20
Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih “Pengujian Daya Berkecambah” Disusun oleh : NAMA : Yonita Cahya Ratri NIM : 125040201111083 KELAS : N-1 / Kamis, 09.15 Asisten : Aziz Sholeh PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

laporan TEKBEN Daya Berkecambah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

Citation preview

Laporan Praktikum Teknologi Produksi BenihPengujian Daya Berkecambah

Disusun oleh :NAMA: Yonita Cahya RatriNIM: 125040201111083KELAS: N-1 / Kamis, 09.15Asisten : Aziz Sholeh

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG20144. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan4.1.1.1 UAKParameter PengamatanBenih BaruBenih Expired

Jumlah Benih%Jumlah Benih%

Normal (N)189000

Abnormal (Ab)21000

Benih Mati (BM)0020100

Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)0000

Benih Keras (BK)0000

4.1.1.2 UDKParameter PengamatanBenih BaruBenih Expired

Jumlah Benih%Jumlah Benih%

Normal (N)0000

Abnormal (Ab)41300

Benih Mati (BM)268710100

Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)0000

Benih Keras (BK)0000

Parameter pengamatan< masak fisiologisMasak fisiologis>Masak fisiologis

Jumlah benih%Jumlah benih%Jumlah benih%

Normal (N)0077000

Abnormal (Ab)33022000

Benih mati (BM)011000

Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)7700000

Benih keras (BK)000010100

4.1.1.3 UKDdpParameter PengamatanBenih BaruBenih Expired

Jumlah Benih%Jumlah Benih%

Normal (N)55000

Abnormal (Ab)55000

Benih Mati (BM)0000

Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)0000

Benih Keras (BK)0000

4.1.1.4 VigorParameter pengamatanKedalaman

2 cm3 cm4 cm5 cm

Vigor4333

Less-vigor0011

Non-vigor0000

Benih mati (tidak tumbuh)1211

4.1.1.5 Uji TZKategoriJumlah

Benih ViableSebagian besar terjadi kerusakan kecil pada kotiledon0

Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada radikula2

Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada kotiledon dan radikula1

Jumlah Viabel3

Presentase50%

Benih non-viableSebagian besar kotiledon tidak berwarna1

Sebagian besar radikula tidak berwarna2

Kotiledon dan radikula tidak berwarna0

Jumlah Non-viable3

Presentase50%

4.1.2 Tabel Dokumentasi4.1.2.1 UAKEkspiredBaru

4.1.2.2 UDKExpiredBaru

< masak fisiologisMasak fisiologis>masak fisiologis

4.1.2.3 UKDdpEkspiredBaru

Tidak Ada

4.1.2.4 VigorKedalamanDokumentasi

2 cm

3 cm

4 cm

5 cm

4.1.2.5 Uji TZBijiBenih

Tidak ada

4.2 Pembahasan4.2.1 Uji Viabilitas4.2.1.1 Perbandingan Daya Berkecambah Benih Expired Dan Benih Baru4.2.1.1.1 UAKBerdasarkan hasil pengamatan setelah 7 hari diperoleh data bahwa benih expired (terong) sebanyak 20 buah tidak berkecambah seluruhnya dan masuk kedalam kategori benih mati sehingga persentasenya menjadi 100 %. Sedangkan untuk benih baru (sawi) didapatkan benih berkecambah normal sebanyak 18 buah dengan persentase 90 % dan benih berkecambah abnoormal sebanyak 2 buah dengan persentase 10 %. Jika dibandingkan hasil antara benih expired dengan benih baru dapat diketahui bahwa daya berkecambah benih baru lebih tinggi dibandingkan benih lama karena menurut Sutopo (2003) mutu benih dideskripsikan ke dalam mutu genetik,fisik dan fisiologi. Mutu fisik dan fisiologi benih dimulai dari penentuan kapan benih masak secara fisiologi yang akan berpengaruh terhadap daya berkecambah benih.Penelitian Purbojati dan Suwarno (2006) menunjukkan bahwa untuk pengujian viabilitas benih dengan metode uji di atas kertas (UAK) kertas stensil dapat digunakan sebagai substrat alternatif kertas merang atau kertas saring. 4.2.1.1.2 UDKBerdasarkan pengamatan setelah 7 hari pada metode UDK didapatkan bahwa pada benih baru (kangkung) dari benih sebanyak 20 buah terdapat benih yang berkecambah abnormal sebanyak 4 buah dengan persentase 13 % dan benih yang mati (BM) sebanyak 26 buah dengan persentase 87 %. Sedangkan pada benih expired (bunga matahari) sebanyak 10 buah tidak ada yang berkecambah, hanya benih mati (BM) seluruhnya sehingga presentase benih matinya 100 % dan terdapat lapisan jamur di permukaan benih. Sehingga dapat diketahui bahwa benih baru lebih tinggi daya berkecambahnya daripada benih expired. Menurut Sadjad (1994) menyatakan bahwa kemunduran benih dapat dibedakan antara kronologis (yang berhubungan dengan waktu) dan fisiologis, yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan yang merusak. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor-faktor tersebut adalah viabilitas pada awal periode simpan dan serangan hama dan penyakit.

4.2.1.1.3 UKDdpSetelah pengamatan selama 7 hari pada benih baru (buncis) berkecambah seluruhnya dengan persentase benih normal 50 % (5 buah) dan persentase benih abnormal 50 % (5 buah). Sedangkan untuk perlakuan benih expired tidak dilakukan pengamatankarena tidak disediakan benih expired. Daya berkecambah yang tinggi pada benih ini dikarenakan kecocokan media tumbuh benih yang berupa kertas merang karena kertas tersebut tergolong jenis kertas yang paling optimal mempertahankan kelebaban sehingga mempercepat proses perkecambahan. Menurut sadjaddalamWanafiah (2003), dipilih sebagai substrat analisis viabilitas benih karena warnanya kuning kecoklatan seperti kertas towel memiliki daya absorpsi air yang tinggi dan harganya murah. Selain itu keunggulan kertas merang dibandingkan pasir adalah kertas merang sangat praktis untuk mendapatkan kondisi yang terkontrol dan jauh lebih sedikit ruang yang diperlukan untuk menempatkan materi yang diuji. Hal ini menjadi titik tolak dalam pengembangan ilmu dan teknologi benih serta pelaksanaan riset-riset tentang viabilitas benih selanjutnya. Kekurangan kertas merang untuk uji viabilitas benih adalah ketebalanya yang tidak seragam sehingga kekuatan tensilnya kecil dan daya sobeknya besar. Substrat kertas merang yang saat ini banyak dijumpai memiliki ketebalan yang seragam namun sangat tipis dan daya sobeknya besar. Penyebab adanya benih yang berkecambah abnormal dikarenakan karena perlakuan pengguungan kertas yang akan menyebabkan benih tidak dapat tumbuh secara sempurna.4.2.1.2 Perbandingan Daya Berkecambah Benih < Masak Fisiologis, Masak Fisiologis, >Masak FisiologisBenih yang digunakan untuk ketiga perlakuan ini adalah benih sorgum dengan berbagai umur. Setelah pengamatan selama 7 hari, untuk benih < masak fisiologis diperoleh benih yang berkecambah abnormal sebanyak 3 buah dengan persentase 30 % dan benih segar tidak tumbuh (BSTT) sebanyak 7 buah dengan persentase 70 %. Untuk benihsorgum masak fisiologis diperoleh persentase benih yang berkecambah normal sebesar 70 %, benih yang berkecambah abnormal sebesar 20 %, dan benih mati sebesar 10 %. Sedangkan untuk benih >masak fisiologis (over) hanya diperoleh benih kering dengan persentase 100 %. Perbedaan daya berkecambah benih ini diakibatkan oleh perbedaan umur benih. Menurut Shaban (2013) benih yang terlalu tua dapat menyebabkan kerusakan pada membran, asam nukleat dan tingkat protein benih yang berpengaruh pada metabolisme benih termasuk proses berkecambah sehingga benih tidak dapat tumbuh. Meskipun kondisi penyimpanannya diatur dengan baik viabilitas tetap akan menurun sebagai akibat dari proses deteriorasi (Shaban, 2013). Menurut Brakie (2004) melalui penelitiannya tentang perbandingan daya berkecambah dari benih florida paspalum berbagai umur pemanenan didapatkan bahwa uumur panen yang sesuai dapat meningkatkan persentasi daya berkecambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang umurnya terlalu tua.4.2.2 Uji Vigor (Perbandingan Daya Berkecambah Benih Pada Berbagai Kedalaman)Pada pengamatan uji vigor pada berbagai kedalaman setelah pengamatan selama 7 hari didapatkan data bahwa benih jagung yang ditanam pada kedalaman 2 cm persentase benih vigornya sebesar 80 %. Benih jagung yang ditanam pada kedalaman 3 cm persentase benih vigornya sebesar 60 %. Benih jagung yang ditanam pada kedalaman 4 cm persentase benih vigornya sebesar 60 %. Dan benih jagung yang ditanam pada kedalaman 5 cm persentase benih vigornya sebesar 60 %. Menurut Sutopo (2010 ), secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisioogi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih melampui suatu periode .Menurut jurnalis Kamil (1979), pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia.

4.2.3 Uji Tz (Perbandingan Viabilitas Biji Dan Benih)Pada uji TZ hanya dilakukan pengamatan pada biji kacang kedelai yang direndam selama 8 jam dalam larutan Tz 5 ml diperoleh hasil benih viabel sebanyak 3 buah dengan 2 buah benih yang terjadi kerusakan kecil pada bagian radikulanya dan 1 buah benih yang terdapat kerusakan kecil pada kotiledon dan radikulanya sehingga persentase benih viabelnya sebesar 50 %. Untuk benih non viabel juga diperoleh 3 buah dengan persentase 50 % dimana biji yang kotiledonnya tidak berwarna sebanyak 1 buah dan biji yang sebagian besar radikulanya tidak berwarna sebanyak 2 buah. Menurut Anonimous (2014) salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam uji TZ adalah evaluasi pola topografi perwarnaan untuk menentukan benih viable dan non-viable.Paradigma ini diterima karena definisi dari viable (hidup) diartikan hanya sebagai kemampuan benih tersebut untuk berkecambah, dan tidak menjadi soal apakah berkecambah secara normal atau abnormal. Dengan paradigma demikian, maka hasil uji TZ tidak diperkenankan menjadi data yang dicantumkan di label benih karena akan memberikan kesalahan positif (yaitu persentase benih viable yang lebih tinggi dibandingkan persentase daya berkecambah).

5. PENUTUP

5.1 KesimpulanTerdapat beberapa metode untuk menguji daya berkecambah yaitu uji viabilitas , uji vigor, dan uji Tz. Semua metode uji tersebut memiliki fungsi masing-masing yang berbeda-beda numun memiliki tujuan yang sama. Berdasarkan metode-metode uji yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa benih yang baru dan masak fisiologis memiliki daya berkecambah paling tinggi dibandingkan benih lainnya karena kondisi benih yang masih bagus dan belum terjadinya kerusakan sel di dalam benih. Kerusakan pada benih yang berdampak pada menurunnya persentase daya berkecambah dapat diakibatkan oleh faktor penyimpanan yang kurang diperhatikan dan akibat proses deteriorasi benih.5.2 SaranSebaiknya tempat penyimpanan benih untuk perlakuan uji viabilitas dalam germinator di jadikan satu tempat agar tidak tercampur dengan kelompok lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2014. Analisis Kemurnian Benih. http://www.leonheart45.blogspot.com. Diakses pada 29 April 2014Brakie, Melinda Dkk. 2004. Effect of Age of Seed & prechill on Germination of Two Florida Paspalum Seed Lots. USA : USDA- NRCSJurnalis Kamil. 1979.Teknologi Benih (Penuntun Praktikum). Bandung : Universitas PadjajaranPurbodjati dan Sarwono. 2006. Germination and Early Seedling Growth as Affected by Pre-Sowing Ethanol Seed Treatments in Fne Rice. Int. J. Agric. Biol. Pak. 1:19-22.Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta : Gramediashaban, morad. 2013. Study on Some Aspects of Seed Viability and Vigor. International Journal Of Advanced Biological And Biomedical Research Vol. 1 Issue 12, 2013 : 1692 - 1697 Sutopo, L. 2003. Teknologi Benih. Jakarta : Rajawali PressSutopo, Lita. 2010. Teknologi Benih ( Edisi revisi). Jakarta: PT RajaGrafindo PersadaWanafiah. 2003. Pengaruh Perlakuan Benih secara Hayati pada Benih Padi Terinfeksi Xanthomonas Oryzae Pv. Oryzae terhadap Mutu Benih dan Pertumbuhan Bibit. J. Agron. Indonesia 38:185-191.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan presentase daya berkecambah

Rumus :1. UAKa. Expired BM = = 100 %

b. Baru

N = = 90 %

Ab = = 10 %

2. UDKa. Expired BM = = 100 %

b. Baru Ab = = 13 %

BM = = 87 %

c. < masak fisiologis Ab = = 30 %

BSTT = = 70 %

d. Masak fisiologis N = = 70 %

Ab = = 20 %

BM = = 10 %

e. >masak fisiologis BK = = 100 %

3. UKDdpa. ExpiredTidak ada

b. Baru N = = 50 %

Ab = = 50 %

Lampiran 2. Perhitungan daya tumbuh

Rumus : 2 cm % vigor = = 80 %

3 cm% vigor = = 60 %

4 cm% vigor = = 60 %

5 cm% vigor = = 60 %