Upload
alfilutfiatul
View
553
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall
dan Logan, 1986 ). Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan (WHO, 1969). Keluarga memiliki peran
penting dalam perawatan lansia yang ada dalam keluarganya.
Saat ini populasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada
tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk.
Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3 kali lipat menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari
total populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993). Dengan jumlah populasi
tersebut terdapat 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya
sendiri, 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga, 53 % lansia masih
menanggung beban kehidupan keluarga dan hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan
dari anak/menantu.
Dari survey di atas tampak masih ada lansia yang cukup produktif dan lansia yang
bergantung sepenuhnya pada keluarganya. Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat
dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas
keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut
dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi
yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan
pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses
menjadi tua. Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dimasa-masa tuanya maka sangat
diperlukan dukungan dari keluargnya.
Dalam hal mempermudah penyembuhan perlu dilibatkan keluarga, karena
keluargalah yang banyak menghabiskan waktu dengan pasien. Pada makalah ini akan
dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia. Dan diharpkan mampu
dijadikan referensi untuk memahami asuha keperawatan keluarga dengan lanjut usia.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan lansia?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan proses asuhan keperawatan keluarga dengan lansia
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan dasar teori asuhan keperawatan keluarga
2. Menjelaskan dasar teori proses menua
3. Menjelaskan proses asuhan keperawatan keluarga dengan lansia
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan
lansia dengan pendekatan Student Center Learning.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi lansia
Menurut WHO yaitu lansia (elderly) antara usia 60-74 tahun, usia tua (old) :75-90
tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun. Sedangkan meurut Depkes RI
Ada 3 yaitu lansia presenilis : antara usia 45-59 tahun, lansia yaitu usia 60 tahun ke atas, dan
lansia beresiko yaitu usia ˃ 70 tahun atau ˃ usia 60 th dg masalah kesehatan.
2.1.2 Proses Menua
Proses menua adalah :
• Proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
dan mempertahankan anatomis dan fungsi normal.
• Tidak ada kemampuan untuk bertahan terhadap jejas, antigenik dan tidak mampu
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)
• Terjadi pemendekan telomer
Penyebab proses penuaan adalah sebagai berikut :
1. Penuaan Primer
Perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada
proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu
mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya
membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
2. Penuaan Skunder
Proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial. Stress fisik,
psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet: suka
memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat
mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada
kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Faktor-faktor penyebab proses penuaan:
Faktor-faktor proses penuaan ; faktor genetik, faktor endogenik dan faktor
eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup) yang akan mempengaruhi kesepatan proses
penuaan.
1. Faktor genetik ;
3
Penuaan diri
Resiko penyakit
Intelegensia
Pharmakogenetik
Warna kulit
Tipe atau kepribadian seseorang
2. Faktor endogenik;
Perubahan struktural dan penurunan fungsional
Kemampuan/skill
Daya adaptasi
Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D
3. Faktor lingkungan;
Diet/asupan zat gizi
Merokok
Tingkat polusi
Pendidikan
Obat
Penyinaran sinar ultraviolet
Gejala yang timbul pada proses penuaan adalah sebagai berikut:
Peningkatan usia > 60 th
Hilangnya kemampuan mendengar. Harus dg frekwensi tinggi
Penurunan indera rasa
Berkurangnya kelenjar thimus 5-10%
Hilangnya keseluruhan gigi
Timbul penyakit artritis
Gangguan toleransi glukosa
Peningkatan body fat
Penurunan BB, krn menjadi kurus, hilangnya air dan massa tulang sampai 36%
Penurunan kekuatan otot (30-40% from age 30 to age 80).
Gangguan tidur
Presbyopia (terjadi 42% lansia dengan usia 52-64, 73% dalam usia 65-74 dan
92% dalam usia lebih 75)
2.1.3 Teori Aging Process
4
1. Biological Theory
a. Genetic aging theory
Genome maintenance defect theory
Perjalanan waktu terjadi mutasi sehingga mengakibatkan ketidakaktifan
kontrol replikasi gene (DNA repair)
Cell death theory
Mitokondria DNA mutasi dan disfungsi, yg disebabkan oleh gangg
konsentrasi Ca++, ROS dan pro-apoptotic protein
Genetic clock theory
Adanya program waktu (jam) dalam inti sel. Jam ini akan habis putarannya
akan terjadi pemberhentian proses mitosis
DNA repair
DNA sel selalu mengalami kerusakan oleh Oxigen radikal, sinar ultraviolet
dan bahan toxic lain, sedangkan kemampuan utk perbaikan menurun.
Genome instability theory
Perubahan genome dg hilangnya sebagian serentetan DNA menimbulkan
gangguan pengaturan mitosis.
2.Biochemical aging theory
Somatic mutation theory
Mutasi sel terjadi akibat oleh exposure radiasi dosis rendah sepanjang
hidupnya.
Wear and tear theory
Manusia ibarat mesin kesalahan bagian organ menimbulkan kerusakan
dimana-mana dan mengabaikan kesalahan dpt meningkatkan hasil. (ex. Latihan
fisik)
Deprivation theories
Ketidak adequatan penyaluran bahan nutrien dan Oxigen ke sel akan
menimbulkan kerusakan sel (ex. Stroke)
Cross linkage theory
Hubungan silang molekul DNA inti menimbulkan reaksi kimia dan
hasilnya suatu protein jaringan ikat spt kolagen (fibrosis paru)
Accumulation theory
Lipofusin dan lipids terakumulasi di vaskuler shg timbul sklerosis
Oxidative stress theory
5
Oxigen bebas hasil metabolisme merpk kondisi yg tdk stabil dpt merusak
protein, membran sel dan asam nukleat
Free radical theory
Gugus hidroksil, peroksida hidrogen sangat reaktif dan merusak protein,
DNA dan asam lemak jenuh.
HSPs
HSPs dapat membantu kerusakan sel dan memperbaiki rusaknya protein,
bila komposisi yg tepat.
Hormones
Glucose cross linking
3. Physiological aging theory
Error catastrophe theory
Penuaan terjadi akibat kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Kesalahan
metabolisme dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
Adaptation theory
Calorie restriction
Behavioral factors
Replicative senescence theory
Waste product theory
Collagen theory
Disposable soma theory
Membrane hypothesis of aging
Asam lemak polyunsaturated bagian membran rusak akibat radikal bebas.
4. Sociopsychological Theory
Activity theory
Penurunan aktivitas, menimbulkan pe¯ blood flow dan atrophy shg penuaan
lebih cepat
Personal meaning and purpose theory
Ketidakbahagiaan, depresi, dan kehilangan menimbulkan respon emosional
yg dpt mempercepat penuaan.
Social exchange theory
Perubahan sosial dpt menimbulkan stress bagi lansia shg mempercepat
proses menjadi tua
5. Enviromental Theory
Exposure theory
6
Orang yg terpapar sinar matahari terlalu lama akan cepat terjadi penuaan
Radiation theory
Radiasi sinar γ, sinar X dan ultraviolet akan memudahkan mengalami denaturasi
protein dan mutasi DNA
6. Polution theory
Udara, Air dan Tanah yg telah kena polusi dan menimpa seseorang maka akan
mempengaruhi kondisi epigenetik dan dapat menimbulkan penuaan lebih cepat
Stress theory
2.1.4 Perubahan-Perubahan Pada Lansia
Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro, terjadi dalam sel seperti:
a. Berkurangnya cairan dalam sel
b. Berkurangnya besarnya sel
c. Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro, yang jelas terlihat seperti:
a. Mengecilnya mandibula
b. Menipisnya discus intervertebralis
c. Erosi permukaan sendi-sendi
d. Osteoporosis
e. Atropi otot
f. Emphysema Pulmonum
g. Presbyopi
h. Arterosklerosis
i. Manopause pada wanita
j. Demintia senilis
k. Kulit tidak elastisl
l. Rambut memutih
Perubahan per sistem yang dialami oleh lansia:
a. Perubahan Sistem Pernapasan
•Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, shg volume paru berkurang
•Penurunan aktivitas silia
•Alveoli melebar dan jumlahnya berkurang
•Penurunan tekanan parsial oksigen (75 mmHg)
•Darah yg tereduksi bertambah
7
•Kemampuan batuk efektif berkurang
•Mudah terkena pneumonia
b. Perubahan Sistem Persyarafan
Lambat dalam merespon
Perubahan pancaindera
Penglihatan
Pendengaran
Pengecapan
perabaan
Mengecilnya syaraf indera
Sering terjadi neuritis dan hilangnya sensasi
c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan kaku
Kemampuan pompa menurun 1% stlh umur 20 th
Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
d. Perubahan Sistem Genitourinari
Ginjal mengecil dan nefron atrofi
Blood flow ke ginjal menurun sampai 50%
Vesika urinaria, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
Frekwensi BAK meningkat
Pembesaran prostat + 75% pd usia 65th
Atrovi vulva
Vagina, selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi menjadi
berkurang
Keasaman vagina lebih alkalis basa
Permukaan menjadi halus
e. Perubahan Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun
Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
Menurunnya aktivitas tiroid, shg BMR menurun
Defisiensi hormonal sering terjadi pada lansia
Pituitary, pertumbuhan hormon ada tetapi rendah dan hanya ada di pembuluh darah
dan produk : ACTH, TSH, FSH dan LH menurun.
8
Menurunnya Produksi aldosteron
f. Perubahan Sistem Pencernaan
Kehilangan gigi
Indera pengecapan menurun sampai 80%
Esofagus melebar
Rasa lapar menurun
Asam lambung menurun dan sering terjadi korosif
Peristaltik melemah, biasanya timbul konstipasi
Fungsi absorbsi melemah (terganggu)
Liver (hati), makin mengecil & menurunnya kemampuan metabolisme karena
blood flow menurun
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan densitas, shg rapuh
Resiko terjadi fraktur
Kyphosis
Persendian besar dan menjadi kaku
Lansia wanita > resiko fraktur
Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas
Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek, shg :
Gerakan volunter menurun
Gerakan reflektonik sbg reaksi thdp rangsangan lobus
Gerakan involunter perangsangan terhadap lobus
h. Perubahan Integumen
Kulit menjadi keriput dan kehilangan jaringan lemak
Kulit kering dan elastisitas menurun
Kelenjar keringat mulai tidak bekerja
Pigmentasi kulit berkurang, dan sering timbul bercak hitam akibat menurunnya
aliran darah
Penyembuhan luka berkurang
Kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh
Pertumbuhan rambut berkurang, rambut mjd kelabu dan menipis
Pada wanita >60th rambut wajah kadang meningkat
Temperatur tubuh menurun
i. Perubahan Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina menurun/ kering
9
Ovarium dan uterus menciut
Payudara atrofi
Testis masih dapat berproduksi walaupun ada penurunan
Dorongan sex tetap sampai >70th asal sehat
Frekwensi sexual intercouse cenderung menurun, ttp kapasitas utk melakukan
dan menikmati berjalan terus.
Impotensi tersering kulit hitam > kulit putih > kulit berwarna ( 35% : 30% :
15% )
2.2 Konsep Keperawatan Keluarga
2.2.1 Definsi Keluarga
Duvall (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap
anggota keluarga.
Bailon dan Maglaya (1978) juga menyebutkan keluarga adalah dua atau lebih individu
yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Sedangkan menurut Johnson’s (1992), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang
terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai
kewajiban antara satu orang dengan lainnya.
Spradley dan Allender (1996) menyebutkan satu atau lebih individu yang tinggal
bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial,
peran dan tugas.
Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga
adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial:
suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. mempunyai tujuan;
10
a. menciptakan dan mempertahankan budaya
b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.
2.2.2 Tipe Keluarga
Tipe keluarga tradisional :
1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak
(kandung atau angkat).
2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan anak
sudah memisahkan diri.
4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena
mengejar karir atau pendidikan.
5. The Extended family, keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
6. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung atau
angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).
7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau libur saja.
8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
11. “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
Tipe keluarga non tradisional :
1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.
4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama, berganti-
ganti pasangan tanpa nikah.
5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah
sebagaimana pasangan suami istri.
11
6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
alasan tertentu.
7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi
sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup
berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan
anak.
9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu
sementara.
10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena
keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,
berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
2.2.3 Fungsi Keluarga
Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:
1. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilanm elaksanakan
fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap
anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan
dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga
yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep
diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi
afektif adalah:
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari
anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat
yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim
didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar
keluarga atau masyarakat.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan
hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi
afektif akan tercapai
12
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan
anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai
aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses identifikasi
yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif
keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986).
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi
dengan keluarga.
3. Fungsi reproduks
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
4. Fungsi ekonomi
Funsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan semua anggota
keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998):
a. Mengenal masalah
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
13
2.2.4 Pendekatan Dalam Keperawatan Keluarga (stanhope & lancaster, 2004
Keluarga sebagai kontek (Family as Context):
a. Karakteristik pendekatan
1. Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga yang kedua
2. Fokus pelayanan keperawatan: individu
3. Individu/anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi
4. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan
Keluarga sebagai klien (Family as Client):
b. Karakteristik pendekatan
1. Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua
2. Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu anggota keluarga
3. Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu berdampak pada keluarga
secara keseluruhan
Keluarga sebagai sistem (Family as System)
c. Karakteristik pendekatan
1. Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga adalah sistem yang berinteraksi
2. Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga secara bersamaan
3. Interaksi antara anggota keluarga menjadi target intervensi keperawatan (seperti:
hubungan orang tua dan anak, antara hirarki orang tua)
Keluarga sebagai komponen sosial (Family as Component of Society
d. Karakteristik pendekatan
1. Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan, spiritual, ekonomi, dan
kesehatan.
2. Kelurga adalah unit utama dan kumpulan keluarga akan membentuk sistem yang lebih
besar yaitu masyarakat
3. Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima, bertukar dan saling
memberi layanan.
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia
2.3.1 Peran Kelurga Dalam Perawatan Lansia
Keluarga berperan penting dalam mengendalikan proses penuaan lansia dalam
keluarganya. Keluarga dapat menggantikan peran perawat untuk meningkatkan kualitas hidup
14
lansia dalam keluarganya. Salah satunya dengan mengendalikan penuaan diri, yaitu dengan
cara:
1. Meningkatkan kualitas hidup lansia, mencegah apa yang dapat dicegah, mengontrol,
menunda dan memperbaiki apa yang tidak dapat dicegah.
2. Memperbaiki gaya hidup dengan mengkombinasikan diet, aktifitas fisik, terapi medis dan
farmakologis.
Keperawatan lanjut usia berfokus pada :
1. Peningkatan kesehatan (helth promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.\
Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut
usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda
maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih
dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan,
diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan
melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.
Asuhan keperawatan bagi lansia penting karena jumlah lansia setiap tahunnya
meningkat. Berikut data dari LD-FEUI:
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok
lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan
tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu:
15
kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan
lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi
kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada
dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota
keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi
dekubitus (lecet).
3. Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
Berkurangnya jaringan lemak subkutan
Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas
Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih
tipis dan rapuh
Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya
dekubitus.
2.3.2 Pendekatan Kelurga Dalam Perawatan Lanjut Usia
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian
yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat
dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia
dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit.
2.Pendekatan psikis
Disini keluarga mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, keluarga dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab. Keluarga hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
16
memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang
dari lingkungan, termasuk anggota keluarga yang memberikan perawatan. Untuk itu
keluarga harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka
melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Keluarga harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam
memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat
dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.Hal itu perlu dilakukan karena
perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-
perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang
baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan,
perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan
pergeseran libido.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social
ini merupakan suatu pegangan bagi keluarga bahwa orang yang dihadapinya adalah
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain
5.Pendekatan spiritual
Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau
mendeteksi kematian.
2.3.3 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lanjut Usia
Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:
1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien
lanjut usia (life support)
3. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik
kronis maupun akut.
4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa
yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu
17
5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia :
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
d. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut
Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya sendiri, keluarga
dan orang-orang disekitarnya pun perlu memahami bagaimana melakukan perawatan yang
tepat bagi lansia tersebut. Oleh karena selama individu tersebut memiliki semangat untuk
hidup serta melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia
meskipun usianya telah lanjut.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
18
Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2012
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Tn. H
Tempat & Tgl Lahir : Surabaya, 7 Januari 1942 Gol. Darah : B
Pendidikan Terakhir : D. III
Agama : Islam /
Status Perkawinan : Duda ( Cerai : Mati )
TB / BB : 172 Cm / 60Kg
Penampilan : Rambut putih, berkaca mata, berkaos oblong, bercelana
pendek, cukup rapi
Alamat : Jl. Semolowaru 1 no. 44
Orang Yang Dekat Dihubungi : Tn. N
Hubungan dengan Usila : Anak Kandung
Alamat : Jl. Semolowaru 1 no. 44
B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan : Tn. H hanya memiliki satu anak yaitu Tn. N. sehingga dalam 1 rumah
tersebut Tn. H tinggal bersama Tn. N dan istri Tn. N serta 3 anak Tn. N yang terdiri dari 2
anak perempuan dan 1 anak laki-laki.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Pensiunan
Pekerjaan Sebelumnya : PNS (Guru SD)
19
Berapa Jarak Dari Rumah : 3 Km
Alat Tarnsportasi : Sepeda motor
Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan terhadap kebutuhan : dari gaji pensiunan
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Tipe Tempat Tinggal : Bangunan permanen
Jumlah Kamar : 4 kamar
Kondisi Tempat Tinggal : Rapi dan bersih
Jumlah orang yang tinggal di rumah : Laki-laki = 3 orang / Perempuan = 3 orang
Derajat Privasi : cukup , Tetangga Terdekat: Tn. Y dan Tn. F
Denah Rumah :
E. RIWAYAT REKREASI
Tn. H sampai sekarang masih hobi jalan kaki bersama teman-teman lansia di RT
tempat tinggal beliau. Terkadang jika anaknya (Tn. N) memiliki waktu luang, Tn. H
sering diajak keluar sekedar jalan-jalan melepas penat karena rutinitas setiap hari.
F. SISTEM PENDUKUNG
Di lingkungan tempat tinggal Tn. H terdapat perawat yang jaraknya 100 m dari rumah.
Sedangkan RS ada RSDS yang jaraknya 7 km dari rumah. Di rumah tersedia kotak P3K
untuk kesehatan keluarga, Tn. H setiap hari makan bersama anak dan cucunya yang
20
Kmr mandi
Kmr Tn. N + istri
Kamar anak
teras Ruang tamu
dapur
Kamar tamu
Kamar anak
Kamar Tn. H
r. makan
R klg
dimasak oleh menantunya dengan menu setiap hari yang bervariasi. Ada nasi, lauk, sayur,
buah.
Karena Tn. H memiliki riwayat hipertensi, keluarga selalu mengingatkan Tn.H untuk
meminum obat anti hipertensinya sesuai jadwal. Keluarga juga mengingatkan Tn. H untuk
BAK setiap 2 jam sekali, karena Tn. H mengalami inkontinensia urin.
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Tn. H selain selalu sholat 5 waktu juga memiliki rutinitas pengajian
dengan jamaah di masjid di lingkungannya setiap hari senin dan rabu. Tn. H selalu rajin
hadir pada pengajian tersebut bersama keluarga.
H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Tn. H memiliki riwayat
hipertensi dan tidak mampu menahan keinginan untuk kencing. Kencing keluar sebelum
sampai di kamar mandi, sehingga Tn. H memakai diapers disposable.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Tn. H dengan riwayat hipertensi
Keluhan Utama : tidak mampu menahan kencing
dan risih jika harus menggunakan diapers.
Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Tn. H kurang tahu
mengapa beliau tidak dapat menahan kencingnya, padahal 6 tahun yang lalu beliau masih
bisa menahan kencingnya, sehingga beliau dianjurkan oleh perawat di lingkungan tempat
tinggalnya untuk kencing setiap 2 jam, dan hal tersebut dilakukan keluarga untuk selalu
mengingatkan Tn. H, serta memakai diapers jika keluar rumah.
Obat-Obatan :
No. Nama Obat Dosis Keterangan
21
1 Captopril 3x 12,5 mg
Status Immunisasi : -
Tetanus, Difteri : - Influensa : -
Pneumovaks : -
Alergi : (catatan agen dan reaksi spesifik)
Obat-obatan : -
Makanan : -
Faktor Lingkungan: -
Penyakit Yang Diderita :
Hipertensi Rheumatoid Asthma Dimensia
Lain – Lain : inkontinensia urin
I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)
Indeks Katz : B
Oksigenasi :
22
√
RR: 16 x/ menit, tidak memakai bantuan otot nafas, tidak ada sesak, suara nafas vesikuler.
Cairan& Elektrolit: Balance cairan 3000ml
Nutrisi : Makan habis
Eliminasi : BAK tidak dapat menahan kencing, BAB setiap hari dengan
konsistensi padat
Aktivitas : Pada umumnya Tn. H masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari
namun kadang cepat merasa lelah. Tn. H kadang meminta bantuan
untuk mengenakan pakain yang berkancing.
Istirahat & Tidur : Tidak pernah tidur siang, tidur malam sering terbangun untuk BAK
Personal Hygiene : Mandi 2xsehari, gosok gigi 2x sehari, potong kuku saat kuku mulai
panjang, keramas setiap mandi.
Seksual : Sudah tidak melakukan aktivitas seksual sejak 20 tahun yang lalu
Rekreasi : Jalan sehat bersama teman-teman lansia di lingkungan tempat tinggal,
terkadang juga diajak oleh anaknya yaitu Tn.N untuk sekedar jalan-
jalan keluar melepas penat karena rutinitas sehari-hari.
Psikologis : Tn.H cenderung sering marah-marah jika tidak diingatkan keluarga
untuk meminum obat atau memakai diapers saat keluar rumah. Tn. H
sudah mulai pelupa.
Persepsi Klien
Konsep diri : Merasa sudah tidak berguna lagi
Emosi : Labil
Adaptasi : Belum bisa beradaptasi dengan inkontinensia urinnya, Tn. H merasa
malu jika di tengah jalan tiba-tiba mengompol
Mekanisme Pertahanan Diri : selalu menjaga dirinya agar tetap sehat dengan jalan
sehat bersama teman-teman lansia.
J. TINJAUAN SISTEM
Keadaan Umum : Baik
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Skala Koma Glasgow : Verbal= 5 Psikomotor= 6 Mata= 4
Tanda-Tanda Vital : Pols = 85 x/menit Temp=36,5 C RR=20 x/menit
Tensi= 130/ 80 mmHg
1. Kepala : rambut beruban, bersih
2. Mata, Telinga, Hidung :
23
Mata: agak cowong, lensa agak keruh, pandangan berkurang
Telinga: bersih, tidak ada penumpukan kotoran/ serumen (-), pendengaran menurun
Hidung: sinusitis (-), polip (-), penciuman baik
3. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
4. Dada & Punggung : agak membungkuk, simetris kanan dan kiri, suara paru
vesikuler
5. Abdomen & Pinggang : tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada nyeri
pinggang, bising usus menurun.
6. Ekstremitas Atas & Bawah :
tidak ada kelainan ekstremitas, baik
dextra maupun sinistra. Berfungsi
dengan baik.
7. Sistem Immune : menurun, mudah terkena penyakit musiman.
8. Genetalia : testis mulai atrofi, adanya gangguan ereksi.
9. Sistem Reproduksi : sudah jarang mengeluarkan sperma.
10. Sistem Persyarafan : sedikit lambat dalam merespon
11. Sistem Pengecapan : menurun, dalam membedakan rasa-rasa makanan.
12. Sistem Penciuman : berkurang
13. Tactil Respon : positif
K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ) :
2. Mini-Mental State Exam (MMSE):
3. Inventaris Depresi Beck: 52
4. APGAR Keluarga: 7
3.2 ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Tn. H mengeluh tidak
bisa menahan kencingnya.
Usia > 60 tahun Inkotinensia Urin
24
5 5
5 5
DO : -
Fungsi organ menurun
Otot destrusor menurun
Tidak bisa menahan
kencing
Inkotinensia Urin
2. DS : Tn. H mengeluh bosan
tidak ada pekerjaan.
DO : -
Usia > 50 tahun
Kehilangan pekerjaan
(pensiun)
Bosan dan gelisah
Gangguan konsep diri
Gangguan konsep diri
3. DS : Tn. H mengeluh
kesepian di rumah, tidak ada
yang memperhatikan.
DO : -
Masalah
Dukungan keluarga
inadekuat
Koping individu inefektif
Koping individu inefektif
3.3 PRIORITAS MASALAH
1. Inkontinensia urin b.d penurunan kekuatan otot detrusor pada lansia.
2. Gangguan konsep diri b.d hilangnya peran pada pekerjaan.
3. Koping individu inefektif pada keluarga b.d dukungan social tidak adekuat yang
dibentuk dari karakteristik atau hubungan.
3.4 INTERVENSI
1. Inkontinensia urin b.d penurunan kekuatan otot detrusor pada lansia.
Tujuan umum : Klien dapat melaporkan bila ada berkurangnya periode inkotinensia.
25
Tujuan khusus :
a. Menghilangkan atau meminimalkan hambatan lingkungan dari rumah.
b. Menggunakan peralatan adaptif yang sesuai untuk membantu berkemih,
berpindah, dan mengenakan pakaian.
c. Menggambarkan faktor penyebab inkotinensia.
Intervensi :
a. Kaji kemunduran sensorik/motorik.
b. Kurangi hambatan lingkungan (rintangan, penerangan, jarak, pegangan ke toilet)
c. Sediakan commode di dekat tempat tidur bila dibutuhkan.
d. Anjurkan ke kamar mandi setiap 2 jam setelah makan dan sebelum tidur.
2. Gangguan konsep diri b.d hilangnya peran pada pekerjaan.
Tujuan umum : keluarga dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.
Tujuan khusus :
a. Keluarga dalam mengelola gangguan konsep diri pada lansia
b. Keluarga dapat mengatasi gangguan konsep diri pada lansia
Intervensi :
a. Berteman dengan kawan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan
b. Diadakannya MPP
c. Membentuk kelompok sosialisasi baru
d. Membentuk rutinitas yang baru.
3. Koping individu inefektif pada keluarga b.d dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
Tujuan umum : Klien dapat membuat keputusan dan menunjukan tindakan yang tepat
untuk mengubah situasi provokatif dalam lingkungan pribadi.
Tujuan khusus :
a. Mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan emosional.
b. Mengidentifikasi pola koping personal dan konsekuensi perilaku yang
diakibatkannya.
c. Mengidentifikasi kekuatan personal dan menerima dukungan melalui hubungan
keperawatan.
Intervensi :
a. Kaji status koping saat ini.
b. Beri dukungan jika individu bicara.
c. Pertahankan lingkungan dengan tingkat stimuli yang rendah.
d. Bantu indiividu memecahkan masalahnya.
26
e. Tingkatkan aktivitas individu secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. http://askep- askeb.cz.cc/ diakses tanggal 10 maret 2010.27
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia :
NANDA International.
Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes
R.I.
Lueckennotte, Annette G, 1996, Gerontologic Nursing, St. Louis : Mosby Year
Incorporation.
Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 1. Jakarta:
EGC.
Hazry, Ahmad. 2011. Disitasi dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17030/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 7
Mei 2012 pukul 15.00 wib
28