23
BAB I PENDAHULUAN Kasus ini merupakan salah satu contoh kegawat daruratan medis yang membutuhkan kerjasama antar berbagai bagian ahli medis, seperti anak, anestesi, bedah untuk mengoptimalisasikan perawatan kondisi pasien. Berikut ini akan dibahas sedikit mengenai atresia ani, dan tindakan serta penatalaksanaan yang dilakukan terhadap pasien ini, sesuai dengan pandangan anestesiologi. Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal. atresia ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001). 1

3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus anestesi atresia ani

Citation preview

Page 1: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Kasus ini merupakan salah satu contoh kegawat daruratan medis yang

membutuhkan kerjasama antar berbagai bagian ahli medis, seperti anak, anestesi,

bedah untuk mengoptimalisasikan perawatan kondisi pasien. Berikut ini akan dibahas

sedikit mengenai atresia ani, dan tindakan serta penatalaksanaan yang dilakukan

terhadap pasien ini, sesuai dengan pandangan anestesiologi.

Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada

dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani

adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal. atresia ani

adalah kelainan kongenital dimana anus tidak mempunyai lubang untuk

mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat

kehamilan.

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata

meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani

merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus

(Donna, 2003). Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada

distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001).

Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang

memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak

sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk

anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).

Dapat disimpulkan bahwa, atresia ani adalah kelainan kongenital dimana anus

tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan

pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.

1

Page 2: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi

Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada sumber

yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :

1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena

gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.

2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa

lubang anus.

3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada

kegagalan

pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.

4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot

dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal

mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang

terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang

tua tidak diketahui apakah mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang

diturunkan dari kedua orang tua yang menjadi carier saat kehamilan

mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari bayi yang mempunyai sindrom

genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan kongenital lain juga beresiko

untuk menderita atresia ani (Purwanto, 2001).

Faktor Predisposisi

Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir,

seperti :

1. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali pada

gastrointestinal.

2. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.

2

Page 3: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

2.2 Klasifikasi Atresia Ani

Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu :

Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak

dapat keluar.

Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.

Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum

dengan anus.

Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.

Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :.

Anomali rendah / infralevator

Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis,

terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan

fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.

Anomali intermediet

Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung anal

dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.

Anomali tinggi / supralevator

Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini

biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius – retrouretral (pria) atau

rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit

perineum lebih dari1 cm.

2.3 Anatomi dan Fisiologi

3

Page 4: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

Susunan saluran pencernaan terdiri dari :

2.3.1 . Mulut

Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu :

a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi,

bibir dan pipi.

b. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi

sisinya oleh tulang maksilaris, palatum mandibularis, di sebelah

belakang bersambung dengan faring.

Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di bawahnya terletak

kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh

darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.

Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput

lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat

dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.

Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu :

a. Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan

sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang

palatum.

b. Palatum yang dapat bergerak, terdiri mole (palatum lunak) terletak di belakang

yang merupakan lipatan menggantung atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.

Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri, di sebelah kanan dan kiri

dari tiang fauses terdapat saluran lendir menembus ke tonsil.

2,3,2 Lidah

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot

lidah ini dapat digerakkan ke seluruh arah.Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks lingua

(pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Pada

pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan

nafas pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan

nafas.

Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau ujung

saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian

bawah kira-kira di tengah, jika lidah digerakkan ke atas nampak selaput lendir. Flika

4

Page 5: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

sublingua terdapat di sebelah kiri dan kanan frenulum lingua, di sini terdapat pula

lipatan selaput lendir. Pada pertengahan flika sublingua ini terdapat saluran dari

grandula parotis, submaksilaris, dan glandula sublingualis. Fungsi lidah yaitu

mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta

merasakan makanan.

2.3.3. Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu

kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit merupakan pertahanan

terhadap infeksi. Di sini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,

letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang,

ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantara lubang

bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan

perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior

disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak

dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke

depan sampai di akar lidah, sedangkan bagian inferior disebut laringofaring yang

menghubungkan orofaring dengan laringMenelan (deglutisio), jalan udara dan jalan

makanan pada faring terjadi penyilangan. Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke

leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke belakang dari jalan napas dan

di depan dari ruas tulang belakang. Makanan melewati epiglotis lateral melaui ressus

piriformis masuk ke esophagus tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan menelan

mencegah masuknya makanan masuk ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan

udara ditutup sementara.

2,3,4. Esofagus

Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,

panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah

lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar, lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan

submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanjang

longitudinal.Esophagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung.

Setelah melalui thorak menembus diafragma masuk ke dalam abdomen

menyambung dengan lambung.

2.3.5 Hati

5

Page 6: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

Hati atau hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya

coklat dan beratnya kira-kira 1 ½ kg. Letaknya di bagian atas dalam rongga abdomen

di sebelah kanan bawah diafragma. Hati terdiri atas 2 lapisan utama : permukaan atas

berbentuk cembung, terletak di bawah diafragma, dan permukaan bawah tidak rata

dan memperlihatkan lekukan fisura transverses. Hati mempunyai 2 jenis peredaran

darah yaitu arteri hepatika dan vena porta.

Arteri hepatika, keluar dari aorta dan member 1/5 darah pada hati, masuk ke hati akan

membeku jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar

sebagai vena hepatika. Vena porta yang terbentuk dari lienalis dan vena mesentrika

superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati.

Fungsi hati :

a. Mengubah zat makanan yang di absorpsi dari usus dan yang disimpan di

suatu tempat dalam tubuh.

b. Mengubah zat buangan dan penawar racun untuk disekresi dalam

empedu dan urine.

c. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.

d.Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati, dibentuk dalam system

retikuloendotelium.

e. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat.

2.3.6 Lambung

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang

paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus

uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah

diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat

makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa

makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsang

kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang disebut

sekresi getah lambung. Getah lambung di halangi oleh sistem saraf simpatis yang

dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.

Fungsi lambung :

6

Page 7: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

1. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh

peristaltik

lambung dan getah lambung.

2. Getah cerna lambung yang dihasilkan :

a. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin

dan pepton).

b. Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan, sebagai

antiseptik dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen

sehingga menjadi pepsin.

c.Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk

kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).

d.Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam

lemak yang merangsang sekresi getah lambung.

2.3.7 Pankreas

Panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari deudenum sampai ke limpa.

Bagian dari pankreas : kaput pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan

di dalam lekukan deudenum yang melingkarinya. Korpus pankreas, merupakan

bagian utama dari organ ini, letaknya dibelakang lambung dan di depan vertebra

umbalis pertama. Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri menyentuh limpa.

2.3.8 Usus halus

Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan

makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m,

merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil

pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah di dalam),

lapisan otot melingkar (M.sirkuler), lapisan otot memanjang (M. longitudinal), dan

lapisan serosa (sebelah luar)

Absorpsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya berlangsung di dalam usus

halus melalui 2 saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan seluruh limfe di

sebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vilus berisi lakteal, pembuluh darah

epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid seluruhnya

diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium.

Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair

dan lemak yang diabsorpsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh

7

Page 8: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke

hati untuk mengalami beberapa perubahan.

Fungsi usus halus :

a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-

kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

c. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

2.3.9 Duodenum

Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu

kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan

duodenum ini terdapat selaput lendir, yang membukit disebut papilla vateri. Pada

papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas

(duktus pankreatikus). Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui

duktus koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase.

Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi

disakarida, dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau

albumin dan polipeptida.

Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar,

kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar Brunner, berfungsi untuk memproduksi getah

intestinum.

2.3.10. Jejunum dan ileum

Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 m. Dua perlima bagian atas

adalah jejunum dengan panjang ± 23 m, dan ileum dengan panjang 4-5 m. Lekukan

jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan

lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.

Sambungan antara jejunum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung

bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang bernama

orifisium ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileosekalis dan pada bagian

ini terdapat katup valvula sekalis valvula baukhini yang berfungsi untuk mencegah

cairan dalam kolon asenden tidak masuk kembali ke ileum.

2.3.11. Usus besar

Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1 ½ m, lebarnya 5-6 cm.

Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar,

8

Page 9: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari

makanan, tempat tinggal bakteri.

2.3.12. Sekum

Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing

sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh

peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat

diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.

2.3.13. Kolon asendens

Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujur ke

atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini

disebut fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum.

2.3.14. Apendiks (usus buntu)

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum,

mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh

beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke

dalam rongga pelvis minor, terletak horizontal dibelakang sekum. Sebagai suatu organ

pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif

yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.

2.3.15. Kolon transversum

Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon desenden, berada dibawah

abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura

lienalis.

2.3.16. Kolon desendens

Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari

atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan

kolon sigmoid.

2.3.17. Kolon sigmoid

Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring

dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya

berhubungan dengan rektum.

2.3.18. Rektum

Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum

mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis.

Organ ini berfungsi untuk tempat penyimpanan feses sementara.

9

Page 10: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

2.3.19. Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum

dengan dunia luar (udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh

sfingter :

a. Sfingter ani interus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.

b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.

Defekasi (buang air besar) didahului oleh transport. Feses ke dalam rektum yang

mengakibatkan ketegangan dinding rektum mengakibatkan rangsangan untuk reflex

defekasi sedangkan otot usus lainnya berkontraksi. M. Levator ani relaksasi secara

volunter dan tekanan ditimbulkan oleh otot-otot abdomen.

2.4Patofisiologi

Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara

komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan

embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang.

Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal

genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan

pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan

perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal.

Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan

abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar

melalui anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal

mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur,

sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus.

Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:

1. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M.

puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum

lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran

kencing atau saluran genital.

2. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak menembusnya.

3. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara kulit

dan ujung rektum paling jauh 1 cm.

10

Page 11: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

A. Manifestasi Klinik

Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi

mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi.

Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan

fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina)

dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat

terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang

rektoperineal.

Gejala yang akan timbul :

1.) Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.

2.) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.

3.) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.

4.) Perut kembung.

5.) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

(Ngastiyah, 2005)

B. Komplikasi

1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.

2. Obstruksi intestinal

3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.

4. Komplikasi jangka panjang :

a. Eversi mukosa anal.

b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.

c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.

d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.

f. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.

(Betz, 2002)

11

Page 12: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

C. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dalam tindakan atresia ani yaitu :

a. Pembuatan kolostomi

Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah

pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya

sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi,

dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir.

b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)

Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan.

Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar dan pada

otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah

berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.

c. Tutup kolostomi

Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah

operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering tetapi

seminggu setelah operasi BAB berkurang frekuensinya dan agak padat.

D. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai

berikut :

1. Pemeriksaan radiologis

Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.

2. Sinar X terhadap abdomen

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk

mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.

3. Ultrasound terhadap abdomen

Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem

pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh

karena massa tumor.

4. CT Scan

Digunakan untuk menentukan lesi.

12

Page 13: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

5. Pyelografi intra vena

Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.

6. Pemeriksaan fisik rektum

Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang

atau jari.

7. Rontgenogram abdomen dan pelvis

Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang

berhubungan dengan traktus urinarius.

13

Page 14: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

BAB III

KESIMPULAN

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata

meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani

merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus

(Donna, 2003). Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada

distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001).

Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit

karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik,

sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang.

14

Page 15: 3. LAPKAS ATRESIA ANI.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Stoelting RK, Miller RD. Basics of ANESTESIA. Fifth edition .Kalamas AG,

Chapter 23. Fluid Management. Churchill Livingstone, Elsevier.Philadelphia ;

2007: 347-52

2. Yao FS, Malhotra MD, Fontes ML. Anesthesiology : Problem Oriented

Patient Management. Sixth Edition. Section III. Lippincot Williams &

Wilkins. Philadelphia ; 2008 :471-514

3. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Clinical Anesthesia. Fifth edition.

Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia ; 2006 :1054-60

15