40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 ). Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan (WHO, 1969). Keluarga memiliki peran penting dalam perawatan lansia yang ada dalam keluarganya. Saat ini populasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3 kali lipat menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993). Dengan jumlah populasi tersebut terdapat 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri, 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga, 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga dan hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu. Dari survey di atas tampak masih ada lansia yang cukup produktif dan lansia yang bergantung sepenuhnya pada keluarganya. Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir 1

MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan

adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall

dan Logan, 1986 ). Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan

melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan (WHO, 1969). Keluarga memiliki peran

penting dalam perawatan lansia yang ada dalam keluarganya.

Saat ini populasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada

tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk.

Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3 kali lipat menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari

total populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993). Dengan jumlah populasi

tersebut terdapat 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya

sendiri, 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga, 53 % lansia masih

menanggung beban kehidupan keluarga dan hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan

dari anak/menantu.

Dari survey di atas tampak masih ada lansia yang cukup produktif dan lansia yang

bergantung sepenuhnya pada keluarganya. Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat

dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas

keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut

dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi

yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan

pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses

menjadi tua. Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dimasa-masa tuanya maka sangat

diperlukan dukungan dari keluargnya.

Dalam hal mempermudah penyembuhan perlu dilibatkan keluarga, karena

keluargalah yang banyak menghabiskan waktu dengan pasien. Pada makalah ini akan

dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia. Dan diharpkan mampu

dijadikan referensi untuk memahami asuha keperawatan keluarga dengan lanjut usia.

1

Page 2: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan lansia?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum

Menjelaskan proses asuhan keperawatan keluarga dengan lansia

Tujuan Khusus

1. Menjelaskan dasar teori asuhan keperawatan keluarga

2. Menjelaskan dasar teori proses menua

3. Menjelaskan proses asuhan keperawatan keluarga dengan lansia

1.4 Manfaat

Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan

lansia dengan pendekatan Student Center Learning.

2

Page 3: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi lansia

Menurut WHO yaitu lansia (elderly) antara usia 60-74 tahun, usia tua (old) :75-90

tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun. Sedangkan meurut Depkes RI

Ada 3 yaitu lansia presenilis : antara usia 45-59 tahun, lansia yaitu usia 60 tahun ke atas, dan

lansia beresiko yaitu usia ˃ 70 tahun atau ˃ usia 60 th dg masalah kesehatan.

2.1.2 Proses Menua

Proses menua adalah :

• Proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

dan mempertahankan anatomis dan fungsi normal.

• Tidak ada kemampuan untuk bertahan terhadap jejas, antigenik dan tidak mampu

memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)

• Terjadi pemendekan telomer

Penyebab proses penuaan adalah sebagai berikut :

1. Penuaan Primer

Perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada

proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu

mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya

membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.

2. Penuaan Skunder

Proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial. Stress fisik,

psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet: suka

memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat

mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada

kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.

Faktor-faktor penyebab proses penuaan:

Faktor-faktor proses penuaan ; faktor genetik, faktor endogenik dan faktor

eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup) yang akan mempengaruhi kesepatan proses

penuaan.

1. Faktor genetik ;

3

Page 4: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Penuaan diri

Resiko penyakit

Intelegensia

Pharmakogenetik

Warna kulit

Tipe atau kepribadian seseorang

2. Faktor endogenik;

Perubahan struktural dan penurunan fungsional

Kemampuan/skill

Daya adaptasi

Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D

3. Faktor lingkungan;

Diet/asupan zat gizi

Merokok

Tingkat polusi

Pendidikan

Obat

Penyinaran sinar ultraviolet

Gejala yang timbul pada proses penuaan adalah sebagai berikut:

Peningkatan usia > 60 th

Hilangnya kemampuan mendengar. Harus dg frekwensi tinggi

Penurunan indera rasa

Berkurangnya kelenjar thimus 5-10%

Hilangnya keseluruhan gigi

Timbul penyakit artritis

Gangguan toleransi glukosa

Peningkatan body fat

Penurunan BB, krn menjadi kurus, hilangnya air dan massa tulang sampai 36%

Penurunan kekuatan otot (30-40% from age 30 to age 80).

Gangguan tidur

Presbyopia (terjadi 42% lansia dengan usia 52-64, 73% dalam usia 65-74 dan

92% dalam usia lebih 75)

2.1.3 Teori Aging Process

4

Page 5: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

1. Biological Theory

a. Genetic aging theory

Genome maintenance defect theory

Perjalanan waktu terjadi mutasi sehingga mengakibatkan ketidakaktifan

kontrol replikasi gene (DNA repair)

Cell death theory

Mitokondria DNA mutasi dan disfungsi, yg disebabkan oleh gangg

konsentrasi Ca++, ROS dan pro-apoptotic protein

Genetic clock theory

Adanya program waktu (jam) dalam inti sel. Jam ini akan habis putarannya

akan terjadi pemberhentian proses mitosis

DNA repair

DNA sel selalu mengalami kerusakan oleh Oxigen radikal, sinar ultraviolet

dan bahan toxic lain, sedangkan kemampuan utk perbaikan menurun.

Genome instability theory

Perubahan genome dg hilangnya sebagian serentetan DNA menimbulkan

gangguan pengaturan mitosis.

2.Biochemical aging theory

Somatic mutation theory

Mutasi sel terjadi akibat oleh exposure radiasi dosis rendah sepanjang

hidupnya.

Wear and tear theory

Manusia ibarat mesin kesalahan bagian organ menimbulkan kerusakan

dimana-mana dan mengabaikan kesalahan dpt meningkatkan hasil. (ex. Latihan

fisik)

Deprivation theories

Ketidak adequatan penyaluran bahan nutrien dan Oxigen ke sel akan

menimbulkan kerusakan sel (ex. Stroke)

Cross linkage theory

Hubungan silang molekul DNA inti menimbulkan reaksi kimia dan

hasilnya suatu protein jaringan ikat spt kolagen (fibrosis paru)

Accumulation theory

Lipofusin dan lipids terakumulasi di vaskuler shg timbul sklerosis

Oxidative stress theory

5

Page 6: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Oxigen bebas hasil metabolisme merpk kondisi yg tdk stabil dpt merusak

protein, membran sel dan asam nukleat

Free radical theory

Gugus hidroksil, peroksida hidrogen sangat reaktif dan merusak protein,

DNA dan asam lemak jenuh.

HSPs

HSPs dapat membantu kerusakan sel dan memperbaiki rusaknya protein,

bila komposisi yg tepat.

Hormones

Glucose cross linking

3. Physiological aging theory

Error catastrophe theory

Penuaan terjadi akibat kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Kesalahan

metabolisme dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

Adaptation theory

Calorie restriction

Behavioral factors

Replicative senescence theory

Waste product theory

Collagen theory

Disposable soma theory

Membrane hypothesis of aging

Asam lemak polyunsaturated bagian membran rusak akibat radikal bebas.

4. Sociopsychological Theory

Activity theory

Penurunan aktivitas, menimbulkan pe¯ blood flow dan atrophy shg penuaan

lebih cepat

Personal meaning and purpose theory

Ketidakbahagiaan, depresi, dan kehilangan menimbulkan respon emosional

yg dpt mempercepat penuaan.

Social exchange theory

Perubahan sosial dpt menimbulkan stress bagi lansia shg mempercepat

proses menjadi tua

5. Enviromental Theory

Exposure theory

6

Page 7: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Orang yg terpapar sinar matahari terlalu lama akan cepat terjadi penuaan

Radiation theory

Radiasi sinar γ, sinar X dan ultraviolet akan memudahkan mengalami denaturasi

protein dan mutasi DNA

6. Polution theory

Udara, Air dan Tanah yg telah kena polusi dan menimpa seseorang maka akan

mempengaruhi kondisi epigenetik dan dapat menimbulkan penuaan lebih cepat

Stress theory

2.1.4 Perubahan-Perubahan Pada Lansia

Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:

1. Perubahan Mikro, terjadi dalam sel seperti:

a. Berkurangnya cairan dalam sel

b. Berkurangnya besarnya sel

c. Berkurangnya jumlah sel

2. Perubahan Makro, yang jelas terlihat seperti:

a. Mengecilnya mandibula

b. Menipisnya discus intervertebralis

c. Erosi permukaan sendi-sendi

d. Osteoporosis

e. Atropi otot

f. Emphysema Pulmonum

g. Presbyopi

h. Arterosklerosis

i. Manopause pada wanita

j. Demintia senilis

k. Kulit tidak elastisl

l. Rambut memutih

Perubahan per sistem yang dialami oleh lansia:

a. Perubahan Sistem Pernapasan

•Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, shg volume paru berkurang

•Penurunan aktivitas silia

•Alveoli melebar dan jumlahnya berkurang

•Penurunan tekanan parsial oksigen (75 mmHg)

•Darah yg tereduksi bertambah

7

Page 8: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

•Kemampuan batuk efektif berkurang

•Mudah terkena pneumonia

b. Perubahan Sistem Persyarafan

Lambat dalam merespon

Perubahan pancaindera

Penglihatan

Pendengaran

Pengecapan

perabaan

Mengecilnya syaraf indera

Sering terjadi neuritis dan hilangnya sensasi

c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Katub jantung menebal dan kaku

Kemampuan pompa menurun 1% stlh umur 20 th

Kehilangan elastisitas pembuluh darah

Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

d. Perubahan Sistem Genitourinari

Ginjal mengecil dan nefron atrofi

Blood flow ke ginjal menurun sampai 50%

Vesika urinaria, kapasitasnya menurun sampai 200 ml

Frekwensi BAK meningkat

Pembesaran prostat + 75% pd usia 65th

Atrovi vulva

Vagina, selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi menjadi

berkurang

Keasaman vagina lebih alkalis basa

Permukaan menjadi halus

e. Perubahan Sistem endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun

Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

Menurunnya aktivitas tiroid, shg BMR menurun

Defisiensi hormonal sering terjadi pada lansia

Pituitary, pertumbuhan hormon ada tetapi rendah dan hanya ada di pembuluh darah

dan produk : ACTH, TSH, FSH dan LH menurun.

8

Page 9: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Menurunnya Produksi aldosteron

f. Perubahan Sistem Pencernaan

Kehilangan gigi

Indera pengecapan menurun sampai 80%

Esofagus melebar

Rasa lapar menurun

Asam lambung menurun dan sering terjadi korosif

Peristaltik melemah, biasanya timbul konstipasi

Fungsi absorbsi melemah (terganggu)

Liver (hati), makin mengecil & menurunnya kemampuan metabolisme karena

blood flow menurun

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan densitas, shg rapuh

Resiko terjadi fraktur

Kyphosis

Persendian besar dan menjadi kaku

Lansia wanita > resiko fraktur

Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas

Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek, shg :

Gerakan volunter menurun

Gerakan reflektonik sbg reaksi thdp rangsangan lobus

Gerakan involunter perangsangan terhadap lobus

h. Perubahan Integumen

Kulit menjadi keriput dan kehilangan jaringan lemak

Kulit kering dan elastisitas menurun

Kelenjar keringat mulai tidak bekerja

Pigmentasi kulit berkurang, dan sering timbul bercak hitam akibat menurunnya

aliran darah

Penyembuhan luka berkurang

Kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh

Pertumbuhan rambut berkurang, rambut mjd kelabu dan menipis

Pada wanita >60th rambut wajah kadang meningkat

Temperatur tubuh menurun

i. Perubahan Sistem reproduksi

Selaput lendir vagina menurun/ kering

9

Page 10: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Ovarium dan uterus menciut

Payudara atrofi

Testis masih dapat berproduksi walaupun ada penurunan

Dorongan sex tetap sampai >70th asal sehat

Frekwensi sexual intercouse cenderung menurun, ttp kapasitas utk melakukan

dan menikmati berjalan terus.

Impotensi tersering kulit hitam > kulit putih > kulit berwarna ( 35% : 30% :

15% )

2.2 Konsep Keperawatan Keluarga

2.2.1 Definsi Keluarga

Duvall (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan

perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan

budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap

anggota keluarga.

Bailon dan Maglaya (1978) juga menyebutkan keluarga adalah dua atau lebih individu

yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

Mereka salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Sedangkan menurut Johnson’s (1992), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih

yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang

terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai

kewajiban antara satu orang dengan lainnya.

Spradley dan Allender (1996) menyebutkan satu atau lebih individu yang tinggal

bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial,

peran dan tugas.

Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga

adalah:

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau

adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan

satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial:

suami, istri, anak, kakak dan adik.

4. mempunyai tujuan;

10

Page 11: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

a. menciptakan dan mempertahankan budaya

b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.

2.2.2 Tipe Keluarga

Tipe keluarga tradisional :

1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak

(kandung atau angkat).

2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan anak

sudah memisahkan diri.

4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena

mengejar karir atau pendidikan.

5. The Extended family, keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain,

seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

6. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung atau

angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).

7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari

minggu atau libur saja.

8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama

dalam satu rumah.

9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan

menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.

10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari

perkawinan sebelumnya.

11. “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

Tipe keluarga non tradisional :

1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu

dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.

3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.

4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama, berganti-

ganti pasangan tanpa nikah.

5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah

sebagaimana pasangan suami istri.

11

Page 12: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena

alasan tertentu.

7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi

sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.

8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup

berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan

anak.

9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu

sementara.

10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena

keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.

11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,

berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

2.2.3 Fungsi Keluarga

Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:

1. Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan

keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilanm elaksanakan

fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap

anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan

dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga

yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep

diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi

afektif adalah:

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar

anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari

anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat

yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim

didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar

keluarga atau masyarakat.

b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan

hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi

afektif akan tercapai

12

Page 13: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan

anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai

aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses identifikasi

yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.

Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif

keluarga tidak terpenuhi.

2. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang

menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986).

Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi

atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi

dengan keluarga.

3. Fungsi reproduks

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia.

4. Fungsi ekonomi

Funsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan semua anggota

keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu

mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari

tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan

berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998):

a. Mengenal masalah

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

13

Page 14: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

2.2.4 Pendekatan Dalam Keperawatan Keluarga (stanhope & lancaster, 2004

Keluarga sebagai kontek (Family as Context):

a. Karakteristik pendekatan

1. Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga yang kedua

2. Fokus pelayanan keperawatan: individu

3. Individu/anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi

4. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan

Keluarga sebagai klien (Family as Client):

b. Karakteristik pendekatan

1. Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua

2. Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu anggota keluarga

3. Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu berdampak pada keluarga

secara keseluruhan

Keluarga sebagai sistem (Family as System)

c. Karakteristik pendekatan

1. Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga adalah sistem yang berinteraksi

2. Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga secara bersamaan

3. Interaksi antara anggota keluarga menjadi target intervensi keperawatan (seperti:

hubungan orang tua dan anak, antara hirarki orang tua)

Keluarga sebagai komponen sosial (Family as Component of Society

d. Karakteristik pendekatan

1. Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan, spiritual, ekonomi, dan

kesehatan.

2. Kelurga adalah unit utama dan kumpulan keluarga akan membentuk sistem yang lebih

besar yaitu masyarakat

3. Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima, bertukar dan saling

memberi layanan.

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia

2.3.1 Peran Kelurga Dalam Perawatan Lansia

Keluarga berperan penting dalam mengendalikan proses penuaan lansia dalam

keluarganya. Keluarga dapat menggantikan peran perawat untuk meningkatkan kualitas hidup

14

Page 15: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

lansia dalam keluarganya. Salah satunya dengan mengendalikan penuaan diri, yaitu dengan

cara:

1. Meningkatkan kualitas hidup lansia, mencegah apa yang dapat dicegah, mengontrol,

menunda dan memperbaiki apa yang tidak dapat dicegah.

2. Memperbaiki gaya hidup dengan mengkombinasikan diet, aktifitas fisik, terapi medis dan

farmakologis.

Keperawatan lanjut usia berfokus pada :

1. Peningkatan kesehatan (helth promotion)

2. Pencegahan penyakit (preventif)

3. Mengoptimalkan fungsi mental

4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.\

Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk

memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut

usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda

maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih

dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan,

diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan

melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.

Asuhan keperawatan bagi lansia penting karena jumlah lansia setiap tahunnya

meningkat. Berikut data dari LD-FEUI:

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok

lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:

1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan

tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu:

15

Page 16: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan

lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi

kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.

2. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang

perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada

dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota

keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi

dekubitus (lecet).

3. Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit

berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:

Berkurangnya jaringan lemak subkutan

Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas

Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih

tipis dan rapuh

Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya

dekubitus.

2.3.2 Pendekatan Kelurga Dalam Perawatan Lanjut Usia

1. Pendekatan fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian

yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat

kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat

dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia

dapat dibagi atas dua bagian yaitu:

Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak

tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu

melakukan sendiri.

Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya

mengalami kelumpuhan atau sakit.

2.Pendekatan psikis

Disini keluarga mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lanjut usia, keluarga dapat berperan sebagai supporter, interpreter

terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai

sahabat yang akrab. Keluarga hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam

16

Page 17: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk

keluhan agar para lanjut usia merasa puas.

Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang

dari lingkungan, termasuk anggota keluarga yang memberikan perawatan. Untuk itu

keluarga harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka

melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.

Keluarga harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam

memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat

dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.Hal itu perlu dilakukan karena

perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-

perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang

baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan,

perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan

pergeseran libido.

3. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya

keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama

dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social

ini merupakan suatu pegangan bagi keluarga bahwa orang yang dihadapinya adalah

makhluk sosial yang membutuhkan orang lain

5.Pendekatan spiritual

Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam

hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau

mendeteksi kematian.

2.3.3 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lanjut Usia

Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:

1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut

dengan jalan perawatan dan pencegahan.

2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien

lanjut usia (life support)

3. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik

kronis maupun akut.

4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa

yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu

17

Page 18: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu

penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu

pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).

2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia :

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

b. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun

c. Mempertahankan hubungan perkawinan

d. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan

e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi

f. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya sendiri, keluarga

dan orang-orang disekitarnya pun perlu memahami bagaimana melakukan perawatan yang

tepat bagi lansia tersebut. Oleh karena selama individu tersebut memiliki semangat untuk

hidup serta melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia

meskipun usianya telah lanjut.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

18

Page 19: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2012

A. DATA BIOGRAFI

Nama : Tn. H

Tempat & Tgl Lahir : Surabaya, 7 Januari 1942 Gol. Darah : B

Pendidikan Terakhir : D. III

Agama : Islam /

Status Perkawinan : Duda ( Cerai : Mati )

TB / BB : 172 Cm / 60Kg

Penampilan : Rambut putih, berkaca mata, berkaos oblong, bercelana

pendek, cukup rapi

Alamat : Jl. Semolowaru 1 no. 44

Orang Yang Dekat Dihubungi : Tn. N

Hubungan dengan Usila : Anak Kandung

Alamat : Jl. Semolowaru 1 no. 44

B. RIWAYAT KELUARGA

Genogram :

Keterangan : Tn. H hanya memiliki satu anak yaitu Tn. N. sehingga dalam 1 rumah

tersebut Tn. H tinggal bersama Tn. N dan istri Tn. N serta 3 anak Tn. N yang terdiri dari 2

anak perempuan dan 1 anak laki-laki.

C. RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini : Pensiunan

Pekerjaan Sebelumnya : PNS (Guru SD)

19

Page 20: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Berapa Jarak Dari Rumah : 3 Km

Alat Tarnsportasi : Sepeda motor

Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan terhadap kebutuhan : dari gaji pensiunan

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Tipe Tempat Tinggal : Bangunan permanen

Jumlah Kamar : 4 kamar

Kondisi Tempat Tinggal : Rapi dan bersih

Jumlah orang yang tinggal di rumah : Laki-laki = 3 orang / Perempuan = 3 orang

Derajat Privasi : cukup , Tetangga Terdekat: Tn. Y dan Tn. F

Denah Rumah :

E. RIWAYAT REKREASI

Tn. H sampai sekarang masih hobi jalan kaki bersama teman-teman lansia di RT

tempat tinggal beliau. Terkadang jika anaknya (Tn. N) memiliki waktu luang, Tn. H

sering diajak keluar sekedar jalan-jalan melepas penat karena rutinitas setiap hari.

F. SISTEM PENDUKUNG

Di lingkungan tempat tinggal Tn. H terdapat perawat yang jaraknya 100 m dari rumah.

Sedangkan RS ada RSDS yang jaraknya 7 km dari rumah. Di rumah tersedia kotak P3K

untuk kesehatan keluarga, Tn. H setiap hari makan bersama anak dan cucunya yang

20

Kmr mandi

Kmr Tn. N + istri

Kamar anak

teras Ruang tamu

dapur

Kamar tamu

Kamar anak

Kamar Tn. H

r. makan

R klg

Page 21: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

dimasak oleh menantunya dengan menu setiap hari yang bervariasi. Ada nasi, lauk, sayur,

buah.

Karena Tn. H memiliki riwayat hipertensi, keluarga selalu mengingatkan Tn.H untuk

meminum obat anti hipertensinya sesuai jadwal. Keluarga juga mengingatkan Tn. H untuk

BAK setiap 2 jam sekali, karena Tn. H mengalami inkontinensia urin.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan ritual : Tn. H selain selalu sholat 5 waktu juga memiliki rutinitas pengajian

dengan jamaah di masjid di lingkungannya setiap hari senin dan rabu. Tn. H selalu rajin

hadir pada pengajian tersebut bersama keluarga.

H. STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Tn. H memiliki riwayat

hipertensi dan tidak mampu menahan keinginan untuk kencing. Kencing keluar sebelum

sampai di kamar mandi, sehingga Tn. H memakai diapers disposable.

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Tn. H dengan riwayat hipertensi

Keluhan Utama : tidak mampu menahan kencing

dan risih jika harus menggunakan diapers.

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Tn. H kurang tahu

mengapa beliau tidak dapat menahan kencingnya, padahal 6 tahun yang lalu beliau masih

bisa menahan kencingnya, sehingga beliau dianjurkan oleh perawat di lingkungan tempat

tinggalnya untuk kencing setiap 2 jam, dan hal tersebut dilakukan keluarga untuk selalu

mengingatkan Tn. H, serta memakai diapers jika keluar rumah.

Obat-Obatan :

No. Nama Obat Dosis Keterangan

21

Page 22: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

1 Captopril 3x 12,5 mg

Status Immunisasi : -

Tetanus, Difteri : - Influensa : -

Pneumovaks : -

Alergi : (catatan agen dan reaksi spesifik)

Obat-obatan : -

Makanan : -

Faktor Lingkungan: -

Penyakit Yang Diderita :

Hipertensi Rheumatoid Asthma Dimensia

Lain – Lain : inkontinensia urin

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

Indeks Katz : B

Oksigenasi :

22

Page 23: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

RR: 16 x/ menit, tidak memakai bantuan otot nafas, tidak ada sesak, suara nafas vesikuler.

Cairan& Elektrolit: Balance cairan 3000ml

Nutrisi : Makan habis

Eliminasi : BAK tidak dapat menahan kencing, BAB setiap hari dengan

konsistensi padat

Aktivitas : Pada umumnya Tn. H masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari

namun kadang cepat merasa lelah. Tn. H kadang meminta bantuan

untuk mengenakan pakain yang berkancing.

Istirahat & Tidur : Tidak pernah tidur siang, tidur malam sering terbangun untuk BAK

Personal Hygiene : Mandi 2xsehari, gosok gigi 2x sehari, potong kuku saat kuku mulai

panjang, keramas setiap mandi.

Seksual : Sudah tidak melakukan aktivitas seksual sejak 20 tahun yang lalu

Rekreasi : Jalan sehat bersama teman-teman lansia di lingkungan tempat tinggal,

terkadang juga diajak oleh anaknya yaitu Tn.N untuk sekedar jalan-

jalan keluar melepas penat karena rutinitas sehari-hari.

Psikologis : Tn.H cenderung sering marah-marah jika tidak diingatkan keluarga

untuk meminum obat atau memakai diapers saat keluar rumah. Tn. H

sudah mulai pelupa.

Persepsi Klien

Konsep diri : Merasa sudah tidak berguna lagi

Emosi : Labil

Adaptasi : Belum bisa beradaptasi dengan inkontinensia urinnya, Tn. H merasa

malu jika di tengah jalan tiba-tiba mengompol

Mekanisme Pertahanan Diri : selalu menjaga dirinya agar tetap sehat dengan jalan

sehat bersama teman-teman lansia.

J. TINJAUAN SISTEM

Keadaan Umum : Baik

Tingkat Kesadaran : Composmentis

Skala Koma Glasgow : Verbal= 5 Psikomotor= 6 Mata= 4

Tanda-Tanda Vital : Pols = 85 x/menit Temp=36,5 C RR=20 x/menit

Tensi= 130/ 80 mmHg

1. Kepala : rambut beruban, bersih

2. Mata, Telinga, Hidung :

23

Page 24: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Mata: agak cowong, lensa agak keruh, pandangan berkurang

Telinga: bersih, tidak ada penumpukan kotoran/ serumen (-), pendengaran menurun

Hidung: sinusitis (-), polip (-), penciuman baik

3. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid

4. Dada & Punggung : agak membungkuk, simetris kanan dan kiri, suara paru

vesikuler

5. Abdomen & Pinggang : tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada nyeri

pinggang, bising usus menurun.

6. Ekstremitas Atas & Bawah :

tidak ada kelainan ekstremitas, baik

dextra maupun sinistra. Berfungsi

dengan baik.

7. Sistem Immune : menurun, mudah terkena penyakit musiman.

8. Genetalia : testis mulai atrofi, adanya gangguan ereksi.

9. Sistem Reproduksi : sudah jarang mengeluarkan sperma.

10. Sistem Persyarafan : sedikit lambat dalam merespon

11. Sistem Pengecapan : menurun, dalam membedakan rasa-rasa makanan.

12. Sistem Penciuman : berkurang

13. Tactil Respon : positif

K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL

1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ) :

2. Mini-Mental State Exam (MMSE):

3. Inventaris Depresi Beck: 52

4. APGAR Keluarga: 7

3.2 ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah

1. DS : Tn. H mengeluh tidak

bisa menahan kencingnya.

Usia > 60 tahun Inkotinensia Urin

24

5 5

5 5

Page 25: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

DO : -

Fungsi organ menurun

Otot destrusor menurun

Tidak bisa menahan

kencing

Inkotinensia Urin

2. DS : Tn. H mengeluh bosan

tidak ada pekerjaan.

DO : -

Usia > 50 tahun

Kehilangan pekerjaan

(pensiun)

Bosan dan gelisah

Gangguan konsep diri

Gangguan konsep diri

3. DS : Tn. H mengeluh

kesepian di rumah, tidak ada

yang memperhatikan.

DO : -

Masalah

Dukungan keluarga

inadekuat

Koping individu inefektif

Koping individu inefektif

3.3 PRIORITAS MASALAH

1. Inkontinensia urin b.d penurunan kekuatan otot detrusor pada lansia.

2. Gangguan konsep diri b.d hilangnya peran pada pekerjaan.

3. Koping individu inefektif pada keluarga b.d dukungan social tidak adekuat yang

dibentuk dari karakteristik atau hubungan.

3.4 INTERVENSI

1. Inkontinensia urin b.d penurunan kekuatan otot detrusor pada lansia.

Tujuan umum : Klien dapat melaporkan bila ada berkurangnya periode inkotinensia.

25

Page 26: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Tujuan khusus :

a. Menghilangkan atau meminimalkan hambatan lingkungan dari rumah.

b. Menggunakan peralatan adaptif yang sesuai untuk membantu berkemih,

berpindah, dan mengenakan pakaian.

c. Menggambarkan faktor penyebab inkotinensia.

Intervensi :

a. Kaji kemunduran sensorik/motorik.

b. Kurangi hambatan lingkungan (rintangan, penerangan, jarak, pegangan ke toilet)

c. Sediakan commode di dekat tempat tidur bila dibutuhkan.

d. Anjurkan ke kamar mandi setiap 2 jam setelah makan dan sebelum tidur.

2. Gangguan konsep diri b.d hilangnya peran pada pekerjaan.

Tujuan umum : keluarga dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.

Tujuan khusus :

a. Keluarga dalam mengelola gangguan konsep diri pada lansia

b. Keluarga dapat mengatasi gangguan konsep diri pada lansia

Intervensi :

a. Berteman dengan kawan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan

b. Diadakannya MPP

c. Membentuk kelompok sosialisasi baru

d. Membentuk rutinitas yang baru.

3. Koping individu inefektif pada keluarga b.d dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari

karakteristik atau hubungan.

Tujuan umum : Klien dapat membuat keputusan dan menunjukan tindakan yang tepat

untuk mengubah situasi provokatif dalam lingkungan pribadi.

Tujuan khusus :

a. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosional.

b. Mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi perilaku yang

diakibatkannya.

c. Mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan

keperawatan.

Intervensi :

a. Kaji status koping saat ini.

b. Beri dukungan jika individu bicara.

c. Pertahankan lingkungan dengan tingkat stimuli yang rendah.

d. Bantu indiividu memecahkan masalahnya.

26

Page 27: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

e. Tingkatkan aktivitas individu secara bertahap.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. http://askep- askeb.cz.cc/ diakses tanggal 10 maret 2010.27

Page 28: MAKALAH LANSIA KOMUNITAS(1)

Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,

Missouri : Mosby, Inc.

McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,

Missouri : Mosby, Inc.

NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia :

NANDA International.

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes

R.I.

Lueckennotte, Annette G, 1996, Gerontologic Nursing, St. Louis : Mosby Year

Incorporation.

Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 1. Jakarta:

EGC.

Hazry, Ahmad. 2011. Disitasi dari :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17030/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 7

Mei 2012 pukul 15.00 wib

28