Upload
virnadia-ekasari-andriani
View
5
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
plasenta previa
Citation preview
ASKEP PLESENTA PREVIA
Mar16LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PLASENTA PREVIA
1. 1. PENGERTIAN
Plasenta previa yaitu merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium uteri
internum)
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
jalan lahir pada waktu tertentu :
ü Plasenta Previa Totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta
ü Plasenta Previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta.
ü Plasenta Previa Marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
jalan lahir.
ü Plasenta Previa Letak Rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan
jalan lahir.
1. 2. GAMBARAN KLINIS
A. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak perdarahan yang terjadi pertama
kali, biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi
pada triwulan ketiga.
B. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh
adanya rasa sakit.
C. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang
D. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
terjadi letak janin letak lintang atau letak sungsang.
E. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan
1. 3. ETIOLOGI
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah
mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan infertilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok
Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan menjadi 4 derajat yaitu
:
1. Total bila menutup seluruh serviks
2. Partial bila menutup sebagian serviks
3. Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta).
4. Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir).
1. 4. PATOFISIOLOGI
Terdapat perbedaan pada vagina pada usia kehamilan 20 minggu, timbul secara spontan
tanpa melakukan aktivitas atau akibat trauma abdomen, darah berwarna merah segar,
disertai atau tanpa disertai rasa nyeri akibat kontraksi uterus. Perlu juga dicari beberapa
faktor predisposisi seperti riwayat solusio plasentae, perokok, hipertensi, multiparitas dan
kehamilan ganda.
Plasenta Menempel Di Segmen Bawah/Plasenta Lepas Dari Dinding Uterus
Perdarahan
1. 5. MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
Perjalanan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab, terutama pada
multigravida pada kehamilan setelah 20 minggu.
Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan luar, bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul,
ada kelainan letak janin.
b) Pemeriksaan inspekula, perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.
1. 6. KOMPLIKASI
a) Prolaps tali pusat
b) Prolaps Plasenta
c) Plasenta Melekat
d) Robekan-robekan jalan lahir
e) Perdarahan post partum
f) Infeksi
g) Bayi Prematuritas atau kelahiran mati
1. 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) USG : Biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan kongenital, letak dan derajat
maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik
operasi yang akan dilakukan.
b) Kardiotokografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan > 28 Minggu
c) Laboraturium : darah perifer lengkap. Bila dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu pemeriksaan
lainnya dilakukan atas indikasi medis.
1. 8. PENATALAKSANAAN
Ketika dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena
pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian
infus atau tranfusi darah. Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
ü Keadaan umum pasien, kadar hb.
ü Jumlah perdarahan yang terjadi.
ü Umur kehamilan/taksiran BB janin.
ü Jenis plasenta previa.
ü Paritas clan kemajuan persalinan.
Penanganan EkspektifKriteria :
- Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Perdarahan sedikit
- Belum ada tanda-tanda persalinan
- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
1. Istirahat baring mutlak.
2. Infus D 5% dan elektrolit
3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
5. Pemeriksaan USG.
6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
7. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien ditunggu sampai
kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif.
Penanganan aktifKriteria :
• umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
• Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
• Ada tanda-tanda persalinan.
• Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum, dilakukan pemeriksaan
dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.
Indikasi Seksio Sesarea :
1. Plasenta previa totalis.
2. Plasenta previa pada primigravida.
3. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
4. Anak berharga dan fetal distres
5. Plasenta previa lateralis jika :
• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
5. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.
1. 9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi cervik
tidak biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas
normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double
setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan
kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika
paru-paru fetal sudah mature.
PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PLASENTA PREVIA
Pengkajian Data
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan , di perlukan pengkajian yang cemat
untuk masalah klien agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.informasi akan
menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan keperawatan yang meliputi kebutuhan,
fisik, psikososial dan lingkungan. Metode pengumpulan data meliputi pengumpulan data,
klasifikasi data, analisa data, rumusan diagnosa keperawatan. Data yang perlu dikumpulkan
pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data
- Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku atau
bangsa, pendididkan, pekerjaan, dan alamat.
1. Identitas Penanggung Jawab Pasien
2. Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
3. Keluhan utama
ü Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.
ü Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan
yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
ü Perdarahan yang berulang-ulang.
1. Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar
sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya
biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat
pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.
1. Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek, trauma,
uterus / rahim feulidli.
1. Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan
penyebabnya.
1. Pemeriksaan fisik
2. Keadaan umum
Kesadaran : composmetis s/d coma
Postur tubuh : biasanya gemuk
Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
Raut wajah : biasanya pucat
1. Tanda-tanda vital
Tensi : normal sampai turun (syok)
Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
Suhu : normal / meningkat (> 37o c)
RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
Pemeriksaan Fisik
1. Anamnesa plasenta previa
A. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
B. Sift perdarahan :
Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
Tanpa sebab yang jelas
Dapat berulang
1. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim
2. Pada inspeksi dijumpai
A. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
B. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis
C. Pemeriksaan fisik ibu
i. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
ii. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
iii. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal
Tekanan darah tuirun, nadi dan pernafasan meningkat
Tanpa anemis
1. Pemeriksaan khusus
A. Pemeriksaan palpasi abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam
rahim dan bagian terendah masih tinggi.
1. Pemeriksaan denyut jantung janin
Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam rahim.
1. Pemeriksaan dalam dilakukan diats meja operasi dan siap untuk segera mengambil
tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
Menegakkan diagnosa pasti
Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya memecahkan
ketuban.
Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri, internum.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Resti infeksi b.d insisi luka operasi
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
4. Resti fetal distress b.d terlepasnya placenta
5. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
6. Resti konstipasi b.d penurunan peristaltik usus
7. Perubahan pola peran b.d adanya anggota keluarga baru
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
Klien tidak gelisah,
skala nyeri 1 – 2, tanda vital normal.
Intervensi :
1. Kaji karakristik, skala, lokasi, intensitas, dan frekuensi nyeri.
Rasional : untuk mengukur tingkatan nyeri dan untuk menindak lanjuti asuhan keperawatan
1. Monitor tanda vital pasien.
Rasional : untuk mengetahui tanda-tanda adanya infeksi
1. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri klien dengan menarik nafas saat nyeri muncul
1. Berikan lingkungan tenang dan nyaman
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
1. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungandengan insisi luka operasi
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
Limfosit dalam batas normal,
tanda vital normal dan tidak ditemukan tanda infeksi.
Intervensi :
1. Kaji lokasi dan luas luka.
Rasional : untuk mengetahui lokasi luka yang muncul pada klien
1. Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, dan perubahan fungsi).
Rasional : untu mengetahui lokasi insisi luka
1. Pantau tanda vital klien
Rasional : mengetahui keadaan klien dan memudahkan tindakan selanjutnya
1. Kolaborasi pemberian antibiotik.
Rasional : untuk menentukan terapi yang sesuai pada klien.
1. Ganti balut dengan prinsip steril.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi pada luka
3.Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan
dilakukan
Tujuan : Ansietas berkurang dan dapat diatasi
Intervensi :
1. Jelaskan prosedur, intervensi dan tindakan yang dilakukan pada pasien.
Rasional :membantu dalam memahami kebutuhan terhadap prosedur ini.
1. Pertahankan komunikasi terbuka, diskusikan kemungkinan efek samping dan hasil,
pertahankan sikap optimis.
Rasional : informasi yang tepat akan mengurangi cemas pada klien.
1. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : klien dan keluarganya akan mersa tenang dan dapat mengurangi rasa cemas.
1. Libatkan pasangan / keluarga untuk mendampingi pasien.
Rasional : klien akan merasa tenang.
1. Kolaborasi dengan dokter pemberian sedatif bila tindakan lain tidak berhasil.
Rasional : sebagai langkah tindakan yang selanjutnya.
. Pengkajian
Data Subjektif :
Perdarahan per vaginam biasanya tidak nyeri
Perdarahan merah terang
Tidak disertai dengan kontraksi uterus dan cendrung terjadi dengan tiba-tiba
sewaktu trisemester ke 3
Gejala kehamilan :
Aktivitas janin biasanya normal
Sejumlah pasien melaporkan adanya episode perdarahan sebelumnya sewaktu trimester
pertama atau ke 2
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum : Apabila perdarahan tidak banyak ( 10-25% ), TTV biasanya normal
dan pasien tampak sehat.
Pemeriksaan Abdomen : Uterus halus dan tidak lunak, bunyi jantung janin biasanya normal,
bagian presentasi tidak tercekap pada pintu atas panggul.
Pemeriksaan pelvis : Tujuannya untuk mengevaluasi kuantitas perdarahan eksterna
dan kemungkinan perdarahan traktus urinarius atau rektum.
Pemeriksaan pervaginam atau rektal dapat merangsang perdarahan hebat. Apabila
perdarahannya minimal dan tampaknya bukan plasenta previa, pemeriksaan yang hati-hati
dengan spekulum dapat menyingkap kemungkinan perdarahan vaginal atau serviks. Apabila
di curigai perdarahan bersumber dari janin, darah harus diperiksa terhadap hemoglobin
janin.
Pemeriksaan diagnostic.
HDL ; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih(SDP), penurunan
Hb dan Ht.
USG ; Menetukan letak plasenta.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
2. Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
3. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
4. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang
terbatas.
5. Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kehamilan yang bermasalah.
C. Intervensi
Dx 1: Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
a. Kaji tentang banyaknya pengeluaran caiaran (perdarahan)
b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
d. Pantau kadar elektrolit darah.
e. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
f. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum.
g. Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan letak placenta.
Dx 2: Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Monitor perdarahan dan status janin
c. Pertahankan hidrasi.
d. Pertahankan tirah baring.
e. Persiapkan untuk section caesaria .
Dx 3: Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
a. Observasi tanda-tanda terjadinya shock hipolemik.
b. Kaji tentang banyaknya pengeluaran cairan (perdarahan).
c. Observasi tanda-tanda vital.
d. Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
e. Pantau kadar elektrolit darah.
f. Periksa golongan darah untuk antisipasi transfusi.
g. Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak minum.
Dx 4: Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas yang
terbatas.
a. Berikan penjelasan tentang pentingnya personal hygiene
b. Berikan motivasi untuk tetap menjaga personal hygiene tanpa melakukan aktivitas yang
berlebihan
c. Beri sarana penunjang atau mandikan klien bila klien masih harus bedrest
Dx 5: Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kehamilan yang bermasalah..
a. Beri dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
pemahaman dan kerja sama dengan tetap memberikan informasi tentang status janin,
mendengar dengan penuh perhatian, mempertahankan kontakmata dan berkomunikasi
dengan tenang, hangat dan empati yang tepat.
b. Pertahankan hubungan saling percaya dengan komunikasi terbuka. Hubungan rasa
saling percaya terjalin antara perawat dan klien akan membuat klien mudah
mengungkapkan perasaannya dan mau bekerja sama.
c. Jelaskan tentang proses perawatan dan prognosa penyakit secara bertahap. Dengan
mengerti tentang prosesperawatan dan prognosa penyakit akan memberikan rasa tenang.
d. Identifikasi koping yang konstruksi dan kuatkan. Dengan identifikasi dan alternatif koping
akan membantu klien dalammenyelesaikan masalahnya.
e. Lakukan kunjungan secara teratur untuk memberikan support system. Dengan support
system akan membuat klien merasa optimis tentang kesembuhannya.