Upload
cyntia-meitha-chulies
View
101
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ilmu penyakit dalam
Disusun Oleh:Sintia Meita 2009730048
Pembimbing: Dr. Hudaya S, Sp.PD- P
Kepaniteraan Klinik Stase Penyakit DalamRumah Sakit Umum Daerah Cianjur
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan KesehatanUniversitas Muhammadiyah Jakarta
2014
Kortikosteroid pada Tuberkulosis
Pendahuluan
• Tuberkulosa sampai saat ini masih merupakan suatu masalah dalam kesehatan terutama di negara berkembang .
• Pada Tahun 1993 WHO menyatakan bahwa d dunia terdapat 8 juta kasus baru per tahun , hal ini di dukung adanya epidemi infeksi terhadap AIDS (HIV)
• Lesi di paru sering dijumpai , meskipun lesi ditempat lain jarang terjadi misalnya di kelenjar getah bening , ataupun selaput otak (meningens).
• Penggunaan kortikosteroid pada penyakit tuberkulosa hingga saat ini masih kontroversial.
• Pada penelitian terdahulu disebutkan bahwa penggunaan kortikosteroid pada tuberkulosa menyebabkan progresifitas penyakit, sehingga penggunaannya merupakan kontraindikasi.
• Data terbaru menunjukkan bahwa dengan pemberian kortikosteroid yang digabung dengan kemoterapi yang sesuai mempunyai manfaat pada keadaan tertentu pada tuberkulosa.
Dalam Referat ini akan dibahas
tentang imunologi tuberkulosa,
daya kerja kortikosteroid dan
penggunaannya pada tuberkulosa
Tuberkulosis
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerobikyang berbentuk batang, berukuran 0,5-3µm,
tidak membentuk spora, dan terklasifikasikan sebagaibakteri basil tahan asam.
Epidemiologi
Menurut WHO dalam Global Tb Control Report (2009) : Prevalensi TB di indonesia pada tahun 2008 adalah 296.514 kasus baru maupun relaps.
Angka insiden kasus baru TB BTA (+) berdasarkan hasil survei Depkes RI tahun 2007 pada 33 propinsi adalah 104 per 100.000 penduduk.
Patofisiologi
Kuman berkumpul di bronkus
Membentuk fokus primer
(Ghon fokus)
Sehingga terbentuk kompleks
primer
Dapat diatasi oleh host primer
Lesi reaktifasi Adanya kuman dormant
Aktiifitasi sel radang, terutama PMN
Peristiwa ini hanya berlangsung
sebentar
Terjadi infiltrasi sel radang ke dalam sel
kuman akan di fagosit dengan reaksi
kimia oksidasi
Kuman TB semakin banyak
Sel radang scr berlebihan seperti TNF dan INF gama
Jaringan “apoptosis” (Program Cell Death)
dipercepatTerjadi nekrosis Proses tuberkulosa
meluas
• Suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di kulit kelenjar adrenal.
• Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi.
Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai kemampuan
mencegah atau menekan berkembangnya
manifestasi inflamasi (anti-inflamasi) dan efek
tinggi pada pengobatan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan reaksi imun , baik kondisi
yang berhubungan dengan imnunitas humoral
maupun seluler
Kortikosteroid Glukokortikoid
(contohnya kortisol) bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan
fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil.
Mineralokortikoid (contohnya aldosteron)
berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara
penahanan garam di ginjal.
Mekanisme
Kortikosteroid Menembus
memberan sel
Di dalam sitoplasma
Berikatan dengan reseptor spesifik
Membentuk kompleks steroid
Menjadi satu dengan inti sel
mempengaruhi transkripsi dan
translasi asam intiperubahan inti sel
Anti - inflamasi
Kortikosteroid - Tuberkulosis
• penelitian yang pernah dilakukan, tidak semua infeksi tuberkulosa perlu mendapat tambahan kortikosteroid
• Beberapa keadaan dimana kortikosteroid perlu dipertimbangkan pemakaiannya sebagai berikut:
Tuberkulosa paru dengan keadaan penyakit berat dan tanda toksik.• pemberian kortikosteroid mempercepat perbaikan klinis dan
radiologis• kesembuhan tetap terantung obat anti tuberkulosa dan
penggunaan kortikosteroid tidak dilakukan secara rutin
Tuberkulosa Milier
• Tidak menyetujui pemberian kortikosteroid oleh karena sebagian besar penderita tuberkulosa milier bila telah sembuh maka tidak meninggalkan gejala sisa
Efusi pleura• penggunaan kortikosteroid dengan kombinasi
OAT mempercepat perbaikan klinis dan penyerapan cairan pleura,
• Tidak dapat memperbaiki faal parunya bila terjadi komplikasi.
Perikarditis tuberkulosa• bahwa “drainage” perikard terbuka tetap
diperlukan untuk mempercepat kardiosentesis.
Meningitis TB• Kortikosteroid secara “parenteral “dan “intrakekal”• Mengurangi peradangan, menurunkan tekanan intrakranial,
mengurangi odema otak, menghambat terbentuknya jaringan fibrous, mempercepat perbaikan konsentrasi protein serta jumlah sel darah putih pada cairan cerebro spinal.
• Kortikosteroid yang sering digunakan golongan trednison, namun dapat pula dipakai preparat lain dengan dosis ekuivalen 1 mg/Kg bb/hari.
• Pretnison yang diberikan sebesar 40-60 mg/hari selama 4-7 hari, dilanjutkan dengan dosis 30-50mg/hari selama 4-7 hari, kemudian diberikan dosis 10-30mg/hari selama 5-8 minggu yang diturunkan terus sampai habis
Pengguanan kortikosteroid pada tuberkulosa
banyak dapat dipertimbangkan pada
keadaan tertentu dari penyakit-penyakit
seperti tuberkulosa yang berat disertai
tanda-tanda tiksik, tuberkulosa millier, efusi
pleura, perikarditis tuberkulosa dan
meningitis tuberkulosa.
Kesimpulan
• Penghentian pemakaian kortikosteroid
hendaknya dilakukan secara bertahap,
sedangka yang perlu diperhatikan selama
penurunan bertahap tersebut adalah
eksaserbasi penyakit dasarnya.
Daftra Pustaka
• Algostini C, Chilosi M,Zambello R,et al. 1993.Pulmonary Immune Cell in health and disease limfosit. Eur.Resp.J
• Millier therapy. Tubercle and Lung Disease.• Barnes PJ, adcock IM. 1997. Glucocorticoid
Receptor, in Lung Scientific Foundation.Lippincott Raven Publisher.Philadelphia.
• Baxter JD, Forsham MA. 1972. Tissue effect of glucocorticoids. Am.Jour.Med.
• Christopher, Gerhard W. 1996. Corticosteroid andf treatment of Tuberculosis Pleurisy. Chest.
• Colton SJ, Douglas A. 1981. Respiratory disease. Singapore,Hongnkong,New dwlhi.
• Danberg AM. 1985. Celluler Hypersensitivity and celluler Immunity in the pathogenesis of Tuberculose, Spesificity, systemic, and local nature also assosiated macrofag enzymes. Bacteriology Cal. Rev
• Fauci AS, dale DC, Ballow JM. 1976. Glucocorticoi Theraphy. Mechanism of action and clinical consideration. Ann. Intern med.
• Galarza I, Canete C, Granados A. 1995. Randomized Trial of Corticosteroid in the treatment of Tubercolous Pleurisy. Thorax.
• Humpries MJ, Teoh R, Lau J, et al. 1991. Factors of Prognostic Significancy in Chinese Children with tuberculosis Meningitis.
• Kendig EL, Selman LS. 1990. Tuberculosis .In: Disorders of the Respiratorytract infection in Children. WB Saunders Company.Philadelphia.London.
• Steeteen DHP, Phill MBD.1975. Corticosteroid therapy in: Pharmacological Properties and Principles of Corticosteroid use. Jama