187
BENTUK DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP ANGGOTA KELUARGA WARGA BINA SOSIAL PENYALAHGUNA NAPZA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA TARUNA JAYA II DINAS SOSIAL DKI JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) Oleh: FAUZI RAHMAN NIM : 1112054100039 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M  

repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

BENTUK DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP

ANGGOTA KELUARGA WARGA BINA SOSIAL

PENYALAHGUNA NAPZA DI PANTI SOSIAL BINA

REMAJA TARUNA JAYA II DINAS SOSIAL DKI

JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial

(S.Sos)

Oleh:

FAUZI RAHMAN

NIM : 1112054100039

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2018 M

 

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

 

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

 

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

 

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

i

ABSTRAK

Fauzi Rahman

Bentuk Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anggota

Keluarga Warga Bina Sosial Penyalahguna NAPZA di Panti

Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

Dalam mengatasi masalah NAPZA butuh peranan aktif

dari segenap lapisan masyarakat agar penanggulangan bahaya

NAPZA dapat berjalan efektif. Seperti dengan adanya PSBR

Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta yang menjalankan

kegiatan dukungan sosial keluarga dalam proses rehabilitasi

karena mengingat bahwa keluarga merupakan sistem pendukung

utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan

(sehat atau sakit) anggota keluarganya.

Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mengetahui

bagaimana bentuk dukungan sosial keluarga terhadap warga bina

sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna

Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta. Metode yang peneliti gunakan

dalam skripsi ini ialah metodologi pendekatan kualitatif dengan

jenis penelitian deskriptif. Dimana dalam teknik pengumpulan

data penulis melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan ialah

purposive sampling dimana penulis menunjuk Pekerja Sosial

PSBR Taruna Jaya II untuk dapat memberikan informasi yang

peneliti butuhkan, lalu Pekerja Sosial tersebut akan memilih

Keluarga dan WBS sebagai informan sesuai dengan kriteria yang

telah peneliti tetapkan.

Adapun hasil temuan yang penulis dapatkan mengenai

bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap WBS

sesuai dengan teori House, yaitu dukungan informatif dengan

adanya media informasi melalui telpon, facebook, atau surat;

dukungan emosional dengan adanya konseling keluarga;

dukungan instrumental dari adanya waktu yang diluangkan

keluarga untuk berkunjung ke panti; serta dukungan penilaian dan

penghargaan dari adanya hadiah yang diberikan keluarga jika

WBS mampu mengikuti program panti dengan baik.

 

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga

pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Warga Bina

Sosial Penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja

Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta” sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada

Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan

sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu

dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati penulis ingin menghaturkan banyak

terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga

 

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

iii

selesainya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun

tidak langsung kepada:

1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Ilmu

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak

Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik. Ibu Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil

Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr.

Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua

Program Studi Kesejahteraan Sosial, Ibu Hj. Nunung

Khairiyah, MA selaku Sekretaris Program Studi

Kesejahteraan Sosial. Terima kasih atas nasehat dan

bimbingannya.

3. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si selaku dosen pembimbing

yang telah membantu mengarahkan, membina, dan

selalu bersedia meluangkan waktunya sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

 

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

iv

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi

Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan

ilmu dan pengalamannya kepada penulis.

5. Kepada seluruh informan yang telah bersedia

memberikan informasi dan waktunya sehingga

penelitian ini dapat selesai tepat waktu dan terima

kasih juga untuk pengalaman serta cerita kalian yang

membuat penulis paham secara mendalam mengenai

penelitian ini.

6. Untuk Bapak Muhammad Kurniawan, S.Sos dan

Bapak Joko Febriyan Laksono, S.T selaku Pekerja

Sosial PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

dan Ibu Dra. Dermi Whiyati selaku Satuan Pelaksana

Pelayanan Sosial PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial

DKI Jakarta yang telah mengizinkan saya melakukan

penelitian disini dan juga memberikan arahan serta

motivasi kepada saya selama ini. Juga kepada para

pengasuh di PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI

 

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

v

Jakarta yang senantiasa sedia membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta Syaiful Rahman dan

Tarmijati yang tak henti memanjatkan doa dan

dukungan apapun kepada penulis, sehingga penulis

selalu termotivasi dengan kasih sayang kalian yang

begitu besar. Juga untuk adik-adikku Zahra Aprilia

dan Rizki Rahmansyah yang selalu menghibur dikala

penulis sedang mengalami kesulitan.

8. Ardellawati yang telah memberikan semangat,

memberikan pemikiran positif, motivasi, waktu,

dukungan moral, dan perhatian terbaiknya kepada

penulis selama penyelesaian skripsi.

9. Teman-teman terbaikku Nuni Nuraini Utami dan Ayu

Sopia Yudistika yang selalu memberikan semangat

tiada henti-hentinya yang membuat penulis selalu

optimis bahwa skripsi yang penulis kerjakan dapat

terselesaikan. Dan teman-temanku Opik, Uti, Ami dan

fitri, Almh. Vivie Meylina, Syarivan (Ucok), Garsha.

Terimakasih.

 

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

vi

10. Teman-teman Kesejahteraan Sosial 2012 yang sudah

mengisi hari-hari penulis semasa duduk dibangku

kuliah.

11. Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan

satu per satu yang telah memberikan masukan, do’a,

dan semangat di setiap perbincangan. Semoga skripsi

ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa

meridhoi setiap langkah kita, Amiin yaa Rabb al-

alamin.

Jakarta, Juni 2018

Fauzi Rahman

 

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................. vii

DAFTAR SINGKATAN .......................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang .......................................................... 1

B. Pembatas dan Perumusan Masalah .......................... 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............... 7

D. Metodologi Penelitian .............................................. 8

E. Tinjauan Pustaka ...................................................... 16

F. SistematikaPenulisan ............................................... 18

BAB II LANDASAN TEORI

A. Dukungan Sosial ...................................................... 21

1. Definisi Dukungan Sosial .................................. 21

2. Bentuk dan Jenis Dukungan Sosial .................... 22

3. Fungsi Dukungan Sosial .................................... 24

4. Sumber-sumber Dukungan Sosial ...................... 25

B. Keluarga ................................................................... 26

C. Intervensi Keluarga .................................................. 27

1. Pengertian Konseling Keluarga.......................... 28

 

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

viii

BAB III PROFIL LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya PSBR Taruna Jaya II ................. 33

B. Visi dan Misi ............................................................ 34

C. Maksud dan Tujuan .................................................. 35

D. Tugas dan Fungsi ..................................................... 35

E. Syarat dan Tata Cara Penerima Layanan ................. 38

F. Struktur Organisasi .................................................. 39

G. Program Rehabilitasi ................................................ 40

H. Fasilitas Panti Dalam Memberikan Konseling

Keluarga ................................................................... 43

BAB IV HASIL TEMUAN

A. Pelaksanaan Program Rehabilitasi di PSBR Taruna

Jaya II ....................................................................... 45

1. Standar Pelayanan Rehabilitasi .......................... 45

a. Pelaksanaan Penerimaan .............................. 46

b. Pelaksanaan Pendekatan............................... 51

c. Pelaksanaan Assesmen ................................. 52

d. Pelaksanaan Pembinaan dan Bimbingan ..... 54

e. Pelaksanaan Resosialisasi ............................ 56

f. Pelaksanaan Penyaluran ............................... 57

B. Sasaran Program ...................................................... 58

C. Dukungan Sosial Keluarga di PSBR Taruna Jaya

II DinasSosial DKI Jakarta .................................... 59

1. Dukungan Informatif

a. Menyediakan Media Informasi .................... 59

b. Pemberian Nasihat ....................................... 67

c. Melakukan Home Visit ................................. 70

2. Dukungan Emosional

a. Empati ......................................................... 74

b. Perhatian ....................................................... 78

c. Cinta dan Kasih Sayang ............................... 82

3. Dukungan Instrumental

a. Peluang Waktu ............................................. 85

b. Bantuan Langsung ........................................ 86

c. Bantuan Materi ............................................. 90

 

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

ix

4. DukunganPenilaian dan Penghargaan

a. Pekerjaan ...................................................... 92

b. Afirmasi........................................................ 95

c. Umpan Balik ................................................ 97

BAB V HASIL ANALISIS

A. Dukungan Informatif ............................................... 102

B. Dukungan Emosional .............................................. 103

C. Dukungan Instrumental .......................................... 105

D. Dukungan Penilaian/Penghargaan ......................... 107

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................... 111

B. Saran ...................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 115

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

x

DAFTAR SINGKATAN

BNN : Badan Narkotika Nasional

BNNP : Badan Narkotika Nasional Provinsi

CSR : Corporate Social Responsibility

IPWL : Instansi Penerima Wajib Lapor

KADARKUM : Kelompok Kesadaran Hukum

KORAMIL : Komando Rayon Militer

NAPZA : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

lain

PBB : Pelatihan Baris-Berbaris

PSBI : Panti Sosial Bina Insan

PSBR : Panti Sosial Bina Remaja

RSKO : Rumah Sakit Ketergantungan Obat

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SDM : Sumber Daya Manusia

SOP : Standar Operasional Pelayanan

TC : Teraupeutic Community

TOGA : Tokoh Agama

TOMA : Tokoh Masyarakat

WBS : Warga Bina Sosial

 

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

xi

DAFTAR TABEL

Table 1.1 : Karakteristik Informan

Table 3.1 : Struktur Kegiatan Konseling Keluarga

 

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Konsultasi Keluarga

Gambar 4.1 : Asrama Primary

Gambar 4.2 : Pendataan WBS

Gambar 4.3 : Assesmen WBS

Gambar 4.4 : Kegiatan Kadarkum

Gambar 4.5 : Praktek Belajar Kerja

Gambar 4.6 : Beranda facebook PSBR Taruna Jaya II

Gambar 4.7 : Contoh Surat Pengantar

Gambar 4.8 : Ruang Konseling

Gambar 4.9 : Kegiatan Morning Meeting

Gambar 4.10 : Keterampilan Minat dan Bakat

Gambar 4.11 : Fasilitas Terbuka Untuk Olahraga

 

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 - Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 - Surat Izin Penelitian Skripsi

Lampiran 3 - Pedoman Wawancara

Lampiran 4 - Transkip Wawancara

Lampiran 5 - Dokumentasi

 

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya jumlah penyalahguna NAPZA dari

tahun ke tahun tentunya tidak bisa dianggap masalah yang

ringan, tetapi perlu dianggap serius agar

penanggulangannya bisa dilakukan secara tepat. Perlu

adanya strategi yang kompleks dalam menghancurkan

ancaman-ancaman serius tersebut. Dalam mengatasi

masalah NAPZA perlu peranan aktif dari segenap lapisan

masyarakat agar penanggulangan bahaya NAPZA dapat

berjalan efektif.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam menangani

permasalahan NAPZA yaitu dengan mendirikan pusat

rehabilitasi. Salah satu lembaga pemerintah yang

memberikan pelayanan bagi korban penyalahguna

NAPZA ialah Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II

Dinas Sosial DKI Jakarta.[1]

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas

Sosial DKI Jakarta sebagai institusi pelayanan publik

berupaya untuk dapat memberikan pelayanan kepada

masyarakat dengan mutu atau kualitas yang baik,

sehingga pelayanan dalam bentuk rehabilitasi sosial,

Perlindungan Sosial, Peningkatan kompetensi, kemauan,

dan atau kemampuan untuk berperan dalam

 

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

2

permberdayaan sosial, dan pelayanan khusus kepada

Warga Bina sosial (WBS) atau orang dengan gangguan

penyalahguna zat NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan

Zat Adiktif lainnya) atau masyarakat umumnya dapat

terjamin. Dalam proses rehabilitasi Panti Sosial Bina

Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

menjalankan kegiatan dukungan sosial keluarga yang

menjadi bagian penting dalam pelaksanaan kegiatan

pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahguna

NAPZA.[1]

Bagi mereka yang sudah terjerat penyalahgunaan

NAPZA diperlukan dukungan sosial keluarga agar mereka

dapat kembali sembuh dari ketergantungan barang haram

tersebut. Karena biasanya keluarga lebih memilih untuk

memasukkan pelaku penyalahguna napza ke pusat

rehabilitasi. Keluarga yang memasukkan anggota keluarga

mereka yang terlibat masalah narkoba kedalam tempat

rehabilitasi merasa apa yang dilakukannya telah cukup.

Dalam hal ini menunjukan bahwa sikap keluarga seakan-

akan lepas tangan dan mempercayakan sepenuhnya proses

pemulihan kepada tempat rehabilitasi tersebut. Padahal

dukungan dari keluarga merupakan hal penting yang perlu

dilakukan mengingat keluarga merupakan sistem

pendukung utama yang memberikan perawatan langsung

pada setiap keadaan (sehat atau sakit) anggota

keluarganya.[2]

 

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

3

Dalam memberikan dukungan sosial keluarga

kepada WBS menurut Ibu Dermi, selaku satuan pelayanan

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial

DKI Jakarta mengatakan bahwa di Panti Sosial Bina

Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

dukungan sosial keluarga yang diberikan terhadap WBS

terdapat tiga kategori, yaitu: pertama, dukungan sosial

keluarga secara penuh merupakan dukungan sosial yang

diberikan keluarga seperti rutin melakukan kunjungan ke

panti dan keluarga tidak membiarkan WBS kembali ke

lingkungan sebelumnya ketika WBS sudah keluar dari

panti serta mengontrol pergaulan WBS; kedua, dukungan

sosial keluarga tidak penuh maksudnya ialah keluarga

sering memberikan kunjungan ke panti namun saat WBS

keluar dari panti, keluarga acuh dan tidak mengontrol atau

mengawasi lingkungan pergaulannya yang dapat

menyebabkan WBS kembali terjerat penyalahgunaan

NAPZA; dan ketiga, tidak ada dukungan sosial keluarga

maksudnya adalah tidak adanya kepedulian keluarga

terhadap perkembangan WBS baik selama berada di panti

atau WBS sudah keluar dari panti.[3]

Dukungan sosial keluarga dalam masa pemulihan

pasien penyalahguna NAPZA sangat diperlukan. Menurut

House dan Kahn yang dikutip oleh Widhiowati dan

Murni, menetapkan ada empat aspek dalam dukungan

sosial, yaitu: pertama, dukungan emosional yang

 

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

4

melibatkan adanya keakraban dan penerimaan yang

memberi keyakinan; kedua, dukungan instrumental yang

berwujud atau memberi pelayanan dan bantuan secara

langsung; ketiga, dukungan informasi yang meliputi

pemberian nasehat, pemecahan masalah yang dihadapi

individu dan pemberian saran terhadap perilaku individu;

dan keempat, dukungan penilaian atau penghargaan yaitu

memberikan umpan balik yang mendukung seseorang

baik dalam bekerja atau berperanan sosial sehingga

individu merasa dirinya berharga.[4]

Menurut Houltberg et al., (2011) dukungan

keluarga menjadi pendukung utama dalam kesehatan

mental WBS selama proses rehabilitasi. Namun, jika

dukungan keluarga yang diberikan buruk akan berdampak

pada gangguan kesehatan mental WBS dalam proses

rehabilitasi.[5] Dukungan keluarga membuat individu

berkeyakinan bahwa mereka disayangi, diperhatikan, dan

akan mendapatkan bantuan dari orang lain bila mereka

membutuhkannya.

Dukungan sosial merupakan suatu wujud

dukungan atau dorongan yang berupa perhatian, kasih

sayang ataupun berupa penghargaan kepada individu

lainnya. Islam selalu mengajarkan kasih sayang kepada

semua makhluk serta memberi perhatian kepada makhluk

lainnya. Dalam islam kita diajarkan untuk peduli dengan

sesama, menyenangkan hati orang lain dan saling

 

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

5

mengasihi serta mencintai sesama. Islam menyerukan

kepada manusia agar saling mengasihi satu sama lain

seperti yang tertuang dalam Al-Quran surat At-Tahrim

ayat 6:

يا أيها الذين آمنىا قىا أنفسكم وأهليكم نارا وقىدها الناس

ما والحجارة عليها مل ئكة غلظ شداد ل يعصىن للا

أمزهم ويفعلىن ما يؤمزون

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,

peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang

bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).[6]

Ayat di atas menerangkan bahwa dakwah dan

pendidikan harus bermula dari rumah, yang berarti kedua

orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga

pasangan masing-masing. Sebuah keluarga berkewajiban

memberikan perhatian kepada anggota keluarganya yang

lain, mendidik, harus saling menyayangi dan tetap

berpegang teguh kepada agama Allah untuk mendapatkan

petunjuk. Ungkapan positif dan dorongan untuk maju bisa

diungkapkan sebagai perkataan yang baik dan sopan

kepada orang lain, karena dengan begitu akan membantu

seseorang dalam membentuk kepercayaan diri, serta

 

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

6

membuat seseorang akan merasa dihargai dan berguna.

Manusia dengan manusia lainnya haruslah saling

mengasihi dan menyayangi, memberikan perhatian ketika

manusia lainnya dalam keadaan yang sulit dalam

menghadapi masalah. Orang tua yang selalu memberikan

dukungan kepada anak-anaknya, seorang teman

memberikan perhatian kepada teman lainnya, serta orang-

orang yang memberikan perhatian, kasih sayang dan

penghargaan terhadap yang lainnya inilah yang disebut

dengan dukungan sosial.

Melihat dari segala bentuk permasalahan diatas,

Maka dari itu peneliti memiliki ketertarikan untuk

melakukan penelitian ini dikarenakan peneliti ingin

mengetahui sejauh mana dukungan sosial yang diberikan

keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna

NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas

Sosial DKI Jakarta. Atas dasar alasan tersebut, maka

peneliti tertarik untuk mengambil tema penelitian skripsi

dengan judul “Bentuk Dukungan Sosial Keluarga

Terhadap Anggota Keluarga Warga Bina Sosial

Penyalahguna Napza di Panti Sosial Bina Remaja

Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta”.

 

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

7

B. Pembatas dan Perumusan Masalah

1. Pembatas Masalah

Untuk membuat penelitian ini terarah dan tidak

melebar, maka penulis perlu membatasi penelitian ini

pada bentuk dukungan sosial keluarga terhadap

warga bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti

Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI

Jakarta.

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimanakah bentuk dukungan sosial keluarga

terhadap anggota keluarga warga bina sosial

penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina

Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan bagaimana dukungan sosial

keluarga terhadap warga bina sosial

penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina

Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI

Jakarta.

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Hasil penelitian peneliti diharapkan dapat

menjadi bahan bacaan referensial bagi umum

dan mahasiswa tentang dukungan sosial

 

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

8

keluarga terhadap warga bina sosial

penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina

Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI

Jakarta.

2) Bagi peneliti dapat menambah wawasan

ilmiah dalam bidang studi mengenai bentuk

dukungan sosial keluarga terhadap warga

bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti

Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas

Sosial DKI Jakarta.

b. Manfaat Praktisi

Hasil dari penelitian diharapkan dapat

bermanfaat bagi pembaca dan juga sebagai bahan

pembelajaran untuk menambah pengetahuan serta

bisa menjadi acuan mendasar khususnya bagi pihak

lembaga Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II

Dinas Sosial DKI Jakarta dan umumnya untuk

seluruh panti sosial terutama dalam menumbuh

kembangkan dukungan sosial keluarga terhadap

warga bina sosial penyalahguna NAPZA sehingga

dapat membantu mereka sembuh dari

ketergantungan.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum,

aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan

berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan

 

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

9

suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang

hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Metode penelitian kemudian dibagi menjadi:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif, metode penelitian kualitatif merupakan

metode penelitian yang dihasilkan dari data-data

yang dikumpulkan dan berupa kata-kata serta

merupakan suatu penelitian alamiah. Menurut

Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy

J.Moleong (2000) mendefinisikan metode kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.[7]

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam hal ini

menggunakan penelitian deskriftif (Descriptive

Research), yaitu penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian

yang terjadi saat sekarang, penelitian deskriptif

memusatkan perhatian pada masalah actual

sebagaimana adanya pada saat penelitian

berlangsung. Melalui penelitian deskriptif peneliti

berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian

yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan

perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.[8]

 

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

10

3. Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan

dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling.

Purposive Sampling merupakan teknik pemilihan

informan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh

subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai

dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.[9]

Tabel 1.1

Karakteristik Informan

No Informan Jumlah

1. Warga Bina Sosial yang

mendapatkan dukungan

keluarga

5 Orang

2. Keluarga WBS yang

memberikan dukungan

kepada WBS

5 Orang

3. Pekerja Sosial Panti Sosial

Bina Remaja Taruna Jaya

II Dinas Sosial DKI

Jakarta

2 orang

4. Satuan Pelayanan Panti

Sosial Bina Remaja

Taruna Jaya II Dinas

Sosial DKI Jakarta

1 orang

 

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

11

4. Sumber Data

a. Data primer

Menurut Sunyoto data primer adalah data

asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk

menjawab masalah penelitiannya secara khusus.

Pada umumnya, data primer ini sebelumnya

belum tersedia sehingga seorang peneliti harus

melakukan pengumpulan sendiri data ini

berdasarkan kebutuhannya.[10]

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang dapat

diperoleh dengan cara melakukan studi dokumen.

Melalui studi dokumen ini yaitu untuk

menambah data-data yang diperlukan dalam

penelitian dan sesuai dengan ruang lingkup

masalah yang peneliti tentukan.[10]

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Menurut Sugiono, wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu dan dengan wawancara, peneliti akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

partisipan dalam mengintrepetasikan situasi dan

fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa

ditemukan melalui observasi.[11] Dalam

 

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

12

wawancara ini yang dilakukan penulis untuk

mengumpulkan data yakni dengan cara

mengajukan pertanyaan kepada WBS sebagai

penerima dukungan sosial keluarga, orang tua

WBS sebagai pemberi dukungan sosial keluarga,

dan pekerja sosial serta satuan pelayanan Panti

Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial

DKI Jakarta.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan

aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan

secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan

secara terlibat (partisipatif) ataupun

nonpartisipatif. Pengamatan terlibat merupakan

jenis pengamtan yang melibatkan peneliti dalam

kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian,

tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan

atau aktivitas yang bersangkutan dan dalam hal

ini peneliti tidak manutupi dirinya selaku

peneliti. Untuk menyempurnakan aktivitas

pengamatan partisipatif ini, peneliti diharuskan

mengikuti kegiatan keseharian yang dilakukan

informan dalam waktu tertentu, memerhatikan

apa yang terjadi, mendengarkan apa yang

dikatakannya, mempertanyakan informasi yang

menarik dan mempelajari dokumen yang

dimiliki.[12]

 

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

13

Dalam hal ini penulis melakukan

pengamatan langsung, mengamati dan

mendengarkan dalam rangka memahami,

mencari jawaban dan mencari bukti atas

bagaimana bentuk dukungan sosial keluarga

terhadap warga bina sosial penyalahguna

NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja Taruna

Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau

menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat

oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang

subjek. Studi dokumen merupakan salah satu

cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif

untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang

subjek melalui media tertulis dan dokumen

lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh

subjek yang bersangkutan.[13]

6. Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif menghasilkan data

dalam bentuk rekaman hasil wawancara, transkip

wawancara, catatan hasil pengamatan, dokumen-

dokumen tertulis, serta catatan lain yang tidak

terekam selama pengumpulan data. Dalam

penelitian ini, analisis data yang peneliti lakukan

berupa reduksi data yaitu proses pemilihan,

 

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

14

penyederhanaan, pengabstrakan, dan pengubahan

data kasar yang muncul dari catatan tertulis yang

dihasilkan ketika berada dilapangan. Selanjutnya

penyajian data yaitu aktivitas menyajikan data

hasil penelitian, sehigga memungkinkan peneliti

mengambil kesimpulan sementara dan dapat

merencanakan tindakan berikutnya bila ternyata

masih terdapat data yang tidak lengkap, perlu

klarifikasi, atau sama sekali belum diperoleh.

Terakhir peneliti melakukan verifikasi yaitu

aktifitas merumuskan kesimpulan berdasarkan dua

aktifitas sebelumnya, kesimpulan ini dapat berupa

kesimpulan sementara maupun simpulan

akhir.[14]

7. Teknik Keabsahan Data

Penelitian ini merupakan penelitian

lapangan sehingga data yang diperoleh sangat

berpeluang untuk keluar dari obyektifitas, untuk

itu cukup penting untuk penulis melakukan

pemeriksaan kembali data yang diperoleh dengan

tujuan untuk mendapatkan kevalidan data.

Teknik keabsahan data yang digunakan

oleh penulis adalah triangulasi sumber dan

metode. Menurut Burhan Bungin, triangulasi

metode yaitu membandingkan data hasil

pengamatan dengan hasil wawancara, sedangkan

triangulasi sumber membandingkan apa yang

 

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

15

dikatakan didepan umum dengan apa yang

dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan

apa yang dikatakan sepanjang waktu.[15]

8. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina

Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

yang beralamatkan Jl. Babakan Pocis RT. 03 RW.01,

Babakan, Setu, Kota Tangerang Selatan dan waktu

pelaksanaan penelitian dimulai bulan Oktober 2017

s.d Mei 2018. Lembaga ini dipilih karena merupakan

lembaga yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat dengan mutu atau kualitas yang baik,

sehinga pelayanan dalam bentuk Rehabilitasi sosial,

Perlindungan Sosial, Peningkatan kompetensi,

kemauan, dan atau kemampuan untuk berperan

dalam permberdayaan sosial, dan pelayanan khusus

kepada Warga Bina sosial (WBS) atau orang dengan

gangguan penyalahguna NAPZA (Narkotika,

Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) atau

masyarakat umumnya dapat terjamin.

9. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada

Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis dan Disertasi), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2017.

 

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

16

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini peneliti melakukan

penelusuran atau mencari informasi tentang karya ilmiah

yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun

penelitian tersebut diantaranya:

1. Peneliti menggunakan literatur berupa jurnal

internasional yang dianggap relevan dengan

penelitian ini. Jurnal Internasional yang ditulis

oleh Elise Woodman dan Morag McArthur

menjelaskan mengenai dukungan keluarga

dalam kesehatan mental remaja dan

pengalaman remaja dalam keterhubungan

keluarga yang akan mendukung praktik kerja

sosial dengan keluarga. Penelitian ini bertujuan

untuk pekerja sosial mendukung remaja dalam

membangun dan menjaga keterhubungan

keluarga sepanjang masa remaja.[5]

Dalam penelitian ini, sebuah keterhubungan

keluarga ditandai oleh hubungan positif dan

suportif, dan biasanya menunjukkan

komunikasi terbuka, waktu bersama yang

berkualitas, berbagi kegiatan, kepercayaan,

dukungan di masa-masa sulit, pengawasan

orang dewasa yang tepat, dan membangun

perspektif remaja untuk mendukung penilaian,

intervensi dan pendidikan tentang dukungan

 

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

17

keluarga. Dalam jurnal tersebut memiliki

keterkaitan dengan penelitian peneliti yaitu

mengenai membangun dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga yang menjadi warga

bina sosial penyalahguna NAPZA di Panti

Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas

Sosial DKI Jakarta, dengan adanya dukungan

sosial keluarga dapat menunjukkan bahwa

keluarga dapat menyediakan lingkungan yang

aman untuk membantu warga bina sosial

menuju kearah perubahan yang positif.[5]

2. Hubungan antara Dukungan Sosial

Keluarga dengan Self Esteem pada

Penyalahguna Narkoba yang Direhabilitasi.

Disusun oleh: Nuni Nurhidayati dan Duta

Nurdibyanandaru. Fakultas Psikologi

Universitas Airlangga Surabaya 2014. Isi

pokok dari jurnal ini membahas bahwa

semakin tinggi dukungan sosial keluarga maka

semakin tinggi self esteem yang dimiliki

penyalahguna narkoba, sebaliknya semakin

rendah dukungan sosial keluarga maka makin

rendah pula self esteem pada penyalahguna.

Ketersediaan dukungan sosial dari keluarga

menjadi hal yang penting bagi penyalahguna

narkoba, memahami karakteristik

penyalahguna narkoba dan dukungan yang

 

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

18

dibutuhkan penyalahguna narkoba selama

rehabilitasi bisa meningkatkan keberhargaan

diri penyalahguna narkoba, sehingga dapat

menunjang kesembuhan penyalahguna

narkoba dari ketergantungannya. Yang

menjadi pembeda antara penelitian terdahulu

tersebut dengan skripsi penulis ialah subjek

yang diteliti dan bentuk pengolahan data yang

digunakan.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan ini menjadi sistematis serta

untuk mempermudah analisa materi dalam penulisan

skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan dalam

sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini

terdiri dari lima bab yang dibagi dalam sub-sub bab dan

setiap sub-sub bab mempunyai pembahasan masing-

masing yang saling berkaitan antara satu dengan yang

lainnya.

BAB I : Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang

Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian,

Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis berisi tentang kajian teori

mengenai pengertian dukungan sosial keluarga.

BAB III : Gambaran Umum tentang Panti Sosial Bina

Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

 

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

19

meliputi: sejarah lahirnya, visi dan misi terbentuknya

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial

DKI Jakarta, program kerja dan struktur Panti Sosial

Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

BAB IV : Hasil Temuan bentuk dukungan sosial

keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna

NAPZA pada Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II

Dinas Sosial DKI Jakarta.

BAB V : Pembahasan analisis bentuk dukungan sosial

keluarga terhadap warga bina sosial penyalahguna

NAPZA pada Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II

Dinas Sosial DKI Jakarta.

BAB VI : Penutup berisikan kesimpulan dan saran. Di

akhir penulisan ini penulis memasukan daftar pustaka

dan lampiran-lampiran.

 

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

20

 

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dukungan Sosial

1. Definisi Dukungan Sosial

Menurut Cohen dan Syme seperti yang dikutip

oleh Didiet Widhiowati dan Rokna Murni menjelaskan

bahwa dukungan sosial dipahami sebagai suatu bentuk

hubungan sosial yang bersifat menolong dengan

melibatkan aspek emosi, informasi, bantuan instrumental,

dan penghargaan. Sehingga seseorang akan tahu bahwa

ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan

mencintainya.[4] Begitupun juga menurut House seperti

yang dikutip oleh Nuni Nurhidayati dan Duta

Nurdibyanandaru menjelaskan bahwa dukungan sosial

adalah kadar keberfungsian dari hubungan yang dapat

dikategorikan dalam empat hal yaitu dukungan emosional,

dukungan instrumental, dukungan informasi dan

dukungan penilaian. [16]

Pengertian diatas mencerminkan bahwa dukungan

sosial dapat menjadi aspek yang penting terhadap

kesembuhan setiap individu karena setiap individu

membutuhkan adanya kasih sayang dan perhatian dari

orang yang berada disekitarnya terutama dari keluarga.

Hal ini dilakukan agar penerima dukungan sosial tidak

 

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

22

mengalami kegoncangan jiwa, seperti perasaan tidak

dihargai dan kesepian.

Dukungan sosial dapat berlangsung secara alamiah

didalam jejaring bantuan keluarga, kawan, tetangga, dan

teman sebaya, atau didalam kelompok dan organisasi,

yang secara spesifik diciptakan atau direncanakan untuk

mencapai tujuan dukungan sosial. Dalam semua tahap,

dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga

akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam

kehidupan.[17]

2. Bentuk Dukungan Sosial

Menurut House yang dikutip oleh Setiadi dalam

buku konsep dan proses keperawatan keluarga (2008)

bahwa setiap bentuk dukungan sosial keluarga

mempunyai ciri-ciri antara lain:

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang

disediakan agar dapat digunakan oleh

seseorang dalam menanggulangi persoalan-

persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian

nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi

lainnya yang dibutuhkan dan informasi dapat

disampaikan kepada orang lain yang mungkin

menghadapi persoalan yang sama atau hampir

sama.

 

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

23

b. Perhatian emosional, setiap orang pasti

membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain,

dukungan ini berupa dukungan simpatik dan

empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan.

Dengan demikian seseorang yang menghadapi

persoalan merasa dirinya tidak menanggung

beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang

memperhatikan, mau mendengar segala

keluhannya, bersimpati dan empati terhadap

persoalan yang dihadapinya, bahkan mau

membantu memecahkan masalah yang

dihadapinya.

c. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini

bertujuan untuk mempermudah seseorang

dalam melakukan aktifitasnya berkaitan

dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya,

atau menolong secara langsung kesulitan yang

dihadapi, misalnya dengan menyediakan

peralatan lengkap dan memadai bagi penderita,

menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan

lain-lainnya.

d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk

penghargaan yang diberikan seseorang kepada

pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari

penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif

yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi

seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial

 

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

24

keluarga maka penilaian yang sangat

membantu adalah penilaian yang positif.[17]

3. Fungsi Dukungan Sosial

Menurut Will (2008), bahwa fungsi dukungan

sosial antara lain:

a. Dukungan Harga Diri. Ancaman harga diri,

meningkatnya keraguan akan kemampuan

diri, cara membicarakan masalah yang

dihadapi. Bentuknya berupa perhatian,

menawarkan simpati dan meyakinkan

kembali elemen penting dari dukungan

sosial ini adalah perasaan diterima dan

dihargai.

b. Dukungan Informasi. Individu tidak dapat

merasakan masalah yang dihadapi, maka

dukungan ini dilakukan dengan

memberikan informasi, nasehat dan

petunjuk tentang cara-cara pemecahan

masalah.

c. Dukungan Instrumental. Bersifat nyata

(berbentuk materi) yang bertujuan untuk

meringankan beban bagi individu yang

membutuhkan dan orang lain yang dapat

memenuhi.

d. Dukungan keterdekatan sosial. Dukungan

ini diberikan untuk memberikan kepuasan

 

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

25

intrinsik bagi individu dan untuk mengatasi

kesepian dan memberikan kepuasan serta

kehangatan berkawan dan penerimaan

dalam kelompok.

e. Dukungan motivasi. Dukungan ini

diberikan dengan memberikan dorongan

kepada individu agar dapat menyelesaikan

masalah yang dihadapi.[4]

4. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial bisa didapatkan dari berbagai

sumber. Menurut Goldberger dan Breznitz, dukungan

sosial bersumber antara lain: orang tua, saudara kandung,

anak-anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat, rekan kerja

atau juga dari tetangga. Thoits mengatakan bahwa

dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang

memiliki hubungan berarti dengan individu, misalna

keluarga, teman dekat, pasangan hidup, saudara dan

tetangga.

Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling

penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan

pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan

tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial

sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik,

sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti

bagi kedua belah pihak.

 

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

26

Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai

anak kecil, tetapi belum juga dapat dianggap sebagai

orang dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri serta

lepas dari pengaruh orangtua, disisi lain pada dasarnya ia

tetap membutuhkan bantuan, dukungan serta perlindungan

orangtuanya.[18]

B. Keluarga

Keluarga adalah unit atau satuan masyarakat yang

terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil

dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya

dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan

sebutan primary group. kelompok inilah yang

melahhirkan individu dengan berbagai macam bentuk

kepribadian dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri

bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak

hanya terbatas selaku penerus keturunan saja.

Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal

individu sangat berpengaruh secara langsung terhadap

perkembangan individu sebelum maupun sesudah terjun

langsung secara individual di masyarakat. Dalam bentuk

yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri dari seorang

suami dan seorang isteri ditambah dengan anak-anak

mereka yang belum kawin, ada kalanya anak tiri atau anak

angkat yang secara resmi mempunyai hak dan kewajiban

yang kurang lebih sama dengan anak kandung, dan yang

biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama. Satuan

 

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

27

atau kelompok sosial semacam ini disebut keluarga batih

atau keluarga inti.

Disamping keluarga inti kita juga mengenal

keluarga luas atau besar. Keluarga besar terwujud apabila

didalam keluarga inti itu ada tambahan sejumlah orang

lain baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat

dengan salah satu pasangan suami isteri keluarga inti yang

bersangkutan, yang bersama-sama tinggal dalam satu

rumah dan menjadi anggota keluarga inti. [19]

Keluarga sebagai unit terkecil satuan sosial

mempunyai fungsi tertentu. Fungsi keluarga dapat

digolongkan dalam dua tipe ialah fungsi yang dapat

dilaksanakan oleh keluarga sendiri dan fungsi yang dapat

dilakukan baik oleh keluarga itu sendiri maupun yang

dapat dilakukan oleh lembaga sosial lain. [19]

C. Intervensi Keluarga

Intervensi pada level keluarga, menurut Zastrow

dilakukan dengan melihat keluarga sebagai suatu sistem

yang anggotanya saling berinteraksi dan mempunyai

saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Karena

itu, masalah yang dihadapi oleh individu biasanya

dipengaruhi oleh dinamika yang ada di keluarga mereka.

Sebagai konsekuensinya, perubahan pada satu anggota

keluarga (members of the family) akan dapat

memengaruhi anggota keluarga yang lain.

 

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

28

Salah satu metode „penyembuhan‟ yang digunakan

untuk mengatasi masalah dalam keluarga adalah melalui

terapi keluarga (family therapy) atau menurrut Zastrow

dikenal pula dengan nama konseling keluarga (family

counseling). Zastrow mengemukakan alasan lain untuk

menempatkan keluarga sebagai fokus perhatian, karena

keikutsertaan (partisipasi) dari anggota keluarga biasanya

diperlukan dalam proses „penyembuhan‟ (klien). Misalnya

saja, bila seseorang merasa bahwa kebiasaannya untuk

menggunakan narkoba bukanlah suatu hal yang salah,

maka anggota keluarga yang lainnya akan dapat

mengingatkan bahwa ia sedang mengalami suatu masalah.

Bahkan lebih jauh lagi, anggota keluarga tersebut dapat

saling memperkuat dalam proses terapi (penyembuhan),

sekurang-kurangnya memberikan dukungan sosial dan

moral terhadap si pelaku penyalahguna narkoba

tersebut.[20]

1. Pengertian Konseling Keluarga (Family

Counseling)

Untuk membantu secepatnya pemulihan klien,

amat diperlukan dukungan keluarga seperti ayah, ibu,

saudara, dan keluarga dekat lainnya. Nuansa emosional

yang akrab harus mampu diciptakan agar terjadi

keterbukaan klien terhadap keluarga, sebaliknya anggota

keluarga mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi

terhadap pemulihan klien.[21] Dampaknya adalah tumbuh

 

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

29

rasa aman, percaya diri, dan rasa tanggung jawab klien

terhadap diri dan keluarga. Untuk mencapai keberhasilan

dalam konseling keluarga maka prosedur yang harus

ditempuh adalah: a) menyiapkan mental klien untuk

menghadapi anggota keluarga. b) memberi kesempatan

kepada setiap anggota keluarga menyampaikan perasaan

terpendam, kritikan-kritikan dan perasaan-perasaan

negatif lainnya terhadap klien. c) selanjutnya memberi

kesempatan kepada klien untuk menyampaikan isi hatinya

berupa kata-kata pengakuan jujur atas kesalahan-

kesalahannya. d) keluarga menaruh kepercayaan terhadap

semua upaya klien dan mendorong penyembuhan klien

dengan tulus dan kasih sayang.[21]

Konseling keluarga merupakan upaya bantuan

yang diberikan kepada individu-individu anggota keluaga

melalui sistem keluarga dengan membenahi komunikasi

agar berkembang potensi mereka seoptimal mungkin dan

masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu

dari semua anggota keluarga berdasarkan keleraan,

toleransi, penghargaan, dan kasih sayang.[22]

a. Konseling Keluarga Pendekatan Gestalt

Menurut Walter Kempler mendefinisikan

konseling keluarga dengan pendekatan Gestalt

sebagai suatu model difokuskan pada saat

sekarang ini dan pada pengalaman keluarga yang

dilakukannya dalam sesi-sesi konseling. Hal yang

 

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

30

lebih ditekankan adalah keterlibatan konselor

dalam keluarga. Kempler bahkan beranggapan

bahwa konseling keluarga eksperiesial sebenarnya

adalah persoalan pribadi sebagai manusia bagi

konselor itu, dan masalah teknik cenderung tak

menjadi yang terpenting dalam sesi-sesi itu. Tidak

ada alat atau skill, yang ada hanyalah hubugan

orang dengan orang, manusia dengan manusia.

Karena itu penting bagi konselor adalah

menengarkan suara dan emosi mereka. Konselor

melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga

sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai

orang yang dipercaya dalam perjumpaan antara

sesama. Karena itu Kampler senang dengan style

directive dan confrontatif nya, sebab hubungan

mereka akrab.[23]

b. Pendekatan Konseling Keluarga Munurut

Aliran Adler

Pendekatan Adler bertujuan untuk

mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan

meningkatkan hubungan di dalam keluarga.

Mengajarkan anggota keluarga bagaimana

menyesuaikan diri yang lebih baik terhadap

anggota keluarga yang lainnya dan bagaimana

hidup bersama dalam keluarga sosial yang

sederajat (sesama manusia).

 

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

31

Dinkmeyer mengungkapkan bahwa

Pendekatan Adler bertujuan menyempurnakan

kehidupan dalam keluarga dengan cara Sharing

(berbagi) dan yang terpenting mengajar anggota

keluarga agar mampu memberikan semangat dan

dorongan untuk berkembang bagi anggota lain.

 

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

32

 

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

33

BAB III

PROFIL LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Remaja Taruna

Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas

Sosial DKI Jakarta berdiri sejak tahun 1973 dengan nama

Unit Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA berlokasi di

Sasana Tresna Werdha Budi Dharma Jl. RS. Fatmawati

Cilandak, Jakarta Selatan dibawah naungan Departemen

Sosial. Pada tahun 1975 berpindah ke Jl. S. Parman Kav-

57 Slipi, Jakarta Barat dengan nama Panti Rehabilitasi

Korban Narkotika Wisma Khusnul Khotimah. Dalam

perkembangannya pada tahun 1979, nama panti berubah

menjadi Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah.

Tahun 1994 lokasi berpindah ke Babakan Pocis III

Serpong, Tangerang Selatan. Kemudian pada tahun 2018

kembali berganti nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja

Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta dan nama

tersebut tetap bertahan hingga sekarang. Dengan adanya

likuidasi Departemen Sosial, maka tahun 1999 Panti

Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI

Jakarta dialihkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta c.q

Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.

 

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

34

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas

Sosial DKI Jakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas

Sosial dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan dan

rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan

narkoba/NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat

Adiktif lainnya). Menurut Undang Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika telah memberikan

perlakuan yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan

narkotika, sebelum Undang Undang ini berlaku tidak ada

perbedaan perlakuan antara pengguna, bandar, maupun

prosedur narkotika.[1]

B. Visi dan Misi

1) Visi

Terwujudnya kondisi Korban Penyalahgunaan

NAPZA ( WBS)

yang Sehat, Bersih, Produktif, dan Normatif melalui

Pelayanan Rehabilitasi Sosial.

2) Misi

1. Menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas

Narkotika, Psikoptropika, dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA).

2. Memberikan pelayanan kepada klien/ WBS

secara Profesional.

3. Membina klien/ WBS agar mampu mengatasi

masalah dan memiliki ketrampilan kerja.

4. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi

 

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

35

pelayanan rehabilitasi sosial.

5. Menjalin kerja sama lintas sektoral.

C. Maksud dan Tujuan

1) Maksud

Kegiatan pelaksanaan rehabilitasi terpadu bagi

korban penyalahgunaan NAPZA yang dilaksanakan di

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial

DKI Jakarta dimaksud untuk memperoleh hasil

penanganan yang optimal dalam upaya mencapai sasaran

program rehabilitasi sosial serta adanya keterpaduan

langkah dalam pelaksanaannya.

2) Tujuan

Memulihkan kondisi fisik, mental, spiritual, psikis

sosial, sikap dan perilaku agar para remaja tersebut

kembali menjadi generasi muda Indonesia yang mampu

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, baik dalam

lingkungan warga maupun lingkungan masyarakatnya,

mampu menolong dirinya sendiri/mandiri, kreatif,

bergairah dan produktif serta berguna bagi nusa dan

bangsa.[1]

D. Tugas dan Fungsi

Sesuai dengan peraturan Gubernur Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 355 Tahun 2016

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti

 

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

36

Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI

Jakarta mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai

berikut:

1) Tugas Pokok

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2

merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial

dalam pelaksanaannya menyelenggarakan kegiatan

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna Narkoba yang

meliputi: Identifikasi dan Assesment, Bimbingan dan

pelatihan serta Penyaluran dan Bina Lanjut.

2) Fungsi

Berdasarkan tugas pokok tersebut PSBR Taruna

Jaya II mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

a) Pelaksanaan Penerimaan meliputi Registrasi,

Persyaratan Administrasi dan Penempatan

dalam Panti.

b) Pelaksanaan Pendekatan Awal meliputi

Identifikasi, Seleksi, Observasi, Wawancara

dan Motivasi.

c) Pelaksanaan Assesment meliputi penelaahan,

rasa pengungkapan, pemahaman masalah dan

potensi.

d) Pelaksanaan Pembinaan dan Bimbingan

meliputi:

 

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

37

Pembinaan Fisik, Bimbingan Mental dan

Spiritual, Bimbingan Sosial, Bimbingan

Psikologis, Bimbingan dan Pelatihan

Ketrampilan (Montir Mobil, Montir Motor,

Las dan Elektronika), serta Bercocok Tanam.

e) Pelaksanaan Resosialisasi meliputi Praktek

Belajar Kerja/Magang dan Pelaksanaan

Reintegrasi dalam bentuk kunjungan ke rumah,

lingkungan sekolah/pekerjaan/masyarakat dan

Outing (Rekreasi).

f) Pelaksanaan Penyaluran meliputi: Kembali

kepada keluarga dan bekerja.

g) After Care/Bina Lanjut meliputi: Home

Visit/Kunjungan Keluarga, Wawancara,

Dialog, Konselling. Bila pada kenyataannya

Warga Bina Sosial (WBS) belum berhasil,

maka dapat kembali ke Panti untuk mengikuti

Pemantapan Program dan akan ditempatkan di

Ruang Shelter.

h) Terminasi, yaitu Pengakhiran/pemutusan

program pelayanan dan rehabilitasi sosial.

Terminasi/penghentian pelayanan dilakukan 1

(satu) tahun setelah WBS disalurkan.[1]

 

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

38

E. Syarat dan Tata Cara Penerima Layanan

Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 335 Tahun

2016, Remaja yang terlibat masalah NAPZA, sehingga

menyebabkan timbulnya gangguan-gangguan dalam

melaksanakan fungsi sosial psikologisnya, dari semua

golongan sosial maupun ekonomi dengan syarat:

1) Kriteria WBS:

a) Remaja/ Pemuda Laki-laki yang terlibat

masalah NAPZA yang menyebabkan

timbulnya gangguan-gangguan dalam

melaksanakan fungsi sosial psikologisnya,

dari semua golongan sosial maupun

ekonomi

b) Ber-KTP DKI dan atau hasil penertiban

c) Ada keinginan dari calon klien/ WBS

untuk berhenti dari penyalahgunaan

NAPZA ( surat perjanjian bermaterai )

d) Ada surat pengantar dari RT/RW dan

Kelurahan/Kecamatan Tempat

tinggal/domisili

e) Ada kesanggupan orang tua/ wali untuk

bekerja sama dengan Panti (Surat

Pernyataan dari orang tua bermaterai)

f) Bersedia mematuhi tata tertib / peraturan di

Panti

g) Bersedia tinggal di asrama selama

 

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

39

Rehabilitasi Sosial dengan Surat

Pernyataan tertulis

h) Jika mendapatkan kiriman dari keluarga,

WBS/ Klien sudah harus melalui

pemeriksaan dan pengobatan rehabilitasi

medis dari Rumah Sakit (sudah

detoksifikasi)

2) Usia WBS:

Usia 15 sampai dengan 35 tahun

3) Asal WBS:

a) Rujukan dari Panti Sosial Bina Insan

Bangun Daya (PSBI)

b) Masyarakat

c) Organisasi sosial

d) LSM/ NGO

e) Kepolisian

f) Dan Lain-lain

F. Struktur Organisasi

Tabel 3.1

Struktur Kegiatan Konseling Keluarga

PSBR Taruna Jaya II

PENDAMPING

PEKERJA SOSIAL

JOKO SUSILO, ST M. KURNIAWAN, S.Sos

W.

SATUAN PELAYANAN

Dra. DERMI WHIYATII / AHMAD TAUFIK, A.Ks

 

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

40

G. Program Rehabilitasi

Salah satu program rehabilitasi yang digunakan

untuk pelayanan pada WBS di Panti Sosial Bina Remaja

Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta Tangerang

Selatan adalah program konsultasi keluarga, home visit

(family support group). Dalam menjalankan program

konsultasi keluarga terdapat standar operasional

pelayanan (SOP) yang dilaksanakan oleh Panti Sosial

Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

Tangerang Selatan, yaitu sebagai berikut:[1]

1) Satuan pelaksana pembinaan sosial

menugaskan petugas untuk melaksanakan

kegiatan konsultasi, dimulai dengan

rencana kegiatan konsultasi selama 10

menit.

2) Petugas membentuk tim untuk melaksanakan

kegiatan konsultasi dengan batas waktu selama

1 jam untuk menghasilkan daftar nama tim

kegiatan konsultasi.

3) Petugas melaporkan hasil pembentukan tim

konsultasi kepada satuan pelaksana pembinaan

sosial,

4) Satuan pelaksana pembinaan sosial menelaah

hasil pembentukan tim kegiatan konsultasi,

jika setuju dilanjutkan, jika tidak setuju akan

dikembalikan kepada petugas untuk diperbaiki,

 

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

41

5) Tim melakukan koordinasi dan persiapan

pelaksanaan kegiatan dan tempat konsultasi

degan batas waktu 3 hari dan menghasilkan

materi atau bahan dan jadwal kegiatan

kosultasi.

6) Tim melaksanakan kegiatan konsultasi,

kegiatan berlangsung 60 menit per WBS dan

keluarga dan selama proses konsultasi

menghasilkan daftar nama WBS dan keluarga,

foto kegiatan, kelengkapan laporan selama

konsultasi.

7) Tim membuat draf awal laporan kegiatan

konsultasi dengan batas waktu selama 3 hari.

8) Tim menyerahkan draf awal laporan kegiatan

kepada satuan pelaksana pembinaan sosial,

9) Satuan pelaksana pembinaan sosial memeriksa

draf awal laporan kegiatan konsultasi, jika

setuju diserahkan ke petugas untuk

didokumentasikan, jika tidak setuju

dikembalikan kepada tim untuk

dilengkapi/diperbaiki,

10) Satuan pelaksana pembinaan sosial

memerintahkan petugas untuk

mendokumentasikan laporan kegiatan

konsultasi,

11) Petugas mendokumentasikan laporan kegiatan

konsultasi.

 

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

42

Gambar 3.1

Konsultasi Keluarga

Sumber : Hasil Observasi, 22 Januari 2018

Sedangkan program home visit adalah program

yang dilakukan PSBR Taruna Jaya II untuk mengetahui

keberadaan keluarga WBS, mengetahui latar belakang

keluarga WBS. Home visit dilakukan ketika pendamping

menilai perlu atau tidaknya dilakukan home visit untuk

mengetahui keberadaan keluarga WBS. Tujuan home visit

untuk mengetahui ada masalah apa dengan anak

dikeluarga, lalu bagaimana hubungan dengan

keluarganya. Selain itu, tujuan lain dari home visit ialah

menyampaikan perkembangan anak selama proses

rehabilitasi terhadap keluarga WBS, dan membuat

kesepakatan atau persetujuan untuk kelanjutan masa

depan anak, apakah anak ingin disalurkan ke tempat kerja

atau dikembalikan ke keluarga.[3]

 

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

43

H. Fasilitas Panti Dalam Memberikan Konseling

Keluarga

1) Luas Tanah : 33.030 M2

2) Luas Bangunan : 3.928 M2

3) Kapasitas Tampung : 200 orang

4) Bangunan Panti meliputi :

a) Ruang Kantor

b) Aula

c) Asrama

d) Ruang Ibadah, Musholla/ Masjid

e) Ruang Makan

f) Ruang Konseling

g) Ruang Adaptasi

h) Ruang Identifikasi

i) Ruang Bimbingan

j) Ruang Perawatan

k) Ruang Klinik

5) Prasarana dan Sarana Penunjang, meliputi:

a) Perlengkapan poliknik

b) Perlengkapan Ibadah

c) Kendaraan Operasional/Dinas:

Roda empat : 1 (satu) unit (Ambulan)

Roda dua : 1 (satu) unit

 

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

44

 

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

45

BAB IV

HASIL TEMUAN

Berdasarkan hasil temuan lapangan bentuk dukungan

sosial keluarga terhadap anggota keluarga warga bina sosial

penyalahguna NAPZA di PSBR Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI

Jakarta dari Oktober 2017 s.d Mei 2018, dapat diperoleh suatu

informasi bentuk dukungan sosial keluarga terhadap anggota

keluarga warga bina sosial penyalahguna napza di PSBR Taruna

Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta.

A. Pelaksanaan Program Rehabilitasi di PSBR Taruna

Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta

1. Standar Pelayanan Rehabilitasi

Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya II Dinas

Sosial DKI Jakarta sebagai institusi pelayanan publik

berupaya untuk dapat memberikan pelayanan kepada

masyarakat dengan mutu atau kualitas yang baik,

sehingga pelayanan dalam bentuk Rehabilitasi sosial

berperan dalam permberdayaan sosial dan pelayanan

khusus kepada Warga Binaan sosial (WBS)/Orang dengan

masalah sosial.

Dalam memberikan pelayanan rehabilitasi terdapat

standar pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh PSBR

Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta yang meliputi:

 

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

46

a) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi,

persyaratan administrasi, dan penempatan dalam

panti.

Tahapan pertama bagi WBS untuk bisa

mendapatkan pelayanan rehabilitasi di panti harus

melalui proses registrasi dan memenuhi

persyaratan administrasi. Jika persyaratan

administrasi sudah terpenuhi, maka WBS akan

ditempatkan kedalam asrama sesuai ketentuan.

Penempatan asrama bagi WBS terbagi menjadi 4

kategori, yaitu:

1) Primary (Teraupeutic Community)

WBS hasil rujukan/penerimaan dari

PSBI Bangun Daya 1 dan 2 sebagai

pembinaan awal setelah dilakukan

sosialisasi program dan internalisasi

selama maksimal 1 (satu) minggu di

Ruang Adaptasi.

WBS dengan klasifikasi anak Jalanan,

anak Punk, maupun Anak titipan

keluarga/ IPWL untuk mendapatkan

treatment/ program sebelum naik ke

Re-Entry.

Masa Pembinaan/treatment di Primary

minimal 3 s/d 4 bulan atau melihat

kondisi perkembangan WBS.

 

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

47

Gambar 4.1

Asrama Primary

Sumber : Hasil Observasi, 01 Februari 2018

Proses pengajuan WBS yang akan naik ke Re-

Entry berdasarkan hasil musyawarah/ pertimbangan

Koordinator Konselor, Pekerja Sosial, Komandan

Piket dan mengetahui/ persetujuan Satuan Pelaksana,

Pelayanan Sosial / Pembinaan Sosial.

2) Re-Entry 1

Tempat bagi WBS yang dapat dan bisa

menjadi Role Model

(panutan/contoh/teladan) bagi WBS

lainnya.

WBS yang dapat diandalkan prilaku,

sikap, nilai-nilai pribadinya,

integritas/kepribadian untuk dapat

berkembang dan berubah lebih baik.

 

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

48

Pernah menjadi Chief/ Head di Asrama

lain baik Primary maupun Re-Entry.

Dapat diikutsertakan dalam

pelatihan/pembinaan/ kegiatan lomba/

kegiatan luar lainnya ke luar PSBR

Taruna Jaya II khusus klien/ WBS yang

didakan Dinas Sosial maupun

Kemensos ataupun BNN .

Dapat diusulkan dan direncanakan

sebagai pendamping WBS jika telah

mengikuti Pelatihan Dasar Pendamping

WBS (masa training).

Dapat dilatih program-program

pembinaan, treatment,

kepemimpinan/leadership,

kemandirian, tanggung jawab,

kedisiplinan, dan wawasan buat

inspirasi/ motivasi WBS lainnya

(Outbound, dll).

Jika sudah mendapat pembinaan di Re-

Entry 1 minimal 6-12 bulan dapat

diberikan tanggung jawab (masa

percobaan) sebagai pendamping WBS

di Re-Entri 2 atau 3.

3) Re-Entry 2

Merupakan WBS hasil tingkatan dari

Primary/ TC yang telah mendapatkan

 

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

49

report (laporan) perkembangan dari

Konselor/ Pekerja Sosial.

WBS secara Fisik, Mental Spritual,

Sosial, Psikologis dan Prilaku yang

baik berdasarkan raport perkembangan.

Adanya Pendampingan dari Konselor

dan Pendamping.

Mengikuti kegiatan

Keterampilan/Vokasional.

WBS mengikuti semua program yang

ada di Panti.

Adanya WBS klasifikasi WBS dari

hasil penertiban/ razia (Anak Jalanan/

Punk) dan yang masih terapi obat

(Berobat jalan RSKD Duren Sawit).

Adanya raport perkembangan WBS.

Bagi WBS yang melakukan

pelanggaran berat dapat dikembalikan

ke ruang Adaptasi dan atau Primary/

TC.

Bagi WBS yang bagus

perkembangannya dapat dimasukkan

ke Re-Entry 1.

4) Re-Entry 3

Secara umum merupakan WBS yang

masih dalam perawatan/ pengobatan

 

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

50

dari Dokter Psikiater RSKD Duren

Sawit (masih minum obat Psikotik/

terapi medis).

Mengikuti semua program yang ada di

Panti baik itu Morning Meeting, PBB,

Bimbingan Kedisplinan, Bimbingan

Mental Spiritual/ Agama Islam,

Bimbingan Kadarkum, Bimbingan

Olahrga ( Futsal/ senam ), Bimbingan

Kesenian, Bimbingan Ketrampilan/

Vokasional, Bimbingan Konseling

Individu, bimbingan Sosial Kelompok/

Statis Group, Pengajian malam Jum‟at.

Adanya Laporan Perkembangan WBS

tiap hari/ minggu/ bulan secara

menyeluruh.

Adanya Group piket untuk kebersihan

dan aktivitas sehari-hari di sekitar

asrama dengan pendamping konselor.

Setiap Asrama/ kamar terdiri 10-11

orang WBS dengan didampingi

konselor.

Adanya Job Function setiap WBS

(Chief, Head, Ekspeditor, Ramrod,

Crew) untuk pembagian tugas agar

berjalan sesuai tugas yang diberikan

seperti Departement House Keeping,

 

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

51

Gastronomi, Laundry, Landscape/

taman.

Diupayakan WBS hasil penerimaan

dari Keluarga (IPWL).[1]

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis

menyimpulkan bahwa setiap calon WBS harus memenuhi

persyaratan administrasi sehingga calon WBS tersebut

tercatat dalam data PSBR Tarua Jaya II yang kemudian

oleh panti WBS tersebut akan ditempatkan di asrama

sesuai dengan ketentuan.

b) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi, observasi,

identifikasi, motivasi, dan seleksi.

Dalam melakukan observasi dan

identifikasi terhadap WBS, pekerja sosial

menggunakan form 12 untuk menggali dan

menganalisa rencana rehabilitasi yang akan

diberikan terhadap WBS.

Seperti yag disampaikan oleh Bapak Joko

selaku Pekerja Sosial di PSBR Taruna Jaya II:

“Disini ada formulir baku (form

12), disitu ada aspek bpss lalu kita gali,

rencana apa yg akan kita berikan, analisa

kebutuhan yang mereka butukan.”[24]

 

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

52

Gambar 4.2

Pendataan WBS

Sumber : Hasil Observasi, 26 Januari 2018

c) Pelaksanaan assesmen meliputi penelaahan,

pengungkapan, dan pemahaman masalah dan

potensi.

Dalam tahapan selanjutnya WBS akan

bersosialisasi terhadap lingkungan di panti dan

mendapatkan pembinaan selama di panti. Selain

itu pekerja sosial dan atau pendamping bersama-

sama mengawasi dan merencanakan pembinaan

yang tepat bagi WBS dalam mengembangkan

minat dan bakatnya. Hal ini seperti yang

dijelaskan oleh Bapak Joko Selaku Pekerja Sosial

di PSBR Taruna Jaya II:

“Disini kita juga menerapkan masa

orientasi, setelah WBS melakukan

pembinaan di primary kita turunkan di

 

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

53

bimbingan vokasional tapi kita ikut

sertakan sehari ikut mobil, sehari ikut

motor, dan yang lainnya sehingga WBS

bisa menentukan mana sih yang cocok

sesuai dengan minat dan bakat.”[24]

“Ada yang langsung dan tidak

langsung, yang langsungnya itu bentuk

motivasi dan konseling. Setiap WBS itu kan

mendapatkan pendamping, fungsi

pendamping itu sendiri untuk memberikan

konsultasi kepada WBS ketika dia

mengalami kesulitan selama mengikuti

program disini. Kita asah si anak ini untuk

bisa disalurkan sesuai dengan minat dan

bakatnya, misal minatnya di bengkel.”[24]

 

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

54

Gambar 4.3

Assesmen WBS

Sumber : Hasil Observasi, 27 Januari 2018

d) Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan

Tahapan selanjutnya WBS akan

mendapatkan pembinaan dan bimbingan meliputi:

Bimbingan Sosial, Bimbingan Mental Spiritual,

Pembinaan Fisik, Bimbingan Psikologis, Pelatihan

Ketrampilan meliputi (montir mobil, motor, las,

elektronika dan mix farming). Seperti yang

disampaikan oleh Bapak Joko selaku Pekerja

sosial di PSBR Taruna Jaya II:

“Pertama motivasi, pendidikan,

psikis, pengubahan perilaku dan sikap,

bimbingan rohani, pengembangan minat

dan bakat serta vokasional. Pbk

berdasarkan assesment minat dan bakat

 

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

55

wbs, disini ada 4 keterampilan las, motor,

mobil, elektro.”[24]

Seperti juga yang disampaikan oleh WBS

F dan WBS RR:

“Disini mah banyak kegiatannya,

kalo pagi ada morning meeting, kadarkum,

terus siang kita ada pelatihan, ada empat

pelatihannya, motor, mobil, ngelas, sama

elektro. Cuma kalo saya mah milihya

ngelas bang.”[25]

“saya disini ikutnya kelas ngelas,

selain ngelas ada mobil, motor, sama

elektro. Terus selain itu kegiatannya kalo

pagi beda-beda hari senin morning

meeting, kamis kadarkum, minggu

olahraga, terus shalat dhuha setiap

pagi.”[26]

Berdasarkan informasi diatas bimbingan

sosial yang didapatkan WBS disini berupa

morning meeting, bimbingan spiritual berupa

shalat dhuha berjamaah, bimbingan psikologis

berupa konseling, pembinaan dan pelatihan yang

diberikan berupa kadarkum (kelompok kesadaran

 

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

56

hukum) dan pelatihan 4 keterampilan (montir

mobil, motor, las dan elektro).

Gambar 4.4

Kegiatan Kadarkum

Sumber : Hasil Observasi, 25 Januari 2018

e) Pelaksanaan resosialisasi meliputi praktek belajar

kerja/ magang dan pelaksanaan reintegrasi dalam

bentuk kunjungan rumah, outing dan rekreasi.

Pada tahapan ini WBS yang telah

mendapatkan pembinaan dan keterampilan akan

dipertimbangkan oleh panti untuk diberikan

kesempatan kerja/magang diluar panti. “iya

setelah mereka mendapatkan pelatihan dan

pembinaan maka panti akan mempertimbangkan

apakah sudah siap untuk bekerja dimasyarakat

kembali.”[27]

 

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

57

Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan setelah mendapatkan pembinaan yang

cukup dan keterampilan yang mumpuni, maka

WBS akan diberikan kesempatan untuk

bekerja/magang ditempat-tempat yang sudah

bekerja sama dengan PSBR Taruna Jaya II.

Gambar 4.5

Praktek Belajar Kerja

Sumber : Hasil Observasi, 29 Januari 2018

f) Pelaksanaan penyaluran meliputi: kembali ke

keluarga, bekerja dan bina lanjut /after care.

Setelah WBS mampu untuk mandiri maka

panti akan memberikan dua pilihan terhadap WBS

yaitu kembali ke keluarga atau hidup secara

mandiri di dunia usaha. Seperti yang disampaikan

oleh Bapak Joko Pekerja sosial di PSBR Taruna

Jaya II:

 

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

58

“Setelah mereka mengikuti

kegiatan vokasional disini, kita sebagai

pendamping berkoordinasi dengan

bengkel-bengkel yang ada disekitar

tangerang selatan untuk menyalurkan si

anak yg notabennya untuk penyaluran ke

usaha kemandirian. Disini penyaluran ada

2, ke dunia usaha dan keluarga.”[24]

Berdasarkan hasil informasi yang penulis

dapatkan dapat disimpulkan bahwa pelayanan

rehabilitasi yang diberikan PSBR Taruna Jaya II

yaitu berfokus pada pemberian pembinaan

keterampilan sesuai dengan bakat dan minat WBS

sehingga WBS dapat mandiri dan siap untuk

kembali ke masyarakat.

B. Sasaran program

Dalam pelaksanaan pelayanan program rehabilitasi

PSBR Taruna Jaya II hanya melayani WBS yang sesuai

dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sasaran yang

ditentukan yaitu Remaja laki-laki usia 13 Tahun ke atas

berdomisili di Jabodetabek dan merupakan hasil

penertiban oleh instansi terkait antara lain Polda Metro

Jaya, Satpol PP, Dinas Perhubungan, Rujukan Masyarakat

dan putusan Pengadilan. Seperti yang disampaikan oleh

Bapak Joko Pekerja Sosial di PSBR Taruna Jaya II:

 

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

59

“Iya kita disini hanya menerima anak,

remaja dan pemuda laki-laki berusia 13 tahun

keatas yang bermasalah sosial dan merupakan

hasil penertiban biasanya dari Satpol PP sama

Polres DKI”[24]

C. Dukungan Sosial Keluarga di PSBR Taruna Jaya II

1. Dukungan Informatif

Dukungan informatif di PSBR Taruna Jaya II

terhadap WBS terbagi menjadi 3 aspek, diantaranya:

a. Menyediakan Media Informasi Bagi WBS dan

Keluarga

Dukungan informatif merupakan suatu bantuan

informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh

seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan

yang dihadapi.[4] Dalam hal ini, dukungan informatif

yang diberikan oleh PSBR Taruna Jaya II terhadap

WBS diantaranya:

Keluarga maupun WBS mendapatkan kemudahan

dalam menerima informasi melalui telepon ataupun

melalui akses facebook dan e-mail yang diberikan

oleh Panti sehingga WBS dapat berkomunikasi

dengan anggota keluarganya ataupun sebaliknya.

Seperti yang di sampaikan oleh Bapak Kurniawan,

selaku Pekerja sosial PSBR Taruna Jaya II:

 

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

60

“Bila wbs ingin komunikasian

dengan keluarga yang ada dirumah, panti

menyediakan telepon kantor dan akses ke

facebook untuk mempermudah komunikasi

antara wbs dan keluarganya. WBS tinggal

bilang ke pembimbing bila ingin

menghubungi keluarganya, nanti

pembimbing dari panti akan

menyediakannyaa.”[27]

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa PSBR

Taruna Jaya II telah memberikan solusi bagi para

WBS untuk mendapatkan informasi dengan

menggunakan fasilitas yang tersedia di Panti yaitu

menggunakan telepon kantor ataupun dapat

mengakses internet seperti facebook.

1) Akses melalui Telepon Kantor

Dalam melakukan komunikasi antara

keluarga dengan WBS, maka telepon kantor dapat

menjadi salah satu alternatif untuk pihak keluarga

mendapatkan informasi. Hal ini seperti yang

disampaikan oleh Bapak Kurniawan selaku

pekerja sosial di PSBR Taruna Jaya II:

“yang pertama kalau mereka punya

telpon kita hubungi, lalu kita check and

 

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

61

recheck untuk mengabari bahwa salah satu

keluarganya di panti, selain itu kalo anak-

anak ada yang mau menghubungi

keluarganya, ya kita izinin pake telepon kantor

atau pengasuh.”[27]

Hal ini diperjelas dengan pernyataan

Keluarga WBS bernama Ibu WW selaku

keluarga dari WBS AK dan Bapak S selaku

keluarga dari WBS R:

“iya saya dapat kabar dari orang panti

kalo dia ada disini. Biasanya sih kalo saya

gak sempet jenguk atau dia minta dijenguk

biasanya sih nelpon pake hape pengasuh-

pengasuh disini.”[28]

“saat itu saya di telpon kalau anak ini

ada di panti ini, pada saat di panti saya

tanya kenapa dia ada disini”[29]

Penggunaan akses telpon tentu saja sangat

dibutuhkan bagi para WBS agar tetap bisa

selalu berkomunikasi dengan keluarganya.

Keluarga juga dimudahkan dengan adanya

fasilitas ini dikarenakan dapat selalu

mengetahui kondisi terkini anggota

 

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

62

keluarganya yang sedang melakukan

pembinaan di PSBR Taruna Jaya II

2) Facebook

Gambar 4.6

Beranda facebook PSBR Taruna Jaya II

Sumber : Hasil Penelitian, 11 Maret 2018

Selain melalui telepon kantor, media

informasi yang dapat digunakan keluarga yaitu

melalui facebook PSBR Taruna Jaya II. Disini

keluarga bisa bertukar informasi tentang

pengalaman dan perkembangan WBS dalam

mendapatkan pelayanan rehabilitasi. Keluarga

dapat memberikan dukungannya tanpa harus

selalu mendatangi panti, dengan menggunakan

media sosial tersebut keluarga dapat memantau

WBS selama melaksanakan proses rehabilitasi.

 

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

63

Seperti yang disampaikan oleh Bapak

Kurniawan selaku pekerja sosial di PSBR

Taruna Jaya II:

“para wbs disini bisa

mengakses facebook untuk terus

berhubungan dengan keluarga

selain melalui telepon, mereka bisa

menggunakan facebook panti jika

ingin minta dikunjungi oleh

keluarganya tetapi harus ikut

syarat yang saya tentukan misalnya

baca iqra, mengaji, atau hafalan

surat-surat pendek, biar itung-itung

mereka sekalian belajar. Satu

orang dikasih waktu 5 menit

soalnya ganti-gantian sama yang

lain.”[27]

Hal ini juga dapat terlihat dari

pernyataan Ibu M selaku keluarga dari WBS

RR:

“dia kan ngirim pesan lewat

facebook ke kakaknya, ngasih tau

kalo dia lagi sakit, saya datang deh

kesini ngunjungin dia.”[30]

 

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

64

Dari kedua pemaparan diatas dapat terlihat

bahwa dengan adanya media sosial facebook

sangat membantu dan mempermudah

pemberitahuan informasi kepada keluarga.

Apalagi tempat tinggal keluarga yang jauh dari

panti menjadi kendala tersendiri bagi keluarga

untuk selalu mengetahui tentang kondisi keadaan

anaknya yang menjadi WBS di PSBR Taruna Jaya

II. Facebook juga dapat menjadi tempat bercerita

keluh kesah WBS di panti kepada keluarganya.

Seperti yang diungkapkan oleh WBS RR:[26]

“kan ibu tau keadaan saya

dari facebook, disitu saya ngasih

tau keadaan saya aja di panti kaya

gimana. Kalau ibu lagi sempet

berkunjung ke panti ya ngobrol aja

sama nanya keadaan”

Adanya media sosial facebook sebagai

fasilitas dukungan informatif dalam penyediaan

media informasi sangat membantu dalam hal

penjalinan komunikasi antara WBS dengan

keluarga. facebook menjadi alat bagi WBS

bercerita tentang segala keadaannya di panti

sehingga kendala jarak tidak lagi menjadi masalah

 

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

65

dalam hal memberikan informasi terkait

perkembangan dan keadaan WBS di panti.

3) Email

Email juga bisa menjadi media komunikasi

lain antara PSBR Taruna Jaya II dan Keluarga.

Email PSBR Taruna Jaya II yaitu

[email protected].[1]

4) Surat

PSBR Taruna Jaya II juga menyediakan

surat pengantar supaya keluarga tetap dapat

mengetahui perkembangan WBS selama

mengikuti proses pelayanan di panti. Berikut

merupakan contoh surat yang digunakan panti

untuk diberikan kepada keluarga WBS.

 

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

66

Gambar 4.7

Contoh surat pengantar

Sumber: Hasil Penelitian, 26 Februari 2018

Dari informasi diatas menerangkan bahwa

panti tetap menjamin jalannya komunikasi

antara WBS dan keluarganya melalui surat

pengantar sehingga keluarga dapat mengetahui

tentang keberadaan anggota keluarganya di

panti dan megetahui segala aktivitas yang

dilakukan WBS selama di Panti. Seperti

pemaparan dari Bapak Kurniawan selaku

pekerja sosial di PSBR Taruna Jaya II:[27]

“Kalau kita ingin tahu latar

belakang wbsnya maka

 

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

67

keluarganya kita hubungi lewat

telpon, kalau dia ga hafal

nomornya ya kita cari tahu

alamatnya, terus kita kirimin surat

pengantar ke alamatnya, ga lupa

juga kita taro foto WBS di suratnya

biar keluarganya yakin kalo

anaknya emang ada di panti”

Adanya surat pengantar sangat bermanfaat

bagi keluarga wbs yang tidak memiliki akses

telpon maupun facebook. surat pengantar

berfungsi supaya keluarga untuk tetap saling

berkomunikasi dengan WBS selama menjalani

proses rehabilitasi.

b. Pemberian Nasihat Bagi WBS

Bentuk dukungan sosial lain dalam aspek

informatif yaitu dengan pemberian nasihat kepada

WBS yang dilakukan oleh keluarga maupun pihak

panti. Hal ini disampaikan oleh Bapak Joko, selaku

pekerja sosial PSBR Taruna Jaya II:

“iya dalam memberikan pelayanan

kepada wbs selain memberikan motivasi,

disini kita juga memberikan nasihat-

 

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

68

nasihat, saran-saran untuk mengarahkan

wbs ke arah yang lebih baik.”[24]

Adapun dukungan sosial keluarga yang

senantiasaa memberikan nasihat terhadap WBS. Salah

satunya yang dilakukan Bapak S, selaku keluarga dari

WBS R di PSBR Taruna Jaya II:

“ya kita kasih nasihat ke anak ini,

supaya mengikuti semua kegiatan yang

diterapkan oleh panti agar disiplin dan

bersikap sopan” [29]

Dari kutipan diatas diketahui bahwa pemberian

dukungan informatif dari aspek pemberian nasehat

baik dari panti dan keluarga sangat penting dalam

memberikan dukungan terhadap WBS agar mereka

dapat memperbaiki perilaku dan sifat mereka menjadi

lebih baik dari kehidupan yang sebelumnya. Tidak

hanya itu, pemberian nasihat yang dilakukan oleh

oang tua membuat WBS merasa di anggap dan lebih

efektif dalam menjalakan kegiatan di Panti. Salah

satunya yaitu sesuai dengan observasi yang dilakukan

oleh Peneliti dalam melakukan penelitian di PSBR

Taruna Jaya II:

“Peneliti melihat seorang anak yang

sedang dikunjungi oleh Ibu nya di panti.

 

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

69

Didalam percakapannya, Ibunya

mengatakan : nak, jangan nakal, baik-baik

disini, ikutin kegiatan disini. Nanti kalau

kamu udah keluar dari sini kan bisa bantu

mamah, setidaknya kan punya keahlian nak

buat kamu nanti. (sambil merangkul

anaknya)”[31]

Dalam kejadian tersebut, dapat digambarkan

bahwa seorang Ibu tidak akan meninggalkan anaknya

dalam keadaan susah. Sehingga dukungan yang

seperti ini membuat WBS merasa dihargai dan masih

merasa dianggap di dalam keuarga. Pemberian

nasihat yang dilakukan oleh pihak keluarga seringkali

menumbuhkan rasa semangat untuk bisa hidup lebih

baik. Adapun hal yang disampaikan oleh Ibu R saat

melakukan kunjungan kepada WBS F di PSBR

Taruna Jaya II:

“ya kita sambil ngobrol aja mas seperti

biasa, terus nasihatin dia supaya pikirannya

tenang ga kepiran dunia yang dulu lagi,

supaya dia nya juga tenang dan serius di

panti. Supaya nanti dia keluarkan ga

ngulagin kaya dulu lagi mas.”[31]

 

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

70

Sesuai dengan pernyataan ibu R saat melakukan

kunjungan bahwa dirinya memberikan pengertian

terhadap anaknya untuk mengikuti proses pembinaan

di PSBR Taruna Jaya II ini dengan pikiran yang

tenang.

Berdasarkan informasi diatas penulis

menyimpulkan bahwa pemberian nasihat sangat

dibutuhkan dalam memberikan dukungan terhadap

WBS karena dengan pemberian nasihat maka WBS

dapat merasakan dukungan yang diberikan oleh

keluarganya. Hal ini berdampak pada rasa percaya

diri dan perubahan ke arah yang positif bagi WBS

seperti pemaparan dari WBS AS:[32]

“biasanya sih ngobrol-

ngobrol aja sama orangtua, dikasih

nasihat dibilangin jangan bandel

kaya dulu, terus disuruh belajar

yang bener, ambil ilmu disini

sebanyak-banyaknya.”

c. Melakukan Home Visit

Dalam memeberikan informasi terkait

dengan keadaan anak di Panti, maka pihak dari

PSBR Taruna Jaya II melakukan Home Visit ke

rumah WBS untuk menemui pihak keluarga dan

 

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

71

memberi informasi bahwa anak tersebut berada di

panti. Seperti yang disampaikan oleh Bapak

Kurniawan dan Bapak Joko, selaku pekerja sosial

di PSBR Taruna Jaya II:

“iya, ada kasus waktu itu. Anak ini

di razia waktu itu didaerah Jakarta Barat

di ketangkep sama DISHUB waktu anak itu

mau trek-trekan motor mas. Nah motornya

di bawa DISHUB buat diamanin, anak ini

di bawa ke Panti Kedoya waktu itu terus di

bawa ke sini untuk proses pembinaannya.

Nah, untuk ngehubungi atau ngasih kabar

ke orang tuanya waktu itu susah, karna

pas di tanya ada no telpon yang bisa di

hubungi ga? Jawabannya engga, yaudah

kita tanya alamatnya mas, nah disitu kita

melakukan home visit untuk ngasih tau

pihak keluarga kalau anaknya ada di panti

kami.”[27]

“Home visit dilakukan sesuai

kebutuhan dan tak menentu, dalam arti tak

menetu itu bahwa kiranya dari penilaian

para pendamping apakah perlu anak ini

dilakukan home visit, bila perlu ya kita

majuin kalo kiranya dia memiliki masalah

di panti atau ingin menyampaikan

 

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

72

perkembangan dan ingin mengetahui

keberadaan keluarganya ya pasti kita

home visit.”[24]

Dalam hal ini, PSBR Taruna Jaya II

melakukan home visit untuk menyampaikan

informasi terkait dengan kondisi WBS yang

berada di Panti, juga menerangkan terkait dengan

latar belakang WBS di tempatkan di panti untuk

melakukan proses pembinaan di panti PSBR

Taruna Jaya II tersebut. Hal tersebut sangat

penting bagi keberlangsungan dalam proses

pembinaan di Panti. Seperti yang di katakan oleh

Bapak Kurniawan, selaku Pekerja Sosial di PSBR

Taruna Jaya II:

“jadi gini mas, kenapa dukungan

keluarga ini penting banget buat WBS,

karena waktu itu ada seorang anak yang

terjaring sama petugas terus dia pengen di

jenguk keluarganya, terus kita tanya juga

kan ke WBS ini, dia ada nomor yang bisa

dihubungi atau engga, atau punya media

sosial gitu, terus dia bilang ga punya, tapi

dia ngasih alamatnya, minta tolong jemputin

mamahnya waktu itu. Yaudah kita sebagai

Peksos yang memang punya tugas itu

yaudah kita datang kerumahnya buat kasih

 

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

73

informasi terus kita kasih tau kalau anaknya

ada di panti dan pengen banget ketemu sama

ibu”[27]

Dari penjelasan diatas bahwa dalam proses

pembinaan dan juga rehabilitasi tidak semata-mata

menjadi tanggung jawab seorang Pekerja sosial di

panti melainkan semua pihak harus saling bekerja

sama untuk keberhasilan dalam proses pembinaan

tersebut. Dengan cara memberikan dukungan secara

langsung kepada WBS. Adapun dukungan langsung

yang diberikan kepada WBS oleh pihak keluarga

sebagai berikut:

“iya, waktu itu ada orang panti ngasih

tau kita, kalo anak kita ada di panti. Terus

mina kita buat dateng jenguk anak di panti.

Awalnya sih agak bingung kok bisa ada

dipanti, tapi pas dijelasin yah agak sedikit

kesel, sedih juga mas, kok bisa kaya gini.

Yaudah kita jenguk anak kita ke panti, waktu

itu kita langsung ikut bareng sama pihak

panti pergi ke panti.”[33]

Dalam hal ini, penyampaian informasi secara

langsung melalui kegiatan home visit terhadap

 

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

74

keluarga WBS lebih efektif untuk memberikan

dukungan bagi keluarga terhadap WBS. Home visit

dilakukan untuk mengetahui keberadaan keluarga

wbs, memberitahukan kepada keluarga jika salah satu

anggota keluarganya ini ada di panti, dan mengetahui

latar belakang si anak melalui kunjungan kerumah

keluarganya.

2. Dukungan Emosional

Dukungan Emosional di PSBR Taruna Jaya II

terhadap WBS terbagi menjadi 3 aspek, diantaranya:

a. Empati

Dukungan emosional merupakan suatu dukungan

yang memberikan dukungan dalam bentuk empati.[4]

Dalam memberikan pelayanan sosial terhadap WBS

tentu diperlukan rasa empati yang diberikan PSBR

Taruna Jaya II dan keluarga WBS selama proses

rehabilitasi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak

Febriyan Joko Laksono selaku Pekerja Sosial di PSBR

Taruna Jaya II:

“Sebagai orang sosial tentu rasa

kepedulian dan empati menjadi dasar

dalam memberikan pelayanan untuk

masyarakat. Sedangkan dalam proses

rehab itu sendiri selain memberikan

 

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

75

motivasi kita juga harus memberikan

perhatian, ketulusan, supaya para wbs itu

memahami apa yang kita berikan. Jadi

mereka paham kalo apa yang kita lakukan

baik untuk mereka.”[24]

Dalam hal ini PSBR Taruna Jaya II memberikan

rasa empati dengan cara memberikan pendampingan

serta konseling. Pekerja sosial sebagai pendamping

WBS didalam kegiatan konseling mendengarkan dan

merasakan keluh kesah para WBS. Hal ini

disampaikan oleh Bapak Joko, selaku pekerja sosial di

PSBR Taruna Jaya II:

“dalam menjalin kedekatan dengan

WBS, para pendamping disini memberikan

konsultasi dan motivasi ketika si WBS ini

mengalami kesulitan dalam arti

permasalahan yang ada dari diri dia

sendiri selama mengikuti program

disini.”[24]

 

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

76

Gambar 4.8

Ruang Konseling

Sumber : Hasil Observasi, 25 Januari 2018

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh

Bapak Joko, bahwa pekerja sosial mendampingi para

WBS untuk mendapatkan hal yang lebih baik. Salah

satunya dengan memberikan konsultasi dan motivasi

bagi WBS dalam meyelesaikan permasalahan ataupun

kesulitan yang dialami oleh WBS selama mengikuti

program di PSBR Taruna Jaya II. Keluarga juga

merasakan dampak positif dengan adanya konseling

keluarga seperti yang diungkapkan oleh Ibu M selaku

keluarga dari WBS RR dan Ibu WW selaku keluarga

dari WBS AK:

“ngobrol-ngobrol ke pembimbing

juga gimana-gimananya dia, ya disitu

saling cerita lah, pembimbing juga

 

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

77

memberitahu perkembangan anak saya

selama di panti”[30]

“Kalo tiap kesini pasti dikasih

waktu dulu berdua sama dia (WBS), baru

nanti kita ngobrol sama bapak-bapak di

pantinya itu loh, mas.”[28]

Konseling bermanfaat untuk pemecahan masalah-

masalah yang ingin diselesaikan dan menemukan

jalan keluarnya secara bersama-sama. Didalam

konseling keluarga semua pihak dapat menyampaikan

segala keluh kesah yang dialami agar saling

mengetahui isi hati antara satu orang dengan orang

lainnya. Didalam konseling keluarga pihak panti

dapat menyampaikan perubahan-perubahan positif di

diri WBS. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dermi

selaku satuan pelaksana pelayanan sosial:[34]

“Ada juga konsultasi keluarga, kita

biasanya ga didepan anaknya (wbs),

anaknya kita suruh masuk ke dalem dulu

terus kita ngobrol-ngobrol, kalau ada

masalah yang ingin diselesaikan ya kita

selesaikan secara bersama-sama, kita cari

jalan keluarnya bersama. Kita juga suka

menyampaikan segala keluh kesah yang

dialami wbs ke keluarganya hal itu

 

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

78

dilakukan supaya keluarganya juga tahu

isi hati anaknya tuh ke keluarganya kaya

gimana, dalam konsultasi keluarga kita

juga ngasih tahu perubahan-perubahan

positif di diri wbs kaya misalnya dulu

gapernah sholat tapi disini mulai rajin

sholatnya.”

Berdasarkan pemaparan diatas terlihat bahwa

kegiatan konsultasi atau konseling keluarga dilakukan

sebagai bentuk pertemuan antara keluarga dengan

pihak panti dimana dalam pertemuan tersebut pihak

keluarga dengan panti dapat saling memberikan

masukan-masukan dengan tujuan agar WBS yang

dibina dapat diarahkan menjadi orang yang lebih baik

dari sebelumnya.

b. Perhatian

Salah satu kegiatan lain yang sering dilakukan di

PSBR Taruna Jaya II yaitu kegiatan Morning Meeting.

Dimana kegiatan tersebut kegiatan rutin yang

dilakukan oleh Panti dalam memberikan bentuk

perhatian kepada setiap WBS dengan cara berkumpul

bersama membicarakan permasalahan yang dihadapi

oleh setiap WBS di PSBR Taruna Jaya II.[31] Hal

tersebut pun dipertegas dengan penjelasan yang

 

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

79

disampaikan oleh Bapak Joko, selaku Pekerja Sosial

di PSBR Taruna Jaya II:

“ya, jadi kita punya program atau

kegiatan untuk memberikan WBS

kesempatan untuk megungkapkan

pendapat secara bersama-sama yaitu

kegiatan morning meeting. Jadi kegiatan

ini tuh, membuat wbs dengan pendamping

ataupun WBS dengan WBS lainnya dapat

beradaptasi dan juga bisa menjadi

pendengar bagi setiap permasalahan yang

dialami oleh WBS serta memberikan

kenyamanan bagi WBS untuk tinggal di

Panti.” [24]

Gambar 4.9

Kegiatan Morning Meeting

Sumber: Hasil Observasi, 12 Februari 2018

 

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

80

Upaya yang dilakukan PSBR Taruna Jaya II dalam

memberikan rasa nyaman kepada setiap WBS pun

ditanggapi dengan senang hati oleh setiap WBS. Hal

tersebut diperjelas dengan keterangan yang

disampaikan oleh RR, WBS di PSBR Taruna Jaya II:

“Awalnya merasa jenuh, dan mau

pulang mulu, tapi lama-lama jadi bisa

menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan

yang lain. Ya salah satunya ya itu waktu

ada kegiatan kumpul-kumpul itu. Jadi kita

saling kenal dan juga saling terbuka satu

sama lainnya”. [26]

Berdasarkan pernyataan tersebut perhatian dan

rasa nyaman yang diberikan para pendamping

terhadap WBS sangat memberikan dampak yang

positif. WBS dapat beadaptasi dan terbuka dalam

menjalin pertemanan dengan sesama WBS.

Rasa perhatian juga diberikan oleh keluarga

kepada anggota keluarganya di panti, rasa rindu

dengan anggota keluarga dapat ditumpahkan ketika

keluarga melakukan kunjungan ke panti. Rasa

perhatian tersebut dapat dilakukan dengan cara

memberikan sesuatu yang WBS suka dan selalu

memberikan dukungan terhadap setiap apa yang

dilakukan WBS di panti selagi itu memberikan

 

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

81

dampak yang positif bagi perubahan WBS. Seperti

yang diungkapkan oleh Ibu WW selaku keluarga dari

WBS AK:

“kalau dukungan palingan ya gitu

aja mas, saya kasih perhatian ya mas

namanya juga keluarga sendiri suka ga

tega liatnya, setiap dateng pasti suka sedih

karena kangen ya mas sama dia. Jadi ya

sama Cuma bisa ngedukung apa yang dia

lakuin disini, perhatian, bawain makan,

nasehatin agar dia ga gitu lagi. Pokoknya

saya mendukukung segala yang dia lakuin

disini selagi itu bisa buat dia berubah kan

ya, mas.”[28]

Melihat dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa

rasa perhatian yang diberikan keluarga sangat

dibutuhkan oleh WBS agar kelak WBS dapat fokus

dengan pembinaan yang diberikan oleh panti dan

bersungguh-sungguh menjalankan semua program

yang diberikan. Sehingga semua proses rehabilitasi

yang sudah dijalankan tidak sia-sia dan bahkan dapat

bermanfaat untuk kehidupan WBS kelak.

 

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

82

c. Cinta dan Kasih Sayang

Selain rasa empati dan rasa diperhatikan, aspek

lain yang sangat penting didalam dukungan emosional

bagi WBS yaitu cinta dan kasih sayang yang diberikan

oleh orang tua, keluarga yang lain, maupun orang-

orang yang disekitarnya. Hal ini membuat WBS

semakin merasakan rasa percaya diri, menumbuhkan

rasa aman didalam dirinya dan memiliki rasa

tanggung jawab terhadap diri sendiri dan keluarga.

Hal tesebut dijelaskan oleh WBS F ,WBS di PSBR

Taruna Jaya II:

“Suka ketika orang tua datang

kesini, bikin kita jadi percaya diri aja gitu

bang, kalo kita sebenernya masih

disayang, ada yang peduliin terus juga

ngerasa ga dibuang atau di titipin gitu aja.

Ya kaya ngerasa kalo mereka emang

sebenarnya sayang sama kita, ya gitu deh

bang.” [25]

Selain keinginan WBS itu sendiri untuk berubah,

cinta dan kasih sayang dari keluarga menjadi faktor

pendukung yang sangat penting bagi WBS. Hal ini

dikarenakan seorang WBS membutuhkan bentuk

kasih sayang lebih dan juga merasakan bahwa dirinya

 

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

83

dibutuhkan ataupun dipedulikan oleh orang-orang

terdekat mereka salah satunya yaitu orang tua mereka.

Hal tersebut di perjelas dengan keterangan yang

disampaikan oleh R, WBS di PSBR Taruna Jaya II:

“Nanti kalau udah keluar dari sini

mau kerja mencari uang bang, biar bisa

kasih uang nya sama orang tua buat

makan, bang. Kan dulu kayanya saya

gimana gitu ke orang tua, tapi sekarang

saya agak mikir bang kalo orang tua saya

sebernya sayang bang. Ya apa lagi kalau

mereka dateng jenguk kesini bang, ya

ngobrol-ngobrol aja gitu, kadang di kasih

uang buat jajan jadi seneng, bang”.[35]

Dari penjelasan di atas dapat penulis ketahui

bahwa rasa cinta dan kasih sayang yang diberikan

oleh orang tua kepada WBS membuat WBS

merasakan kepedulian kembali dari orang tuanya.

Sehingga, cinta dan kasih sayang dari keluarga sangat

berpengaruh untuk emosional WBS selama menjalani

pembinaan di PSBR Taruna Jaya II. Rasa cinta dan

kasih sayang dapat juga dikeluarkan dalam bentuk

rasa khawatir dan rasa ingin selalu tahu tentang

keberadaan anggota keluarganya di panti, seperti

 

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

84

yang diungkapkan oleh Bapak SU selaku keluarga

dari WBS AS:[36]

“yah itu kita kadang pengen tau

keadaan anak gimana disini, baik-baik aja

atau tidak. Kita sebagai orangtua kan

khawatir juga. Terus semoga ada

perubahan dari sikap dan jadi anak yang

sholeh ketika keluar dari panti”

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa rasa cinta

dan kasih sayang orangtua akan terus melekat

terhadap anaknya sekalipun anaknya pernah berbuat

suatu hal yang mengakibatkan dia harus mengikuti

pembinaan di panti. Keluarga akan terus melakuakan

hal yang terbaik demi perubahan anggota keluarga,

keluarga akan selalu berharap bahwa anggota

keluarganya yang menjadi WBS di PSBR Taruna Jaya

II akan menjadi manusia yang berfungsi kembali di

ruang lingkup masyarakat dan dapat membawa

manfaat bagi dirinya sendiri dan orang-orang

disekitarnya.

3. Dukungan Instrumental

Dukungan Instrumental di PSBR Taruna Jaya II

terhadap WBS terbagi menjadi 3 aspek, diantaranya:

 

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

85

a. Peluang Waktu

PSBR Taruna Jaya II memberikan dukungan sosial

keluarga bagi WBS dengan cara memberikan waktu

luang bagi keluarga untuk bertemu dengan WBS

kapan saja. Hal ini dikarenakan dalam melakukan

proses rehabilitasi, waktu yang diluangkan keluarga

sangat berpengaruh penting tehadap perkembangan

WBS. Hal tersebut dipertegas dengan penyataan yang

disampaikan oleh Bapak Joko, selaku pekerja sosial

di PSBR Taruna Jaya II.

“inti dari dukungan sosial keluarga

disini sangat penting terutama untuk WBS

dalam melakukan proses rehabilitasi,

pentingnya keluarga sebagai teman

berbagi, memonitori WBS selama

mengikuti proses rehabilitasi. karena

setelah WBS sudah melaksanakan proses

rehabilitasi butuh kontrol dari keluarga,

terutama dukungan sosial itu sendiri

sangat berpengaruh penting”[24]

Maka dari itu sangat penting bagi keluarga

WBS dalam meluangkan waktu yang dimiliki

untuk menjenguk WBS di panti. Seperti yang

dilakukan oleh Ibu WW keluarga dari WBS AK

dan Ibu R keluarga dari WBS F :

 

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

86

“kalau ada waktu libur biasanya

saya sempetin dateng kesini. Bawain dia

makanan.”[28]

“saya biasanya dua minggu sekali

kesini karena kendalanya rumah saya

jaraknya jauh kesini harus naik angkot dua

kali.”[33]

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

waktu yang diluangkan keluarga sangat dibutuhkan

dan berpengaruh penting bagi WBS dalam proses

rehabilitasi. Salah satu pentingnya keluarga dalam

proses rehabilitasi tersebut yaitu, sebagai teman

berbagi, memonitoring WBS selama mengikuti proses

rehabilitasi dan juga sebagai kontrol keluarga dalam

memberikan dukungan terhadap WBS selama proses

rehabilitasi di PSBR Taruna Jaya II.

b. Bantuan Langsung

Didalam dukungan instrumental mencakup satu

aspek yaitu bantuan langsung yang diberikan ataupun

bantuan langsung yang bertujuan untuk meringankan

beban bagi WBS yang membutuhkan. [4] Bantuan

langsung yang diberikan oleh PSBR Taruna Jaya II

terhadap WBS yaitu sesuai dengan penjelasan yang

 

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

87

dijelaskan oleh Bapak Joko, selaku pekerja sosial di

PSBR Taruna Jaya II:

“Disini ada penyaluran minat dan

bakat untuk para WBS, kalau ke dunia

usaha ada empat keterampilan yang

diberikan seperti ngelas, service motor,

service mobil, elektro.”[24]

Gambar 4.10

Keterampilan Minat dan Bakat

Sumber : Hasil Observasi, 01 Februari 2018

Dari penjelasan diatas dijelaskan bahwa di PSBR

Taruna Jaya II terdapat empat keterampilan yang

dapat membantu skill WBS untuk mengembangkan

bakat dan minat sebagai bekal WBS setelah lepas dari

PSBR Taruna Jaya II. Keterampilan yang dapat

diperoleh oleh WBS diantaranya yaitu keterampilan

mengelas, memperbaiki sepeda motor dan mobil

(bengkel) dan juga elektro.

 

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

88

Selain itu, utuk menentukan bakat dan minat

WBS, PSBR Taruna Jaya II memberikan kebijakan

kepada setiap WBS untuk beradaptasi dan mencoba

setiap keterampilan yang ada di PSBR Taruna Jaya II.

“Disini kita juga menerapkan masa

orientasi, setelah WBS melakukan

pembinaan di primary kita turunkan di

bimbingan vokasional tapi kita ikut

sertakan sehari ikut mobil, sehari ikut

motor, dan yang lainnya sehingga WBS

bisa menentukan mana sih yang cocok

sesuai dengan minat dan bakat.”[24]

Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa, dalam

penentuan minat dan bakat WBS pihak panti

memberikan peluang dan kesempatan untuk para

WBS mencoba semua keterampilan yang ada hingga

WBS merasakan nyaman dan mantap untuk memilih

keterampilan yang akan digelutinya. Setelah proses

orientasi dan mengikuti vokasional maka WBS dapat

disalurkan untuk bekerja diluar panti.

“setelah mereka mengikuti

kegiatan vokasional disini, kita sebagai

pendamping berkoordinasi dengan

bengkel-bengkel yang ada disekitar

 

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

89

tangerang selatan untuk menyalurkan si

anak yg notabennya untuk penyaluran ke

usaha kemandirian”.[24]

Dengan adanya kegiatan keterampilan minat dan

bakat yang disediakan panti membuat harapan

keluarga kepada masa depan WBS menjadi lebih

optimis. Keluarga yakin dengan ditempatkannya

anggota keluarganya di panti merupakan keputusan

yang benar sehingga keluarga tidak perlu khawatir

lagi bahwa anaknya akan terjerumus ke dunia

sebelum dia mendapatkan pembinaan di PSBR

Taruna Jaya II, seperti yang diungkapkan oleh Ibu M

selaku keluarga dari WBS RR:

“kalau saya sih ngebiarin

dia ada di panti, saya inginnya ya

dia bisa mengikuti kegiatan-

kegiatan disini, disini kan dia bisa

ikut segala macam kegiatan

daripada dijalanan gajelas

kegiatannya kan. Terus kalau saya

mikirnya positif-positif aja,

namanya disini juga dibina kan ada

pembimbingnya disini.”[30]

 

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

90

Selain dari itu, ada kegiatan lain selain penentuan

minat dan bakat. Panti memberikan pilihan bagi anak

yang ingin melanjutkan sekolah. Hal ini disampaikan

oleh Bapak Kurniawan, selaku Peksos di PSBR

Taruna Jaya II:

“iya, jadi nanti kalau anak ini ingin

sekolah atau lanjutin sekolahnya kita bisa

berkordinasi dengan pihak keluarga dan

juga pihak sekolahnya biasanya sekolah

paket ya.”[27]

Dari penjelasan diatas bahwa pihak Panti

mengoptimalkan semua kebutuhan yang dibutuhkan

oleh WBS untuk bisa menjadi lebih baik dan berguna.

Salah satunya yaitu dengan memberikan peluang bagi

WBS untuk melanjutkan sekolah selain terjun

kedunia pekerjaan.

c. Bantuan Materi

Dalam dukungan instrumental terdapat aspek

bantuan materi di PSBR Taruna Jaya II yaitu berupa

bantuan yang berhubungan dengan hal-hal yang

berkaitan dengan penunjang kegiatan proses

rehabilitasi atau disebut juga bantuan fasilitas WBS di

PSBR Taruna Jaya II. Bantuan fasilitas tersebut

digunakan WBS dalam melaksanakan pengembangan

 

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

91

bakat dan minat WBS seperti musik, olahraga, dan

praktek keterampilan.

Dalam menunjang kegiatan WBS dibidang

kesenian, pihak panti menyediakan waktu dan ruang

bermusik bagi WBS yang ingin mengembangkan

bakat dalam bermusik. Sedangkan dalam bidang

olahraga, pihak panti juga menyediakan waktu dan

ruang olahraga bagi WBS yang memiliki bakat

dibidang olahraga.

Seperti yang disampaikan oleh WBS RR dan WBS

R di PSBR Taruna Jaya II tentang pengembangan

bakat dan minat mereka:

“Disini selain kita dapat pembinaan

keterampilan, kita juga bisa menyalurkan

hobi, mau yang di olahraga apa di musik.

Kalo saya sih senengnya di musik, maen

gitar bareng temen-temen yang lain.”[26]

“Oh saya sih seneng maen bola

dilapangan di panti, kadang suka tanding

sama temen-temen, kadang main sama

pendamping juga.”[35]

 

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

92

Gambar 4.11

Fasilitas Terbuka Untuk Olahraga

Sumber : Hasil Observasi, 15 Februari 2018

Dari informasi diatas, bantuan materi yang

didapatkan WBS dari PSBR Taruna Jaya II yaitu

bantuan dalam pengembangan minat dan bakat WBS

diluar pelatihan keterampilan yaitu dalam bidang

kesenian atau olahraga.

4. Dukungan Penilaian/ Penghargaan

Dukungan penilaian/penghargaan yang diberikan

terbagi menjadi tiga aspek, yaitu:

a. Pekerjaan

Pekerjaan menjadi bentuk dukungan penghargaan

yang diberikan kepada WBS. Bentuk penghargaan

 

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

93

disini ialah bagi WBS yang sudah menjalani

pembinaan keterampilan dengan baik dan bekerja

keras untuk mengembangkan bakatnya maka dia akan

diberikan kesempatan untuk bekerja atau magang

didunia usaha.

WBS akan ditempatkan di perusahaan-perusahaan

yang telah bekerja sama dengan pihak panti, mereka

diberi kesempatan untuk mengembangkan bakatnya

di luar panti dan berkesempatan untuk bersosialisasi

kembali dengan masyarakat. Seperti yang

disampaikan oleh Bapak Kurniawan selaku pekerja

sosial PSBR Taruna Jaya II:

“iya jadi untuk WBS yang sudah

mendapatkan dan mengikuti pembinaan

keterampilan dengan baik entah di mobil,

motor, las atau elektro nanti mereka punya

kesempatan untuk menyalurkan bakatnya

ke dunia usaha yang sudah bekerja sama

sama kita, nanti juga otomatis kan mereka

juga kembali belajar untuk bermasyarakat

lagi.”[27]

Berdasarkan informasi diatas dapat disimpulkan

bahwa bentuk dukungan penghargaan terhadap WBS

yaitu pemberian kesempatan WBS untuk

bekerja/magang didunia usaha setelah mendapatkan

pelatihan keterampilan sesuai minat dan bakatnya.

 

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

94

Pemberian kesempatan untuk bekerja didunia

usaha tentu menjadi angin segar bagi keluarga.

keluarga berharap dengan adanya pemberian

kesempatan ini akan membuahkan masa depan yang

lebih baik lagi bagi anggota keluarganya yang

menjadi WBS di PSBR Taruna Jaya II, seperti yang

dipaparkan oleh Ibu WW selaku keluarga dari WBS

AK:

“harapannya sih pengen liat dia

sukses ya mas, ga gaul-gaul gajelas, kerja

biar bener, biar bisa bantuin saya cari

nafkah buat makan sehari-hari. Makanya

saya berdoa dia disini kan dapet pelatihan

gitu kan buat kerja, ya mudah-mudahan

aja keluar dari sini ilmunya bisa

bermanfaat buat dia, mas.”[28]

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu M

selaku keluarga dari WBS RR:

“mudah-mudahan setelah dia rutin

mengikuti kegiatan disini pas keluar

membawa hasil, kalau dia emang minat di

bidang mengelas ya mudah-mudahan ada

ilmu mengelasnya lah buat dipake kerja

 

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

95

diluar soalnya kan siapa tau bermanfaat

buat dia sendiri.”[30]

Berdasarkan hasil dari kedua kutipan dari

keluarga WBS diatas dapat kita ketahui bahwa

keluarga berharap setelah WBS mendapatkan

pembinaan, pembelajaran, dan pelatihan selama di

PSBR Taruna Jaya II maka semua ilmu yang sudah

didapat mampu dimanfaatkan sebaik mugkin bagi

WBS sehingga WBS akan mendapatkan pengalaman

dan pembelajaran baru setelah keluar dari PSBR

Taruna Jaya II.

b. Afirmasi (Penghargaan Diri)

Aspek afirmasi ialah bentuk dukungan yang

diberikan dalam bentuk penghargaan terhadap diri

WBS. Dalam aspek ini WBS yang dapat menjalankan

tugas yang diberikan dengan baik akan mendapatkan

penghargaan. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak

Kurniawan selaku Pekerja Sosial PSBR Taruna Jaya

II:

“Bagi wbs yang mampu

menyelesaikan amanat tugas yg diberikan,

mentaati peraturan panti maka panti akan

 

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

96

memberikan makanan ringan dan kopi.

Terus bagi wbs yang berprestasi akan

diberikan reward dari yang sebelumnya di

asrama primary naik ke reentry 1 dimana

yang artinya wbs bisa sesuka hati berada

di luar asrama tapi masih dalam lingkup

panti dan masih diawasi oleh

pendamping.”

Hal ini juga disampaikan oleh WBS AS di PSBR

Taruna Jaya II:

“iya bang kalo udah naik dari

primary ke re-entry 1 udah enak soalnya

bisa jalan-jalan didalam panti jadi gak

bosen di asrama terus, kalo di primary kan

dipagerin jadi gak bisa kemana-

mana.”[32]

Selain dari panti, bentuk dukungan

penghargaan juga datang dari keluarga WBS

seperti Orangtua dari WBS berinisial R:

“iya saya biasanya ngasih dia

tugas kalo dia bisa mengubah sikapnya

yang lebih baik seperti dia mampu

membuat dirinya menjadi disiplin,

kebersihannya terjaga, dan yang

terpenting adalah dia tau cita-citanya

 

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

97

maka saya akan memberikan dia

hadiah.”[29]

Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan

dapat disimpulkan bahwa bentuk penghargaan diri

yang didapatkan WBS yaitu berupa pemberian

reward atau hadiah jika WBS dapat menjalankan

tugasnya dengan baik. Hal ini bertujuan agar WBS

memiliki semangat yang lebih dan tambahan motivasi

sehingga WBS akan terus melakukan banyak

perubahan-perubahan positif kedepannya.

c. Umpan Balik

Dalam hal ini bentuk dukungan penilaian berupa

umpan balik yaitu pemberian sanksi/hukuman

terhadap WBS yang tidak dapat menjalankan

tugasnya dengan baik. Dengan adanya

sanksi/hukuman diharapkan WBS bisa memperbaiki

kesalahannya dan mendapat pengalaman agar tidak

mengulangi kesalahan. Seperti yang disampaikan oleh

Bapak Kurniawan selaku pekerja sosial di PSBR

Taruna Jaya II

“WBS akan mendapatkan hukuman

seperti squad jump, push up, sesuai dengan

kesanggupan WBS atau disuruh bersih-

bersih lingkungan, nyuci piring, nyapu,

 

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

98

ngepel. Jika wbs ini tidak menjalankan

tugas-tugasnya dengan baik.”[27]

Hal ini juga disampaikan sesuai dengan

pengalaman WBS F dan WBS R di PSBR Taruna

Jaya II:

“saya waktu itu kepergok kamar saya

jorok dan bau, terus dihukum suruh bersih-

bersih kamar sampe bersih dan wangi.”[25]

“saya pernah habis makan siang lupa

cuci piring saya terus sama pak kur

ketahuan, jadinya pas makan malem saya

disuruh cuci piring bekas teman-teman

saya.”[35]

Berdasarkan informasi diatas penulis

simpulkan bahwa umpan balik yang didapatkan

WBS berupa sanksi apabila WBS tidak

menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak

mengikuti peraturan panti sebagaimana mestinya.

Dengan adanya sanksi/hukuman yang diberikan

maka diharapkan WBS dapat mengambil pelajaran

dan merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih

disiplin serta membuat WBS tidak mengulangi

kesalahan-kesalahan yang dulu telah dibuatnya.

 

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

99

Dari pihak keluarga juga menyetujui dengan

adanya pemberian sanksi/hukuman di PSBR

Taruna Jaya II, karena semua prosedur di panti

harus ditaati dan diikuti untuk kebaikan WBS itu

sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Bapak S

selaku keluarga dari WBS R:

“Saya senang, karena

setelah dia tinggal di panti ini,

hidupnya jadi teratur, kalau di

panti ini kan dia makan enak, terus

juga terlihat lebih rapih

penampilannya. Kalau dia betah,

dia harus ikutin aturan disini.”

Dari pemaparan dari keluarga WBS diatas

dapat disimpulkan bahwa perlunya

sanksi/hukuman diberikan agar WBS sadar dengan

kesalahan yang telah dibuatnya dan membuat

WBS tidak mengulangi kesalahannya kembali

dimasa mendatang.

 

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

100

 

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

101

BAB V

HASIL ANALISIS

A. Dukungan Sosial Keluarga di PSBR Taruna Jaya II

Dukungan sosial keluarga yang dilakukan oleh PSBR

Taruna Jaya II dan keluarga terhadap WBS merupakan

suatu bentuk kepedulian yang dibangun dalam membantu

meningkatkan rasa kepedulian seorang keluarga terhadap

anaknya, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri

bagi WBS untuk bisa menjalani hidup menjadi lebih baik.

Dukungan sosial keluarga dapat menjadi aspek yang

penting terhadap kesembuhan setiap individu karena

setiap individu membutuhkan adanya kasih sayang dan

perhatian dari orang yang berada disekitarnya terutama

dari keluarga seperti yang dijelaskan pada bab 4 (h.79).

Hal ini dilakukan agar penerima dukungan sosial tidak

mengalami kegoncangan jiwa, seperti perasaan tidak

dihargai dan kesepian. Maka dalam hal ini, penulis

menggunakan teori menurut House seperti yang

menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah kadar

keberfungsian dari hubungan yang dapat dikategorikan

dalam empat bentuk yaitu dukungan informatif, dukungan

emosional, dukungan instrumental, dan dukungan

penilaian seperti yang dijelaskan pada bab 2 (h.21). Dari

beberapa dukungan sosial keluarga terhadap warga binaan

sosial dapat dianalisa bahwa :

 

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

102

a. Dukungan Informatif

Dalam hal ini, PSBR Taruna Jaya II memfasilitasi

keluarga dan WBS untuk saling mendukung, hal ini

dikarenakan dukungan keluarga lebih penting dari

dukungan yang lain. Salah satunya dukungan yang

berbentuk informatif yaitu dukungan yang diberikan Panti

PSBR Taruna Jaya II kepada para orang tua yang meliputi

3 lingkup, yakni pihak panti menyediakan media

informasi bagi keluarga dan WBS, pemberian nasihat

terhadap WBS dan melakukan Home Visit.

Dukungan-dukungan informatif yang diberikan

oleh PSBR Taruna Jaya II kepada keluarga tentunya

bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi keluarga

agar dapat berkomunikasi serta memberi dukungan

terhadap WBS sehingga WBS merasa dihargai, tidak

kesepian, dan juga dianggap keberadaannya di lingkungan

keluarga. seperti yang dilakukan oleh WBS RR ketika dia

minta dijenguk oleh keluarganya lewat facebook karena

sakit. Keluarga WBS RR yang menerima informasi

seperti itu langsung datang ke panti untuk melakukan

kunjungan (dapat dilihat pada bab 4 h.60). Media

informasi yang disediakan oleh PSBR dapat

mempermudah keluarga dalam memberikan perhatian

terhadap WBS apabila keluarga jauh ataupun tidak dapat

berkunjung dikarenakan keterbatasan biaya. Segala upaya

dilakukan oleh pihak panti agar keluarga tetap

 

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

103

memberikan dukungan kepada WBS salah satunya dengan

cara melakukan Home Visit untuk mengetahui keberadaan

dari keluarga WBS, memberikan informasi terkait

keadaan WBS dan juga bisa memberikan dukungan

terhadap WBS seperti yang dialami oleh Ibu R selaku

keluarga dari WBS F yang pada saat itu panti sedang

melakukan Home Visit dengan tujuan memberikan

informasi bahwa salah satu anggota keluarganya terjaring

penertiban dan sedang dilakukan pembinaan di PSBR

Taruna Jaya II dukungan sosial keluarga dari bentuk

dukungan informatif diperlukan karena sebaik-baiknya

dukungan adalah dukungan dari orang terdekat yaitu

keluarga.

b. Dukungan Emosional

Berdasarkan hasil temuan lapangan, kegiatan dan

juga fasilitas yang diberikan oleh PSBR Taruna Jaya II

terhadap dukungan keluarga kepada WBS yaitu berupa

kegiatan morning meeting dan konseling yang dilakukan

oleh Pekerja sosial, WBS serta keluarga di ruang

konseling PSBR Taruna Jaya II. Hal tersebut dilakukan

untuk memberikan dukungan dan motivasi terhadap WBS

baik dari pihak panti maupun dari keluarga. Sedangkan

dalam kegiatan morning meeting yang dilakukan oleh

panti dalam memberikan bentuk perhatian kepada setiap

WBS dengan cara berkumpul bersama membicarakan

permasalahan yang dihadapi oleh setiap WBS di PSBR

 

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

104

Taruna Jaya II seperti yang terlihat pada gambar 4.9 (h.

76). Hal yang dialami oleh WBS RR ketika pertama kali

dia masuk panti dirinnya merasa jenuh dan selalu ingin

pulang ke rumah, namun dengan adanya kegiatan morning

meeting rasa jenuh tersebut seakan pudar karena saat

kegiatan tersebut bisa kumpul-kumpul dengan WBS yang

lain dan bisa saling kenal dan terdapat keterbukaan antara

yang satu dengan yag lainnya. Perhatian dan rasa nyaman

yang diberikan para pendamping terhadap WBS sangat

memberikan dampak yang positif. WBS dapat beadaptasi

dan terbuka dalam menjalin pertemanan dengan sesama

WBS.

Selain daripada itu, kegiatan konseling keluarga

yang dilakukan setiap kunjungan orangtua ke panti

menjadi salah satu rasa perhatian dan kasih sayang yang

diberikan oleh keluarga kepada anggota keluarganya di

panti, rasa rindu dengan anggota keluarga dapat

ditumpahkan ketika keluarga melakukan kunjungan ke

panti. Dalam hal tersebut Ibu WW selaku keluarga dari

WBS AK selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung

dan memberikan perhatian kepada anaknya. Ibu WW

selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, maka

dari itu selain berkunjung Ibu WW selalu meluangkan

waktu untuk bertemu dan membicarakan perkembangan

anaknya dengan pihak panti. Bentuk perhatian dapat

dilakukan dengan cara memberikan sesuatu yang WBS

 

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

105

suka dan selalu memberikan dukungan terhadap setiap

apa yang dilakukan WBS di panti selagi itu memberikan

dampak yang positif bagi perubahan WBS. Semua hal

yang dilakukan keluarga sangat dibutuhkan oleh WBS

agar kelak WBS dapat fokus dengan pembinaan yang

diberikan oleh panti dan bersungguh-sungguh

menjalankan semua program yang diberikan. Sehingga

semua proses rehabilitasi yang sudah dijalankan tidak sia-

sia dan bahkan dapat bermanfaat untuk kehidupan WBS

kelak.

Dari kedua kegiatan tersebut dapat penulis ketahui

bahwa rasa cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh

orang tua kepada WBS membuat WBS merasakan

kepedulian kembali dari orang tuanya. Sehingga,

perhatian dan kasih sayang dari keluarga sangat

berpengaruh untuk emosional WBS selama menjalani

pembinaan di PSBR Taruna Jaya II. Untuk membantu

pembinaan WBS, amat diperlukan dukungan keluarga

seperti ayah, ibu, saudara dan keluarga dekat lainnya.

Nuansa emosional yang akrab harus mampu diciptakan

agar terjadi keterbukaan antara keluarga terhadap seperti

yang dijelaskan dalam teori konseling keluarga pada bab 2

(h.27).

c. Dukungan Instrumental

Selain dari pada itu, hasil temuan lapangan yang

diperoleh penulis dalam melakukan dukungan

 

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

106

instrumental yang di berikan keluarga terhadapa WBS

yaitu mendukung semua kegiatan dan juga keterampilan

yang diberikan di PSBR Taruna Jaya II. Kegiatan dan

juga keterampilan yang diberikan oleh panti sangat

didukukung oleh keluarga untuk mempersiapkan anak-

anaknya menjadi lebih baik dan dapat bersaing di dunia

kerja. Hal ini dikarenakan, anak-anak mereka dapat

memperoleh ilmu dan juga kemampuan untuk

meneruskan di dunia kerja. Seperti yang disampaikan oleh

ibu M selaku keluarga WBS RR bahwa beliau merasa

senang anaknya mendapatkan keterampilan dari panti

untuk bisa membantu kehidupan keluarganya kelak dan

juga bisa menentukan masa depan WBS setelah keluar

dari panti.

PSBR Taruna Jaya II memberikan dukungan sosial

keluarga bagi WBS dengan cara memberikan waktu luang

bagi keluarga untuk bertemu dengan WBS, waktu yang

diluangkan keluarga untuk menjenguk WBS sangat sangat

berpengaruh karena WBS perlu kontrol keluarga supaya

keluarga tahu sudah sejauh mana perkembangan WBS di

panti.

PSBR Taruna Jaya II memiliki pelatihan empat

keterampilan yaitu keterampilan mengelas, memperbaiki

sepeda motor dan mobil (bengkel) dan juga elektro

sebagaimana yang terlihat pada gambar 4.10 (h.84)

Kegiatan tersebut merupakan bentuk bantuan langsung

 

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

107

yang diberikan Panti terhadap WBS dan juga menjadi

solusi bagi keluarga dan WBS dalam menentukan

keahlian untuk menghadapi persaingan kerja di

lingkungan masyarakat dengan bermodalkan skill yang

telah diperoleh di PSBR Taruna Jaya II.

d. Dukungan Penilaian/Penghargaan

Dukungan terakhir yang dikemukanakan oleh

House sebagaimana yang dijelaskan dalam teori dukungan

sosial pada bab 2 (h.20) yaitu dukungan penilaian atau

dukungan penghargaan. Dukungan penghargan tersebut

merupakan suatu bentuk penghargaan yang diberikan

seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi

sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan

negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi

seseorang.

Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka

penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang

positif. Dalam hal ini, dukungan yang berbentuk

penghargaan atau reward yang diberikan keluarga kepada

WBS seperti yang dilakukan oleh salah satu keluarga

WBS R saat berkunjung ke panti yaitu Paman S

memberikan sebuah tugas kepada WBS R untuk bisa

mengubah sikapnya yang lebih baik seperti mampu

membuat dirinya menjadi disiplin, kebersihannya terjaga

dan yang terpenting adalah dia tau cita-citanya maka

WBS R akan mendapatkan hadiah. Hal tersebut membuat

 

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

108

WBS R merasa terpacu untuk menjadi lebih baik lagi dan

terus berusaha menjadi lebih baik, lebih disiplin dan juga

mentaati peraturan yang ada di panti.

Adapun penghargaan yang diberikan oleh PSBR

Taruna Jaya II kepada WBS berbentuk pekerjaan, dalam

arti WBS yang sudah menjalani pembinaan keterampilan

dengan baik dan bekerja keras untuk mengembangkan

bakatnya maka dia akan diberikan kesempatan untuk

bekerja atau magang didunia usaha, sebagaimana yang

terdapat pada bab 4 gambar 4.5 (h.54). WBS akan

ditempatkan di perusahaan-perusahaan yang telah bekerja

sama dengan pihak panti, mereka diberi kesempatan untuk

mengembangkan bakatnya di luar panti dan

berkesempatan untuk bersosialisasi kembali dengan

masyarakat.

Selain itu, ada juga bentuk penghargaan diri yang

dilakukan oleh PSBR Taruna Jaya II terhadap WBS.

Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dapat

disimpulkan bahwa bentuk penghargaan diri yang

didapatkan WBS yaitu berupa pemberian reward atau

hadiah jika WBS dapat menjalankan tugasnya dengan

baik. Dan juga adanya umpan balik yang menjadi

penilaian apabila WBS melakukan kesalahan salah

satunya diberikannya sanksi atau suatu bentuk hukuman.

Dari penjelasan diatas, semua penghargaan

ataupun penilaian yang diberikan pihak panti terhadap

 

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

109

WBS merupakan bentuk dari kepedulian terhadap sesama.

Saling tolong menolong, saling menghargai dan juga

saling mengasihi menjadi landasan bagi setiap manusia

untuk lebih baik di masa depan.

Maka dari itu, berdasarkan bentuk dukungan sosial

yang dikemukakan oleh House dijelaskan bahwa

dukungan yang diberikan keluarga terhadap WBS terdapat

empat bentuk dukungan sosial yaitu dukungan informatif,

dukungan emosional, dukungan instrumental, dan

dukungan penghargaan. Namun dari keempat bentuk

dukungan sosial yang diberikan, penulis melihat

dukungan sosial yang paling efektif dalam memberikan

dampak terhadap WBS selama proses rehabilitasi ialah

dukungan emosional.

Dalam dukungan emosional dukungan yang

diberikan berupa empati, perhatian, cinta dan kasih

sayang. Oleh karena itu, didalam keadaan yang normal,

maka dalam dukungan emosional, lingkungan pertama

yang berhubungan dengan anak adalah orangtuanya,

saudara-saudaranya yang lebih tua serta mungkin kerabat

dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah

si anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan

hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan itulah

anak mengalami proses sosialisasi awal. Orangtua,

saudara maupun kerabat terdekat lazimnya mencurahkan

perhatiannya untuk mendidik anak, supaya anak

 

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

110

memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar

dan baik, melalui penanaman disiplin dan kebebasan serta

penyerasiannya. Atas dasar kasih sayang itu anak dididik

untuk mengenal nilai-nilai yang berlaku dalam sosial

masyarakat.[37]

 

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

111

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

mengenai dukungan sosial keluarga terhadap warga bina

sosial penyalahguna NAPZA di Panti Sosial Bina Remaja

Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta, maka terdapat

empat bentuk dukungan sosial keluarga yang diterapkan

PSBR Taruna Jaya II.

Pertama, dukungan informatif yang meliputi tiga

aspek: menyediakan media komunikasi antara keluarga

dan WBS salah satunya melalui fasilitas yang diberikan

panti untuk media komunikasi antara keluarga dengan

WBS yaitu melalui : Telpon, surat, e-mail dan facebook.

Keluarga mendapat kemudahan melalui fasilitas-fasilitas

tersebut karena dapat mengetahui kondisi terkini anggota

keluarga yang sedang melakukan pembinaan di PSBR

Taruna Jaya II.

Adapun aspek lain seperti pemberian nasihat dari

panti dan saat keluarga melakukan kunjungan sangat

penting dilakukan agar WBS dapat memperbaiki perilaku

dan sifat mereka menjadi lebih baik lagi dan terakhir

pemberian dukungan informatif melalui Home Visit yang

dilakukan panti kepada keluarga. Hal ini dilakukan untuk

memberikan informasi terhadap keluarga mengenai

 

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

112

perkembangan WBS selama proses pelayanan rehabilitasi

di PSBR Taruna Jaya II.

Kedua, dukungan emosional, dalam memberikan

dukungan emosional terdapat tiga aspek yang meliputi

seperti pemberian empati dengan cara pemberian

konseling dan pendampingan. Konseling bermanfaat agar

keluarga maupun anggota keluarganya yang menjadi

WBS di PSBR Taruna Jaya II dapat mengeluarkan segala

keluh kesah yang dialami sehingga saling mengetahui isi

hati antara satu orang dengan orang lainnya. Kemudian

pemberian perhatian, PSBR Taruna Jaya melakukan

kegiatan morning meeting dimana kegiatan tersebut

bertujuan membuat WBS cepat beradaptasi di panti dan

juga bisa menjadi pendengar bagi setiap permasalahan

yang dialami WBS lainnya.

Rasa perhatian juga diberikan keluarga dengan

cara memberikan dukungan terhadap segala yang

dilakukan WBS di panti selagi itu bisa memberikan

dampak positif bagi perubahan WBS. Dan aspek terakhir

dari dukungan emosional adalah pemberian kasih sayang

yang diberikan keluarga kepada WBS, hal ini membuat

WBS merasa bahwa dirinya dipedulikan dan dibutuhkan

oleh orang-orang terdekat mereka.

Ketiga, dukungan instrumental, didalam dukungan

instrumental terdapat tiga aspek yang meliputi pemberian

peluang waktu dari keluarga dalam menjenguk anggota

keluarganya di panti, hal ini diperlukan karena pentingnya

 

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

113

keluarga sebagai teman berbagi, memonitoring WBS

selama mengikuti proses rehabilitasi dan juga sebagai

kontrol keluarga dalam memberikan dukungan terhadap

WBS selama proses rehabilitasi di PSBR Taruna Jaya II.

Kemudian pemberian bantuan langsung berupa

keterampilan minat dan bakat seperti mengelas,

memperbaiki sepeda motor dan mobil dan juga elektro.

Keterampilan minat dan bakat yang disediakan

panti membuat keluarga memiliki harapan yang optimis

terhadap masa depan WBS. Aspek terakhir dari dukungan

instrumental yaitu pemberian bantuan materi yang

menunjang kegiatan WBS dibidang kesenian, pihak panti

menyediakan ruang bermusik bagi WBS yang ingin

mengembangkan bakat dalam bermusik. Sedangkan

dalam bidang olahraga, pihak panti juga menyediakan

ruang olahraga bagi WBS yang memiliki bakat dibidang

olahraga.

Keempat, dukungan penilaian/penghargaan yang

meliputi 3 aspek seperti pemberian dukungan pekerjaan,

dukungan pekerjaan menjadi bentuk dukungan

penghargaan yang diberikan kepada WBS, WBS diberi

kesempatan untuk mengembangkan bakatnya di luar panti

dan berkesempatan untuk bersosialisasi kembali dengan

masyarakat. Pemberian kesempatan untuk bekerja

menjadi harapan keluarga supaya WBS mampu

memanfaatkan pengalaman dan pembelajaran selama

 

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

114

menjalani proses rehabilitasi untuk menjadi bekal dalam

menjalani kehidupan dimasa mendatang.

Kemudian pemberian penghargaan diri (afirmasi),

dalam aspek ini bagi WBS yang dapat menjalankan tugas

yang diberikan dengan baik dan mentaati peraturan panti

akan diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan juga

datang dari Keluarga WBS, penghargaan dari keluarga

diberikan karena WBS mampu mengubah sikapnya

mejadi lebih baik dan disiplin. Dan yang terakhir terdapat

aspek umpan balik yaitu bentuk pemberian

sanksi/hukuman dengan tujuan WBS mengikuti semua

prosedur di panti dan harus ditaati dan diikuti untuk

kebaikan WBS itu sendiri.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

dukungan sosial keluaga di Panti Sosial Bina Remaja

Taruna Jaya II Dinas Sosial DKI Jakarta telah

memberikan dampak positif bagi keluarga dan WBS

penyalahguna NAPZA dimanapun berada. Namun

terdapat beberapa hal yang dapat dimaksimalkan lagi

menjadi lebih baik, diantaranya:

a. Dalam menjalakan program konseling

keluarga agar lebih optimal, PSBR Taruna

Jaya II dapat melakukan kegiatan konseling

keluarga ketika melakukan Home Visit.

 

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

115

DAFTAR PUSTAKA

[1] PSBR Taruna Jaya 2, “Studi Dokumentasi Panti Sosial Bina

Remaja Taruna Jaya 2.” 22-Jan-2018.

[2] A. Kristanto, “Bentuk Dukungan Sosial Keluarga Terhadap

Remaja Pengguna Narkoba.”

[3] D. Whiyati, “Hasil Wawancara dengan Ibu Dermi selaku

Satuan Pelayanan,” 27-Agu-2017.

[4] D. Widhiowati dan R. Murni, Teknologi Pengembangan

Masyarakat. Bandung: Jurusan Pengembangan Masyarakat

STKS, 2008, h. 62, 64.

[5] E. Woodman dan M. McArthur, “Young People‟s

Experiences of Family Connectedness: Supporting Social

Work Practice with Families and Young People,” Aust.

Cathol. Univ.

[6] Yayasan Penyelanggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an,

ar-Risalah: al-Qura’an dan Terjemahan. Bandung: CV.

Gema Risalah Press, 2005, h. 448.

[7] L. . Maelong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2007, h. 3.

[8] J. Noor, metodologi penelitian. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2012, h. 34.

[9] H. Herdiansyah, Metodoogi Penelitian Kualitatif untuk

Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012, h.143.

[10] B. Sunyoto, metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung:

Refika Aditama, 2013, h. 21, 25.

 

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

116

[11] Sugiono, Statistik Untuk Penelitian Cetakan Kelima.

Bandung: Alfabeta, 2003, h. 317.

[12] M. Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: PT Gelora

Aksara Pratama, 2009, h. 101.

[13] H. Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif Ilmu - Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012, 143.

[14] N. Martono, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2016, h. 11-12.

[15] B. Bungin, Penelitian Kualitatif Ekonomi. Jakarta: Prenada

Media Group (Kencana), 2012, h. 158.

[16] N. Nurhidayati dan D. Nurdibyanandaru, “Hubungan antara

Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Esteem pada

Penyalahguna Narkoba yang Direhabilitasi,” J. Psikol. Klin.

Dan Kesehat. Ment., vol. 03, hlm. 55, 2014.

[17] Setiadi, Konsep & Proses Keperawatan Keluarga.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, h. 21-22.

[18] H. Nurhaeni dan dkk, Hubungan dukungan sosial terhadap

depresi remaja mantan penyalahgunaan NAPZA di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pondok Bambu

Jakarta Timur Tahun 2009, 14 vol. Jakarta: Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan Kemenkes RI, 2011.

[19] M. A. Noor dan M. A. Djaliel, ilmu sosial dasar. Bandung:

CV. Pustaka Setia, 1997, h. 34.

[20] I. R. Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial,

Pembangunan Soial, dan Kajian Pembangunan). Jakarta:

Rajawali Press, 2013, h. 174-175

 

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

117

[21] S. S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling).

Bandung: Alfabeta, 2011, h. 117-119.

[22] S. S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling).

Bandung: Alfabeta, 2011, h. 163.

[23] S. S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling).

Bandung: alfabeta, 2011, h. 182-183.

[24] F. J. Laksono, “Wawancara Pribadi dengan Bapak Febriyan

Joko Laksono selaku Pekerja Sosial PSBR Taruna Jaya 2,”

22-Jan-2018.

[25] Firmansyah, “Wawancara Pribadi dengan WBS F tanggal 1

Februari 2018,” 01-Feb-2018.

[26] R. Ramadan, “Wawancara pribadi dengan WBS RR,” 25-

Jan-2018.

[27] M. Kurniawan, “Wawancara Pribadi dengan Bapak

Muhammad Kurniawan selaku Pekerja Sosial PSBR

Tarunna Jaya II,” 12-Feb-2018.

[28] W. Wulandari, “Wawancara pribadi dengan Ibu Wulandari,”

30-Apr-2018.

[29] Simon, “Wawancara pribadi dengan bapak Simon keluarga

wbs R,” 30-Jan-2018.

[30] Melly, “Wawancara pribadi dengan Ibu melly,” 25-Jan-

2018.

[31] “Observasi lapangan,” Feb 2018.

[32] A. Sucipto, “Wawancara pribadi dengan WBS AS tgl 26

April 2018,” 26-Apr-2018.

[33] Rufi‟ah, “wawancaara pribadi dengan Ibu Rufi‟ah,” 28-Jan-

2018.

 

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

118

[34] D. Whiyati, “Wawancara Pribadi dengan Ibu Dermi selaku

Satuan Pelaksana PSBR Taruna Jaya 2,” 02-Apr-2018.

[35] Respal, “Wawancara Pribadi dengan WBS R,” 30-Jan-2018.

[36] Saparudin, “Wawancara pribadi dengan Bapak SU,” 26-

Apr-2018.

[37] Soerjono Soekanto, sosiologi suatu pengantar, 30 ed.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, h. 198.

 

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

 

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

 

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Lampiran 3

Pedoman Wawancara

PSBR Taruna Jaya 2

1. Bagaimana pandangan Ibu/Bapak terkait dengan

dukungan sosial keluarga terhadap WBS disini?

2. Program apa saja yang ada di panti terkait dengan

dukungan sosial keluarga?

3. Apa saja kendala dalam memberikan dukungan sosial

keluarga?

4. Bagaimana dukungan informatif yang diberikan oleh

PSBR Taruna Jaya II?

5. Bagaimana pemberian dukungan emosional di PSBR

Taruna Jaya II?

6. Bagaimana bentuk dukungan instrumental di PSBR

Taruna Jaya II?

7. Bagaiman bentuk dukungan penilaian/penghargaan

utuk WBS di PSBR Taruna Jaya II?

 

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Keluarga WBS PSBR Taruna Jaya II

1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info

tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR

Taruna Jaya II?

2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan

kunjungan?

3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa

yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?

4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada

kendala yang Ibu/Bapak alami?

5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan

datang?

WBS PSBR Taruna Jaya II

1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di

PSBR Taruna Jaya II?

2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,

pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah

didapatkan?

 

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan

bersama keluarga?

4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda

selanjutnya?

 

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Lampiran 4

Transkip Wawancara

Nama Informan : Bapak Joko Febriyan Laksono, S.T

Jabatan : Pekerja Sosial

Tanggal dan Waktu : 22 Januari 2018. Pukul 13.00-14.00 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Bagaimana pandangan Ibu/Bapak terkait dengan

dukungan sosial keluarga terhadap WBS di PSBR

Taruna Jaya II?

Jawab : inti dari dukungan sosial keluarga disini

sangat penting terutama untuk WBS dalam

melakukan proses rehabilitasi, pentingnya

keluarga sebagai teman berbagi, memonitori WBS

selama mengikuti proses rehabilitasi. karena

setelah WBS sudah melaksanakan proses

 

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

rehabilitasi butuh kontrol dari keluarga, terutama

dukungan sosial itu sendiri sangat berpengaruh

penting.

2. Program apa saja yang ada di PSBR Taruna Jaya II

terkait dengan dukungan sosial keluarga?

Jawab : ya, jadi kita punya program atau kegiatan

untuk memberikan WBS kesempatan untuk

megungkapkan pendapat secara bersama-sama

yaitu kegiatan morning meeting. Jadi kegiatan ini

tuh, membuat wbs dengan pendamping ataupun

WBS dengan WBS lainnya dapat beradaptasi dan

juga bisa menjadi pendengar bagi setiap

permasalahan yang dialami oleh WBS serta

memberikan kenyamanan bagi WBS untuk tinggal

di Panti.

3. Apa saja kendala dalam memberikan dukungan sosial

keluarga?

Jawab : kendala sih tidak ada, ya namanya

sebagai orang sosial tentu rasa kepedulian dan

empati menjadi dasar dalam memberikan

 

Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

pelayanan untuk masyarakat. Sedangkan dalam

proses rehab itu sendiri selain memberikan

motivasi kita juga harus memberikan perhatian,

ketulusan, supaya para wbs itu memahami apa

yang kita berikan. Jadi mereka paham kalo apa

yang kita lakukan baik untuk mereka.

4. Bagaimana dukungan informatif yang diberikan oleh

PSBR Taruna Jaya II?

Jawab : iya dalam memberikan pelayanan kepada

wbs selain memberikan motivasi, disini kita juga

memberikan nasihat-nasihat, saran-saran untuk

mengarahkan wbs ke arah yang lebih baik.

5. Bagaimana pemberian dukungan emosional di PSBR

Taruna Jaya II?

Jawab : Ada yang langsung dan tidak langsung,

yang langsungnya itu bentuk motivasi dan

konseling. Setiap WBS itu kan mendapatkan

pendamping, fungsi pendamping itu sendiri untuk

memberikan konsultasi kepada WBS ketika dia

mengalami kesulitan selama mengikuti program

 

Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

disini. Dalam menjalin kedekatan dengan WBS,

para pendamping disini memberikan konsultasi

dan motivasi ketika si WBS ini mengalami

kesulitan dalam arti permasalahan yang ada dari

diri dia sendiri selama mengikuti program disini.

6. Bagaimana bentuk pemberian dukungan instrumental

di PSBR Taruna Jaya II?

Jawab : Disini ada penyaluran minat dan bakat

untuk para WBS, kalau ke dunia usaha ada empat

keterampilan yang diberikan seperti ngelas,

service motor, service mobil, elektro. Disini kita

juga menerapkan masa orientasi, setelah WBS

melakukan pembinaan di primary kita turunkan di

bimbingan vokasional tapi kita ikut sertakan sehari

ikut mobil, sehari ikut motor, dan yang lainnya

sehingga WBS bisa menentukan mana sih yang

cocok sesuai dengan minat dan bakat.

7. Bagaimana bentuk dukungan penilaian/penghargaan

utuk WBS di PSBR Taruna Jaya II?

 

Page 145: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Jawab : setelah mereka mengikuti kegiatan

vokasional disini, kita sebagai pendamping

berkoordinasi dengan bengkel-bengkel yang ada

disekitar tangerang selatan untuk menyalurkan si

anak yang notabennya untuk penyaluran ke usaha

kemandirian. Disini penyaluran ada 2, ke dunia

usaha dan keluarga.

 

Page 146: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : Bapak Muhammad Kurniawan, S.Sos

Jabatan : Pekerja Sosial

Tanggal dan Waktu : 12 Februari 2018. Pukul 10.00-11.00

WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Bagaimana pandangan Ibu/Bapak terkait dengan

dukungan sosial keluarga terhadap WBS disini?

Jawab : jadi gini mas, kenapa dukungan keluarga

ini penting banget buat WBS, karena waktu itu ada

seorang anak yang terjaring sama petugas terus dia

pengen di jenguk keluarganya, terus kita tanya

juga kan ke WBS ini, dia ada nomor yang bisa

dihubungi atau engga, atau punya media sosial

gitu, terus dia bilang ga punya, tapi dia ngasih

alamatnya, minta tolong jemputin mamahnya

 

Page 147: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

waktu itu. Yaudah kita sebagai Peksos yang

memang punya tugas itu yaudah kita datang

kerumahnya buat kasih informasi terus kita kasih

tau kalau anaknya ada di panti dan pengen banget

ketemu sama ibu

2. Program apa saja yang ada di panti terkait dengan

dukungan sosial keluarga?

Jawab : Terdapat bimbingan sosial kelompok

untuk motivasi wbs, terus ada morning meeting

(pertemuan pagi) untuk mengetahui hal-hal apa

yang kurang dalam diri wbs lalu kita evaluasi

bareng-bareng supaya kedepannya lebih baik lagi

dari segi individu maupun kelompok.

3. Apa saja kendala dalam memberikan dukungan sosial

keluarga?

Jawab : tidak ada kendala ya tapi ada juga wbs

yang tidak peduli, dia maunya di panti aja terus

bilang gausah dihubungi keluarganya. Ada, ada

 

Page 148: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

beberapa orang yang seperti itu yang akhirnya kita

ga hubungin karena maunya di panti aja dan betah

di panti. Mungkin ada masalah antara wbs dengan

keluarganya jadi gamau dihubungi dan gamau

pulang. Karena kita disini melakukan pembinaan

ya akhirnya kita bina.

4. Bagaimana dukungan informatif yang diberikan oleh

PSBR Taruna Jaya II?

Jawab : yang pertama kalau mereka punya telpon

kita hubungi, lalu kita check and recheck untuk

mengabari bahwa salah satu keluarganya di panti,

selain itu kalo anak-anak ada yang mau

menghubungi keluarganya, ya kita izinin pake

telepon kantor atau pengasuh. Bila wbs ingin

komunikasian dengan keluarga yang ada dirumah,

panti menyediakan telepon kantor dan akses ke

facebook untuk mempermudah komunikasi antara

wbs dan keluarganya. wbs tinggal bilang ke

pembimbing bila ingin menghubungi keluarganya,

nanti pembimbing dari panti akan

 

Page 149: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

menyediakannyaa. para wbs disini bisa mengakses

facebook untuk terus berhubungan dengan

keluarga selain melalui telepon, mereka bisa

menggunakan facebook panti jika ingin minta

dikunjungi oleh keluarganya tetapi harus ikut

syarat yang saya tentukan misalnya baca iqra,

mengaji, atau hafalan surat-surat pendek, biar

itung-itung mereka sekalian belajar. Satu orang

dikasih waktu 5 menit soalnya ganti-gantian sama

yang lain. Ada juga kasus waktu itu. Anak ini di

razia waktu itu didaerah Jakarta Barat di

ketangkep sama DISHUB waktu anak itu mau

trek-trekan motor, mas. Nah motornya di bawa

DISHUB buat diamanin, anak ini di bawa ke Panti

Kedoya waktu itu terus di bawa ke sini untuk

proses pembinaannya. Nah, untuk ngehubungi

atau ngasih kabar ke orang tuanya waktu itu

susah, karna pas di tanya ada no. telpon yang bisa

di hubungi ga? Jawabannya engga, yaudah kita

tanya alamatnya mas, nah disitu kita melakukan

 

Page 150: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

home visit untuk ngasih tau pihak keluarga kalau

anaknya ada di panti kami. Terus kalau kita ingin

tahu latar belakang wbsnya maka keluarganya kita

hubungi lewat telpon, kalau dia ga hafal nomornya

ya kita cari tahu alamatnya, terus kita kirimin surat

pengantar ke alamatnya, ga lupa juga kita taro foto

WBS di suratnya biar keluarganya yakin kalo

anaknya emang ada di panti.

5. Bagaimana pemberian dukungan emosional di PSBR

Taruna Jaya II?

Jawab : kita lihat waktu itu kok wbsnya diem aja

terus kita cari tahu kenapa dia diem aja, ternyata

dia cerita kalau belom dikunjungin keluarganya,

kalau dia ga dikunjungi dia tuh emosi mintanya

dihubungi terus sama keluarganya. Lalu kita

bilang sabar dulu sabar nanti juga keluarganya

ngurus kalo keluarganya udah kita hubungin.

6. Bagaimana pemberian dukungan instrumental di

PSBR Taruna Jaya II?

 

Page 151: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Jawab : iya jadi untuk WBS yang sudah

mendapatkan dan mengikuti pembinaan

keterampilan dengan baik entah di mobil, motor,

las atau elektro nanti mereka punya kesempatan

untuk menyalurkan bakatnya ke dunia usaha yang

sudah bekerja sama sama kita, nanti juga otomatis

kan mereka juga kembali belajar untuk

bermasyarakat lagi. Nanti kalau ada anak ingin

sekolah atau lanjutin sekolahnya kita bisa

berkordinasi dengan pihak keluarga dan juga pihak

sekolahnya biasanya sekolah paket ya.

7. Bagaiman Bentuk dukungan penilaian/penghargaan

utuk WBS di PSBR Taruna Jaya II?

Jawab : Bagi wbs yang mampu menyelesaikan

amanat tugas yang diberikan, mentaati peraturan

panti maka panti akan memberikan makanan

ringan dan kopi. Terus bagi wbs yang berprestasi

akan diberikan reward dari yang sebelumnya di

asrama primary naik ke re-entry 1 dimana yang

artinya wbs bisa sesuka hati berada di luar asrama

 

Page 152: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

tapi masih dalam lingkup panti dan masih diawasi

oleh pendamping. Lalu jika ada WBS yang

melanggar peraturan, maka WBS akan

mendapatkan hukuman seperti squad jump, push

up, sesuai dengan kesanggupan WBS atau disuruh

bersih-bersih lingkungan, nyuci piring, nyapu,

ngepel jika wbs ini tidak menjalankan tugas-

tugasnya dengan baik. Lalu setelah mereka

mendapatkan pelatihan dan pembinaan maka panti

akan mempertimbangkan apakah sudah siap untuk

bekerja dimasyarakat kembali.

 

Page 153: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : Ibu Dra. Dermi Whiyati

Jabatan : Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial

Tanggal dan Waktu : 2 April 2018. Pukul 12.00-13.00 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Program apa saja yang ada di panti terkait dengan

dukungan sosial keluarga?

Jawab : Kita ada home visit, home visit ini untuk

mengetahui keberadaan keluarga wbs,

memberitahu anaknya (wbs) kalau anaknya ini ada

di panti, mengetahui latar belakang si anak,

kebiasaannya kalau anak-anak yang bermasalah

kita harus angkat maka kita lakukan home visit.

Kita siapin biasa semacam kaya surat tugas terus

sama form-form yang harus ditandatangani disana.

Kalo anak ini (wbs) perlu pembinaan lanjut harus

 

Page 154: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

ada surat pertanggungjawaban orangtua. Ada juga

konsultasi keluarga, kita biasanya ga didepan

anaknya (wbs), anaknya kita suruh masuk ke

dalem dulu terus kita ngobrol-ngobrol, kalau ada

masalah yang ingin diselesaikan ya kita selesaikan

secara bersama-sama, kita cari jalan keluarnya

bersama. Kita juga suka menyampaikan segala

keluh kesah yang dialami wbs ke keluarganya hal

itu dilakukan supaya keluarganya juga tahu isi hati

anaknya tuh ke keluarganya kaya gimana, dalam

konsultasi keluarga kita juga ngasih tahu

perubahan-perubahan positif di diri wbs kaya

misalnya dulu gapernah sholat tapi disini mulai

rajin sholatnya

2. Apa saja kendala dalam memberikan dukungan sosial

keluarga?

Jawab : terkadang kita juga bingung soalnya udah

kita lakukan home visit jauh-jauh kesana tapi kok

keluarganya gak merespon, kita tanya kapan nih

anak (wbs) mau dibawa pulang, tapi sampai

 

Page 155: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

sekarang ga diambil-ambil. Terus kalo konsultasi

keluarga kendalanya paling dikarenakan setiap

wbs rata-rata dikunjunginya cuma sebulan sekali,

jadi kita intensitas pertemuan ke keluarganya ga

banyak.

 

Page 156: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : Bapak S

Jabatan : Keluarga dari WBS R

Tanggal dan Waktu : 30 Januari 2018. Pukul 14.00-15.00 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info

tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR

Taruna Jaya II?

Jawab : Awalnya ibunya sudah tidak kuat untuk

menangani anaknya sendiri, setelah dikasih arahan

anak ini ditangkap polisi pada malam tahun baru,

setelah ditindak anak ini melawan, dan akhirnya

dia mengaku kalau dia punya teman maling.

Karena dia tidak mengaku terlibat dengan

temannya yang maling, maka dia dibawa ke PSBR

Taruna Jaya II, saat itu saya di telpon kalau anak

 

Page 157: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

ini ada di panti ini, pada saat di panti saya tanya

kenapa dia ada disini, lalu dia baru jujur kalau

diberi obat eksimer. Dia juga ngga pernah pulang,

suka ngobat, mabuk, ngamen dapat duit 15.000,-

disetor ketemannya 10.000,- tapi dia tidak kenal

dengan temannya itu, ngumpulin duit untuk

membebaskan temannya di penjara, jadi temannya

dia abis merampok dan rumah yang dirampok

rumah polisi angkatan udara. Saya senang, karena

setelah dia tinggal di panti ini, hidupnya jadi

teratur, kalau di panti ini kan dia makan enak,

terus juga terlihat lebih rapih penampilannya.

Kalau dia betah, dia harus ikutin aturan disini.

2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan

kunjungan?

Jawab : Mengecek kebersihan anak ini (wbs),

menanyakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan

anak ini, memberi nasihat kepada dia agar

mengikuti semua kegiatan yang diterapkan oleh

panti agar disiplin dan bersikap sopan.

 

Page 158: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa

yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?

Jawab : Panti kan mempunyai prosedur tersendiri,

jadi kita mengikuti prosedur ini, dan saya memberi

dukungan berupa hadiah jika dia mampu membuat

dirinya menjadi disiplin, kebersihannya terjaga,

dan yang terpenting adalah dia tau cita-citanya.

Saya akan mengontrol setiap kegiatan yang dia

lakukan di panti ini.

4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada

kendala yang Ibu/Bapak alami?

Jawab : Tidak ada, tapi saya punya target minimal

setengah tahun dia dibina disini.

5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan

datang?

Jawab : Saya ingin dia mengakui kesalahannya

dan meminta maaf kepada ibunya. Lalu saya mau

dia menjadi diri dia sendiri tanpa mengikuti

kemauan orang lain.

 

Page 159: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : Ibu R

Jabatan : Keluarga dari WBS F

Tanggal dan Waktu : 28 Januari 2018. Pukul 12.30-13.00 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info

tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR

Taruna Jaya II?

Jawab : iya waktu itu ada orang panti ngasih tau

kita, kalo anak kita ada di panti. Cerita ngamen di

Jakarta, terus kena penertiban, Terus mina kita

buat dateng jenguk anak di panti. Awalnya sih

agak bingung kok bisa ada dipanti, tapi pas

dijelasin yah agak sedikit kesel, sedih juga mas,

kok bisa kaya gini. Yaudah kita jenguk anak kita

ke panti, waktu itu kita langsung ikut bareng sama

 

Page 160: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

pihak panti pergi ke panti. Sudah tiga mingguan

dia ada disini, mas.

2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan

kunjungan?

Jawab : Ngobrol aja, terus nasihatin dia agar

pikirannya tenang ga kepiran dunia yang dulu lagi,

supaya dia nya juga tenang dan serius di panti.

Supaya nanti dia keluarkan ga ngulangin kaya

dulu lagi mas. Terus tadi barusan dia bilang ga

betah disini sambil nangis, saya juga sedih

dengernya.

3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa

yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?

Jawab : saya ngasih uang dalam jangka waktu

sepuluh harian sebesar Rp. 100.000. saya titip ke

pengasuh di panti, nanti kata pengasuhnya dikasih

sepuluh ribu sehari

4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada

kendala yang Ibu/Bapak alami?

 

Page 161: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Jawab : perasaan saya suka gaenak, kasian sama

dia. Terus biasanya saya kesini dua minggu sekali

karena dari rumah kesini kan lumayan jauh harus

naik angkot dua kali.

5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan

datang?

Jawab : saya sih pengennya dia dari sini udah

punya keahlian jadi bisa kerja apa aja gitu, mas.

 

Page 162: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : Ibu M

Jabatan : Keluarga dari WBS RR

Tanggal dan Waktu : 25 Januari 2018. Pukul 10.30-11.00 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info

tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR

Taruna Jaya II?

Jawab : dapet beritanya dari teman-temannya, lalu

saya kesini lah tengokin kebenarannya.

Alhamdulillah ternyata emang benar ada disini

sehat wal’afiat

2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan

kunjungan?

Jawab : dia kan ngirim pesan lewat facebook ke

kakaknya, ngasih tau kalo dia lagi sakit, saya

 

Page 163: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

datang deh kesini ngunjungin dia. Terus ngobrol-

ngobrol biasa ke dia, ngobrol-ngobrol ke

pembimbingnya juga gimana-gimananya dia, ya

disitu saling cerita lah

3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa

yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?

Jawab : kalau saya sih ngebiarin dia ada di panti,

disini kan dia bisa ikut segala macam kegiatan

daripada dijalanan gajelas kegiatannya kan. Terus

kalau saya mikirnya positif-positif aja, namanya

disini juga dibina kan ada pembimbingnya disini

4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada

kendala yang Ibu/Bapak alami?

Jawab : kendala sih ga ada, saya inginnya ya dia

bisa mengikuti kegiatan-kegiatan disini

5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan

datang?

Jawab : mudah-mudahan setelah dia rutin

mengikuti kegiatan disini pas keluar membawa

hasil, kalau dia emang minat di bidang mengelas

 

Page 164: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

ya mudah-mudahan ada ilmu mengelasnya lah

buat dipake kerja diluar soalnya kan siapa tau

bermanfaat buat dia sendiri

 

Page 165: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : Bapak SU

Jabatan : Keluarga dari WBS AS

Tanggal dan Waktu : 26 April 2018. Pukul 12.30-13.00 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info

tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR

Taruna Jaya II?

Jawab : jadi waktu itu ada orang panti datang ke

rumah, ngasih tau anak saya ketangkep dalam

operasi penertiban. Terus dibawa ke panti

2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan

kunjungan?

Jawab : ya ngeliat kondisi dia aja kaya gimana

disini terus bagaimana kabarnya selama di panti

 

Page 166: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa

yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?

Jawab : yah saya mah hanya bisa ngasih semangat

aja untuk selalu kuat, terus selama disini jangan

buat hal yang macem-macem

4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada

kendala yang Ibu/Bapak alami?

Jawab : yah itu kita kadang pengen tau keadaan

anak gimana disini, baik-baik aja atau tidak. Kita

sebagai orangtua kan khawatir juga.

5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan

datang?

Jawab : semoga ada perubahan dari sikap dan jadi

anak yang sholeh ketika keluar dari panti

 

Page 167: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : Ibu WW

Jabatan : Keluarga dari WBS AK

Tanggal dan Waktu : 30 April 2018. Pukul 14.00-14.30 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Darimana pertama kali Ibu/Bapak mengetahui info

tentang keberadaan anggota keluarganya di PSBR

Taruna Jaya II?

Jawab : Iya saya dapat kabar dari orang panti,

waktu itu ada telpon ke saya, katanya dari pihak

panti. Waktu itu dikasih tau kalo dia ada di panti.

Dijelasin juga sama pihak pantinya buat datang ke

panti besokannya buat ada yang diobrolin gitu

terkait dengan penanganan warga bina sosial

disana. Gitu awalnya mas saya tau dia ada di panti,

kalo dia ada disini.

 

Page 168: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

2. Apa saja yang Ibu/Bapak lakukan saat melakukan

kunjungan?

Jawab : kalo pertama-pertama sih kita di panti

ketemu gitu, diketemuin sama dianya, terus

dijelasin kenapa dia ada di panti, terus banyak

ngobrol sama dianya mas. Kalau udah kesini-

kesini sih kalau ada waktu libur biasanya saya

sempetin dateng kesini. Bawain dia makanan.

kalau kunjungan kadang ngobrol, nanya

perkembangannya, sehat apa ngga, kadang kalau

ada rezeki saya kasih buat jajan dia. Kalo tiap

kesini pasti dikasih waktu dulu berdua sama dia,

baru nanti kita ngobrol sama bapak-bapak di

pantinya itu loh, mas. Biasanya sih kalo saya gak

sempet jenguk atau dia minta dijenguk biasanya

sih nelpon pake hape pengasuh-pengasuh disini

3. Sebagai keluarga dari WBS, dukungan seperti apa

yang Ibu/Bapak berikan untuk WBS?

Jawab : kalau dukungan palingan ya gitu aja mas,

saya kasih perhatian ya mas namanya juga

 

Page 169: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

keluarga sendiri suka ga tega liatnya, setiap dateng

pasti suka sedih karena kangen ya mas sama dia.

Jadi ya sama Cuma bisa ngedukung apa yang dia

lakuin disini, perhatian, bawain makan, nasehatin

agar dia ga gitu lagi. Pokoknya saya mendukukung

segala yang dia lakuin disini selagi itu bisa buat

dia berubah kan ya, mas.

4. Selama WBS di PSBR Taruna Jaya II, apakah ada

kendala yang Ibu/Bapak alami?

Jawab : kalo kendala sih palingan masalah waktu

aja sih mas. Kadang mau ketemu kan sayanya

kerja mas. Kalau ga kerja nanti saya ga ada ongkos

buat kesininya mas. Paling itu aja sih mas.

5. Apa harapan Ibu/Bapak untuk WBS dimasa yang akan

datang?

Jawab : harapannya sih pengen liat dia sukses ya

mas, ga gaul-gaul gajelas, kerja biar bener, biar

bisa bantuin saya cari nafkah buat makan sehari-

hari. Makanya saya berdoa dia disini kan dapet

pelatihan gitu kan buat kerja, ya mudah-mudahan

 

Page 170: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

aja keluar dari sini ilmunya bisa bermanfaat buat

dia, mas.

 

Page 171: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : R

Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II

Tanggal dan Waktu : 30 Januari 2018. Pukul 13.30-14.00 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di

PSBR Taruna Jaya II?

Jawab : oh saya sih seneng maen bola dilapangan

di panti, kadang suka tanding sama temen-temen,

kadang main sama pendamping juga.

2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,

pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah

didapatkan?

Jawab : selama saya disini sih saya banyak dapat

pelajaran, bang. Dari program yang ada disini saya

paling suka ngelas, jadi tau gimana caranya

 

Page 172: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

mengelas besi, suka ngelas karena paling mudah

dipelajari dibandingkan (keterampilan minat &

bakat) yang lain. Terus saya pernah habis makan

siang lupa cuci piring saya terus sama pak kur

ketahuan, jadinya pas makan malem saya disuruh

cuci piring bekas teman-teman saya.

3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan

bersama keluarga?

Jawab : cuma ngobrolin tentang kegiatan saya

selama di panti aja, ditanyain apakah saya suka

disini apa ngga, terus ditanya disini dapat apa saja

4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda

selanjutnya?

Jawab : Nanti kalau udah keluar dari sini mau

kerja mencari uang bang, biar bisa kasih uang nya

sama orang tua buat makan, bang. Kan dulu

kayanya saya gimana gitu ke orang tua, tapi

sekarang saya agak mikir bang kalo orang tua saya

sebenarnya sayang bang. Ya apa lagi kalau mereka

dateng jenguk kesini bang, ya ngobrol-ngobrol aja

 

Page 173: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

gitu, kadang di kasih uang buat jajan jadi seneng,

bang.

 

Page 174: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : RR

Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II

Tanggal dan Waktu : 25 Januari 2018. Pukul 11.00-11.25 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di

PSBR Taruna Jaya II?

Jawab : saya disini ikutnya kelas ngelas, selain

ngelas ada mobil, motor, sama elektro. Terus

selain itu kegiatannya kalo pagi beda-beda hari

senin morning meeting, kamis kadarkum, minggu

olahraga, terus shalat dhuha setiap pagi. Terus kan

disini Awalnya merasa jenuh, dan mau pulang

mulu, tapi lama-lama jadi bisa menyesuaikan diri

dan beradaptasi dengan yang lain karena ya salah

satunya ya itu waktu ada kegiatan kumpul-kumpul

 

Page 175: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

itu. Jadi kita saling kenal dan juga saling terbuka

satu sama lainnya

2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,

pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah

didapatkan?

Jawab : Banyak yang didapat disini, jadi bisa

ngelas, lebih mandiri, dan bertanggung jawab.

Terus disini selain kita dapat pembinaan

keterampilan, kita juga bisa menyalurkan hobi,

mau yang di olahraga apa di musik. Kalo saya sih

senengnya di musik, maen gitar bareng temen-

temen yang lain. Terus yang wajib disini itu harus

selalu sholat lima waktu dan sholat duha.

3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan

bersama keluarga?

Jawab : kan ibu tau keadaan saya dari facebook,

disitu saya ngasih tau keadaan saya aja di panti

kaya gimana. Kalau ibu lagi sempet berkunjung ke

panti ya ngobrol aja sama nanya keadaan

 

Page 176: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda

selanjutnya?

Jawab : langsung mau kerja, bang. Biar bisa

ngeringanin beban orangtua.

 

Page 177: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : F

Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II

Tanggal dan Waktu : 1 Februari 2018. Pukul 10.15-10.45 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di

PSBR Taruna Jaya II?

Jawab : disini mah banyak kegiatannya, kalo pagi

ada morning meeting, kadarkum, terus siang kita

ada pelatihan, ada empat pelatihannya, motor,

mobil, ngelas, sama elektro. Cuma kalo saya mah

milihya ngelas, bang.

2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,

pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah

didapatkan?

 

Page 178: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Jawab : kalau disini suka main musik bareng

temen-temen, saya yang gitarin mereka pada

nyanyi-nyanyi. Terus karena saya minatnya di

keterampilan ngelas jadi punya ilmu ngelas bang

buat pelajaran nanti kalau udah keluar dari panti.

Terus saya pernah waktu itu kepergok kamar saya

jorok dan bau, terus dihukum suruh bersih-bersih

kamar sampe bersih dan wangi.

3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan

bersama keluarga?

Jawab : saya suka ketika orang tua datang kesini,

bikin kita jadi percaya diri aja gitu bang, kalo kita

sebenernya masih disayang, ada yang peduliin

terus juga ngerasa ga dibuang atau di titipin gitu

aja. terus ngobrol aja sambil orangtua memberi

nasihat, kita ya kaya ngerasa kalo mereka emang

sebenarnya sayang sama kita, ya gitu deh bang.

4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda

selanjutnya?

 

Page 179: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Jawab : mau kerja mencari uang, bang. Pengen

berubah ga kaya dulu lagi perilakunya yang suka

ngamen dijalan, terus pernah ga pulang juga.

Pengen kerja sih bang maunya biar bisa bantu-

bantu orangtua.

 

Page 180: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : AS

Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II

Tanggal dan Waktu : 26 April 2018. Pukul 13.00-13.20 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di

PSBR Taruna Jaya II?

Jawab : disini kegiatannya banyak bang, ada

morning meeting, latihan baris-berbaris,

kadarkum, ngelas sama bengkel. Kalo kegiatan

biasanya kita ada jadwal hariannya sih.

2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,

pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah

didapatkan?

Jawab : pelajarannya jadi lebih menghargai waktu

aja, inget orangtua dirumah, belajar yang bener,

 

Page 181: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

kasian kan orangtua pengen ngebahagiain

orangtua lah, bang. Terus saya juga usahain

ngikutin semua peraturan disini biar naik dari sini,

kalo udah naik dari primary ke re-entry 1 udah

enak soalnya bisa jalan-jalan didalam panti jadi

gak bosen di asrama terus, kalo di primary kan

dipagerin jadi gak bisa kemana-mana.

3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan

bersama keluarga?

Jawab : biasanya sih ngobrol-ngobrol aja sama

orangtua, dikasih nasihat dibilangin jangan bandel

kaya dulu, terus disuruh belajar yang bener, ambil

ilmu disini sebanyak-banyaknya.

4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda

selanjutnya?

Jawab : pengennya sih kerja, bantu orangtua cari

rezeki, gapengen nyusahin orangtua lagi, bang.

 

Page 182: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Transkip Wawancara

Nama Informan : AK

Jabatan : WBS PSBR Taruna Jaya II

Tanggal dan Waktu : 30 April 2018. Pukul 14.30-14.45 WIB

Tempat : PSBR Taruna Jaya II

Pertanyaan :

1. Kegiatan apa yang biasa dilakukan WBS selama di

PSBR Taruna Jaya II?

Jawab : kegiatan yang sering dilakukan sih ada

kadarkum dan pelatihan baris-berbaris sebagai

wadah untuk melatih kedisplinan diri. Lalu kita

kan ada kegiatan piket bersama sebagai bentuk

tanggung jawab terhadap lingkungan panti.

Kemudian ada keterampilan kaya bengkel motor

dan mobil. Terus tiap pagi ada sholat dhuha sama

hafalan doa-doa, bang.

 

Page 183: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

2. Selama berada di PSBR Taruna Jaya II,

pelajaran/pengalaman apa saja yang sudah

didapatkan?

Jawab : saya disini dapat keterampilan-

keterampilan sesuai minta dan bakat kita, bang.

Dapat pembekalan keagamaan dan pembiasaan

diri melatih kedisplinan.

3. Saat kunjungan keluarga, apa saja yang dilakukan

bersama keluarga?

Jawab : ngobrol-ngobrol ngebahas perkembangan

saya disini, bang. Ngebahas apa saja yang sudah

berubah didiri saya dari pertama kali di panti

sampai sekarang.

4. Setelah keluar dari panti, apa rencana anda

selanjutnya?

Jawab : rencana selanjutnya sih bang pengen

bekerja, ngasah pembekalan-pembekalan dan

pembinaan yang udah diberikan selama ini di

panti.

 

Page 184: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Lampiran 5

Dokumentasi

Kegiatan rutin do’a pagi dan sholat dhuha

Kegiatan KADARKUM dipimpin oleh KORAMIL

 

Page 185: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Kegiatan morning meeting dipimpin oleh Pekerja Sosial PSBR

Taruna Jaya II

Kunjungan Bapak “S” keluarga dari WBS “R”

 

Page 186: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Keterampilan minat dan bakat elektro

Keterampilan minat dan bakat mengelas

 

Page 187: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41292/1/FAUZI RAHMAN-FDK.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Keterampilan minat dan bakat bengkel motor

Keterampilan minat dan bakat bengkel mobil