83
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Asuhan Kebidanan V (Komunitas) Disusun Oleh : LINA YULIANA NIM : 011.201.1.710

Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

  • Upload
    sopandi

  • View
    4.058

  • Download
    140

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ASKEB V Sopandi

Citation preview

Page 1: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu

mata kuliah Asuhan Kebidanan V (Komunitas)

Disusun Oleh :

LINA YULIANANIM : 011.201.1.710

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUGRAHA SUBANGJln. Ki Hajar Dewantara No.15 Subang Tlp.( 0260 ) 7707775

2013

Page 2: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Rahmat

serta Hidayah-Nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah asuhan

kebidanan komunitas (ASKEB V).

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Askeb V pada Akbid

Bhakti Nugraha Subang atas terselesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan

semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan, keterbatasan pengetahuan penulis oleh karena itu kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah

dimasa yang akan datang. Namun demikian penulis berharap, semoga apa yang

sudah penulis persembahkan ini dapat bermanfaat khususnya pada penulis dan

pembaca pada umumnya.

Subang, Februari 2013

Penulis

i

Page 3: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................ 3

BAB II KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Definisi Kebidanan Komunitas

BAB III ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM BIDAN DI

KOMUNITAS

A. Aspek Perlindungan Hukum di Komunikasi ...................... 7

B. Standar pelayanan kebidanan ............................................. 9

C. Kode Etik Bidan ................................................................. 12

BAB IV STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

A. Standar asuhan kebidanan .................................................. 15

B. Registrasi Praktik Bidan ..................................................... 16

C. Kewenangan Bidan Di Komunitas ..................................... 18

D. Profesi Kebidanan .............................................................. 19

BAB V KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN

NEONATAL

A. Pengertian ........................................................................... 20

B. Tujuan pertolongan pertama kegawatdaruratan ................. 20

C. Prinsip Penanggulangan Pasien Gawat Darurat ................. 21

BAB VI PELAYANAN KONTRASEPSI DAN RUJUKAN

A. Pengertian Kontrasepsi ....................................................... 23

B. Cara Kontrasepsi ................................................................ 23

C. Mekanisme (Tata Cara) Rujukan ....................................... 38

BAB VII SISTEM RUJUKAN

A. Sistem Rujukan .................................................................. 42

B. Jenis-jenis rujukan .............................................................. 42

C. Jenjang Tingkat Tempat Rujukan ...................................... 43

BAB VIII KESIMPULAN ....................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51

ii

Page 4: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebidanan komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat,

keberhasilan kebidanan komunitas dalam rangka upaya peningkatan kesehatan

ibu, anak dan keluarga bergantung kepada dukungan masyarakat itu sendiri.

Sebagai warga Negara Indonesia yang mempunyai pandangan hidup

pancasila, seorang bidan harus menganut filosofi yang mempunyai keyakinan

bahwa setiap manusia adalah biopsikososio kultural spiritual yang unik

mempunyai satu kesatuan jasmani yang utuh dan tidak ada individu yang

sama. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh

keyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan

yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan

budaya.

Keberadaan bidan sangat diperlukan untuk meningkatkan

kesejahteraan ibu dan janinnya pelayanan kesehatan terutama kebidanan

berada dimana-mana dan kapan saja selama ada proses reproduksi manusia.

Untuk mendapatkan Asuhan Kebidanan yang berkualitas perlu

didukung dengan tersedinya standar Asuhan. Standar asuhan itu sendiri

dilandasi dasar-dasar kebidanan sebagai filosofi. Mengacu pada keadaan

tersebut maka seorang bidan harus mengetahui : Falsafah Asuahan Kebidanan

dan Asuahan Kebidanan.

Peran serta masyarakat proses dimana individu, keluarga, lembaga

swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada umumnya.  Bidan

bersama sektor yang bersangkutan menggerakan peran serta masyarakat dalam

bentuk pengorganisasian masyarakat adalah proses pembentukan organisasi di

1

Page 5: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

masyarakat dan dapat mengidentifikasi kebutuhan prioritas dari kebutuhan

tersebut, serta mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi atas

sumber – sumber yang ada di masyarakat.

Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya

fasilitas yang bersifat persuasif dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat

dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan

sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan

dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta LSM (Lembaga Sosial Masyarakat)

yang masih ada dan hidup di masyarakat.

Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan

menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian

penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan

kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang

kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi

masalah kesehatan yang ada di lingkungannya.

Peran serta masyarakat di dalam pembangunan kesehatan dapat diukur

dengan makin banyaknya jumlah anggota masyarakat yang mau

memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu (Puskesmas

Pembantu), Polindes (Poli Bersalin Desa), mau hadir ketika ada kegiatan

penyuluhan kesehatan, mau menjadi kader kesehatan, mau menjadi peserta

Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin), JPKM (Jaminan Kesehatan Pra-bayar), dan

lain sebagainya.

Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga,

lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada

umumnya. Bidan bersama sektor yang bersangkutan menggerakkan

masyarakat dalam bentuk pengorganisasian masyarakat yaitu proses

2

Page 6: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

pembentukkan organisasi di masyarakat dan dapat mengidentifikasi kebutuhan

prioritas dari kebutuhan tersebut, serta mengembangkan keyakinan dan

berusaha memenuhi atas sumber – sumber yang ada di masyarakat.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas mata kuliah Askeb V (Kebidanan Komunitas) pada jurusan D3

Kebidanan dan mahasiswa memahami dan mengerti tentang materi kebidanan

komunitas.

3

Page 7: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

BAB II

KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Definisi Kebidanan Komunitas

Konsep merupakan kerangka ide yang mengandung suatu pengertian

tertentu. Kebidanan  berasal dari kata “bidan“. Menurut kesepakatan antara

ICM; IFGO dan WHO tahun 1993, mengatakan bahwa bidan (midwife)

adalah “seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh

Pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta

terdaftar atau mendapat izin melakukan praktek kebidanan” (Syahlan, 1996 :

11).

Bidan di Indonesia (IBI) adalah “ seorang wanita yang mendapat

pendidikan kebidanan formal dan lulus serta terdaftar di badan resmi

pemerintah dan mendapat izin serta kewenangan melakukan kegiatan praktek

mandiri” (50 Tahun IBI).

Kebidanan (Midwifery)  mencakup pengetahuan yang dimiliki dan

kegiatan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. (Syahlan, 1996 : 12).

Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti

kesamaan, dan juga “communis” yang berarti sama, publik ataupun banyak.

Dapat diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada di suatu lokasi/

daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009 : 1). Menurut Saunders (1991)

komunitas adalah tempat atau kumpulan orang atau sistem sosial.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas

sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan

pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang

lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap

masalah kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat.

4

Page 8: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan

kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan

upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan

Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1)

Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat

konsep utama dalam pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/

lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep

paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya

taraf  kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, Niken dkk, 2009 : 8).

1. Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia

Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia

dimana bidan sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kebidanan

komunitas. Bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di

wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community midwife) (Syahlan,

1996 : 12). Di Indonesia istilah “bidan komunitas”  tidak lazim digunakan

sebagai panggilan bagi bidan yang bekerja di luar Rumah Sakit. Secara

umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja di masyarakat termasuk

bidan desa dikenal sebagai bidan komunitas.

Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan

tenaga bidan yang bekerja di komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini

diarahkan untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa.

Pendidikan tersebut adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB

B), C (PPB C) dan Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1

tahun, siswa berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan). PPB-

5

Page 9: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi Perawat.

PPB-C, lama pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah

Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan : lama pendidikan 3 tahun,

berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A  mulai tahun 1996.

Kurikulum pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa

sehingga bidan yang dihasilkan mampu memberikan pelayanan kepada ibu

dan anak balita di masyarakat terutama di desa. Disamping itu Departemen

Kesehatan melatih para bidan yang telah dan akan bekerja untuk

memperkenalkan kondisi dan masalah kesehatan serta penanggulangannya

di desa terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak balita. Mereka

juga mendapat kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk

mengembangkan kemampuan, seperti pertemuan ilmiah baik dilakukan

oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi seperti IBI. Bidan yang

bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya

berfungsi sebagai bidan komunitas. (Syahlan, 1996 : 13)

6

Page 10: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

BAB III

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM BIDAN DI KOMUNITAS

D. Aspek Perlindungan Hukum di Komunikasi

Sesuai dengan Permenkes No.1464/Menkes/X/2010 tentang izin dan

penyelenggaraan Praktik Bidan :

2. Pasal 10 ayat 3

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana di maksud

pada ayat 2 berwenang melakukan :

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2

c. Penanganan kegawat daruratan dilanjutkan perujukan

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f. Fasilitas atau bimbingan IMD dan promosi Asi eksklusif

g. Pemberian uterotonika pada MAK III dan postpartum

h. Penyuluhan dan konseling

i. Bimbingan pada kelompok bumil

j. Pemberian surat keterangan kematian

k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

3. Pasal 14

a. Ayat 1

Bagi bidan yang menjalankan praktek didaerah yang tidak memiliki

dokter dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan

sebagaimana dimaksuk pada pasal 9

7

Page 11: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

b. Ayat 2

Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat

1 adalah kecamatan atau kelurahan desa yang ditetapkan oleh kepala

dinkes kabupaten/kota

c. Ayat 3  

Dalam hal daerah sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 telah

terdapat dokter kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat 1

tidak berlaku

4. Pasal 15

Ayat 1

Pemerintahan daerah provinsi/kab/kota menugaskan bidan praktik mandiri

tertentu untuk melaksanakan program pemerintah

5. Pasal 16

a. Ayat 1

Pada daerah yang belum memiliki dokter  pemerintah dan pemerintah

daerah harus menempatkan bidan dengan pendidikan minimal DIII

kebidanan

b. Ayat 2

Bidan praktek mandiriyang ditugaskan sebagai pelaksana program

pemerintah berhak atas pelatihan dan pembinaan dari pemerintah

daerah provinsi/kab/kota

6. Pasal 19

Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan mempunyai hak

b. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik

sepanjang sesuai dengan standar

c. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan

keluarga

8

Page 12: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

d. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar

e. Menerima imbalan jasa profesi

E. Standar pelayanan kebidanan

1. Standar I (Falsafah dan Tujuan)

Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki visi, misi, filosofi, dan tujuan

pelayanan serta organisasi pelayanan sebagai dasar untuk melaksanakan

tugas pelayanan yang efektif da efisien.

Definisi operasional

a. Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi misi dan filosopi

pelayanan kebidanan yang mengacu pada visi, misi dan filosopi

masing-masing.

b. Ada bagian struktur organisasi yang menggambarkan garis komando,

fungsi, dan tanggung jawab serta kewenangan dalam pelayanan

kebidanan dan hubungan dengan unit lain dan disahkan oleh

pemimpin.

c. Ada uraian tertulis untuk setiap tenaga yang ada pada organisasi yang

disahkan oleh pemimpin.

d. Ada bukti tertulis tentang persyaratan tenaga kerja menduduki jabatan

pada organisasi yang disahkan oleh pimpinan.

2. Standar II (Administrasi dan Pengelolaan)

Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengelolaan

pelayanan, standar pelayanan, prosedur tetap, dan pelaksanaan kegiatan

pengelolaan yang kondusif yang memungkinkan terjadinya peraktik

pelayanan kebidanan akurat.

9

Page 13: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Definisi operasional

1. Ada pedoman pengelola pelayanan yang mencerminkan mekanisme

kerja di unit pelayanan tersebut yang disahkan oleh pemimpin.

2. Ada standar pelayanan yang dibuat mengacu pada standar ketenangan

yang telah disahkan oleh pimpinan.

3. Ada prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan/tindakan kebidanan

yang disahkan oleh pimpinan.

4. Ada rencana/program kerja di setiap institusi pengelolaan yang

mengacu pada institusi induk.

5. Ada bukti tertulis terselenggaranya pertemuan berkala secara teratur

dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen rapat.

6. Ada naskah kerjasama, program praktik dari institusi yang

menggunakan latihan praktik, program, pengajaran klinik, dan

penilaian klinik. Ada bukti administrasi yang meliputi buku registrasi.

3. Standar III (Staf dan Pimpinan)

Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program pengelolaan sumber

daya manusia (SDM) agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan

efisien.

Definisi operasional

1. Ada program kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan.

2. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian.

3. Ada jadwal dinas yang menggambarkan kemampuan tiap-tiap perunit

yang memduduki tanggung jawab dan kemampuan bidan.

4. Ada seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang jelas dan

kualifikasi minimal selaku kepala ruangan jika kepala ruangan

berhalangan hadir.

5. Ada data personil yang bertugas di ruangan tersebut.

10

Page 14: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

4. Standar IV (Fasilitas dan Peralatan)

a. Tersedia peralatan yang sesuai dengan standar dan ada mekanisme

keterlibatan bidan dalam perencanaan dan pengembangan sarana dan

prasarana.

b. Ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan

kualitasn barang.

c. Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu.

d. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.

5. Standar V (Kebijaksanaan dan Prosedur)

a. Ada kebijaksanaan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar

pelayanan yang disaahkan oleh pimpinan.

b. Ada prossedur personalia: penerimaan pegawai kontak kerja, hak dan

kewajiban personalia.

c. Ada personalia pengajuan cuti pegawai, istirahat, sakit, dan lain-lain.

d. Ada prosedur pembinaan pegawai.

6. Standar VI (Pengembangan Staf dan Program Pendidikan)

a. Ada progrm pembinaan staf dan program pendidikan secara

berkesinambungan.

b. Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan/pegawai baru

dan lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan.

c. Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil

pelatihan.

7. Standar VII (Standar Asuhan)

a. Ada standar manajemen kebidanan (SMK) sebagai pedoman dalam

memberi pelayanan kebidanan

b. Ada format manajemen kebidanan yang terdaftar pada catatan medik.

c. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.

11

Page 15: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

d. Ada diagnosis kebidanan.

e. Ada rencana asuhan kebidanan

f. Ada dokumentasi tertulis tentang tindakan kebidanan.

g. Ada evaluasi dalam memberi asuhan kebidanan.

h. Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.

i. Ada program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan/pegawai baru

dan lama agar dapat beradaptasi dengan pekerjaan.

8. Standar VIII (Evaluasi dan Pengendalian Mutu)

a. Ada program atau rencana terulis peningkatan mutu pelayanan

kebidanan

b. Ada program atau rencana terulis untuk melakukan penilaian terhadap

standar pelayanan kebidanan

c. Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari

kegiatan/pengendalian mutu asuhan dan pelayanan kebidanan.

d. Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi pelayanan dan rencana

tindak lanjut.

e. Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan secara teratur kepada

semua staf pelayanan kebidanan.

F. Kode Etik Bidan

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai

internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan

komprehensif suatu profesi yang bertuntutan bagi anggota dalam

melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik Bidan pertama kali disusun pada

tahun 1986 dan disahkan dalam kongres nasional IBI X tahun 1988. Secara

umum, kode etik tersebut berisis 7 BAB. Bab-bab tersebut dapat dibedakan 7

bagian, yaitu sebagai berikut.

12

Page 16: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat.

Setiap Bidan senantiasa menjunjung tinggi,menghayati dan

mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas

pengabdiannya.

Setiap Bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi

harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra

Bidan

Setiap Bidan dalam menjalankan tugas nya senantiasa berpedoman

pada peran, tugas, tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,

keluarga, dan masyarakat.

Setiap Bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan

klien, menghormatkan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.

Setiap Bidan dalam menjalankan tugas senantiasa mendahulukan

kepentingan klien,keluarga dan masyarakat dengan identitas yang

sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang

dimilikinya.

Setiap Bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam

hubungan pelaksanaan tugas,dengan mendorong partisipasi masyarakat

untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya

Setiap Bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada

klien, keluarga masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang

dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,keluarga dan masyarakat.

Setiap Bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai

kewenangan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan

konsultasi dan rujukan.

Setiap Bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan

dipercayakan kepadanya,kecuali bila diminta oleh pengadilan atau

diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

13

Page 17: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan teman

sejawatnya untuk menciptakan suasana yang serasih

Setiap Bidan dalam melaksanakan tugas nya harus saling menghormati

baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

4. Kewajiban bidan terhadap profesinya

Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi

Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan

kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesiny

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

Setiap bidan harus memelihara kesehatanya agar dapat melaksanakan

tugas profesinya dengan baik

Setiap bidan berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi

6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air

Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya,senantiasa melaksanakan

ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya

dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan

pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkaun

pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan

keluarga

7. Penutup

Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa

menghayati dan mengamalkan kode etik bidan indonesia.

14

Page 18: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

BAB IV

STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

A. Standar asuhan kebidanan

Standar asuhan kebidanan sangat penting di dalam menentukan apakah

seorang bidan telah melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugas

profesinya.

Adapun standar asuhan kebidanan terdiri dari :

Standar I : Metode Asuhan

Merupakan asuhan kebidanan yang dilaksanakan dengan metode manajemen

kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu : pengumpulan data, analisa data,

penentuan diagnosa, perencanaan,pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.

Standar II : Pengkajian

Pengumpulan data mengenai status kesehatan klien yang dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.

Standard III : Diagnosa Kebidanan

Diagnosa Kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas dan sistematis mengarah

pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien sesuai dengan wewenang

bidan berdasarkan analisa data yang telah dikumpulkan

Standar IV : Rencana Asuhan

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.

Standar V : Tindakan

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan

keadaan klien dan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.

15

Page 19: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Standar VI : Partisipasi klien

Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/pertisipasi klien dan

keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.

Standar VII : Pengawasan

Monitoring atau pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus

menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.

Standar VIII : Evaluasi

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan secara terus menerus seiring dengan

tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah

dirumuskan.

Standar IX : Dokumentasi

Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi

asuhan kebidanan yang diberikan.

B. Registrasi Praktik Bidan

Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia

layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan

pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses

pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi

pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan

pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan

kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar1.

Peraturan mengenai registrasi dan praktik bidan dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002

(Revisi dari Permenkes No.572/MENKES/PER/VI/1996).

16

Page 20: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan

pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi

inti atau standar tampilan minimal yang ditetapkan.

Bidan yang baru lulus dapat mengajukan permohonan untuk

memperoleh SIB dengan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada selambat-

lambatnya satu bulan setelah menerima ijazah bidan. Kelengkapan registrasi

meliputi :

Fotokopi ijazah bidan.

Fotokopi transkrip nilai akademik.

Surat keterangan sehat dari dokter.

Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar.

Bidan yang menjalankan praktek pada sarana kesehatan atau dan

perorangan harus memiliki SIPB dengan mengajukan permohonan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, dengan melampirkan

persyaratan yang meliputi :

Fotokopi SIB yang masih berlaku.

Fotokopi iJazah bidan.

Surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau sebagai

pegawai negeri atau pegawai pada sarana kesehatan.

Surat keterangan sehat dari dokter.

Rekomendasi dari organisasi profesi.

Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar. SIPB berlaku sepanjang SIB belum

habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.

17

Page 21: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

C. Kewenangan Bidan Di Komunitas

Bidan dalam menjalankan praktiknya di komunitas berwenang untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi 8 yaitu bidan memberikan

asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan

masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

Wewenang bidan komunitas meliputi:

a. Pengetahuan dasar

Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.

Masalah kebidanan komunitas.

Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Strategi pelayanan kebidanan komunitas.

Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam

keluarga dan masyarakat.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.

Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.

b. Pengetahuan tambahan

Kepemimpinan untuk semua (Kesuma)

Pemasaran social

Peran serta masyarakat

Audit maternal perinatal

Perilaku kesehatan masyarakat

Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan

anak

c. Keterampilan dasar

Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi, balita

dan KB di masyarakat.

18

Page 22: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.

Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.

Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat

untuk mendukung upaya kesehatan ibu dan anak.

Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.

Melakukan pencatatan dan pelaporan

d. Keterampilan tambahan

Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.

Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.

Mengelola dan memberikan obat – obatan sesuai dengan

kewenangannya.

Menggunakan tehnologi tepat guna.

D. Profesi Kebidanan

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi

profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang

profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran,

keuangan, militer, dan teknik .

Perilaku Profesional Bidan

1. Bertindak sesuai keahliannya

2. Mempunyai moral yang tinggi

3. Bersifat jujur

4. Tidak melakukan coba-coba

5. Tidak memberikan janji yang berlebihan

6. Mengembangkan kemitraan

7. Terampil berkomunikasi

8. Mengenal batas kemampuan

9. Mengadvokasi pilihan ibu

19

Page 23: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

BAB V

KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN NEONATAL

Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi,

kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam

mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan

atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan

direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan

kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan

yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.

Angka kematian ibu di Indonesia menempati urutan pertama di Negara kawasan

Asia Tenggara yaitu 307/100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi

juga masih tinggi yaitu 35/1000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia tahun 2007). Sejalan dengan komitmen pemerintah dalam

menunjang upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) no 4 dan 5

didalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah pencapaian angka

kematian ibu menjadi 112/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi

menjadi 20/1000 kelahiran hidup. 

A. Pengertian

Pertolongan pertama kegawatdaruratan obstetri dan neonatal adalah upaya

untuk mengatasi keadaan dari kesakitan agar pasien tidak meninggal, atau

memburuk keadaannya.

B. Tujuan pertolongan pertama kegawatdaruratan

Mnurunkan angka kematian ibu dan anak

Menyelamatkan/  mempertahankan hidup, dan mencegah cacat

20

Page 24: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Prinsip umum penanganan penderita gawat darurat adalah penilaian keadaan

penderita, penentuan permasalahan utama ( diagnosis) dan tindakan yang

dilakukan harus cepat, tepat,cermat dan terarah, dan juga komunikasi harus

diperhatikan.

Hal- hal yang harus diperhatikan

Menghormati pasien(respect)

Kelembutan

Komunikatif

Hak pasien

Dukungan keluarga(family support)

Penilaian awal

Penilain klinik lengkap

Pemeriksaan laboratorium

C. Prinsip Penanggulangan Pasien Gawat Darurat

Kematian penderita gawat darurat akan terjadi dalam waktu singkat (4-

6 menit) bila terdapat kerusakan pada sistem susunan saraf pusat, pernafasan,

kardiovaskuler,hipoglikemia, dll.

1. Kegawatdaruratan Obstetri

Abortus

Mola hidatidosa (Kista Vesikular)

Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)

Plasenta previa

Solusio (Abrupsio) Plasenta

Retensio Plasenta (Plasenta Inkompletus)

Ruptur Uteri

Perdarahan Pascapersalinan

21

Page 25: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Syok Hemoragik

Preeklamsia Berat

2. Kegawatdaruratan neonatal

BBLR

Asfiksia

Ikterik

Hipotermi

Hipoglikemia

22

Page 26: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

BAB VI

PELAYANAN KONTRASEPSI DAN RUJUKAN

A. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma

tersebut. Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi

sederhana dan cara kontrasepsi moderen (metode efektif). (Birang Avandi,

2003).

B. Cara Kontrasepsi

Cara Kontrasepsi sederhana dan Moderen/Metode Efektif, (Birang Avandi,

2003) :

1. Cara Kontrasepsi Sederhana

Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan

kontrasepsi dengan alat/obat.

Kontarsepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan :

a. Senggama terputus

Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan

sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria

dikeluarkan dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar. Cara ini

tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu tahu

kapan spermanya keluar.

b. Pantang berkala

Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri

dalam masa subur. Cara ini kurang dianjurkan karena sukar

dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu,

kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya

setiap bulan.

23

Page 27: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat dapat dilakukan

dengan menggunakan:

1. Kondom/Diafragma

Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan

yang sudah populer di masyarakat. Kondom adalah suatu kantung

karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk

menutupi zakar yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke

dalam liang vagina. Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di

laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual,

termasuk HIV/AIDS.

Kondom mempunyai kelebihan antara lain mudah diperoleh di

apotek, toko obat, atau supermarket dengan harga yang terjangkau

dan mudah dibawa kemana-mana. Selain itu, hampir semua orang

bisa memakai tanpa mengalami efek sampingan. Kondom tersedia

dalam berbagai bentuk dan aroma, serta tidak berserakan dan

mudah dibuang. Sedangkan diafragma adalah kondom yang

digunakan pada wanita, namun kenyataannya kurang populer di

masyarakat.

2. Cream, Jelly, atau Tablet Berbusa

Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam

liang vagina 10 menit sebelum melakukan senggama, yaitu untuk

menghambat geraknya sel sperma atau dapat juga membunuhnya.

Cara ini tidak populer di masyarakat dan biasanya mengalami

keluhan rasa panas pada vagina dan terlalu banyak cairan sehingga

pria kurang puas.

2. Cara kontrasepsi modern/metode Efektif

a. Pil

Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah

diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak

hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang

paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai

24

Page 28: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

segera sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada

masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika

seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda

sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui)

dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain.

Pil dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau

menjarangkan waktu kehamilan-kehamilan berikutnya sesuai dengan

keinginan wanita. Berdasarkan atas bukti-bukti yang ada dewasa ini,

pil itu dapat diminum secara aman selama bertahun-tahun. Tetapi, bagi

wanita-wanita yang telah mempunyai anak yang cukup dan pasti tidak

lagi menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka panjang

lainnya seperti spiral atau sterilisasi, hendaknya juga dipertimbangkan.

Akan tetapi, ada pula keuntungan bagi penggunaan jangka panjang pil

pencegah kehamilan. Misalnya, beberapa wanita tertentu merasa

dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil daripada tidak.

Atau mungkin menginginkan perlindungan yang paling efektif

terhadap kemungkinan hamil tanpa pembedahan. Kondisi-kondisi ini

merupakan alasan-alasan yang paling baik untuk menggunakan pil itu

secara jangka panjang.

Jenis-jenis Pil

1) Pil gabungan atau kombinasi

Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen

dan progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja

kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir 100%

efektif bila diminum secara teratur.

2) Pilberturutan

Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan

selama 14—15 hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5

—6 hari pil gabungan antara estrogen dan progestin pada sisa

siklusnya. Ketepatgunaan dari pil berturutan ini hanya sedikit lebih

25

Page 29: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

rendah daripada pil gabungan, berkisar antara 98—99%. Kelalaian

minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan dapat

mengakibatkan terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi

kehamilan. Karena pil berturutan dalam mencegah kehamilan

hanya bersandar kepada estrogen maka dosis estrogen harus lebih

besar dengan kemungkinan risiko yang lebih besar pula

sehubungan dengan efek-efek sampingan yang ditimbulkan oleh

estrogen.

3) Pil khusus – Progestin (pil mini)

Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan

memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah

mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim)

sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga

mengubah lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim)

sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.

Kontra indikasi Pemakaian Pil

Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita

hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker

kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan

abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok

(struma), penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala

yang berat pada sebelah kepala).

Efek Samping Pemakaian Pil

Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di

luar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat,

penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan

penambahan berat badan.

26

Page 30: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita

merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan

tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang

menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun

kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum

dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon

pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang

seluk-beluk alat kontrasepsi ini.

Jenis-jenis AKDR di Indonesia

1. Copper-T

AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada

bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat

tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan)

yang cukup baik.

a. Copper-7

AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk

memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran

diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan

kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200

mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada

jenis Coper-T.

b. Multi  Load

AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua

tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel.

Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi

gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau

375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi

load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

27

Page 31: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

c. Lippes Loop

AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti

spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol,

dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis

yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A

berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang

hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm

(tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai

angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian

spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan

luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

Pemasangan AKDR

Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR setinggi mungkin

dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik

ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam

keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid.

Pemasangan AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah

dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan

setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan

berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan

sekali.

Kontra indikasi pemasangan AKDR :

a. Belum pernah melahirkan

b. Adanya perkiraan hamil

c. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang

tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan

kanker rahim.

28

Page 32: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Keluhan-keluhan pemakai AKDR

Keluhan yang dijumpai pada penggunaan AKDR adalah terjadinya

sedikit perdarahan, bisa juga disertai dengan mules yang biasanya

hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika perdarahan berlangsung terus-

menerus dalam jumlah banyak, pemakaian AKDR harus dihentikan.

Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada

permulaan haid darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada

biasa, kemudian secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama

1–2 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa hari.

Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp),

serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi

kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap AKDR yang merupakan benda

asing dalam rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan ini akan

segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga dapat

timbul selama pemakaian AKDR.

Ekspulsi

Selain keluhan-keluhan di atas, ekspulsi juga sering dialami pemakai

AKDR, yaitu AKDR keluar dari rahim. Hal ini biasanya terjadi pada

waktu haid, disebabkan ukuran AKDR yang terlalu kecil. Ekspulsi ini

juga dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Makin elastis sifatnya

makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi. Sedangkan jika

permukaan AKDR yang bersentuhan dengan rahim (cavum uteri)

cukup besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi kecil.

Lama Pemakaian AKDR

Sampai berapa lama AKDR dapat dipakai? Hal ini sering menjadi

pertanyaan. Sebenarnya, AKDR ini dapat terus dipakai selama

pemakai merasa cocok dan tidak ada keluhan. Untuk AKDR yang

mengandung tembaga, hanya mampu berfungsi selama 2–5 tahun,

29

Page 33: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

tergantung daya dan luas permukaan tembaganya. Setelah itu harus

diganti dengan yang baru.

b. Suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang

pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut

pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate

(DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler) di bokong

(gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid).

1) Cara pemakaian

Cara ini baik untuk wanita yang menyusui dan dipakai segera

setelah melahirkan. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu

empat minggu setelah melahirkan. Suntikan kedua diberikan setiap

satu bulan atau tiga bulan berikutnya.

2) Kontra indikasi

Kontrasepsi suntikan tidak diperbolehkan untuk wanita yang

menderita penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, kencing manis,

paru-paru, dan kelainan darah.

3) Efek samping kontrasepsi suntikan

a) Tidak datang haid (amenorrhoe)

b) Perdarahan yang mengganggu

c) Lain-lain: sakit kepala, mual, muntah, rambut rontok, jerawat,

kenaikan berat badan, hiperpigmentasi.

c. Norplant

Norplant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa

digunakan untuk jangka waktu 5 tahun. Norplant dipasang di bawah

kulit, di atas daging pada lengan atas wanita. Alat tersebut terdiri dari

enam kapsul lentur seukuran korek api yang terbuat dari bahan karet

silastik. Masing-masing kapsul mengandung progestin levonogestrel

sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis pil KB. Hormon ini

lepas secara perlahan-lahan melalui dinding kapsul sampai kapsul

diambil dari lengan pemakai. Kapsul-kapsul ini bisa terasa dan

30

Page 34: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

kadangkala terlihat seperti benjolan atau garis-garis. ( The Boston’s

Book Collective, The Our Bodies, Ourselves, 1992)

Norplant sama artinya dengan implant. Norplant adalah satu-

satunya merek implant yang saat ini beredar di Indonesia. Oleh karena

itu, sering juga digunakan untuk menyebut implant. Di beberapa

daerah, implant biasa disebut dengan susuk.

Indonesia merupakan negara pemula dalam penerimaan

norplant yang dimulai pada 1987. Sebagai negara pelopor, Indonesia

belum mempunyai referensi mengenai efek samping dan permasalahan

yang muncul sebagai akibat pemakaian norplant. Pada 1993, pemakai

norplant di Indonesia tercatat sejumlah 800.000 orang.

Efektivitas norplant

Efektivitas norplant cukup tinggi. Tingkat kehamilan yang

ditimbulkan pada tahun pertama adalah 0,2%, pada tahun kedua 0,5%,

pada tahun ketiga 1,2%, dan 1,6% pada tahun keempat. Secara

keseluruhan, tingkat kehamilan yang mungkin ditimbulkan dalam

jangka waktu lima tahun pemakaian adalah 3,9 persen. Wanita dengan

berat badan lebih dari 75 kilogram mempunyai risiko kegagalan yang

lebih tinggi sejak tahun ketiga pemakaian (5,1 persen).

Yang tidak diperbolehkan menggunakan norplant

Wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan norplant

adalah mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi,

tekanan darah tinggi, migrain, epilepsi, benjolan pada payudara,

depresi mental, kencing batu, penyakit jantung, atau ginjal.

Pemasangan norplant

Pemasangan norplant biasanya dilakukan di bagian atas (bawah

kulit) pada lengan kiri wanita (lengan kanan bagi yang kidal), agar

tidak mengganggu kegiatan. Norplant dapat dipasang pada waktu

menstruasi atau setelah melahirkan oleh dokter atau bidan yang

31

Page 35: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

terlatih. Sebelum pemasangan dilakukan pemeriksaan kesehatan

terlebih dahulu dan juga disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka

bekas pemasangan harus dijaga agar tetap bersih, kering, dan tidak

boleh kena air selama 5 hari. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter

seminggu setelah pemasangan. Setelah itu, setahun sekali selama

pemakaian dan setelah 5 tahun norplant harus diambil/dilepas.

Kelebihan dan kekurangan norplant

Kelebihan norplant adalah masa pakainya cukup lama, tidak

terpengaruh faktor lupa sebagaimana kontrasepsi pil/suntik, dan tidak

mengganggu kelancaran air susu ibu. Sedangkan kekurangannya

adalah bahwa pemasangan hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan

yang terlatih dan kadang-kadang menimbulkan efek samping, misalnya

spotting atau menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, kadang-kadang

juga menimbulkan berat badan bertambah.

Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan

metode mantap, yaitu:

Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita)

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur

wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan

keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu

vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah

mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi

yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena

kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Faktor yang paling

penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari

akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada

wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau

hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan

pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan

patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah

32

Page 36: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak

yang hidup harus 3 atau lebih.

3. Pengertian pelayan rujukan

System rujukan dalam mekanisme pelayanan MKET merupakan

suatu system pelimpahan tanggung jawab timbal balik diantara unit

pelayanan MKET baik secra vertical maupun horizontal atau kasus atau

masalah yang berhubungan dengan MKET

Unit pelayanan yang dimaksud disini yaitu menurut tingkat

kemampuan dari yang paling sederhana berurut-turut keunit pelayanan

yang paling mampu

a. Untuk AKDR :

Dokter dan bidan praktek swasta, rumah bersalin, klinik KB,

puskesmas,   RS klas D RS klas D, RS klas C, RS klas B, RS klas B2,

dan RS klas A

b. Untuk implant :

Dokter dan bidan praktek swasta, Rumah Bersalin, Klinik KB,

Puskesmas, RS klas D RS Klas D ₊, RS klas C, RS Klas B, RS Klas

B2, dan RS klas A.

c. Untuk Vasektomi :

Dokter  praktek swasta, puskesmas,RS klas D RS klas B, RS klas D₊,

RS klas C, RS klas B, RS fklas B2, dan RS klas A

d. Untuk tubektomi :

Dokter Praktek Swasta berkelompok, RS klas D, RS klas Df₊, RS klas

C, RS klas B, RS klas B2, dan RS klas A.

4. Tujuan Rujukan

Terwujudnya suatu jaringan pelayanan MKET yang terpadu

disetiap tingkat wilayah, sehingga setiap unit pelayanan memberikan

pelayanan secara berhasil guna dan berdaya guna maksimal, sesuai dengan

tingkat kemampuannya masing-masing.

33

Page 37: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Peningkatan dukungan terhadap arah dan pendekatan gerakan KB

Nasional dalam hal perluasan jangkauan dan pembinaan peserta KB

dengan pelayanan yang makin bemutu tinggi serta pengayoman penuh

kepada masyarakat

Jenis Rujukan

Rujukan MKET dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu sebagai berikut:

1. Pelimpahan Kasus

Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke

unit pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memperoleh

pelayanan yang lebih baik dan sempurna.

Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke

unit pelayanan  yang lebih sederhana dengan maksud memberikan

pelayanan selanjutnya atas kasus tersebut

Pelimpahan kasus ke unit pelayanan MKET dengan tingkat

kemampuan sama dengan pertimbangan geografis, ekonomi dan

efisiensi kerja.

2. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan

Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan ini dapat dilakukan dengan:

Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke

unit pelayanan MKET yang lebih sederhana dengan maksud

memberikan latihan praktis.

3. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke

unit pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memberikan

latihan praktis

Pelimpahan tenaga ke unit pelayanan MKET dengan tingkat

kemampuan sama dengan maksud tukar-menukar pengalaman

34

Page 38: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic

a. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik dari unit pelayanan

MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih

mampu dengn maksud menegakkan diagnose yang lebih tepat

b. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic dari unit pelayanan

MKET yang lebih sederhana dengan maksud untuk dicobakan atau

sebagai informasi

c. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic ke unit pelayanan

dengan tingkat kemampuan sama dengan maksud sebagai informasi

atau untuk dicobakan

Sasaran Rujukan MKET

1. Sasaran obyektif

a. PUS yang akan memperoleh pelayanan MKET

b. Peserta KB yang akan ganti cara ke MKET

c. Peserta KB MKET untuk mendapatkan pengamatan lanjutan

d. Peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan pemakaian

MKET

e. Pengetahuan dan keterampilan MKET

f. Bahan-bahan penunjang diagnostic

2. Sasaran subyektif

Petugas-petugas pelayanan MKET disemua tingkat wilayah.

Jaringan rujukan MKET

1. Dokter/bidan praktek swasta, Rumah Bersalin dengan kewajiban

a. Merujuk kasus-kasus yang tidak mampu ditanggulangi sendiri

keunit pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat

b. Menerima kembali untuk tindakan lebih lanjut kasus yang

dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih mampu

c. Mengadakan konsultasi dengan mengusahakan kunjungan ke unit

pelayanan yang lebih mampu untuk meningkatkan pengetahuan

35

Page 39: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

pelayanan yang lebih mampu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan

d. Mengusahaan kunjungan tenaga dari unit pelayanan MKET yang

lebih mampu untuk pembinaan tugas dan pelayanan MKET

2. Unit pelayanan MKET tingkat kecamatan (puskesmas) yang

mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan

MKET

b. Meengirim kembali kasus yang sudah ditanggulangi untuk dibina

lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk

c. Merujuk kasus-kasus yang tidak mampu ditanggulangi ke unit

pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat

d. Menerima kembali untuk pembunaan tindak lanjut kasus-kasus

yang dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih mampu

e. Mengadakan konsultasi dan mengadakn kunjungan ke unit

pelayanan yang lebih mampu untuk meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan

f. Mengusahakan adanya kunjungan tenaga dari unit pelayanan

MKET yang lebih mampu untuk pembinaan petugas dan pelayanan

masyarakat

g. Mengirim bahan-bahan penunjang diagnostic ke unit pelayanan

MKET yang lebih mampu, jika tidak dapat melakukan

pemeriksaan diagnose yang lebih tepat

h. Menerima kembli hasil pemeriksaan bahan-bahan diagnosik yang

sebelumnya dikirim ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu

3. Unit pelayanan MKET tingkat kabupaten/kotamadya (RS klas D,RS

klas D, RS klas C).

a. Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan

MKET dibawahnya. Pelayanan

b. Mengirim kembali kasus yang sedang ditanggulangi untuk dibina

lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk

36

Page 40: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

c. Merujuk kasus-kasus yang tidak mampu ditanggulangi ke unit

pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat

d. Kasus kembali untuk pembunaan tindak lanjut kasus-kasus yang

dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih mampu

e. Mengadakan konsultasi dan mengadakan kunjungan ke unit

pelayanan yang lebih mampu untuk pembinaan petugas dan

pelayanan masyarakat

f. Mengusahakan adanya kunjungan tenaga dari unit pelayanan

MKET yang lebih mampu untuk pembinaan petugas dan pelayanan

masyarakat

g. Mengirim bahan-bahan penunjang diagnostic ke unit pelayanan

MKET yang lebih mampu, jika tidak mampu melakukan

pemeriksaan sendiri atau jika hasilnya meragukan untuk

menegakkan diagnose yang lebih tepat

h. Menerima kembali hasil pemeriksaan bahan-bahan diagnostic yang

sebelumya dikirim ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu

4. Unit pelayanan mKET tingkat provinsi (RS klas C, RS klas B, RS klas

B2).

a. Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan

MKET dibawahnya

b. Mengirim kembali kasus yang sudah ditanggulangi untuk dibina

lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk

c. Menerima konsultasi dan latihan petugas pelayanan MKET dari

Unit pelayanan MKET dibawahnya

d. Mengusahakan dilaksanakannya kunjungan tenaga/spesialis keunit

pelayanan MKET yang kurang mampu untuk pembinaan petugas

dan pelayanan masyarakat

e. Menerima rujukan bahan-bahan penunjang diagnostic

f. Mengirimkan hasil pemeriksaan bahan-bahan penunjang diagnostic

tersebut diatas

37

Page 41: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

5. Unit pelayanan MKET tingkst pusat (RS klas A)

a. Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan

MKET dibawahnya

b. Mengirim kembali kasus yang sudah ditanggulangi untuk dibina

lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk

c. Menerima konsultasi dan latihan petugas pelayanan MKET dari

unit pelayanan MKET dibawahnya

d. Mengusahakan dilaksanakannya kunjungan tenaga/spesialis ke unit

pelayanan MKET yang kurang mampu untuk pembinaan petugas

dan pelayanan masyarakat

e. Menerima rujukan bahan-bahan penunjang diagnostic

f. Mengirimkan hasil pemeriksaan bahan-bahan penunjang diagnostic

tersebut diatas

C. Mekanisme (Tata Cara) Rujukan

1. Rujukan kasus

a. Unit pelayanan yang merujuk

1) Unit pelayanan MKET yang merujuk kasus ke unit pelayanan

yang lebih mampu.

Unit pelayanan bisa merujuk kasus ke unit pelayanan yang lebih

mampu setelah melakukan proses pemeriksaan dan dengan hasil

sebagai berikut

a) Berdasarkan pemeriksaan penunjang diagnostic kasus tersebut

tidak dapat diatasi

b) Perlu pemeriksaan penunjang diagnostic yang lebih lengkap

dengan memerlukan kedatangan penderita ybs

c) Setelah dirawat dan diobati ternyata penderita masih

memerlukan perawatan dan pengobatan di unit pelayanan

yang lebih mampu

38

Page 42: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

2) Unit pelayanan yang merujuk kasus ke unit pelayanan yang lebih

sederhana

Unit pelayanan yang merujuk kasus ke unit pelayanan yang lebih

sederhana:

a) Setelah melakukan pemeriksaan dengan atau tanpa

pemeriksaan penunjang diagnostic, terhadap penderita

ternyata pengobatan dan perawatan dapat dilakukan di unit

pelayanan yang lebih sederhana

b) Setelah melakukan pengobatan dan perawatan ternyata

penderita masih melakukan pembinaan selanjutnya yang dapat

dilakukan oleh unit pelayanan yang lebih sederhana

3) Unit pelayanan yang merujuk kasus ke unit pelayanan dengan

kemampuannya yang sama.

a. Unit pelayanan dapat merujuk ke unit pelayanan dengan

kemampuan sama jika:

1) Setelah melakukan pemeriksaan dengan atau tanpa

pemeriksaan penunjang diagnostic, ternyata untuk

kemudahan penderita pengobatan dan perawatan dapat

dilakukan di unit pelayanan yang lebih dekat

2) Setelah melakukan pengobatan dan perawatan, penderita

masih memerlukan pembinaan lanjutan di unit pelayanan

yang lebih dekat

b. Unit pelayanan yang menerima rujukan

1) Unit pelayanan yang menerima rujukan dari unit

pelayanan yang lebih sederhana.

2) Sesudah melakukan pemeriksaan penunjang diagnostic,

dapat mengirimkan kembali penderita ke unit pelayanan

yang merujuk untuk perawatan dan pengobatan

3) Sesudah melakukan perawatan dan pengobatan, dapat

mengirimkan kembali penderita ke unit pelayanan yang

merujuk untuk pembinaan lebuh lanjut

39

Page 43: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

c. Unit pelayanan yang menerima rujukan dari unit pelayanan

yang lebih mampu

1) Melakukan perawatan dan pengobatan penderita yang

dirujuk, atau;

2) Melakukan pembinaan lanjutan terhadap penderita yang

dirujuk

3) Unit pelayanan yang menerima rujukan dari unit

pelayanan dengan kemampuan sama.

4) Melakukan perawatan dan pengobatan penderita yang

dirujuk, atau;

5) Melakukan pembinaan lanjutan terhadap penderita yang

dirujuk

2. Rujukan bahan-bahan penunjang diagnostic

a. Unit pelayanan yang merujuk

1) Unit pelayanan yang merujuk ke unit pelayanan yang lebih mampu

2) Jika tidak mampu melakukan pemeriksaan sendiri terhadap bahan-

bahan penunjang diagnostic tersebut

3) Jika hasil pemeriksaan terhadap bahan-bahan penunjang diagnostic

tersebut meragukan

b. Unit pelayanan yang merujuk ke unit pelayanan yang lebuh sederhana,

jika hasil pemeriksaan bahandiagnostik tersebut perlu diinformasikan

dan pemeriksaan bahan diagnostic tersebut akan dicobakan di unit

pelayanan yang dirujuk

c. Unit pelayanan yang merujuk kasus ke unit pelayanan dengn

kemampuan yang sama jika hasil pemeriksaan bahan diagnostic

tersebut perlu diinformasikan dan pemerikaan bahan diagnostic

tersebut akan dicobakan di unit pelayanan yang dirujuk

40

Page 44: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

d. Unit pelayanan yang menerima rujukan

1) Unit pelayanan yang menerima rujukan dari unit pelayanan yang

lebih sederhana perlu melakukan tindakan-tindakan sebagai

berikut:

a) Melakukan pemeriksaan bahan-bahan penunjang diagnostic

yang dirujuk.

b) Mengirimkan hasil pemeriksaan bahan-bahan penunjang

diagnostic kepada unit pelayanan yang merujuk.

2) Unit pelayanan yang menerima bahan-bahan penunjang diagnostic

dari unit pelayanan yang lebih mampu, perlu melakukan tindakan.”

Mencoba pemeriksaan yang lebih mampu, perlu melakukan yang

dirujuk”

3) Unit pelayanan yang menerima bahan penunjang diagnostic dari

unit pelayanan dengan kemampuan yang setingkat, perlu

melakukan tindakan.

Mencoba pemeriksaan bahan-bahan penunjang diagnostic yang dirujuk.

Rujukan kemampuan dan keterampilan

a. Unit pelayanan yang merujuk

1) Unit pelayanan yang merujuk ke unit pelayanan yang lebih mampu

a) Melakukan konsultasi

b) Mengirimkan tenaga-tenaga untuk meningkatkan kemampuan

dan keterampilan

41

Page 45: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

BAB VII

SISTEM RUJUKAN

A. Sistem Rujukan

Sistem rujukan merupakan pelayanan kesehatan yang memungkinkan

pelayanan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul

secara vertikal maupun horizontal kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang

lebih mampu untuk memberikan pelayanan yang cukup.

Dalam sistem rujukan dibutuhkan pusat rujukan sebagai pusat rujukan

alat dan tenaga kesehatan yang memiliki perlengkapan yang lebih

canggih,yakni RS kabupaten/kota.

B. Jenis-jenis rujukan

1. Rujukan terlambat

Rujukan yang disebabkan oleh mekanisme rujukan yang belum

dilaksanakan secara tepat dan terencana sejak dari rumah/tempat kejadian

hingga rumah sakit, sehingga kondisi kesehatan ibu dan anak dalam

kondisi yang kritis.

a. Sering kali disebabkan oleh:

1) Faktor geografi

Lokasi terpencil dan jauh dari jangkauan akses menuju rujukan

atau transportasi.

2) Faktor sosial budaya

Persepsi masyarakat yang masih percaya pada dukun atau

pengobatan alternatif

3) Faktor sosial ekonomi

Pemahaman pemanfaatan pelayanan kesehatan masih rendah

karena adanya tingkat sosial ekonomi yang rendah dengan

kesulitan biaya rujukan.

42

Page 46: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

4) Faktor kondisi anak dan ibu yang di rujuk

Komplikasi pada penyakit ibu/anak ,penolong pertama belum

memahami sistem rujukan.

2. Rujukan terencana

Rujukan yang dikembangkan secara sederhana,mudah di mengerti dan

dapat disiapkan atau direncanakan oleh ibu atau keluarga dalam

mempersiapkan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Bertujuan :

Menurunkan atau mengurangi rujukan terlambat

Mencegah komplikasi ibu dan anak

Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak sehingga

keterlambatan dalam pengenalan masa pengambilan keputusan,

pengiriman rujukan serta penanganan di pusat rujukan dapat teratasi

dengan baik.

Macam-macam rujukan terencana :

a. Rujukan dini berencana

Rujukan yang dilakukan pada ibu /anak yang masih sehat yang

diperkirakan mungkin ada komplikasi

b. Rujukan tepat waktu

Rujukan  yang harus segera dilakukan dalam menyelamatkan

nyawa khusus yang dilakukan pada ibu/anak yang mengalami

komplikasi

C. Jenjang Tingkat Tempat Rujukan

1. Tingkat Kader

Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera

dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum

dapat menetapkan tingkat kegawat daruratan.

2. Tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas

Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus

yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka

43

Page 47: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus

mana yang harus dirujuk

Jalur rujukan

1. Dari Kader

Dapat langsung merujuk ke :

a. Puskesmas pembantu

b. Pondok bersalin / bidan desa

c. Puskesmas / puskesmas rawat inap

d. Rumah sakit pemerintah / swasta

2. Dari Posyandu

Dapat langsung merujuk ke :

1) Puskesmas pembantu

2) Pondok bersalin / bidan desa

3) Puskesmas / puskesmas rawat inap

4) Rumah sakit pemerintah / swasta

Dari Puskesmas Pembantu

- Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit

swasta

Dari Pondok bersalin / Bidan Desa

- Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit

swasta

Mekanisme rujukan

- Pada tingkat Kader

Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka

segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka

belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan.

- Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas

Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan

kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya

44

Page 48: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri

dan kasus mana yang harus dirujuk.

Selain itu sebelum merujuk bidan harus memperhatikan sistem rujukan

yaitu menggunakan BAKSOKUDA.

Yaitu :

BIDAN : Pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga

kesehatan yang kompetan dan memiliki kemampuan

untuk melaksanakan kegawatdaruratan.

ALAT : Bahwa perlengkapan dan bahan-bahan yang

diperlukan, seperti spuit, infus set, tensi meter,

stetoskop dan oksitosin.

KELUARGA : Beritahu keluaraga tentang kondisi terakhir ibu dan

alasan kenapa harus dirujuk,suami dan anggota yang

lain harus menemani ibu untuk dirujuk.

SURAT : Beri surat ketempat rujukan yang berisi identifikasi

ibu,alasan rujukan,uraian hasil rujukan,asuhan, atau

obat” yang telah diterima ibu.

OBAT : Bawa obat”an esensial yang diperlukan selama

perjalanan merujuk 

KENDARAAN : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk

memungkinkan ibu dalam kondisi yang nyaman dan

dapat mencapai tempat rujukan

UANG : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam

jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan

kesehatan yang diperlukan ditempat rujukan

DARAH : Siapkan donor darah apabila ibu membutuhkan

transfusi mendadak

45

Page 49: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Hal – Hal Yang Menyebabkan Kegagalan Proses Rujukan

Sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat

menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu

Tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait,

Keterbatasan sarana,

Tidak ada dukungan peraturan.

Keterbatasan seorang dokter dalam mengamati efek samping obat,

Tidak melibatkan farmasis,.(http://sistem rujukan .com)

Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan

bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu

tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan

sarana, tidak ada dukungan peraturan. (http://sistem rujukan.com)

Hingga saat ini, pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia masih terus

disempurnakan hingga nantinya dapat mengakses segala kekurangannya dan

merubah kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan agar sistem yang telah

direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Semoga bermanfaat.

(http://sistem rujukan.com).

Kebijakan Pengelolaan Pelayanan Rujukan Obstetri & Neonatal Dasar

dan Komprehensif ( PONED& PONEK )

Pengertian: Lembaga dimana rujukan kasus diharapkan dapat diatasi dengan

baik, artinya tidak boleh ada kematian karena keterlambatan dan kesalahan

penanganan

Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan:

Kegawatdaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba (hamil, bersalin,nifas atau bayi

baru lahir), tidak dapat diprediksi.

Oleh karena itu, Tenaga bidan perlu memiliki kemampuan penanganan

kegawatdaruratan yang dilakukan dengan tepat dan cepat

Upaya Penanganan Terpadu Kegawatdaruratan:

46

Page 50: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

1. Dimasyarakat

Peningkatan kemampuan bidan terutama di desa dalam memberikan

pelayanan esensial, deteksi dini dan penanganan kegawatdaruratan 

(PPGDON)

2. Di Puskemas

Peningkatan kemampuan  dan kesiapan puskesmas dlm memberikan

Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED )

3. Di Rumah Sakit

Peningkatan kemampuan dan kesiapan RS kab / kota dlm PONEK

4. Pemantapan jarigan pelayanan rujukan obstetri & neonatal

Koordinasi lintas program, AMP kab / kota dll

Kegiatan Making Pregnancy Safer (MPS) untuk Meningkatkan Kesehatan Ibu

dan Bayi

1. Pelayanan Obstetri dasar di tingkat Polindes dan Puskesmas

2. Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di setiap Kabupaten/Kota

3. Menyediakan 1 Pelayanan PONEK 24 jam di Rumah Sakit

Kabupaten/Kota

Jenis kriteria pelayanan kesehatan rujukan:

1. PUSKESMAS PONED

Puskesmas yang memiliki kemampuan untuk memberikan

pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar langsung terhadap ibu hamil,

bersalin, nifas dan neonatal dengan komplikasi yang mengancam jiwa ibu

dan neonatus

Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar, meliputi:

a. Pemberian oksitosin parenteral

b. Pemberian antibiotik parenteral

c. Pemberian sedatif parenteral pada tindakan kuretase digital dan

plasenta manual

d. Melakukan kuretase, plasenta manual, dan kompresi bimanual

e. Partus dengan tindakan ekstraksi vacum,ekstraksi forcep

47

Page 51: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar, meliputi:

a. Resusitasi bayi asfiksia

b. Pemberian antibiotik parenteral

c. Pemberian anti konvulsan parenteral

d. Pemberian Phenobarbital

e. Kontrol suhu

f. Penanggulangan gizi

2. RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM

Rumah sakit yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta

sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk memberikan

pertolongan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar dan

komprehensif dan terintergrasi selama 24 jam secara langsung terhadap

ibu hamil, nifas dan neonatus, baik yang datang sendiri atau atas rujukan

kader, bidan, Puskesmas PONED, dll

Kemampuan PONEK meliputi :

1) Pelayanan obstetri komprehensif

Pelayanan obstetri emergensi dasar (PONED)

Transfusi darah

Bedah Caesar

2) Pelayanan Neonatal Komprehensif

Pelayanan neonatal emergensi dasar

Pelayanan neonatal intensif

Kriteria RS PONEK 24 Jam:

a. Memberikan pelayanan PONEK 24 jam secara efektif (cepat, tepat-

cermat dan purnawaktu) bagi bumil/bulin, bufas, BBL – ada SOP

b. Memiliki kelengkapan sarana dan tenaga terampil untuk

melaksanakan PONED/PONEK (sesuai dengan standar yang

dikembangkan) – tim PONEK terlatih

48

Page 52: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

c. Kemantapan institusi dan organisasi, termasuk kejelasan mekanisme

kerja dan kewenangan unit pelaksana/tim PONEK- ada kebijakan 

d. Dukungan penuh dari Bank Darah / UTD – RS, Kamar Operasi,

HCU/ICU/NICU, IGD dan unit terkait lainnya 

e. Tersedianya sarana/peralatan rawat intensif dan diagnostik pelengkap

(laboratorium klinik, radiologi, RR 24 jam, obat dan penunjang lain. )

Faktor-Faktor Penyebab Rujukan Pada Ibu

1. Riwayat bedah sesar

2. Perdarahan pervaginam

3. Persalinan kurang bulan

4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah

5. Ketuban pecah lebih dari 24 jam

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan

7. Ikterus

8. Anemia berat

9. Tanda /gejala infeksi

10. Pre-eklampsia /Hipertensi dalam kehamilan

11. Tinggi fundus 40 cm/lebih

12. Gawat janin

13. Primapara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masuk 5/5

14. Presentasi bukan belakang kepala

15. Presentasi ganda (mejemuk)

16. Kehamilan ganda (gemelli)

17. Tali pusat menumbung

18. Syok.

(Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusui dini, buku acuan. Jakarta.

2008)

49

Page 53: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

BAB VIII

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kebidanan Komunitas

sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan

pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang lain

menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah

kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat.

Kebidanan mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan

pelayanan yang dilakukannya untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan.

Komunitas adalah kelompok orang yang berbeda di suatu lokasi tertentu yang

mempunyai norma dan nilai.

Demikianlah makalah yang telah kami susun, kami ucapkan terimakasih

kepada Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah ini.

50

Page 54: Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas

DAFTAR PUSTAKA

Birang Avandi, Enriquito R.Lu, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Bina Pustaka, Jakarta.

Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya

Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008

Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

http://lubis454.wordpress.com/category/rujukan-persalinan/

http://kebidanank.blogspot.com/2011/11/kebidanan-komunitas-dian-husada.html

http://richylerian.blogspot.com/2012/10/makalah-asuhan-kebidanan-komunitas.html

51