Upload
yaya-olsho
View
73
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi, persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari
perubahan tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang
tidak bias bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan
sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif
menjadikan seseorangh mengalami ganguan secra psikologis.
Masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas
kesehatan perorangan maupun masyarakat. Mutu sumber daya manusia tidak
dapat diperbaiki hanya dengan pemberian makanan gizi seimbang, namun juga
perlu memperhatikan aspek-aspek dasar berupa aspek fisik, mental-emosional,
dan social budaya. Ganguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan
kematian namun akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu
dan beban berat bagi keluarga, baik mental maupun materi karena pemderita
menjadi kronis dan tidak lagi produktif.
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 (Riskesdas) menunjukan bahwa
ganguan mental emosional (depresi dan kecemasan) dialami oleh sekitar 11’6%
populasi usia di atas 15 tahun (sekitar 24.708.000 orang). Sedangkan sekitar
0,48% populasi (1.065.000) mengalami ganguan jiwa berat atau psikosis
(Depkes,2012).
Sekitar 6% dari populasi umum mengalami ganguan cemas. GAD adalah
ganguan yang paling sering ditemui, terjadi pada 2-4% populasi. Ganguan
ansietas lebih sering terjadi pada wanita dan usia paruh baya. Angka yang lebih
rendah terjadi pada laki-laki muda dan orang lanjut usia, mungkin disebabkan
karena kesulitan yang lebih besar mendeteksi ansietas dengan instrument standar
pada populasi ini. ( Cornelius. 2008).
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa definisi dari ansietas?
1.2.2. Apa factor predisposisi yang mempengaruhi ansietas?
1.2.3. Apa factor prespitasi yang mempengaruhi ansietas?
1.2.4. Bagaimana tanda dan gejala dari ansietas?
1.2.5. Bagaimana proses terjadinya masalah ansietas?
1.2.6. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien dengan ganguan menarik diri
yaitu ansietas?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami gangguan dalam
psikososial ansietas.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi hemoroid.
b. Mengetahui dan memahami factor predisposisi dari ansietas
c. Mengetahui dan memahami factor prespitasi dari ansietas
d. Menyebutkan dan memahami tanda dan gejala dari ansietas.
e. Menjelaskan tentang proses terjadinya masalah ansietas.
f. Menjelaskan asuhan keperawatan untuk klien dengan ganguan menarik diri
yaitu ansietas.
1.4. Manfaat
1.4.1. Dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis serta rekan perawat yang lain
dalam praktik memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
ansietas.
1.4.2. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan kepada
masyarakat dengan tujuan untuk menangani masalah psikososial ansietas
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ansietas adalah kekahwatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Stuart. 2006). Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang
merupakkan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut.
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai
berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi
sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi klien (Mansjoer, 1999).
Ansietas adalah keadaan emosi yang tidak menyenangkan melibatkan rasa
takut yang subjektif, rasa tidak nyaman pada tubuh, dan gejala fisik. (Cornelius.
2008)
Ansietas patologis dapat muncul dalam serangan terpisah tanpa stimulus
eksternal (ganguan panic), dalam serangan terpisah dengan stimulus berupa rasa
takut (fobia), atau secara menyeluruh dan presisiten (ganguan cemas menyeluruh,
generalized anxiety disorder GAD). Gejala ansetas juga muncul dalam berbagai
ganguan lainnya (misalnya depresi).
Tingkat Ansietas:
Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan atau ansietas yang dialami oleh
individu yaitu, ringan, sedang, berat dan panic.
1) Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih
waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi
individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 3
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifvitas. Contohnya, seseorang yang
menghadapi ujian akhir.
2) Ansietas Sedang
Individu terfokus hanya pada fikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi
penyempitan lapang presepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan
orang lain. Contohnya, keluarga yang menghadapi perpecahan.
3) Kecemasan Berat
Lapangan presepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail
yang kecil (spesifik) dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh prilaku
dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau
arahan untuk terfokus pada area lain. Contohnya, individu yang mengalami
kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam.
4) Tingkat Panik Dari Ansietas
Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena hilangnya
control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi
peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan
orang lain, penyimpangan presepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu
berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian.
Contohnya, individu dengan kepribadian pecah atau depersonalisasi.
Teori Kecemasan
1) Teori Psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu id,
ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif.
Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara
tuntutan dari id dan superego. Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan
konflik emosional yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi
memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan subsekuen.
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 4
a) Kecemasan primer
Kejadian traumatic yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi tiba-
tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan
kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan.
Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang
diakibatkan oleh factor eksternal.
b) Kecemasan subsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis
kecemasan lain akibat konflik emosi di antara dua elemen kepribadian yaitu id
dan superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego
sebagai pengembang id dan superego berada dalam kondisi bahaya.
2) Teori Interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa ansietas timbul akibat ketidakmampuan untuk
berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan. Kecemasan bias
dirasakan bila individu mempunyai kepekaan lingkungan. Adanya trauma seperti
perpisahan dengan orang berarti atau kehilangan dapat menyebabkan kecemasan
pada individu. Kecemasan yang timbul pada masa berikutnya muncul saat
iondividu mempersepsikan bahwa ia akan kehilangan orang yang dicintainya.
Harga diri seseorang merupakkan factor penting berhubungan dengan kecemasan.
Orang yang mempunyai predisposisi mengalami kecemasan adalah orang yang
mudah terancam, mempunyai opini negative terhadap dirinya atau meragukan
kemampuannya.
3) Teori Prilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Konflik muncul
dari dua kecenderungan yaitu “approach” dan “avoidance”. Approach
merupakkan kecenderungan untuk melakukan atau menggerakkan sesuatu.
Avoidance adalah kebalikannya yaitu tidak melakukan atau menggerakkan
sesuatu melalui sesuatu.
4) Teori Keluarga
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 5
Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan
selalu ada pada setiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen.
5) Teori Biologik
Otak memiliki reseptor khusu terhadap benzodiazepine, reseptor tersebut
berfungsi membantu regulasi kecemasan . Individu yang sering mengalami
kecemasan mempunyai masalah denagan proses neurotransmitter ini. Mekanisme
koping juga tergangu karena pengaruh toksik, defisiensi nutrisi, menurunnya
suplai darah, perubahan hormone dan sebab fisik lainnya. Kelelahan dapat
meningkatkan iritabilitas dan perasaan cemas.
2.2 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stress. Berbagai teori
dikembangkan mengenai factor predisposisi terjadinya ansietas adalah:
a. Teori Psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud Kecemasan dimulai pada saat bayi sebagai akibat
dari rangsangan tiba-tiba dan trauma lahir. Kegelisahan berlanjut dengan
kemungkinan bahwa lapar dan haus mungkin tidak puas. Kecemasan Primer
karena itu keadaan tegang atau dorongan yang dihasilkan oleh penyebab
eksternal. Lingkungan mampu mengancam serta memuaskan. Ini ancaman
implisit predisposes orang untuk kecemasan di kemudian hari.
Freud menyatakan struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan
superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan
dari id dan superego. Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan konflik
emosional yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan
ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
b. Teori Interpersonal
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 6
Sullivan tidak setuju dengan Freud. Ia menyatakan ansietas terjadi dari
ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma
masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang
menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya
sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli prilaku
menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu
yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.
d. Kajian Keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih
antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Selain itu
kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
2.3 Faktor Prespitasi
Stresor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman atau tuntutan yang membutuhkan energi ekstra untuk koping.
Faktor presipitasi dapat dikelompokkan menjadi:
a. Faktor eksternal :
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 7
1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri,
dan fungsi social yang terintegrasi pada individu.
b. Faktor internal :
1) Usia, seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah
mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua
usianya.
2) Jenis kelamin, gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang
ditandai dengan kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini
lebih sering dialami wanita daripada pria. Perempuan memiliki tingkat
kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subjek berjenis kelamin laki -
laki. Dikarenakan bahwa perempuan lebih peka dengan emosinya, yang
pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini
bukan hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor kognitif. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa yang
dialaminya dari segi detail, sedangkan laki-laki cara berpikirnya
cenderung global atau tidak detail. Individu yang melihat lebih detail,
akan juga lebih mudah dirundung oleh kecemasan karena informasi yang
dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa benar –benar menekan
perasaannya.
3) Tipe kepribadian , orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B.
Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar,
kompetitif, ambisius, dan ingin serba sempurna.
4) Lingkungan dan situasi, seseorang yang berada di lingkungan asing
ternyata lebih mudah mengalami kecemasan disbanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa dia tempati.
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 8
2.4 Tanda dan Gejala
Dimanifestasikan dengan gejala dari setiap kategori-fisiologis, emosional, dan
kognitif. Gejala ansietas ada bermacam-macam didasarkan terhadap tingkatan
(Whitley, 1994 dalam Carpenito, 2009).
a. Secara Fisiologis
1) Peningkatan frekuensi jantung
2) Peningkatan tekanan darah
3) Diaforesis (mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretensi
dalam tubuh, contohnya berkeringat)
4) Dilatasi pupil
5) Tremor suara/ perubahan nada suara
6) Gemetar, menggigil
7) Palpitasi (berdebar-debar)
8) Mual atau muntah
9) Sering berkemih
10) Diare
11) Insomnia (sulit tidur)
12) Keletihan dan kelemahan
13) Kemerahan atau pucat
14) Mulut kering
15) Sakit dan nyeri dibagian tubuh (terutama dada, punggung, dan leher)
16) Kegelisahan
17) Pingsan/ pening
18) Parastesia (kesemutan)
19) Flashes panas dan dingin (tubuh merasa sangat panas/ dingin)
20) Anoreksia (kehilangan nafsu makan)
b. Secara Emosional
Individu menyatakan bahwa dirinya merasa:
1) Ketakutan
2) Tidak berdaya
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 9
3) Gugup
4) Kurang percaya diri
5) Kehilangan kendali
6) Ketegangan meningkat
7) Tidak mampu rileks
8) Antisipasi kemalangan
c. Individu menampakan:
1) Iritabilitas/ tidak sabar
2) Marah yang meledak
3) Menangis
4) Cenderung menyalahkan orang lain
5) Reaksi mengagetkan
6) Mengkritik diri dan orang lain
7) Menarik diri
8) Inisiatif rendah
9) Celaan terhadap diri
10) Kontak mata buruk
d. Secara Kognitif
1) Ketidakmampuan berkonsentrasi
2) Rendahnya kesadaran terhadap sekitar
3) Pelupa
4) Orientasi terhadap masa lalu dari pada sekarang atau masa depan
5) Blocking saat berpikir (tidak mampu mengingat)
6) Hiperantetif
7) Preokupasi (tersibuki)
8) Menurunya kemempuan belajar
9) Konfusi(gangguan proses berpikir)
2.5 Proses Terjasinya Masalah
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 10
Ansietas merupakan kejadian psikologis yang terjadi akibat beberapa faktor
yang saling berhubungan. Diantaranya adalah faktor patofisiologis, situasional,
dan maturasional (Carpenito, 2009).
a. Patofisiologis
Semua faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia, seperti
makan, udara, kenyamanan dan keamanan.
b. Situasional (Individu, Lingkungan)
1) Berhubungan dengan ancaman yang dirasakan atau ancaman aktual
terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Perubahan status dan practise
- Rendahnya pengakuan dari orang lain
- Kegagalan (atau keberhasilan)
- Kehilangan barang berharga
- Dilema etik
2) Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat yang dirasakan atau
aktual sekunder akibat:
- Kematian
- Perceraian
- Tekanan budaya
- Pindah
- Berpisah sementara atau selamanya
3) Berhubungan dengan ancaman yang dirasakan atau ancaman actual
terhadap integritas biologis sekunder akibat:
- Proses menjelang ajal
- Penyerangan
- Prosedur invasif
- Penyakit
4) Berhubungan dengan perubahan lingkungan yang aktual atau dirasakan
sekunder akibat:
- Hospitalisasi
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 11
- Pindah
- Pensiun
- Bahaya keamanan
- Polutan lingkungan
5) Berhubungan dengan perubahan lingkungan yang aktual dalam status
sosioekonomi sekunder akibat:
- Pengangguran
- Pekerjaan baru
- Promosi
6) Berhubungan dengan transmisi ansietas orang lain pada individu.
c. Maturasional
Kematangan seseorang bergantung pada usia dimana dia mengalami masalah.
1) Bayi atau anak-anak
- Berhubungan dengan perpisahan
- Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
- Berhubungan dengan hubungan teman sebaya
2) Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Perkembangan seksual
- Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3) Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Kehamilan
- Menjadi orang tua
- Perubahan karir
- Efek penuaan
4) Lanjut Usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
- Penurunan sensori
- Penurunan motorik
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 12
- Masalah keuangan
- Perubahan masa pensiun
Beberapa faktor penyebab ansietas diatas akan memicu timbulnya ansietas.
Walaupun sebenarnya awitan proses klinis gangguan ansietas sangat bervariasi.
Ansietas dapat terjadi secara akut (mendadak) ataupun secara tiba-tiba. Gangguan
ansietas ditandai dengan tingkat ansietas yang tinggi terlihat dari perilaku yang
tidak lazim seperti; khawatir, panik pikiran dan proses tindakan obsesif-
kompulsif, atau takut terhadap obyek atau peristiwa yang tidak sesuai dengan
realitas situasi (Videbeck, 2009).
2.6 Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Gelissaah, berjalan dengan cemas, atau jika duduk, ekstremitas terus
bergerak.
Merasa “berani” / “berada di ujung”, tidak mampu rileks.
Mudah letih.
Kesulitan mengantuk atau tetap tertidur, gelisah, tidur tidak cukup
2) Sirkulasi
Jantung berdetak keras atau berdebar / palpitasi, tangan dingin dan
lembap, serangan panas atau dingin, berkeringat, kemerahan, pucat.
Nadi istirahat tinggi, peningkatan tekanan darah.
3) Integritas Ego
Kekhawatiran berlebihan pada sejumlah peristiwa / aktivitaas, lebih sering
terjadi dalam sedikitnya 6 bulan.
Mengeluh kekacauan dalam diri, memiliki kesulitan mengendalikan
kekhawatiran.
Mungkin memerlukan bantuan.
Ekspresi wajah yang menyembunyikan tingkat perasaan ansietas (mis.
mengerutkan kening, wajah tenang, kedutan kelopak mata).
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 13
Mungkin melaporkan riwayat ancaman terhadap integritas fisik (penyakit,
makanan dan perumahan tidak adekuat, dll) atau konsep diri (hilangnya
orang yang berarti, menjalankan peran baru).
4) Eliminasi
Sering berkemih, diare.
5) Makan atau minum
Tidak berselera terhadap makanan, disfungsi pola makan (mis. respons
terhadap isyarat internal selain lapar)
Mulut kering, gangguan lambung, ketidaknyamanan ulu hati, tenggorok
tersumbat.
6) Neurosensori
Tidak ada gangguan mental lain, misalnya gangguan depresif atau
skizofrenia.
Ketegangan motorik : gemetar, gelisah, gugup, menggigil, otot tegang,
mudah terkejut.
Pusing, pening, tangan atau kaki kesemutan.
Kemungkinan kekhawatiran: ansietas, takut, selallu merenung, antisipasi
kettidak beruntungan pada diri sendiri atau orang lain, ketidakmampuan
berperilaku berbeda (merasa terjebak).
Kewaspadaan berlebihan / hiperatensif mengakibatkan disaktibilitas
(penglihatan), kesulitab berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong,
iritabilitas, tidak sabar.
Ansietas melambung bebas biasanya kronis atau menetap selama beberapa
minggu / bulan.
7) Nyeri atau ketidaknyamanan
Sakit otot, sakit kepala.
8) Pernafasan
Frekuensi pernafasan meningkat, nafas pendek, sensasi tercekik.
9) Seksualitas
Wanita cenderung dua kali lebih sering terkena daripada pria.
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 14
10) Interaksi sosial
Kerusakan fungsi sosial / okupasi secara signifikan.
Pemeriksaan diagnostic
1) Skrining obat: meyingkirkan kemungkinan penyebab gejala karena
konstribusi obat.
2) Pemeriksaan diagnostic lain mungkin dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit fisik sebagai dasar gejala individu (mis. EKG pada
nyeri dada berat, ekokardiogram pada prolaps katup mitral, EEG utuk
mengidentifikasi aktivitas kejang, pemeriksaan tiroid).s
b. Analisis Data
c. Pohon Masalah
d. Intervensi dan Implementasi
1) Ansietas / Ketidakberdayaan
Dapat dihubungkan dengan :
a) Perasaan terancam atau ancaman nyata terhadap integritas fisik atau
konsep diri (dapat atau tidak dapat megidentifikasi ancaman).
b) Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai (keyakinan) yng penting
dan tujuan hidup, kebutuhan tidak terpenuhi.
c) Bicara negative tentang diri sendiri.
Kemungkinan ditandai oleh :
Perasaan khawatir dan ketidakmudahan persisten (berhubungan
dengan stressor atau stimulus yang tidak teridentifikasi) yang sukar
diredakan klien.
Kriteria hasil :
a) Mengungkapakan kesadaran adanya perasaan ansietas.
b) Mengidentifikasi mekanisme kopig yang efektif untuk berhasil
mengatasi stres.
c) Melaporkan penurunan ansietas pada tingkat yang dapat ditangani.
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 15
d) Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah / perubahan gaya
hidup sesuai situasi individu.
Intervensi
Tindakan/ Intervensi Rasional
Mandiri
Bentuk dan pertahankan hubungan
percaya. Beri waktu yang adekuat untuk
berespons. Komunikasikan dukungan
ekspresi diri klien.
Buat klien mengidentifikasi dan
menggambarkan sensasi perasaan emosi
dan fisik. Bantu klien menghubungakan
perilaku dan perasaan. Validasi semua
kesimpulan dan asumsi dengan klien.
Pantau tingkat ansietas dalam interaksi
perawat/ klien yang sedang dijalani.
Bantu klien enghubungkan penyebab dan
efek antara stressor dan ansietas.
Gali bagaimana klien menghadapi
Perilaku mendampingi dapat
meningkatkan kenyamanan klien selama
terlibat dengan perawat.
Kebutuhan pertama klien untuk
mengenali ansietas dan waspada terhadap
perasaan, bagaimana mereka
menghubungkan respos koping
maladaptive tertentu, dan tanggung
jawabnya dalam mempelajari perilaku
kontrol.
Ansietas sedang mungkin muncul/
produktif pada klien, tetapi ansietas
terlalu tinggi dapat mengganggu interaksi
dan kemampuan untuk memberi
informasi.
Memberi klien pengendalian terhadap
situasi. Meningkatkan perasaan kekuatan
jika klien dapat mengidentifikasi
penyebab ansietas.
Meningkatkan rasa percaya pada
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 16
ansietas di masa lalu dan metode apa
yang dapat memulihkanya. Anjurkan
penggunaan respons koping adaptif yang
berhasil di masa lalu.
Libatkan orang terdekat sebagai sumber
dan dukungan sosial dalam membantu
klien belajar respons koping baru.
Anjurkan dan dukung pemikiran yang
lebih realistik.
Bantu untuk mengevaluasi ulang tujuan,
modifikasi perilaku, gunakan sumber-
sumber, uji respons koping baru.
Bentuk program aktivitas regular.
Anjurkan klien menggunakan teknik
relaksasi.
kemampuan sendiri dalam menghadapi
stress. Klien mampu mempelajari respons
koping adaptif yang baru.
Hubunga dapat meningkatkan dukungan,
bantuan, dan jaminan yang
memungkinkan penggunana orang lain
sebgai sumber bukan menggunakan
perilaku menarik diri sebagai koping.
Mengganti pemikiran negative dengan
pemikiran positif atau menenangkan,
dpat bermanfaat dlam menghentikan
siklus pemikiran negative.
Tujuan yang ada mungkin terlalu kaku
dan mungkin membuat klien mengalami
ansietas yang dapat dihindari dengan
mengubah perilaku/ respons.
Energi yang berlebih diisi dengan cara
yang sehat melalui latihan fisik. Efek
biokimia terapi olahraga menurunkan
perasaan ansietas.
Relaksasi adalah teknik manajemen
stress pokok karena relaksasi dapat
menurunkan denyut jantung, menurunkan
metabolism, dan menurunkan laju
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 17
Kolaborasi
Beri obat sesuali indikasi, mis. buspiron,
benzodiazepine, dll.
pernafasan.
Ansiolitik member pemulihan dari efek
imbobilisasi ansietas.
2) Ketidakefektifan Koping Individu
Dapat dihubungkan dengan :
a) Tingkat ansietas yang dialami klien.
b) Metode koping tidak adekuat.
c) Kerentanan personal, harapan tidak terpenuhi, sistem pendukung tidak
adekuat.
Kemungkinan ditandai oleh ;
a) Keterampilan koping maladaptive, verbalisasi ketidakmampuan
koping.
b) Kekhawatiran kronis, ketegangan emosi, keletihan kronis, insomnia.
c) Perubahan partisipasi sosial.
Hasil yang diinginkan :
a) Mengidentifikasi koping perilaku yang tidak efektif dan
konsekuensinya.
b) Mengekspresikan perasaannya dengan tepat.
c) Meggunakan teknik penyelesaian masalah yang efektif
Intervensi
Intervensi Rasional
Kaji kapasitas fungsi saat inim
kembangka tingkat fungsi, dan tingkat
koping
Dengan mengetahui kemampuan koping
klien yang dipengaruhi oleh kejadian-
kejadian sekarang menentuka
kebutuhan / tipe intervesi.
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 18
Terapkan adanya penggunaan zat.
Mendengar aktif masalah klien dan
identifikasi persepsi tentang apa yang
sedang terjadi.
Gunakan teknik bermain peran dan
berlatih sesuai indikasi.
Anjurkan dan dukung klien dalam
mengevaluasi gaya hidup, perhatikan
aktivitas dan stress dalam situasi
keluarga, kerja, dan sosial
Buat klien mengidentifikasi tujuan jangka
pendek dan panjang yang dapat dicapai,
prioritaskan berdasar kebutuhan individu
klien dan waktu yang realistic.
Rekomendasi pembagian tugas dalam
unit-unit yang dapat ditangani.
Zat sering digunakan sebagai mekanisme
koping untuk mengendalikan ansietas
dan dapat mengganggu kemampuan klien
untuk menghadapi situasi saat ini.
Menigkatkan harga diri dan nilai-nilai
keyakinan dan mengklarifikasi
pendangan klien terhadap situasi yang
ada.
Meningkatkan latihan keterampilan baru
dalam lingkungan yang tidak
mengancam.
Membantu klien melihat asrea sulit yang
dapat berkonstribusi terhadap timbulnya
ansietas dan membuat perubahan secara
bertahap tanpa menimbulkan ansietas
yang tidak semestinya.
Membantu memberi arahan. Tujuan yang
tidak realistic membuat klien merasa
gagal dan menguatkan perasaan tidak
berdaya.
Fokus pada pencapaian tujuan dengan
langkah-langkah kecil sehingga klien
membebaskan individu dari tambahan
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 19
Sarankan untuk menyederhanakan
lingkungan kerja, menyela periode stress
dengan istirahat untuk relaksasi.
Tekankan pentingnya strukturisasi
kehidupan untuk member latihan // tidur
yang adekuat, aktivitas pengalih dan
nutrisi.
Kolaborasi
Rujuk pada sumber-sumber di luar
(konselor, enasihat spiritual, konseling
seksual,dll) sesuai indikasi.
stressor, meningkatkan kemungkinan
keberhasilan.
Mempertinggi keterampilan koping
dengan menurunkan distraksi,
meningkatkan rasa kendali, dan
emungkinkan individu kembali pada
tugasnya dengan bersemangat.
Strukturisasi kehidupan member perasaan
aman bagi klien cemas. Meningkatkan
gaya hidup dengan sedikit tekanan hidup,
meningkatkan perasaan sehat secara
umum dan kemampuan koping.
Mungkin perlu bantuan penunjang atau
pendukung untuk mempertahankan
penyembuhan / pengendalian.
3) Hambatan Interaksi Sosial
Dapat dihungkan dengan:
a) Gangguan konsep diri.
b) Penggunaan perilaku interaksi sosial tidak berhasil.
c) Perubahan status mental.
Kemungkinan ditandai dengan :
a) Verbalisasi / tampak adanya ketidaknyamanan dalam situasi sosial,
disfungsi interaksi.
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 20
b) Ekspresi perasaan berbeda dari orang lain, asyik dengan pemikiran
sendiri, iritabilitas, tidak sabar, kesulitan berkonsentrasi.
Hasil yang diinginkan :
a) Mengenali ansietas dan mengidentifikasi faktor-faktor yang terlibat
dengan perasaan isolasi / kerusakan interaksi sosial.
b) Berpartisipasi dalam aktivitas untuk meningkatkan interaksi dengan
orang lain.
c) Memberi penguatan positif diri terhadap perubahan yang dicapai.
Intervensi
Intervensi Rasional
Dengarkan komentar klien tentang
perasaan isolasi. bedakan isolasi dengan
menyenderi atau kesepian.
Habiskan waktu dengan klien, diskusikan
area permasalaha. Ekspresikan
penghargaan positif pada klien,
mendengark aktif masalah-masalahnya.
Kembangkan rencana tindaka dengan
klien, lihat adanya sumber-sumber yang
ada, perilaku berisiko, perawatan diri
yang tepat.
Kaji penggunaan keterampilan koping
dan mekanisme pertahanan klien.
Bantu klien belajar keterampilan sosial
dan gunakan bermain peran untuk
latihan.
Memberi informasi tentang
kekhawatiran / masalah perasaan
kesepian individu.
Mwngomunikasikan keyakinan harga diri
klien dan member lingkungan yang aman
untuk membuka diri.
KEterlibatan klien mngomunikasikan
perasaan kompetensi dan kemampuan
mengubah perilaku, meskipun ada
peraaan cemas.
Membantu pengembangkan keterampilan
untuk menangani stress.
MEmberi cara baru untuk menangani
ansietas dalam interaksi dengan orang
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 21
Anjurkan menyimpan jurnal dan catatan
interaksi sosial setiap hari untuk
peninjauan ulang.
Rekomendasikan bahwa klien membagi /
mediskusikan situasi dengan teman
sebaya atau sejawat.
Kolaborasi
Terlibat dalam kelas dan program yang
ditujukan pada resolusi masalah.
lain.
Membantu klien mengenali kenyaman /
ketidaknyamanan yang dialami dan
penyebab ynag mungkin.
Membantu orang lain memahami kondisi
klien, menurunkan resiko kesalahan
interpretasi.
Pengembangan keterampilan / perilaku
sosial positif member kesempatan untuk
mengurangi ansietas dan meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain.
4) Gangguan pola tidur
Dapat dihubungkan dengan :
a) Stres psikologis.
b) Pikiran repetitive.
c) Kemungkinan ditandaii oleh :
d) Kelihan sulit untuk tertidur / terjaga terlalu pagi atau lebih lama dari
yang diinginkan, tidak merasa segar setelah beristirahat.
e) Lingkaran gelap di bawah mata, sering menguap.
Hasil yang diinginkan :
a) MEngungkapkan pemhaman hubungan ansietas dan gangguan tidur.
b) Mengidentifikasi intervensi yang tepat untuk meningktakna tidur.
c) Melaporkan peningkatan dalam pola tidur, meningkatkan perasaan
sehat dan merasa istirahat dengan baik.
Intervensi
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 22
Intervesi Rasional
Tentukan tipe gangguan pola tidur yang
terjadi.
Sediakan lingkungan yang sunyi,
tindakan yang membuat nyaman.
Diskusikan penggunaan teknik /
pemikiran relaksasi, visualisasi.
Anjurkan cara menangani keterjagaan /
tidak tidur.
Libatkan klien dalam program olah raga,
hindari olahraga 2 jam sebelum waktu
tidur.
Hindari penggunaan sedative, jika
mungkin
Kolaborasi
Beri obat sesuai indikasi, mis. zolpidem
Identifikasi situasi individu dan derajat
gangguan fungsi menentukan kebutuhan
intervensi yang sesuai.
MEningkatkan relaksasi dan pengantar
untuk tidur. Efekk stimulasi kafein /
alcohol mengganggu kemampuan tidur.
Meningkatkan penurunan perasaan
cemas, menyebabkan peningkatan tidur /
istirahat.
Mempunyai rencana dapat menurunkan
ansietas karena tidak dapat tidur.
Aktivitas fisik tepat menjelang waktu
tidur mempersulit klien terlelap.
Obat sedative mengganggu tidur REM
dan mempengaruhi kualitas istirahat.
Efek yang menumpuk dapat
menyebabkan sering bermimpi buruk dan
lebih mengggangu tidur.
Meskipun obat direkomendasikan hanya
untuk penggunaan jangka pendek, obt
mungkin bermanfaat sampai intervensi
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 23
terapeutik lain hasil.
5) Resiko ketidakefektifan koping keluarga
Faktor resiko meliputi :
a) Informasi atau pemhama tidak adekuat atau tidak bear oleh orang
utama.
b) Disorganisasi keluarga sementara dan perubahan peran.
c) Ketidakmampuan jangka panjang yang menghabiskan kapasitas
dukungan orang terdekat.
Kemungkinan ditandai oleh : Tidak ada, adanya tanda dan gejala
menetapkan diagnosis aktual.
Hal yang diinginkan :
a) Mengidentifikasi sumber daya dalam diri sendiri untuk menghadapi
situasi.
b) Berinteraksi secara tepat dengan klien, member dukungan dan bantuan
sesuai kebutuhan.
c) Mengenlai kebutuhan dukungannya sendiri, mencari bantuan, dan
menggunakan sumebr secara efektif.
Intervensi
Intervesi Rasional
Kaji informasi yng diterima dan
dipahami keluarga / orang terdekat.
Identifikasi peran klien dalam keluarga
dan bagaimana penyakit telah mengubah
organisasi keluarga.
Kurangnya pemahaman tentang perilaki
klien dapat menyebabkan disfungsi pola
interaksi, yang berkonstribusi terhadap
munculnya ansietas pada anggota
keluarga.
Derajat ketidakmampuan yang dialami
klien yang mengganggu penampilan
peran kleuarga biasanya dapat
berkonstribusi terhadap stress /
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 24
Perhatikan faktor lain di samping
penyakit yng dapat mempengaruhi
kemampuan anggota keluarga untuk
member dukungan yang diperlukan.
Diskusikan alasan yang melatarbelakangi
perilaku klien.
Batu keluarga dank lien memahami siapa
yang memiliki masalah dan siapa yang
bertanggung jawab untuk
penyelesaiannya.
Dorong pengembangan keterampilan
penyelesaian masalah.
Kolaborasi
Rujuk pada sumber yang tepat sesuai
indikasi (mis. konseling, psikoteraoi,
penasehat financial, rohaniawan).
disorganisasi keluarga.
Teori sistem mengemukakan bahwa
anggorta keluarga lain juga
memeprlihatkan perilaku disfungsi, di
samping klien merupakan “ pasien yang
teridentifikasi”.
Membantu keluarga memahami dan
menerima perilaku yang mungkin sulit
untuk ditangani.
Meningkatkan tanggung jawab dalam
mengetahui siapa yang memiliki masalah
dan siapa yang harus menyelesaikannya.
Individu dapat meminta bantuan, tetapi
yang lain jangan menyelmatkan atau
berusaha menyelesaikannya untuk
individu tersebut.
Mungkin memerlukan bantuan penunjang
untuk mempertahankan integritas
keluarga.
d) Evaluasi
BAB III
PENUTUP
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 25
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa keperawatan memahami dan mempelajari
mengenani asuhan keperawatan jiwa masalah psikososial ansietas. Hal ini
dikarenakan masalah psikososial ansietas merupakan kegawatan dalam
masalah keperawatan jiwa yang sering dijumpai.
Dengan memahami dan mempelajari dengan baik maka mahasiswa
diharapkan mampu melakukan implementasi keperawatan yang sesuai untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 26
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda J. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Kritis Edisi
9. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC
Katona, Cornelius, et al. 2008. At A Glance Psikiatri ed 4. Jakarta: Erlangga
Suliswati, et al. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa ed 5. Jakarta: EGC
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T (2001). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing (7th ed.). St Louis: Mosby
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing (5th ed). St Louis : Mosby
Sumber: http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312047/, diakses
tanggal 18 Maret 2013.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Keperawatan Jiwa 1- Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Page 27