View
14
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Lanjut Usia
Menurut Ernawati lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih.4 Lansia
merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi
secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan. 6
Proses menua merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan
bukan merupakan suatu penyakit.
Menurut
BKKBN 1998, penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap
penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia dianggap sebagai
beban sumber daya. Saparinah (1983) berpendapat bahwa lansia merupakan
kelompok umur yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan berbagai
tekanan psikologis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah
kelompok orang yang berumur lebih dari 50 tahun yang secara fisiologis mengalami
kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun sosial secara bertahap hingga
akhirnya sampai pada kematian.
15 Penuaan juga dapat didefenisikan sebagai suatu
proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan
terhadap infeksi dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Penuaan
merupakan proses ilmiah yang terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan yang
Universitas Sumatera Utara
ditandai dengan adanya perubahan-perubahan anatomik, fisiologik dan biomekanis
dalam sel tubuh, sehingga mempengaruhi fungsi sel, jaringan dan organ tubuh.
Berdasarkan kelompok usia, lanjut usia menurut DEPKES RI dibagi menjadi
3 yaitu:
4
1. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
4,16
2. Kelompok usia dalam masa prasenium (55-64 tahun), merupakan
kelompok yang berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan
masyarakat pada umumnya.
3. Kelompok usia masa senecrus ( >65 tahun), merupakan kelompok yang
umumnya hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit
berat.
Menurut WHO Lansia dapat dibagi atas Middle aged antara 45-59 tahun,
Elderly antara 60-74 tahun, Aged 75 tahun atau lebih. Sementara itu, menurut Pathy
(1985) Lansia dapat dikelompokkan atas Young elderly antara 65-75 tahun dan Old
elderly 75 tahun keatas.
17
2.2 Teori-Teori Proses Menua
Proses menua melibatkan berbagai sistem di dalam tubuh yang akan
mengakibatkan berkurangnya fungsi sistem-sistem tersebut. Hal ini dapat dijelaskan
melalui teori-teori meliputi: 17,18
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Teori Nutritional Component
Teori ini menjelaskan bahwa makanan memegang peranan penting dalam proses
penuaan. Kekurangan makanan menyebabkan kerusakan dan terbatasnya regenerasi
sel. Diet memegang peranan penting dari beberapa penyakit degenerasi yang
menyertai proses penuaan.
2.2.2 Teori Sintesa Protein
Proses penuaan disebabkan karena gangguan mekanisme sintesa protein.
Tahapan sintesa protein dipengaruhi oleh aktivitas enzim . Perubahan aktivitas enzim
menyebabkan gangguan sintesa protein sehingga terbentuk protein abnormal.
2.2.3 Teori Molekul Radikal Bebas
Adanya fragmen molekul yang disebut radikal bebas yang bereaksi dengan asam
lemak tidak jenuh pada membran sel untuk membentuk produk peroksidasi. Keadaan
tersebut akan menghalangi keluar masuknya zat makanan melalui membran sel
sehingga mempercepat kematian sel.
2.2.4 Teori Imunologi
Proses penuaan disebabkan kerusakan secara perlahan pada proses imunologis.
Hal ini dibuktikan dengan menurunnya sintesa antibodi dalam tubuh dan
pembentukan antibodi.
2.2.5 Teori Genetika
Kegagalan regulasi genetik menyebabkan menurunnya fungsi genetika pada usia
lanjut. Hal tersebut sebagai akibat dari tidak cukupnya perbaikan DNA yang rusak
Universitas Sumatera Utara
secara spontan, mutasi dalam sel somatik dan besarnya kesalahan dari DNA sendiri
error catasthrope.
2.2.6 Teori Stochastik
Teori ini merumuskan penuaan disebabkan oleh penimbunan sisa-sisa dari
lingkungan. Sebagai contoh paling spesifik dari teori ini adalah mutasi somatik dan
kesalahan (error). Mutasi somatik, disebabkan oleh radiasi dan kemungkinan bahan-
bahan radioaktif yang tertimbun. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan mensintesis
protein, kegagalan fungsi dan berakhir dengan kematian. Perubahan molekul protein
selama penuaan tidak langsung jelas pada umur, tergantung dari kesalahan sintesis
protein, adanya akumulasi perubahan molekul protein fungsional (akibat kesalahan
mensintesis protein karena terjadinya mutasi tersebut). Inilah yang mungkin dapat
merusak kapasitas fisiologi dari jaringan atau sel yang menua.
2.2.7 Teori Cross Linking Colagen-Elastin
Teori ini didasari pada adanya saling silang dalam makromolekul, terutama
kolagen dan elastin. Matrik molekul ini menyusun tubuh sebanyak 20% dari berat
badan manusia. Peristiwa saling silang ini akan semakin bertambah seiring dengan
bertambahnya umur. Yang mendasari teori ini adalah adanya saling silang kolagen,
menjadi elastin sehingga terjadi kemungkinan simplistik yang berlebihan. Hal ini
dapat menyebabkan proses fisiologis vital pada matrik kolagen. Saling silang
merupakan suatu proses pematangan, dimana bertambahnya jumlah elastin pada
beberapa tempat tertentu akan berperan untuk memperbaiki fungsi, sementara di
tempat lain dapat mengurangi fungsi.
Universitas Sumatera Utara
Penyebab penuaan yang dikaitkan dengan fungsi kolagen menjelaskan bahwa
kolagen mengalami degenerasi, berubah setiap waktu. Serabut kolagen menjadi
kurang lentur, lebih rapuh dan mudah terkoyak
2.3 Keadaan Mukosa Lidah pada Lansia
Didalam rongga mulut, lidah dianggap sebagai salah satu petunjuk atau cermin
kesehatan umum seseorang. Hal ini disebabkan lidah merupakan organ tubuh yang
paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam
perkembangannya permukaan lidah secara normal dilapisi papilla lidah yaitu papilla
filiformis, papilla fungiformis, papilla foliate dan papilla sirkumvalata.
2.3.1 Anatomi Lidah
Lidah merupakan organ muskular yang kompleks yang melekat pada tulang
hyoid, processus styloideus dan tuberkel genial mandibula pada daerah insersio tiga
otot ekstrinsik, hyoglossus, styloglosus dan genyoglosus. Lidah melekat longgar pada
palatoglossus dan glosopharyngeus serta ekstensi membrane mukosa mulut dan
membrane mukosa pharyngeal yang menutupi lidah.
19
Permukaan superior dan posterior lidah ditutupi membran mukosa khusus,
dimana pada membran tersebut terdapat berbagai macam tonjolan papila yang
berbeda. Sebagian dari papila-papila ini membawa beberapa reseptor khusus untuk
pengecapan maupun ujung syaraf halus yang penting untuk perkembangan fungsi
persepsual. Otot intrinsik diatur oleh berbagai gerakan kompleks yang menjadikan
ukuran lidah dalam 3 dimensi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Lidah normal
20
Mukosa permukaan dorsal anterior lidah ditandai dengan dua jenis papila dengan
fungsi tertentu yaitu papila filiformis dan papila fungiformis dan sejumlah tonjolan-
tonjolan lainnya dengan fungsi yang tidak jelas. Papila filiformis merupakan papila
terkecil dan terbanyak yang dapat dijumpai pada permukaan dorsal lidah dalam arah
antero-posterior. Bentuknya panjang dan runcing (konus), menyerupai rambut dan
diliputi oleh lapisan keratin. Panjang papila filiformis kira-kira 2-3 mm. Papila ini
tidak mengandung papila pengecap. Epitel keratin yang melapisi permukaannya
memberikan warna abu-abu pada lidah dan pada dasarnya berfungsi dalam menjilat
dan menggiring makanan ke distal. Pada keadaan infeksi pada papila ini terdapat
timbunan bakteri dan sel-sel epitel mati sehingga warna abu-abu akan tampak lebih
jelas meliputi permukaan dorsum.
Papila fungiformis hanya dijumpai pada dua pertiga anterior lidah dan jumlahnya
kira-kira 29/cm
2 pada daerah ujung dan 7-8/cm2 di bagian tengah-tengah lidah.
Struktur yang berbentuk seperti jamur ini mempunyai kapiler darah yang banyak
sehingga dengan ukurannya yang besar dan kapiler darah yang banyak menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
papila ini terlihat seperti bintik-bintik merah pada hamparan papila filiformis. Setiap
papila fungiformis mengandung 0-20 kuncup pengecap yaitu rata-rata 2-4 kuncup
pengecap tiap satu papila. Secara umum individu yang memiliki kuncup pengecap
yang banyak akan menghantarkan rangsangan yang lebih kuat dibandingkan dengan
individu yang memiliki kuncup pengecap sedikit.
Pada pertemuan dua pertiga anterior dan sepertiga posterior lidah, terdapat
barisan papila sircumvalata yang berbentuk V atau Y yang berbatasan dengan
sekelompok papila foliata yang tersebar pada tepi lateral lidah. Papila sircumvalata
dan papila foliata dikelilingi oleh parit. Papila vallata berbentuk bundar dan besar
dengan diameter 2 mm. Dua belas papila diantaranya tersusun dalam barisan
berbentuk V di bagian anterior dan sejajar dengan sulcus terminalis. Tiap barisan
dikelilingi oleh lapisan bundar. Sedangkan papila foliata terletak pada tepi lateral
lidah, berupa tiga atau empat lipatan vertikal pendek.
Gambar 2. Permukaan lidah normal
18
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Perubahan dan Kelainan Lidah pada Lansia
Dengan bertambah usia, lapisan epitel yang menutupi mukosa mulut cenderung
mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya pembuluh darah
kapiler dan suplai darah, serabut kolagen yang terdapat pada lamina propria
mengalami penebalan. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut, secara klinis
terlihat mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis dan kering, proses penyembuhan
menjadi lebih lambat, mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan
dan gesekan. Keadaan ini dapat diperberat oleh berkurangnya aliran saliva.
Pada populasi lansia prevalensi penyakit mukosa oral mencapai 40% hingga
59%. Prevalensi penyakit mukosa oral pada lansia 47% lebih besar daripada dewasa
muda.
1,11
5 Kelainan lidah pada lansia yang sering ditemui meliputi fissured tongue,
coated tongue, geographic tongue, sublingual varikositis, atropi papilla lidah,
kandidiasis dan keganasan.
7-9,12,20
2.4 Coated Tongue dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Lesi mukosa yang paling sering ditemui pada Lansia yang tidak berkaitan
dengan gigi tiruan adalah coated tongue atau lidah berselaput, sublingual varikositis
dan angular cheilitis. 7-9,12,20
Coated tongue merupakan lesi pada lidah yang paling
banyak ditemui pada lansia.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Coated Tongue
10
Coated tongue adalah suatu keadaan dimana permukaan lidah terlihat
berwarna putih atau berwarna lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa-sisa
makanan dan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan dorsal lidah.7,10 Lidah
merupakan habitat bagi mikroorganisme rongga mulut yang banyak berkolonisasi di
dorsum lidah.10 Bakteri yang berkolonisasi pada lidah memainkan peranan penting
pada pembentukan volatile sulvur compounds yang dapat menyebabkan bau mulut.
Beberapa metode yang telah digunakan untuk menggolongkan coated tongue
untuk mengetahui etiologi dan tingkat keparahannya, meliputi:
12
1. Boys, dkk menggolongkan coated tongue pada estimasi ketebalan selaput
pada bagian dorsal lidah melalui pemeriksaan visual yaitu : berat, sedang,
ringan atau tidak ada.
12
2. Miyazaki, dkk menggolongkan coated tongue berdasarkan distribusi
daerah yang tertutupi selaput, meliputi : skor 0, tidak terlihat; 1, kurang
Universitas Sumatera Utara
dari sepertiga permukaan dorsum lidah; 2, kurang dari dua pertiga
permukaan dorsum lidah; 3, Lebih dari dua pertiga permukaan dorsal
lidah.
Gambar 4. Derajat coated tongue: skor 0, tidak terlihat; skor 1,
kurang dari sepertiga permukaan dorsal lidah; skor 2, kurang dari dua pertiga permukaan dorsal lidah; skor 3, lebih dari dua
pertiga dorsal lidah
3. Chen menggolongkan coated tongue berdasarkan warna, yaitu: putih,
kuning, abu-abu dan hitam
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Diskolorasi pada lidah : skor 0, pink ; score 1,
putih ; skor 2 , kuning / coklat muda ; skor 3 : coklat ; skor 4: hitam
12
Iritasi lokal pada lidah secara terus menerus akan mengakibatkan tubuh untuk
melakukan pertahanan terhadap iritan tersebut dengan cara memanjangkan papilla
terutama papilla filiformosis pada bagian dorsal lidah, sehingga lidah tampak seperti
berambut. Kondisi lidah seperti ini akan sangat menguntungkan bagi bakteri dan
jamur untuk berkolonisasi. Perpanjangan papilla juga akan mengurangi sensitivitas
rasa pada lansia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya coated tongue antara lain:
10
2.4.1 Candida sp.
Candida sp. Merupakan flora yang secara normal terdapat pada permukaan
rongga mulut setiap orang, akan tetapi di dalam mulut yang sehat Candida tersebut
Universitas Sumatera Utara
terdapat dalam konsentrasi yang rendah sehingga tidak menyebabkan kelainan
ataupun penyakit. Jumlah koloni Candida sp. normal dalam rongga mulut adalah
kurang dari 200 CFU/ml.7,21 Candida sp. biasanya disebut sebagai agen infeksius
oportunistik yang jika ada kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga
dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Candida sp. Banyak diisolasi dari rongga mulut pada bermacam pasien,
seperti lansia, pengguna gigi tiruan, pasien immunocompromised dan pasien sehat.
22
Lesi akibat Candida sering ditemui pada lidah, mukosa pipi dan palatum.
23
26 Penyakit
pada mukosa mulut yang diakibatkan oleh jamur berhubungan dengan mekanisme
pertahanan tubuh. Pada host yang immunocompromised, keberadaan jamur meningkat
drastis.
Coated tongue akibat jamur dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pada
pasien dengan kelainan sistemik yang harus mengkonsumsi antibiotik dalam jangka
waktu lama, infeksi, terapi radiasi, perokok berat, kebersihan mulut yang buruk, dan
genetik .
20
Obat-obatan seperti turunan sulfa, kemoterapi, kortikosteroid, antibiotik,
antihipertensi, analgesik, antasida berkontribusi dalam perkembangan jamur yang
berlebihan. Obat turunan sulfa dan kemoterapi dapat mematikan mikroflora normal
dalam rongga mulut karena sifatnya yang toksik, dan hal ini dapat memicu
perkembangan jamur. Obat-obatan kortikosteroid akan mempengaruhi sistem imun
yang akan menimbulkan infeksi opurtunistik seperti jamur. Antasida berkontribusi
pada pertumbuhan jamur karena asam hidroklorik pada lambung membantu
22
Universitas Sumatera Utara
mengontrol pertumbuhan jamur dan mikroba berbahaya lainnya pada saluran
pencernaan.
Derajat coated tongue juga memainkan peranan penting pada infeksi mulut
akibat Candida sp. Selaput pada lidah tersebut terdiri dari komponen darah, nutrient
dan sel epitel yang telah berdeskuamasi yang dapat menimbulkan penyakit infeksi
pada rongga mulut akibat jamur dan berkembangnya halitosis. Namun, memiliki
coated tongue belum tentu terinfeksi oleh jamur.
13
23 Agen yang menjadi etiologi pada
oral candidiasis adalah C.albicans, C.tropicalis, C.glabrata, C.krusei dan
C.parapsilosis.
24
Gambar 6. Candida sp. secara mikroskopis: 1, Candida albicans, 2, Candida
tropicalis,3, Candida parapsilosis
Coated tongue biasanya tidak menimbulkan keluhan bagi penderitanya, tetapi
bila sudah terinvasi Candida sp. kelainan ini dapat menimbulkan beberapa gejala klinis
yang mengurangi kenyamanan penderitanya seperti sensasi rasa kecap yang terganggu,
rasa pedih, rasa sakit dan rasa seperti terbakar pada lidah yang akan mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
kekurangan nutrisi, penyembuhan yang lambat dan waktu perawatan yang lebih
panjang pada lansia.11 Hal ini dapat dicegah ataupun dihilangkan dengan memakai obat
kumur dan tindakan pembersihan lidah dengan baik.
22
Gambar 7. Oral thrush yang disebabkan oleh jamur
25
2.4.2 Kebiasaan Membersihkan Lidah
Membersihkan mulut secara rutin telah dilaporkan menjadi metode
pencegahan yang paling utama dalam mencegah timbulnya lesi pada mukosa. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Heloe 1973, Richie 1973, Langer Michman dan
Librach 1975 ditemukan kebiasaan membersihkan mulut yang buruk pada lansia.
Dalam penelitian mereka terhadap 303 subjek diatas 60 tahun di Melbourne,
Australia mereka menemukan 91-96% subjek yang masih bergigi membutuhkan
perbaikan kebiasaan membersihkan mulut.
Oral hygiene tidak hanya dilakukan pada gigi atau jaringan keras rongga
mulut namun juga jaringan lunak mulut, salah satunya lidah. Pembersihan lidah telah
dilakukan sejak beratas-ratus tahun lalu dengan berbagai metode. Namun, sekarang
20
Universitas Sumatera Utara
lidah seperti diabaikan, karena terkonsentrasi pada pencegahan dan perawatan
jaringan keras mulut. Berbagai penelitian menunjukkan terjadi penurunan jumlah
kolonisasi bakteri pada dorsum lidah pada subjek yang membersihkan mulut
sekaligus lidahnya secara rutin.
Gambar 8. Pasien dengan coated tongue yang di-
instruksikan untuk membersihkan sebagian lidahnya dengan tongue scraper
10
2.4.3 Merokok
Merokok atau penggunaan tembakau sebagai iritan lokal dapat menyebabkan
timbulnya dan memperparah coated tongue.25 Temperatur yang tinggi pada saat
merokok dan berbagai jenis toksin yang terdapat dalam kandungan rokok dapat
memberikan efek yang berbahaya pada jaringan lunak mulut. Merokok juga dapat
membuat proses perbaikan jaringan dan luka menjadi berkurang dan pertahanan
jaringan terhadap infeksi dan akumulasi plak juga mengalami kemunduran.26
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan tembakau dapat secara cepat mempengaruhi aliran saliva, pH
saliva meningkat selama merokok dan hal ini mengakibatkan jumlah lactobacillus
dan Streptococcus mutans meningkat dalam rongga mulut. Meningkatnya jumlah
bakteri yang berkoloni pada dorsum lidah terutama yang dapat menghasilkan VSC
dapat menyebabkan halitosis.12,26 Merokok juga dapat mengganggu indera
pengecapan, dimana terdapat penurunan sensasi rasa asin (NaCl) pada perokok.
Dalam banyak kasus, ditemukan adanya hubungan antara keberadaan jamur
dengan kebiasaan merokok. Merokok merupakan salah satu faktor predisposisi
infeksi jamur.
26
27
Gambar 9. Coated tongue pada perokok
27
2.4.4 Teh dan kopi
Coated tongue banyak ditemui pada peminum teh dan kopi secara rutin.
Walaupun belum terdapat korelasi yang jelas antara meminum teh dan kopi dengan
timbulnya coated tongue, namun jumlah peminum teh dan kopi yang memiliki coated
Universitas Sumatera Utara
tongue cukup tinggi.7 Temperatur minuman yang tinggi saat dikonsumsi merupakan
salah satu faktor yang menjadikannya iritan lokal kronis pada lidah yang dapat
menimbulkan coated tongue
10
2.4.5 Obat-obatan
Lesi pada mukosa sangat berkaitan dengan penggunaan obat-obatan setiap
harinya. Penggunaan bermacam obat mengakibatkan menurunnya laju aliran saliva
diikuti dengan penyakit yang timbul akibat hal tersebut.20 Obat-obatan tersebut
meliputi obat-obatan yang dapat mengakibatkan xerostomia yaitu, antibiotik,
antihipertensi, analgetik, dan antasida yang berkontribusi pada pertumbuhan jamur
karena asam hidroklorik pada lambung membantu mengontrol pertumbuhan jamur
dan mikroba berbahaya lainnya pada saluran pencernaan yang pada akhirnya
menimbulkan oral thrush.
28
2.5 Pemeriksaan Candida sp. pada coated tongue
Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada media yang terdiri dari
bahan nutrient. Pemilihan medium yang dipakai tergantung pada mikroorganisme apa
yang akan ditumbuhkan. Perbenihan untuk pertumbuhan jamur agar dapat
dipertahankan harus mengandung semua zat makanan yang dibutuhkan oleh
organisme tersebut. Faktor lain seperti pH, suhu, dan pendinginan harus dikendalikan
dengan baik.
29,30
Universitas Sumatera Utara
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media steril
baik pada media padat maupun media cair. Inokula merupakan bahan yang
mengandung mikroba atau biakan mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat.
Pemeriksaan terhadap Candida dapat dibagi menjadi pemeriksaan langsung
dan pemeriksaan biakan.
Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar
dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol)
untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau
lemari suhu 37
Pemeriksaan langsung: kerokan mukosa lidah dengan
pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
º
2.5.1 Pemilihan Media
C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony.
Pemilihan media berdasarkan mikrooganisme apa yang akan dikembangkan
dalam hal ini adalah jamur. Media yang digunakan adalah media spesifik dan khusus
untuk isolasi jamur yaitu agar dekstrosa glukosa Sabouraud. Medium ini terdiri dari
nutrien agar dan antibiotik (Chloramphenicol dan Gentamicin).
Gambar 10. Saboraud Dextrose Agar34
Universitas Sumatera Utara
Sebelum ditanam dalam media, inokulan disimpan dalam tabung berisi larutan
Phosphate Buffer Saline dengan tujuan agar mikroorganisme tidak rusak jika
disimpan dalam waktu yang cukup lama dan sifatnya yang menyerupai saliva ini
membantu dalam menyimpan mikroorganisme tanpa menambah atau mengurangi
pertumbuhan Candida.
Gambar 11. Tabung berisi Phosphate Buffer Saline beserta bahan inokulan dari swab
2.5.2 Alat-Alat yang Digunakan
Alat- alat yang digunakan untuk pemeriksaan Candida pada coated tongue
antara lain senter, lampu spiritus, spatel kayu steril, kapas lidi steril dan label stiker.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 12.Alat-alat pemeriksaan Candida pada coated tongue:1.Senter,
2. Lampu spiritus, 3. Spatel kayu, 4. Kapas lidi, 5. Label stiker
31-34
2.5.3 Kultur Jamur
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik kedalam media steril baik
pada media padat maupun media cair. Inokula merupakan bahan yang mengandung
mikroba atau biakan mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat.
34,35
Biakan murni diperlukan untuk keperluan diagnostik, karakterisasi
mikroorganisme, industri farmasi dan kegiatan mikroorganisme lainnya. Untuk
mendapatkan kultur yang murni selain nutrisi dan lingkungan yang menunjang
pertumbuhan mikroorganisme tersebut juga perlu dicegah adanya kontaminan dalam
biakan. Oleh karena itu diperlukan suatu teknik kerja aseptis.
Teknik aseptis sangat diperlukan untuk memindahkan biakan dari suatu
tempat ke tempat lainnya. Dengan teknik aseptis kontaminasi dengan biakan yang
mungkin bersifat patogen dapat dihindari.
Universitas Sumatera Utara
Jamur dibiakan dilaboratorium pada bahan nutrien yang disebut medium.
Banyak sekali medium yang tersedia macamnya yang dipakai bergantung kepada
beberapa faktor, salah satunya adalah macam jamur yang akan ditumbuhkan. Bahan
yang diinokulasikan pada medium ini disebut inokulum. Dengan menginokulasi
medium agar nutrient dengan metode cawan gores atau cawan tuang, sel-sel itu akan
terpisah sendiri, setelah inkubasi, sel-sel jamur akan memperbanyak diri dalam waktu
18 sampai 24 jam hingga terbentuk massa sel yang dapat dilihat dan dinamakan
koloni.
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA TEORI
Lansia
Perubahan pola
makan
Penyakit sistemik
Teknik pembersihan gigi
dan mulut berkurang
Penurunan laju alir saliva
Manifestasi oral
Kerusakan jaringan lunak rongga mulut
Kerusakan jaringan keras rongga mulut
Mukosa pipi
Mukosa lidah
Mukosa palatum Gingiva Gigi Tulang
Coated tongue Candida Faktor resiko lain
Kebiasaan menyikat
lidah
Perubahan aspek
biologis, fisiologis,
degeneratif
Merokok Kebiasaan minum teh dan kopi
Pengguna-an obat-obatan
Sublingual varikositis
Fissured tongue
Kandidiasis
Traumatic ulcer
Keganasan
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA KONSEP
Lansia Coated tongue
Candida
Faktor resiko lain
Universitas Sumatera Utara
Recommended