Upload
micco-joshua-apriano-p
View
80
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
1
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 IDENTITAS
Nama : Tn. C
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pengemudi Taksi
Agama : Islam
Alamat : Cilincing, Jakarta Utara
Status : Menikah
Tanggal Periksa : 01 Februari 2013
1.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri
Keluhan Tambahan :
Luka-luka pada sela jari dan terasa nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSIJ Sukapura , dengan keluhan gatal pada
sela-sela jari kanan dan kiri. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Menurut pasien gatal-
gatal ini muncul setelah tempat tinggalnya mengalami banjir, kemudian setelah itu pasien
mengeluh gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri. Karena setiap hari terasa semakin
gatal, pasien sering menggaruk-garuk sela jari sampai akhirnya timbul luka yang apabila
pasien sedang beraktivitas sehari-hari untuk mengemudi terasa sakit dan perih. Selain itu
Laporan kasus Tinea Pedis| 1
menurut pasien setiap bekerja pasien selalu menggunakan sepatu yang tertutup tanpa
menggunakan kaos kaki sehingga keluhan dirasakan semakin bertambah parah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, keluhan Asma dan DM
disangkal. Pasien memiliki riwayat penyakit HT sejak 3 tahun lalu dan pasien mengkonsumsi
captopril untuk mengontrol tekanan darah
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien dalam satu rumah yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien adalah seorang karyawan swasta yang bekerja sebagai pengemudi Taksi. Setiap
bekerja pasien menggunakan sepatu tanpa menggunakan kaos kaki dan tempat tinggal pasien
merupakan tempat tinggal yang sering mengalami banjir.
Riwayat Alergi :
Menurut pasien, pasien memiliki alergi terhadap ikan dan telur. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi terhadap obat maupun cuaca.
Riwayat Pengobatan :
Menurut pasien sebelum pasien berobat ke poliklinik kulit dan kelmain RSIJ, pasien sempat
berobat di klinik perusahan tempat pasien bekerja dan diberikan salep tetapi belum ada
perubahan dari keluhan pasien.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital
Tekanan darah : tidak ada kelianan
Nadi : tidak ada kelianan
Laporan kasus Tinea Pedis| 2
Suhu : tidak ada kelainan
Pernapasan : tidak ada kelainan
Status Generalisata
Kepala :
Rambut : tidak ada kelainan
Mata : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada kelainan
Leher
KGB: tidak ada kelainan
Kelenjar tiroid tidak ada kelainan
Thoraks : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Status Dermatologis
Ad regio Intradigitalis sinistra
Distribusi Regional
Lesi Multiple, berkelompok, sebagian konfluens, sebagian
Laporan kasus Tinea Pedis| 3
diskret,sirkumskrip, bentuk reguler.
Efluroesensi ulkus disertai krusta berwarna merah kehitaman
Ad regio Intradigitalis dekstra
Distribusi Regional
Lesi Multiple, berkelompok, sebagian konfluens, sebagian
diskret,sirkumskrip, bentuk ireguler.
Efluroesensi ulkus disertai krusta berwarna merah kehitaman
RESUME
Anamnesis
Tn.C, 46 tahun datang dengan keluhan gatal pada sela-sela jari kanan dan kiri. Keluhan
dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Menurut pasien gatal-gatal ini muncul setelah tempat
tinggalnya mengalami banjir, kemudian setelah itu pasien mengeluh gatal pada sela-sela jari
kaki kanan dan kiri. Karena setiap hari terasa semakin gatal, pasien sering menggaruk-garuk
sela jari sampai akhirnya timbul luka yang apabila pasien sedang beraktivitas sehari-hari
Laporan kasus Tinea Pedis| 4
untuk mengemudi terasa sakit dan perih. Selain itu menurut pasien setiap bekerja pasien
selalu menggunakan sepatu yang tertutup tanpa menggunakan kaos kaki sehingga keluhan
dirasakan semakin bertambah parah.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata : Tidak ada kelainan
Status Dermatologis :
Ad regio Intradigitalis dekstra dsn sinistra
Distribusi Regional
Lesi Multiple, berkelompok, sebagian konfluens, sebagian
diskret,sirkumskrip, bentuk ireguler.
Efluroesensi ulkus disertai krusta berwarna merah kehitaman
Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan
1.4 Diagnosis kerja : Tinea pedis + infeksi sekunder
Diagnosis Banding : - Dermatitis kontak
1.5 Penatalaksanaan
Medikamentosa
- Nacl 0,9% + kassa steril (untuk kompres)
- Eritromisin 500mg 2x1
- Salep Bactoderm+beneson
Non-Medikamentosa
Laporan kasus Tinea Pedis| 5
- Kepada pasien untuk tidak menggaruk atau mengelupas luka.
- Untuk menjaga kebersihan diri, terutama kaki yang sedang mengalami sakit.
- Hindari penggunaan sepatu tertutup selama proses pengobatan dan mempercepat
proses penyembuhan
- Minum obat teratur dan kontrol kembali setelah 7 hari untuk mengetahui respon
pengobatan.
1.6 Prognosis
o Quo ad vitam : ad bonam
o Quo ad fungsionam : ad bonam
o Quo ad sanactionam : ad bonam
BAB 2
Laporan kasus Tinea Pedis| 6
TINJAUAN PUSTAKA
TINEA PEDIS
A. Definisi
Tinea pedis adalah infeksi jamur dermatofita yang menyerang pada telapak
kaki dan ruang interdigitalis, dapat meluas ke lateral maupun punggung kaki dan
dapat terjadi infeksi kronis Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan,
gangguan kulit yang satu ini boleh dikatakan sangat menjengkelkan. Di daerah tropis,
seperti di Indonesia, hampir seluruh jenis tanaman tumbuh subur, termasuk berbagai
jenis jamur yang berkembang biak di kulit. Penyakit ini sering menyerang pada orang
dewasa yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, petani atau orang yang
setiap hari harus memakai sepatu tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subyektif
bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai dengan rasa gatal yang hebat dan nyeri
bila ada infeksi sekunder.Masalah infeksi jamur menempati posisi ke dua dari seluruh
penyakit kulit yang ditemui di dunia. Hal ini dikarenakan penyakit tersebut tidak
hanya menyerang suatu golongan, namun dapat menyerang siapa saja bisa laki-laki
atau perempuan, anak-anak atau dewasa, dimana dan kapan saja, di rumah, di kantor,
di sekolah bahkan di tempat paling bersih sekalipun.
Tinea pedis atau sering disebut athelete foot adalah dermatofitosis pada kaki,
terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis adalah dermatofitosis yang
biasa terjadi. Penggunaan istilah athlete foot digunakan untuk menunjukan bentuk jari
kaki yang seperti terbelah. Prevalensi dari tinea pedis sekitar 10%, terutama
disebabkan oleh penggunaan alas kaki modern, meskipun perjalanan keliling dunia
juga merupakan faktor. Kejadiaan tinea pedis lebih tinggi diantara komuniti yang
menggunakan tempat-tempat umum seperti kamar mandi, shower atau kolam
renang. . Kejadian infeksi ini sering terjadi pada iklim hangat lembab dimana dapat
meningkatkan pertumbuhan jamur, tetapi jarang ditemukan di daerah yang tidak
menggunakan alas kaki.
B. Etiologi dan Patogenesis
Laporan kasus Tinea Pedis| 7
Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum(umumnya), Trichophyton
mentagrophytes, Epidermophyton floccosum. Namun, penyebab utama dari setiap
pasien rumit dengan adanya jamur saprofit, ragi dan /bakteri. Telah di observasi
bahwa 9% dari kasus tinea pedis diakibatkan oleh agen infeksi selain dermatofit.
karakteristik dari T.rubrum menghasilkan jenis yang relatif tidak ada peradangan dari
dermatofitosis dengan eritema kusam dan sisik keperakan yang melibatkan seluruh
telapak kaki dan sisi kaki menampilkan moccasin. Erosi juga terbatas pada infeksi
jamur pada jari kaki atau bawah jari kaki, kadang-kadang bersisik dan meluas sampai
pada badan, gluteus, dan extremiti. Individu dengan imun yang rendah mudah terkena
infeksi, HIV/AIDS, transplantasi organ, kemoterapi, steroid dan nutrisi parenteral
diakui dapat menurunkan resistansi pasien terhadap infeksi dermatofitosis. Kondisi
seperti umur, obesitas, diabetes melitus juga mempunyai dampak negatife terhadap
kesehatan pasien secara keseluruhan dan dapat menurunkan imunitas dan
meningkatkan terjadinya tinea pedis. Diabetes melitus itu sendiri dikategorikan
sebagai penyebab infeksi, pasien dengan penyakit ini 50% akan terkena infeksi jamur.
Secara histologi, hiperkeratotis tinea pedis memiliki karakteristi berupa akantosis,
hiperkeratosis, dan infiltrasi perivaskular yag dangkal, kronik dan dapat menyebar
pada dermis. Bentuk vesicle-bula menampilkan spongiosis, parakeratosis, dan
subkornea atau spongiosis intraepitel vesiculasi dengan kedua tipe, foci dari neutrofil
biasanya dapat dilihat pada daerah stratum kornea. PAS atau pewarnaan silver
methenamine menampilkan organisme jamur.
Gambar 1. Tipe kering dari infeksi T. Rubrum
Laporan kasus Tinea Pedis| 8
C. Gejala klinis
Ada 4 jenis tinea pedis interdigitalis, moccasin, tipe akut ulserasi dan tipe
vesiculbulosa semua dengan karakteristik kulit masing-masing.
1. Interdigitalis
- Diantara jari 4 dan 5 terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis.
- Dapat meluas ke bawah jari(subdigital) dan ke sela jari yang lain.
- Sering terlihat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan rapuh. Dapat
disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis,
limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas.
Gambar 2. Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan terdapat opaque
putih dan beberapa erosi
Laporan kasus Tinea Pedis| 9
Gambar 3. Tinea pedis pada bagian bawah jari kaki.
2. Moccasin foot
- Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit
menebal dan bersisik halus dan seperti bedak
- Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi
- Tepi lesi dapat dilihat papul dan kadang-kadang vesikel
Gambar 4. Tinea pedis. Terdapat distribusi tipe moccasin. Bentuk arciform
dari sisik yang merupakan karakteristik
3. Vesiculo bulosa
- Diakibatkan karena T.mentagrophytes
- Diameter vesikel lebih besar dari 3mm
- Jarang pada anak-anak, tapi etiology yang sering terjadi pada anak-anak
adalah T.rubrum
- Vesikel pustul atau bula pada kulit tipis ditelapak kaki dan area periplantar
Laporan kasus Tinea Pedis| 10
Gambar 5. Tinea pedis tipe bulosa. Vesicle pecah, bula, eritema, dan erosi
pada bagian belakang dari ibu jari kaki.
4. Tipe akut ulseras
- Mempengaruhi telapak kaki dan terkait dengan maserasi, penggundulan kulit
- Ko infeksi bakterial ganas biasanya dari garam negative kombinasi dengan
T.mentagrophytes menghasilkan vesikel pustule dan ulcer bernanah yang
besar pada permukaan plantar
D. Diagnosis
Diagnosis dari tinea pedis biasanya dilakukan secara klinikal dan berdasarkan
examinasi dari daerah yang terinfeksi. Diagnosis yang digunakan biasanya dengan
cara kulit dikerok untuk preparat KOH, biopsi skin, atau kulture dari daerah yang
terinfeksi.
1. KOH
Hasil preparat KOH biasanya positive di beberapa kasus dengan maserasi pada
kulit. Pada pemeriksaan mikroskop KOH dapat ditemukan hifa septate atau
bercabang, arthrospore, atau dalam beberapa kasus, sel budding menyediakan
bukti infeksi jamur.
2. Kultur
Laporan kasus Tinea Pedis| 11
kultur dari tinea pedis yang dicurigai dilakukan SDA(sabouraud’s dextrose
agar), pH asam dari 5,6 untuk media ini menghambat banyak spesies bakteri dan
dapat dibuat lebih selektif dengan penambahan suplemen kloramfenikol. Ini dapat
selesai 2-4 minggu. Dermatophyte test medium(DTM) digunakan untuk isolasi
selektif dan mengenali jamur dermatofitosis adalah pilihan lain diagnostik, yang
bergantung pada indikasi perubahan warna dari oranye ke merah untuk
menandakan kehadiran dermatofit.
3. Tes PAS
PAS menunjukkan dinding polisakarida-sarat dari organisme jamur yang terkait
dengan kondisi ini dan merupakan salah satu teknik yang paling banyak
digunakan untuk mendeteksi karbohidrat protein terikat (glikoprotein). Tes ini
dilakukan dengan mengekspos jaringan dari berbagai substrat untuk serangkaian
reaksi oksidasi-reduksi, sebagai hasil akhir, elemen positif seperti karbohidrat,
bahan membran basement menjadi permen apel merah(candy apple red). PAS
kontras positif komponen ini tajam terhadap latar belakang biru merah muda.
Tidak seperti kulture pada SDA atau DTM, hasil PAS dapat selesai sekitar 15
menit. PAS juga telah menjadi tes diagnostik yang paling dapat diandalkan untuk
tinea pedis, dengan keberhasilan 98,8% dengan biaya paling efektif.
E. Diagnosis banding
Diagnosis banding klinis dari erupsi cutaneus kaki seperti kontak dermatitis,
psoriasis, dihydrosis, eczema, dermatitis atopic, keratoderma, liken planus dan
beberapa infeki bacterial seperti C.minutissimum, streptococcal cellulitis dan lain-lain
yang umumnya susah dibedakan dengan tinea pedis.
Diagnosis banding dari tinea pedis dapat di bedakan menjadi
1. Interdigitalis
Diagnosis banding berupa psoriasis, “soft corns”, koinfeksi bakteri, kandidiasis,
erythrasma.
2. Tipe Moccasin
Diagnosis banding berupa psoriasis, keturunan atau yang diperoleh keratoderma
pada telapak tangan dan kaki, dyshidrosis.
3. Vesicul-bulosa
Laporan kasus Tinea Pedis| 12
Diagnosis banding berupa Pustular psoriasis, palmoplantar pustolosis, pyoderma
bakteri.
F. Penatalaksanaan
A. Antijamur topikal
1. Imidazole
Efektif dalam mengobati tinea pedis, terutama dalam pengobatan untuk tipe
interdigital, karena obat golongan ini efektif untuk dermatofita dan candida. Beberapa
produk dari golongan ini mempunyai efek antibakteri (econazole). Macam obat yang
digunakan yaitu,
a. Clotrimazole 1 % (Mycelex, Lotrimin)
Antijamur broadspectrum yang menghambat pertumbuhan jamur dengan kerja
mempengaruhi permeabilitas sel membrane, dan menyebabkan kematian sel. Evaluasi
diagnosis jika tidak terjadi komplikasi setelah 4 minggu.
b. Econazole 1% cream
Laporan kasus Tinea Pedis| 13
Efektif pada infeksi cutaneous. Mempengaruhi pada RNA dan sintesis protein.
Merusak permeabilitas membrane sel dan akhirnya menyebabkan kematian sel. Data
Diberikan selama 4 minggu
c. Ketoconazole 1 % cream (Nizoral)
Immidazole merupakan anti jamur berspektrum luas, menghambat sintesis dari
ergosterol, menyebabkan gangguan komponen penting sel dan kematian jamur.
Diberikan selama 2 sampai 4 minggu.
d. Miconazole (Monistat)
Merusak dinding jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol. Hal ini
menyebabkan gangguan permeabilitas membrane dan kematian jamur. Digunakan
sehari 2 kali. Ada 2 bentuk yaitu cream atau lotion yang dapat diberikan selama 2
sampai 6 minggu dan bentuk bedak yang dapat diberikan selama 2 sampai 4 minggu.
e. Oxiconazole 1 % cream (Oxistat)
Merusak dinding jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol. Hal ini
menyebabkan gangguan permeabilitas membrane dan kematian jamur. Diberikan
selama 4 minggu.
f. Sertaconazole nitrate cream (Ertaczo)
Anti jamur topical imidazole efektif dalam melawan T.rubrum, T. mentagrophyte dan
E. floccosum. Di indikasikan pada tinea pedis, tetapi mempunyai efek samping berupa
kulit menjadi kering pruritus, hiperpigmentasi, sensasi terbakar.
g. Topical pyridones
Spektrum luas dengan antidermatophytic, antibacterial dan anticandida efektif
penggunaanya pada seluruh bentuk tinea pedis khususnya pada tipe interdigital.
h. Ciclopirox 1% cream (Loprox)
Mempengaruhi sintesis DNA, RNA dan menghambat transport protein essensial pada
sel jamur
2. Allylamines
Laporan kasus Tinea Pedis| 14
Efektif dalam mengobati segala bentuk dari tinea pedis. Secara invitro obat Golongan
ini mempunyai kerja dalam menghadapi infeksi oleh jamur terutama pada pasien yang
berulang (kronik hiperkeratotik).
a. Naftifine 1 % cream and gel (Naftin)
Anti jamur dengan spectrum luas dan merupakan derivate sintetik allyamine;
menghambat pertumbuhan jamur.
b. Terbinafme (Lamisil)
Menghambat squalene eposksidase, yang akhirnya juga menghambat ergosterol,
menyebabkan kematian sel. Digunakan hingga gejala benar-benar hilang. Lama
penggunaan > l minggu tetapi tidak lebih dari 4 minggu. efektif pada pasien dengan
interdigital tinea pedis dengan hanya pengobatan selama 1 minggu. Pasien dengan
kronik hiperkeratotik tinea pedis biasanya membutuhkan pengobatan selama 4
minggu.
c. Topical benzylamines
Terkadang golongan obat ini dimasukkan dalam allyamine. Digunakan pada pasien
yang berulang dan lama (kronik hiperkeratotik). Telah terbukti efektif pada beberapa
pasien dengan interdigital tinea pedis dan pemakaian hanya dalam 1 minggu.
d. Butenafme 1 % cream (Mentax). Menghancurkan sel membrane jamur dan
menyebabkan kematian jamur.
B. Antijamur oral
Perlu dipertimbangkan pada pasien dengan kronik hiperkeratotik atau
inflamatory/vesicular tinea pedis. Digunakan jika dengan pengobatan topical gagal,
pasien dengan diabetes atau penyakit perivascular dan pada kondisi
immunokompromise.
1. Itraconazole (Sporanox)
Aktivitas sebagai fungistatik. Sintetik Antijamur triazole yang menghambat
pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450 yang berperan dalam
sintesis ergosterol, komponen penting dalam membrane sel. Dengan dosis,
Anak 3 - 5 mg/ kgBB /hari
Laporan kasus Tinea Pedis| 15
Dewasa 1 kapsul (100 mg) / hari
2. Terbinafine (Lamisil, Daskil)
Menghambat squalene eposksidase, yang akhirnya juga menghambat ergosterol,
menyebabkan kematian sel. Digunakan hingga gejala benar-benar hilang.
3. Fluconazole (Diflucan)
Antijamur sintetis oral (broad spectrum bistriazole) selektif dalam menghambat jamur
pada sitokrom P-450 dan sterol c- 14 alpha demetilasi.
4. Ketokonazole
Dengan dosis penggunaan,
Anak 3 - 5 mg/ kgBB/hari
Dewasa 1 kapsul (100 mg) / hari
C. Dermatological agents
Merupakan Suplemen anti jamur yang digunakan pada keadaan klinis tertentu.
1. Aluminum acetate (Otic Domeboro, Burow’s Solution)
Digunakan pada tipe vascular tinea pedis. Campurkan aluminium asetat tablet dalam
air untuk menghasilkan 1:10-40 larutan.
2. Ammonium lactate lotion (Lac Hydrin)
Digunakan untuk mengurangi krusta/pengerasan pada pasien dengan hiperkeratotik di
telapak kaki. Mengadung asam laktat dan alpha asam hiroksi yang mempunyai kerja
keratolitik dan mengeluarkan comedo. Menyebabkan pelepasan dari corneocyte.
Tersedia dalam 12 % dan 5 %. Gunakan 12 % lotion.
3. Urea, topical (Carmol-40, Keralac)
Digunakan untuk mengurangi krusta/pengerasan pada pasien dengan hiperkeratotik di
telapak kaki . menyebabkan hidrasi dan pelepasan keratin pada matriks intraselular ,
tersedia dalam konsenterasi 10-40 % .
G. Pencegahan
Laporan kasus Tinea Pedis| 16
Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai pentingnya kebersihan pada
kaki, menjaga kaki tetap kering , membersikan kuku kaki, menggunakan sepatu
yang pas dan kaos kaki kering dan bersih, serta menggunakan sandal atau flip-flop
pada tempat mandi umum atau kolam renang dapat mencegah terjadinya tinea
pedis. Diagnosis yang tepat serta pengobatan terhadap pasien yang menderita
diabetes mellitus, HIV, trasplantasi organ penting untuk pencegahan infeksi tinea
pedis .
H. Komplikasi
Komplikasi yang data terjadi antara lain adalah Selulitis sekunder, limfangitis,
pyoderma dan osteomyelitis dapat terjadi dari infeksi micosis pada kaki. Komplikasi ini dapat
terjadi pada pasien dengan kondisi edema kronik, immunosuppresion dan diabetes.
I. Prognosa
Tergantung Infeksi tinea pedis dan penyakit yang mendasarinya Dengan pengobatan,
biasanya memiliki prognosis yang cukup baik.
BAB 3
PEMBAHASAN
Laporan kasus Tinea Pedis| 17
Tinea pedis adalah infeksi jamur dermatofita yang menyerang pada telapak kaki dan
ruang interdigitalis, dapat meluas ke lateral maupun punggung kaki dan dapat terjadi infeksi
kronis
Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh
dikatakan sangat menjengkelkan. Di daerah tropis, seperti di Indonesia, hampir seluruh jenis
tanaman tumbuh subur, termasuk berbagai jenis jamur yang berkembang biak di kulit.
Penyakit ini sering menyerang pada orang dewasa yang bekerja di tempat basah
seperti tukang cuci, petani atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup seperti
anggota tentara. Keluhan subyektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai dengan rasa
gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
Masalah infeksi jamur menempati posisi ke dua dari seluruh penyakit kulit yang
ditemui di dunia. Hal ini dikarenakan penyakit tersebut tidak hanya menyerang suatu
golongan, namun dapat menyerang siapa saja bisa laki-laki atau perempuan, anak-anak atau
dewasa, dimana dan kapan saja, di rumah, di kantor, di sekolah bahkan di tempat paling
bersih sekalipun.
Umumnya pasien mengeluh adanya gatal. Telapak kaki bersisik, disertai nyeri
diantara ibu jari kaki. Jarang pada pasien dijumpai lesi vesicular atau ulseratif. Pada pasien
dengan usia lanjut dapat ditemui adanya kaki yang berkrusta/pengerasan pada kaki yang
kering. Pada area interdigital ini merupakan tempat infeksi yang khas bagi tinea pedis,
eritema, maserasi, dan krusta sering terlihat pada jari kaki keempat dan kelima. Pasien sering
mengeluhkan gatal yang sangat dan tercium bau yang tidak enak.. Pada daerah dorsal kaki
biasanya bersih, tetapi pada daerah permukaan plantar infeksi mungkin dapat terjadi. Pada
daerah interdigital ini dapat diikuti oleh infeksi bakteri dan Candida albicans sehingga
menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Pada tipe interdigital sering disebabkan oleh T.
rubrum.
Berdasarkan anamnesis tersebut, terdapat kesesuaian antara gejala klinis yang
dikeluhkan pasien dengan manifestasi klinis suatu Tinea pedis. Pasien mengeluhkan
munculnya lesi kulit yang sesuai dengan deskripsi Tinea pedis, yang muncul pada sela-sela
jari kaki. Hal ini sesuai dengan perjalanan klinis tinea pedis yang pada umumnya muncul
Laporan kasus Tinea Pedis| 18
pada daerah sela-sela jari kaki. Pada anamnesis juga tidak didapatkan faktor predisposisi pada
pasien ini.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan evaluasi terhadap lesi kulit, kemudian ditentukan
lokasi dan effloresensi lesi. Beberapa bagian kulit dari sela-sela jari mengalami erosi, dan
krusta berwarna merah kehitaman. Kulit disekitar lesi tampak normal.Effloresensi lesi pada
kulit pasien sesuai dengan effloresensi tinea pedis yang disertai dengan infeksi sekunder yang
merupakan gejala klinis dari tinea pedis jenis interdigitaslis.
BAB 4
KESIMPULAN
Laporan kasus Tinea Pedis| 19
Telah dilaporkan kasus tinea pedis pada pasien laki-laki,berusia 7 tahun. Diagnosis
tinea pedis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang digali dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Keluhan utama pasien berupa munculnya keluhan gatal yang kemudian timbul luka
pada sela-sela jari kaki kiri dan kanan dan disertai rasa nyeri jika pasien beraktifitas.
Effloresensi yang dijumpai sesuai dengan gambaran klinis tinea pedis. Pemeriksaan
penunjang tidak dikerjakan. Pasien diterapi dengan Nacl 0,9%, Eritromisin 2x1 dan salep
racikan bactoderm dan beneson. Prognosis penyakit pasien baik. Terapi yang diberikan sudah
adekuat sehingga risiko berkembangnya infeksi bisa dikurangi. Tetapi pasien memiliki
faktor predisposisi yang dapat menimbulkan rekurensi.
Daftar pustaka
Laporan kasus Tinea Pedis| 20
1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
5thedition. Jakarta; Fk-UI,2007;p 93
2. Chamlin L Sarah, Lawley P Leslie. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. Tinea Pedis. 7th edition.2. New York; McGraw-Hill Medicine 2008;
709-712
3. Berth-jones J. Rook’s Textbook of Dermatology. Mycology. 8th edition.1.
Cambridge; Wiley-Balckwell, 2010;p 36.30-36.32
4. James D William, Berger G Timothy, Elston M Dirk. Andrews’ disease of the
skin; Diseases resulting from fungi and yeast . 10 th edition. Canada; Saunders
Elsevier, 2008;p 303-305
5. Kumar V, Tilak R, Prakash P, Nigam C, Gupta R. Asian journal of medical
science. Tinea Pedis, 2011; p134- 135
6. Claire J. Carlo, MD, Patricia MacWilliams Bowe, RN, MS. Tinea Pedis(athelete
foot) available at
http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/TineaPedis.pdf
Laporan kasus Tinea Pedis| 21