (1979), duvall (1977),
dan havighurst (1953) dikutip oleh potter dan perry (2005) dalam
lilik (2011). Tujuh kategori utama tugas perkembangan lanjut usia
meliputi :
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan
kesehatan
Lanjut usia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring
terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan
fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini
adalah normal. Bagaimana meningkatkan kesehatan dan
mencegah penyakit dengan pola hidup sehat.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan
pendapatan
Lanjut usia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan
oleh karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan
membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja.
Bagaimanapun, karena pensiunan ini biasanya telah
diantisipasi, seorang dapat berencana ke depan untuk
berpartisipasi dalam konsultasi atau aktivitas sukarela, mencari
minat dan hobi baru, dan melanjutkan pendidikannya.
Meskipun kebanyakan lanjut usia di atas garis kemiskinan,
sumber finansial secara jelas mempengaruhi permasalahan
dalam masa pensiun.
40
Sekarang ini orang yang pensiun akan mempunyai
ketergantungan sosial, finansial, selain juga kehilangan prestise,
kewibawaan, peran-peran sosial, dan sebagainya, yang akan
merupakan stres bagi orang-orang tua tadi. Untuk menghadapi
masa pensiun, dengan stress yang sekecil mungkin tiimbul suatu
pemikiran dalam rangka masa persiapan pensiun tadi, yaitu
mengadakan pensiun bertahap apa yang disebut “stepwise
employment plan” (nishio, 1977; dikutip oleh darmojo dan
martono, 2004 dalam lilik, 2011). Ini dikerjakan secara bertahap
mengurangi jam dinas sambil memberikan persiapan-persiapan
pengaturan ke arah macam pekerjaan yang akan dijalankan
sesudah pensiun. Hal ini dapat membantu lanjut usia untuk
beradaptasi dan menyesuaikan terhadap masa pensiun relatif
lebih mudah.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lanjut usia dihadapkan pada kematian pasangan,
teman, dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit di
selesaikan, apalagi bagi lanjut usia yang menggantungkan
hidupnya dari sesorang yang meninggalkannya dan sangat
berarti bagi dirinya. Dengan membantu lanjut usia melalui
proses berduka, dapat membantu mereka menyesuaikan diri
terhadap kehilangan.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lanjut usia
Beberapa lanjut usia menemukan kesulitan untuk menerima diri
sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan
ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal
penurunan fungsi, meminta cucu nya untuk tidak memanggil
mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas
yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.
41
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lanju usia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya,
kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang
lebih kecil dan untuk seorang diri. Beberapa masalah kesehatan
lain mungkin mengharuskan lanjut usia untuk tinggal dengan
keluarga atau temannya. Perubahan rencana kehidupan bagi
lannsia mungkin membutuhkan periode penyesuaian yang lama
selama lanjut usia memerlukan bantuan dan dukungan
professional perawatan kesehatan dan keluarga.
f. Mendefiniskan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lanjut usia sering memerlukan penetapan hubungan kembali
dengan anak-anaknya yang telah dewasa. Masalah keterbalikan
peran, ketergantungan, konflik, perasaan bersalah, dan
kehilangan memerlukan pengenalan dan resolusi.
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lanjut usia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru
untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang
sebelumnya aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin
merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat
minat baru. Akan tetapi, seseorang yang intrtovert dengan
sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang
baru selama pensiun.
Dengan mengetahui tugas perkembangannya, orang tua diharapkan
mampu menyesuaikan diri dengan menurnnya kekuatan dan
menurunnya kesehatan secara bertahap, mencari kegiatan untuk
mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar
waktu kala mereka masih muda. Bagi beberapa orang berusia lanjut,
kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial
sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka
menurun setelah pensiun, mereka sering mengundurkan diri dari
42
kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut
perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa
kehilangan pasangan, perlu membangun ikatan dengan anggota dari
kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian dan menerima
kematian dengan tentram.
B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan
1. Pengertian
Osteoarthritis (oa) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakkan kertilago sendi. Vertebra, panggul, lutul dan
pergelangan kaki paling sering terkena oa (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi
yang paling sering ditemukan dan kerap kali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas) (Smeltzer, 2002 dalam Renny, 2014).
Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan
yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan
meningkatnya usia, penyakit ini jarang terjadi pada usia dibawah 46
tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. (Sunarto,
1994, Solomon, 1997 dalam Renny, 2014).
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995)
osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai
sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan
gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan
sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-
tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan
biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada
jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang
43
membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi, 1999
dalam Renny, 2014).
2. Klasifikasi
Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi 2 menurut Yuliana Elin, (2009),
yaitu:
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoarthritis.
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur.
3. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum terungkap,
namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis antara lain:
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoarthritis
hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar
air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi, dan
laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis pada paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi
diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita
44
dari pada laki-laki hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
pathogenesis osteoarthritis.
c. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis missal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-sendi
interfalang distal terdapat 2 kali lebih sering osteoarthritis pada
sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan
dari wanita tanpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis nempaknya
terdapat perbedaan diantaranya masing-masing suku bangsa,
misalnya osteoarthritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit
hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis lebih sering
dijumpai pada orang-orang amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukkan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pada
pria, kegemukkan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis
pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis
sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
f. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak
rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses
degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
45
g. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma
yang menimbulkan kerusakkan pada integritas struktur dan
biomekanik sendi tersebut.
h. Akibat penyakit radang sendi lain.
Infeksi (arthritis rematoid : infeksi akut, infeksi kronis)
menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak
matriks rawan sendi oleh membrane sinovial dan sel-sel radang.
i. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka
rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak
stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
j. Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament, tendo, sinovia,
dan kulit. Pada diabetes mellitus, glukosa akan menyebabkan
produksi proteaglikan menurun.
k. Deposit Pada Rawan Sendi
Hemokromatosis, penyakit wilson, akronitis, kalsium pirofosfat
dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam
hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan
sendi.
46
4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupaka proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahkannya polisakarida protein yang membentuk
matriks disekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakkan
tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.
Sendi interfalang distal dan proksimasi.
Osteoarthritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakkan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas kongenital dan penyakit peradangan sendi lainnya yang akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligament atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan
terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
krepitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. (Soeparman, 1995
dalam Renny, 2014).
47
5. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan,
mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakkan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.
a. Rasa Nyeri Pada Sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoarthritis, nyeri akan
bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
b. Kekakuan Dan Keterbatasan Gerak
Biasanya akan berlangsung 15-30 menit dan timbul setelah istirahat
atau saat memulai kegiatan fisik.
c. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan
dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakkan dan
peradangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa
nyeri.
d. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas
lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada
hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana
rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat
menjalar, misalnya pada osteoarthritis coxae nyeri dapat dirasakan
dilutut, bokong sebelah lateral, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul
pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.
48
e. Pembengkakkan Sendi
Pembengkakkan sendi merupakan reaksi peradangan karena
pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa
adanya pemerahan.
f. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
g. Gangguan Fungsi
Timbul akibat ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada osteoarthtitis yaitu nyeri dan
kekakuan sendi yang dapat menjadi sangat berat sehingga penderita
tidak bisa beraktivitas.
7. Penatalaksanaan Dan Terapi
a. Pencegahan
1) Penurunan berat badan.
2) Pencegahan cedera.
3) Screening sendi paha.
4) Pendekatan ergonomic untuk memodifikasi stress akibat kerja.
b. Terapi Farmakologi
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoarthritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat
yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidakmampuan. Obat-
obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi synovitis meskipun tak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis osteoarthritis.
49
1) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter
karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.
2) NSAIDs (NonSteroid Anti Inflammatory Drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Efek
samping yaitu menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi
ginjal.
3) Topical Pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung
pada kulit yang terasa sakit.
4) Tramadol
Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada
acetaminophen dan NSAIDs.
5) Mild Narcotic Painkillers
Mengandung analgesik seperti codein atau hydrocodone yang
efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.
6) Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa sakit.
7) Hyaluronic Acid
Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh
disaccharides of glucuronic acid dan n-acetyanglusamine.
Disebut juga viscosupplementation. Digunakan dalam
perawatan pasien osteoarthritis.
50
Dari hasil penelitian yang dilakukan 80% pengobatan dengan
menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil
dibandingkan pengobatan dengan menggunakan placebo.
Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan, makin
besar efek positif yang dirasakan karena hyaluronic acid efektif
mengurangi rasa sakit.
8) Glucosamine dan Chondroitin Sulfate
Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.
c. Terapi Konservatif
Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat
orthotic untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
Massage/pijat sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli
dibidangnya. Tujuan massage tersebut adalah untuk membuat rileks
otot-otot yang spasme dan membantu melancarkan sirkulasi darah.
d. Terapi Non Farmakologi
1) Olahraga
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang tidak terlalu
berat dan tidak menyebabkan bertambahnya kompresi atau
tekanan atau trauma pada sendi, yaitu misalnya berenang dan
menggunakan sepeda statis. Olahraga selain berfungsi untuk
mengurangi rasa sakit dan kaku juga bermanfaat untuk
mengontrol berat badan.
2) Proteksi/Perlindungan Sendi
Sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan pekerjaan
yang dapat menambah stress/tekanan pada sendi.
51
Osteoarthritis mungkin timbul atau diperkuat karena
mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas
yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-
alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kaki yang
tertekuk (pronation).
3) Terapi Panas atau Dingin
a) Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
membuat otot-otot sekitar sendi menjadi rileks dan
melancarkan peredaran darah. Terapi panas dapat diperoleh
dari kompres dengan air hangat/panas, sinar IR (infra
red/infra merah) dan alat-alat terapi lainnya seperti
swd/mwd.
b) Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada
sendi dan mengurangi rasa sakit. Terapi dingin biasanya
dipakai saat kondisi masih akut. Dapat diperoleh dengan
kompres dengan air dingin.
4) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoarthritis yang
gemuk menjadi program utama pengobatan osteoarthritis.
Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.
Pemberian vitamin C, D, E dan beta karoten, vitamin-vitamin
tersebut bermanfaat untuk mengurangi laju perkembangan
osteoarthritis.
52
5) Dukungan Psikososial
Dukungan psikosial diperlukan pasien osteoarthritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang
ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidak mampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoarthritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat bantu karena faktor
psikologis.
e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoarthritis,
meliputi terapi panas dan dingin dan program latihan yang tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untuk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pemanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti hidrokolator, bantalan
elektrik, ultrasonik, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi
osteoarthritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena
mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang
yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya
beban ke sendi oleh karena kontraksi otot.
f. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoarthritis dengan
kerusakkan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dan
kelemahan fungsi. Tindakkan yang dilakukan adalah osteotomy
untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement
53
sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi,
pembersihan osteofit.
g. Akupuntur
Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Maslow
Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara
memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis.
Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat,
atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan ini sendiri.
Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan kebutuhan
manusia dan membahasnya dari berbagai segi. Orang pertama yang
menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,
Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori
tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki
Kebutuhan Dasar Manusia Maslow, Hierarki tersebut meliputi 5 kategori
kebutuhan dasar, yakni:
54
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs).
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki
Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan
yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan
fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh,
seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya
akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi
kebutuhan akan cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak
dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan
macam kebutuhan fisiologis, yaitu:
a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit.
c. Kebutuhan makanan.
d. Kebuhihan eliminasi urin dan alvi.
e. Kebutuhan istirahat dan tidur.
f. Kebutuhan aktivitas.
g. Kebutuhan kesehatan temperature tubuh.
h. Kebutuhan seksual.
2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs).
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman
dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini
meliputi:
a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan,
dan infeksi.
b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau
asing.
55
3. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki (Love and Belonging
Needs).
Kebutuhan ini meliputi:
a. Memberi dan menerima kasih sayang.
b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain.
c. Kehangatan.
d. Persahabatan.
e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta
lingkungan sosial.
4. Kebutuhan Harga Diri (Self-Esteem Needs).
Kebutuhan ini meliputi:
a. Perasaan tidak bergantung pada orang lain.
b. Kompeten.
c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
5. Kebutuhan Aktualisasi Dini (Need for Self Actualization).
Kebutuhan ini meliputi:
a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan
memahami potensi diri).
b. Belajar mememihi kebutuhan diri sendiri.
c. Tidak emosional.
d. Mempunyai dedikasi yang tinggi.
e. Kreatif.
f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.
Dari kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow ditemukan beberapa
gangguan kebutuhan dasar manusia pada penderita Osteoartritis, yaitu:
56
1. Gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama
dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya
dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah
rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi
dapat menjalar, misalnya pada osteoarthritis coxae nyeri dapat dirasakan
dilutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada
waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
2. Kerusakkan mobilitas fisik
Pembengkakkan sendi merupakan reaksi peradangan karena
pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa
adanya pemerahan yang disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi
sehingga timbul ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
D. Proses Keperawatan Lanjut Usia Dengan Osteorarthritis
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan mengidntifikasi
faktor-faktor (baik positif dan negatif) pada usia lanjut, baik secara
individu maupun kelompok yang bermanfaat untuk mengetahui
masalah dan kebutuhan usia lanjut serta untuk mengembangkan strategi
promosi kesehatan.
Pengkajian berfokus keperawatan klien dewasa maupun lanjut usia
terjadi dilingkungan tradisional rumah, rumah sakit, atau isntitusi
perawatan jangka panjang serta situasi non-tradisional seperti pusat-
pusat senior, gedung-gedung, apartemen, atau kelompok praktik
keperawatan. (luecknotte, 2008).
57
Pengkajian keperawatan pada lanjut usia merupakan proses kompleks
dan menantang yang harus mempertimbangkan kebutuhan lanjut usia
melalui pengkajian-pengkajian untuk menjamin pendekatan lanjut usia
yang lebih spesifik.
a. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem
muskoloskeletal adalah usia, karena ada beberapa penyakit sistem
muskoloskeletal banyak terjadi pada klien diatas usia 60 tahun.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
muskuloskeletal seperti osteoarthritis adalah klien mengeluh nyeri
pada persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang
menyebabkan keterbatasan mobilitas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang
diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan
sampai klien dibawa ke rumah sakit, dan apakah pernah
memeriksakkan diri ke tempat lain selain rumah sakit umum serta
pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana
perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit
muskoloskeletal sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerjaan
yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit
muskuloskeletal, pengunaan obat-obatan, riwayat mengkonsumsi
alkohol dan merokok.
58
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama karena faktor genetik/keturunan.
f. Pemeriksaan Fisik.
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien lanjut usia yang mengalami gangguan
muskuloskeletal biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis.
3) Tanda-Tanda Vital
a) Suhu meningkat (>37℃).
b) Nadi meningkat (normal : 70-82 x/mnt).
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.
d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami peningkatan.
4) Pemeriksaan Reviews Of System (ROS)
a) Sistem Pernafasan (B1 : Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih
dalam batas normal.
b) Sistem Sirkulasi (B2 : Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical,
sirkulasi perifer, warna dan kehangatan.
c) Sistem Persarafan (B3 : Brain)
Kaji adanya hilangnya gerakkan/sensasi, spasme otot,
terlihat kelemahan/hilang fungsi. Pergerakkan
mata/kejelasan melihat, dilatasi pupil. Agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri/ansietas).
59
d) Sistem Perkemihan (B4 : Bladder)
Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin,
disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihannya.
e) Sistem Pencernaan (B5 : Bowel)
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi,
auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi
abdomen, nyeri tekan abdomen.
f) Sistem Muskuloskeletal (B6 : Bone)
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi
pada area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi,
kekuatan otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit dan
perubahan warna.
5) Pola Fungsi Kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa
dilakukan sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian,
ketidakmampuan mobilisasi.
a) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehat.
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan.
b) Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan
elektrolit, nafsu makan, pola makan, diit, kesulitan
menelan, mual/muntah dan makanan kesukaan.
60
c) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih,
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi
dan penggunaan kateter.
d) Pola Tidur Dan Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi
terhadap energi, jumlah jam tidur pada siang dan malam,
masalah tidur, dan insomnia.
e) Pola Aktivitas Dan Latihan
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan
dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama
dan kedalaman pernafasan, pengkajian indeks katz.
f) Pola Hubungan Dan Peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran
klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat
tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah dan masalah
keuangan.
g) Pola Sensori Kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi
sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,
perasaan dan pembau. Pada klien katarak dapat ditemukan
gejala gangguan pengelihatan perifer, sulit mefokuskan
kerja diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah tampak
kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air
mata. Pengkajian status mental menggunakan Short
Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).
61
h) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri
menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran,
identitas diri, manusia sebagai sistem terbuka dan
makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, kecemasan,
ketakutan dan dampak terhadap sakit.
i) Pola Seksual Dan Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
j) Pola Mekanisme Penanggulangan Stress Dan Koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
k) Pola Tata Nilai Dan Kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan
termasuk spiritual.
g. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
a) Reaksi aglutinasi positif.
b) Led meningkat.
c) Protein c reaktif: positif pada masa inkubasi.
d) Sdp meningkat pada proses inflamasi.
e) Ig (igg dan igm) meningkat menunjukkan proses
autoimun.
f) Asam Urat guna mengetahui apakah penyebab
Osteoarthritis pada klien disebabkan karena jumlah asam
urat yang berlebih.
62
2) Foto Rontgen
Menunjukkan penurunan progresif masa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi.
3) Serologi
Cairan sinovial dalam batas normal.
4) Tes Khusus
a) Tes Ballotement (Menggoyang-Goyangkan Obyek
Didalam Cairan)
Caranya : recessus suprapatellaris dikosongkan dengan
menekannya dengan satu tangan, sementara itu dengan
jari tangan lainnya patella ditekan ke bawah. Dalam
keadaan normal patella tidak dapat ditekan ke bawah, tapi
bila terdapat (banyak) cairan pada sendi lutut (akibat
osteoarthritis) maka patella seperti terangkat sehingga
sedikit ada gerakkan ke atas-bawah dan kadang terasa
seolah-olah patella “mengetik” pada dasar keras itu.
b) Tes Fluktuasi
Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan
diletakkan disebelah kiri dan kanan patella. Bila kemudian
recessus suprapatellaris itu dikosongkan menggunakan
tangan lainnya, maka ibu jari dan jari telunjuk tadi seolah-
olah terdorong oleh perpindahan cairan dalam sendi lutut.
c) Tes Lekuk
Caranya : dengan memakai punggung tangan, kita
mengussapi “lekuk kecil” disebelah medial patella kearah
proximal, sehingga dikosongkan dari cairannya.
63
Kalau kemudian kita melaksanakan gerakkan mengusap
yang sama pada patella bagian lateral, maka lekuk kecil
yang medial itu akan kelihatan terisi cairan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawatn
professional yang memberi gambaran tentang masalah atau status
kesehatan, baik aktual maupun potensial yang ditetapkan berdasarkan
analisis dan interprestasi data hasil pengkajian.
Diagnosa keperawatan osteoarthritis adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis) ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri
pada persendian, ekspresi wajah meringis.
b. Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, kerusakkan neuromuskuler, kehilangan
integritas struktur tulang, kekakuan sendi atau kontraktur.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah
lupa, kurang mengetahui informasi ditandai dengan klien
mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti instruksi tidak
akurat.
d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status
peran, perubahan status kesehatan, stress, ancaman terhadap
konsep diri, ancaman terhadap kematian ditandai dengan
produktivitas berkurang, kontak mata buruk, klien tampak gelisah,
klien mudah tersinggung, klien tampak khawatir, klien tampak
cemas, respirasi meningkat, nadi meningkat, suara gemetar, refleks
64
meningkat, wajah tegang, anoreksia, kelelahan, peningkatan
tekanan darah, klien sulit berkonsentrasi.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit,
trauma atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien
mengungkapkan mengenai perubahan dalam penampilan, struktur
dan fungsi, perasaan negatif tentang tubuh (perasaan tidak berdaya,
keputusan atau tidak ada kekuatan), mengatakan perubahan dalam
kehidupan.
f. Risiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada
persendian (arthritis), penurunan kekuatan ekstermitas bawah,
kerusakkan mobilitas fisik.
g. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu
membersihkan sebagian atau seluruh badan. Klien tidak mampu
masuk dan keluar dari kamar mandi.
h. Defisit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan kerusakkan
muskuloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau
menggunakan pispot, klien tidak mampu memenuhi kebersihan
toileting.
65
3. Perencanaan Keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat untuk merumuskan rencana tindakkan keperawatan guna mengatasi masalah
yang dialami klien.
No Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Dan Kriteria Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri
(biologi, kimia, fisik, psikologis) ditandai
dengan klien melaporkan nyeri secara verbal
atau nonverbal, posisi untuk mengurangi
nyeri, ekspresi wajah meringis.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien dapat:
1. Mengontrol nyeri (Pain Control),
dengan kriteria:
a. Klien dapat mengetahui
penyebab nyeri, onset nyeri,
mampu menggunakan teknik
non farmakologi untuk
mengurangi nyeri, dan tindakan
pencegahan nyeri.
Manajemen Nyeri
(Pain Management):
- Kaji secara komprehensif tentang nyeri,
meliputi: lokasi, karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/
beratnya nyeri, dan faktor-faktor
presipitasi.
- Observasi isyarat-isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan, untuk komunikasi
secara efektif.
66
b. Klien mampu mengenal tanda-
tanda pencetus nyeri untuk
mencari pertolongan.
c. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
2. Menunjukkan tingkat nyeri (Pain
Level)
a. Klien melaporkan nyeri dan
pengaruhnya pada tubuh.
b. Klien mampu mengenal skala,
inttensitas, frekuensi dan
lamanya episode nyeri.
c. Klien mengatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
d. Tanda-tanda vital dalam batas
normal.
e. Ekspresi wajah tenang
- Gunakan komunikasi terapeutik agar klien
dapat mengekspresikan nyeri.
- Kaji latar belakang budaya klien.
- Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu
makan, aktivitas, kognisi, mood,
relationship, pekerjaan, tanggungjawab
peran.
- Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,
keluarga dengan nyeri kronis.
- Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri yang telah digunakan.
- Berikan dukungan terhadap klien dan
keluarga.
- Berikan informasi tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama terjadi, dan
tindakan pencegahan.
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon klien terhadap
67
ketidaknyamanan (misalnya: temperatur
ruangan, penyinaran, dll)
- Anjurkan klien untuk memonitor sendiri
nyeri.
- Tingkatkan tidur/ istirahat yang cukup.
- Ajarkan penggunaan teknik non-
farmakologi (misalnya: relaksasi, guided
imagery, terapi music, distraksi, aplikasi
panas-dingin, massase).
- Evaluasi keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri.
- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
berdasarkan respon klien.
- Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang
pengalaman nyeri secara tepat.
- Monitor kenyamanan klien terhadap
manajemen nyeri.
68
- Bantu klien mengidentifikasi faktor
presipitasi nyeri baik aktual maupun
potensial.
- Hilangkan faktor yang dapat meningkatkan
pengalaman nyeri (misalnya: rasa takut,
kelelahan dan kurangnya pengetahuan).
- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi
nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan
interpersonal).
- Libatkan keluaga untuk mengurangi nyeri.
- Informasikan kepada tim kesehatan
lainnya/ anggota keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan, untuk
pendekatan preventif.
Pemberian Analgetik
(Analgetic Adminnistration)
69
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik
kualitas, dan keparahan sebelum
pengobatan.
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar.
- Cek riwayat alergi obat.
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
kualitas, dan keparahan sebelum
pengobatan.
- Libatkan klien dalam pemulihan analgetik
yang akan digunakan.
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali.
- Berikan analgetik yang tepat waktu
terutama saat nyeri hebat.
- Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan
gejala (efek samping).
2. Kerusakan Mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri dan ketidaknyamanan,
kerusakan neuromuskuler, kehilangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien dapat menunjukkan
tingkat mobilitas dengan kriteria:
Terapi aktivitas: Ambulasi
(Exercise Therapy Ambulation)
70
integritas struktur tulang, kekakuan sendi
atau kontraktur.
- Klien menunjukkan penampilan
yang seimbang.
- Klien menunjukkan penampilan
posisi tubuh.
- Klien menunjukkan pergerakan
sendi.
- Klien melakukan perpindahan.
- Klien melakukan ambulasi:
berjalan.
- Klien menunjukkan penggunaan
alat bantu secara benar dengan
pengawasan.
- Klien meminta bantuan untuk
aktivitas mobilisasi jika diperlukan.
- Klien dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri.
- Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan
kesehatan dirumah dan kebutuhan akan
peralatan pengobatan yang tahan lama.
- Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah
sesuai kebutuhan (misalnya dari tempat
tidur ke kursi).
- Bantu klien untuk mengenali ambulasi dini
sesuai kebutuhan.
- Intruksikan klien atau pemberi pelayanan
tentang keamanan berpindah dan teknik
ambulasi yang aman.
- Pantau penggunaan alat bantu mobilitas
(misalnya: tongkat, walker, kruk, atau kursi
roda).
- Rujuk ke ahli therapi fisik untuk program
latihan.
- Berikan penguatan positif selama aktivitas.
71
- Ajarkan klien bagaimana menggunakan
postur dan mekanika tubuh yang benar saat
melakukan aktivitas.
- Ajarkan dan dukung klien dalam latihan
ROM aktif/pasif untuk mempertahankan
atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan
otot.
Terapi aktivitas:
Mobilisasi sendi:
(Exercise Theraphy: Joint Mobility)
- Tentukan keterbatasan rentang gerak sendi,
efek dan fungsinya.
- Kolaborasi dengan terapi fisik dalam
mengembangkan program latihan.
- Tentukan tingkat motivasi klien dalam
mempertahankan atau meningkatkan
rentang gerak sendi.
72
- Jelaskan pada klien/ keluarga tentang
maksud dan rencana latihan gerak sendi.
- Lindungi klien dari trauma selama latihan.
- Bantu klien untuk mengatur posisi yang
optimal dalam ROM aktif/pasif.
- Motivasi klien untuk latihan ROM
aktif/pasif dan merencanakan jadwal.
- Bantu latihan ROM sesuai indikasi.
- Intruksikan klien/ keluarga bagaimana
melakukan latihan ROM aktif/pasif secara
sistematis.
- Bantu klien untuk mengembangkan jadwal
latihan ROM aktif/pasif.
- Motivasi klien untuk membayangkan
gerakan tubuhnya sebelum memulai
pergerakan.
- Berikan penguatan positif selama aktivitas.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang paparan, mudah lupa, kurang
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
diharapkan pengetahuan klien tentang
Pendidikan kesehatan: Proses penyakit
(Teaching Pregnancy Process)
73
mengetahui informasi ditandai dengan klien
mengungkapkan adanya masalah, klien
mengikuti instruksi tidak akurat.
proses kehamilan meningkat (Knowedge
Disease Process) dengan kriteria:
- Menjelaskan proses penyakitnya.
- Menjelaskan penyebab dan
pathofisiologi penyakit.
- Menjelaskan tanda- tanda dan gejala
penakitnya.
- Menjelaskan tindakan-tindakan untuk
meminimalkan keluhan selama proses
penyakit.
- Kaji tingkat pengetahuan pasien
berhubungan dengan proses kehamilan
yang spesifik.
- Tentukan motivasi klien untuk mempelajari
informasi-informasi yang khusus
(misalnya: status psikologis, orientasi,
nyeri, keletihan, tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar, keadaan emosional dan
adaptasi terhadap sakit).
- Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat
pemahaman klien, mengulang informasi
bila diperlukan.
- Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
belajar.
- Berikan informasi kepada klien tentang
kondisinya.
- Berikan informasi tentang tindakan
diagnostik yang dilakukan.
74
- Diskusikan perubahan perilaku yang dapat
mencegah komplikasi.
- Sediakan waktu bagi klien untuk
menanyakan beberapa pertanyaan dan
mendiskusikan permasalahannya.
- Ikutsertakan keluarga atau anggota
keluarga bila memungkinkan.
- Rencanakan penyesuaian dalam
penanganan bersama klien dan dokter
untuk memfasilitasi kemampuan klien
mengikuti kemampuan klien mengikuti
penanganan yang dianjurkan.
- Berinteraksi kepada klien dengan cara yang
tidak menghakimi untuk memfasilitasi
pengajaran.
4. Cemas berhubungan dengan krisis
situasional, perubahan status kesehatan,
stress, ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap kematian ditandai dengan
Setelah dilakukan asuhan keperawwatan
klien mampu mengontrol cemas
(Anxiety Control), dengan kriteria:
Menurunkan Kecemasan (Anxiety
Reduction):
- Gunakan ketenangan dalam pendekatan
untuk menenangkan klien.
75
produktivitas berkurang, kontak mata buruk,
klien tampak gelisah, klien mudah
tersinggung, klien tampak khawatir, klien
tampak cemas, respirasi meningkat, nadi
meningkat, suara gemetar, reflex meningkat,
wajah tegang, anoreksia, kelelahan,
peningkatan, tekanan darah, klien sulit
berkonsentrasi.
- Klien dapat merencanakan strategi
koping untuk situasi yang membuat
stress.
- Klien dapat mempertahankan
penampilan peran.
- Klien melaporkan tidakada gangguan
persepsi sensori.
- Klien melaporkan tidak ada
manifestasi perilaku akibat
kecemasan: tidak ada.
- Klien dapat meneruskan aktivitas
yang dibutuhkan meskipun ada
kecemasan.
- Klien menunjukkan kemampuan
untuk berfokus pada pengetahuan dan
keterampilan yang baru.
- Klien dapat mengidentifikasi gejala
yang merupakan indicator
kecemasan.
- Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada
klien dan perasaan yang mungkin muncul
pada saat melakukan tindakan.
- Berusaha memahami keadaan klien situasi
stress yang dialami klien.
- Berikan informasi tentang diagnosa,
prognosis, dan tindakan.
- Temani klien untuk memberikan
kenyamanan dan mengurangi ketakutan.
- Dorong keluarga untuk menemani klien
sesuai kebutuhan.
- Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaan, pengharapan dan ketakutannya.
- Identifikasi tingkat kecemasan klien.
- Berikan aktivitas hiburan untuk
mengurangi ketegangan.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi
yang menyebabkan kecemasan.
- Kontrol stimulus sesuai kebutuhan klien.
76
- Dengarkan dengan penuh perhatian.
- Ciptakan hubungan saling percaya.
- Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal
yang membuat cemas.
- Tentukan kemampuan klien dalam
membuat keputusan.
- Ajarkan klien teknik relaksasi.
- Observasi gejala verbal dan non verbal dari
kecemasan.
5. Gangguan Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan penyakit, trauma atau
cedera, pembedahan ditandai dengan klien
mengungkapkan mengenai perubahan dalam
penampilan, struktur dan fungsi. Perasaan
negatif tentang tubuh (perasaan tidak
berdaya, keputusan atau tidak ada kekuatan),
mengatakan perubahan dalam kehidupan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien menunjukkan citra
tubuh yang positif dengan kriteria:
- Klien mendemonstrasikan
penerimaan terhadap perubahan
bentuk tubuh.
- Klien mengungkapkan kepuasan
terhadap penampilan dan fungsi
tubuh.
Peningkatan Citra Tubuh (Body Image
Enhanchment)
- Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan
non verbal klien tentang tubuh klien.
- Tentukan harapan klien tentang gambaran
tubuh berdasarkan tahap perkembangan.
- Tentukan apakah perubahan fisik saat ini
telah dikaitkan kedalam citra tubuh klien.
77
- Keinginan untuk menyentuh bagian
tubuh yang mengalami gangguan.
- Mengidentifikasi kekuatan personal.
- Mengungkapkan pengakuan terhadap
perubahan actual pada penampilan
tubuh.
- Memelihara hubungan social yang
dekat dan hubungan personal.
- Pantau frekuensi pernyataan yang
mengkritik diri.
- Observasi mekanisme koping yang
digunakan klien saat stress.
- Identifikasi klien terhadap risiko gangguan
citra tubuh.
- Rujuk pada layanan social untuk
merencanakan perawatan klien/ keluarga.
- Dengarkan klien/ keluarga secara aktif dan
akui realitas adanya perhatian terhadap
perawatan, kemajuan dan prognosis.
- Dukung klien/keluarga untuk
mengungkapkan perasaannya.
- Berikan dorongan pada klien untuk:
Pertahankan kebiasaan berpakaian
sehari-hari yang rutin dilakukan.
Mengungkapkan perhatian tentang
hubungan personal yang dekat.
78
Mengungkapkan konsekuensi
perubahan fisik dan emosional yang
dapat mempengaruhi konsep diri.
- Identifikasi cara-cara untuk mengurangi
dampak dari segala kesehatan
penggambaran melalui berpakaian,
kosmetik sesuai kebutuhan.
- Ekspolari kekuatan dan sumber yang
dimiliki klien. Diskusikan jika
memungkinkan perubahan berat badan.
- Dorong klien untuk mendiskusikan secara
interpersonal tentang masalah yang
dihadapi.
- Dorong klien untuk mengekslorasi
perubahan yang dialaminya.
- Dorong klien untuk mendapatkan support
dari orang yang berarti.
79
- Dorong klien untuk ikut berpartisipasi
membuat keputusan dalam rencana
perawatannya.
- Bantu klien agar dapat menerima bantuan
dari orang lain.
- Bantu klien untuk menggambarkan tentang
ideal dirinya, karakteristik identitas dirinya
dan menerimanya.
6. Risiko jatuh berhubungan dengan adanya
peradangan pada persendian (arthritis),
penurunan kekuatan ekstremitas bawah,
kerusakan mobilitas fisik.
Setelah dilakukan tindakan perawatan
diharapkan klien melakukan tindakan
pengamanan:
Pencegahan jatuh dengan kriteria:
- Klien dapat menggunakan alat bantu
dengan benar.
- Klien dapat menempatkan penopang
untuk mencegah jatuh.
- Klien dapat menempatkan susunan
pegangan tangan sesuai kebutuhan.
Mencegah jatuh (Fall Prevention)
- Identifikasi kebutuhan keamanan klien
berdasarkan tingkat fungsi fisik, kognitif
dan riwayat perilaku sebelumnya.
- Identifikasi perilaku dan faktor yang
berpengaruh terhadap risiko jatuh.
- Kaji riwayat jatuh klien dan keluarga.
- Identifikasi karakteristik lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensial untuk
jatuh.
80
- Pantau gaya berjalan, keseimbangan dan
tingkat kelelahan selama amulasi.
- Diskusikan dengan klien tentang gaya
berjalan dan pergerakan.
- Ajarkan pada klien/ keluarga tindakan
keamanan pada area yang spesifk.
- Berikan materi pendidikan yang
berhubungan dengan strategi untuk
pencegahan trauma.
- Berikan informasi tentang bahaya
lingkungan dan ciri-cirinya (misalnya:
tangga, jendela, kunci pintu, kolam renang,
jalan atau gerbang).
- Ajarkan pada klien tentang bagaimana
meminimalkan cedera.
- Pantau kemampuan klien untuk berpindah
dari tempat tidur ke kursi.
81
- Gunakan teknik yang tepat untuk
memindahkan klien dari dan ke kursi roda,
tempat tidur, kamar mandi, dll.
7. Defisit perawatan diri: Mandi/Kebersihan
berhubungan dengan kelemahan, adanya
nyeri, gangguan neurovaskuler ditandai
dengan klien mengatakan adanya
ketidakmampuan dalam membersihkan
sebagian atau seluruh badan, menyediakan
sumber air mandi, mengatur suhu air mandi
regular, mendapatkan peralatan mandi,
mengeringkan badan, masuk dan keluar dari
kamar mandi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
klien dapat menunjjukkan perawatan
diri:
1. Aktivitas Kehidupan sehari-hari:
Mandi dengan kriteria:
- Klien menerima bantuan atau
perawatan total dari pemberi
perawatan jika diperlukan.
- Klen mengungkapkan secara
verbal kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan hygiene
mulut.
- Klien mempertahankan
mobilitas yang diperlukan untuk
ke kamar mandi dan
Bantu Perawatan Diri (Self Care
Assistance):
- Kaji kemampuan klien untuk menggunakan
alat bantu.
- Pantau adanya perubahan kemampuan
fungsi.
- Pantau kemampuan klien dalam melakukan
perawatan diri secara mandiri.
- Pantau kebutuhan klien terhadap
perlengkapan alat-alat untuk kebersihan
diri, berpakaian dan makan.
- Berikan bantuan sampai klien mampu
untuk melakukan perawatan diri.
- Bantu klien dalam menerima
ketergantungan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
82
menyediakan perlengkapan
mandi.
- Klien mampu membersihkan dan
mengeringkan tubuh.
- Klien mampu melakukan
perawatan mulut.
- Dukung kemandirian dalam melakukan
mandi dan hygiene mulut. Bantu klien
hanya jika diperlukan.
Bantu perawatan diri : Mandi (Self Care
Assistance Bathing).
- Kaji membrane mukosa oral dan
kebersihan tubuh setiap hari.
- Kaji kondisi kulit saat mandi.
- Pantau kebersihan kuku berdasarkan
kemampuan perawatan diri klien.
- Berikan bantuan sampai klien mampu
secara penuh untuk melakukan perawatan
diri.
- Letakkan sabun, handuk, deodorant, alat
cukur dan peralatan lain yang dibutuhkan
disamping tempat tidur/kamar mandi.
83
- Pantau kebersihan kebersihan kuku
berdasarkan kemampuan perawatan diri
klien.
8 Defisit perawatan diri : Toileting
berhubungan dengan kelemahan, adanya
nyeri, gangguan neurovaskuler ditandai
dengan klien mengatakan adanya
ketidakmampuan dalam menggunakan
pispot, pergi ke toilet, duduk atau bangun dari
toilet atau pispot, memenuhi kebersihan toilet
atau psipot.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
klien dapat menujukkan perawatan diri.
1. Aktivitas kehidupan sehari-hari:
Toileting dengan kriteria:
- Klien menerima bantuan dari
pemberi perawatan.
- Klien mengenali/mengetahui
kebutuhan akan bantuan untuk
toileting.
- Klien mengenali dan berespon
terhadap urgency untuk
berkemih atau defekasi.
- Klien mampu untuk pergi atau
keluar dari toilet.
- Klien mampu membersihkan diri
setelah toileting.
Bantu Perawatn Diri (Self Care Assistance):
- Kaji kemampuan klien untuk menggunakan
alat bantu.
- Pantau adanya perubahan kemampuan
fungsi.
- Pantau kemampuan klien dalam melakukan
perawatan diri secara mandiri.
- Pantau kebutuhan klien terhadap
perlengkapan alat-alat untuk kebersihan
diri, berpakaian dan makan.
- Berikan bantuan sampai klien mampu
untuk melakukan perawatan diri.
- Bantu klien dalam menerima
ketergantungan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
84
- Dukung kemandirian dalam melakukan
mandi dan hygiene mulut, bantu hanya jika
diperlukan.
Bantu Perawatan Diri Toileting (Self Care
Assistance : Toileting)
- Ajarkan klien/orang terdekat dalam
rutinitas toileting.
- Berikan informasi perawatan diri kepada
keluarga/orang lain yang penting tentang
lingkungan rumah yang aman untuk klien.
- Bantu klien ke toilet/menggunakan
pispot/urinal pada jangka waktu tertentu.
- Fasilitasi hygiene toilet setelah selesai
eliminasi.
- Siram toilet, bersihkan peralatan eliminasi.
- Ganti pakaian klien setelah eliminasi.
- Berikan privasi selama eliminasi.
85
4. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan keperawatan guna menjalankan rencana asuhan
keperawatan untuk membantu klien mencapai tujuan. Tindakkan dalam
proses ini meliputi mengkaji kembali klien, memperbaharui data dasar,
meninjau serta merevisi rencana asuhan serta melakukan atau
mendelegasikan intervensi keperawatan yang direncanakan (berman,
snyder, 2010).
5. Evaluasi
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien kearah pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar
berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam
kehidupan sehari hari, dan dalam ketersediaan atau penggunaan sumber
eksternal.
Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien :
a. Diagnosa keperawatan : nyeri akut/kronis
1) Klien menunjukkan kemampuan menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, dan tindakkan
pencegahan nyeri.
2) Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk
mencari pertolongan.
3) Klien melaporkan nyeri berkurang.
4) Klien mengungkapkan kenyamanan setelah nyeri berkurang.
5) Klien menunjukkan tanda vital dalam batas normal.
6) Klien menunjukkan ekspresi wajah tenang.
86
b. Diagnosa keperawatan kerusakkan mobilitas fisik
1) Klien menunjukkan penampilan yang seimbang.
2) Klien menunjukkan penampilan posisi tubuh.
3) Klien dapat melakukan pergerakkan sendi.
4) Klien dapat melakukan perpindahan.
5) Klien dapat berjalan.
6) Klien menggunakan alat bantu secara benar dengan
pengawasan.
7) Klien mau meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika
diperlukan.
8) Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
c. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan
1) Klien mengetahui nama penyakitnya.
2) Klien dapat menjelaskan proses penyakit.
3) Klien dapat menjelaskan faktor penyebab dan resiko
penyakitnya.
4) Klien menjelaskan efek dari penyakit.
5) Klien menjelaskan tanda-tanda dan gejala penyakit.
6) Klien menjelaskan tindakkan-tindakkan untuk meminimalkan
progresi penyakit.
7) Klien menjelaskan tanda-tanda dan gejala komplikasi.
d. Diagnosa keperawatan : cemas
1) Tidak ada tanda-tanda kecemasan secara fisik pada klien.
2) Klien tidak menunjukkan perubahan perilaku akibat kecemasan.
3) Klien meneruskan aktivitas yang dibutuhkan.
4) Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
87
e. Diagnosa keperawatan : gangguan citra tubuh.
1) Klien mendemonstrasikan penerimaan perubahan bentuk tubuh.
2) Klien puas dengan penampilan dan fungsi tubuh.
3) Klien mau menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
4) Klien dapat melakukan hubungan sosial yang dekat.
f. Diagnosa keperawatan : risiko jatuh
1) Klien menggunakan alat bantu dengan benar.
2) Klien dapat menempatkan penompang untuk mencegah jatuh.
3) Klien dapat menempatkan susunan pegangan tangan sesuai
kebutuhan.
g. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri (mandi).
1) Klien menunjukkan kepuasan tentang kebersihan tubuh dan
hygiene mulutnya.
2) Klien membersihkan dan mengeringkan tubuh.
3) Klien menunjukkan kemampuan melakukan perawatan mulut.
h. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri (toileting)
1) Klien mau menerima bantuan untuk toileting.
2) Klien dapat berespon terhadap urgensi untuk berkemih atau
defekasi.
3) Klien menunjukkan kemampuan untuk pergi atau keluar dari
toilet.
4) Klien menunjukkan kemampuan membersihkan diri setelah
toileting.
88
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini disampaikan satu kasus pada lanjut usia dengan masalah osteoarthritis
pada Ny. R yang bertempat tinggal di panti sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2
cengkareng. Untuk melengkapi data penulis mengadakan pengambilan data dengan
wawancara observasi dan pemeriksaan fisik.
Asuhan keperawatan lanjut usia dengan osteoarthritis yang mulai dilakukan pada
tanggal 4-6 mei 2017. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia,
pendekatan yang dilakukan adalah proses keperawatan yang meliputi lima tahap
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam melaksanakan
asuhan keperawatan lanjut usia. Dari hasil pengumpulan data pada lanjut usia
diperoleh data-data sebagai berikut:
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien
Klien bernama Ny. R usia 74 tahun bertempat tinggal Panti Sosial
Tresna Werdha Budhi Mulia 2 cengkareng, Tempat tanggal lahir klien
di Purwokerto 1 januari 1943, Klien berjenis kelamin perempuan, Suku
klien jawa, Klien beragama islam, Pendidikan klien tidak tamat SD,
Status perkawinan klien kawin, Dan keluarga klien yang dapat
dihubungi tidak ada.
b. Riwayat Keluarga
Klien menikah dengan Tn. S dan mempunyai 3 orang anak yaitu Tn. A,
Ny. N dan Ny. L.
89
c. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan klien saat ini adalah tidak bekerja. Pekerjaan klien
sebelumnya adalah pedagang nasi dan lauk pauk. Sumber-sumber
pendapatan terhadap kebutuhan yaitu untuk memenuhi keperluan klien
sehari-hari.
d. Riwayat Lingkungan Tinggal
Sebelumnya klien tinggal di Pluit raya. Tipe tempat tinggal klien adalah
rumah kontrakkan. Jumlah orang yang tinggal dirumah hanya 1 orang
yaitu klien sendiri. Derajat privasi tempat tinggal klien adalah baik.
e. Riwayat Rekreasi
Hobi klien adalah memasak. Klien tidak mengikuti organisasi apapun.
Klien mengatakan untuk hiburannya selama berada dipanti adalah
menonton televisi bersama dengan teman-temannya dipanti. Terkadang
klien mengikuti panggung ceria yang diadakan oleh pihak panti tetapi
tergantung dengan kondisi kakinya saat ini apakah sedang merasakan
nyeri atau tidak.
f. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Saat Ini
Ny. R mengatakan kaki kanannya terasa sakit terutama di
dengkulnya yang sebelah kanan. Ny. R mengatakan kakinya
kalau pagi hari saat baru bangun tidur terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya kurang lebih 15 menit. Ketika ditanya skala
nyerinya Ny. R mengatakan skala nyerinya 4. Ny.R mengatakan
untuk jalan terasa sakit dan ngilu sehingga untuk jalan lama
klien tidak kuat dan terkadang timbul bunyi seperti retak atau
bunyi “krek”.
90
b) Pengetahuan Dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan
Ny. R mengatakan tidak tahu sakit apa yang dia alami yang dia
tahu hanya terkait tentang rasa nyerinya. Ny. R mengatakan
kalau nyerinya timbul maka klien memberi obat oles seperti
balsem.
c) Obat-Obatan Yang Digunakan
Allopurinol 1x1 tablet 100 mg.
Obat gosok atau balsam jika kaki sakit.
2) Riwayat Kesehatan Lalu
a) Penyakit/Keluhan Yang Telah Diderita
Ny. R mengatakan dahulu mempunyai tahi lalat dibawah mata
sebelah kiri. Namun kerena klien merasa lama kelamaan tahi
lalatnya semakin besar dan mengganggunya bahkan sampai
menyebabkan Ny.R merasa pusing maka Ny. R melakukan
operasi untuk membuang tahi lalatnya tersebut. Ny R
mengatakan pernah jatuh beberapa tahun lalu sehingga
menimbulkan ketidaksimetrisan antara tangan kanan dan
kirinya.
b) Riwayat Operasi / Dirawat Di Rumah Sakit
Ny R mengatakan dirinya pernah dioperasi pembuangan tahi
lalat.
c) Riwayat Obstetrik
Ny R mengatakan dirinya telah melahirkan 3 orang anak yaitu
1 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Ny.R mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan seperti hipertensi, jantung, diabetes mellitus dll.
91
g. Pemeriksaan Kebutuhan Sehari-Hari.
1) Nutrisi
a) Jumlah
Ny. R mengatakan biasanya klien makan hanya 1 centong nasi
dan habis kalau lebih dari 1 centong nasi maka tidak habis.
b) Pola Makan
Ny.R makan sehari 3 kali yaitu pagi, siang dan sore hari.
c) Gaya Hidup
Ny.R mengatakan hanya makan makanan yang berasal dari
panti dan tidak pernah membeli makanan dari luar panti.
d) Diit Khusus
Tidak ada diit khusus klien makan makanan sama dengan lanjut
usai yang lainnya klien hanya menghindari makan makanan
seperti kangkung, kol, toge, bayam dan ikan.
e) Masalah Yang Mempengaruhi Asupan Makanan
Klien mengatakan tidak bisa makan-makanan seperti kangkung,
kol, toge, bayam dan ikan karena kalau Ny. R makan-makanan
tersebut lututnya terasa sakit dan ngilu.
f) Riwayat Peningkatan/Penurunan Berat Badan.
Ny. R mengatakan selama dipanti tidak mengetahui apakah
terjadi penurunan atau peningkatan berat badan.
2) Personal Hygiene
Kebersihan badan, rambut, kuku, mulut dan genital (kondisi, pola
dan masalah)
92
a) Kebersihan Badan
- Kondisi
Kulit Ny.R bersih, tidak kotor, Ny.R menggunakan baju
yang bersih dan juga rapih.
- Pola
Ny. R mengatakan biasanya mandi 2x sehari yaitu pagi dan
sore hari menggunakan sabun.
- Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan badan klien.
b) Kebersihan Rambut
- Kondisi
Rambut klien berwarna putih, tidak kotor tetapi sedikit
kusut.
- Pola
Ny.R mengatakan biasanya keramas 1x setiap 2 hari
menggunakan shampoo.
- Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan rambut klien.
c) Keberishan Kuku
- Kondisi
Kuku klien tidak panjang dan bersih.
- Pola
Ny. R mengatakan biasanya dipotong tidak tentu waktunya.
93
- Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan kuku klien.
d) Kebersihan Mulut
- Kondisi
Gigi Ny. R sedikit kehitaman. Ketika ditanyakan ternyata
Ny. R dahulu sering menyirih, tidak tercium bau pada mulut
klien.
- Pola
Ny. R mengatakan sikat gigi 2x sehari yaitu saat mandi
dengan menggunakan odol.
- Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan mulut.
e) Kebersihan Genital
- Kondisi
Ny. R mengatakan selalu cebok setelah selesai BAB atau
BAK.
- Pola
Ny. R selalu cebok dengan air bersih ketika selesai BAB
atau BAK
- Masalah
Tidak ada masalah pada kebersihan genitalia klien.
3) Aktifitas/Istirahat
a) Kemampuan Beraktifitas Sehari-Hari
Ny. R mampu beraktifitas sendiri tanpa dibantu oleh orang lain
tetapi aktifitasnya dilakukan dengan pelan-pelan.
94
b) Penggunaan Alat Bantu/Protesa
Ny. R tidak menggunakan alat bantu apapun kecuali kacamata
untuk membaca.
c) Pola Tidur
Ny. R tidur dimalam hari dan bangun pagi hari (kurang lebih
mulai jam 20.00 sampai dengan jam 04.30)
d) Nocturia Dan Masalah Yang Ada
Klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak karena panas.
4) Eliminasi
a) Eliminasi Faeses
- Pola
Ny.R mengatakan biasanya BAB 2x seminggu atau setiap
4 hari sekali.
- Masalah
Tidak ada masalah dalam proses BAB.
b) Eliminasi Urin
- Pola
Ny. R mengatakan biasanya BAK 5x sehari tetapi
tergantung dari jumlah air yang diminumnya hari itu.
- Masalah
Tidak ada masala dalam eliminasi urine.
5) Oksigenasi
a) Pola Nafas
Pola nafas klien normal dan teratur.
95
b) Frekuensi/Menit
Frekuensi nafas klien18 x/menit
c) Adanya Batuk, Sesak, Hemoptysis (Batuk Darah), Sputum,
Mengi, Dan Riwayat Alergi Apapun
Ny. R mengatakan tidak ada batuk, sesak, hemoptysis (batuk
darah), sputum, mengi, dan riwayat alergi apapun
6) Spiritual
a) Hubungan Klien Dengan Tuhan
Hubungan klien dengan tuhan baik, Ny. R meyakini bahwa
Allah SWT adalah tuhannya.
b) Kebiasaan Dalam Melakukan Ibadah
Ny. R melakukan solat 5 waktu dan terkadang mengikuti
pengajian dipagi hari.
c) Kemampuan Dalam Pelaksanaannya
Ny. R mampu melakukan ibadah secara mandiri
d) Adanya Masalah Dalam Beribadah
Ny. R mengatakan terkadang nyerinya menyebabkan susah
untuk melakukan solat berjamaah dimushola. Sehingga Ny. R
sering melakukan Shalat di Ruangan saja.
h. Tinjauan Sistem
1) Kondisi Dari Sistem Tubuh Yang Ada
Semua sistem yang ada tubuh klien baik kecuali pada sistem
muskoloskeletal terutama pada ekstermits bagian bawah sebelah
kanan tepatnya pada lutut Ny. R.
96
2) Masalah / Gangguan Pada Sistem Tubuh.
- Ny. R mengatakan nyeri/sakit pada kaki lututnya ketika
berjalan.
- Terdapat benjolan/bengkak pada kaki kanan Ny. R
3) Penggunaan Protesa
Ny. R tidak menggunakan alat bantu/tiruan untuk beraktivitas.
2. Pengkajian Psikologi
a. Proses Pikir
Ny. R masih mengingat tentang ceritanya dimasa lalu tentang dirinya,
suaminya yang sekarang tidak tahu dimana keberadaannya hanya saja
klien lupa ketika bertemu dengan orang yang baru dilihat beberapa kali.
b. Gangguan Perasaan (Depresi, Wajah Tanpa Ekspresi, Kelelahan, Acuh
Tak Acuh, Mudah Tersinggung).
Saat diwawancara tentang dirinya klien menceritakan semua
pengalamannya dengan senang dan ekspresif.
c. Komunikasi (Penggunaan Protesa, Kesulitan Berkomunikasi, Putus
Asa Dll)
Klien dalam berkomunikasi tidak ada hambatan/kesulitan. Secara
pengamatan klien mampu berkomunikasi dengan temannya yang lain
dengan baik.
d. Orientasi (Tempat, Waktu, Dll)
Saat dikaji menggunakan MMSE Ny. R mampu menyebutkan tanggal,
hari, tahun dan lokasi dimana klien saat ini tetapi klien lupa pada
harinya.
97
e. Sikap Klien Terhadap Lanjut Usia
- Sikap Klien Dengan Temannya
Sikap klien dengan temannya baik, tidak pernah ada konflik
kalaupun ada konflik Ny. R mengatakan lebih baik menghindar.
- Klien Memandang Dirinya
Ny. R mengatakan dirinya sekarang sudah tua dan tidak mampu
beraktivitas secara normal/seperti dahulu.
- Reaksi Klien Terhadap Kehilangan Pasangan
Ny. R mengatakan kalau Ny.R kehilangan pasangan pastilah sangat
sedih rasanya.
f. Mekanisme Koping Klien Terhadap Masalah Yang Ada
Ny. R mengatakan biasanya jika memang ada konflik dengan temannya
dia memilih meninggalkan temannya supaya masalahnya tidah tambah
panjang.
3. Pengkajian Sosial Ekonomi
a. Latar Belakang Klien
Ny.R lahir di bumiayu, kemudian pindah ke purwokerto. Setelah klien
tumbuh dewasa klien pindah merantau ke jakarta untuk berdagang dan
mencari uang untuk makan. Klien saat ini hidup seorang diri setelah
ditinggal suaminya dan anak-ananknya yang sudah memiliki jalannya
masing-masing. Klien terjaring penertiban dari dinas sosial dan
kemudian dititipkan dipanti sosial tresna werdha budhi mulia 2
cengkareng.
1) Frekuensi Hubungan Sehari-Hari
- Dengan Keluarga
Semenjak klien berada di panti sosial tresna werdha budhi mulia
2 cengkareng ini keluarganya tidak ada yang menjenguknya.
98
- Dengan Masyarakat
Selama tinggal di panti sosial tresna werdha budhi mulia 2
cengkareng hubungan klien dengan teman-temannya baik,
jarang terjadi konflik antara Ny.R dengan teman-temannya
selama di panti sosial tresna werdha budhi mulia 2 cengkareng.
- Aktifitas Klien Di Panti
Selama dipanti Ny. R hanya makan, tidur dan menonton tv.
Terkadang Ny.R mengikuti kegiatan yang ada di panti seperti
mengaji bersama.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – Tanda Vital
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Suhu : 36,4℃
4) Nadi : 89 X/Menit
5) Tekanan Darah : 130/88 mmHg
6) Pernafasan : 19 X/Menit
7) Tinggi Badan : 152 Cm
8) Berat Badan : 55 Kg
b. Pemeriksaan Dan Kebersihan Perorangan
1) Kepala
- Rambut
Rambut klien bersih, warna rambut klien putih, sedikit kusut
dan tidak ada benjolan.
- Mata
Mata klien kurang bisa melihat dengan jelas, klien
menggunakan kacamata.
99
- Hidung
Hidung klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada polip,
penciuman klien sedikit kurang.
- Telinga
Simetris, adda 2 dikanan dan dikiri, bersih.
2) Leher
Tidak ada pembengkakkan kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakkan vena jugularis.
3) Dada/Thorak
- Dada
Perkembangan dada simetris antara dada kanan dan dada kiri.
- Paru-Paru
Saat diperkusi bunyi sonor, saat di auskultasi suara paru-paru
vesikuler.
- Jantung
Suara jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan.
4) Abdomen
Perut klien lembek/tidak keras, bising usus kurang lebih 10x/menit.
5) Muskoloskeleal
- Ekstermitas Atas
Pada tangan kiri klien normal tidak ada masalah.
Pada tangan kanan klien terdapat masalah yaitu adanya benjolan
pada bahu, sulit digerakkan, Ny. R mengatakan benjolannya
tersebut karena trauma akibat jatuh.
100
- Ekstermitas Bawah
Pada kaki kiri klien tidak ada masalah
Pada kaki kanan klien terdapat bengkak
Antara kaki kiri dan kanan klien terdapat perbedaan ukuran.
Saat berjalan gaya berjalan Ny. R tidak normal
6) Lain-Lain
- GCS : 15 (Eye : 4, Motoric: 6, Verbal: 5)
- Kekuatan otot :
4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
7) Keadaan Lingkungan
- Keadaan disekitar klien bersih terutama tempat tidur klien.
- Jarak tempat tidur klien dengan temannya kurang lebih 50 cm.
5. Informasi Penunjang
a. Diagnosa Medis
Osteoarthritis
b. Laboratoriun
Hasil pemeriksaan asam urat pada klien tanggal 4 mei 2017 : 8,6 mg/dl
(Normal : Perempuan : 2,6 – 6 mg/dl, Laki-laki : 3,5 – 7,2 mg/dl)
c. Terapi Medis
Allopurinol 1 x 1 tablet 100 mg
101
Resume Pengkajian
Klien bernama Ny. R. Ny.R lahir di bumiayu, kemudian pindah ke
purwokerto. Setelah klien tumbuh dewasa klien pindah merantau ke
jakarta untuk berdagang dan mencari uang untuk makan. Klien saat ini
hidup seorang diri setelah ditinggal suaminya dan anak-ananknya yang
sudah memiliki jalannya masing-masing. Klien terjaring penertiban dari
dinas sosial dan kemudian dititipkan dipanti sosial tresna werdha budhi
mulia 2 cengkareng. Saat dikaji pada hari kamis tanggal 4 mei 2017 Ny.
R kooperatif dengan perawat. Ny. R memiliki diagnosa medis
osteoarthritis. Ny. R mendapat terapi allopurinol 1 x 1 tablet 100 mg, saat
pengkajian Ny. R mengatakan kaki kanannya terasa sakit terutama di
dengkulnya yang sebelah kanan. Ny. R mengatakan kakinya kalau pagi
hari saat baru bangun tidur terasa ngilu dan sulit bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit. Ketika ditanya skala nyerinya Ny. R mengatakan
skala nyerinya 4. Ny.R mengatakan untuk jalan terasa sakit dan ngilu
sehingga untuk jalan lama klien tidak kuat dan terkadang timbul bunyi
seperti retak atau bunyi “krek”. saat dikaji Keadaan umum klien Baik,
dengan Kesadaran composmentis dan tanda tanda vital klien : Suhu :
36,4℃, Nadi : 89 X/Menit, Tekanan darah : 130/88 mmHg dan
Pernafasan : 19 X/Menit. Hasil pemeriksaan asam urat pada klien tanggal
4 mei 2017 : 8,6 mg/dl
102
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
- Ny R mengatakan kaki kanannya
terasa sakit terutama dengkulnya.
- Ny. R mengatakan kakinya kalau
pagi hari saat baru bangun tidur terasa
ngilu dan sulit bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala nyerinya Ny. R
mengatakan skala nyerinya 4.
- Ny.R mengatakan untuk jalan terasa
sakit dan ngilu sehingga untuk jalan
lama klien tidak kuat dan terkadang
timbul bunyi seperti retak atau bunyi
“krek”
- Ny. R mengatakan pernah jatuh dan
menyebabkan benjol pada bahu
kanan
- Ny. R mampu beraktifitas sendiri
tetapi aktifitasnya dilakukannya
dengan pelan-pelan.
- Ny. R mengatakan nyeri atau sakit
pada lututnya ketika berjalan.
- Klien terihat menahan sakit
- Pada lutut klien terdapat bengkak dan
juga kemerahan.
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,4℃
Nadi : 89 X/Menit
Tekanan darah : 130/88 mmHg
Pernafasan : 19 X/Menit
Tinggi badan : 152 Cm
Berat badan : 55 Kg
- BBI : 46,8 kg – 57,2 kg
- IMT : 24 (Normal : 18,5 –
24,9)
- Skala nyeri : 4
- Intensitas : muncul pagi hari dan
ketika berjalan
- Durasi : kurang lebih 15 menit.
- GCS : 15 (Eye: 4, Motorik:
6, Verbal: 5)
- Kekuatan otot :
4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
- Terdapat benjolan pada bahu kanan
dan sulit digerakkan akibat jatuh.
- Saat berjalan gaya berjalan Ny. R tidak
normal
103
- Hasil pemeriksaan asam urat pada
klien tanggal 4 mei 2017 : 8,6 mg/dl
- Ny. R mendapat terapi allopurinol 1 x
1 tablet 100 mg
ANALISA MASALAH
No Data Fokus Masalah Etiologi
1 Data Subjektif :
- Ny R mengatakan kaki
kanannya terasa sakit
terutama dengkulnya.
- Ny. R mengatakan
kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur
terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyerinya Ny. R
mengatakan skala
nyerinya 4.
- Ny. R mengatakan
nyeri atau sakit pada
lututnya ketika
berjalan.
Data Objektif:
- Klien terihat menahan
sakit
Gangguan rasa aman
dan nyaman : nyeri
Proses inflamasi
104
- Pada lutut klien
terdapat bengkak dan
juga kemerahan.
- Keadaan Umum :
Baik
- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,4℃
Nadi : 89
X/Menit
Tekanan Darah :
130/88 mmHg
Pernafasan : 19
X/Menit
- Skala nyeri : 4
- Intensitas : muncul
pagi hari dan ketika
berjalan
- Durasi : kurang
lebih 15 menit.
- Hasil pemeriksaan
asam urat pada klien
tanggal 4 mei 2017 :
8,6 mg/dl
- Ny. R mendapat terapi
allopurinol 1 x 1 tablet
100 mg
2 Data Subejktif
- Ny R mengatakan kaki
kanannya terasa sakit
terutama dengkulnya.
Kerusakkan mobilitas
fisik
Nyeri dan
ketidaknyamanan
105
- Ny. R mengatakan
kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur
terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyerinya Ny. R
mengatakan skala
nyerinya 4.
- Ny.R mengatakan
untuk jalan terasa sakit
dan ngilu sehingga
untuk jalan lama klien
tidak kuat dan
terkadang timbul bunyi
seperti retak atau bunyi
“krek”
- Ny. R mengatakan
nyeri atau sakit pada
lututnya ketika
berjalan.
Data Objektif
- Klien terihat menahan
sakit
- Pada lutut klien
terdapat bengkak dan
juga kemerahan.
- Keadaan Umum :
Baik
106
- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,4℃
Nadi : 89 X/Menit
Tekanan Darah :
130/88 mmHg
Pernafasan : 19
X/Menit
- Skala nyeri : 4
- Intensitas : muncul
pagi hari dan ketika
berjalan
- Durasi : kurang
lebih 15 menit.
- Kekuatan otot :
4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
- Terdapat benjolan pada
bahu kanan dan sulit
digerakkan akibat
jatuh.
- Saat berjalan gaya
berjalan Ny. R tidak
normal
3 Data Subjektif:
- Ny R mengatakan kaki
kanannya terasa sakit
terutama dengkulnya.
- Ny. R mengatakan
kakinya kalau pagi hari
saat baru bangun tidur
Resiko jatuh Adanya peradangan
pada persendian
(Arthritis)
107
terasa ngilu dan sulit
bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyerinya Ny. R
mengatakan skala
nyerinya 4.
- Ny.R mengatakan
untuk jalan terasa sakit
dan ngilu sehingga
untuk jalan lama klien
tidak kuat dan
terkadang timbul bunyi
seperti retak atau bunyi
“krek”
- Ny. R mengatakan
pernah jatuh dan
menyebabkan benjol
pada bahu kanan
- Ny. R mampu
beraktifitas sendiri
tetapi aktifitasnya
dilakukannya dengan
pelan-pelan.
- Ny. R mengatakan
nyeri atau sakit pada
lututnya ketika
berjalan.
Data Objektif:
- Klien terihat menahan
sakit
108
- Pada lutut klien
terdapat bengkak dan
juga kemerahan.
- Keadaan Umum :
Baik
- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,4℃
Nadi : 89 X/Menit
Tekanan Darah :
130/88 mmHg
Pernafasan : 19
X/Menit
- Skala nyeri : 4
- Intensitas : muncul
pagi hari dan ketika
berjalan
- Durasi : kurang lebih
15 menit.
- Kekuatan otot :
4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
- Terdapat benjolan pada
bahu kanan dan sulit
digerakkan akibat
jatuh.
- Saat berjalan gaya
berjalan Ny. R tidak
normal
109
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi
1 Gangguan rasa aman dan
nyaman : nyeri
berhubungan dengan
Proses inflamasi ditandai
dengan
Data Subjektif :
- Ny R mengatakan kaki
kanannya terasa sakit
terutama dengkulnya.
- Ny. R mengatakan
kakinya kalau pagi
hari saat baru bangun
tidur terasa ngilu dan
sulit bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyerinya Ny. R
mengatakan skala
nyerinya 4.
- Ny. R mengatakan
nyeri atau sakit pada
lututnya ketika
berjalan.
Data Objektif:
- Klien terihat menahan
sakit
4 Mei 2017 6 Mei 2017
110
- Pada lutut klien
terdapat bengkak dan
juga kemerahan.
- Keadaan umum :
Baik
- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,4℃
Nadi : 89 X/Menit
Tekanan Darah :
130/88 mmHg
Pernafasan : 19
X/Menit
- Skala nyeri : 4
- Intensitas : muncul
pagi hari dan ketika
berjalan
- Durasi : kurang
lebih 15 menit.
- Hasil pemeriksaan
asam urat pada klien
tanggal 4 mei 2017 :
8,6 mg/dl
- Ny. R mendapat terapi
allopurinol 1 x 1 tablet
100 mg
2 Kerusakkan mobilitas
fisik berhubungan dengan
nyeri dan
ketidaknyamanan
ditandai dengan
4 Mei 2017 6 Mei 2017
111
Data Subejktif
- Ny R mengatakan kaki
kanannya terasa sakit
terutama dengkulnya.
- Ny. R mengatakan
kakinya kalau pagi
hari saat baru bangun
tidur terasa ngilu dan
sulit bergerak lamanya
kurang lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala
nyerinya Ny. R
mengatakan skala
nyerinya 4.
- Ny.R mengatakan
untuk jalan terasa sakit
dan ngilu sehingga
untuk jalan lama klien
tidak kuat dan
terkadang timbul
bunyi seperti retak
atau bunyi “krek”
- Ny. R mengatakan
nyeri atau sakit pada
lututnya ketika
berjalan.
Data Objektif
- Klien terihat menahan
sakit
112
- Pada lutut klien
terdapat bengkak dan
juga kemerahan.
- Keadaan Umum :
Baik
- Kesadaran :
Composmentis
- Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,4℃
Nadi : 89 X/Menit
Tekanan Darah :
130/88 mmHg
Pernafasan : 19
X/Menit
- Skala nyeri : 4
- Intensitas : muncul
pagi hari dan ketika
berjalan
- Durasi : kurang
lebih 15 menit.
- Kekuatan otot :
4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
- Terdapat benjolan
pada bahu kanan dan
sulit digerakkan akibat
jatuh.
- Saat berjalan gaya
berjalan Ny. R tidak
normal
113
3 Resiko jatuh berhubungan
dengan Adanya
peradangan pada
persendian (Arthritis)
4 Mei 2017 6 Mei 2017
114
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri
berhubungan dengan Proses inflamasi
ditandai dengan
Data Subjektif :
- Ny R mengatakan kaki kanannya terasa
sakit terutama dengkulnya.
- Ny. R mengatakan kakinya kalau pagi
hari saat baru bangun tidur terasa ngilu
dan sulit bergerak lamanya kurang lebih
15 menit.
- Ketika ditanya skala nyerinya Ny. R
mengatakan skala nyerinya 4.
- Ny. R mengatakan nyeri atau sakit pada
lututnya ketika berjalan.
Data Objektif:
- Klien terihat menahan sakit
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan
kepada Ny. R selama 3x24 jam
diharapkan gangguan rasa aman nyaman
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Nyeri berkurang
- Skala nyeri 1-3
- Tanda- tanda infeksi tidak ada
1. Kaji kerakteristik nyeri
2. Berikan klien compress pada lokasi
nyeri
3. Anjurkan klien untuk mandi dengan air
hangat
4. Ajarkan klien terapi fisik Range Of
Motion (ROM).
5. Ajarkan klien teknik relaksasi nafas
dalam
6. Anjurkan klien untuk mengompres
lokasi nyeri bila nyeri timbul
7. Kolaaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik bila dirasa nyeri
tambah parah.
115
- Pada lutut klien terdapat bengkak dan
juga kemerahan.
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,4℃
Nadi : 89 X/Menit
Tekanan Darah : 130/88 mmHg
Pernafasan : 19 X/Menit
- Skala nyeri : 4
- Intensitas : muncul pagi hari dan
ketika berjalan
- Durasi : kurang lebih 15 menit.
- Hasil pemeriksaan asam urat pada klien
tanggal 4 mei 2017 : 8,6 mg/dl
Ny. R mendapat terapi allopurinol 1 x 1 100
mg
116
2 Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri dan ketidaknyamanan ditandai
dengan
Data Subejktif
- Ny R mengatakan kaki kanannya terasa
sakit terutama dengkulnya.
- Ny. R mengatakan kakinya kalau pagi
hari saat baru bangun tidur terasa ngilu
dan sulit bergerak lamanya kurang lebih
15 menit.
- Ketika ditanya skala nyerinya Ny. R
mengatakan skala nyerinya 4.
- Ny.R mengatakan untuk jalan terasa sakit
dan ngilu sehingga untuk jalan lama klien
tidak kuat dan terkadang timbul bunyi
seperti retak atau bunyi “krek”
- Ny. R mengatakan nyeri atau sakit pada
lututnya ketika berjalan.
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan
kepada Ny. R selama 3x24 jam
diharapkan kerusakkan mobilitas fisik
dapat teratasi dengan kriteria hasil: klien
mampu beraktivitas tanpa adanya
hambatan.
1. Kaji kemampuan aktivitas klien
2. Anjurkan klien untuk tetap beraktivitas
tetapi tidak berat.
3. Anjurkan klien untuk menghindari
latihan fisik yang berat dan
mengangkat beban yang berat
4. Bantu aktivitas klien
5. Informasikan pada klien tentang
penyakitnya dan latihan Range Of
Motion (ROM)
117
Data Objektif
- Klien terihat menahan sakit
- Pada lutut klien terdapat bengkak dan
juga kemerahan.
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tanda – Tanda Vital
Suhu : 36,4℃
Nadi : 89 X/Menit
Tekanan Darah : 130/88 mmHg
Pernafasan : 19 X/Menit
- Skala nyeri : 4
- Intensitas : muncul pagi hari dan
ketika berjalan
- Durasi : kurang lebih 15 menit.
- Kekuatan otot :
4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4
118
- Terdapat benjolan pada bahu kanan dan
sulit digerakkan akibat jatuh.
- Saat berjalan gaya berjalan Ny. R tidak
normal
3 Resiko jatuh berhubungan dengan Adanya
peradangan pada persendian (Arthritis)
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan
kepada Ny. R selama 3x24 jam
diharapkan risiko jatuh tidak terjadi
dengan kriteria hasil: klien terbebas dari
bahaya jatuh.
1. Kaji riwayat jatuh klien
2. Pantau gaya berjalan dan
keseimbangan klien
3. Identifikasi perilaku dan factor yang
berpengaruh terhadap resiko jatuh
4. Kaji karakteristik lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensial jatuh
5. Berikan informasi tentang bahaya
lingkungan dan ciri-cirinya.
119
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/
Tanggal
No dx Jam Tindakkan Keperawatan dan
respon klien
Paraf
Kamis, 4
Mei 2017
1 10.00
10.15
Mengkaji kerakteristik nyeri
DS:
- Ny R mengatakan kaki
kanannya terasa sakit terutama
dengkulnya.
- Ny. R mengatakan kakinya
kalau pagi hari saat baru
bangun tidur terasa ngilu dan
sulit bergerak lamanya kurang
lebih 15 menit.
- Ketika ditanya skala nyerinya
Ny. R mengatakan skala
nyerinya 4.
DO :
- Klien terihat menahan sakit
- Pada lutut klien terdapat
bengkak dan juga kemerahan.
Memberikan klien kompres
pada lokasi nyeri
DS:
Ny. R mengatakan sedikit nyaman
dan enakkan.
DO:
Klien terlihat sedikit nyaman
EKA WIDYA
120
10.30
10.45
11.00
11.30
Menganjurkan klien untuk
mandi dengan air hangat
DS:
Klien mengatakan “baik sus nanti
akan saya praktekkan”
DO:
Klien tampak mengerti dengan
anjuran perawat.
Mengajarkan klien teknik
relaksasi nafas dalam
DS:
Klien mengatakan lebih enakkan
dan bisa mengontrol sakitnya.
DO:
Klien mampu mempraktekkan
teknik nafas dalam.
Menganjurkan klien untuk
mengompres lokasi nyeri bila
nyeri timbul
DS:
Klien megatakan “iya sus nanti
akan dipraktekkan kalua tiba-tiba
sakit”
DO:
Klien terlihat mengerti dengan
anjuran perawat.
Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik bila
dirasa nyeri tambah parah.
121
DS: -
DO: klien mendapat terapi
allopurinol 1x1 tablet 100 mg
2 13.15
13.20
14.00
Mengkaji kemampuan aktivitas
klien
DS:
Ny. R mengatakan mampu
beraktifitas sendiri tetapi
aktifitasnya dilakukannya dengan
pelan-pelan.
DO:
Klien melakukan aktifitas dengan
pelan-pelan.
Menganjurkan klien untuk
menghindari latihan fisik yang
berat dan mengangkat beban
yang berat
DS:
Klien mengatakan “tenang saja
sus, saya tidak akan melakukan
aktifitas yang berat kok sus”.
DO:
Klien mendengarkan anjuran
perawat.
Menganjurkan klien untuk tetap
beraktivitas tetapi tidak berat
DS:
Klien mengatakan “iya sus, saya
hanya jalan-jalan saja disini dan
menonton tv”
EKA WIDYA
122
14.15
14.20
DO ;
Klien mendengarkan saran
perawat.
Membantu aktivitas klien
DS:
Klien mengatakan “terima kasih
suster sudah membantu saya”
DO:
Klien senang dapat dibantu
perawat.
Menginformasikan pada klien
tentang penyakitnya
DS:
Klien mengatakan “oh jadi saya
mengalami pengapuran sendi ya
sus”
DO:
Klien menyebutkan pengertian,
tanda gejala serta penyebab dari
penyakitnya.
3 14.25
14.30
Mengkaji riwayat jatuh klien
DS:
Klien mengatakan pernah jatuh
beberapa tahun yang lalu.
DO :
Klien menceritakan riwayat
jatuhnya.
Memantau gaya berjalan dan
keseimbangan klien
EKA WIDYA
123
14.35
14.40
14.45
DS: -
DO :
Gaya berjalan klien tidak normal.
Mengidentifikasi perilaku dan
faktor yang berpengaruh
terhadap resiko jatuh
DS: -
DO :
Faktor yang mempengaruhi
terhadap resiko jatuh adalah lantai
kamar mandi yang basah dan licin.
Mengkaji karakteristik
lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensial jatuh
DS: -
DO :
karakteristik lingkungan yang
mungkin meningkatkan potensial
jatuh adalah penerangan yang
kurang dan lantai yang licin
Memberikan informasi tentang
bahaya lingkungan dan ciri-
cirinya.
DS:
Klien mengatakan akan lebih
berhati-hati jika beraaktivitas
supaya tidak jatuh.
124
DO :
Klien mampu menerapkan apa
yang sudah disampaikan perawat.
Jumat, 5
Mei 2017
1 10.00
10.15
10.30
Mengkaji kerakteristik nyeri
DS:
Klien mengatakan kakinya masih
terasa sakit seperti kemarin.
DO :
- Klien tampak menahan sakit
- Pada lutut klien masih
bengkak dan kemerahan
Memberikan klien kompress
pada lokasi nyeri
DS:
Klien mengatakan “kalau di
kompres ennakkan sus tapi nanti
kambuh lagi”
DO:
Klien lebih nyaman dari
sebelumnya
Menganjurkan klien untuk
mandi dengan air hangat
DS:
Klien mengatakan “iya sus tadi
pagi saya sudah mandi dengan air
hangat”
DO:
Klien mempraktekkan apa yang
sudah dianjurkan oleh perawat
EKA WIDYA
125
11.00
11.10
10.20
Mengajarkan klien teknik
relaksasi nafas dalam
DS:
Klien mengatakan “iya sus saya
sudah mempraktekkannya jika
nyerinya terasa”
DO:
Klien mempraktekkan apa yang
sudah diajarkan
Menganjurkan klien untuk
mengompres lokasi nyeri bila
nyeri timbul
DS:
Klien mengatakan “saya sudah
mempraktekkannya kok sus”
DO:
Klien mempraktekkan apa yang
sudah diajarkan perawat.
Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik bila
dirasa nyeri tambah parah.
DS: -
DO:
klien mendapat terapi allopurinol
1x1 100 mg
2 13.20
Mengkaji kemampuan aktivitas
klien
DS:
Klien mengatakan aktivitasnya
seperti biasa
EKA WIDYA
126
13.35
DO:
Klien melakukan aktivits seperti
biasa
Membantu aktivitas klien
DS:
Klien mengatakan “tidak usah
dibantu suster makasih
sebelumnya”
DO:
Klien mampu melakukan aktivitas
sendiri.
3 13.45 Memantau gaya berjalan dan
keseimbangan klien
DS: -
DO :
Gaya berjalan klien masih tidak
normal
EKA WIDYA
Sabtu, 6
Mei 2017
1
10.00
10.25
Mengkaji kerakteristik nyeri
DS:
Klien mengatakan kakinya masih
nyeri tetapi sudh sedikit
berkurang.
DO :
Klien terlihat sudah lebih nyaman
Memberikan klien kompres
pada lokasi nyeri
DS:
Klien mengatakan “terimakasih ya
sus, sudah mau mengompresskan”
EKA WIDYA
127
10.40
11.20
13.00
DO:
Klien terlihat rileks
Menganjurkan klien untuk
mandi dengan air hangat
DS:
Klien mengatakan “iya sudah sus
tadi pagi saya mandi dengan air
hangat”
DO:
Klien mempraktekkan apa yang
sudah dianjurkan perawat
Menganjurkan klien untuk
mengompres lokasi nyeri bila
nyeri timbul.
DS:
Klien mengatakan sudah
mempraktekkannya
DO:
Klien mempraktekkan apa yang
sudah dianjurkan
Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik bila
dirasa nyeri tambah parah.
DS: -
DO:
klien mendapat terapi allopurinol
1x1 tablet 100 mg
128
2
13.15
14.15
Mengajarkan klien terapi fisik
Range Of Motion (ROM).
DS:
Klien mengatakan enakkan
kakinya dapat digerakkan dan
tidak kaku
DO:
Klien mempraktekkan ROM mulai
dari kepala sampai dengan jari jari
kaki dengan benar tanpa bantuan
perawat
Menginformasikan pada klien
tentang latihan Range Of
Motion (ROM)
DS:
Klien mengatakan akan
mempraktekkan gerakkan ROM
ini karena gerakkan ini membuat
kaki klien terasa lebih enakkan dan
bisa bergerak lagi.
DO:
Klien mendengarkan anjuran
penulis.
EKA WIDYA
129
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/
Tanggal
No dx Evaluasi (SOAP) Paraf
Sabtu, 6
Mei 2017
1 Subjektif:
Ny. R mengatakan rasa nyerinya sudah
berkurang dan skala nyerinya 1
Objektif
Tidak ada bengkak, kemerahan pada
dengkul klien
Skala nyeri 1
Analisa
Masalah teratasi
Planning
Pertahankan intervensi
EKA WIDYA
Sabtu, 6
Mei 2017
2 Subjektif:
Ny. R mengatakan sekarang aktivitasnya
lebih mudah dan tidak nyeri lagi.
Objektif
Klien mampu beraktivitas tanpa hambatan
Analisa
Masalah teratasi
Planning
Pertahankan intervensi
EKA WIDYA
130
Sabtu, 6
Mei 2017
3 Subjektif:
Ny. R mengatakan apabila lantai dipanti
licin maka klien akan berhati hati dan akan
berjalan dengan pelan-pelan.
Objektif
Klien mempraktekkan cara berjalan dengan
benar apabila lantai disekitar klien licin
Analisa
Masalah teratasi
Planning
Pertahankan intervensi
EKA WIDYA
131
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis mencoba membahas kesenjangan antara tinjauan
teoritis dengan tinjauan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Ny.
R dengan Osteoarthritis yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2
di cengkareng, dengan mengikuti tahap-tahap proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pada tahap pengkajian penulis mengarah pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi, dan mengacu pada proses pengkajian yang terdapat
pada tinjauan teoritis. Untuk pengumpulan data pengkajian, penulis melakukan
wawancara dengan klien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi langsung,
melihat catatan keperawatan serta hasil-hasil penunjang lainnya. Namun, untuk
mendapatkan data yang lengkap tentang respon terhadap tindakan yang
dilakukan, penulis mendapat kesulitan dalam pengkajian kerena banyak data
yang tidak lengkap, misalnya pada pengkajian tidak ada data pemeriksaan
diagnostik seperti hasil labotarium asam urat, CT-Scan, serta
pendokumentasian. Selain itu, minimnya sumber buku tentang asuhan
keperawatan pada lanjut usia dengan osteoarthritis juga menyulitkan penulis
untuk melakukan pengkajian.
Dalam pengkajian setelah data diperoleh dan kemudian dianalisa serta
dibandingkan dengan tinjauan teoritis dan laporan kasus, terdapat beberapa
kesamaan dan kesenjangan. Pada penyebab terdapat beberapa kesamaan antara
kasus dengan tinjauan teori dimana penyebab osteoarthritis adalah umur, jenis
kelamin, genetik, suku, kegemukkan, pengausan (wear and tear), trauma,
akibat radang sendi lain, joint alligment, penyakit endokrin, dan deposit pada
rawan sendi sedangakan osteoarthritis yang terjadi pada Ny. R disebabkan
karna faktor usia, jenis kelamin, dan juga trauma. Ny. R berusia 74 tahun. Ny.
R berjenis kelamin Perempuan. Ny. R beberapa tahun lalu pernah jatuh.
132
Berdasarkan teori semua tanda gejala ada pada kasus osteoarthritis Ny. R
seperti rasa nyeri pada sendi, kekauan dan keterbatasan gerak, peradangan,
mekanik, pembengkakkan sendi, deformitas dan gangguan fungsi dialami oleh
Ny. R. Tanda gejala yang dialami oleh Ny. R adalah Ny. R merasakan nyeri
pada lutut kanan, dan sulit bergerak terutama pada pagi hari dengan durasi
kurang lebih 15 menit. Terdapat bengkak pada lutut bagian kanan klien, gaya
berjalan Ny. R tidak normal.
Pada sistem muskuloskeletal terdapat kesamaan antara tinjauan kasus dengan
tinjauan teoris. Dalam tinjauan teoritis yaitu adanya gangguan gaya berjalan,
kekakuan jaringan penghubung, persendian membesar dan menjadi kaku, dan
pada tinjauan kasus Ny. R mengatakan lutut kanan terasa kaku dan nyeri saat
berjalan, tampak pula perubahan cara berjalan pada klien.
Dalam aspek spiritual, berdasarkan pada tinjauan teoritis bahwa lanjut usia
akan semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Dan berdasarkan
tinjauan kasus, Ny. R baik dalam melakukan ibadah klien setiap hari selalu
mengerjakan shalat 5 waktu dengan rutin dimushola yang ada di panti tetapi
apabila nyeri pada lutut kanannya timbul Ny. R melakukan shalat di dalam
ruangan saja tetapi ketika nyerinya sudah tidak ada maka klien akan beribadah
seperti biasa di Mushola yang ada di panti. Klien beribadah sama seperti orang-
orang pada umumnya tidak ada kebiasaan khusus, klien juga mengikuti acara
pengajian setiap pagi di panti.
Dalam tinjauan teoritis klien dengan Osteoartrithis mendapat penatalaksanaan
farmakologi berupa topical pain. Dan berdasarkan hasil tinjauan kasus yaitu
klien menggunakan topical pain seperti balsem yang dioleskan pada lutut
kanan klien untuk mengurangi rasa nyeri pada lutut kanannya.
133
Selain terdapat persamaan terdapat pula beberapa kesenjangan pada hasil yang
diperoleh dari tinjauan kasus dengan tinjauan teori. Dalam aspek fisik yang
penulis dapatkan dari penyakit pada Ny. R yaitu pada sistem kardiovaskuler
menurut teori lanjut usia cenderung akan mengalami tekanan darah tinggi
akibat retensi pembuluh darah perifer meningkat, tetapi pada Ny. R tekanan
darah masih dalam batas normal karena elastisitas pembuluh darah masih baik.
Dalam aspek sosial, menurut teori lanjut usia cenderung memusatkan diri pada
persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematian namun
berdasarkan hasil yang diperoleh dari penulis pada kasus Ny. R bisa
bersosialisasi dengan baik dan berinteraksi dengan lanjut usia lainnya yang
berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2 cengkareng karena setelah
dikaji Ny. R menganggap semua orang memang sudah pasti akan menghadapi
kematian oleh karena itu Ny.R tidak terlalu memikirkan akan hal tersebut.
Dalam aspek psikologis, menurut teori lanjut usia akan mengalami gejala
psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah
tersinggung, dan curiga karena pada seorang lanjut usia cenderung merasa
sudah tidak dibutuhkan lagi. Namun pada hasil yang diperoleh dari tinjauan
kasus Ny. R saat diwawancara menunjukan ekspresi wajah senang, klien juga
terbuka dengan masalah-masalah yang dihadapi, klien banyak bertanya tentang
hal yang tidak dimengerti oleh klien. Setelah dikaji hal itu terjadi karena
menurut Ny. R tidak perlu takut atau merasa tidak dibutuhkan lagi karena
menurutnya memang sudah seharusnya seseorang seusia Ny.R beristirahat dan
tidak perlu beraktivitas lebih.
Berdasarkan pada teori kebutuhan dasar maslow, kebutuhan yang harus
terpenuhi adalah kebutuhan fisiologi, aman nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan juga aktualisasi diri. Namun pada tinjauan kasus ditemukan tiga
gangguan kebutuhan dasar manusia pada penderita Osteoartritis, yaitu
gangguan rasa aman nyaman: nyeri, gangguan mobilitas fisik dan resiko jatuh.
134
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis
terdapat 8 diagnosa keperawatan dengan “Osteoarthritis”, yaitu sebagai
berikut:
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis) ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri pada
persendian, ekspresi wajah meringis.
2. Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, kerusakkan neuromuskuler, kehilangan integritas
struktur tulang, kekakuan sendi atau kontraktur.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah lupa,
tidak mengetahui informasi terkait penyakitnya ditandai dengan klien
mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti instruksi yang tidak
akurat.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status peran,
perubahan status kesehatan, stres, ancaman terhadap konsep diri, ancaman
terhadap kematian ditandai dengan produktivitas berkurang, kontak mata
buruk, klien tampak gelisah, klien mudah tersinggung, klien tampak
khawatir, klien tampak cemas, respirasi meningkat, nadi meningkat, suara
gemetar, reflek meningkat, wajah tegang, anoreksia, kelelahan,
peningkatan tekanan darah, klien sulit berkonsentrasi.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma
atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai
perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan negatif
tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada kekuatan),
mengatakan perubahan dalam kehidupan.
6. Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada persendian
(arthritis), penurunan kekuatan ekstermitas bawah, kerusakkan mobilitas
fisik.
135
7. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan
muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu membersihkan
sebagian atau seluruh badan, klien tidak mampu masuk dan keluar dari
kamar mandi.
8. Defisit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan kerusakkan
muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau
menggunakan pispot, klien tidak mampu memenuhi kebersihan toileting.
Pada kasus Ny. R ada 3 diagosa keperawatan yang muncul, yaitu :
1. Gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi
2. Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan
3. Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada persendian
(arthritis)
Dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 diagnosa yang tidak muncul pada Ny. R
menurut tinjauan teoritis, yaitu :
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah lupa,
tidak mengetahui informasi terkait penyakitnya ditandai dengan klien
mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti instruksi yang tidak
akurat.
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status peran,
perubahan status kesehatan, stres, ancaman terhadap konsep diri, ancaman
terhadap kematian ditandai dengan produktivitas berkurang, kontak mata
buruk, klien tampak gelisah, klien mudah tersinggung, klien tampak
khawatir, klien tampak cemas, respirasi meningkat, nadi meningkat, suara
gemetar, refleks meningkat, wajah tegang, anoreksia, kelelahan,
peningkatan tekanan darah, klien sulit berkonsentrasi.
136
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma
atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai
perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan negatif
tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada kekuatan),
mengatakan perubahan dalam kehidupan.
4. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan
muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu membersihkan
sebagian atau seluruh badan, klien tidak mampu masuk dan keluar dari
kamar mandi.
5. Defisit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan kerusakkan
muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau
menggunakan pispot, klien tidak mampu memenuhi kebersihan toileting.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun prioritas, menentukan tujuan,
kriteria hasil serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada semua
diagnosa yang muncul. Adapun yang menjadi prioritas pada masalah Ny. R
adalah gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri. Hal ini menjadi prioritas
karena data-data yang menunjang. Prioritas yang ada pada teori sudah sesuai
dengan kasus Ny. R. Pada masalah ini perawat merencanakan untuk melatih
Range Of Motion klien dengan tujuan agar sendi klien tidak kaku dan dapat
bergerak serta nyeri berkurang.
137
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat oleh penulis. Pada tahap pelaksanaan
penulis melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai pada rencana
tindakan sampai dengan hari ketiga. Pada tahap ini penulis mempunyai sedikit
hambatan dalam melaksanakan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya
oleh penulis yaitu klien kesulitan untuk mengikuti gerakkan yang diajarkan
oleh penulis karena setelah dikaji klien mengatakan bahwa jarang diadakannya
oleh perawat ruangan tentang senam atau gerakkan Range of Motion (ROM)
ini.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengukuran
keberhasilan dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh
penulis dimulai dari tanggal 4-6 Mei 2017. Adapun dalam evaluasi penulis
menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa untuk dapat mengetahui
apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah
baru dan Planning).
Evaluasi yang penulis lakukan selama tiga hari berturut-turut. Adapun hasil
dari evaluasi tersebut adalah masalah dari ketiga diagnosa teratasi. Yaitu
diagnosa yang teratasi adalah diagnosa gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri,
Kerusakkan mobilitas fisik, dan resiko jatuh.
138
BAB V
PENUTUP
Pada BAB ini, setelah penulis melakukan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Kepada Lanjut usia Ny. R dengan gangguan pada sistem muskoloskeletal :
Osteoartrhritis selama 3 hari dari tanggal 4-6 Mei 2017 di Panti Sosial Trena
Werdha Budhi Mulia 2 Cengkareng, penulis mengambil kesimpulan baik dari
tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :
A. Kesimpulan
Pada tahap pengkajian dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan serta
kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus. Kesamaan yang terdapat
antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus adalah pada penyebab, tanda
gejala, aspek fisik yaitu pada sistem muskuloskeletal, aspek spiritual dan
pentalaksanaan. Sedangkan kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori
dengan tinjauan kasus adalah Dalam aspek fisik pada sistem
kardiovaskuler, aspek sosial dan aspek psikologis.
Dalam diagnosa keperawatan pada kasus Ny. R diagnosa yang muncul
adalah gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi, Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, dan resiko jatuh berhubungan dengan adanya
peradangan pada persendian (Arthritis)
Rencana keperawatan yang di tetapkan untuk Ny. R, dibuat berdasarkan
tinjauan teori. Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan kepada Ny. R
adalah berdasarkan perencanaan yang telah direncanakan sebelumnya oleh
perawat namun penlis memiliki sedikit hambatan pada tahap pelaksanaan
ini dikarenakan klien sedikit kesulitan dalam mengikuti gerakkan yang
diajarkan oleh penulis.
139
Evaluasi yang didapatkan penulis pada Ny. R pada saat melakukan asuhan
keperawatan adalah semua diagnosa teratasi yaitu diagnosa gangguan rasa
aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan proses inflamasi,
Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, dan Resiko jatuh berhubungan dengan Adanya
peradangan pada persendian (Arthritis)
B. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di panti sosial tresna
werdha budhi mulia 2 cengkareng dan berdasarkan kesimpulan yang telah
dibuat oleh penulis, penulis menganggap perlunya untuk memberikan saran
agar pelayanan asuhan keperawatan dapat dilakukan secara optimal,
khususnya pada pasien dengan masalah kesehatan gangguan sistem
muskoloskeletal: osteoarthritis. Saran tersebut antara lain:
1. Untuk Institusi
Diharapkan dapat menyediakan sumber - sumber buku yang lengkap
dengan edisi terbaru, khususnya tentang Osteoarthritis dan pemenuhan
kebutuhan dasar pada lanjut usia dengan Osteoarthritis.
2. Untuk Institusi Panti dan Perawat Panti
Tim perawat dan klinik di panti diharapkan dapat melengkapi alat-alat
kesehatan seperti alat untuk mengecheck kadar asam urat dalam tubuh
sehingga mempermudah lanjut usia di panti untuk memeriksakan
kesehatannya serta diadaknnya senam Range of Motion (ROM) guna
memaksimalkan perawatan kepada lanjut usia yang mengalami
osteoartrithis khususnya dan mendokumentasikan dari tindakan yang
sudah dilakukan.
140
3. Untuk Penulis Sendiri
Diharapkan penulis agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar sesuai
dengan kondisi klien
DAFTAR PUSTAKA
Aspriani, Reny Yuli. (2014) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi
NANDA, NIC dan NOC – Jilid 1. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Buletin Lansia. (2013) http://depkes.go.id. Diakses tanggal 12 Maret 2017 jam
07:25 WIB.
Darmojo, B., & Martono, H. (2006) Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Indonesia:WHO statistical profile (2013) http://www.who.int. Diakses tanggal 12
Maret 2017 jam 07.43 WIB.
Laporan Nasional Riskesdas. (2013) http://www.depkes.go.id Diakses tanggal 12
Maret 2017 jam 06:37 WIB.
Mickey, Stanley. (2006) Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nugroho, Wahjudi. (2012) Keperawatan Grontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction.
Statistik Penduduk Lanjut Usia (2014) http://www.bappenas.go.id. Diakses tanggal
12 Maret 2017 jam 07.10 WIB.
Stockslager, Jaime dan Liz Schaeffer. (2008) Asuhan Keperawatan Geriatik
(Handbook of Geriatric Nursing Care). Edisi 2. Jakarta: EGC.
Tamher, S dan Noorkasiani. (2009) Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperatan. Jakarta : Salemba Medika.
116
SATUAN ACARA PENYULUHAN
OSTEOARTHRITIS
A. Pokok bahasan : Osteoarthritis
B. Sub pokok bahasan :
1. Pengertian Osteoarthritis
2. Penyebab osteoarthritis
3. Tanda dan Gejala Osteoarthritis
4. Pencegahan Osteoarthritis
5. Komplikasi Osteoarthritis
C. Sasaran : Ny. R
D. Hari/tanggal : Jum’at 5 Mei 2017
E. Waktu : 09.30 s/d 10.00 WIB
F. Tempat : Ruang Mangga Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Mulia 2 Cengkareng.
G. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny.R diharapkan Ny.R mampu
mengenal penyakit Osteoarthritis.
2. Tujuan khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny. R selama 1 x 30 menit
diharapkan Ny.R dapat:
a. Menjelaskan Pengertian Osteoarthritis
b. Menjelaskan Penyebab osteoarthritis
c. Menjelaskan Tanda dan Gejala Osteoarthritis
d. Menjelaskan Pencegahan Osteoarthritis
e. Menjelaskan Komplikasi Osteoarthritis
H. Materi
Terlampir
I. Media
1. Lembar Balik
2. Leaflet
117
J. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
4. Demonstrasi
5. Re Demonstrasi
K. Kegiatan Penyuluhan
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN
PESERTA
1. 5 Menit
(Pembukaan)
Mengucapkan Salam
Memperkenalkan diri
Kontrak Waktu
Menjelaskan tujuan
penyuluhan
Menjawab salam
Memperhatian dan
mendengarkan
2.
15 Menit
(Isi/Penyampaian
materi)
Menjelaskan materi :
1. Pengertian Osteoarthritis
2. Penyebab osteoarthritis
3. Tanda dan Gejala
Osteoarthritis
4. Pencegahan Osteoarthritis
5. Komplikasi Osteoarthritis
Memperhatian dan
mendengarkan
3. 10 Menit
(Penutup)
Meminta Ny. R untuk
menjelaskan kembali
materi:
1. Pengertian
Osteoarthritis
2. Penyebab osteoarthritis
3. Tanda dan Gejala
Osteoarthritis
4. Pencegahan
Osteoarthritis
Memperhatikan dan
mendengarkan
Menjawab
pertanyaan
Menjawab salam
118
5. Komplikasi
Osteoarthritis
Menanyakan kepada Ny. R
apakah ada yang ingin
ditanyakan atau tidak
Memberikan kesimpulan
tentang penyuluhan
Salam penutup
L. Evaluasi
1. Evaluasi struktur :
a. Menyiapkan SAP : SAP “Osteoarthritis” telah dibuat h-1 pada tanggal
04 Mei 2017 sebelum dilaksanakanya penyuluhan pada tanggal 05 Mei
2017.
b. Menyiapkan materi dan media : materi yang akan disampaikan dalam
penyuluhan adalah Pengertian Osteoarthritis, Penyebab osteoarthritis,
Tanda dan Gejala Osteoarthritis, Pencegahan Osteoarthritis, dan
Komplikasi Osteoarthritis. Kemudian media yang digunakan untuk
mendukung jalannya kegiatan penyuluhan adalah lembar balik
Osteoarthritis dan Leflet Osteoarthritis.
c. Kontrak waktu dan sasaran : mahasiswa telah menetapkan sasaran
dari penyuluhan Osteoarthritis yaitu Ny.R dan telah melakukan kontrak
waktu penyuluhan pada hari Jum’at, 05 Mei 2017 pukul 09.30 s/d 10.00
WIB.
d. Menyiapkan tempat : tempat yang digunakan untuk penyuluhan
adalah Ruang Mangga Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2
Cengkareng.
e. Menyiapkan pertanyaan : pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
Ny.R adalah :
1) Jelaskan kembali pengertian Osteoartrhritis?
2) Sebutkan kembali Penyebab Osteoartrhritis?
3) Sebutkan kembali tanda gejala Osteoartrhritis ?
4) Menjelaskan kembali pencegahan Osteoartrhritis?
119
5) Sebutkan kembali komplikasi Osteoartrhritis?
1. Evaluasi proses
a. Ny.R memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan
berlangsung
b. Ny.R aktif bertanya
c. Ny.R memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
d. Ny.R tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung
e. Tanya jawab berjalan dengan baik
2. Evaluasi Hasil
Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan 80% lebih dengan benar.
120
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Osteoarthritis
Osteoarthritis (pengapuran tulang) adalah kondisi dimana sendi terasa
nyeri akibat bengkak ringan yang timbul karena gesekkan ujung-ujung
tulang pada sendi.
B. Penyebab osteoarthritis
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Keturunan
4. Obesitas
5. Trauma
6. Aktivitas berat.
C. Tanda dan Gejala Osteoarthritis
1. Rasa Nyeri Pada Sendi
2. Kekakuan pada pagi hari
3. Keterbatasan gerak
4. Pembengkakkan sendi
5. Deformitas (perubahan bentuk tulang)
6. Perubahan bentuk jalan
D. Pencegahan Osteoarthritis
1. Menghindari olahraga yang berat.
2. Mengontrol berat badan
3. Konsumsi makanan sehat dan bergizi
4. Perbanyak konsumsi kalsium
5. Menghindari pekerjaan yang berat
E. Komplikasi Osteoarthritis
1. Patah Tulang
2. Sulit untuk beraktivitas
115
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RANGE OF MOTION (ROM)
A. Pokok bahasan : Range Of Motion (ROM)
B. Sub pokok bahasan :
1. Pengertian Range Of Motion (ROM).
2. Tujuan Range Of Motion (ROM).
3. Jenis Range Of Motion (ROM).
4. Tahapan Latihan gerakkan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh.
C. Sasaran : Ny. R.
D. Hari/tanggal : Sabtu, 6 Mei 2017.
E. Waktu : 09.30 s/d 10.00 WIB.
F. Tempat : Ruang Mangga Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Mulia 2 Cengkareng.
G. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny.R diharapkan Ny.R mampu
mengenal Range Of Motion (ROM).
2. Tujuan khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny. R selama 1 x 30 menit
diharapkan Ny.R dapat:
a. Mampu menjelaskan pengertian range of motion (ROM).
b. Mampu menjelaskan tujuan range of motion (ROM).
c. Mampu menjelaskan jenis range of motion (ROM).
d. Mampu menjelaskan tahapan latihan gerakkan ROM berdasarkan
bagian tubuh
H. Materi
Terlampir
116
I. Media
1. Lembar Balik
2. Leaflet
J. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
4. Demonstrasi
5. Re Demonstrasi
K. Kegiatan Penyuluhan
NO. WAKTU KEGIATAN
PENYULUHAN
KEGIATAN
PESERTA
1. 5 Menit
(Pembukaan)
Mengucapkan Salam.
Memperkenalkan diri.
Kontrak Waktu.
Menjelaskan tujuan
penyuluhan.
Menjawab salam
Memperhatian dan
mendengarkan
2.
15 Menit
(Isi/Penyampaian
materi)
Menjelaskan materi :
6. Pengertian Range Of
Motion (ROM).
7. Tujuan Range Of Motion
(ROM).
8. Jenis Range Of Motion
(ROM).
9. Tahapan Latihan gerakkan
ROM Berdasarkan Bagian
Tubuh.
Memperhatian dan
mendengarkan
3. 10 Menit
(Penutup)
Meminta Ny. R untuk
menjelaskan dan
Memperhatikan dan
mendengarkan
117
mendemonstrasikan
kembali materi:
1. Pengertian Range Of
Motion (ROM).
2. Tujuan Range Of
Motion (ROM).
3. Jenis Range Of Motion
(ROM).
4. Tahapan Latihan
gerakkan ROM
Berdasarkan Bagian
Tubuh.
Menanyakan kepada Ny. R
apakah ada yang ingin
ditanyakan atau tidak.
Memberikan kesimpulan
tentang penyuluhan.
Salam penutup.
Menjawab
pertanyaan
Mendemonstrasikan
kembali
Menjawab salam
L. Evaluasi
1. Evaluasi struktur :
a. Menyiapkan SAP : SAP “Range Of Motion (ROM)” telah dibuat h-1
pada tanggal 05 Mei 2017 sebelum dilaksanakanya penyuluhan pada
tanggal 06 Mei 2017.
b. Menyiapkan materi dan media : materi yang akan disampaikan dalam
penyuluhan adalah Pengertian Range Of Motion (ROM), Tujuan
Range Of Motion (ROM), Jenis Range Of Motion (ROM) dan Tahapan
Latihan gerakkan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh. Kemudian media
yang digunakan untuk mendukung jalannya kegiatan penyuluhan
adalah lembar balik Range Of Motion (ROM) dan Leflet Range Of
Motion (ROM).
118
c. Kontrak waktu dan sasaran : mahasiswa telah menetapkan sasaran
dari penyuluhan Range Of Motion (ROM) yaitu Ny.R dan telah
melakukan kontrak waktu penyuluhan pada hari Sabtu, 6 Mei 2017
pukul 09.30 s/d 10.00 WIB.
d. Menyiapkan tempat : tempat yang digunakan untuk penyuluhan
adalah Ruang Mangga Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2
Cengkareng.
e. Menyiapkan pertanyaan : pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
Ny.R adalah :
1) Jelaskan kembali pengertian Pengertian Range Of Motion (ROM)?
2) Menjelaskan Kembali Tujuan Range Of Motion (ROM)?
3) Menjelaskan kembali Jenis Range Of Motion (ROM).
4) Menjelaskan kembali serta demonstrasi ulang Tahapan Latihan
gerakkan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh?
2. Evaluasi proses
a. Ny.R memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan
berlangsung
b. Ny.R aktif bertanya
c. Ny.R memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
d. Ny.R tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung
e. Tanya jawab berjalan dengan baik
3. Evaluasi Hasil
Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan 80% lebih dengan benar.
119
Lampiran
Materi Penyuluhan
A. Definisi
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki
tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot
(Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan ROM
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsang sirkulasi darah
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
C. Jenis ROM
ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan energy sendiri. Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan
sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal
(klien aktif). Keukatan otot 75 %.
120
2. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klienpasif). Kekuatan otot 50 %.
D. Tahapan Latihan gerakkan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebaga berikut:
1. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh
mungkin,
rentang 40-45°
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin
sejauh mungkin kearah setiap bahu,
rentang 40-45°
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam
gerakan sirkuler,
rentang 180°
2. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,
rentang 180°
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di
samping tubuh,
rentang 180°
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh,
siku tetap lurus,
rentang 45-60°
121
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di
atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,
rentang 180°
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan
menyilang tubuh sejauh mungkin,
rentang 320°
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu
dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,
rentang 90°
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan
sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala,
rentang 90°
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran
penuh,
rentang 360°
3. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan
bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,
rentang 150°
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan
tangan,
rentang 150°
4. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,
rentang 70-90°
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak
tangan menghadap ke bawah,
rentang 70-90°
122
5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi
bagian dalam lengan bawah,
rentang 80-90°
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga
jari-jari, tangan, lengan bawah berada
dalam arah yang sama,
rentang 80-90°
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke
belakang sejauh mungkin,
rentang 89-90°
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke
ibu jari,
rentang 30°
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke
arah lima jari,
rentang 30-50°
6. Jari- jari tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke
belakang sejauh mungkin,
rentang 30-60°
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang satu
dengan yang lain,
rentang 30°
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°
7. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang
permukaan telapak tangan,
rentang 90°
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh dari
tangan,
rentang 90°
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
123
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama. -
8. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan
atas,
rentang 90-120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping
tungkai yang lain,
rentang 90-120°
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang
tubuh,
rentang 30-50°
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping
menjauhi tubuh,
rentang 30-50°
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika
mungkin,
rentang 30-50°
Rotasi
dalam
Memutar kaki dan tungkai ke arah
tungkai lain, rentang 90°
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi
tungkai lain. rentang 90°
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -
9. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang
paha,
rentang 120-130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°
124
10. Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari
kaki menekuk ke atas,
rentang 20-30°
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari
kaki menekuk ke bawah,
rentang 45-50°
11. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping
dalam,
rentang 10°
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°
12. Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan
yang lain,
rentang 15°
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°
115
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Eka Widya Yuswadita
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 12 April 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Green Emerald Residence Blok B No 30 RT 001
RW 028 Kelurahan Wanajaya Kecamatan
Cibitung Bekasi Jawa Barat Kode Pos 17520.
Riwayat Pendidikan :
1. TK Harapan Tahun 2000-2001
2. TK Vicky Tahun 2001-2002
3. SD Negeri Wanasari 13 Tahun 2002-2008
4. SMP Negeri 2 Cibitung Tahun 2008-2011
5. SMA Negeri 2 Tambun Selatan Tahun 2011-2014
6. Universitas Muhammadiyah Jakarta Tahun 2014-2017