51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (KEMENSOS, 2010). Menua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusiayang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh daridalam maupun dari luar tubuh. Perubahan tersebut biasanya muncul pada setiap bagian dari tubuh meliputi fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual. Perubahan terkait usia menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang umumnya terjadi pada lansia. Hal ini meliputi menurunnya daya fikir, berkurangnya cita rasa, masalah tidur, gemetar, berkurangnya refleks, 1

94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke

tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator

Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan

hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka

pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat

(66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan

mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun

kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai

28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (KEMENSOS, 2010).

Menua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusiayang

ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh

daridalam maupun dari luar tubuh. Perubahan tersebut biasanya muncul pada

setiap bagian dari tubuh meliputi fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual.

Perubahan terkait usia menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang

umumnya terjadi pada lansia. Hal ini meliputi menurunnya daya fikir,

berkurangnya cita rasa, masalah tidur, gemetar, berkurangnya refleks,

berkurangnya penglihatan dan pendengaran, penyerapan yang kurang (Efendi,

2010).

Berdasarkan survei SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55 tahun

15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59 sebesar 11,6

persen. Dalam penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya Ujung

Pandang ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit yang

berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi, jantung

koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja terganggu

(Ilyas : 1997). Demikian juga temuan studi yang dilakukan Lembaga

Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor tahun 1998, sekitar 74

persen lansia dinyatakan mengidap penyakit kronis. Tekanan darah tinggi

adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia, sehingga mereka tidak

dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (Efendi, 2010).

1

Page 2: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Hipertensi merupakan faktor risiko terbesar penyakit kardiovaskular.

Perkembangan angka kejadian hipertensi di negara maju dari tahun 1980

hingga 2003 terus menunjukkan peningkatan (Damasceno, 2009). Sebanyak

73,6 juta orang di Amerika Serikat yang berusia 20 tahun ke atas menderita

hipertensi (Smithburger, 2010). Diperkirakan 30% dari penduduk Amerika

sekitar 50.000.000 jiwa menderita tekanan darah tinggi dengan persentase

biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya (Depkes RI, 2007). Prevalensi

hipertensi di Indonesia mencapai 15.000.000 penduduk yang mengalami

hipertensi (Bustan, 2007) . Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah

9.800,54 kasus (Depkes Jawa Tengah, 2004).

Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan

dibidang kesehatan yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya adalah

keperawatan komunitas lanjut usia. Keperawatan komunitas lanjut usia

merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan memberikan pelayanan sesuai

dengan kebutuhan para usia lanjut dalam ruang lingkup komunitas. Semua

bentuk pemenuhan kebutuhan usia lanjut dipengaruhi oleh beberapa

karakteristik yang terjadi dalam proses menua termasuk pemenuhan kebutuhan

lansia dengan hipertensi, sehingga penting adanya proses keperawatan untuk

lansia dengan hipertensi.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dapat di rumuskan adalah bagaimana asuhan

keperawatan dan proses keperawatan komunitas pada lansia dengan hipertensi.

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk megetahui konsep hipertensi pada lansia.

2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan komunitas lansia dengan

hipertensi.

3. Untuk mengetahui bagamana proses keperawatan komunitas lansia dengan

hipertensi.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi pendidikan keperawatan

2

Page 3: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Dapat menambah pengetahuan terutama mengenai asuhan komunitas

lansia dengan hipertensi.

2. Bagi masyarakat

Dapat menambah wawasan mengenai hipertensi pada lansia dan

bagaimana mengatasi masalah hipertensi di suatu komunitas.

3. Bagi penulis

Dapat digunakan sebagai latihan bagaimana cara menyusun asuhan

keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi.

3

Page 4: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Keperawatan Komunitas Lansia

1. Definisi

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai

bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,

psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada

individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup

siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).

Menurut WHO, lansia adalah orang yang memiliki usia diatas 60

tahun (Nugroho, 2006).

Keperawatan Kesehatan Komunitas lansia adalah pelayanan

keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat khususnya

lansia dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya

pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit

dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin agar pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan dapat terjangkau, dan melibatkan klien sebagai mitra

dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/

keperawatan (Efendi, 2010).

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,

saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat

dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari

masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah

pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka

tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi,

2007).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan

dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :

a. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang

dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,

sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

4

Page 5: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan ingin hidup sehat. Menurut Notoatmodjo

pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).

b. Proses Kelompok (Group Process)

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari

kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang

terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok

khusus. Perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya

peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan

masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian

masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan

masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat

yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan

pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan

masyarakat (community development) (Palestin, 2007).

c. Kerjasama atau Kemitraan (Partnership)

Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak

atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling

menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi

klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif

diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada

peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait

dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara

komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian

perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian

5

Page 6: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi

peningkatan kesehatan masyarakat.

d. Pemberdayaan (Empowerment)

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana

sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga

membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain:

adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan

mandiri untuk membentuk pengetahuan baru.

2. Tujuan

Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan

masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status

kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005). Namun, secara terperinici berikut

adalah tujuan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi:

a. pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan

penyakit dan peningkatan kesehatan,

b. menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dapat terjangkau

c. melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan

evaluasi pelayanan kesehatan/ keperawatan

d. optimalisasi kualitas hidup lansia dengan hipertensi di suatu

komunitas dengan menekan angka kesakitan dan mengurangi

gejalanya.

3. Ruang lingkup

Ruang lingkup pelayanan kesehatan komunitas pada lansia adalah

individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat

maupun yang sakit dengan ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif,

preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada

upaya preventif dan promotif.

6

Page 7: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

B. Hipertensi lansia

1. Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi di dalam pembuluh

darah arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh (ridwan,

2009). Tekanan darah biasanya dicatat sebagai tekanan sistol dan diastol.

Tekanan darah maksimum dalam arteri disebut tekanan sistolik yang

disebabkan sistol ventrikular. Tekanan minimum dalam arteri disebut

tekanan diastolik yang disebabkan oleh diastol ventrikular ( Jain, 2011).

Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah

(Ridwan, 2009). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah

persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan

diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Apabila seseorang memiliki

tekanan darah sistol 140 mmHg dan tekanan darah diastol 90 mmHg atau

lebih yang diukur ketika ia sedang duduk dapat dikategorikan memiliki

tekanan darah tinggi (Ridwan, 2009).

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, Ridwan (2009) menggolongkan

hipertensi ke dalam tiga golongan yaitu hipertensi esensial, sekunder, dan

maligna.

1) Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik)

Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil

(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an yang

secara bertahap akan menetap. Hipertensi esensial secara pasti

belum diketahui penyebabnya. Gangguan emosi, obesitas,

konsumsi alkohol yang berlebih, rangsang kopi yang berlebih,

rangsang konsumsi tembakau, obat-obatan, dan keturunan

berpengaruh pada proses terjadinya hipertensi esensial. Penyakit

hipertensi esensial lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria (

C. smeltzer, 2002).

2) Hipertensi sekunder

7

Page 8: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan

karena gangguan pembuluh darah atau organ tertentu (gray et al,

2009) mengelompokkan penyebab hipertensi menjadi tiga

golongan, yaitu:

a) Penyakit parenkim ginjal

Permasalahan pada ginjal yang menyebabkan kerusakan

parenkim akan menyebabkan hipertensi dan kondisi hipertensi

yang ditimbulkan tersebut akan semakin memperparah kondisi

kerusakan ginjal.

b) Penyakit Renovaskular

Merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan

dalam vaskularisasi darah ke ginjal seperti arterosklerosis.

Penurunan pasokan ginjal akan menyebabkan produksi renin

ipsilateral dan meningkatkan tekanan darah, sering diatasi

secara farmakologis dengan ACE Inhibitor.

c) Endokrin

Gangguan aldosteronisme primer akan berpengaruh

terhadap hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rendahnya

kadar renin mengakibatkan kelebihan natrium dan air sehingga

berdampak pada meningkatnya tekanan darah.

3. Faktor Risiko

Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup

yang tidak aktif (malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang

lebih dalam makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-

orang yang memiliki kepekaan untuk diturunkan. Faktor yang

mempengaruhi timbulnya hipertensi :

1) Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi

melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat

beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat

meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).

8

Page 9: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah

menetap tinggi (Shadine, 2010).

2) Rokok

Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan

darah masih belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan

tekanan darah yang tinggi terhadap risiko kardiovaskuler telah

didokumentasikan secara nyata.

3) Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat

meningkatkan tekanan darah, mungkin dengan cara meningkatkan

katekolamin plasma.

4) Konsumsi Garam Dapur

Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih

kontroversial, tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi,

asupan garam yang banyak menyebabkan peningkatan tekanan

darah secara nyata. Pasien hipertensi hendaknya mengkonsumsi

garam tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium, 6 gram

natrium klorida).

5) Aktivitas atau Olahraga

Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik

untuk mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk

menurunkan tekanan darah dengan sendirinya (Shadine, 2010).

6) Obesitas

Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana

berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah

jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan

tekanan darah.

7) Jenis Kelamin

Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah yang tinggi

dibandingkan dengan perempuan. Tekanan darah pria mulai

meningkat ketika usianya berada pada rentang 35-50 tahun.

9

Page 10: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Kecenderungan seorang perempuan terkena hipertensi pada saat

menopause karena penurunan hormone seks (Ridwan, 2009).

4. Manifestasi Klinis

Hipertensi merupakan penyakit yang banyak tidak

menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak terdiagnosis dalam

waktu yang lama. Gejala akan terasa secara tiba-tiba saat ada kenaikan

tekanan darah (Jain, 2011).

Manifestasi klinis yang ditimbulkan hipertensi bersifat tidak

spesifik. Sakit kepala merupakan gejala umum yang sering dialami

pada pasien hipertensi. Namun, sakit kepala juga disebabkan oleh

beberapa hal sepeti camas, stres, sulit tidur malam, atau infeksi virus

minor sehingga sakit kepala bukan merupakan manifestasi klinis khas

hipertensi. Sesak nafas juga terjadi pada pasien hipertensi. Sesak nafas

pada seseorang yang menderita hipertensi biasanya terjadi karena

kegemukan. Perdarahan di beberapa bagian tubuh juga merupakan efek

hipertensi. Risiko perdarahan dari arteri ke otak atau retina mata

meningkat karena adanya hipertensi terutama pada pasien dengan usia

di atas 50 tahun. Menstruasi yang berat dan munculnya gejala

menopause sering dialami wanita dengan hipertensi. Manifestasi

hipertensi yang lebih serus adalah perdarahan ke otak yang dapat

membunuh seseorang dalam waktu yang singkat atau menyebabkan

kelumpuhan (Jain, 2011).

Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius jika

tidak terkendali karena akan megakibatkan komplikasi yang berbahaya

dan berakibat fatal seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal

ginjal (Anies, 2006).

10

Page 11: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO

Klasifikasi Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

Pilihan

Normal

Normal tinggi

Hipertensi derajat I

( ringan)

Hipertensi derajat II

(sedang)

Hipertensi derajat III

(berat)

< 120

<130

130-139

140-159

160-179

>180

< 80

< 85

85-90

90-99

100-109

>110

Sumber: Tierney, 2002

5. Patofisiologi

Tekanan darah dapat meningkat melalui beberapa mekanisme.

Pertama, jantung memompa lebih kuat sehingga darah mengalir

dengan kecepatan tinggi setiap detiknya. Kedua, arteri besar

mengalami kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga

ketika jantung berdenyut darah harus melewati pembuluh darah yang

sempit sehingga menaikkan tekanan darah. Ketiga, kelainan fungsi

ginjal untuk membuang sejumlah garam dan cairan sehingga

meningkatkan volume darah yang berdampak pada peningkatan

tekanan darah (Ridwan, 2009).

Menurut Anies (2006) peningkatan tekanan darah melalui

mekanisme:

1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih

banyak cairan setiap detiknya.

2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga

tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui

arteri tersebut. Karena itu, darah dipaksa untuk melalui pembuluh

darah yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah.

Penebalan dan kakunya dinding arteri terjadi karena adanya

11

Page 12: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

arterosklerosis. Tekanan darah juga meningkat saat terjadi

vasokonstriksi yang diseabkan rangsangan saraf atau hormon.

3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan

darah. Hal ini dapat terjadi karena kelainan fungsi ginjal sehingga

tidak mampu membuang natrium dan air dalam tubuh sehingga

volume darah dalam tubuh meningkat yang menyebabkan tekanan

darah juga meningkat.

6. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah untuk mencegah

komplikasi penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas

yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan

tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah

90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui

modifikasi gaya hidup atau dengan obat anti hipertensi (Mansjoer,

2001).

Pengobatan utama hipertensi dengan diuretika, penyekat

reseptor beta-adrenergik, penyakit saluran kalsium, inhibitor ACE

(angiotensin-converting enzyme), atau penyekat reseptor alfa-

adernergik bergantung pada keadaan pasien termasuk mengenai biaya,

karakteristik demografi, penyakit yang terjadi bersamaan, dan kualitas

hidup (Pierce dan Wilson, 2005).

12

Page 13: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

BAB III

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Core

1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal

dikomunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan

termasuk data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan

praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas

(masyarakat rural atau urban) keadaan demografi, struktur politik, distribusi

kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.

2. Data demografi

Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia lansia, jumlah lansiam

jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku , bahasa , tingkat

pendapatan, pendidikan , produktivitas, masih bekerja atau tidak, agama

dan komposisi keluarga.

3. Vital statistik

Jabarkan atau uraikan data tentang angka kematian kasar atau CDR

penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.

4. Status kesehatan komunitas

Angka mortalitas, morbiditas akibat hipertensi. Kondisi kesehatan

lansia dikaji dengan menganalisis:

a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas:

1) Sakit kepala

2) Epistaksis

3) Pusing / migrain

4) Rasa berat ditengkuk

5) Sukar tidur

6) Mata berkunang kunang

7) Lemah dan lelah

8) Muka pucat

b. Pemeriksaan fisik

13

Page 14: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan

pada pasien hipertensi adalah:

1) Tinggi badan dan berat badan

Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi obesitas

dapat berpengaruh pada tekanan darah.

2) Pemeriksaan nadi

Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut nadi

(amplitudo) akan semakin kecil. Amplitudo yang besar yaitu denyut

nadi yang penuh dan teratur menunjukkan tekanan darah sistolik

yang tinggi (arterosklerosis).

3) Suara jantung dan dada

Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan

hipertensi telah mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang

disebabkan penumpukan cairan di paru dapat diketahui melalui

pemeriksaan suara dada melalui stetoskop.

4) Suara perut dan leher

Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat

menunjukkan penyempitan arteri yang menuju ginjal, kaki, dan otak.

c. Pemeriksaan diagnostik

Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya

peningkatan tekanan darah setelah dilakukan pengukuran secara

berulang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

1) Diagnosis tekanan darah

Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling

penting untuk mendiagnosis hipertensi (Jain, 2011). Pengukuran

tekanan darah dilakukan dengan tujuan untuk memantau tekanan

darah apakah masih dalam kondisi normal atau abnormal. Tekanan

sistolik yang melebihi 130 mmHg dan tekanan diastolik yang

melebihi 80 mmHg merupakan tekanan darah yang abnormal.

Selain itu yang diperhatikan adalah selisih tekanan sistole dan

diastole atau pulse pressure (Ridwan, 2009).

2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG)

14

Page 15: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui aktivitas jantung.

3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan)

Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas tulang

serta komposisi tubuh seperti masa lemak terhadap masa otot.

Untuk keperluan hipertensi, alat ini digunakan untuk mengukur

kadar lemak dalam organ tubuh tertentu. Dengan diketahuinya

penumpukan lemak dalam tuubuh dapat membantu pasien dalam

mengontrol berat badan yang dapat mempengaruhi tekanan darah.

4) Tes Doppler

Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi sirkulasi

darah yang terdistribusi ke seluruh sistem kardiovaskular.

5) Tes Kolesterol

Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan mengganggu

sistem kardiovaskular sehingga akan mempengaruhi tekanan darah

seseorang.

6) Tes Darah

Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol

darah, gula darah, urea darah, kreatinin dalam darah, tingkat

natrium dan kalium dalam darah.

d. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun terakhir).

e. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keturunan hipertensi

f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1) Pola pemenuhan nutrisi

Konsumsi garam berlebih, lemak, merokok, dan konsumsi kopi.

2) Pola pemenuhan cairan elektrolit

3) Pola istirahat tidur

Kurang tidur, tidur malam, dan kualitas tidur

4) Pola eliminasi

5) Pola aktifitas gerak, olahraga

6) Pola pemenuhan kebersihan diri

15

Page 16: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

7) Status psikososial :

a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan

b) Hubungan dengan orang lain

c) Peran di masyarakat

d) Kesedihan yang dirasakan

e) Stabilitas emosi : stress

8) Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku

tindakan kekerasan.

9) Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan

perkembangan yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi.

10) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan

11) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan

12) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi

yang berlebihan, mengkonsusmsi alkohol, penggunaan obat tanpa

resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi

garam, lemak dan purin.

Data lingkungan fisik

1. Pemukiman

a. Luas bangunan

b. Bentuk bangunan        : Rumah, petak, asrama, pavilyun

c. Jenis bangunan            : Permanen, semi permanen, non permanen

d. Atap rumah                  : Genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes

e. Dinding                       : Tembok, kayu, bambu, atau lainnya sebutkan

f. Lantai  : Semen, tegel, keramik, tanah, kayu, atau lainnya  sebutkan.

g. Ventilasi                      : Kurang atau lebih dari 15-20 % dari luas lantai

h. Pencahayaan                : Kurang, baik

i. Penerangan                  : Kurang, baik

j. Kebersihan                  : Kurang, baik

k. Pengaturan ruangan dan perabot  : Kurang, baik

l. Kelengkapan alat Rumah tangga. : Kurang, baik

2. Sanitasi

16

Page 17: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

a. Penyediaan air bersih (MCK).

b. Penyediaan air minum

c. Pengelolaan jamban bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan

bagaimana jarak dengan sumber air.

d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

e. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah,

bagaimana cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya

sebutkan.

f. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan.

g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya sebutkan.

3. Fasilitas

a. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain.

b. Pekarangan

c. Sarana olah raga

d. Taman, lapangan

e. Ruang pertemuan

f. Sarana hiburan

g. Sarana ibadah

4. Batas-batas wilayah

Sebelah utara, barat, timur dan selatan.

5. Kondisi geografis

Ketinggian, cuaca, suhu, sector pertenin, perikanan, jenis tanah, perairan.

Pelayanan kesehatan dan social

1. Pelayanan kesehatan

a. Lokasi sarana kesehatan

b. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader).

c. Jumlah kunjungan

d. Sistem rujukan

2. Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan).

a. Lokasi

b. Kepemilikan

c. Kecukupan

17

Page 18: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

3. Ekonomi

a. Jenis pekerjaan

b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan

c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan

d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.

4. Kemanan dan transportasi

a. Keamanan

1) Sistem keamanan lingkungan

2) Penanggulangan kebakaran

3) Penanggulangan bencana

4) Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.

b. Transportasi

1) Kondisi jalan

2) Jenis tranportasi yang dimiliki

3) Sarana transportasi yang ada

5. Politik dan pemerintahan

a. Sistem pengorganisasian

b. Struktur organisasi

c. Kelompok organisasi dalam komunitas

d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

6. Sistem komunikasi

a. Sarana umum komunikasi

b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas.

c. Cara penyebaran informasi

7. Pendidikan

a. Tingkat pendidikan komunitas

b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal).

1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas

2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia

c. Jenis bahasa yang digunakan

8. Rekreasi

a. Kebiasaan rekreasi

18

Page 19: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

b. Fasilitas tempat rekreasi

B. Analisis Masalah

Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang dapat

berbentuk kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data, semua aspek harus

dipertimbangkan karena analisa data perlu menentukan kebutuhan kesehatan

dan dukungan masyarakat serta trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Dalam melakukan analisa data terdapat beberapa langkah antara lain :

pengelompokan data, meringkas, membandingkan dan membuat kesimpulan.

Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan pengetahuan dan

keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan keputusan melalui berpikir

kritis. Oleh karena itu perawat komunitas harus mempelajari dan menguasai

pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan tersebut, sehingga perawat

mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas.

Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data yang

telah terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang telah terkumpul

dapat berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data dilakukan untuk

melihat masalah kesehatan yang dialami masyarakat  dan untuk

mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Analisa

data juga memberikan informasi tentang kekuatan yang dimiliki oleh

masyarakat, system pendukung dan sumber – sumber yang dapat dimanfaatkan

untuk peningkatan kesehatan.

1. Tahap – tahap analisa data

Analisa seperti beberapa prosedur lain yang kita lakukan, dapat

dipandang sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa langkah atau

tahapan. Tahapan – tahapan yang digunakan untuk membantu melakukan

analisa tersebut adalah sebagai berikut :

a. Mengelompokan data atau mengkategorikan data

Mengelompokan atau mengkateforikan data sangat membantu

kita dalam melakukan analisa data yang telah dikumpulkan dalam

komuntas. Kategori atau pengelompokan yang biasa digunakan yaitu

berdasarkan :

19

Page 20: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

1) Karakteristik demografi ( jumlah anggota keluarga, usia, jenis

kelamin, kelompok rasial dan etnik  dan lain – lain )

2) Karakteristik geografi ( batas wilayah, jumlah dan tipe tetangga,

lingkungan tempat tinggal dan jalan

3) Karakteristik sosial ekonomi ( pekerajaan, pendapatan, pendidikan,

rumah sewaan, rumah pribadi )

4) Karakteristik sistem pendukung dan pelayanan kesehatan ( rumah

sakit, klinik, pusat kesehatan mental dan sebagainya.

b. Meringkas

Setelah metode pengkategorian dilakukan, langkah selanjutnya

adalah meringkas atau menyimpulkan data pada masing – masing

kategori yang telah dikelompokan dapat dalam bentuk penghitungan,

table, atau grafik.

c. Membandingkan

Langkah berikutnya setelah data diringkas yaitu langkah

membandingkan data, apakah ada yang menyimpang atau abnormal,

apakah ada data – data yang tidak pantas atau keselahan – kesalahan

saat mengelompokan data sehingga perlu adanya revalidasi data.. data –

data yang diperoleh dari masyarakat dari wilayah binaan, dibandingkan

dengan data data yang sama seperti data yang bersifat kecamatan,

kabupaten , atau nasional.

d. Pengambilan Kesimpulan

Setelah data yang dikumpulkan dikelompokan, diringkas dan

dibandingkan. Tahapan paling ahir adalah penarikan kesimpulan yang

logis dari bukti – bukti yang diperoleh yaitu pengambilan kesimpulan

yang mengarah pada pernyataan diagnosa keperawatan. Pada tahap ini

dilakukan sintesa apa yang diketahui perawat tentang komunitas, yaitu ;

apa maksud / arti dari data tesebut.

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan

menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga

dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh

20

Page 21: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan

analisis data :

a. Menetapkan kebutuhan komunity

b. Menetapkan kekuatan

c. Mengidentifikasi pola respon komunity

d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

C. Diagnosis

Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalam interval waktu

tertentu untuk menentukan gejala hipertensi yang dialami seseorang. Diagnosis

ini dilakukan dalam keadaan tanpa pembiusan, tidak sedang mengkonsumsi

kopi, alkohol, serta tidak merokok. Terkadang terdapat kesalahan saat

melakukan diagnosa hipertensi terutama pada wanita lanjut usia karena

penurunan sensitivitas refleks baroreseptor sehingga menimbulkan fluktuasi

dalam tekanan darah (Ridwan, 2009).

Diagnosis yang muncul pada asuhan keperawatan komunitas lansia

dengan hipertensi adalah:

1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan

pola hidup yang buruk.

2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan

vasekuler serebral

3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X berhubungan

dengan kelemahan umum.

D. Skoring

Skoring bertujuan untuk menentukan diagnose prioritas dalam proses

keperawatan. Scoring dilakukan dengan mempertimbangkan 12 aspek.

1. Gangguan curah jantung pada komunitas lansia di desa X berhubungan

dengan pola hidup yang buruk.

No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 3

21

Page 22: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 4

5 Kemungkinan Diatasi 5

6 Sesuai program 4

7 Tempat 4

8 Waktu 3

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 2

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 45

2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan

vasekuler serebral

No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

22

Page 23: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Jumlah 42

3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan

kelemahan umum.

No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

E. Prioritas Masalah

1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan

pola hidup yang buruk.

2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan

vasekuler serebral

3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan

kelemahan umum.

23

Page 24: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

F. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Sasaran Tujuan Strategi Rencana kegiatan Sumber kriteria hasil Standar evaluasi

1 Gangguan

hipertensi

pada

komunitas

lansia di desa

X

berhubungan

dengan pola

hidup yang

buruk.

Komunitas lansia dengan hipertensi dan keluarganya

Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 60 menit klien mampu memahami konsep hipertensi dan upaya pencegahannya

Health Promotion

1. Pendidikan kesehatan mengenai hipertensi- Jelaskan

definisi hipertensi

- Jelaskan factor risiko hipertensi

- Jelaskan upaya preventif hipertensi

- Jelaskan cara mengubah prilaku pada klien yang dapat mencegah hipertensi

Mahasiswa, petugas puskesmas, kader posyandu lansia, keluarga

- Klien mampu menjelaskan definisi hipertensi

- Klien mampu menjelaskan secara singkat factor risiko hipertensi

- Klien mampu menyebutkan minimal 3 upaya pencegahan hipertensi dan cara mengubah prilaku sehat

- Klien mampu menjelaskan secara singkat penanganan dini untuk hipertensi

- Respon verbal dan psikomotor

24

Page 25: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Komunitas lansia

Setelah dilakukan pembinaan selama 2x120 menit, klien mampu membentuk komunitas peduli hipertensi

Group Process

- Jelaskan penanganan dini untuk hipertensi

- Ajarkan terapi relaksasi otot progresif untuk mengatasi hipertensi

2. Bentuk komunitas peduli hipertensi- Adakan

sosialisasi pembentukan komunitas peduli hipertensi

- Lakukan pengkaderan untuk menjadi perintis

Komunitas lansia dengan hipertensi, kader posyandu lansia, petugas puskesmas

- Klien mampu mendemonstrasikan terapi relaksasi otot progresif

- Terbentuk komunitas peduli hipertensi dengan kader minimal 5 orang dan anggota minimal 15 orang

- Tersusunnya suatu tujuan yang sama dalam komunitas

Respon psikomotor dan afektif

25

Page 26: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

komunitas peduli hipertensi

- Rintis komunitas peduli hipertensi dengan merumuskan tujuan berdirinya komunitas dan kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan oleh komunitas peduli hipertensi

- Pantau dan berikan masukan positif pada komunitas peduli hipertensi

peduli hipertensi- Minimal sudah

berjalannya 1 kegiatan rutin

26

Page 27: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Komunitas lansia dengan hipertensi, petugas puskesmas

Setelah dilakukan pertemuan selama 1x 60 menit dapat terjalin kerjasama pemeriksaan tekanan darah dan upaya preventif penyakit hipertensi secara rutin kepada komunitas lansia dengan hipertensi

Partnership 3. Lakukan inisiasi dengan pihak puskesmas untuk melakukan kerjasama pemeriksaan tekanan darah lansia secara rutin dan kegiatan preventif untuk penyakit hipertensi

Komunitas lansia, petugas puskesmas

- Terlaksananya pemerikanan tekanan darah secara rutin minimal 1 bulan oleh petugas puskesmas

- Terlaksananya minimal 2 upaya program pencegahan hipertensi pada komunitas lansia.

Respon psikomotor dan afektif

27

Page 28: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Komunitas lansia dengan hipertensi

Setelah dilakukan pembinaan selama 1x60 menit diharapkan komunitas mampu menjalankan perannya masing-masing dalam upaya pencegahan hipertensi

Empowerment 4. Jelaskan pada

komunitas lansia dengan hipertensi dan keluarga masing-masing peranannya untuk saling bekerjasama mencagah hipertensi

Komunitas lansia dengan hipertensi dan keluarga

Komunitas saling bekerjasama denganpembagian peran untuk mencegah hipertensi

Respon afektif dan psikomotor

28

Page 29: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pengembangan asuhan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi

adalah dengan melakukan inovasi-inovasi terutama mengenai cara penurunan

tekanan darah pada lansia yang lebih efektif. Contohnya dengan pengembangan

riset terapi modalitas atau dengan pola pengasuhan lansia yang lebih inovatif.

Dalam makalah ini, terapi modalitas yang penulis rekomendasikan adalah

terapi relaksasi otot progresif. Alasannya adalah karena terapi ini tidak

memerlukan biaya dan mudah dilakukan.

Relaksasi Otot Progresif atau Progressive Muscular Relaxation (PMR)

yang diciptakan oleh Dr. Edmund Jacobson lima puluh tahun lalu di Amerika

Serikat, adalah salah satu teknik yang khusus didesain untuk membantu

meredakan ketegangan otot yang terjadi ketika sadar (National Safety Council,

2003).

a. Definisi Relaksasi Otot Progresif

Merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan

menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi progresif

adalah salah satu cara dari teknik relaksasi yang mengkombinasikan latihan

nafas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu (Davis

et al, 1995).

b. Sasaran Relaksasi Otot Progresif

Empat kelompok otot utama yang menjadi sasaran relaksasi otot

progresif meliputi:

1) Tangan, lengan bawah, dan otot biseps.

2) Kepala, muka, tenggorokan dan bahu, termasuk pemusatan perhatian

pada dahi, pipi, hidung, mata, rahang, bibir, lidah dan leher. Sedapat

mungkin perhatian dicurahkan pada kepala, karena dari pandangan

emosional, otot yang paling penting dalam tubuh anda berada di sekitar

area ini.

3) Dada, lambung dan punggung bagian bawah.

4) Paha, pantat, betis dan kaki.

29

Page 30: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

c. Manfaat Relaksasi Otot Progresif

Perasaan tentram dalam tubuh tidak dapat dimiliki bersamaan pada

saat mengalami stress psikologis. Relaksasi progresif dari otot akan

menurunkan denyut nadi dan tekanan darah, juga mengurangi keringat dan

frekuensi pernafasan. Relaksasi otot yang dalam, jika dikuasai dengan baik

dapat digunakan sebagai obat anti-ansietas. Menurut Martha et al (2006),

relaksasi otot progresif juga dapat digunakan untuk mengurangi ketegangan

sakit kepala, insomnia, dan managemen nyeri kronis pada inflamasi arthritis.

30

Page 31: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan

keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi adalah:

a. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan

dengan pola hidup yang buruk.

b. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan

vasekuler serebral

c. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X

berhubungan dengan kelemahan umum.

2. Salah satu terapi modalitas yang dapat digunakan untuk menurunkan

tekanan darah adalah terapi relaksasai otot progresif.

B. Saran

1. Hendaknya dilakukan pengembangan dalam intervensi keperawatan

komunitas lansia dengan hipertensi terutama untuk terapi modalitas yang

dapat digunakan.

2. Dalam pelaksanaan proses keperawatan komunitas hendaknya klien

menjadi subjek, bukan objek.

3. Hendaknya libatkan keluarga lansia dalam setiap intervensi.

4. Posyandu lansia hendaknya diberdayakan dengan optimal karena sangat

membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas lansia.

31

Page 32: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media Komputerindo

Effendi dan Makhfudi. 2010. Keperawtan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawtan. Jakarta: salemba medika

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 (13th ed). Jakarta: EGC.

Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kemensos. 2010. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya. Depsos.go.id

Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Mubarak, W & dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV. Sagumg Seto.

Nugroho, Wahjudi.2006. Komunikasi dalam Keperawat n Gerontik. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC

Pakkenberg BD. 2003. Aging and The human neocortex Exp. Gerontology.

Pierce dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :EGC

Pudjiastututi SS. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC

Ridwan, Muhamad. 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Semarang: Pustaka Widyamara

Riyadi, sugeng. 2007. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta: EGC

Tiarney, L. M., McPhee, S. J., and Papadakis, M. A. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Salemba Medika.

32

Page 33: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

Lampiran: Cara Melakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi bertahap dapat dipraktekan dengan berbaring atau duduk di

kursi dengan kepala ditopang. Tiap otot atau kelompok otot ditegangkan

selama lima sampai tujuh detik dan direlaksasikan dua belas sampai lima

belas detik. Menurut Arden (2002), relaksasi otot progresif dilakukan sekedar

untuk merasakan ketegangannya, sehingga tidak perlu dilakukan terlalu keras

dan buru-buru. Seluruh kelompok otot serentak tegang dan kemudian relaks.

Jangan lupa memperhatikan perbedaan antara perasaan tegang dan relaks.

Langkah langkah untuk memulai Terapi Relaksasi Otot Progresif :

1) Posisi : Terapi Relaksasi Otot Progresif dapat dilakukan dalam

posisi duduk yang nyaman. Akan tetapi, metode ini paling baik

dipelajari dan dipraktikkan untuk pertama kalinya dalam keadaan

berbaring dengan nyaman di atas lantai berkarpet. Lemaskan

kedua lengan di sisi tubuh, dengan telapak tangan menghadap ke

atas. Longgarkan pakaian yang ketat di sekitar leher dan pinggang

anda. Lepaskan perhiasan yang dipakai, seperti jam tangan dan

gelang, juga kacamata atau lensa kontak, jika anda memakainya.

2) Pernapasan : Hiruplah udara saat mengontraksikan otot, kemudian

hembuskan bersamaan dengan saat melepaskan ketegangan.

Pelepasan ketegangan ini dikoordinasikan dengan pelepasan udara

didalam paru, dan relaksasi diafragma memungkinkan untuk

dapat merasakan relaksasi total yang terjadi pada tubuh.

3) Lingkungan : Sesuaikan suhu ruangan jika memungkinkan.

d. Petunjuk untuk mencapai Relaksasi Otot yang dalam dengan cepat :

1) Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan biseps dan lengan

bawah (sikap Charles Atlas), kemudian relaks.

2) Kerutkan dahi ke atas. Pada saat yang sama tekan kepala sejauh

mungkin ke belakang, putar searah dengan jarum dan

kebalikannya. Kerutkan otot muka seperti kenari: cemberut, mata

dikedipkan, bibir dimonyongkan ke depan, lidah ditekan ke

langit-langit, dan bahu dibungkukkan, kemudian relaks.

33

Page 34: 94502229 Asuhan Keperawatan Komunitas Lansia (1)

3) Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik napas dalam

masuk, tekan keluar lambung, tahan, kemudian relaks. Lakukan

napas dalam, tekan keluar perut, tahan, kemudian relaks.

4) Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan,

kemudian relaks. Lipat ibu jari, secara serentak kencangkan betis,

paha dan bokong, lalu relakskan.

34