View
81
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pengujian Daya Berkecambah
Berdasarkan ISTA Rules 2020
Siti Fadhilah, SP., MSi
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura
2020
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
REFERENSI
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.1 Tujuan :menentukan potensi perkecambahan suatu lot benih, yang selanjutnya dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih darilot-lot yang berbeda serta untuk menduga nilai pertanaman di lapang. • Pengujian pada kondisi lapang tidak memberikan hasil yang
memuaskan karena tidak dapat diulang dengan nilai kepercayaanyang tinggi
• Metode uji di laboratorium kondisi eksternal yang terkontrol untuk memberikan
perkecambahan yang teratur, cepat dan lengkap bagi mayoritascontoh benih dari spesies tertentu.
telah distandardisasi sehingga memungkinkan hasil uji diulangkembali
BAB 5. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.2 Definisi 5.2.1 Perkecambahanmuncul dan berkembangnya kecambah hingga mencapai stadia
dimana bagian dari struktur-struktur pentingnya menunjukkankemampuan kecambah tersebut untuk berkembang lebih lanjutmenjadi tanaman yang tumbuh baik dalam kondisi lapang yang sesuai.
5.2.4 Persentase daya berkecambahPersentase daya berkecambah menunjukan proporsiberdasarkan jumlah dari benih yang menghasilkan kecambahnormal dalam kondisi dan periode yang ditentukan dalam Tabel5A ISTA Rules, yaitu Persentase kecambah normal
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.2.5 Struktur penting kecambah
Sebuah kecambah, tergantung pada spesies yang diuji, terdiri dari
suatu kombinasi spesifik dari struktur-struktur berikut :
a. Sistem perakaran (akar primer; akar sekunder dan dalam kasus
tertentu akar seminal).
b. Poros tunas/shoot axis (hipokotil; epikotil; dan dalam
Poaceae/Gramineae tertentu mesokotil, pucuk terminal).
c. Kotiledon (satu sampai beberapa)
d. Koleoptil (pada semua Poaceae /Gramineae).
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.2.6 Aturan 50%
Jaringan kotiledon: kecambah dianggap normal jika setengah atau lebih jaringan total kotiledon
berfungsi Kecambah dianggap abnormal jika lebih dari setengah jaringan kotiledon
hilang, nekrotik, busuk atau mengalami pemudaran warna Daun primer
• daun primer harus dievaluasi pada spesies seperti Phaseolus• Kecambah dianggap normal jika setengah atau lebih jaringan daun primer
berfungsi• Kecambah dianggap abnormal jika kurang dari setengan jaringan daun primer
hilang, nekrotik, busuk atau mengalami pemudaran warna Aturan 50% tidak berlaku jika:
Kedua titik menempelnya kotiledon pada kecambah atau terminal budnekrotik atau busuk
Salah satu titik menempelnya kotiledon nekrotik atau busuk, sedangkan kotiledon lainnya tidak utuh
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.2.7 Kecambah normal
Menunjukkan potensi untuk berkembang menjadi tanamansempurna apabila ditumbuhkan di kondisi tanah yang baik sertasuhu, kelembaban dan cahaya yang optimum.
Memenuhi salah satu dari kategori berikut:• Kecambah sempurna : kecambah dengan seluruh strruktur penting
yang lengkap dan berkembang proporsional dan sehat• Kecambah dengan kerusakan sangat ringan: kecambah yang
menunjukkan kerusakan ringan tertentu pada struktur pentingnya,namun masih mampu berkembang dengan baik dan seimbangdibandingkan dengan kecambah sempurna pada pengujian yangsama
• Kecambah dengan infeksi sekunder : kecambah yang terbukti telahberkembang dengan sempurna tetapi terinfeksi oleh cendawanatau bakteri dari benih lain atau media uji
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.2.7.1 Kecambah utuh
Kecambah sempurna, tergantung pada jenis benih yang diuji, memperlihatkankombinasi spesifik pertumbuhan struktur penting seperti tersebut di bawah ini:Perkembangan sistem perakaran yang baik, terdiri atas:• Akar primer yang panjang dan langsing, biasanya dipenuhi dengan bulu-bulu
akar serta ujung akar yang sehat.• Akar sekunder• Beberapa akar seminal dapat digunakan sebagai pengganti satu akar primer
pada genera tertentu seperti Avena, Hordeum, Secale, Triticum, xTriticosecale, Cyclamen.
b. Perkembangan poros tunas (shoot axis) yang baik• Lurus, biasanya ramping terdapat perpanjangan hypokotil pada tipe kecambah
epigeal• Epikotil yang berkembang baik pada tipe kecambah epigeal• Mesokotil yang berkembang baik pada tipe kecambah hypogeal
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
c. Jumlah kotiledon tertentu• Satu kotiledon atau dua kotiledon pada monokotiledon atau
dikotiledon• Dua kotiledon pada tanaman dikotil (pada spesies dengan
perkecambahan epigeal: hijau dan berbentuk seperti daun,ukuran dan bentuk bervariasi pada spesies yang diuji; padakecambah dengan tipe perkecambahan hipogeal, berbentuksetengah bulatan dan berdaging serta tetap tinggal dalam kulitbenih).
d. Terdapat daun primer yang berwarna hijau:
• Satu daun primer, terkadang didahului dengan beberapa sisik daun
pada kecambah yang mempunyai susunan daun berselang-seling;
atau
• Dua daun primer pada kecambah dari tanaman dengan susunan
daun yang berhadapan
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.2.7.2 Kecambah dengan kerusakan ringan
• Akar primer dengan kerusakan ringan dan tidak mempengaruhi jaringanpembuluh
• Akar primer rusak tetapi terdapat akar sekunder yang berkembang baik padagernera Fabaceae (Phaseolus, Pisum, Vicia); Poaceae (Zea mays);Cucurbitaceae (Cucumis, Cucurbita)
• pada Glycine max : Akar primer rusak tetapi harus ada minimal terdapat tiga(3) akar sekunder yang lebih panjang atau sama dengan setengah panjanghipokotil
• Hanya satu akar seminal yang kuat pada Avena, Hordeum scale, Triticum• Hipokotil, epikotil dan mesokotil dengan kerusakan terbatas dan tidak
mempengaruhi jaringan pembuluh.• Kotiledon dan daun primer dengan kerusakan terbatas (lihat aturan 50%)• Koleoptil dengan kerusakan terbatas• Koleoptil dengan daun primer yang tidak menembus pusuk koleoptil tetapi
panjang daun primer minimal setengah panjang koleoptil
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.2.8 Kecambah abnormal
Kecambah rusak, yaitu kecambah dengan satu atau lebih struktur
esensialnya tidak ada atau rusak parah.
Kecambah atau struktur esensial yang berubah bentuk atau tidak
proporsional, yaitu pertumbuhan lemah atau mengalami gangguan
fisiologis.
Kecambah busuk, yaitu kecambah yang salah satu struktur esensialnya
terkena penyakit atau busuk akibat infeksi primer sehingga menghambat
perkembangannya menjadi kecambah normal.
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.2.8.1 Abnormalitas kecambah• Abnormalitas keseluruhanKecambah: berubah bentuk, terpotong-potong, munculnya kotiledon dari kulit benihsebelum akar primer, terdiri dari kecambah kembar yang menyatu, kuning atau putih,bening/transparan seperti kaca, busuk karena infeksi primer, menunjukkan gejala, fitotoksis, pertumbuhan tidak seimbang, pada Poaceae endosperm terlepas
• Abnormalitas pada sisitem perakaranAkar primer : kerdil, stubby root (pendek gemuk), pertumbuhan terhambat,
hilang/tidak ada, patah atau retak yang dalam, terbelah dari ujung, tertekuk dalamkulit benih (tidak keluar), memperlihatkan geotropisme negative, mengkerut, melingkar, berwarna bening/seperti kaca, busuk karena infeksi primer
• Abnormalitas dari sistem pertunasanHipokotil, epikotil atau mesokotil: pendek dan tebal (kecuali Cyclamen), tidakberbentuk umbi (hanya Cyclamen), mengalami keretakan yang dalam atau patah, terbelah, hilang, bengkok atau melingkar, membentuk spiral, terpelintir/terpilin ketat, mengkerut, lemah, berwarna, bening/seperti kaca, busuk karena infeksi primer, menunjukkan gejala geotropisme negatif
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
• Abnormalitas kotiledon dan daun primerKotiledon (terapkan aturan 50%; lihat 5.2.6): bergelombang atau keriting, berubah bentuk, pecahatau rusak, terbelah atau hilang, warna pudar atau nekrotik, berwarna bening/seperti kaca, busuk karena infeksi primer, menyatu pada kedua sisiPada Alliums spp., kotiledon:tanpa (siku) yang nyata
• Daun primer (aplikasikan aturan 50%; lihat 5.2.6):berubah bentuk, rusak, hilang, mengalami pemudaran warna, nekrotik, berbentuk normal, tapiberukuran lebih kecil dari pada seperempat dari ukuran normal, busuk karena infeksi primer
• Abnormalitas Koleoptil:pendek melengkung atau berubah bentuk, patah, hilang, tidak sempurna atau tidak memilikiujung, bengkok yang nyata atau berbentuk lingkaran penuh, berbentuk spiral, terpelintir/terpilin kuat, terbelah lebih dari satu per tiga panjang dari ujung, lemah, busuk karena infeksi primer, terbelah pada bagian bawah, terperangkap didalam lemma atau testa
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.2.10 Benih-benih tidak berkecambah
•Benih Keras :
benih yang tetap keras pada akhir pengujian daya
berkecambah, karena benih tidak menyerap air
•Benih Segar :
benih, yang karena dormansi, gagal berkecambah pada akhir
pengujian daya berkecambah, tetapi benih tetap bersih, segar
dan memiliki potensi untuk berkembang menjadi kecambah
normal (mampu berimbibisi)
•Benih Mati :
Benih yang sampai pada akhir pengujian daya berkecambah
tidak termasuk kategori benih keras, benih segar atau tidak
berkecambah (biasanya lunak dan berubah warna, atau
kadang-kadang berjamur)
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.3 Prinsip Umum
• Benih yang digunakan pada pengujian dayaberkecambah adalah dari benih murni yang diperoleh dari uji kemurnian atau benih murnisesuai dengan definisi benih murni sesuai PSD.
• Pengujian dilakukan dengan ulangan, dansesuai dengan persyaratan pengujian yang telah ditetapkan.
• Setiap ulang diperiksa, dan dikategorikansesuai dengan berbagai kategori yang telahditentukan, kemudian dihitung untukdilaporkan
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.4 Media Pertumbuhan
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
• Penggunaan ulang media pertumbuhan
Sangat disarankan media pertumbuhan hanya digunakan satu kali.
• Alternatif pengukuran
Apabila spesifikasi yang dipersyaratkan atau untuk memperoleh media
pertumbuhan yang sesuai dengan persyaratan sulit dilakukan dapat
mengganti dengan pengujian biologis seperti uji fitotoksisitas.
5.4.3 Karateristik media pertumbuhanMedia pertumbuhan kertas• terbuat dari serat kayu, kapas atau selulose nabati yang dimurnikan.• akar kecambah tumbuh diatasnya dan tidak menembus kertas, • cukup kuat dan tidak sobek, ulet untuk dipegang dan ditarik pada saat
pengujian.Media pertumbuhan pasirSetidaknya 90% partikel harus lolos pada saringan dengan lebar lubang atau mesh 2.0 mm
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Media pertumbuhan organik
• Campuran organik: serabut seperti peat, serbuk kelapa atau kayu, dengan ukuran lebih
kecil dari 5 mm.
• Partikel mineral: contohnya pasir, perlite, dolomit atau vermikulit. Proporsinya sekitar 15
dan 30% dari volume. Disarankan 90% lolos dari saringan yang mempunyai lubang atau
mesh dengan ukuran 3 mm
Air
Kebersihan: air yang digunakan untuk melembabkan substrat harus bebas dari senyawa
organik dan anorganik.
pH: nilai pH air adalah 6,0-7,5 pada saat diukur pada subtrat atau telah terbukti bahwa pH di
luar kisaran tersebut tidak mempengaruhi hasil pengujian daya berkecambah.
Wadah :
berbagai jenis wadah seperti plastik, kaca, metal atau keramik dapat digunakan selama
terbukti tidak beracun, bersih dan bebas dari mikro organisme
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.6 Prosedur
5.6.1 Contoh kerja
• Fraksi benih murni (berdasarkan PSDN)
• 400 butir
• Diambil secara acak dapat menggunakan metode paruhan tangan
• Untuk kasus benih mahal dan jumlah terbatas:
• Minimal 100 butir dengan 25 atau 50 butir/ulangan
• Diberikan catatan: “contoh kirim hanya............ g dan tidak
menggunakan metode ISTA”
• Berdasarkan permintaan pelanggan, pengujian daya bekecambah dapatdilakukan dengan 200 butir benih hanya untuk menerbitkan sertifikatBlue International Seed Sample Certificate.
• Pada kasus ini jumlah benih yang diuji kurang dari 400 butir dan harusdilaporkan pada kolom “other Determination” (lihat 5.9)
• Apabila terjadi kesalahan dalam perhitungan benih yang ditabur (kurang
atau kelebihan benih) hanya diperbolehkan 5 butir (+1,25%), jika lebih maka
pengujian harus diulang
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Metode Pengujian
Suhu tetap : 20, 25 atau 30 OC
Suhu berganti 20 30 OC
PASIRBETWEEN PAPER/
ANTAR KERTASPLEATED PAPER/
KIPASTOP PAPER/
DIATAS KERTAS
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
• Kisaran suhu yang diperbolehkan +2 OC
• Kelembaban tidak ada ketentuan khusus, namun media tidak boleh kering
sampai akhir pengujian
• Pasir atau media pertumbuhan organik dapat digunakan sebagai pengganti
kertas meskipun tidak dicantumkan dalam Tabel 5A jika:
- Evaluasi contoh benih berpenyakit sulit dilakukan karena penyebaran penyakit
antara benih dan kecambah pada substrat kertas.
- Untuk tujuan penyelidikan dan konfirmasi evaluasi kecambah yang
meragukan.
- Ketika perkecambahan menunjukkan gejala fitotoksis
Cahaya
disarankan adanya pencahayaan dari sinar matahari atau cahaya artifisial
pada substrat agar pertumbuhan yang lebih baik, sehingga kecambah
lebih mudah dievaluasi menghindari etiolasi
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.6.3 Perlakuan untuk merangsang perkecambahan
Metode untuk mematahkan dormansi fisiologis :
Pendinginan pendahuluan (Prechilling), Pemanasan pendahuluan,
penyimpanan pendahuluan, cahaya, perendaman dengan GA3, KNO3,
skarifikasi asam, skarifikasi mekanis
Perlakuan untuk benih keras:
Perendaman, skarifikasi mekanis, skarifikasi asam
Perlakuan untuk menghilangkan zat penghambat
Pencucian, Membuang struktur di bagian luar benih
Desinfeksi benih
Hanya untuk contoh benih Arachis hypogaea dan Beta vulgaris, perlakuan
fungisida dapat diaplikasikan sebelum benih dikecambahkan jika lot benih
diketahui belum menerima perlakuan lain.
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Periode pengujian
• Periode pengujian untuk tiap-tiap jenis benih ditunjukkan pada Tabel 5A. Waktu yang
dibutuhkan untuk pematahan dormansi (5.6.3) sebelum pengujian tidak termasuk dalam
periode pengujian.
• Apabila akhir pengujian daya berkecambah jatuh pada hari libur, maka evaluasi akhir
dapat dilaksanakan pada hari sebelum atau sesudah hari libur tersebut
• Bila pada saat evaluasi masih ada beberapa benih yang mulai berkecambah, maka
waktu pengujian diperpanjang sebagai berikut:
a) 7 hari;
b) Sampai setengah dari waktu pengujian yang telah ditetapkan;
c) Sampai 21 hari untuk Lolium spp.;.
d) Sampai 32 hari untuk Festuca spp. (kecuali F. Arundinacea dan F. pratensis);
e) Sampai 42 hari untuk Poa spp. (kecuali P. bulbosa);
f) Sampai 54 hari untuk Poa bulbosa.
• Sebaliknya apabila daya berkecambah maksimum telah dicapai sebelum akhir periode
pengujian maka pengujian dapat diakhiri.
• Berdasarkan permintaan pelanggan, pengujian daya berkecambah dapat diakhiri ketika
sampel mencapai persentase daya berkecambah tertentu.
• Untuk pengujian dalam pasir dengan lama pengujian tidak lebih dari 14 hari, maka
perhitungan pertama boleh dihilangkan.
5.7 PENGUJIAN ULANG
38
2. Fitotoksik/ Banyak terserang penyakit
1. Hasilpengujian
menunjukkan benih masih
dorman (>5%)
3. Sulit melakukan
evaluasi
Pematahan dormansi
Metode alternatif
Metode alternatif
Hasil Terbaik
39
5. Tidak toleran
antar 4 ulangan
4. Kesalahan dalam
pengujian
Metode yang
sama/alternatif metodeHasil uji
ulang
Metode yang sama
Rata-rata
hasil kedua
pengujian
Metode yang berbeda Hasil uji
terbaik
Metode yang
sama/alternatif
metode
Hasil uji
ulang
tidak memberikan respon yang memuaskan pada metode yang dipilih
Kesalahan dalam perhitungan benih (lebih dari + 1,25% dari 400 butir)
Uji Ulang
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
PERHITUNGAN
Prosedur pembulatan
Bulatkan persentase kecambah normal (xx.0 dan xx.25
kebawah; xx.50 dan xx.75 keatas)
Jumlahkan dengan sisanya
Selesai
Cari nilai desimal tertinggi diantara AB, BK, BS, BM
Nilai desimal samaPrioritas pembulatan AB, BK, BS, BM
42
Bulatkan desimal tertinggi
≠100
100
Jumlahkan
100
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Tabel 5B Toleransi antara persentase daya berkecambah tertinggi dan terendar antar
ulangan dalam satu pengujian dayta berkecambah. (two-way test at 2.5% significance level)
Tabel 5B bagian 1. 4 ulangan dari 100 benih
Persentase rata-rata Toleransi Persentase rata-rata Toleransi
99 2 5 87 – 88 13 – 14 13
98 3 6 84 – 86 15 – 17 14
97 4 7 81 – 83 18 - 20 15
96 5 8 78 – 80 21 – 23 16
95 6 9 73 – 77 24 – 28 17
93 – 94 7 – 8 10 67 – 72 29 – 34 18
91 – 92 9 – 10 11 56 – 66 35 – 45 19
89 - 90 11 - 12 12 51 - 55 46 - 50 20
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Cara Pengecekan toleransi
Persentasekan setiap ulangan pada pengujian
Rata-ratakan kecambah normal seluruh ulangan
Tentukan nilai toleransi berdasarkan rata-rata yang diperoleh pada
tabel ISTA
Cari selisih antara persentase tertinggi dan terendah antar ulangan
Apabila selisih persentase kecambah normal < toleransi diterima
Apabila selisih persentase kecambah normal > toleransi diulang
Ulangan
% kecambah normal
1 88 95
2 92 92
3 94 93
4 90 82
rata2 91 90.5
Toleransi untuk % DB 91 = 11
Selisih antar ulangan tertinggi dan
terendah:
94 – 88 = 6 diterima
95 – 82 = 13 diulang
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
5.9 Pelaporan Hasil
Hasil pengujian daya berkecambah harus dilaporkan pada tempat yang
disediakan meliputi:
a. Lama periode pengujian (dalam hari, tidak termasuk waktu perlakuan
khusus atau perlakuan untuk merangsang perkecambahan).
b. Persentase yang dinyatakan dalam angka bulat terdekat untuk
kecambah normal, benih keras, benih segar, kecambah abnormal dan
benih mati. Jika suatu kategori tidak ditemukan, harus dilaporkan
sebagai ’0’.
c. Jika ada permintaan pelanggan bahwa pengujian diakhiri ketika sampel
mencapai daya berkecambah tertentu, sebelum pengamatan terakhir,
maka hanya persentase kecambah normal yang dilaporkan. Hasil dari
kategori lainnya (kecambah abnormal, benih keras, benih segar dan
mati) harus dilaporkan “N” karena belum dilakukan pengamatan akhir.
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Direktorat Jenderal Tanaman PanganBalai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Recommended