170
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY. R DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN PADA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : OSTEOARTRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 2 CENGKARENG PADA TANGGAL 4-6 MEI 2017 Disusun Oleh : EKA WIDYA YUSWADITA 2014750012 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY. R DENGAN …

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY. R DENGAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN

PADA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL :

OSTEOARTRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

BUDI MULIA 2 CENGKARENG PADA TANGGAL 4-6 MEI

2017

Disusun Oleh :

EKA WIDYA YUSWADITA

2014750012

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2017

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. R

Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Nyeri Pada Gangguan

Sistem Muskuloskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia

2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017” Ini Telah Disetujui Untuk Diujikan

Pada Ujian Sidang Dihadapan Tim Penguji.

Jakarta, 5 Juni 2017

Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

(Ns. Lily Herlinah, M. Kep., Sp. Kom)

Mengetahui,

Ka. Prodi. D III Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

(Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An)

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. R

Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Nyeri Pada Gangguan

Sistem Muskuloskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia

2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017” Ini Telah Diujikan Dan Dinyatakan

“Lulus” Dalam Ujian Sidang Dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal 6 Juni 2017.

Penguji I

(Ns. Lily Herlinah, M. Kep., Sp. Kom)

Penguji II

(Ns.Nurhayati, M.Kep.,Sp.Kep.Kom)

Mengetahui,

Ka. Prodi DIII Keoerawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

(Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An)

i

KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur kehadiran allah swt atas segala nikmat yang telah diberikan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Lansia Ny. R Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan

Nyaman Pada Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017”. Penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Program Studi DIII

Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dalam proses penyelesaian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

mendapatkan pengarahan, bimbingan, bantuan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati,

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Allah SWT telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu dan tanpa adanya

halangan dan kekurangan.

2. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan UMJ

3. Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Ka Prodi DIII Keperawatan Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Ns. Lily Herlinah, M. Kep., Sp. Kom selaku dosen pembimbing dan penguji I

dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yang telah banyak meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.

5. Ns.Nurhayati, M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku penguji II dalam sidang Karya Tulis

Ilmiah ini.

6. Ns.Wati Jumaiyah, M.Kep.,Sp.KMB dan Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes selaku

wali Akademik yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

ii

7. Seluruh Dosen Institusi beserta staff Program Studi DIII Keperawatan Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan

bekal ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Kepala Panti dan Staff di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2 cengkareng

yang telah membimbing dan memerikan pengarahan kepada penulis selama

penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah ini berlangsung.

9. Mamah Kotiah, Bapak Wiwid Yuswadarma, Kedua adik adikku tercinta (Lara

Widya Yuswarisma dan Trie Widya Yuswatama) serta keluarga besar penulis

yang selalu sabar menghadapi tingkah penulis dan selalu memberikan semangat

dan motivasi kepada penulis saat penulis mulai jenuh dan lelah serta selalu

memberikan dukungan kepada penulis baik secara material maupun nonmaterial

kepada penulis.

10. Sahabat saya Ayu Nila Sari, Euis Octaviani Putri, Mitha Nur Artha Medika,

Maiyanti Wahidatunissa, Tri Amalia, Wardah Afipah dan Windi Yuniati yang

selalu memberikan penulis support, semangat dan motivasi selama menempuh

pendidikan di DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan juga untuk

Sahabat saya tercinta yang jauh disana (Anita Rizky, Arsha Aulia Firda, Dara

Noviantika, Feby Nurulita Dani, Ferly Okta Edi Utami, Rismaya Nurbaity,

Prastika Nindy Ana, dan Yulia Dwi Susanti) yang sedang sama sama berjuang

menempuh pendidikan di Univesitas yang berbeda dengan penulis dan yang

tidak lupa selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Tim Gerontik (Abdul Muslimin, Dika Fernanda, Lailatul Amin, Mitha Nur Artha

Medika, Veggy Septian Ellitha, Wardah Afipah dan Windi Yuniati) yang telah

membantu mengingatkan, memotivasi, memberi semangat serta melengkapi

penulis dikala penulis mempunyai kekurangan serta teman teman seperjuangan

angkatan 32 Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan yang

telah menorehkan kisah selama 3 tahun penulis menempuh pendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan

dan masih jauh dari kata sempurnaan, oleh karena itu, penulis menerima kritik dan

saran semi perbaikkan Karya Tulis Ilmiah ini.

iii

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, penulis berharap Karya Tulis Imliah

ini dapat bermanfaat bagi para tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis

khususnya sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu

pengetahuan dibidang keperawatan.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Juni 2017

Penulis

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iv

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1

B. Tujuan penulisan ……………………………………………………………. 4

1. Tujuan Umum ………………………………………………………….. 4

2. Tujuan Khusus …………………………………………………………. 4

C. Lingkup Masalah ……………………………………………………………. 5

D. Metode Penulisan …………………………………………………………… 5

E. Sistematika Penulisan ………………………………………………………. 5

BAB 2 : TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lanjut Usia ………………………………………………….. 7

1. Definisi Lanjut Usia …………………………………………………….. 7

2. Batasan Lanjut Usia …………………………………………………….. 9

3. Teori Menua …………………………………………………………… 10

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia ……………………………. 19

5. Tugas Perkembangan Lanjut Usia …………………………………….. 39

B. Konsep Dasar Masalah Kepefrawatan …………………………………….. 42

1. Pengertian Osteoarthritis ………………………………………………. 42

2. Klasifikasi Osteoarthritis ………………………………………………. 43

3. Etiologi dan Faktor Resiko Osteoarthritis ……………………………... 43

4. Patofisiologi Osteoarthritis ……………………………………………. 46

5. Manifestasi klinis Osteoarthritis ………………………………………. 47

6. Komplikasi Osteoarthritis ……………………………………………... 48

7. Penatalaksanaan Osteoarthritis ………………………………………... 48

v

C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Theori Maslow …………….. 53

D. Proses Keperawatan Lanjut Usia Dengan Osteoarthritis ………………….. 56

1. Pengkajian Keperawatan ……………………………………………… 56

2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….. 63

3. Perencanaan Keperawatan ……………………………………………. 65

4. Pelaksanaan Keperawatan …………………………………………….. 85

5. Evaluasi Keperawatan ………………………………………………… 85

BAB 3 : TINJAUAN KHUSUS

A. Pengkajian Keperawatan …………………………………………………... 88

B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………………... 109

C. Perencanaan Keperawatan ……………………………………………….. 114

D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………………………... 119

E. Evaluasi Keperawatan ……………………………………………………. 129

BAB 4 : PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan …………………………………………………. 131

B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………………... 134

C. Perencanaan Keperawatan ……………………………………………….. 136

D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………………………... 137

E. Evaluasi Keperawatan ……………………………………………………. 137

BAB 5 : PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 138

B. Saran ……………………………………………………………………… 139

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tidak

terkecuali dalam bidang kesehatan membuat kualitas kesehatan

penduduk di dunia menjadi meningkat sehingga umur harapan hidup

(UHH) manusia pun menjadi meningkat. Berdasarkan data yang

diperoleh dari pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI bahwa

angka umur harapan hidup pada tahun 2010-2015 di indonesia adalah

70,7 tahun dan diperkirakan pada tahun 2015-2020 angka umur harapan

hidup akan meningkat mencapai 71,7 tahun. Menurut Undang-Undang

nomor 113 tahun 1998 pada Bab I Pasal I ayat 2 tentang kesejahteraan

lanjut usia dalam Lilik (2011), lanjut usia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 tahun ke atas.

Berdasarkan data dari World Population Prospects The Revision (2015),

ada 901.000.000 orang berusia 60 tahun atau lebih atau 12% dari jumlah

populasi global. Asia menempati urutan pertama dengan jumlah populasi

lanjut usia terbesar dimana pada tahun 2015 berjumlah 508 juta. Menurut

World Health Organization (WHO) jumlah warga negara indonesia pada

tahun 2013 adalah sebanyak 249.866.000 dimana 8% dari jumlah

populasinya adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Berdasarkan

hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2014 jumlah

lanjut usia di indonesia mencapai 20,24 juta jiwa atau setara dengan

8,03% dari seluruh penduduk di indonesia dan didaerah jawa barat

sendiri jumlah penduduk lanjut usia sekitar 7,58%.

2

Menua atau menjadi tua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan

dari dalam maupun luar tubuh yang masih dikategorikan sebagai hal yang

alamiah. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa lanjut usia

rentan terkena berbagai penyakit antara lain pada sistem

muskuloskeletal. Salah satu penyakit yang menyerang sistem

muskuloskeletal pada lanjut usia yaitu osteoartritis. Osteoartritis

merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakkan

kertilago sendi vertebra, panggul, lutul dan pergelangan kaki paling

sering terkena osteoartritis (Aru, dkk 2009). Osteoartritis diklasifikasikan

menjadi tipe primer dan tipe sekunder. Tipe primer (idiopatik) tanpa

kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan

osteoarthritis. Dan tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan

pernah fraktur. (Yuliana Elin, 2009). Penyebab dari osteoartritis untuk

sekarang masih belum jelas tetapi faktor resiko osteoartritis dapat

diketahui dari beberapa hal diantaranya adalah umur. Perubahan fisik dan

biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan

penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk

pigmen yang berwarna kuning sehingga osteoartritis banyak terjadi pada

lanjut usia.

Tanda gejala yang biasa muncul pada lanjut usia yang mengalami

osteoartritis adalah nyeri sendi, nyeri bertambah dengan aktifitas dan

membaik dengan istirahat, kekakuan paling ringan pada pagi hari namun

terjadi berulang-ulang sepanjang hari, krepitasi, deformitas, dan adanya

tanda - tanda peradangan. Hal ini akan berdampak kepada kebutuhan

dasar manusia pada lanjut usia yang akan terganggu seperti, mengganggu

kebutuhan aktivitas yang disebabkan oleh adanya hambatan gerak sendi,

deformitas dan perubahan gaya berjalan. Selain itu mengganggu

kebutuhan rasa aman dan nyaman yang disebabkan oleh adanya nyeri di

daerah tulang dan persendian yang terkena osteoartritis.

3

Berdasarkan data yang diperoleh dari National Centers for Health

Statistics, sekitar 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 25-74 tahun

mempunyai keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi

osteoarthritis total di Indonesia adalah sekitar 34,3 juta orang pada tahun

2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Berdasarkan data

yang diperoleh, jumlah lanjut usia di panti sosial tresna werdha budi

mulia 2 yang mengalami osteoarthritis berjumlah 27 orang.

Mengingat banyaknya kasus dan dampak yang ditimbulkan akibat dari

osteoarthritis peran perawat sangat penting dalam pelayanan terhadap

lanjut usia yang mengalami osteoartritis diantaranya aspek promotif,

preventif, kuratif,dan rehabilitatif. Aspek promotif pada keperawatan

adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang osteoartritis.

Aspek preventif, yaitu cara mencegah dengan cara menganjurkan untuk

mengatur pola makan sesuai diit dan menghindari makanan yang

memungkinkan menyebabkan osteoarthritis bertambah parah seperti

kacang-kacangan, menganjurkan olahraga ringan secara teratur seperti

berjalan kaki minimal 30 menit perhari serta mengurangi berat badan.

Aspek kuratif yaitu dengan memberikan kompres pada daerah yang nyeri

serta melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

serta anti-inflamasi. Aspek yang terakhir adalah aspek rehabilitatif, yaitu

dengan melakukan latihan gerak sendi atau range of motion (rom) secara

bertahap dan membatasi gerak.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih

dalam mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia dengan

masalah sistem muskuloskeletal : osteoartritis. Maka penulis mengambil

judul karya tulis ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. R

Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Nyeri Pada

Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017”

4

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Tersusunnya karya ilmiah yang menguraikan/mendeskripsikan

pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman klien : nyeri klien

dengan masalah kesehatan gangguan sistem muskuloskeletal :

osteoarthritis.

2. Tujuan khusus

a. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil pengkajian

kebutuhan dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan

sistem muskuloskeletal :osteoartritis.

b. Mampu menguraikan/mendeskripsikan masalah keperawatan

kebutuhan dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan

sistem muskuloskeletal : osteoarthritis.

c. Mampu menguraikian/mendeskripsikan rencana tidakkan

keperawatan.

d. Mampu menguraikan/medeskripsikan tindakkan keperawatan

kebutuhan dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan

sistem muskuloskeletal : osteoarthritis.

e. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil evaluasi kebutuhan

dasar klien dengan masalah kesehatan gangguan sistem

muskuloskeletal : osteoarthritis.

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori

dan kasus dengan masalah kesehatan gangguan sistem

muskuloskeletal : osteoartritis

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat

serta dapat mencari solusi.

5

C. Lingkup masalah

Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan pembahasan tentang

pemberian Asuhan Keperawatan Pada Lansia Ny. R Dengan Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman : Nyeri Pada Gangguan Sistem

Muskoluskeletal : Osteoartritis Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Mulia 2 Cengkareng Pada Tanggal 4-6 Mei 2017.

D. Metode penulisan

Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi

kepustakaan dan deskriptif. Dalam metode deskriptif pendekatan yang

digunakan adalah studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus

menggunakan proses keperawatan dan hasil asuhan keperawatan di

deskripsikan dengan menggunakan kaidah penulisan ilmiah. Dalam

metode ini disebutkan juga bagaimana penulis memperoleh data atau

informasi (wawancara secara langsung dari klien Ny. R dan tidak

langsung dari petugas kesehatan observasi dan pemeriksaan fisik).

E. Sistematika penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri

dari:

BAB I : Pendahuluan meliputi, latar belakang masalah, tujuan

Penulisan ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : Membahas tentang konsep dasar lanjut usia (definisi

lanjut Usia, batasan lanjut usia, teori menua, perubahan yang

terjadi pada lanjut usia, tugas perkembangan lanjut usia),

konsep dasar masalah kepefrawatan (pengertian

osteoarthritis, klasifikasi osteoarthritis, etiologi dan faktor

resiko osteoarthritis, patofisiologi osteoarthritis, manifestasi

klinis osteoarthritis, komplikasi osteoarthritis,

6

penatalaksanaan osteoarthritis), konsep kebutuhan dasar

manusia menurut theori maslow dan proses keperawatan

lanjut usia dengan osteoarthritis (pengkajian keperawatan,

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan).

BAB III : Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari hasil lapangan

Tentang asuhan keperawatan usia lanjut meliputi pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

BAB IV : Pembahsan yang membahas kesenjangan teori dengan

kasus, Analisa dari faktor-faktor pendukung serta

penghambat serta alternatif pemecahan masalah dalam

memberikan asuhan keperawatan ditiap tahapan yaitu :

pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

BAB V : Kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka

Lampiran

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,

dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan

fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua

orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis

tertentu. Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang ditentukan

oleh tuhan yang maha esa. Semua orang akan mengalami proses

menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang

terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental

dan sosial secara bertahap.

Menurut undang-undang nomor 113 tahun 1998 dalam Lilik, 2011

tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab I pasal I ayat 2, yang

dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke

atas.

Dra. Ny. Jos Masdani; Nugroho 2000 dalam Lilik, 2011

mengemukakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia

dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase

iufentus antara 25-40 tahun, kedua fase verilitas antara 40-50 tahun,

ketiga fase prasenium antara 55-65 tahun, keempat fase senium antara

65 hingga tutup usia.

8

Pengertian lanjut usia beragam tergantung kerangka pandang individu.

Orang tua yang berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya yang

tidak muda lagi. Orang sehat aktif berusia 65 tahun mungkin

menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut usia (Brunner dan

Suddart, 2001, Lilik, 2011).

Menurut Surini & Utomo (2003) dalam lilik, 2011, lanjut usia bukan

suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress

lingkungan.

Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007), mendifinsikan

lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap

bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut

beruban, kerutan kulit dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat

tidak bisa lagi melaksanakan fungsi perang orang dewasa, seperti pria

yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk

wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik

seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam

masyarakat kepulauan pasifik, seseorang dianggap tua ketika ia

berfungsi sebagai kepala dari gariss keturunan keluarganya.

Glascock dan Feinman (1981); Stanley and Beare (2007) menganalisis

kriteria lanjut usia dari 57 negara didunia dan menemukan bahwa

kriteria lanjut usia yang paling umum adalah gabungan antara usia

kronologis dengan perubahan dalam peran sosial, dan diikuti oleh

perubahan status fungsional seseorang.

9

2. Batasan Lanjut Usia

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1999 dalam

Lilik (2011) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia

kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan

(middle age) antara usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara usia

60-74 tahun, lanjut usia tua (old) antara usia 75-90 tahun, dan usia

sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Menurutnya bahwa pada kelompok ini individu tersebut sudah terjadi

proses penuaan, dimana sudah terjadi perubahan aspek fungsi seperti

pada jantung, paru-paru, ginjal, dan juga timbul proses degenerasi

seperti osteoporosis (pengeroposan tulang), gangguan sistem

pertahanan tubuh terhadap infeksi dan timbulnya proses alergi dan

keganasan.

Menurut Departemen Kesehatan RI membagi golongan usia lanjut

menjadi 3 kelompok yaitu : kelompok menjelang usia lanjut (45-54

tahun) pada keadaan ini dikatakan sebagai masa virilitas, kelompok usia

lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium, dan kelompok kelompok

usia lanjut (>65 tahun) yang dikatakan sebagai masa pension.

Sedangkan Nugroho (2000) dalam Lilik (2011) menyimpulkan

pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang

disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.

Menurut prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro dalam Wahjudi nugroho

(2012), lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (eldery

adulthood) 18 atau 29-25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau

maturitas usia 25-60 atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari

65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old)

75-80 tahun (old) lebih dari 80 tahun (very old).

10

UU No 13 tahun 1998 dalam Wahjudi nugroho, 2012 tentang

kesejahteran lanjut usia bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 tahun keata dan membuat penggolongan lanjut usia

menjadi 3 kelompok yaitu : kelompok lanjut usia dini (55-64 tahun)

yakni kelompok yang baru memasuki lanjut usia, kelompok lansia (65

tahun keatas) dan kelompok lanjut usia resiko tinggi yakni lanjut usia

yang berusia lebih dari 70 tahun.

3. Teori Menua

Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teori

penuaan secara biologi dan teori penuaan psikososial.

a. Teori Biologi

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa

proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur

dan fungsi tubuh selama masa hidup (zairt, 1980 dalam renny

2014). Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat

struktural sel/organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh

agen patologis.

Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang

menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam

konteks sistemik dapat mempengaruhi/memberi dampak terhadap

organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan

peningkatan usia kronologis (hayflick, 1977 dalam Renny, 2014).

1) Teori Seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu

dan kebanyakkan sel-sel tubuh “diprogram” untuk membelah

50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan

dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel-sel yang

akan membelah jumlah sel yang akan membelah akan terlihat

lebih sedikit (Spence & Masson dalam Watson 1992 dalam

11

Lilik 2011). Hal ini akan memberikan beberapa pengertian

terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa

pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk

pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan

berkurangnya umur.

Pada beberapa sistem, sepertu sistem saraf, sistem

muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ

dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang

karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut

beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai

kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh

dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel

pada sistem si tubuh kita cenderung mengalami kerusakkan

dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk

karena sistem sel tidak dapat diganti.

2) Teori “Genetik Clock”

Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk

spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai didalam

nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar

menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung

mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar,

jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan

meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan

lingkungan ataupun penyakit akhir yang katastrofal.

Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini

merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies

terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata (misalnya

manusia 116 tahun, beruang 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing

27 tahun, sapi 20 tahun). Secara teoritis dapat dimungkinkan

12

memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu

dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakkan-tindakkan

tertentu.

Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat

seluler, mengenai hal ini Hayflck (1980) melakukan penelitian

melalui kultur sel vitro yang menunjukkan bahwa ada

hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur

dengan umur spesies.

3) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastin)

Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya

pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan

dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein

dalam jaringan tersebut. Pada lanjut usia beberapa protein

(kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh

tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein

yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago

dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta

menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia

(Tortora & Anagnostakos, 1990 dalam Lilik, 2011). Hal ini

dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan

kulit yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut,

juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada

sistem muskuloskeletal.

4) Keracunan oksigen

Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di

dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang

mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa

mekanisme pertahanan diri tertentu.

13

Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksis tersebut

membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari

rigrid, serta terjadi kesalahan genetik (Tortora &

Anagnostakos, 1990 dalam Lilik 2011).

Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel

dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga

mengontrol proses pengambilan nutrient dengan proses

ekskresi zat toksis di dalam tubuh. Fungsi komponen protein

pada membran sel yang sangat penting bagi proses diatas,

dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi

dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi

sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak disemua

jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan

peningkatan kerusakkan sistem tubuh.

5) Sistem Imun

Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa

penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan

sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel

darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam

proses penuaan.

Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi,

dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun

tubuh mengenali dirinya sendiri (Self Recognition). Jika

mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen

permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem

imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan

tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan

inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun

(Goldstein, 1989 dalam Lilik, 2011).

14

Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibodi yang luas

mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi

akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak

jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya

prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut

usia (Brocklehurts, 1987 dalam Lilik, 2011). Disisi lain sistem

imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan

pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker

menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-

belah. Inilah yang menyebabkan kanker meningkat sesuai

dengan meningkatnya umur (Suhana, 1994 dalam Lilik 2011).

6) Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe).

Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia

dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari

terkenanya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat

karsiogenik atau toksik dapat memperpanjang umur. Menurut

teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel

somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan

fungsional sel tersebut.

Mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat sub seluler

dan molekular yang bisa disebut juga hipotesis “Error

Catastrophe” menurut hipotesis tersebut menua disebabkan

oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun. Sepanjang

kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama,

terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNA RNA)

maupun dalam proses translasi (RNA protein/enzim)

kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim

yang salah.

15

Kesalahan tersebut dapat berkembang secara eksponensial dan

akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah,

sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi jika terjadi

pula kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein),

maka terjadi kesalahan yang makin banyak, sehingga

terjadilah katastrop (Constantinides, 1994 dikutip oleh

Darmojo & Martono, 2000 dalam Lilik 2011).

7) Teori Menua Akibat Metabolisme

Menurut MC Kay et all (1935) yang dikutip Darmojo dan

Martono (2004) dalam Lilik (2011), pengurangan “intake”

kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan

dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah

kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya

salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi

penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel

misalnya insulin dan hormon pertumbuhan. Modifikasi cara

hidup yang kurang bergerak menjadi lebih banyak bergerak

mungkin dapat juga meningkatkan umur panjang. Hal ini

menyerupai hewan yang hidup dialam bebas yang banyak

bergerak dibanding dengan hewan laboratorium yang kurang

bergerak dan banyak makan. Hewan dialam bebas lebih

panjang umurnya daripada hewan laboratorium (Suhara, 1994

dikutip oleh Darmojo & Martono, 2000, dalam Lilik, 2011).

8) Kerusakkan Akibat Radikal Bebas

Radikal Bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan

didalam tubuh di fagosit (pecah), dan sebagai produk

sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam mitokondria.

Untuk organisasi aerob radikal bebas terutama terbentuk pada

waktu respirasi (aerob) di dalam mitokondria.

16

Karena 90% oksigen yang diambil tubuh termasuk didalam

mitokondria. Waktu terjadi proses respirasi tersebut oksigen

dilibatkan dalam mengubah bahan bakar menjadi ATP,

melalui enzim respirasi di dalam mitokondria, maka radikal

bebas akan dihasilkan sebagai zat perantara. Radikal bebas

yang terbentuk tersebut adalah : Superoksida (𝑂2) Radikal

Hidroksi (OH), dan juga Peroksida Hidrogen (𝐻2𝑜2). Radikal

bebas bersifat merusak karena sangat reaktif sehingga dapat

bereaksi dengan dna, protein, asam lemak tak jenuh, seperti

dalam membran sel dan dengan gugus SH. Walaupun telah ada

sistem penangkal, namun sebagian radikal bebas tetap lolos,

bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas

terbentuk sehingga proses pengerusakkan terus terjadi,

kerusakkan organel sel semakin banyak dan akhirnya sel mati.

Oleh karena itu ada beberapa peluang yang memungkinkan kita

dapat mengintervensi, supaya proses menua dapat diperlambat.

Yang paling banyak kemungkinannya ialah mencegah

meningkatnya radikal bebas, manipulasi sistem imun tubuh,

metabolisme, makanan

b. Teori Psikologis

1) Activity Theory (Teori Aktivitas Atau Kegiatan)

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara

keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun

dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini

menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah

mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari

usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial

dengan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke

lanjut usia (Nugroho, 2000 dalam Lilik, 2011).

17

2) Continuity Theory (Teori Kepribadian Berlanjut)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut

usia. Identitas pada lanjut usia yang sudah mantap

memudahkan dalam memelihara hubungan dengan

masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat,

keluarga dan hubungan interpersonal. Pada teori ini

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang

yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang

dimilikinya (Kuntjoro, 2002 dalam Lilik, 2011).

3) Disengagement Theory (Teori Pembebasan)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan

kemunduran individu lainnya (Nugroho, 2000, dalam Lilik,

2011). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia

seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan

sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut

usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga

sering terjadi kehilangan ganda (triple loss) yakni: kehilangan

peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of

contact and relationship), dan berkurangnya komitmen

(reduced commitment to social mores and values).

4) Teori stratifikasi usia

Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan

masyarakat dengan individu lain.

5) Teori kebutuhan manusia

Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5%

dan tidak semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.

18

6) Jung Theory

Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam

perkembangan kehidupan.

7) Course Of Human Life Theory

Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat

maksimumnya.

8) Development Task Theory

Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan

sesuai dengan usianya.

c. Teori Lingkungan (Environtmental Theory)

1) Radiation Theory (Teori Radiasi)

Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik

karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-

gelombang mikro yang lebih menumbuk tubuh tanpa terasa

yang dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel

hidup atau bahkan rusak dan mati.

2) Stress Theory (Teori Stres)

Stress fisik maupun psikologis dapat mengakibatkan

pengeluaran neurotransmiter tertentu yang dapat

mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan

mengalami kekurangan oksigen dan mengalami gangguan

metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan

dalam sel dan penurunan jumlah cairan dalam sel dan

penurunan eksisitas membrane sel.

19

3) Pollution Theory (Teori Polusi)

Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh

mengalami gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang

seterusnya mempercepat terjadinya proses menua dengan

perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.

4) Exposure Theory (Teori Pemaparan)

Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan

mirip dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi

susunan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa

terjadi.

4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri

manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,

sosial dan seksual.

a. Perubahan Fisik

1) Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya.

b) Lebih besar ukurannya

c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya

cairan intraseluler.

d) Menurunya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan

hati.

e) Jumlah sel otak menurun.

f) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%.

20

2) Sistem Indra

Organ sensori pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba,

dan penghirup memungkinkan kita berkomunikasi dengan

lingkungan. Pesan yang diterima dari sekitar kita membuat

tetap mempunyai orientasi, ketertarikan dan pertentangan.

Kehilangan sensorik akibat penuaan merupakan saat dimana

lanjut usia menjadi kehilangan sensorik akibat penuaan

merupakan saat dimana lanjut usia menjadi kurang kinerja

fisiknya dan lebih banyak duduk.

a) Sistem Pendengaran

(1) Presbiakuisis (gangguan pendengaran) hilangnya

kemampuan/daya pendengaran pada telinga dalam

terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,

50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

(2) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan

otosklerosis.

(3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras

karena meningkatnya keratin.

(4) Pendengaran menurun pada lanjut usia yang

mengalami ketegangan jiwa atau stress.

b) Sistem penglihatan

(1) Spingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon

terhadap sinar.

(2) Kornea lebih berbentuk sfesis (bola).

(3) Lensa lebih buram (kekeruhan pada lensa) menjadi

katarak jelas menyebabkan gangguan pengelihatan.

(4) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya

adaptasi terhadap kegelapan, lebih lambat dan susah

melihat dalam sahaya gelap.

(5) Hilangnya daya akomodasi.

21

(6) Menurunnya lapang pandang, berkurangnya luas

pandangannya.

(7) Menurunnya daya membedakan warna biru/hijau

pada skala.

c) Sistem Perabaan

Indera perabaan memberikan pesan yang paling intim dan

yang paling mudah untuk menerjemahkan. Bila indera

lain hilang, indera rabaan dapat mengurangi perasaan

sejahtera. Meskipun reseptor lain akan menumpul dengan

bertambahnya usia namun tidak pernah menghilang.

d) Sistem Pengecap dan Penghidu

Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit.

Diantara semuanya rasa manis yang paling tumpul pada

lanjut usia. Maka jelas bagi kita mengapa mereka senang

menambahkan gula secara berlebihan. Rasa yang tumpul

menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang asin dan

banyak berbumbu. Harus dianjurkan penggunaan rempah,

bawang merah, bawang putih dan lemon untuk

mengurangi garam dalam menyedapkan makanan.

3) Sistem Moskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lanjut usia antara lain

sebagai berikut:

a) Jaringan Penghubung (Kolagen dan Elastin)

Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon,

tulang, kartilago, dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.

Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab

turunya fleksibilitas pada lanjut usia sehingga

menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan

22

kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan

bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan

hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Upaya

fisioterapi untuk mengurangi dampak tersebut adalah

memberikan latihan untuk menjaga mobilitas.

b) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami

granulasi dan akhrinya permukaan sendi menjadi rata

kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi

berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah

progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian

menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut

sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan.

Akibatnya perubahan itu sendi mengalami peradangan,

kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya

aktifitas sehari-hari.

c) Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi.

Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan

jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot

mengakibatkan efek negatif. Dampak perbuahan

morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan,

penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan

penurunan kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah

perubahan lebih lanjut, dapat diberikan latihan untuk

mempertahankan mobilitas.

23

d) Sendi

Pada lanjut usia jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,

ligamen, fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligament

dan jaringan periarkular mengalami penurunan daya

lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan

klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi

kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan

luas dan gerak sendi. Kelainan tersebut dapat

menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan

sendi, gangguan jalan dan aktifitas keseharian lainnya.

Upaya pencegahan kerusakkan sendi antara lain dengan

memberi teknik perlindungan sendi, antara lain dengan

memberi teknik perlindungan sendi dalam beraktifitas.

4) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi

Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup:

a) Sistem Kardiovaskuler

Massa jantung, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan

kemampuan peregangan jantung berkurang karena

perubahan pada jaringan ikat dan penumpukkan lipofusin

dan klasifikasi SA node dan jaringan konduksi berubah

menjadi jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat

maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun.

Latihan berguna untuk meningkatkan 𝑉𝑂2 maksimum,

mengurangi tekanan darah dan berat badan.

b) Sistem Respirasi

Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,

kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru

bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang fungsi

paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.

24

Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak

mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan

kemampuan peregangan toraks berkurang. Umur tidak

berhubungan dengan perubahan otot diafragman apabila

terjadi perubahan otot diafragma, maka otot toraks

menjadi tak seimbang dan menyebabkan terjadinya

distrosi dinding toraks selama respirasi berlangsung.

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan seperti arteri

yang kehilangan elastisitasnya. Hal ini dapat

menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan sistolik

darah. Perubahan tekanan darah yang fisiologis mungkin

benar-benar merupakan tanda penuaan yang normal.

Didalam sistem pernafasan terjadi pendistribusian ulang

kalsium pada tulang iga yang kehilangan banyak kalsium

dan sebaliknya tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal

ini berhubungan dengan perubahan postural yang

menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru.

Berdasarkan alasan ini, lanjut usia mengalami salah satu

hal terburuk yang dapat ia lakukan yaitu istirahat ditempat

tidur dalam waktu yang lama. Perubahan dalam sistem

pernafasan membuat lanjut usia lebih rentan terhadap

komplikasi pernafasan akibat istirahat total, seperti infeksi

pernafasan akibat penurunan ventilasi paru.

5) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan seperti

penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata.

Kehilangan gigi, penyebab utama adalah periodontal disease

yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain

meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

25

Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang krons dari

selaput lender, atropi indera pengecap (80%), hilangnya

sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang

rasa asin, asam dan pahit. Pada lambung rasa lapar menurun

(sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu

mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya

timbul konstipasi. Fungsi absobsi melemah (daya absobsi

terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya

tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. Kondisi ini

secara normal, tidak ada konsekuensi yang nyata, tetapi

menimbulkan efek yang merugikan ketika diobati. Pada usia

lanjut, obat-obatan dimetabolisme dalam jumlah yang sedikit.

Pada lanjut usia perlu diketahui kecenderungan terjadinya

peningkatan efek samping, overdosis, dan reaksi yang

merugikan dari obat. Oleh karena itu, meski tidak seperti

biasanya, dosis obat yang diberikan kepada lanjut usia lebih

kecil dari dewasa.

6) Sistem Perkemihan

Berbeda dengan sistem pencernaan, pada sistem perkemihan

terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang

mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, eksresi, dan

reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini akan memberikan efek dalam

pemberian obat pada lanjut usia. Mereka kehilangan

kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk

metabolisme obat. Pola perkemihan tidak normal, seperti

banyak berkemih di malam hari, sehingga mengharuskan

mereka pergi ke toilet sepanjang malam. Hal ini menunjukkan

bahwa inkontinensia urin meningkat. (Ebersole and Hess,

2001 dalam Lilik, 2011).

26

7) Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atrofi

yang progresif pada serabut saraf lanjut usia. Lanjut usia

mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam

melakukan aktifitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan

penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada susunan

saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi

karena susunan saraf pusat pada lanjut usia mengalami

perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut

mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Koordinasi

keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan

peningkatan waktu reaksi. Hal ini dapat dicegah dengan

pemberian latihan koordinasi dan keseimbangan serta latihan

untuk menjaga mobilitas dan postur (Surini dan Utomo, 2003

dalam Lilik, 2011).

8) Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lanjut usia ditandai dengan

megecilnya ovarium dan uterus. Terjadi atrofi payudara. Pada

laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,

meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

Dorongan seksual menetap samapi usia diatas 70 tahun (asal

kondisi kesehatan baik), yaitu dengan kehidupan seksual dapat

diupayakan sampai masa lanjut usia. Selaput lendir vagina

menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi

berkurang dan reaksi sifatnya menjadi alkali (Watson, 2003

dalam Lilik, 2011).

27

b. Perubahan Kognitif

1) Memory (Daya ingat, Ingatan)

Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima,

mencamkan, menyimpan dan menghadirkan kembali

rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang. Pada

lanjut usia daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi

kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan.

Ingatan jangka panjang (long term memory) kurang

mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek

(short term memory) atau seketika 0-10 menit memburuk.

Lanjut usia akan kesulitan dalam dalam mengungkapkan

kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik

perhatiannya dan informasi baru seperti tv dan film. Keadaan

ini sering menimbulkan salah paham dalam keluarga. Oleh

sebab itu dalam proses pelayanan terhadap lanjut usia, sangat

perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-rambu baik berupa

tulisan ataupun gambar untuk membantu daya ingat mereka.

Misalnya dengan tulisan jum’at, tanggal 26 april 2009 dan

sebagainya, ditempatkan pada tempat yang strategis yang

mudah dibaca atau dilihat.

2) IQ (Intellegent Quocient)

Lanjut usia mengalami perubahan dengan informasi

matematika (analitis, linier, sekuensial) dan perkataan

verbal. Tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi)

menurun. Walaupun mengalami kontroversi, tes intelegensia

kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada

lanjut usia (Cockburn & Smith, 1991 dikutip oleh

Lumbantobing, 2006 dalam Lilik, 2011). Hal ini terutama

dalam bidang vokabular (kosakata), keterampilan praktis,

dan pengetahuan umum. Fungsi intelektual yang stabil ini

disebut sebagai crystallized intelligent.

28

Sedangkan fungsi intelektual yang mengalami kemunduran

adalah fluid intelligent seperti mengingat daftar, memori

bentuk geometri, kecepatan menemukan kata,

menyelesaikan masalah, kecepatan berespon, dan perhatian

yang cepat teralih (Wonder & Donovan, 1984, Kusumoputro

& Sidiarto, 2006 dalam Lilik, 2011).

Kecepatan proses di pusat saraf menurun sesuai

pertambahan usia. Perubahan itu dialami hampir semua

orang yang mencapai usia 70-an tahun. Namun, ada juga

penyimpangan, beberapa orang yang berusia 70 tahun

melaksanakan hal itu dengan lebih baik dibandingkan orang

berusia 20 tahun. Kemunduran intelektual sebelum usia 50

tahun adalah abnormal dan patologis. Pada usia 65-75 tahun

didapati kemunduran pada beberapa kemampuan dengan

variasi perbedaan individu yang luas. Di atas usia 80 tahun

didapati kemunduran kemampuan yang cukup banyak.

Banyak kemampuan yang baru mulai menurun pada usia 80

tahun.

3) Kemampuan Belajar (Learning)

Menurut Brocklehurst dan Allen (1987); Darmojo &

Martono (2004) dalam Lilik (2011) lanjut usia yang sehat

dan tidak mengalami demensia masih memiliki kemampuan

belajar yang baik, bahkan dinegara industri maju didirikan

University Of The Third Age. Hal ini sesuai dengan prinsip

belajar seumur hidup (life-long learning), bahwa manusia itu

memiliki kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan samapi

akhir hayat. Oleh karena itu, sudah seyogyanya jika mereka

tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkannya

wawasan berdasarkan pengalaman (learning by experience).

29

Implikasi praktis dalam pelayanan kesehatan jiwa (mental

health) lanjut usia baik yang bersifat promotif-preventif,

kuratif dan rehabilitatif adalah untuk memberikan kegiatan

yang berhubungan dengan proses belajar yang sudah

disesuaikan dengan kondisi masing-masing lanjut usia yang

dilayani.

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada

lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh

konsentrasi dan fungsi pendengarannya lanjut usia yang

mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut

usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam

berkomunikasi dilakukan kontak mata (saling memandang).

Dengan kontak mata mereka akan dapat membaca bibir

lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat

diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain.

Sikap yang hangat dalam berkomunikasi akan menimbulkan

rasa aman dan diterima, sehingga mereka akan lebih tenang,

lebih senang dan merasa dihormati.

5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Pada lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu

semakin banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah

dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi

penurunan fungsi indera pada lanjut usia. Hambatan yang

lain dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman

dan lain-lain, yang berakibat bahwa pemecahan masalah

menjadi lebih lama. Dalam menyikapi hal ini maka dalam

pendekatan pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia perlu

diperhatikan ratio petugas kesehatan dan pasien lanjut usia.

30

6) Pengambilan Keputusan (Making Decision)

Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan

masalah. Pengambilan keputusan pada umumnya

berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dianalisa,

dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai positif

(menguntungkan), kemudian baru diambil suatu keputusan.

Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau

seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, mereka

membutuhkan petugas atau pendamping yang dengan sabar

sering mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa

dibicarakan dengan mereka, akan menimbulkan kekecewaan

dan mungkin dapat memperburuk kondisinya. Oleh Karena

itu dalam mengambil keputusan, kaum tua tetap dalam posisi

yang dihormati (Ebersole and Hess, 2001 dalam Lilik, 2011).

7) Kebijaksanaan (Wisdom)

Bijaksana (Wisdom) adalah aspek kepribadian (personality)

dan kombinasi dari aspek kognitif. Kebijaksanaan

menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu

mempertimbangkan antara baik dan buruk serta untung

ruginya sehingga dapat bertindak secara adil dan bijaksana.

Menurut Kuntjoro (2002) dalam Lilik (2011) pada lanjut usia

semakin bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan.

Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat kematangan

kepribadian seseorang dan pengalaman hidup yang dijalani.

Atas dasar hal tersebut, dalam melayani lanjut usia harus

dengan penuh bijaksana sehingga kebijaksanaan yang ada

pada masing-masing individu yang dilayani tetap

terpelihara.

31

8) Kinerja (Performance)

Pada lanjut usia memang akan terlihat penurunan kinerja

baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan

performan yang membutuhkan kecepatan dan waktu

mengalami penurunan (Lumbantobing, 2006 dalam Lilik,

2011). Penurunan itu bersifat wajar sesuai perubahan organ

- organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis.

Dalam pelayanan kesehatan jiwa lanjut usia, mereka perlu

diberikan latihan-latihan keterampilan untuk tetap

mempertahankan kinerja.

Menurtu Stanley dan Beare (2007), hasil pemeriksaan

psikometri fungsi kognitif pada lanjut usia menunjukkan

keadaan berikut:

a) Adanya korelasi yang kuat antara tingkat kinerja

intelektual dengan tingkat survival lanjut usia.

b) Fungsi kognitif menunjukkan sedikit atau tidak ada

penurunan sampai usia sangat lanjut.

c) Penyakit dan proses penuaan patologis mengurangi

fungsi kognitif. Kemampuan intelektual dan harapan

hidup menunjukkan korelasi yang positif.

d) Dengan bertambahnya usia, didapatkan penurunan

berlanjut dalam kecepatan belajar, memproses informasi

baru dan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau

kompleks.

9) Motivasi

Motivasi adalah fenomena kejiwaan yang mendorong

seseorang untuk bertingkah laku demi mencapai sesuatu

yang diinginkan atau yang dituntut oleh lingkungannya.

Motivasi dapat bersumber dari fungsi kognitif dan fungsi

afektif.

32

Motif kognitif lebih menekankan pada kebutuhan manusia

akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu. Motif ini

mendorong manusia untuk belajar dan ingin mengetahui.

motif afektif lebih menekankan aspek perasaan dan

kebutuhan individu untuk mencapai tingkat emosional

tertentu. Motif ini akan mendorong manusia untuk mencari

dan mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis,

dan sosial dalam kehidupannya dan individu akan

menghayati secara subjektif. Pada lanjut usia, motivasi baik

kognitif maupun afektif untuk mencapai/memperoleh

sesuatu cukup besar, namun motivasi tersebut seringkali

kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik maupun

psikologis, sehingga hal-hal diinginkan banyak berhenti

ditengah jalan.

Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif meliputi

perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,

keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2000 dalam Lilik,

2011).

c. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan lanjut usia makin berintegrasi dalam

kehidupannya (Maslow, 1976; Stuart dan Sundeen, 1998 dalam

Lilik, 2011). Lanjut usia makin teratur dalam kehidupan

keagamaannya. Hal ini dapat dilihat dalam berfikir dan

bertindak sehari-hari (Muray dan Zentner dikutip Nugroho, 2000

dalam Lilik, 2011). Spiritualitas pada lanjut usia bersifat

universal, intrinsik dan merupakan proses indivual yang

berkembang sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus

kehilangan terdapat pada kehidupan lajut usia, keseimbangan

hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan

dari kehilangan tersebut.

33

Lanjut usia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan

hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya dihadapkan pada

tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memungkinkan

individu dengan keimanan spiritual atau religius untuk bersiap

menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian.

Satu hal pada lanjut usia yang diketahui sedikit berbeda dari

orang yang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian.

Hal ini menunjukkan bahwa lanjut usia cenderung tidak terlalu

takut terhadap konsep dan realitas kematian. Pada tahap

perkembangan usia lanjut merasakan atau sadar akan kematian

(Sense of Awarenenss of Mortality).

d. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial yang dialami oleh lanjut usia antara lain:

1) Pensiun

Pensiun sering dikatakan secara salah dengan kepasifan atau

pengasingan. Dalam kenyataannya pensiun adalah tahap

kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan

peran yang menyebabkan stres psikososial. Usia wajib

pensiun bervarisasi contohnya Pegawai Negeri Sipil

mungkin pada usia 65 tahun, sedangkan pegawai federal

tidak dipensiunkan sampai usia 70 tahun. Pada industri

swasta hak pensiun biasanya antara usia 62 tahun dan 70

tahun, dan juga mungkin pensiun pada usia 55 tahun (Potter

and Perry, 2004 dalam Lilik, 2011).

Nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya dan

identitas dikaitkan dengan peran dalam pekerjaan.

Hilangnya kontak sosial dari area pekerjaan membuat

seseorang lanjut usia pensiunan merasakan kekosongan,

orang tersebut secara tiba-tiba dapat merasakan begitu

34

banyak waktu luang yang ada di rumah disertai dengan

sedikitnya hal-hal yang dapat dijalani. Meskipun bahwa

pekerjaan yang pensiun karena alasan kesehatan, masalah-

masalah yang berputar disekitar pensiun berkaitan erat

dengan pertimbangan atas jabatan dan keadaan keuangan

(Gallo, 1998 dalam Lilik, 2011).

Menurut Budi-Darmojo dan Martono (2004) dalam Lilik

(2011), bila seseorang pensiun (purna tugas) ia akan

mengalami kehilangan-kehilangan antara lain:

a) Kehilangan financial (besar penghasilan semula)

Pada umumnya dimanapun pemasukkan uang pada

seseorang yang pensiun akan menurun, kecuali pada

orang yang sangat kaya dan seseorang dengan tabungan

yang melimpah.

b) Kehilangan status

Terutama ini terjadi bila sebelumnya orang tersebut

mempunyai jabatan dan posisi yang cukup tinggi

lengkap dengan fasilitasnya.

c) Kehilangan teman atau kenalan

Mereka akan jarang sekali bertemu dan berkomunikasi

dengan teman sejawat yang sebelumnya tiap hari

dijumpainya, dan hubungan sosialnya pun akan hilang

atau berkurang.

d) Kehilangan kegiatan atau pekerjaan

Kehilangan kegiatan atau pekerjaan yang teratur

dilakukan setiap hari, ini berarti bahwa rutinitas yang

bertahun-tahun telah dikerjakan akan hilang.

35

Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar pada lanjut usia

dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam

kenyataan sering dirasakan sebaliknya karena pensiun sering

diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,

jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah

orang memasuki masa pensiun lebih tergantung

kepribadiannya. Dalam kenyataan ada yang dapat menerima

ada yang takut kehilangan ada yang senang memiliki jaminan

hari tua, tetapi ada juga yang seolah-olah terpaksa menerima

(pasrah) terhadap pensiun. Masing-masing sikap tersebut

sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu,

baik poditif maupun negatif. Dampak positif lebih

menentramkan diri lanjut usia dan dampak negatif akan

mengganggu kesejahteraan hidup lanjut usia (Kuntjoro, 2002

dalam Lilik, 2011).

Seseorang yang telah pensiun, sebaiknya dalam

kehidupannya dirumah diisi dengan kegiatan-kegiatan atau

pelatihan yang bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya.

Dan hal ini akan menumbuhkan keyakinan pada lanjut usia

bahwa disamping pekerjaannya selama ini ditekuninya,

masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam

menghadapi masa tua, sehingga lanjut usia tidak

membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak

berguna, menganggur, penghasilan kurang dan sebagainya.

2) Perubahan Aspek Kepribadian

Pada umumnya setelah orang memasuki lanjut usia maka ia

mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.

Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi makin

36

lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi

hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak

seperti gerakkan, tindakkan, koordinasi yang berakibat lanjut

usia mejadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lanjut usia

mengalami perubahan kepribadian. Menurut Kuntjoro

(2002) dalam Lilik (2011) kepribadian lanjut usia dibedakan

menjadi 5 tipe kepribadian yaitu tipe kepribadian konstruktif

(Construction Personality), tipe kepribadian mandiri

(Independent Personality), tipe kepribadian tergantung

(Dependent Personality), tipe kepribadaian bermusuhan

(Hostile Personality), tipe kepribadian Defensive, dan tipe

kepribadian kritik diri (Self Hate Personality).

3) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran,

penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul

gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lanjut usia

misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengarannya

sangat kurang, penglihatannya kabur dan sebagainya

sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu

sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka

melakukan aktifitas selama yang bersangkutan masih

sanggup agar merasa tidak terasing atau diasingkan. Karena

jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk

berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus

muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,

mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak

bergunaserta merengek-rengek dan menangis bila ketemu

orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil (Stanley

dan Beare, 2007).

37

4) Perubahan Minat

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat.

Pertama minat terhadap diri makin bertambah.kedua minat

terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat

terhadap uang semakin meningkat. Terakhir kebutuhan

terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung

menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada

diri lanjut usia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar

tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk

melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untukk

meningkatkan kebugaran fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990)

dalam Lilik (2011) mengatakan bahwa perubahan yang

dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya

terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi

pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah

memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari

pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman

pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia

adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah

peningkatan kesehatan, ekonomi atau pendapatan dan peran

sosial (Goldstein, 1992 dalam Lilik, 2011).

Dalam mengahadapi perubahan tersebut diperlukan

penyesuaina. Ciri-ciri penyesuaian yang tidak baik dari

lanjut usia (Hurlock, 1979) dikutip oleh Munandar (1994)

dalam Lilik (2011) adalah:

a) Minat sempit terhadap kejadaian di lingkungannya.

b) Penarikkan diri ke dalam dunia fantasi.

c) Selalu mengingat kembali masa lalu.

d) Selalu khawatir karena pengangguran.

38

e) Kurang ada motivasi.

f) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga

kurang baik.

g) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Dilain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara

lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara

ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja,

menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki

kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.

e. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali

berhubungan dengan berbagai gangguan fisik. Seperti gangguan

jantung, gangguan metabolisme (misalnya diabetes mellitus),

vaginitis, dan baru selesai operasi prostatektomi. Pada wanita

mungkin ada kaitannya dengan masa menopause, yang berarti

fungsi seksual mengalami penurunan karena sudah tidak

produktif walaupun sebenarnya tidak harus begitu, karena

kebutuhan biologis selama seseorang masih sehat dan masih

memerlukan tidak ada salahnya bila dijalankan terus secara

wajar dan teratur tanpa mengganggu kesehatannya.

Menurut Kuntjoro (2002) dalam Lilik (2011) faktor psikologis

yang menyertai lanjut usia berkaitan dengan seksualitas antara

lain seperti rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan

seksual pada lanjut usia. Sikap keluarga dan masyarakat yang

kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.

Adanya kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam

kehidupannyaa, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi

seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa

lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan lainnya yang

39

mengakibatkan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia

mengalami perubahan.

5. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Seiring tahap kehidupan, lanjut usia memiliki tugas perkembangan

khusus. Hal ini dideskripsikan oleh burnside (1979), duvall (1977),

dan havighurst (1953) dikutip oleh potter dan perry (2005) dalam

lilik (2011). Tujuh kategori utama tugas perkembangan lanjut usia

meliputi :

a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan

kesehatan

Lanjut usia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring

terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan

fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini

adalah normal. Bagaimana meningkatkan kesehatan dan

mencegah penyakit dengan pola hidup sehat.

b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan

pendapatan

Lanjut usia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan

oleh karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan

membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja.

Bagaimanapun, karena pensiunan ini biasanya telah

diantisipasi, seorang dapat berencana ke depan untuk

berpartisipasi dalam konsultasi atau aktivitas sukarela, mencari

minat dan hobi baru, dan melanjutkan pendidikannya.

Meskipun kebanyakan lanjut usia di atas garis kemiskinan,

sumber finansial secara jelas mempengaruhi permasalahan

dalam masa pensiun.

40

Sekarang ini orang yang pensiun akan mempunyai

ketergantungan sosial, finansial, selain juga kehilangan prestise,

kewibawaan, peran-peran sosial, dan sebagainya, yang akan

merupakan stres bagi orang-orang tua tadi. Untuk menghadapi

masa pensiun, dengan stress yang sekecil mungkin tiimbul suatu

pemikiran dalam rangka masa persiapan pensiun tadi, yaitu

mengadakan pensiun bertahap apa yang disebut “stepwise

employment plan” (nishio, 1977; dikutip oleh darmojo dan

martono, 2004 dalam lilik, 2011). Ini dikerjakan secara bertahap

mengurangi jam dinas sambil memberikan persiapan-persiapan

pengaturan ke arah macam pekerjaan yang akan dijalankan

sesudah pensiun. Hal ini dapat membantu lanjut usia untuk

beradaptasi dan menyesuaikan terhadap masa pensiun relatif

lebih mudah.

c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

Mayoritas lanjut usia dihadapkan pada kematian pasangan,

teman, dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit di

selesaikan, apalagi bagi lanjut usia yang menggantungkan

hidupnya dari sesorang yang meninggalkannya dan sangat

berarti bagi dirinya. Dengan membantu lanjut usia melalui

proses berduka, dapat membantu mereka menyesuaikan diri

terhadap kehilangan.

d. Menerima diri sendiri sebagai individu lanjut usia

Beberapa lanjut usia menemukan kesulitan untuk menerima diri

sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan

ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal

penurunan fungsi, meminta cucu nya untuk tidak memanggil

mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas

yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.

41

e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup

Lanju usia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya,

kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang

lebih kecil dan untuk seorang diri. Beberapa masalah kesehatan

lain mungkin mengharuskan lanjut usia untuk tinggal dengan

keluarga atau temannya. Perubahan rencana kehidupan bagi

lannsia mungkin membutuhkan periode penyesuaian yang lama

selama lanjut usia memerlukan bantuan dan dukungan

professional perawatan kesehatan dan keluarga.

f. Mendefiniskan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

Lanjut usia sering memerlukan penetapan hubungan kembali

dengan anak-anaknya yang telah dewasa. Masalah keterbalikan

peran, ketergantungan, konflik, perasaan bersalah, dan

kehilangan memerlukan pengenalan dan resolusi.

g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

Lanjut usia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru

untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang

sebelumnya aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin

merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat

minat baru. Akan tetapi, seseorang yang intrtovert dengan

sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang

baru selama pensiun.

Dengan mengetahui tugas perkembangannya, orang tua diharapkan

mampu menyesuaikan diri dengan menurnnya kekuatan dan

menurunnya kesehatan secara bertahap, mencari kegiatan untuk

mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar

waktu kala mereka masih muda. Bagi beberapa orang berusia lanjut,

kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial

sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka

menurun setelah pensiun, mereka sering mengundurkan diri dari

42

kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut

perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa

kehilangan pasangan, perlu membangun ikatan dengan anggota dari

kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian dan menerima

kematian dengan tentram.

B. Konsep Dasar Masalah Kesehatan

1. Pengertian

Osteoarthritis (oa) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan

dengan kerusakkan kertilago sendi. Vertebra, panggul, lutul dan

pergelangan kaki paling sering terkena oa (Sudoyo Aru, dkk 2009).

Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau

osteoartosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi

yang paling sering ditemukan dan kerap kali menimbulkan

ketidakmampuan (disabilitas) (Smeltzer, 2002 dalam Renny, 2014).

Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan

yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan

meningkatnya usia, penyakit ini jarang terjadi pada usia dibawah 46

tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. (Sunarto,

1994, Solomon, 1997 dalam Renny, 2014).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995)

osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai

sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan

gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan

sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-

tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan

biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada

jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang

43

membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi, 1999

dalam Renny, 2014).

2. Klasifikasi

Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi 2 menurut Yuliana Elin, (2009),

yaitu:

a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya

yang berhubungan dengan osteoarthritis.

b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur.

3. Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum terungkap,

namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis antara lain:

a. Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor

ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis

semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoarthritis

hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40

tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan

bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar

air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

b. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi, dan

laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis pada paha, pergelangan

tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi

osteoarthritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi

diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita

44

dari pada laki-laki hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada

pathogenesis osteoarthritis.

c. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis missal,

pada ibu dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-sendi

interfalang distal terdapat 2 kali lebih sering osteoarthritis pada

sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung

mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan

dari wanita tanpa osteoarthritis.

d. Suku

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis nempaknya

terdapat perbedaan diantaranya masing-masing suku bangsa,

misalnya osteoarthritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit

hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis lebih sering

dijumpai pada orang-orang amerika asli dari pada orang kulit putih.

Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun

perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukkan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya

resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pada

pria, kegemukkan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis

pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis

sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

f. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak

rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses

degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.

45

g. Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma

yang menimbulkan kerusakkan pada integritas struktur dan

biomekanik sendi tersebut.

h. Akibat penyakit radang sendi lain.

Infeksi (arthritis rematoid : infeksi akut, infeksi kronis)

menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak

matriks rawan sendi oleh membrane sinovial dan sel-sel radang.

i. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka

rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak

stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.

j. Penyakit Endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam

proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong

sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament, tendo, sinovia,

dan kulit. Pada diabetes mellitus, glukosa akan menyebabkan

produksi proteaglikan menurun.

k. Deposit Pada Rawan Sendi

Hemokromatosis, penyakit wilson, akronitis, kalsium pirofosfat

dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam

hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan

sendi.

46

4. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak

meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupaka proses

penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai

dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang

merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga

diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom

menyebabkan dipecahkannya polisakarida protein yang membentuk

matriks disekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakkan

tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus

menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.

Sendi interfalang distal dan proksimasi.

Osteoarthritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya

gerakkan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau

diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi

tersebut.

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena

peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi

deformitas kongenital dan penyakit peradangan sendi lainnya yang akan

menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan

ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligament atau adanya

perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan

tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan

terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki

krepitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. (Soeparman, 1995

dalam Renny, 2014).

47

5. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala utama adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,

terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan,

mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat

istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakkan sendi, kaku pagi,

krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.

a. Rasa Nyeri Pada Sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoarthritis, nyeri akan

bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

b. Kekakuan Dan Keterbatasan Gerak

Biasanya akan berlangsung 15-30 menit dan timbul setelah istirahat

atau saat memulai kegiatan fisik.

c. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan

dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakkan dan

peradangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa

nyeri.

d. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas

lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada

hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana

rawan sendi telah rusak berat.

Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat

menjalar, misalnya pada osteoarthritis coxae nyeri dapat dirasakan

dilutut, bokong sebelah lateral, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul

pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui

penyebabnya.

48

e. Pembengkakkan Sendi

Pembengkakkan sendi merupakan reaksi peradangan karena

pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa

adanya pemerahan.

f. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

g. Gangguan Fungsi

Timbul akibat ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

6. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi pada osteoarthtitis yaitu nyeri dan

kekakuan sendi yang dapat menjadi sangat berat sehingga penderita

tidak bisa beraktivitas.

7. Penatalaksanaan Dan Terapi

a. Pencegahan

1) Penurunan berat badan.

2) Pencegahan cedera.

3) Screening sendi paha.

4) Pendekatan ergonomic untuk memodifikasi stress akibat kerja.

b. Terapi Farmakologi

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk

osteoarthritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat

yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,

meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidakmampuan. Obat-

obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan

sekaligus mengurangi synovitis meskipun tak dapat memperbaiki

atau menghentikan proses patologis osteoarthritis.

49

1) Acetaminophen

Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter

karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.

2) NSAIDs (NonSteroid Anti Inflammatory Drugs)

Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Efek

samping yaitu menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi

ginjal.

3) Topical Pain

Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung

pada kulit yang terasa sakit.

4) Tramadol

Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada

acetaminophen dan NSAIDs.

5) Mild Narcotic Painkillers

Mengandung analgesik seperti codein atau hydrocodone yang

efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.

6) Corticosteroids

Efektif mengurangi rasa sakit.

7) Hyaluronic Acid

Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh

disaccharides of glucuronic acid dan n-acetyanglusamine.

Disebut juga viscosupplementation. Digunakan dalam

perawatan pasien osteoarthritis.

50

Dari hasil penelitian yang dilakukan 80% pengobatan dengan

menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil

dibandingkan pengobatan dengan menggunakan placebo.

Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan, makin

besar efek positif yang dirasakan karena hyaluronic acid efektif

mengurangi rasa sakit.

8) Glucosamine dan Chondroitin Sulfate

Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.

c. Terapi Konservatif

Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat

orthotic untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.

Massage/pijat sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli

dibidangnya. Tujuan massage tersebut adalah untuk membuat rileks

otot-otot yang spasme dan membantu melancarkan sirkulasi darah.

d. Terapi Non Farmakologi

1) Olahraga

Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang tidak terlalu

berat dan tidak menyebabkan bertambahnya kompresi atau

tekanan atau trauma pada sendi, yaitu misalnya berenang dan

menggunakan sepeda statis. Olahraga selain berfungsi untuk

mengurangi rasa sakit dan kaku juga bermanfaat untuk

mengontrol berat badan.

2) Proteksi/Perlindungan Sendi

Sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan pekerjaan

yang dapat menambah stress/tekanan pada sendi.

51

Osteoarthritis mungkin timbul atau diperkuat karena

mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas

yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-

alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu

diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kaki yang

tertekuk (pronation).

3) Terapi Panas atau Dingin

a) Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit,

membuat otot-otot sekitar sendi menjadi rileks dan

melancarkan peredaran darah. Terapi panas dapat diperoleh

dari kompres dengan air hangat/panas, sinar IR (infra

red/infra merah) dan alat-alat terapi lainnya seperti

swd/mwd.

b) Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada

sendi dan mengurangi rasa sakit. Terapi dingin biasanya

dipakai saat kondisi masih akut. Dapat diperoleh dengan

kompres dengan air dingin.

4) Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoarthritis yang

gemuk menjadi program utama pengobatan osteoarthritis.

Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya

keluhan dan peradangan.

Pemberian vitamin C, D, E dan beta karoten, vitamin-vitamin

tersebut bermanfaat untuk mengurangi laju perkembangan

osteoarthritis.

52

5) Dukungan Psikososial

Dukungan psikosial diperlukan pasien osteoarthritis oleh karena

sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang

ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan

ketidak mampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut

memikirkan penyakitnya. Pasien osteoarthritis sering kali

keberatan untuk memakai alat-alat bantu karena faktor

psikologis.

e. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoarthritis,

meliputi terapi panas dan dingin dan program latihan yang tepat.

Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untuk

mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif

sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum

pemanasan.

Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti hidrokolator, bantalan

elektrik, ultrasonik, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari

pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan

memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi

osteoarthritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena

mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang

yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya

beban ke sendi oleh karena kontraksi otot.

f. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoarthritis dengan

kerusakkan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dan

kelemahan fungsi. Tindakkan yang dilakukan adalah osteotomy

untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement

53

sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi,

pembersihan osteofit.

g. Akupuntur

Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.

C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Maslow

Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara

memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis.

Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat,

atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan ini sendiri.

Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan kebutuhan

manusia dan membahasnya dari berbagai segi. Orang pertama yang

menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori

tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki

Kebutuhan Dasar Manusia Maslow, Hierarki tersebut meliputi 5 kategori

kebutuhan dasar, yakni:

54

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs).

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki

Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan

yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan

fisiologisnya dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh,

seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya

akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi

kebutuhan akan cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak

dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan

macam kebutuhan fisiologis, yaitu:

a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.

b. Kebutuhan cairan dan elektrolit.

c. Kebutuhan makanan.

d. Kebuhihan eliminasi urin dan alvi.

e. Kebutuhan istirahat dan tidur.

f. Kebutuhan aktivitas.

g. Kebutuhan kesehatan temperature tubuh.

h. Kebutuhan seksual.

2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs).

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman

dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini

meliputi:

a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan,

dan infeksi.

b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan.

c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau

asing.

55

3. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki (Love and Belonging

Needs).

Kebutuhan ini meliputi:

a. Memberi dan menerima kasih sayang.

b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain.

c. Kehangatan.

d. Persahabatan.

e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta

lingkungan sosial.

4. Kebutuhan Harga Diri (Self-Esteem Needs).

Kebutuhan ini meliputi:

a. Perasaan tidak bergantung pada orang lain.

b. Kompeten.

c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

5. Kebutuhan Aktualisasi Dini (Need for Self Actualization).

Kebutuhan ini meliputi:

a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan

memahami potensi diri).

b. Belajar mememihi kebutuhan diri sendiri.

c. Tidak emosional.

d. Mempunyai dedikasi yang tinggi.

e. Kreatif.

f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.

Dari kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow ditemukan beberapa

gangguan kebutuhan dasar manusia pada penderita Osteoartritis, yaitu:

56

1. Gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama

dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya

dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah

rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi

dapat menjalar, misalnya pada osteoarthritis coxae nyeri dapat dirasakan

dilutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada

waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.

2. Kerusakkan mobilitas fisik

Pembengkakkan sendi merupakan reaksi peradangan karena

pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa

adanya pemerahan yang disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi

sehingga timbul ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

D. Proses Keperawatan Lanjut Usia Dengan Osteorarthritis

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan mengidntifikasi

faktor-faktor (baik positif dan negatif) pada usia lanjut, baik secara

individu maupun kelompok yang bermanfaat untuk mengetahui

masalah dan kebutuhan usia lanjut serta untuk mengembangkan strategi

promosi kesehatan.

Pengkajian berfokus keperawatan klien dewasa maupun lanjut usia

terjadi dilingkungan tradisional rumah, rumah sakit, atau isntitusi

perawatan jangka panjang serta situasi non-tradisional seperti pusat-

pusat senior, gedung-gedung, apartemen, atau kelompok praktik

keperawatan. (luecknotte, 2008).

57

Pengkajian keperawatan pada lanjut usia merupakan proses kompleks

dan menantang yang harus mempertimbangkan kebutuhan lanjut usia

melalui pengkajian-pengkajian untuk menjamin pendekatan lanjut usia

yang lebih spesifik.

a. Identitas

Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem

muskoloskeletal adalah usia, karena ada beberapa penyakit sistem

muskoloskeletal banyak terjadi pada klien diatas usia 60 tahun.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit

muskuloskeletal seperti osteoarthritis adalah klien mengeluh nyeri

pada persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang

menyebabkan keterbatasan mobilitas.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang

diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan

sampai klien dibawa ke rumah sakit, dan apakah pernah

memeriksakkan diri ke tempat lain selain rumah sakit umum serta

pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana

perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit

muskoloskeletal sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerjaan

yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit

muskuloskeletal, pengunaan obat-obatan, riwayat mengkonsumsi

alkohol dan merokok.

58

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit yang sama karena faktor genetik/keturunan.

f. Pemeriksaan Fisik.

1) Keadaan Umum

Keadaan umum klien lanjut usia yang mengalami gangguan

muskuloskeletal biasanya lemah.

2) Kesadaran

Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis.

3) Tanda-Tanda Vital

a) Suhu meningkat (>37℃).

b) Nadi meningkat (normal : 70-82 x/mnt).

c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.

d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami peningkatan.

4) Pemeriksaan Reviews Of System (ROS)

a) Sistem Pernafasan (B1 : Breathing)

Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih

dalam batas normal.

b) Sistem Sirkulasi (B2 : Bleeding)

Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical,

sirkulasi perifer, warna dan kehangatan.

c) Sistem Persarafan (B3 : Brain)

Kaji adanya hilangnya gerakkan/sensasi, spasme otot,

terlihat kelemahan/hilang fungsi. Pergerakkan

mata/kejelasan melihat, dilatasi pupil. Agitasi (mungkin

berhubungan dengan nyeri/ansietas).

59

d) Sistem Perkemihan (B4 : Bladder)

Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin,

disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan

kebersihannya.

e) Sistem Pencernaan (B5 : Bowel)

Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi,

auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi

abdomen, nyeri tekan abdomen.

f) Sistem Muskuloskeletal (B6 : Bone)

Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi

pada area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi,

kekuatan otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit dan

perubahan warna.

5) Pola Fungsi Kesehatan

Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa

dilakukan sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian,

ketidakmampuan mobilisasi.

a) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehat.

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan

kesehatan.

b) Pola Nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan

elektrolit, nafsu makan, pola makan, diit, kesulitan

menelan, mual/muntah dan makanan kesukaan.

60

c) Pola Eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih,

defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi

dan penggunaan kateter.

d) Pola Tidur Dan Istirahat

Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi

terhadap energi, jumlah jam tidur pada siang dan malam,

masalah tidur, dan insomnia.

e) Pola Aktivitas Dan Latihan

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan

dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama

dan kedalaman pernafasan, pengkajian indeks katz.

f) Pola Hubungan Dan Peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran

klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat

tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah dan masalah

keuangan.

g) Pola Sensori Kognitif

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi

sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,

perasaan dan pembau. Pada klien katarak dapat ditemukan

gejala gangguan pengelihatan perifer, sulit mefokuskan

kerja diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah tampak

kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air

mata. Pengkajian status mental menggunakan Short

Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).

61

h) Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi

terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri

menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran,

identitas diri, manusia sebagai sistem terbuka dan

makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, kecemasan,

ketakutan dan dampak terhadap sakit.

i) Pola Seksual Dan Reproduksi

Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.

j) Pola Mekanisme Penanggulangan Stress Dan Koping

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.

k) Pola Tata Nilai Dan Kepercayaan

Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan

termasuk spiritual.

g. Pemeriksaan penunjang

1) Laboratorium

a) Reaksi aglutinasi positif.

b) Led meningkat.

c) Protein c reaktif: positif pada masa inkubasi.

d) Sdp meningkat pada proses inflamasi.

e) Ig (igg dan igm) meningkat menunjukkan proses

autoimun.

f) Asam Urat guna mengetahui apakah penyebab

Osteoarthritis pada klien disebabkan karena jumlah asam

urat yang berlebih.

62

2) Foto Rontgen

Menunjukkan penurunan progresif masa kartilago sendi

sebagai penyempitan rongga sendi.

3) Serologi

Cairan sinovial dalam batas normal.

4) Tes Khusus

a) Tes Ballotement (Menggoyang-Goyangkan Obyek

Didalam Cairan)

Caranya : recessus suprapatellaris dikosongkan dengan

menekannya dengan satu tangan, sementara itu dengan

jari tangan lainnya patella ditekan ke bawah. Dalam

keadaan normal patella tidak dapat ditekan ke bawah, tapi

bila terdapat (banyak) cairan pada sendi lutut (akibat

osteoarthritis) maka patella seperti terangkat sehingga

sedikit ada gerakkan ke atas-bawah dan kadang terasa

seolah-olah patella “mengetik” pada dasar keras itu.

b) Tes Fluktuasi

Caranya : ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan

diletakkan disebelah kiri dan kanan patella. Bila kemudian

recessus suprapatellaris itu dikosongkan menggunakan

tangan lainnya, maka ibu jari dan jari telunjuk tadi seolah-

olah terdorong oleh perpindahan cairan dalam sendi lutut.

c) Tes Lekuk

Caranya : dengan memakai punggung tangan, kita

mengussapi “lekuk kecil” disebelah medial patella kearah

proximal, sehingga dikosongkan dari cairannya.

63

Kalau kemudian kita melaksanakan gerakkan mengusap

yang sama pada patella bagian lateral, maka lekuk kecil

yang medial itu akan kelihatan terisi cairan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawatn

professional yang memberi gambaran tentang masalah atau status

kesehatan, baik aktual maupun potensial yang ditetapkan berdasarkan

analisis dan interprestasi data hasil pengkajian.

Diagnosa keperawatan osteoarthritis adalah sebagai berikut :

a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia,

fisik, psikologis) ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri

pada persendian, ekspresi wajah meringis.

b. Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan, kerusakkan neuromuskuler, kehilangan

integritas struktur tulang, kekakuan sendi atau kontraktur.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah

lupa, kurang mengetahui informasi ditandai dengan klien

mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti instruksi tidak

akurat.

d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status

peran, perubahan status kesehatan, stress, ancaman terhadap

konsep diri, ancaman terhadap kematian ditandai dengan

produktivitas berkurang, kontak mata buruk, klien tampak gelisah,

klien mudah tersinggung, klien tampak khawatir, klien tampak

cemas, respirasi meningkat, nadi meningkat, suara gemetar, refleks

64

meningkat, wajah tegang, anoreksia, kelelahan, peningkatan

tekanan darah, klien sulit berkonsentrasi.

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit,

trauma atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien

mengungkapkan mengenai perubahan dalam penampilan, struktur

dan fungsi, perasaan negatif tentang tubuh (perasaan tidak berdaya,

keputusan atau tidak ada kekuatan), mengatakan perubahan dalam

kehidupan.

f. Risiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada

persendian (arthritis), penurunan kekuatan ekstermitas bawah,

kerusakkan mobilitas fisik.

g. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu

membersihkan sebagian atau seluruh badan. Klien tidak mampu

masuk dan keluar dari kamar mandi.

h. Defisit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan kerusakkan

muskuloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau

menggunakan pispot, klien tidak mampu memenuhi kebersihan

toileting.

65

3. Perencanaan Keperawatan

Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat untuk merumuskan rencana tindakkan keperawatan guna mengatasi masalah

yang dialami klien.

No Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Dan Kriteria Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri

(biologi, kimia, fisik, psikologis) ditandai

dengan klien melaporkan nyeri secara verbal

atau nonverbal, posisi untuk mengurangi

nyeri, ekspresi wajah meringis.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan klien dapat:

1. Mengontrol nyeri (Pain Control),

dengan kriteria:

a. Klien dapat mengetahui

penyebab nyeri, onset nyeri,

mampu menggunakan teknik

non farmakologi untuk

mengurangi nyeri, dan tindakan

pencegahan nyeri.

Manajemen Nyeri

(Pain Management):

- Kaji secara komprehensif tentang nyeri,

meliputi: lokasi, karakteristik dan onset,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/

beratnya nyeri, dan faktor-faktor

presipitasi.

- Observasi isyarat-isyarat non verbal dari

ketidaknyamanan, untuk komunikasi

secara efektif.

66

b. Klien mampu mengenal tanda-

tanda pencetus nyeri untuk

mencari pertolongan.

c. Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.

2. Menunjukkan tingkat nyeri (Pain

Level)

a. Klien melaporkan nyeri dan

pengaruhnya pada tubuh.

b. Klien mampu mengenal skala,

inttensitas, frekuensi dan

lamanya episode nyeri.

c. Klien mengatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang.

d. Tanda-tanda vital dalam batas

normal.

e. Ekspresi wajah tenang

- Gunakan komunikasi terapeutik agar klien

dapat mengekspresikan nyeri.

- Kaji latar belakang budaya klien.

- Tentukan dampak dari ekspresi nyeri

terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu

makan, aktivitas, kognisi, mood,

relationship, pekerjaan, tanggungjawab

peran.

- Kaji pengalaman individu terhadap nyeri,

keluarga dengan nyeri kronis.

- Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan

mengontrol nyeri yang telah digunakan.

- Berikan dukungan terhadap klien dan

keluarga.

- Berikan informasi tentang nyeri, seperti:

penyebab, berapa lama terjadi, dan

tindakan pencegahan.

- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi respon klien terhadap

67

ketidaknyamanan (misalnya: temperatur

ruangan, penyinaran, dll)

- Anjurkan klien untuk memonitor sendiri

nyeri.

- Tingkatkan tidur/ istirahat yang cukup.

- Ajarkan penggunaan teknik non-

farmakologi (misalnya: relaksasi, guided

imagery, terapi music, distraksi, aplikasi

panas-dingin, massase).

- Evaluasi keefektifan dari tindakan

mengontrol nyeri.

- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri

berdasarkan respon klien.

- Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang

pengalaman nyeri secara tepat.

- Monitor kenyamanan klien terhadap

manajemen nyeri.

68

- Bantu klien mengidentifikasi faktor

presipitasi nyeri baik aktual maupun

potensial.

- Hilangkan faktor yang dapat meningkatkan

pengalaman nyeri (misalnya: rasa takut,

kelelahan dan kurangnya pengetahuan).

- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi

nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan

interpersonal).

- Libatkan keluaga untuk mengurangi nyeri.

- Informasikan kepada tim kesehatan

lainnya/ anggota keluarga saat tindakan

nonfarmakologi dilakukan, untuk

pendekatan preventif.

Pemberian Analgetik

(Analgetic Adminnistration)

69

- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik

kualitas, dan keparahan sebelum

pengobatan.

- Berikan obat dengan prinsip 5 benar.

- Cek riwayat alergi obat.

- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,

kualitas, dan keparahan sebelum

pengobatan.

- Libatkan klien dalam pemulihan analgetik

yang akan digunakan.

- Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgetik pertama kali.

- Berikan analgetik yang tepat waktu

terutama saat nyeri hebat.

- Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan

gejala (efek samping).

2. Kerusakan Mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri dan ketidaknyamanan,

kerusakan neuromuskuler, kehilangan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan klien dapat menunjukkan

tingkat mobilitas dengan kriteria:

Terapi aktivitas: Ambulasi

(Exercise Therapy Ambulation)

70

integritas struktur tulang, kekakuan sendi

atau kontraktur.

- Klien menunjukkan penampilan

yang seimbang.

- Klien menunjukkan penampilan

posisi tubuh.

- Klien menunjukkan pergerakan

sendi.

- Klien melakukan perpindahan.

- Klien melakukan ambulasi:

berjalan.

- Klien menunjukkan penggunaan

alat bantu secara benar dengan

pengawasan.

- Klien meminta bantuan untuk

aktivitas mobilisasi jika diperlukan.

- Klien dapat melakukan aktivitas

sehari-hari secara mandiri.

- Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan

kesehatan dirumah dan kebutuhan akan

peralatan pengobatan yang tahan lama.

- Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah

sesuai kebutuhan (misalnya dari tempat

tidur ke kursi).

- Bantu klien untuk mengenali ambulasi dini

sesuai kebutuhan.

- Intruksikan klien atau pemberi pelayanan

tentang keamanan berpindah dan teknik

ambulasi yang aman.

- Pantau penggunaan alat bantu mobilitas

(misalnya: tongkat, walker, kruk, atau kursi

roda).

- Rujuk ke ahli therapi fisik untuk program

latihan.

- Berikan penguatan positif selama aktivitas.

71

- Ajarkan klien bagaimana menggunakan

postur dan mekanika tubuh yang benar saat

melakukan aktivitas.

- Ajarkan dan dukung klien dalam latihan

ROM aktif/pasif untuk mempertahankan

atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan

otot.

Terapi aktivitas:

Mobilisasi sendi:

(Exercise Theraphy: Joint Mobility)

- Tentukan keterbatasan rentang gerak sendi,

efek dan fungsinya.

- Kolaborasi dengan terapi fisik dalam

mengembangkan program latihan.

- Tentukan tingkat motivasi klien dalam

mempertahankan atau meningkatkan

rentang gerak sendi.

72

- Jelaskan pada klien/ keluarga tentang

maksud dan rencana latihan gerak sendi.

- Lindungi klien dari trauma selama latihan.

- Bantu klien untuk mengatur posisi yang

optimal dalam ROM aktif/pasif.

- Motivasi klien untuk latihan ROM

aktif/pasif dan merencanakan jadwal.

- Bantu latihan ROM sesuai indikasi.

- Intruksikan klien/ keluarga bagaimana

melakukan latihan ROM aktif/pasif secara

sistematis.

- Bantu klien untuk mengembangkan jadwal

latihan ROM aktif/pasif.

- Motivasi klien untuk membayangkan

gerakan tubuhnya sebelum memulai

pergerakan.

- Berikan penguatan positif selama aktivitas.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan

kurang paparan, mudah lupa, kurang

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

diharapkan pengetahuan klien tentang

Pendidikan kesehatan: Proses penyakit

(Teaching Pregnancy Process)

73

mengetahui informasi ditandai dengan klien

mengungkapkan adanya masalah, klien

mengikuti instruksi tidak akurat.

proses kehamilan meningkat (Knowedge

Disease Process) dengan kriteria:

- Menjelaskan proses penyakitnya.

- Menjelaskan penyebab dan

pathofisiologi penyakit.

- Menjelaskan tanda- tanda dan gejala

penakitnya.

- Menjelaskan tindakan-tindakan untuk

meminimalkan keluhan selama proses

penyakit.

- Kaji tingkat pengetahuan pasien

berhubungan dengan proses kehamilan

yang spesifik.

- Tentukan motivasi klien untuk mempelajari

informasi-informasi yang khusus

(misalnya: status psikologis, orientasi,

nyeri, keletihan, tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar, keadaan emosional dan

adaptasi terhadap sakit).

- Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat

pemahaman klien, mengulang informasi

bila diperlukan.

- Sediakan lingkungan yang kondusif untuk

belajar.

- Berikan informasi kepada klien tentang

kondisinya.

- Berikan informasi tentang tindakan

diagnostik yang dilakukan.

74

- Diskusikan perubahan perilaku yang dapat

mencegah komplikasi.

- Sediakan waktu bagi klien untuk

menanyakan beberapa pertanyaan dan

mendiskusikan permasalahannya.

- Ikutsertakan keluarga atau anggota

keluarga bila memungkinkan.

- Rencanakan penyesuaian dalam

penanganan bersama klien dan dokter

untuk memfasilitasi kemampuan klien

mengikuti kemampuan klien mengikuti

penanganan yang dianjurkan.

- Berinteraksi kepada klien dengan cara yang

tidak menghakimi untuk memfasilitasi

pengajaran.

4. Cemas berhubungan dengan krisis

situasional, perubahan status kesehatan,

stress, ancaman terhadap konsep diri,

ancaman terhadap kematian ditandai dengan

Setelah dilakukan asuhan keperawwatan

klien mampu mengontrol cemas

(Anxiety Control), dengan kriteria:

Menurunkan Kecemasan (Anxiety

Reduction):

- Gunakan ketenangan dalam pendekatan

untuk menenangkan klien.

75

produktivitas berkurang, kontak mata buruk,

klien tampak gelisah, klien mudah

tersinggung, klien tampak khawatir, klien

tampak cemas, respirasi meningkat, nadi

meningkat, suara gemetar, reflex meningkat,

wajah tegang, anoreksia, kelelahan,

peningkatan, tekanan darah, klien sulit

berkonsentrasi.

- Klien dapat merencanakan strategi

koping untuk situasi yang membuat

stress.

- Klien dapat mempertahankan

penampilan peran.

- Klien melaporkan tidakada gangguan

persepsi sensori.

- Klien melaporkan tidak ada

manifestasi perilaku akibat

kecemasan: tidak ada.

- Klien dapat meneruskan aktivitas

yang dibutuhkan meskipun ada

kecemasan.

- Klien menunjukkan kemampuan

untuk berfokus pada pengetahuan dan

keterampilan yang baru.

- Klien dapat mengidentifikasi gejala

yang merupakan indicator

kecemasan.

- Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada

klien dan perasaan yang mungkin muncul

pada saat melakukan tindakan.

- Berusaha memahami keadaan klien situasi

stress yang dialami klien.

- Berikan informasi tentang diagnosa,

prognosis, dan tindakan.

- Temani klien untuk memberikan

kenyamanan dan mengurangi ketakutan.

- Dorong keluarga untuk menemani klien

sesuai kebutuhan.

- Dorong klien untuk mengungkapkan

perasaan, pengharapan dan ketakutannya.

- Identifikasi tingkat kecemasan klien.

- Berikan aktivitas hiburan untuk

mengurangi ketegangan.

- Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi

yang menyebabkan kecemasan.

- Kontrol stimulus sesuai kebutuhan klien.

76

- Dengarkan dengan penuh perhatian.

- Ciptakan hubungan saling percaya.

- Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal

yang membuat cemas.

- Tentukan kemampuan klien dalam

membuat keputusan.

- Ajarkan klien teknik relaksasi.

- Observasi gejala verbal dan non verbal dari

kecemasan.

5. Gangguan Gangguan citra tubuh

berhubungan dengan penyakit, trauma atau

cedera, pembedahan ditandai dengan klien

mengungkapkan mengenai perubahan dalam

penampilan, struktur dan fungsi. Perasaan

negatif tentang tubuh (perasaan tidak

berdaya, keputusan atau tidak ada kekuatan),

mengatakan perubahan dalam kehidupan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan klien menunjukkan citra

tubuh yang positif dengan kriteria:

- Klien mendemonstrasikan

penerimaan terhadap perubahan

bentuk tubuh.

- Klien mengungkapkan kepuasan

terhadap penampilan dan fungsi

tubuh.

Peningkatan Citra Tubuh (Body Image

Enhanchment)

- Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan

non verbal klien tentang tubuh klien.

- Tentukan harapan klien tentang gambaran

tubuh berdasarkan tahap perkembangan.

- Tentukan apakah perubahan fisik saat ini

telah dikaitkan kedalam citra tubuh klien.

77

- Keinginan untuk menyentuh bagian

tubuh yang mengalami gangguan.

- Mengidentifikasi kekuatan personal.

- Mengungkapkan pengakuan terhadap

perubahan actual pada penampilan

tubuh.

- Memelihara hubungan social yang

dekat dan hubungan personal.

- Pantau frekuensi pernyataan yang

mengkritik diri.

- Observasi mekanisme koping yang

digunakan klien saat stress.

- Identifikasi klien terhadap risiko gangguan

citra tubuh.

- Rujuk pada layanan social untuk

merencanakan perawatan klien/ keluarga.

- Dengarkan klien/ keluarga secara aktif dan

akui realitas adanya perhatian terhadap

perawatan, kemajuan dan prognosis.

- Dukung klien/keluarga untuk

mengungkapkan perasaannya.

- Berikan dorongan pada klien untuk:

Pertahankan kebiasaan berpakaian

sehari-hari yang rutin dilakukan.

Mengungkapkan perhatian tentang

hubungan personal yang dekat.

78

Mengungkapkan konsekuensi

perubahan fisik dan emosional yang

dapat mempengaruhi konsep diri.

- Identifikasi cara-cara untuk mengurangi

dampak dari segala kesehatan

penggambaran melalui berpakaian,

kosmetik sesuai kebutuhan.

- Ekspolari kekuatan dan sumber yang

dimiliki klien. Diskusikan jika

memungkinkan perubahan berat badan.

- Dorong klien untuk mendiskusikan secara

interpersonal tentang masalah yang

dihadapi.

- Dorong klien untuk mengekslorasi

perubahan yang dialaminya.

- Dorong klien untuk mendapatkan support

dari orang yang berarti.

79

- Dorong klien untuk ikut berpartisipasi

membuat keputusan dalam rencana

perawatannya.

- Bantu klien agar dapat menerima bantuan

dari orang lain.

- Bantu klien untuk menggambarkan tentang

ideal dirinya, karakteristik identitas dirinya

dan menerimanya.

6. Risiko jatuh berhubungan dengan adanya

peradangan pada persendian (arthritis),

penurunan kekuatan ekstremitas bawah,

kerusakan mobilitas fisik.

Setelah dilakukan tindakan perawatan

diharapkan klien melakukan tindakan

pengamanan:

Pencegahan jatuh dengan kriteria:

- Klien dapat menggunakan alat bantu

dengan benar.

- Klien dapat menempatkan penopang

untuk mencegah jatuh.

- Klien dapat menempatkan susunan

pegangan tangan sesuai kebutuhan.

Mencegah jatuh (Fall Prevention)

- Identifikasi kebutuhan keamanan klien

berdasarkan tingkat fungsi fisik, kognitif

dan riwayat perilaku sebelumnya.

- Identifikasi perilaku dan faktor yang

berpengaruh terhadap risiko jatuh.

- Kaji riwayat jatuh klien dan keluarga.

- Identifikasi karakteristik lingkungan yang

mungkin meningkatkan potensial untuk

jatuh.

80

- Pantau gaya berjalan, keseimbangan dan

tingkat kelelahan selama amulasi.

- Diskusikan dengan klien tentang gaya

berjalan dan pergerakan.

- Ajarkan pada klien/ keluarga tindakan

keamanan pada area yang spesifk.

- Berikan materi pendidikan yang

berhubungan dengan strategi untuk

pencegahan trauma.

- Berikan informasi tentang bahaya

lingkungan dan ciri-cirinya (misalnya:

tangga, jendela, kunci pintu, kolam renang,

jalan atau gerbang).

- Ajarkan pada klien tentang bagaimana

meminimalkan cedera.

- Pantau kemampuan klien untuk berpindah

dari tempat tidur ke kursi.

81

- Gunakan teknik yang tepat untuk

memindahkan klien dari dan ke kursi roda,

tempat tidur, kamar mandi, dll.

7. Defisit perawatan diri: Mandi/Kebersihan

berhubungan dengan kelemahan, adanya

nyeri, gangguan neurovaskuler ditandai

dengan klien mengatakan adanya

ketidakmampuan dalam membersihkan

sebagian atau seluruh badan, menyediakan

sumber air mandi, mengatur suhu air mandi

regular, mendapatkan peralatan mandi,

mengeringkan badan, masuk dan keluar dari

kamar mandi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

klien dapat menunjjukkan perawatan

diri:

1. Aktivitas Kehidupan sehari-hari:

Mandi dengan kriteria:

- Klien menerima bantuan atau

perawatan total dari pemberi

perawatan jika diperlukan.

- Klen mengungkapkan secara

verbal kepuasan tentang

kebersihan tubuh dan hygiene

mulut.

- Klien mempertahankan

mobilitas yang diperlukan untuk

ke kamar mandi dan

Bantu Perawatan Diri (Self Care

Assistance):

- Kaji kemampuan klien untuk menggunakan

alat bantu.

- Pantau adanya perubahan kemampuan

fungsi.

- Pantau kemampuan klien dalam melakukan

perawatan diri secara mandiri.

- Pantau kebutuhan klien terhadap

perlengkapan alat-alat untuk kebersihan

diri, berpakaian dan makan.

- Berikan bantuan sampai klien mampu

untuk melakukan perawatan diri.

- Bantu klien dalam menerima

ketergantungan pemenuhan kebutuhan

sehari-hari.

82

menyediakan perlengkapan

mandi.

- Klien mampu membersihkan dan

mengeringkan tubuh.

- Klien mampu melakukan

perawatan mulut.

- Dukung kemandirian dalam melakukan

mandi dan hygiene mulut. Bantu klien

hanya jika diperlukan.

Bantu perawatan diri : Mandi (Self Care

Assistance Bathing).

- Kaji membrane mukosa oral dan

kebersihan tubuh setiap hari.

- Kaji kondisi kulit saat mandi.

- Pantau kebersihan kuku berdasarkan

kemampuan perawatan diri klien.

- Berikan bantuan sampai klien mampu

secara penuh untuk melakukan perawatan

diri.

- Letakkan sabun, handuk, deodorant, alat

cukur dan peralatan lain yang dibutuhkan

disamping tempat tidur/kamar mandi.

83

- Pantau kebersihan kebersihan kuku

berdasarkan kemampuan perawatan diri

klien.

8 Defisit perawatan diri : Toileting

berhubungan dengan kelemahan, adanya

nyeri, gangguan neurovaskuler ditandai

dengan klien mengatakan adanya

ketidakmampuan dalam menggunakan

pispot, pergi ke toilet, duduk atau bangun dari

toilet atau pispot, memenuhi kebersihan toilet

atau psipot.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

klien dapat menujukkan perawatan diri.

1. Aktivitas kehidupan sehari-hari:

Toileting dengan kriteria:

- Klien menerima bantuan dari

pemberi perawatan.

- Klien mengenali/mengetahui

kebutuhan akan bantuan untuk

toileting.

- Klien mengenali dan berespon

terhadap urgency untuk

berkemih atau defekasi.

- Klien mampu untuk pergi atau

keluar dari toilet.

- Klien mampu membersihkan diri

setelah toileting.

Bantu Perawatn Diri (Self Care Assistance):

- Kaji kemampuan klien untuk menggunakan

alat bantu.

- Pantau adanya perubahan kemampuan

fungsi.

- Pantau kemampuan klien dalam melakukan

perawatan diri secara mandiri.

- Pantau kebutuhan klien terhadap

perlengkapan alat-alat untuk kebersihan

diri, berpakaian dan makan.

- Berikan bantuan sampai klien mampu

untuk melakukan perawatan diri.

- Bantu klien dalam menerima

ketergantungan pemenuhan kebutuhan

sehari-hari.

84

- Dukung kemandirian dalam melakukan

mandi dan hygiene mulut, bantu hanya jika

diperlukan.

Bantu Perawatan Diri Toileting (Self Care

Assistance : Toileting)

- Ajarkan klien/orang terdekat dalam

rutinitas toileting.

- Berikan informasi perawatan diri kepada

keluarga/orang lain yang penting tentang

lingkungan rumah yang aman untuk klien.

- Bantu klien ke toilet/menggunakan

pispot/urinal pada jangka waktu tertentu.

- Fasilitasi hygiene toilet setelah selesai

eliminasi.

- Siram toilet, bersihkan peralatan eliminasi.

- Ganti pakaian klien setelah eliminasi.

- Berikan privasi selama eliminasi.

85

4. Pelaksanaan keperawatan

Pelaksanaan keperawatan guna menjalankan rencana asuhan

keperawatan untuk membantu klien mencapai tujuan. Tindakkan dalam

proses ini meliputi mengkaji kembali klien, memperbaharui data dasar,

meninjau serta merevisi rencana asuhan serta melakukan atau

mendelegasikan intervensi keperawatan yang direncanakan (berman,

snyder, 2010).

5. Evaluasi

Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan

klien kearah pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar

berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam

kehidupan sehari hari, dan dalam ketersediaan atau penggunaan sumber

eksternal.

Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien :

a. Diagnosa keperawatan : nyeri akut/kronis

1) Klien menunjukkan kemampuan menggunakan teknik non

farmakologi untuk mengurangi nyeri, dan tindakkan

pencegahan nyeri.

2) Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk

mencari pertolongan.

3) Klien melaporkan nyeri berkurang.

4) Klien mengungkapkan kenyamanan setelah nyeri berkurang.

5) Klien menunjukkan tanda vital dalam batas normal.

6) Klien menunjukkan ekspresi wajah tenang.

86

b. Diagnosa keperawatan kerusakkan mobilitas fisik

1) Klien menunjukkan penampilan yang seimbang.

2) Klien menunjukkan penampilan posisi tubuh.

3) Klien dapat melakukan pergerakkan sendi.

4) Klien dapat melakukan perpindahan.

5) Klien dapat berjalan.

6) Klien menggunakan alat bantu secara benar dengan

pengawasan.

7) Klien mau meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika

diperlukan.

8) Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

c. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan

1) Klien mengetahui nama penyakitnya.

2) Klien dapat menjelaskan proses penyakit.

3) Klien dapat menjelaskan faktor penyebab dan resiko

penyakitnya.

4) Klien menjelaskan efek dari penyakit.

5) Klien menjelaskan tanda-tanda dan gejala penyakit.

6) Klien menjelaskan tindakkan-tindakkan untuk meminimalkan

progresi penyakit.

7) Klien menjelaskan tanda-tanda dan gejala komplikasi.

d. Diagnosa keperawatan : cemas

1) Tidak ada tanda-tanda kecemasan secara fisik pada klien.

2) Klien tidak menunjukkan perubahan perilaku akibat kecemasan.

3) Klien meneruskan aktivitas yang dibutuhkan.

4) Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.

87

e. Diagnosa keperawatan : gangguan citra tubuh.

1) Klien mendemonstrasikan penerimaan perubahan bentuk tubuh.

2) Klien puas dengan penampilan dan fungsi tubuh.

3) Klien mau menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.

4) Klien dapat melakukan hubungan sosial yang dekat.

f. Diagnosa keperawatan : risiko jatuh

1) Klien menggunakan alat bantu dengan benar.

2) Klien dapat menempatkan penompang untuk mencegah jatuh.

3) Klien dapat menempatkan susunan pegangan tangan sesuai

kebutuhan.

g. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri (mandi).

1) Klien menunjukkan kepuasan tentang kebersihan tubuh dan

hygiene mulutnya.

2) Klien membersihkan dan mengeringkan tubuh.

3) Klien menunjukkan kemampuan melakukan perawatan mulut.

h. Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri (toileting)

1) Klien mau menerima bantuan untuk toileting.

2) Klien dapat berespon terhadap urgensi untuk berkemih atau

defekasi.

3) Klien menunjukkan kemampuan untuk pergi atau keluar dari

toilet.

4) Klien menunjukkan kemampuan membersihkan diri setelah

toileting.

88

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini disampaikan satu kasus pada lanjut usia dengan masalah osteoarthritis

pada Ny. R yang bertempat tinggal di panti sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2

cengkareng. Untuk melengkapi data penulis mengadakan pengambilan data dengan

wawancara observasi dan pemeriksaan fisik.

Asuhan keperawatan lanjut usia dengan osteoarthritis yang mulai dilakukan pada

tanggal 4-6 mei 2017. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia,

pendekatan yang dilakukan adalah proses keperawatan yang meliputi lima tahap

yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengumpulan data merupakan langkah awal pengkajian dalam melaksanakan

asuhan keperawatan lanjut usia. Dari hasil pengumpulan data pada lanjut usia

diperoleh data-data sebagai berikut:

1. Riwayat Kesehatan

a. Identitas Klien

Klien bernama Ny. R usia 74 tahun bertempat tinggal Panti Sosial

Tresna Werdha Budhi Mulia 2 cengkareng, Tempat tanggal lahir klien

di Purwokerto 1 januari 1943, Klien berjenis kelamin perempuan, Suku

klien jawa, Klien beragama islam, Pendidikan klien tidak tamat SD,

Status perkawinan klien kawin, Dan keluarga klien yang dapat

dihubungi tidak ada.

b. Riwayat Keluarga

Klien menikah dengan Tn. S dan mempunyai 3 orang anak yaitu Tn. A,

Ny. N dan Ny. L.

89

c. Riwayat Pekerjaan

Status pekerjaan klien saat ini adalah tidak bekerja. Pekerjaan klien

sebelumnya adalah pedagang nasi dan lauk pauk. Sumber-sumber

pendapatan terhadap kebutuhan yaitu untuk memenuhi keperluan klien

sehari-hari.

d. Riwayat Lingkungan Tinggal

Sebelumnya klien tinggal di Pluit raya. Tipe tempat tinggal klien adalah

rumah kontrakkan. Jumlah orang yang tinggal dirumah hanya 1 orang

yaitu klien sendiri. Derajat privasi tempat tinggal klien adalah baik.

e. Riwayat Rekreasi

Hobi klien adalah memasak. Klien tidak mengikuti organisasi apapun.

Klien mengatakan untuk hiburannya selama berada dipanti adalah

menonton televisi bersama dengan teman-temannya dipanti. Terkadang

klien mengikuti panggung ceria yang diadakan oleh pihak panti tetapi

tergantung dengan kondisi kakinya saat ini apakah sedang merasakan

nyeri atau tidak.

f. Status Kesehatan

1) Status Kesehatan Saat Ini

a) Keluhan Saat Ini

Ny. R mengatakan kaki kanannya terasa sakit terutama di

dengkulnya yang sebelah kanan. Ny. R mengatakan kakinya

kalau pagi hari saat baru bangun tidur terasa ngilu dan sulit

bergerak lamanya kurang lebih 15 menit. Ketika ditanya skala

nyerinya Ny. R mengatakan skala nyerinya 4. Ny.R mengatakan

untuk jalan terasa sakit dan ngilu sehingga untuk jalan lama

klien tidak kuat dan terkadang timbul bunyi seperti retak atau

bunyi “krek”.

90

b) Pengetahuan Dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan

Ny. R mengatakan tidak tahu sakit apa yang dia alami yang dia

tahu hanya terkait tentang rasa nyerinya. Ny. R mengatakan

kalau nyerinya timbul maka klien memberi obat oles seperti

balsem.

c) Obat-Obatan Yang Digunakan

Allopurinol 1x1 tablet 100 mg.

Obat gosok atau balsam jika kaki sakit.

2) Riwayat Kesehatan Lalu

a) Penyakit/Keluhan Yang Telah Diderita

Ny. R mengatakan dahulu mempunyai tahi lalat dibawah mata

sebelah kiri. Namun kerena klien merasa lama kelamaan tahi

lalatnya semakin besar dan mengganggunya bahkan sampai

menyebabkan Ny.R merasa pusing maka Ny. R melakukan

operasi untuk membuang tahi lalatnya tersebut. Ny R

mengatakan pernah jatuh beberapa tahun lalu sehingga

menimbulkan ketidaksimetrisan antara tangan kanan dan

kirinya.

b) Riwayat Operasi / Dirawat Di Rumah Sakit

Ny R mengatakan dirinya pernah dioperasi pembuangan tahi

lalat.

c) Riwayat Obstetrik

Ny R mengatakan dirinya telah melahirkan 3 orang anak yaitu

1 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan.

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Ny.R mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit

keturunan seperti hipertensi, jantung, diabetes mellitus dll.

91

g. Pemeriksaan Kebutuhan Sehari-Hari.

1) Nutrisi

a) Jumlah

Ny. R mengatakan biasanya klien makan hanya 1 centong nasi

dan habis kalau lebih dari 1 centong nasi maka tidak habis.

b) Pola Makan

Ny.R makan sehari 3 kali yaitu pagi, siang dan sore hari.

c) Gaya Hidup

Ny.R mengatakan hanya makan makanan yang berasal dari

panti dan tidak pernah membeli makanan dari luar panti.

d) Diit Khusus

Tidak ada diit khusus klien makan makanan sama dengan lanjut

usai yang lainnya klien hanya menghindari makan makanan

seperti kangkung, kol, toge, bayam dan ikan.

e) Masalah Yang Mempengaruhi Asupan Makanan

Klien mengatakan tidak bisa makan-makanan seperti kangkung,

kol, toge, bayam dan ikan karena kalau Ny. R makan-makanan

tersebut lututnya terasa sakit dan ngilu.

f) Riwayat Peningkatan/Penurunan Berat Badan.

Ny. R mengatakan selama dipanti tidak mengetahui apakah

terjadi penurunan atau peningkatan berat badan.

2) Personal Hygiene

Kebersihan badan, rambut, kuku, mulut dan genital (kondisi, pola

dan masalah)

92

a) Kebersihan Badan

- Kondisi

Kulit Ny.R bersih, tidak kotor, Ny.R menggunakan baju

yang bersih dan juga rapih.

- Pola

Ny. R mengatakan biasanya mandi 2x sehari yaitu pagi dan

sore hari menggunakan sabun.

- Masalah

Tidak ada masalah pada kebersihan badan klien.

b) Kebersihan Rambut

- Kondisi

Rambut klien berwarna putih, tidak kotor tetapi sedikit

kusut.

- Pola

Ny.R mengatakan biasanya keramas 1x setiap 2 hari

menggunakan shampoo.

- Masalah

Tidak ada masalah pada kebersihan rambut klien.

c) Keberishan Kuku

- Kondisi

Kuku klien tidak panjang dan bersih.

- Pola

Ny. R mengatakan biasanya dipotong tidak tentu waktunya.

93

- Masalah

Tidak ada masalah pada kebersihan kuku klien.

d) Kebersihan Mulut

- Kondisi

Gigi Ny. R sedikit kehitaman. Ketika ditanyakan ternyata

Ny. R dahulu sering menyirih, tidak tercium bau pada mulut

klien.

- Pola

Ny. R mengatakan sikat gigi 2x sehari yaitu saat mandi

dengan menggunakan odol.

- Masalah

Tidak ada masalah pada kebersihan mulut.

e) Kebersihan Genital

- Kondisi

Ny. R mengatakan selalu cebok setelah selesai BAB atau

BAK.

- Pola

Ny. R selalu cebok dengan air bersih ketika selesai BAB

atau BAK

- Masalah

Tidak ada masalah pada kebersihan genitalia klien.

3) Aktifitas/Istirahat

a) Kemampuan Beraktifitas Sehari-Hari

Ny. R mampu beraktifitas sendiri tanpa dibantu oleh orang lain

tetapi aktifitasnya dilakukan dengan pelan-pelan.

94

b) Penggunaan Alat Bantu/Protesa

Ny. R tidak menggunakan alat bantu apapun kecuali kacamata

untuk membaca.

c) Pola Tidur

Ny. R tidur dimalam hari dan bangun pagi hari (kurang lebih

mulai jam 20.00 sampai dengan jam 04.30)

d) Nocturia Dan Masalah Yang Ada

Klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak karena panas.

4) Eliminasi

a) Eliminasi Faeses

- Pola

Ny.R mengatakan biasanya BAB 2x seminggu atau setiap

4 hari sekali.

- Masalah

Tidak ada masalah dalam proses BAB.

b) Eliminasi Urin

- Pola

Ny. R mengatakan biasanya BAK 5x sehari tetapi

tergantung dari jumlah air yang diminumnya hari itu.

- Masalah

Tidak ada masala dalam eliminasi urine.

5) Oksigenasi

a) Pola Nafas

Pola nafas klien normal dan teratur.

95

b) Frekuensi/Menit

Frekuensi nafas klien18 x/menit

c) Adanya Batuk, Sesak, Hemoptysis (Batuk Darah), Sputum,

Mengi, Dan Riwayat Alergi Apapun

Ny. R mengatakan tidak ada batuk, sesak, hemoptysis (batuk

darah), sputum, mengi, dan riwayat alergi apapun

6) Spiritual

a) Hubungan Klien Dengan Tuhan

Hubungan klien dengan tuhan baik, Ny. R meyakini bahwa

Allah SWT adalah tuhannya.

b) Kebiasaan Dalam Melakukan Ibadah

Ny. R melakukan solat 5 waktu dan terkadang mengikuti

pengajian dipagi hari.

c) Kemampuan Dalam Pelaksanaannya

Ny. R mampu melakukan ibadah secara mandiri

d) Adanya Masalah Dalam Beribadah

Ny. R mengatakan terkadang nyerinya menyebabkan susah

untuk melakukan solat berjamaah dimushola. Sehingga Ny. R

sering melakukan Shalat di Ruangan saja.

h. Tinjauan Sistem

1) Kondisi Dari Sistem Tubuh Yang Ada

Semua sistem yang ada tubuh klien baik kecuali pada sistem

muskoloskeletal terutama pada ekstermits bagian bawah sebelah

kanan tepatnya pada lutut Ny. R.

96

2) Masalah / Gangguan Pada Sistem Tubuh.

- Ny. R mengatakan nyeri/sakit pada kaki lututnya ketika

berjalan.

- Terdapat benjolan/bengkak pada kaki kanan Ny. R

3) Penggunaan Protesa

Ny. R tidak menggunakan alat bantu/tiruan untuk beraktivitas.

2. Pengkajian Psikologi

a. Proses Pikir

Ny. R masih mengingat tentang ceritanya dimasa lalu tentang dirinya,

suaminya yang sekarang tidak tahu dimana keberadaannya hanya saja

klien lupa ketika bertemu dengan orang yang baru dilihat beberapa kali.

b. Gangguan Perasaan (Depresi, Wajah Tanpa Ekspresi, Kelelahan, Acuh

Tak Acuh, Mudah Tersinggung).

Saat diwawancara tentang dirinya klien menceritakan semua

pengalamannya dengan senang dan ekspresif.

c. Komunikasi (Penggunaan Protesa, Kesulitan Berkomunikasi, Putus

Asa Dll)

Klien dalam berkomunikasi tidak ada hambatan/kesulitan. Secara

pengamatan klien mampu berkomunikasi dengan temannya yang lain

dengan baik.

d. Orientasi (Tempat, Waktu, Dll)

Saat dikaji menggunakan MMSE Ny. R mampu menyebutkan tanggal,

hari, tahun dan lokasi dimana klien saat ini tetapi klien lupa pada

harinya.

97

e. Sikap Klien Terhadap Lanjut Usia

- Sikap Klien Dengan Temannya

Sikap klien dengan temannya baik, tidak pernah ada konflik

kalaupun ada konflik Ny. R mengatakan lebih baik menghindar.

- Klien Memandang Dirinya

Ny. R mengatakan dirinya sekarang sudah tua dan tidak mampu

beraktivitas secara normal/seperti dahulu.

- Reaksi Klien Terhadap Kehilangan Pasangan

Ny. R mengatakan kalau Ny.R kehilangan pasangan pastilah sangat

sedih rasanya.

f. Mekanisme Koping Klien Terhadap Masalah Yang Ada

Ny. R mengatakan biasanya jika memang ada konflik dengan temannya

dia memilih meninggalkan temannya supaya masalahnya tidah tambah

panjang.

3. Pengkajian Sosial Ekonomi

a. Latar Belakang Klien

Ny.R lahir di bumiayu, kemudian pindah ke purwokerto. Setelah klien

tumbuh dewasa klien pindah merantau ke jakarta untuk berdagang dan

mencari uang untuk makan. Klien saat ini hidup seorang diri setelah

ditinggal suaminya dan anak-ananknya yang sudah memiliki jalannya

masing-masing. Klien terjaring penertiban dari dinas sosial dan

kemudian dititipkan dipanti sosial tresna werdha budhi mulia 2

cengkareng.

1) Frekuensi Hubungan Sehari-Hari

- Dengan Keluarga

Semenjak klien berada di panti sosial tresna werdha budhi mulia

2 cengkareng ini keluarganya tidak ada yang menjenguknya.

98

- Dengan Masyarakat

Selama tinggal di panti sosial tresna werdha budhi mulia 2

cengkareng hubungan klien dengan teman-temannya baik,

jarang terjadi konflik antara Ny.R dengan teman-temannya

selama di panti sosial tresna werdha budhi mulia 2 cengkareng.

- Aktifitas Klien Di Panti

Selama dipanti Ny. R hanya makan, tidur dan menonton tv.

Terkadang Ny.R mengikuti kegiatan yang ada di panti seperti

mengaji bersama.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda – Tanda Vital

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Suhu : 36,4℃

4) Nadi : 89 X/Menit

5) Tekanan Darah : 130/88 mmHg

6) Pernafasan : 19 X/Menit

7) Tinggi Badan : 152 Cm

8) Berat Badan : 55 Kg

b. Pemeriksaan Dan Kebersihan Perorangan

1) Kepala

- Rambut

Rambut klien bersih, warna rambut klien putih, sedikit kusut

dan tidak ada benjolan.

- Mata

Mata klien kurang bisa melihat dengan jelas, klien

menggunakan kacamata.

99

- Hidung

Hidung klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada polip,

penciuman klien sedikit kurang.

- Telinga

Simetris, adda 2 dikanan dan dikiri, bersih.

2) Leher

Tidak ada pembengkakkan kelenjar tiroid, tidak ada

pembengkakkan vena jugularis.

3) Dada/Thorak

- Dada

Perkembangan dada simetris antara dada kanan dan dada kiri.

- Paru-Paru

Saat diperkusi bunyi sonor, saat di auskultasi suara paru-paru

vesikuler.

- Jantung

Suara jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan.

4) Abdomen

Perut klien lembek/tidak keras, bising usus kurang lebih 10x/menit.

5) Muskoloskeleal

- Ekstermitas Atas

Pada tangan kiri klien normal tidak ada masalah.

Pada tangan kanan klien terdapat masalah yaitu adanya benjolan

pada bahu, sulit digerakkan, Ny. R mengatakan benjolannya

tersebut karena trauma akibat jatuh.

100

- Ekstermitas Bawah

Pada kaki kiri klien tidak ada masalah

Pada kaki kanan klien terdapat bengkak

Antara kaki kiri dan kanan klien terdapat perbedaan ukuran.

Saat berjalan gaya berjalan Ny. R tidak normal

6) Lain-Lain

- GCS : 15 (Eye : 4, Motoric: 6, Verbal: 5)

- Kekuatan otot :

4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4

7) Keadaan Lingkungan

- Keadaan disekitar klien bersih terutama tempat tidur klien.

- Jarak tempat tidur klien dengan temannya kurang lebih 50 cm.

5. Informasi Penunjang

a. Diagnosa Medis

Osteoarthritis

b. Laboratoriun

Hasil pemeriksaan asam urat pada klien tanggal 4 mei 2017 : 8,6 mg/dl

(Normal : Perempuan : 2,6 – 6 mg/dl, Laki-laki : 3,5 – 7,2 mg/dl)

c. Terapi Medis

Allopurinol 1 x 1 tablet 100 mg

101

Resume Pengkajian

Klien bernama Ny. R. Ny.R lahir di bumiayu, kemudian pindah ke

purwokerto. Setelah klien tumbuh dewasa klien pindah merantau ke

jakarta untuk berdagang dan mencari uang untuk makan. Klien saat ini

hidup seorang diri setelah ditinggal suaminya dan anak-ananknya yang

sudah memiliki jalannya masing-masing. Klien terjaring penertiban dari

dinas sosial dan kemudian dititipkan dipanti sosial tresna werdha budhi

mulia 2 cengkareng. Saat dikaji pada hari kamis tanggal 4 mei 2017 Ny.

R kooperatif dengan perawat. Ny. R memiliki diagnosa medis

osteoarthritis. Ny. R mendapat terapi allopurinol 1 x 1 tablet 100 mg, saat

pengkajian Ny. R mengatakan kaki kanannya terasa sakit terutama di

dengkulnya yang sebelah kanan. Ny. R mengatakan kakinya kalau pagi

hari saat baru bangun tidur terasa ngilu dan sulit bergerak lamanya

kurang lebih 15 menit. Ketika ditanya skala nyerinya Ny. R mengatakan

skala nyerinya 4. Ny.R mengatakan untuk jalan terasa sakit dan ngilu

sehingga untuk jalan lama klien tidak kuat dan terkadang timbul bunyi

seperti retak atau bunyi “krek”. saat dikaji Keadaan umum klien Baik,

dengan Kesadaran composmentis dan tanda tanda vital klien : Suhu :

36,4℃, Nadi : 89 X/Menit, Tekanan darah : 130/88 mmHg dan

Pernafasan : 19 X/Menit. Hasil pemeriksaan asam urat pada klien tanggal

4 mei 2017 : 8,6 mg/dl

102

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

- Ny R mengatakan kaki kanannya

terasa sakit terutama dengkulnya.

- Ny. R mengatakan kakinya kalau

pagi hari saat baru bangun tidur terasa

ngilu dan sulit bergerak lamanya

kurang lebih 15 menit.

- Ketika ditanya skala nyerinya Ny. R

mengatakan skala nyerinya 4.

- Ny.R mengatakan untuk jalan terasa

sakit dan ngilu sehingga untuk jalan

lama klien tidak kuat dan terkadang

timbul bunyi seperti retak atau bunyi

“krek”

- Ny. R mengatakan pernah jatuh dan

menyebabkan benjol pada bahu

kanan

- Ny. R mampu beraktifitas sendiri

tetapi aktifitasnya dilakukannya

dengan pelan-pelan.

- Ny. R mengatakan nyeri atau sakit

pada lututnya ketika berjalan.

- Klien terihat menahan sakit

- Pada lutut klien terdapat bengkak dan

juga kemerahan.

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- Tanda – Tanda Vital

Suhu : 36,4℃

Nadi : 89 X/Menit

Tekanan darah : 130/88 mmHg

Pernafasan : 19 X/Menit

Tinggi badan : 152 Cm

Berat badan : 55 Kg

- BBI : 46,8 kg – 57,2 kg

- IMT : 24 (Normal : 18,5 –

24,9)

- Skala nyeri : 4

- Intensitas : muncul pagi hari dan

ketika berjalan

- Durasi : kurang lebih 15 menit.

- GCS : 15 (Eye: 4, Motorik:

6, Verbal: 5)

- Kekuatan otot :

4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4

- Terdapat benjolan pada bahu kanan

dan sulit digerakkan akibat jatuh.

- Saat berjalan gaya berjalan Ny. R tidak

normal

103

- Hasil pemeriksaan asam urat pada

klien tanggal 4 mei 2017 : 8,6 mg/dl

- Ny. R mendapat terapi allopurinol 1 x

1 tablet 100 mg

ANALISA MASALAH

No Data Fokus Masalah Etiologi

1 Data Subjektif :

- Ny R mengatakan kaki

kanannya terasa sakit

terutama dengkulnya.

- Ny. R mengatakan

kakinya kalau pagi hari

saat baru bangun tidur

terasa ngilu dan sulit

bergerak lamanya

kurang lebih 15 menit.

- Ketika ditanya skala

nyerinya Ny. R

mengatakan skala

nyerinya 4.

- Ny. R mengatakan

nyeri atau sakit pada

lututnya ketika

berjalan.

Data Objektif:

- Klien terihat menahan

sakit

Gangguan rasa aman

dan nyaman : nyeri

Proses inflamasi

104

- Pada lutut klien

terdapat bengkak dan

juga kemerahan.

- Keadaan Umum :

Baik

- Kesadaran :

Composmentis

- Tanda – Tanda Vital

Suhu : 36,4℃

Nadi : 89

X/Menit

Tekanan Darah :

130/88 mmHg

Pernafasan : 19

X/Menit

- Skala nyeri : 4

- Intensitas : muncul

pagi hari dan ketika

berjalan

- Durasi : kurang

lebih 15 menit.

- Hasil pemeriksaan

asam urat pada klien

tanggal 4 mei 2017 :

8,6 mg/dl

- Ny. R mendapat terapi

allopurinol 1 x 1 tablet

100 mg

2 Data Subejktif

- Ny R mengatakan kaki

kanannya terasa sakit

terutama dengkulnya.

Kerusakkan mobilitas

fisik

Nyeri dan

ketidaknyamanan

105

- Ny. R mengatakan

kakinya kalau pagi hari

saat baru bangun tidur

terasa ngilu dan sulit

bergerak lamanya

kurang lebih 15 menit.

- Ketika ditanya skala

nyerinya Ny. R

mengatakan skala

nyerinya 4.

- Ny.R mengatakan

untuk jalan terasa sakit

dan ngilu sehingga

untuk jalan lama klien

tidak kuat dan

terkadang timbul bunyi

seperti retak atau bunyi

“krek”

- Ny. R mengatakan

nyeri atau sakit pada

lututnya ketika

berjalan.

Data Objektif

- Klien terihat menahan

sakit

- Pada lutut klien

terdapat bengkak dan

juga kemerahan.

- Keadaan Umum :

Baik

106

- Kesadaran :

Composmentis

- Tanda – Tanda Vital

Suhu : 36,4℃

Nadi : 89 X/Menit

Tekanan Darah :

130/88 mmHg

Pernafasan : 19

X/Menit

- Skala nyeri : 4

- Intensitas : muncul

pagi hari dan ketika

berjalan

- Durasi : kurang

lebih 15 menit.

- Kekuatan otot :

4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4

- Terdapat benjolan pada

bahu kanan dan sulit

digerakkan akibat

jatuh.

- Saat berjalan gaya

berjalan Ny. R tidak

normal

3 Data Subjektif:

- Ny R mengatakan kaki

kanannya terasa sakit

terutama dengkulnya.

- Ny. R mengatakan

kakinya kalau pagi hari

saat baru bangun tidur

Resiko jatuh Adanya peradangan

pada persendian

(Arthritis)

107

terasa ngilu dan sulit

bergerak lamanya

kurang lebih 15 menit.

- Ketika ditanya skala

nyerinya Ny. R

mengatakan skala

nyerinya 4.

- Ny.R mengatakan

untuk jalan terasa sakit

dan ngilu sehingga

untuk jalan lama klien

tidak kuat dan

terkadang timbul bunyi

seperti retak atau bunyi

“krek”

- Ny. R mengatakan

pernah jatuh dan

menyebabkan benjol

pada bahu kanan

- Ny. R mampu

beraktifitas sendiri

tetapi aktifitasnya

dilakukannya dengan

pelan-pelan.

- Ny. R mengatakan

nyeri atau sakit pada

lututnya ketika

berjalan.

Data Objektif:

- Klien terihat menahan

sakit

108

- Pada lutut klien

terdapat bengkak dan

juga kemerahan.

- Keadaan Umum :

Baik

- Kesadaran :

Composmentis

- Tanda – Tanda Vital

Suhu : 36,4℃

Nadi : 89 X/Menit

Tekanan Darah :

130/88 mmHg

Pernafasan : 19

X/Menit

- Skala nyeri : 4

- Intensitas : muncul

pagi hari dan ketika

berjalan

- Durasi : kurang lebih

15 menit.

- Kekuatan otot :

4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4

- Terdapat benjolan pada

bahu kanan dan sulit

digerakkan akibat

jatuh.

- Saat berjalan gaya

berjalan Ny. R tidak

normal

109

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

1 Gangguan rasa aman dan

nyaman : nyeri

berhubungan dengan

Proses inflamasi ditandai

dengan

Data Subjektif :

- Ny R mengatakan kaki

kanannya terasa sakit

terutama dengkulnya.

- Ny. R mengatakan

kakinya kalau pagi

hari saat baru bangun

tidur terasa ngilu dan

sulit bergerak lamanya

kurang lebih 15 menit.

- Ketika ditanya skala

nyerinya Ny. R

mengatakan skala

nyerinya 4.

- Ny. R mengatakan

nyeri atau sakit pada

lututnya ketika

berjalan.

Data Objektif:

- Klien terihat menahan

sakit

4 Mei 2017 6 Mei 2017

110

- Pada lutut klien

terdapat bengkak dan

juga kemerahan.

- Keadaan umum :

Baik

- Kesadaran :

Composmentis

- Tanda – Tanda Vital

Suhu : 36,4℃

Nadi : 89 X/Menit

Tekanan Darah :

130/88 mmHg

Pernafasan : 19

X/Menit

- Skala nyeri : 4

- Intensitas : muncul

pagi hari dan ketika

berjalan

- Durasi : kurang

lebih 15 menit.

- Hasil pemeriksaan

asam urat pada klien

tanggal 4 mei 2017 :

8,6 mg/dl

- Ny. R mendapat terapi

allopurinol 1 x 1 tablet

100 mg

2 Kerusakkan mobilitas

fisik berhubungan dengan

nyeri dan

ketidaknyamanan

ditandai dengan

4 Mei 2017 6 Mei 2017

111

Data Subejktif

- Ny R mengatakan kaki

kanannya terasa sakit

terutama dengkulnya.

- Ny. R mengatakan

kakinya kalau pagi

hari saat baru bangun

tidur terasa ngilu dan

sulit bergerak lamanya

kurang lebih 15 menit.

- Ketika ditanya skala

nyerinya Ny. R

mengatakan skala

nyerinya 4.

- Ny.R mengatakan

untuk jalan terasa sakit

dan ngilu sehingga

untuk jalan lama klien

tidak kuat dan

terkadang timbul

bunyi seperti retak

atau bunyi “krek”

- Ny. R mengatakan

nyeri atau sakit pada

lututnya ketika

berjalan.

Data Objektif

- Klien terihat menahan

sakit

112

- Pada lutut klien

terdapat bengkak dan

juga kemerahan.

- Keadaan Umum :

Baik

- Kesadaran :

Composmentis

- Tanda – Tanda Vital

Suhu : 36,4℃

Nadi : 89 X/Menit

Tekanan Darah :

130/88 mmHg

Pernafasan : 19

X/Menit

- Skala nyeri : 4

- Intensitas : muncul

pagi hari dan ketika

berjalan

- Durasi : kurang

lebih 15 menit.

- Kekuatan otot :

4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4

- Terdapat benjolan

pada bahu kanan dan

sulit digerakkan akibat

jatuh.

- Saat berjalan gaya

berjalan Ny. R tidak

normal

113

3 Resiko jatuh berhubungan

dengan Adanya

peradangan pada

persendian (Arthritis)

4 Mei 2017 6 Mei 2017

114

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1 Gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri

berhubungan dengan Proses inflamasi

ditandai dengan

Data Subjektif :

- Ny R mengatakan kaki kanannya terasa

sakit terutama dengkulnya.

- Ny. R mengatakan kakinya kalau pagi

hari saat baru bangun tidur terasa ngilu

dan sulit bergerak lamanya kurang lebih

15 menit.

- Ketika ditanya skala nyerinya Ny. R

mengatakan skala nyerinya 4.

- Ny. R mengatakan nyeri atau sakit pada

lututnya ketika berjalan.

Data Objektif:

- Klien terihat menahan sakit

Setelah dilakukan tindakkan keperawatan

kepada Ny. R selama 3x24 jam

diharapkan gangguan rasa aman nyaman

dapat teratasi dengan kriteria hasil:

- Nyeri berkurang

- Skala nyeri 1-3

- Tanda- tanda infeksi tidak ada

1. Kaji kerakteristik nyeri

2. Berikan klien compress pada lokasi

nyeri

3. Anjurkan klien untuk mandi dengan air

hangat

4. Ajarkan klien terapi fisik Range Of

Motion (ROM).

5. Ajarkan klien teknik relaksasi nafas

dalam

6. Anjurkan klien untuk mengompres

lokasi nyeri bila nyeri timbul

7. Kolaaborasi dengan dokter dalam

pemberian analgetik bila dirasa nyeri

tambah parah.

115

- Pada lutut klien terdapat bengkak dan

juga kemerahan.

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- Tanda – Tanda Vital

Suhu : 36,4℃

Nadi : 89 X/Menit

Tekanan Darah : 130/88 mmHg

Pernafasan : 19 X/Menit

- Skala nyeri : 4

- Intensitas : muncul pagi hari dan

ketika berjalan

- Durasi : kurang lebih 15 menit.

- Hasil pemeriksaan asam urat pada klien

tanggal 4 mei 2017 : 8,6 mg/dl

Ny. R mendapat terapi allopurinol 1 x 1 100

mg

116

2 Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri dan ketidaknyamanan ditandai

dengan

Data Subejktif

- Ny R mengatakan kaki kanannya terasa

sakit terutama dengkulnya.

- Ny. R mengatakan kakinya kalau pagi

hari saat baru bangun tidur terasa ngilu

dan sulit bergerak lamanya kurang lebih

15 menit.

- Ketika ditanya skala nyerinya Ny. R

mengatakan skala nyerinya 4.

- Ny.R mengatakan untuk jalan terasa sakit

dan ngilu sehingga untuk jalan lama klien

tidak kuat dan terkadang timbul bunyi

seperti retak atau bunyi “krek”

- Ny. R mengatakan nyeri atau sakit pada

lututnya ketika berjalan.

Setelah dilakukan tindakkan keperawatan

kepada Ny. R selama 3x24 jam

diharapkan kerusakkan mobilitas fisik

dapat teratasi dengan kriteria hasil: klien

mampu beraktivitas tanpa adanya

hambatan.

1. Kaji kemampuan aktivitas klien

2. Anjurkan klien untuk tetap beraktivitas

tetapi tidak berat.

3. Anjurkan klien untuk menghindari

latihan fisik yang berat dan

mengangkat beban yang berat

4. Bantu aktivitas klien

5. Informasikan pada klien tentang

penyakitnya dan latihan Range Of

Motion (ROM)

117

Data Objektif

- Klien terihat menahan sakit

- Pada lutut klien terdapat bengkak dan

juga kemerahan.

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- Tanda – Tanda Vital

Suhu : 36,4℃

Nadi : 89 X/Menit

Tekanan Darah : 130/88 mmHg

Pernafasan : 19 X/Menit

- Skala nyeri : 4

- Intensitas : muncul pagi hari dan

ketika berjalan

- Durasi : kurang lebih 15 menit.

- Kekuatan otot :

4 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 4 4

118

- Terdapat benjolan pada bahu kanan dan

sulit digerakkan akibat jatuh.

- Saat berjalan gaya berjalan Ny. R tidak

normal

3 Resiko jatuh berhubungan dengan Adanya

peradangan pada persendian (Arthritis)

Setelah dilakukan tindakkan keperawatan

kepada Ny. R selama 3x24 jam

diharapkan risiko jatuh tidak terjadi

dengan kriteria hasil: klien terbebas dari

bahaya jatuh.

1. Kaji riwayat jatuh klien

2. Pantau gaya berjalan dan

keseimbangan klien

3. Identifikasi perilaku dan factor yang

berpengaruh terhadap resiko jatuh

4. Kaji karakteristik lingkungan yang

mungkin meningkatkan potensial jatuh

5. Berikan informasi tentang bahaya

lingkungan dan ciri-cirinya.

119

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/

Tanggal

No dx Jam Tindakkan Keperawatan dan

respon klien

Paraf

Kamis, 4

Mei 2017

1 10.00

10.15

Mengkaji kerakteristik nyeri

DS:

- Ny R mengatakan kaki

kanannya terasa sakit terutama

dengkulnya.

- Ny. R mengatakan kakinya

kalau pagi hari saat baru

bangun tidur terasa ngilu dan

sulit bergerak lamanya kurang

lebih 15 menit.

- Ketika ditanya skala nyerinya

Ny. R mengatakan skala

nyerinya 4.

DO :

- Klien terihat menahan sakit

- Pada lutut klien terdapat

bengkak dan juga kemerahan.

Memberikan klien kompres

pada lokasi nyeri

DS:

Ny. R mengatakan sedikit nyaman

dan enakkan.

DO:

Klien terlihat sedikit nyaman

EKA WIDYA

120

10.30

10.45

11.00

11.30

Menganjurkan klien untuk

mandi dengan air hangat

DS:

Klien mengatakan “baik sus nanti

akan saya praktekkan”

DO:

Klien tampak mengerti dengan

anjuran perawat.

Mengajarkan klien teknik

relaksasi nafas dalam

DS:

Klien mengatakan lebih enakkan

dan bisa mengontrol sakitnya.

DO:

Klien mampu mempraktekkan

teknik nafas dalam.

Menganjurkan klien untuk

mengompres lokasi nyeri bila

nyeri timbul

DS:

Klien megatakan “iya sus nanti

akan dipraktekkan kalua tiba-tiba

sakit”

DO:

Klien terlihat mengerti dengan

anjuran perawat.

Berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgetik bila

dirasa nyeri tambah parah.

121

DS: -

DO: klien mendapat terapi

allopurinol 1x1 tablet 100 mg

2 13.15

13.20

14.00

Mengkaji kemampuan aktivitas

klien

DS:

Ny. R mengatakan mampu

beraktifitas sendiri tetapi

aktifitasnya dilakukannya dengan

pelan-pelan.

DO:

Klien melakukan aktifitas dengan

pelan-pelan.

Menganjurkan klien untuk

menghindari latihan fisik yang

berat dan mengangkat beban

yang berat

DS:

Klien mengatakan “tenang saja

sus, saya tidak akan melakukan

aktifitas yang berat kok sus”.

DO:

Klien mendengarkan anjuran

perawat.

Menganjurkan klien untuk tetap

beraktivitas tetapi tidak berat

DS:

Klien mengatakan “iya sus, saya

hanya jalan-jalan saja disini dan

menonton tv”

EKA WIDYA

122

14.15

14.20

DO ;

Klien mendengarkan saran

perawat.

Membantu aktivitas klien

DS:

Klien mengatakan “terima kasih

suster sudah membantu saya”

DO:

Klien senang dapat dibantu

perawat.

Menginformasikan pada klien

tentang penyakitnya

DS:

Klien mengatakan “oh jadi saya

mengalami pengapuran sendi ya

sus”

DO:

Klien menyebutkan pengertian,

tanda gejala serta penyebab dari

penyakitnya.

3 14.25

14.30

Mengkaji riwayat jatuh klien

DS:

Klien mengatakan pernah jatuh

beberapa tahun yang lalu.

DO :

Klien menceritakan riwayat

jatuhnya.

Memantau gaya berjalan dan

keseimbangan klien

EKA WIDYA

123

14.35

14.40

14.45

DS: -

DO :

Gaya berjalan klien tidak normal.

Mengidentifikasi perilaku dan

faktor yang berpengaruh

terhadap resiko jatuh

DS: -

DO :

Faktor yang mempengaruhi

terhadap resiko jatuh adalah lantai

kamar mandi yang basah dan licin.

Mengkaji karakteristik

lingkungan yang mungkin

meningkatkan potensial jatuh

DS: -

DO :

karakteristik lingkungan yang

mungkin meningkatkan potensial

jatuh adalah penerangan yang

kurang dan lantai yang licin

Memberikan informasi tentang

bahaya lingkungan dan ciri-

cirinya.

DS:

Klien mengatakan akan lebih

berhati-hati jika beraaktivitas

supaya tidak jatuh.

124

DO :

Klien mampu menerapkan apa

yang sudah disampaikan perawat.

Jumat, 5

Mei 2017

1 10.00

10.15

10.30

Mengkaji kerakteristik nyeri

DS:

Klien mengatakan kakinya masih

terasa sakit seperti kemarin.

DO :

- Klien tampak menahan sakit

- Pada lutut klien masih

bengkak dan kemerahan

Memberikan klien kompress

pada lokasi nyeri

DS:

Klien mengatakan “kalau di

kompres ennakkan sus tapi nanti

kambuh lagi”

DO:

Klien lebih nyaman dari

sebelumnya

Menganjurkan klien untuk

mandi dengan air hangat

DS:

Klien mengatakan “iya sus tadi

pagi saya sudah mandi dengan air

hangat”

DO:

Klien mempraktekkan apa yang

sudah dianjurkan oleh perawat

EKA WIDYA

125

11.00

11.10

10.20

Mengajarkan klien teknik

relaksasi nafas dalam

DS:

Klien mengatakan “iya sus saya

sudah mempraktekkannya jika

nyerinya terasa”

DO:

Klien mempraktekkan apa yang

sudah diajarkan

Menganjurkan klien untuk

mengompres lokasi nyeri bila

nyeri timbul

DS:

Klien mengatakan “saya sudah

mempraktekkannya kok sus”

DO:

Klien mempraktekkan apa yang

sudah diajarkan perawat.

Berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgetik bila

dirasa nyeri tambah parah.

DS: -

DO:

klien mendapat terapi allopurinol

1x1 100 mg

2 13.20

Mengkaji kemampuan aktivitas

klien

DS:

Klien mengatakan aktivitasnya

seperti biasa

EKA WIDYA

126

13.35

DO:

Klien melakukan aktivits seperti

biasa

Membantu aktivitas klien

DS:

Klien mengatakan “tidak usah

dibantu suster makasih

sebelumnya”

DO:

Klien mampu melakukan aktivitas

sendiri.

3 13.45 Memantau gaya berjalan dan

keseimbangan klien

DS: -

DO :

Gaya berjalan klien masih tidak

normal

EKA WIDYA

Sabtu, 6

Mei 2017

1

10.00

10.25

Mengkaji kerakteristik nyeri

DS:

Klien mengatakan kakinya masih

nyeri tetapi sudh sedikit

berkurang.

DO :

Klien terlihat sudah lebih nyaman

Memberikan klien kompres

pada lokasi nyeri

DS:

Klien mengatakan “terimakasih ya

sus, sudah mau mengompresskan”

EKA WIDYA

127

10.40

11.20

13.00

DO:

Klien terlihat rileks

Menganjurkan klien untuk

mandi dengan air hangat

DS:

Klien mengatakan “iya sudah sus

tadi pagi saya mandi dengan air

hangat”

DO:

Klien mempraktekkan apa yang

sudah dianjurkan perawat

Menganjurkan klien untuk

mengompres lokasi nyeri bila

nyeri timbul.

DS:

Klien mengatakan sudah

mempraktekkannya

DO:

Klien mempraktekkan apa yang

sudah dianjurkan

Berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgetik bila

dirasa nyeri tambah parah.

DS: -

DO:

klien mendapat terapi allopurinol

1x1 tablet 100 mg

128

2

13.15

14.15

Mengajarkan klien terapi fisik

Range Of Motion (ROM).

DS:

Klien mengatakan enakkan

kakinya dapat digerakkan dan

tidak kaku

DO:

Klien mempraktekkan ROM mulai

dari kepala sampai dengan jari jari

kaki dengan benar tanpa bantuan

perawat

Menginformasikan pada klien

tentang latihan Range Of

Motion (ROM)

DS:

Klien mengatakan akan

mempraktekkan gerakkan ROM

ini karena gerakkan ini membuat

kaki klien terasa lebih enakkan dan

bisa bergerak lagi.

DO:

Klien mendengarkan anjuran

penulis.

EKA WIDYA

129

E. CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/

Tanggal

No dx Evaluasi (SOAP) Paraf

Sabtu, 6

Mei 2017

1 Subjektif:

Ny. R mengatakan rasa nyerinya sudah

berkurang dan skala nyerinya 1

Objektif

Tidak ada bengkak, kemerahan pada

dengkul klien

Skala nyeri 1

Analisa

Masalah teratasi

Planning

Pertahankan intervensi

EKA WIDYA

Sabtu, 6

Mei 2017

2 Subjektif:

Ny. R mengatakan sekarang aktivitasnya

lebih mudah dan tidak nyeri lagi.

Objektif

Klien mampu beraktivitas tanpa hambatan

Analisa

Masalah teratasi

Planning

Pertahankan intervensi

EKA WIDYA

130

Sabtu, 6

Mei 2017

3 Subjektif:

Ny. R mengatakan apabila lantai dipanti

licin maka klien akan berhati hati dan akan

berjalan dengan pelan-pelan.

Objektif

Klien mempraktekkan cara berjalan dengan

benar apabila lantai disekitar klien licin

Analisa

Masalah teratasi

Planning

Pertahankan intervensi

EKA WIDYA

131

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis mencoba membahas kesenjangan antara tinjauan

teoritis dengan tinjauan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Ny.

R dengan Osteoarthritis yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2

di cengkareng, dengan mengikuti tahap-tahap proses keperawatan mulai dari

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pada tahap pengkajian penulis mengarah pada format pengkajian yang telah

disediakan dari institusi, dan mengacu pada proses pengkajian yang terdapat

pada tinjauan teoritis. Untuk pengumpulan data pengkajian, penulis melakukan

wawancara dengan klien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi langsung,

melihat catatan keperawatan serta hasil-hasil penunjang lainnya. Namun, untuk

mendapatkan data yang lengkap tentang respon terhadap tindakan yang

dilakukan, penulis mendapat kesulitan dalam pengkajian kerena banyak data

yang tidak lengkap, misalnya pada pengkajian tidak ada data pemeriksaan

diagnostik seperti hasil labotarium asam urat, CT-Scan, serta

pendokumentasian. Selain itu, minimnya sumber buku tentang asuhan

keperawatan pada lanjut usia dengan osteoarthritis juga menyulitkan penulis

untuk melakukan pengkajian.

Dalam pengkajian setelah data diperoleh dan kemudian dianalisa serta

dibandingkan dengan tinjauan teoritis dan laporan kasus, terdapat beberapa

kesamaan dan kesenjangan. Pada penyebab terdapat beberapa kesamaan antara

kasus dengan tinjauan teori dimana penyebab osteoarthritis adalah umur, jenis

kelamin, genetik, suku, kegemukkan, pengausan (wear and tear), trauma,

akibat radang sendi lain, joint alligment, penyakit endokrin, dan deposit pada

rawan sendi sedangakan osteoarthritis yang terjadi pada Ny. R disebabkan

karna faktor usia, jenis kelamin, dan juga trauma. Ny. R berusia 74 tahun. Ny.

R berjenis kelamin Perempuan. Ny. R beberapa tahun lalu pernah jatuh.

132

Berdasarkan teori semua tanda gejala ada pada kasus osteoarthritis Ny. R

seperti rasa nyeri pada sendi, kekauan dan keterbatasan gerak, peradangan,

mekanik, pembengkakkan sendi, deformitas dan gangguan fungsi dialami oleh

Ny. R. Tanda gejala yang dialami oleh Ny. R adalah Ny. R merasakan nyeri

pada lutut kanan, dan sulit bergerak terutama pada pagi hari dengan durasi

kurang lebih 15 menit. Terdapat bengkak pada lutut bagian kanan klien, gaya

berjalan Ny. R tidak normal.

Pada sistem muskuloskeletal terdapat kesamaan antara tinjauan kasus dengan

tinjauan teoris. Dalam tinjauan teoritis yaitu adanya gangguan gaya berjalan,

kekakuan jaringan penghubung, persendian membesar dan menjadi kaku, dan

pada tinjauan kasus Ny. R mengatakan lutut kanan terasa kaku dan nyeri saat

berjalan, tampak pula perubahan cara berjalan pada klien.

Dalam aspek spiritual, berdasarkan pada tinjauan teoritis bahwa lanjut usia

akan semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Dan berdasarkan

tinjauan kasus, Ny. R baik dalam melakukan ibadah klien setiap hari selalu

mengerjakan shalat 5 waktu dengan rutin dimushola yang ada di panti tetapi

apabila nyeri pada lutut kanannya timbul Ny. R melakukan shalat di dalam

ruangan saja tetapi ketika nyerinya sudah tidak ada maka klien akan beribadah

seperti biasa di Mushola yang ada di panti. Klien beribadah sama seperti orang-

orang pada umumnya tidak ada kebiasaan khusus, klien juga mengikuti acara

pengajian setiap pagi di panti.

Dalam tinjauan teoritis klien dengan Osteoartrithis mendapat penatalaksanaan

farmakologi berupa topical pain. Dan berdasarkan hasil tinjauan kasus yaitu

klien menggunakan topical pain seperti balsem yang dioleskan pada lutut

kanan klien untuk mengurangi rasa nyeri pada lutut kanannya.

133

Selain terdapat persamaan terdapat pula beberapa kesenjangan pada hasil yang

diperoleh dari tinjauan kasus dengan tinjauan teori. Dalam aspek fisik yang

penulis dapatkan dari penyakit pada Ny. R yaitu pada sistem kardiovaskuler

menurut teori lanjut usia cenderung akan mengalami tekanan darah tinggi

akibat retensi pembuluh darah perifer meningkat, tetapi pada Ny. R tekanan

darah masih dalam batas normal karena elastisitas pembuluh darah masih baik.

Dalam aspek sosial, menurut teori lanjut usia cenderung memusatkan diri pada

persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematian namun

berdasarkan hasil yang diperoleh dari penulis pada kasus Ny. R bisa

bersosialisasi dengan baik dan berinteraksi dengan lanjut usia lainnya yang

berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2 cengkareng karena setelah

dikaji Ny. R menganggap semua orang memang sudah pasti akan menghadapi

kematian oleh karena itu Ny.R tidak terlalu memikirkan akan hal tersebut.

Dalam aspek psikologis, menurut teori lanjut usia akan mengalami gejala

psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah

tersinggung, dan curiga karena pada seorang lanjut usia cenderung merasa

sudah tidak dibutuhkan lagi. Namun pada hasil yang diperoleh dari tinjauan

kasus Ny. R saat diwawancara menunjukan ekspresi wajah senang, klien juga

terbuka dengan masalah-masalah yang dihadapi, klien banyak bertanya tentang

hal yang tidak dimengerti oleh klien. Setelah dikaji hal itu terjadi karena

menurut Ny. R tidak perlu takut atau merasa tidak dibutuhkan lagi karena

menurutnya memang sudah seharusnya seseorang seusia Ny.R beristirahat dan

tidak perlu beraktivitas lebih.

Berdasarkan pada teori kebutuhan dasar maslow, kebutuhan yang harus

terpenuhi adalah kebutuhan fisiologi, aman nyaman, dicintai dan mencintai,

harga diri dan juga aktualisasi diri. Namun pada tinjauan kasus ditemukan tiga

gangguan kebutuhan dasar manusia pada penderita Osteoartritis, yaitu

gangguan rasa aman nyaman: nyeri, gangguan mobilitas fisik dan resiko jatuh.

134

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis

terdapat 8 diagnosa keperawatan dengan “Osteoarthritis”, yaitu sebagai

berikut:

1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik,

psikologis) ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri pada

persendian, ekspresi wajah meringis.

2. Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan, kerusakkan neuromuskuler, kehilangan integritas

struktur tulang, kekakuan sendi atau kontraktur.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah lupa,

tidak mengetahui informasi terkait penyakitnya ditandai dengan klien

mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti instruksi yang tidak

akurat.

4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status peran,

perubahan status kesehatan, stres, ancaman terhadap konsep diri, ancaman

terhadap kematian ditandai dengan produktivitas berkurang, kontak mata

buruk, klien tampak gelisah, klien mudah tersinggung, klien tampak

khawatir, klien tampak cemas, respirasi meningkat, nadi meningkat, suara

gemetar, reflek meningkat, wajah tegang, anoreksia, kelelahan,

peningkatan tekanan darah, klien sulit berkonsentrasi.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma

atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai

perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan negatif

tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada kekuatan),

mengatakan perubahan dalam kehidupan.

6. Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada persendian

(arthritis), penurunan kekuatan ekstermitas bawah, kerusakkan mobilitas

fisik.

135

7. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan

muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu membersihkan

sebagian atau seluruh badan, klien tidak mampu masuk dan keluar dari

kamar mandi.

8. Defisit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan kerusakkan

muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau

menggunakan pispot, klien tidak mampu memenuhi kebersihan toileting.

Pada kasus Ny. R ada 3 diagosa keperawatan yang muncul, yaitu :

1. Gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan proses

inflamasi

2. Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan

3. Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada persendian

(arthritis)

Dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 diagnosa yang tidak muncul pada Ny. R

menurut tinjauan teoritis, yaitu :

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah lupa,

tidak mengetahui informasi terkait penyakitnya ditandai dengan klien

mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti instruksi yang tidak

akurat.

2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status peran,

perubahan status kesehatan, stres, ancaman terhadap konsep diri, ancaman

terhadap kematian ditandai dengan produktivitas berkurang, kontak mata

buruk, klien tampak gelisah, klien mudah tersinggung, klien tampak

khawatir, klien tampak cemas, respirasi meningkat, nadi meningkat, suara

gemetar, refleks meningkat, wajah tegang, anoreksia, kelelahan,

peningkatan tekanan darah, klien sulit berkonsentrasi.

136

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma

atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai

perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan negatif

tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada kekuatan),

mengatakan perubahan dalam kehidupan.

4. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan gangguan

muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu membersihkan

sebagian atau seluruh badan, klien tidak mampu masuk dan keluar dari

kamar mandi.

5. Defisit perawatan diri (toileting) berhubungan dengan kerusakkan

muskoloskeletal ditandai dengan klien tidak mampu ke toilet atau

menggunakan pispot, klien tidak mampu memenuhi kebersihan toileting.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada

tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun prioritas, menentukan tujuan,

kriteria hasil serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada semua

diagnosa yang muncul. Adapun yang menjadi prioritas pada masalah Ny. R

adalah gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri. Hal ini menjadi prioritas

karena data-data yang menunjang. Prioritas yang ada pada teori sudah sesuai

dengan kasus Ny. R. Pada masalah ini perawat merencanakan untuk melatih

Range Of Motion klien dengan tujuan agar sendi klien tidak kaku dan dapat

bergerak serta nyeri berkurang.

137

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai

dengan intervensi yang telah dibuat oleh penulis. Pada tahap pelaksanaan

penulis melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai pada rencana

tindakan sampai dengan hari ketiga. Pada tahap ini penulis mempunyai sedikit

hambatan dalam melaksanakan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya

oleh penulis yaitu klien kesulitan untuk mengikuti gerakkan yang diajarkan

oleh penulis karena setelah dikaji klien mengatakan bahwa jarang diadakannya

oleh perawat ruangan tentang senam atau gerakkan Range of Motion (ROM)

ini.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengukuran

keberhasilan dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh

penulis dimulai dari tanggal 4-6 Mei 2017. Adapun dalam evaluasi penulis

menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa untuk dapat mengetahui

apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah

baru dan Planning).

Evaluasi yang penulis lakukan selama tiga hari berturut-turut. Adapun hasil

dari evaluasi tersebut adalah masalah dari ketiga diagnosa teratasi. Yaitu

diagnosa yang teratasi adalah diagnosa gangguan rasa aman dan nyaman: nyeri,

Kerusakkan mobilitas fisik, dan resiko jatuh.

138

BAB V

PENUTUP

Pada BAB ini, setelah penulis melakukan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Kepada Lanjut usia Ny. R dengan gangguan pada sistem muskoloskeletal :

Osteoartrhritis selama 3 hari dari tanggal 4-6 Mei 2017 di Panti Sosial Trena

Werdha Budhi Mulia 2 Cengkareng, penulis mengambil kesimpulan baik dari

tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :

A. Kesimpulan

Pada tahap pengkajian dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan serta

kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus. Kesamaan yang terdapat

antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus adalah pada penyebab, tanda

gejala, aspek fisik yaitu pada sistem muskuloskeletal, aspek spiritual dan

pentalaksanaan. Sedangkan kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori

dengan tinjauan kasus adalah Dalam aspek fisik pada sistem

kardiovaskuler, aspek sosial dan aspek psikologis.

Dalam diagnosa keperawatan pada kasus Ny. R diagnosa yang muncul

adalah gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan proses

inflamasi, Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan, dan resiko jatuh berhubungan dengan adanya

peradangan pada persendian (Arthritis)

Rencana keperawatan yang di tetapkan untuk Ny. R, dibuat berdasarkan

tinjauan teori. Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan kepada Ny. R

adalah berdasarkan perencanaan yang telah direncanakan sebelumnya oleh

perawat namun penlis memiliki sedikit hambatan pada tahap pelaksanaan

ini dikarenakan klien sedikit kesulitan dalam mengikuti gerakkan yang

diajarkan oleh penulis.

139

Evaluasi yang didapatkan penulis pada Ny. R pada saat melakukan asuhan

keperawatan adalah semua diagnosa teratasi yaitu diagnosa gangguan rasa

aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan proses inflamasi,

Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan, dan Resiko jatuh berhubungan dengan Adanya

peradangan pada persendian (Arthritis)

B. Saran

Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di panti sosial tresna

werdha budhi mulia 2 cengkareng dan berdasarkan kesimpulan yang telah

dibuat oleh penulis, penulis menganggap perlunya untuk memberikan saran

agar pelayanan asuhan keperawatan dapat dilakukan secara optimal,

khususnya pada pasien dengan masalah kesehatan gangguan sistem

muskoloskeletal: osteoarthritis. Saran tersebut antara lain:

1. Untuk Institusi

Diharapkan dapat menyediakan sumber - sumber buku yang lengkap

dengan edisi terbaru, khususnya tentang Osteoarthritis dan pemenuhan

kebutuhan dasar pada lanjut usia dengan Osteoarthritis.

2. Untuk Institusi Panti dan Perawat Panti

Tim perawat dan klinik di panti diharapkan dapat melengkapi alat-alat

kesehatan seperti alat untuk mengecheck kadar asam urat dalam tubuh

sehingga mempermudah lanjut usia di panti untuk memeriksakan

kesehatannya serta diadaknnya senam Range of Motion (ROM) guna

memaksimalkan perawatan kepada lanjut usia yang mengalami

osteoartrithis khususnya dan mendokumentasikan dari tindakan yang

sudah dilakukan.

140

3. Untuk Penulis Sendiri

Diharapkan penulis agar dapat meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar sesuai

dengan kondisi klien

DAFTAR PUSTAKA

Aspriani, Reny Yuli. (2014) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi

NANDA, NIC dan NOC – Jilid 1. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Buletin Lansia. (2013) http://depkes.go.id. Diakses tanggal 12 Maret 2017 jam

07:25 WIB.

Darmojo, B., & Martono, H. (2006) Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.

Indonesia:WHO statistical profile (2013) http://www.who.int. Diakses tanggal 12

Maret 2017 jam 07.43 WIB.

Laporan Nasional Riskesdas. (2013) http://www.depkes.go.id Diakses tanggal 12

Maret 2017 jam 06:37 WIB.

Mickey, Stanley. (2006) Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.

Nugroho, Wahjudi. (2012) Keperawatan Grontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta:

EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing

Diagnosis Association) NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction.

Statistik Penduduk Lanjut Usia (2014) http://www.bappenas.go.id. Diakses tanggal

12 Maret 2017 jam 07.10 WIB.

Stockslager, Jaime dan Liz Schaeffer. (2008) Asuhan Keperawatan Geriatik

(Handbook of Geriatric Nursing Care). Edisi 2. Jakarta: EGC.

Tamher, S dan Noorkasiani. (2009) Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperatan. Jakarta : Salemba Medika.

116

SATUAN ACARA PENYULUHAN

OSTEOARTHRITIS

A. Pokok bahasan : Osteoarthritis

B. Sub pokok bahasan :

1. Pengertian Osteoarthritis

2. Penyebab osteoarthritis

3. Tanda dan Gejala Osteoarthritis

4. Pencegahan Osteoarthritis

5. Komplikasi Osteoarthritis

C. Sasaran : Ny. R

D. Hari/tanggal : Jum’at 5 Mei 2017

E. Waktu : 09.30 s/d 10.00 WIB

F. Tempat : Ruang Mangga Panti Sosial Tresna Werdha Budhi

Mulia 2 Cengkareng.

G. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny.R diharapkan Ny.R mampu

mengenal penyakit Osteoarthritis.

2. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny. R selama 1 x 30 menit

diharapkan Ny.R dapat:

a. Menjelaskan Pengertian Osteoarthritis

b. Menjelaskan Penyebab osteoarthritis

c. Menjelaskan Tanda dan Gejala Osteoarthritis

d. Menjelaskan Pencegahan Osteoarthritis

e. Menjelaskan Komplikasi Osteoarthritis

H. Materi

Terlampir

I. Media

1. Lembar Balik

2. Leaflet

117

J. Metode Penyuluhan

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya Jawab

4. Demonstrasi

5. Re Demonstrasi

K. Kegiatan Penyuluhan

NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN

PESERTA

1. 5 Menit

(Pembukaan)

Mengucapkan Salam

Memperkenalkan diri

Kontrak Waktu

Menjelaskan tujuan

penyuluhan

Menjawab salam

Memperhatian dan

mendengarkan

2.

15 Menit

(Isi/Penyampaian

materi)

Menjelaskan materi :

1. Pengertian Osteoarthritis

2. Penyebab osteoarthritis

3. Tanda dan Gejala

Osteoarthritis

4. Pencegahan Osteoarthritis

5. Komplikasi Osteoarthritis

Memperhatian dan

mendengarkan

3. 10 Menit

(Penutup)

Meminta Ny. R untuk

menjelaskan kembali

materi:

1. Pengertian

Osteoarthritis

2. Penyebab osteoarthritis

3. Tanda dan Gejala

Osteoarthritis

4. Pencegahan

Osteoarthritis

Memperhatikan dan

mendengarkan

Menjawab

pertanyaan

Menjawab salam

118

5. Komplikasi

Osteoarthritis

Menanyakan kepada Ny. R

apakah ada yang ingin

ditanyakan atau tidak

Memberikan kesimpulan

tentang penyuluhan

Salam penutup

L. Evaluasi

1. Evaluasi struktur :

a. Menyiapkan SAP : SAP “Osteoarthritis” telah dibuat h-1 pada tanggal

04 Mei 2017 sebelum dilaksanakanya penyuluhan pada tanggal 05 Mei

2017.

b. Menyiapkan materi dan media : materi yang akan disampaikan dalam

penyuluhan adalah Pengertian Osteoarthritis, Penyebab osteoarthritis,

Tanda dan Gejala Osteoarthritis, Pencegahan Osteoarthritis, dan

Komplikasi Osteoarthritis. Kemudian media yang digunakan untuk

mendukung jalannya kegiatan penyuluhan adalah lembar balik

Osteoarthritis dan Leflet Osteoarthritis.

c. Kontrak waktu dan sasaran : mahasiswa telah menetapkan sasaran

dari penyuluhan Osteoarthritis yaitu Ny.R dan telah melakukan kontrak

waktu penyuluhan pada hari Jum’at, 05 Mei 2017 pukul 09.30 s/d 10.00

WIB.

d. Menyiapkan tempat : tempat yang digunakan untuk penyuluhan

adalah Ruang Mangga Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2

Cengkareng.

e. Menyiapkan pertanyaan : pertanyaan yang akan ditanyakan kepada

Ny.R adalah :

1) Jelaskan kembali pengertian Osteoartrhritis?

2) Sebutkan kembali Penyebab Osteoartrhritis?

3) Sebutkan kembali tanda gejala Osteoartrhritis ?

4) Menjelaskan kembali pencegahan Osteoartrhritis?

119

5) Sebutkan kembali komplikasi Osteoartrhritis?

1. Evaluasi proses

a. Ny.R memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan

berlangsung

b. Ny.R aktif bertanya

c. Ny.R memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi

d. Ny.R tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung

e. Tanya jawab berjalan dengan baik

2. Evaluasi Hasil

Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab

pertanyaan 80% lebih dengan benar.

120

Lampiran

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Osteoarthritis

Osteoarthritis (pengapuran tulang) adalah kondisi dimana sendi terasa

nyeri akibat bengkak ringan yang timbul karena gesekkan ujung-ujung

tulang pada sendi.

B. Penyebab osteoarthritis

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Keturunan

4. Obesitas

5. Trauma

6. Aktivitas berat.

C. Tanda dan Gejala Osteoarthritis

1. Rasa Nyeri Pada Sendi

2. Kekakuan pada pagi hari

3. Keterbatasan gerak

4. Pembengkakkan sendi

5. Deformitas (perubahan bentuk tulang)

6. Perubahan bentuk jalan

D. Pencegahan Osteoarthritis

1. Menghindari olahraga yang berat.

2. Mengontrol berat badan

3. Konsumsi makanan sehat dan bergizi

4. Perbanyak konsumsi kalsium

5. Menghindari pekerjaan yang berat

E. Komplikasi Osteoarthritis

1. Patah Tulang

2. Sulit untuk beraktivitas

115

116

115

SATUAN ACARA PENYULUHAN

RANGE OF MOTION (ROM)

A. Pokok bahasan : Range Of Motion (ROM)

B. Sub pokok bahasan :

1. Pengertian Range Of Motion (ROM).

2. Tujuan Range Of Motion (ROM).

3. Jenis Range Of Motion (ROM).

4. Tahapan Latihan gerakkan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh.

C. Sasaran : Ny. R.

D. Hari/tanggal : Sabtu, 6 Mei 2017.

E. Waktu : 09.30 s/d 10.00 WIB.

F. Tempat : Ruang Mangga Panti Sosial Tresna Werdha Budhi

Mulia 2 Cengkareng.

G. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny.R diharapkan Ny.R mampu

mengenal Range Of Motion (ROM).

2. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan penyuluhan kepada Ny. R selama 1 x 30 menit

diharapkan Ny.R dapat:

a. Mampu menjelaskan pengertian range of motion (ROM).

b. Mampu menjelaskan tujuan range of motion (ROM).

c. Mampu menjelaskan jenis range of motion (ROM).

d. Mampu menjelaskan tahapan latihan gerakkan ROM berdasarkan

bagian tubuh

H. Materi

Terlampir

116

I. Media

1. Lembar Balik

2. Leaflet

J. Metode Penyuluhan

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya Jawab

4. Demonstrasi

5. Re Demonstrasi

K. Kegiatan Penyuluhan

NO. WAKTU KEGIATAN

PENYULUHAN

KEGIATAN

PESERTA

1. 5 Menit

(Pembukaan)

Mengucapkan Salam.

Memperkenalkan diri.

Kontrak Waktu.

Menjelaskan tujuan

penyuluhan.

Menjawab salam

Memperhatian dan

mendengarkan

2.

15 Menit

(Isi/Penyampaian

materi)

Menjelaskan materi :

6. Pengertian Range Of

Motion (ROM).

7. Tujuan Range Of Motion

(ROM).

8. Jenis Range Of Motion

(ROM).

9. Tahapan Latihan gerakkan

ROM Berdasarkan Bagian

Tubuh.

Memperhatian dan

mendengarkan

3. 10 Menit

(Penutup)

Meminta Ny. R untuk

menjelaskan dan

Memperhatikan dan

mendengarkan

117

mendemonstrasikan

kembali materi:

1. Pengertian Range Of

Motion (ROM).

2. Tujuan Range Of

Motion (ROM).

3. Jenis Range Of Motion

(ROM).

4. Tahapan Latihan

gerakkan ROM

Berdasarkan Bagian

Tubuh.

Menanyakan kepada Ny. R

apakah ada yang ingin

ditanyakan atau tidak.

Memberikan kesimpulan

tentang penyuluhan.

Salam penutup.

Menjawab

pertanyaan

Mendemonstrasikan

kembali

Menjawab salam

L. Evaluasi

1. Evaluasi struktur :

a. Menyiapkan SAP : SAP “Range Of Motion (ROM)” telah dibuat h-1

pada tanggal 05 Mei 2017 sebelum dilaksanakanya penyuluhan pada

tanggal 06 Mei 2017.

b. Menyiapkan materi dan media : materi yang akan disampaikan dalam

penyuluhan adalah Pengertian Range Of Motion (ROM), Tujuan

Range Of Motion (ROM), Jenis Range Of Motion (ROM) dan Tahapan

Latihan gerakkan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh. Kemudian media

yang digunakan untuk mendukung jalannya kegiatan penyuluhan

adalah lembar balik Range Of Motion (ROM) dan Leflet Range Of

Motion (ROM).

118

c. Kontrak waktu dan sasaran : mahasiswa telah menetapkan sasaran

dari penyuluhan Range Of Motion (ROM) yaitu Ny.R dan telah

melakukan kontrak waktu penyuluhan pada hari Sabtu, 6 Mei 2017

pukul 09.30 s/d 10.00 WIB.

d. Menyiapkan tempat : tempat yang digunakan untuk penyuluhan

adalah Ruang Mangga Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulia 2

Cengkareng.

e. Menyiapkan pertanyaan : pertanyaan yang akan ditanyakan kepada

Ny.R adalah :

1) Jelaskan kembali pengertian Pengertian Range Of Motion (ROM)?

2) Menjelaskan Kembali Tujuan Range Of Motion (ROM)?

3) Menjelaskan kembali Jenis Range Of Motion (ROM).

4) Menjelaskan kembali serta demonstrasi ulang Tahapan Latihan

gerakkan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh?

2. Evaluasi proses

a. Ny.R memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan

berlangsung

b. Ny.R aktif bertanya

c. Ny.R memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi

d. Ny.R tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung

e. Tanya jawab berjalan dengan baik

3. Evaluasi Hasil

Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab

pertanyaan 80% lebih dengan benar.

119

Lampiran

Materi Penyuluhan

A. Definisi

Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang

memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien

menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik

secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah

latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki

tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara

normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot

(Potter & Perry, 2005).

B. Tujuan ROM

Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :

1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot

2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan

3. Mencegah kekakuan pada sendi

4. Merangsang sirkulasi darah

5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.

C. Jenis ROM

ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. ROM Aktif

ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)

dengan menggunakan energy sendiri. Perawat memberikan

motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan

sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal

(klien aktif). Keukatan otot 75 %.

120

2. ROM Pasif

ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari

orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan

persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal

(klienpasif). Kekuatan otot 50 %.

D. Tahapan Latihan gerakkan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh

Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada

persendian sebaga berikut:

1. Leher, Spina, Serfikal

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°

Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°

Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh

mungkin,

rentang 40-45°

Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin

sejauh mungkin kearah setiap bahu,

rentang 40-45°

Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam

gerakan sirkuler,

rentang 180°

2. Bahu

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping

tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,

rentang 180°

Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di

samping tubuh,

rentang 180°

Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh,

siku tetap lurus,

rentang 45-60°

121

Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di

atas kepala dengan telapak tangan jauh

dari kepala,

rentang 180°

Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan

menyilang tubuh sejauh mungkin,

rentang 320°

Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu

dengan menggerakan lengan sampai ibu

jari menghadap ke dalam dan ke

belakang,

rentang 90°

Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan

sampai ibu jari ke atas dan samping

kepala,

rentang 90°

Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran

penuh,

rentang 360°

3. Siku

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan

bahu bergerak ke depan sendi bahu dan

tangan sejajar bahu,

rentang 150°

Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan

tangan,

rentang 150°

4. Lengan bawah

Gerakan Penjelasan Rentang

Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan

sehingga telapak tangan menghadap ke

atas,

rentang 70-90°

Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak

tangan menghadap ke bawah,

rentang 70-90°

122

5. Pergelangan tangan

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi

bagian dalam lengan bawah,

rentang 80-90°

Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga

jari-jari, tangan, lengan bawah berada

dalam arah yang sama,

rentang 80-90°

Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke

belakang sejauh mungkin,

rentang 89-90°

Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke

ibu jari,

rentang 30°

Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke

arah lima jari,

rentang 30-50°

6. Jari- jari tangan

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°

Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°

Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke

belakang sejauh mungkin,

rentang 30-60°

Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang satu

dengan yang lain,

rentang 30°

Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°

7. Ibu jari

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang

permukaan telapak tangan,

rentang 90°

Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh dari

tangan,

rentang 90°

Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°

123

Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°

Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari

tangan pada tangan yang sama. -

8. Pinggul

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan

atas,

rentang 90-120°

Ekstensi Menggerakan kembali ke samping

tungkai yang lain,

rentang 90-120°

Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang

tubuh,

rentang 30-50°

Abduksi Menggerakan tungkai ke samping

menjauhi tubuh,

rentang 30-50°

Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke

posisi media dan melebihi jika

mungkin,

rentang 30-50°

Rotasi

dalam

Memutar kaki dan tungkai ke arah

tungkai lain, rentang 90°

Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi

tungkai lain. rentang 90°

Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -

9. Lutut

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang

paha,

rentang 120-130°

Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°

124

10. Mata kaki

Gerakan Penjelasan Rentang

Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari

kaki menekuk ke atas,

rentang 20-30°

Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari

kaki menekuk ke bawah,

rentang 45-50°

11. Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang

Inversi Memutar telapak kaki ke samping

dalam,

rentang 10°

Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°

12. Jari-Jari Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang

Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°

Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°

Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan

yang lain,

rentang 15°

Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°

115

115

116

115

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eka Widya Yuswadita

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 12 April 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Green Emerald Residence Blok B No 30 RT 001

RW 028 Kelurahan Wanajaya Kecamatan

Cibitung Bekasi Jawa Barat Kode Pos 17520.

Riwayat Pendidikan :

1. TK Harapan Tahun 2000-2001

2. TK Vicky Tahun 2001-2002

3. SD Negeri Wanasari 13 Tahun 2002-2008

4. SMP Negeri 2 Cibitung Tahun 2008-2011

5. SMA Negeri 2 Tambun Selatan Tahun 2011-2014

6. Universitas Muhammadiyah Jakarta Tahun 2014-2017