23
KEPERAWATAN JIWA Disusun Oleh: EVI SUPARYATI NINGSIH RINI OKTAVIA NINGSIH WINDA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA

KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh:

EVI SUPARYATI NINGSIH

RINI OKTAVIA NINGSIH

WINDA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA

JL. George Obos No.30 Palangka Raya 73112

Page 2: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

KASUS 

Ny.Y 35 thn Wiraswasta sukses, 6 bulan yang lalu kerugian besar dan bangkrut. Sejak

saat itu dia sering mengurung diri, nafsu makan tidak ada, sulit tidur, suka mengeluh nyeri di

dada dan mengeluh sesak nafas. merasa takut, tegang, cemas, konsentrasi berkurang, merasa diri

dalam khayalan, tidak berdaya, mudah terkejut, mengira hal yang paling buruk akan terjadi dan

sering memikirkan bahaya serta cenderung mengurangi aktivitas. Sedangkan gejala fisik berupa

denyut nadi cepat, jantung berdebar, dari hasil pemeriksaan dokter Ny.Y tersebut mengalami

goncangan emosi, Ny.Y mengalami ansietas.

a) Nursing Outcome Classification (NOC)

b) Nursing Intervention Classification (NIC)

c) Implementasi

Page 3: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

A. Pengertian Ansietas

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi

(Videbeck,2008).

      Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara

subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005).

      Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai

gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau

pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).

       Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respons

emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan

berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna

dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

B. Tanda dan Gejala Ansietas

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas

(Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran

berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan

perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

7. Gangguan kognitif , distres

8. Kesedihan yang mendalam

Page 4: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

C. Tingkatan Ansietas

Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang

bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu

melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat

tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan

perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan

perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan

melindungi diri sendiri.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik

Ketegangan otot ringan

Sadar akan lingkungan

Rileks atau sedikit gelisah

Penuh perhatian

Rajin

b. Respon kognitif

Lapang persepsi luas

Terlihat tenang, percaya diri

Perasaan gagal sedikit

Waspada dan memperhatikan banyak hal

Mempertimbangkan informasi

Tingkat pembelajaran optimal

c. Respons emosional

Perilaku otomatis

Sedikit tidak sadar

Aktivitas menyendiri

Terstimulasi

Tenang

2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang

Page 5: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

benar-benar berbeda ; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008),

respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :

a. Respon fisik :

Ketegangan otot sedang

Tanda-tanda vital meningkat

Pupil dilatasi, mulai berkeringat

Sering mondar-mandir, memukul tangan

Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi

Kewaspadaan dan ketegangan menigkat

Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

b. Respons kognitif

Lapang persepsi menurun

Tidak perhatian secara selektif

Fokus terhadap stimulus meningkat

Rentang perhatian menurun

Penyelesaian masalah menurun

Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

c. Respons emosional

Tidak nyaman

Mudah tersinggung

Kepercayaan diri goyah

Tidak sabar

Gembira

3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan

respons takut dan distress.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik

Ketegangan otot berat

Hiperventilasi

Kontak mata buruk

Page 6: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

Pengeluaran keringat meningkat

Bicara cepat, nada suara tinggi

Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

Rahang menegang, mengertakan gigi

Mondar-mandir, berteriak

Meremas tangan, gemetar

b. Respons kognitif

Lapang persepsi terbatas

Proses berpikir terpecah-pecah

Sulit berpikir

Penyelesaian masalah buruk

Tidak mampu mempertimbangkan informasi

Hanya memerhatikan ancaman

Preokupasi dengan pikiran sendiri

Egosentris

c. Respons emosional

Sangat cemas

Agitasi

Takut

Bingung

Merasa tidak adekuat

Menarik diri

Penyangkalan

Ingin bebas

4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya

kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.

Page 7: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik

Flight, fight, atau freeze

Ketegangan otot sangat berat

Agitasi motorik kasar

Pupil dilatasi

Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun

Tidak dapat tidur

Hormon stress dan neurotransmiter berkurang

Wajah menyeringai, mulut ternganga

b. Respons kognitif

Persepsi sangat sempit

Pikiran tidak logis, terganggu

Kepribadian kacau

Tidak dapat menyelesaikan masalah

Fokus pada pikiran sendiri

Tidak rasional

Sulit memahami stimulus eksternal

Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

c. Respon emosional

Merasa terbebani

Merasa tidak mampu, tidak berdaya

Lepas kendali

Mengamuk, putus asa

Marah, sangat takut

Mengharapkan hasil yang buruk

Kaget, takut

Lelah

D. Faktor Predisposisi

Page 8: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan

tersebut dapat berupa :

1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan

krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.

Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat

menimbulkan kecemasan pada individu.

3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara

realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang

berdampak terhadap ego.

5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap

integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan

mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola

mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu

dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang

mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter

gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang

bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

E. Faktor presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang

meliputi :

Page 9: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi

suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan

lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

c. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

d. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat

kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas

fisik juga dapat mengancam harga diri.

e. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status

pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

F. Sumber koping

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau

mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan

interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan

memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-

sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif

(Suliswati, 2005).

G. Mekanisme koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan

faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang

mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan

kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme

koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal,

memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri

pada orang lain (Suliswati, 2005).

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan

banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada

dua jenis, yaitu :

Page 10: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin

dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi

kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi

masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan

pemenuhan kebutuhan.

b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk

memindahkan seseorang dari sumber stress.

c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,

mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu

sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk

melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya

mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk

menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak

adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.

b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya

terhadap disorganisasi kepribadian.

c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.

d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

H. Penatalaksanaan ansietas

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi

memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik

(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti

pada uraian berikut :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.

Page 11: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

b. Tidur yang cukup.

c. Cukup olahraga.

d. Tidak merokok.

e. Tidak meminum minuman keras.

2. Terapi psikofarmaka.

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-

obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal

penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka

yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,

clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi somatic

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat

dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan

somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang

bersangkutan.

4. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar

pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta

percaya diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai

bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-

konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan

untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

Page 12: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika

kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi

stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor

keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan

sebagai faktor pendukung.

5. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan

dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan

stressor psikososial.

Page 13: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANSIETAS

1. Pengkajian

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau

mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Menurut Stuart dan Sundeen

(1995), data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai

berikut :

a. Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan

perilaku yang secara tidak langunsg melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping

sebagai upaya untuk melawan ansietas.

b. Faktor predisposisi

c. Faktor presipitasi

d. Sumber koping

e. Mekanisme koping

2. Data subjektif dan objektif

Data subyektif

Kien mengeluh nyeri di dada dan mengeluh sesak nafas. merasa diri dalam khayalan, mengira

hal yang paling buruk akan terjadi dan sering memikirkan bahaya

 

Data objektif

Klien tampak sering mengurung diri , klien tampak gemetar, nafsu makan tidak ada, klien

tampak gelisah dan sulit tidur, klien terlihat takut, tegang, cemas, konsentrasi berkurang,klien

tampak tidak berdaya, mudah terkejut, serta cenderung mengurangi aktivitas. TTV klien : TD:

120/80 mmHg, N=110 x/menit, RR=24 x/menit, S= 36 o C

Page 14: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

3. Diagnosa Keperawatan

a.       Ansietas

b.      Harga diri rendah

c.       Gangguan citra tubuh

d.      Koping individu inefektif

f. Kurangnya pengetahuan

g. Gangguan tidur

h. Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi

4. Intervensi

Untuk menetukan intervensi keperawatan, maka terlebih dahulu disusun NOC (Nursing

Outcome Classification) dan NIC (Nursing Intervensi Classification), adapun NOC dan

NIC untuk ansietas, adalah sebagai berikut:

A. NOC (Nursing Outcome Classification)

Nursing Outcome Classification (NOC) pada ansietas terdiri dari ansietas kontrol

dan mekanisme koping, yaitu sebagai berikut :Ansietas kontrol, dengan ketentuan (1-

5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten), dengan indikator :

a) Monitor intensitas kecemasan

b) Menyikirkan tanda kecemasan

c) Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan

d) Merencanakan strategi koping

e) Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan

f) Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas

Page 15: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

g) Melaporkan tidak adanya manifestasi fisik dan kecemasan

h) Tidak adaa manifestasi perilaku kecemasan Koping, dengan ketentuan (1-5; tidak

pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten), dengan indikator :

Menunjukkan fleksibilitas peran

Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya

Melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan

Mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional

Menunjukkan strategi penurunan stress

B. NIC (Nursing Intervensi Classification)

Nursing Intervensi Classification (NIC) pada klien yang mengalami ansietas, terdiri

dari penurunan kecemasan dan peningkatan koping, seperti pada uraian berikut:

Penurunan kecemasan

Tenangkan klien

Berusaha memahami keadaan klien

Berikan informasi tentang diagnosa prognosis dan tindakan

Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.

Gunakan pendekatan dan sentuhan

Temani pasien untuk mendukung keamanan dan penurunan rasa takut

Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan

Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas

Dukung penggunaan mekanisme defensive dengan cara yang teapt

Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusan

Intruksikan kemampuan klien untuk menggunakan teknik relaksasi

Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

Peningkatan koping

Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit

Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi

Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan

Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan dan prognosis

Page 16: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini

Dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat

Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat

Bantu pasien untuk mengidentifikasi startegi postif untuk mengatasi

keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau perubahan peran.

5. EVALUASI

Klien tidak mengurung diri ( terbuka)

Nafsu makan normal

Istirahat dan tidur cukup

Nyeri dada hilang

Sesak nafas hilang

Emosi/ ansietas terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Maas L. Meridean (et al.). 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik : diagnosis NANDA, criteria hasil NOC ,dan Intervensi NIC. Jakarta : EGC.