32
BAB I PENDAHULUAN Kimia farmasi analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari seatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya. - Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. - Analisis kuantitatif adalah analisis untuk mengetahui jumlah (kadar) absolute atau relative dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. - Analisis struktur adalah penentuan letak dan pengaturan ruang tempat atom dalam suatu elemen atau molekul, serta identifikasi gugus-gugus karakteristik (gugus-gugus fungsional) dalam suatu molekul. (Prof. Dr. sudjadi, M. S., Apt, 2008) Dalam bidang analisis farmasi, identifikasi bahan baku yang digunakan sebagai bahan obat atau bahan bantu belum begitu banyak dilakukan. Yang banyak dilakukan adalah identifikasi anion ataupun kation yang merupakan bagian bahan obat, bahan baku, bahan bantu dan sediaan untuk senyawa

Laporan Sulfa 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Sulfa 1

BAB I PENDAHULUAN

Kimia farmasi analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan

metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur

dari seatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya.

- Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi

elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam

sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara

untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam

suatu sampel.

- Analisis kuantitatif adalah analisis untuk mengetahui jumlah (kadar)

absolute atau relative dari suatu elemen atau spesies yang ada di

dalam sampel.

- Analisis struktur adalah penentuan letak dan pengaturan ruang tempat

atom dalam suatu elemen atau molekul, serta identifikasi gugus-gugus

karakteristik (gugus-gugus fungsional) dalam suatu molekul. (Prof. Dr.

sudjadi, M. S., Apt, 2008)

Dalam bidang analisis farmasi, identifikasi bahan baku yang digunakan

sebagai bahan obat atau bahan bantu belum begitu banyak dilakukan. Yang

banyak dilakukan adalah identifikasi anion ataupun kation yang merupakan

bagian bahan obat, bahan baku, bahan bantu dan sediaan untuk senyawa

Page 2: Laporan Sulfa 1

anorganik maupun senyawa organik, yang pada analisis kedua senyawa

tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang penting.

Senyawa-senyawa anorganik pada umumnya merupakan senyawa

ionik yang dapat ditentukan dengan suatu bagan tertentu, sedangkan

senyawa organik umumnya terikat dalam ikatan kovalen, dan hingga

sekarang belum ada suatu skema atau bagan yang dapat digunakan untuk

melakukan identifikasinya. (Tim Dosen UIT, 2010)

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara analisis

kualitatif terhadap obat-obat golongan sulfonamida.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan cara analisis

kualitatif terhadap obat-obat golongan sulfonamida.

Adapun prinsip dari percobaan ini adalah melakukan uji sesuai dengan

golongan obat untuk mengidentifikasi golongan sulfonamida dengan

menggunakan pereaksi yang spesifik (DAB HCl dan pereaksi parri).

Page 3: Laporan Sulfa 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Dalam kimia, gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2,

sebuah gugus sulfonat yang berikatan dengan amina. Senyawa

sulfonamide adalah senyawa yang mengandung gugus tersebut.

Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat

dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina.Dalam

kedokteran,istilah “sulfonamida” kadang-kadang dijadikan sinonim

untuk obat sulfa, yang merupakan turunan sulfanilamida. (http://www.

Wikipedia-sulfonamida.com)

Diketemukan sulfonamida sebagai obat memberi dampak yang

besar pada khemoterapi dan membangunkan minat dalam

penggunaan inhibisi enzim sebagai mekanisme aksi obat. Obat ini

mulai digunakan pada dekade dalam tahun 1930-1940 untuk

pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Dalam tahun 1935

Domagk menggunakan prontosil untuk pengobatan infeksi yang

disebabkan oleh streptococcus. Orotonsil mula-mula digunakan

sebagai zat warna dalam industri zat warna di Jerman. (Moh. Anief,

1990)

Page 4: Laporan Sulfa 1

Sulfonamida mencampuri pada penggunaan substrat normal,

(metabolit) oleh enzim yang ada di dalam sel bakteri. Substrat ini

diketahui merupakan senyawa asam p-aminobenzoat dapat diisolasi

dari ragi dan zat tersebut menunjukkan sangat diperlukan bagi

pertumbuhan bakteri. (Moh. Anief, 1990)

Sulfonamida bersifat mikrobiostatik untuk sejumlah besar

bakteri gram positif dan gram negatif, dan berbagai protozoa (seperti

coccidia, Plasmodium spp). Sulfonamida digunakan biasanya dengan

kombinasi agen kemoterapi lainnya untuk merawat infeksi saluran

kencing, malaria, coccidiosis dll. Sulfonamida bertindak sebagai

analog struktural dari asam p-aminobenzoik (PABA), yang

menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam

sintesis asam folat. Organisme yang membuat sendiri asam folatnya

dan tidak dapat memakai pasokan eksogen dari vitamin menjadi

sensitif terhadap sulfonamida, karena selnya dapat menyerap obat ini,

sementara organisme yang memerlukan asam folat eksogen untuk

pertumbuhannya tidak sensitif. Penundaan periode beberapa generasi

terjadi antara paparan sel yang sensitif pada sulfonamida dan

penghambatan pertumbuhan; pada saat ini sel menghabiskan

pasokan asam folat endogen yang telah dibuat sebelumnya. Efek

penundaan ini memungkinkan sulfonamida dipakai bersama dengan

Page 5: Laporan Sulfa 1

antibiotik (misalnya penisilin) yang hanya aktif terhadap organisme

yang tumbuh.

Efek penghambat sulfonamida dapat dinetralkan dengan

memasok sel dengan metabolit yang normalnya membutuhkan asam

folat untuk sintesisnya (misalnya purin, asam amino tertentu); zat

demikian dapat hadir misalnya dalam pus, sehingga sulfonamida

menjadi tidak efektif dalam perawatan infeksi suppuratif tertentu.

Bakteri yang siap mengembangkan resistansi pada sulfonamida,

seperti modifikasi Streptococcus pneumoniae yang dihasilkan lewat

mutasi satu langkah pada sintetase asam dihidropteroik dapat

mengurangi afinitas enzim sulfonamida tanpa mengurangi afinitasnya

pada PABA. Hambatan dari plasmid juga muncul dan dapat terlibat,

misalnya plasmid tersandi sintase asam dihidropteroik resistan

sulfonamida. (http://www.faktailmiah.com)

Gugus Fungsi Sulfonamida

Page 6: Laporan Sulfa 1

Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat

klinisnya, toksisitasnya, dll. Sebagian besar turunan memiliki penyusun

nitrogen dari grup sulfonamida (NH2.C6H4.SO2.NHR). Substitusi

grup p-amino menghasilkan hilangnya aktifitas anti bakterial, namun

turunan demikian dapat dihidrolisa in vivo menjadi turunan yang aktif.

Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak aktif

dan sulit diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus bawah

untuk melepaskan komponen aktif sulfatiazol; obat ini telah digunakan

misalnya pada saat sebelum dan sesudah bedah perut.

Contoh-contoh sulfonamida antara lain:

1. Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida)

2. Sulfadiazin

3. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-4-pirimidinil)

(benzenesulfonamida)

4. Sulfadimidin (sulfametazin : 4-amino-N-(4,6-dimetil-2-pirimidil)

(enzenesulfonamida)

5. Sulfaguanidin (4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide)

6. Sulfametizol (4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il

(benzenesulphonamide)

7. Sulfametoksazol (4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)

benzenesulfonamide)

Page 7: Laporan Sulfa 1

8. Sulfatiazol (4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamide) dan

sebagainya. (http://www.faktailmiah.com)

Sulfonamida sebagai anti bakteri tidak diserap oleh bakteri

patogen. Namun, bakteri itu menyintesis asam folat yang diperlukan

untuk pertumbuhannya, dari asam para amino benzoat (PABA)

sebagai bahan pangkal sintesis asam folat. Sementara itu,

sulfonamida yang rumusnya menyerupai PABA akan merintangi

proses sintesis asam folat sehingga pembelahan sel bakteri terganggu

dan pertumbuhannya terhenti. (Drs. H. Syamsuni, Apt, 2005)

Sifat-sifat sulfonamide sebagai berikut :

1. Bersifat Amfoter,karena itu susah dipisahkan dengan cara

pengocokan yang umum digunakan dalam analisa organic.

2. Mudah larut dalam aseton,kecuali sulfasuksidin,ftalazol,dan

elkosin.(Tim Dosen,2010).

Page 8: Laporan Sulfa 1

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III hal. 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Alkohol (Farmakope Indonesia edisi III hal. 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol, alkohol

Rumus Molekul : C2H5OH

Berat Molekul : 46,07

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah

menguap, dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas, mudah terbakar dengan

memberikan nyala biru yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform p, dan dalam eter p

Page 9: Laporan Sulfa 1

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk, jauh nyala api

K/P : Zat tambahan

3. Amonium hidroksida (Farmakope Indonesia edisi III hal. 86)

Nama resmi : AMMONIA HYDROXYDUM

Nama lain : Amonia hidroksida

Rumus Molekul : NH4OH

Berat Molekul : 35,05

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,

menusuk kuat

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk

K/P : zat tambahan

4. Asam Klorida (Farmakope Indonesia edisi III hal 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCLORIDUM

Nama lain : Asam klorida

Rumus molekul : HCl

Berat Molekul : 36,5

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, berasap, bau

merangsang, jika diencerkan bagian air asap

nam dan bau hilang

Page 10: Laporan Sulfa 1

Kelarutan : Sangat larut dalam air mendidih, larut dalam

etanol (95%) P, mudah larut dalam gliserol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : zat tambahan

5. Asam Asetat ( Farmakope Indonesia Edisi III. hal 141 )

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama Lain : Asam Asetat

Berat Molekul : 60,5

Rumus Molekul : CH3COOH

Kelarutan : Dapat larut dalam air dan ethanol (95%)

Pemerian : Jernih , tak berwarna , rasa asam tajam

Penyimpanan : Dalam wadahn yang tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

6. Asam sulfat (Farmakope Indonesia Edisi III hal 58)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama lain : asam sulfat

Rumus molekul : H2SO4

Berat molekul : 98,07

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosit, tidak

berwarna, jika ditimbulkan dalam air

menimbulkan panas

Page 11: Laporan Sulfa 1

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan

7. DAB HCl ( Farmakope Indonesia Edisi III, hal 668)

Dimetilaminobenzaldehida 125 mg

Asam Sulfat 65 mL

Besi (III) Klorida 0,5 mL

Aquadest 35 mL

Larutkan 125 mg dimetilaminobenzaldehida P kedalam

campuran dingin 65 mL asam sulfat P dan 35 ml air,tambahkan

0,1 ml larutan besi (III) klorida P.Larutan harus dibiarkan selama

24 jam sebelum digunakan,Jika berwarna kuning tidak boleh

digunakan.

8. Natrium Hidroksida ( Farmakope Indonesia Edisi III. Hal 412 )

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : Natrium Hidroksida

Berat molekul : 40,00

Rumus molekul : NaOH

Pemerian : Bentuk batang, butiran, masa hablur atau

keping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan susunan hablur; putih, mudah

Page 12: Laporan Sulfa 1

meleleh basa. Sangat alkalis dan

korosif.Segera menyerap karbodioksida

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam

etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Zat tambahan.

DM : Sekali 300 mg , sehari 600 mg

9. Sulfadiazin (Farmakope Indonesia edisi III hal. 579)

Nama resmi : SULFADIAZINUM

Nama lain : Sulfadiazina

Rumus Molekul : C10H10N4O2S

N

Rumus bangun : NH2 SO2NH

N

Berat Molekul : 250,27

Pemerian : Serbuk putih, putih kekuningan atau putih

agak merah jambu, hampir tidak berbau,

tidak berasa

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar

larut dalam etanol (95%) p dan dalam

aseton p, mudah larut dalam asam

Page 13: Laporan Sulfa 1

mineral encer dan dalam larutan alkali

hidroksida

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya

K/P : Antibakteri

10. Sulfamerazin (Farmakope Indonesia edisi III hal. 584)

Nama resmi : SULFAMERAZINUM

Nama lain : Sulfamerazina

Rumus Molekul : C11H12N4O2S

N

Rumus bangun : NH2 SO2NH

N

Berat Molekul : 264,31 CH3

Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau putih

agak kekuningan, tidak berbau atau

hampir tidak berbau, rasa agak pahit.

Mantap di udara kalau kena cahaya

langsung lambat laun warna menjadi

tua.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam

kloroform p dan eter p, sukar larut

Page 14: Laporan Sulfa 1

dalam etanol (95%) p, agak sukar larut

dalam aseton p, mudah larut dalam

asam mineral encer dan dalam larutan

alkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya

K/P : Antibakteri

11. Sulfanilamid (Farmakope Indonesia edisi III hal. 587)

Nama resmi : SULFANILAMIDUM

Nama lain : Sulfanilamida

Rumus Molekul : C6H8N2O2S

O

Rumus bangun : H2N S NHCH3

O

Berat Molekul : 172,21

Pemerian : Hablur, serbuk hablur atau butiran,

putih, tidak berbau, rasa agak pahit

kemudian manis.

Kelarutan : Larut dalam 200 bagian air, sangat

mudah larut dalam air mendidih, agak

sukar larut dalam etanol (95%) p, sukar

Page 15: Laporan Sulfa 1

larut dalam kloroform P, dalam eter p.

Dan dalam benzen p, mudah larut

dalam aseton p, larut dalam gliserol p,

dalam asam klorida p dan dalam alkali

hidroksida

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya

K/P : Antibakteri

12. Tembaga (II) Sulfat ( Farmakope Indonesia Edisi III,Hal 731 )

Nama resmi : CUPPROSIN SULFURICUM

Nama lain : Tembaga (II) Sulfat

Rumus molekul : CuSO4.5.H2O

Pemerian : Prisma triklinik atau serbuk hablur biru

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dalam 3 bagian

gliserol,sangat sukar larut dalam etanol

(95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

13. Vanillin (Farmakope Indonesia Edisi IV hal 822)

Nama resmi : VANILLINUM

Nama lain : Vanilin

Rumus molekul : C9H8O3

Page 16: Laporan Sulfa 1

Berat Molekul : 152,15

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut

dalam etanol, alam kloroform, dalam

eter, dan dalam larutan alkali hidroksida

tertentu, larut dalam gliseri dan dalam

air panas.

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum, putih

hingga kuning, rasa dan bau khas.

Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat, tidak

tembus cahaya.

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

Komposisi :

5 gram vanillin dalam 100 ml asam sulfat pekat

Cara pembuatan :

Terhadap derivat metil piridin diatas kaca arloji atau objek: 1 gtt

H2SO4 + beberapa Kristal vanillin, campurkan.+ zat, dipanaskan

diatas nyala api keci : kuning atau hijau muda.( SIE Kesejahteraan

HMF, 1979)

14. Pereaksi Parri (Tim Dosen UIT, hal. 35)

Page 17: Laporan Sulfa 1

Larutkan 2 g CoCl2 dalam 1 ml HCl ditambah air sampai 100 ml.

Atau 2 g Co-nitrat larutkan dalam 1 ml HCl ditambah air sampai

100 ml.

Page 18: Laporan Sulfa 1

BAB III METODE KERJA

A. Alat-alat yang digunakan

1. Batang pengaduk

2. Botol

3. Bunsen

4. Gelas kimia

5. Handscoon

6. Korek api

7. Lap halus

8. Lap kasar

9. Masker

10. Ose bulat

11. Pipet tetes

12. Rak tabung

13. Sendok tanduk

14. Sikat tabung

15. Tabung reaksi

Page 19: Laporan Sulfa 1

B. Bahan-bahan yang digunakan

1. Aquadest ( H2O )

2. Alkohol ( C2H5OH )

3. Amonium hidroksida (NH4OH)

4. Asam klorida (HCl)

5. Asam Asetat (CH3COOH)

6. Asam Sulfat ( H2SO4)

7. Besi (III) Klorida (FeCl3)

8. DAB HCl

9. Natrium Hidroksida (NaOH)

10. Pereaksi Parri

11. Sulfadiazin (C10H10N4O2S)

12. Sulfamerazin (C11H12N4O2S)

13. Sulfanilamid (C6H8N2O2S)

14. Tembaga (II) sulfat (CuSO4)

15. Vanillin (C9H8O3)

C. Cara kerja :

1. Uji Organoleptis

a. Disiapkan alat dan bahan

Page 20: Laporan Sulfa 1

b. Diamati sampel mulai dari bentuk, rasa, bau dan warna.

2. Uji Pendahuluan

a. Reaksi Korek Api

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dicelupkan ose kedalam HCl encer kemudian dicelupkan ke

masing-masing zat

3. Diletakkan diatas bunzen

4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

b. Reaksi dengan DAB HCl

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan DAB HCl kemudian dihomogenkan

4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

3. Uji Penegasan

a. Dengan reaksi parri

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan alkohol + parri + NH4OH 1 tetes kocok ad

homogen.

4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

b. Vanilin test

1. Disiapkan alat dan bahan

Page 21: Laporan Sulfa 1

2. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan vanilin + H2SO4 kocok ad homogen.

4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

c. Reaksi dengan CuSO4

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan NaOH + CuSO4 kocok ad homogen.

4. Diamati perubahan warna yang terjadi.

Page 22: Laporan Sulfa 1

BAB IV HASIL PENGAMATAN

A. Tabel pengamatan

1. Uji organoleptis

Gol. sulfonamida

Bau Rasa Bentuk Warna

Sulfadiazin Tidak

berbau

Tidak

berasa

serbuk halus

putih putih

Sulfamerazin Tidak

berbau

Tidak

berasa

serbuk halus

putih putih

Sulfanilamida Tidak

berbau

Agak

pahit Serbuk halus

Putih

kekuningan

2. Uji pendahuluan

a. Uji korek api

Sampel pereaksi Warna Ket

Sulfadiazin HCl Kuning (-) (jingga sampai

jingga kuning)

sulfamerazin HCl Kuning (-) (jingga sampai

jingga kuning)

Sulfanilamid HCl Kuning (-) (jingga sampai

jingga kuning)

Page 23: Laporan Sulfa 1

b. Uji kelarutan

Sampel air Asam basa etanol kloroform

Sulfadiazin Tidak

larut Larut

Tidak

Larut

Tidak

larut Tidak Larut

sulfamerazin Tidak

larut larut

Tidak

larut

Tidak

larut Tidak larut

Sulfanilamid Tidak

larut larut

Tidak

larut

Tidak

larut Tidak larut

c. Reaksi dengan dab HCl

Sampel Pereaksi Warna Ket

Sulfadiazin DAB HCl Orange pucat (+)

Sulfamerazin DAB HCl Merah tomat (+)

Sulfanilamid DAB HCl Kuning orange (+)

3. Uji penegasan

a. Dengan pereaksi parri

SAMPEL PEREAKSI HASIL KETERANGAN Sulfadiazin Alkohol + Parri +

NH4OH1 tetes Putih Putih putih keruh

(-) Hijau Kotor Ungu

Sulfamerazin Alkohol + Parri + NH4OH 1 tetes

Putih Bening Bening

(-) Violet Merah Jambu

Sulfanilamid Alkohol + Parri + NH4OH 1 tetes

Putih Bening Bening

(-) Biru Tua

Page 24: Laporan Sulfa 1

b. Vanilin test NO SAMPEL PEREAKSI HASIL KETERANGAN 1. Sulfadiazine Vanilin +

H2SO4

Hijau bening Hijau Pekat

(-) Coklat

2. Sulfamerazin Vanilin + H2SO4

Merah Merah bata

(-) Merah Spesifik

3. Sulfanilamid Vanilin + H2SO4

Hijau bening Hijau Pekat

(-)Agak Merah

c. Reaksi dengan CuSO4

NO SAMPEL PEREAKSI HASIL KETERANGAN 1. Sulfadiazine NaOH +

CuSO4 Biru ungu

(+) Ungu

2. Sulfamerazin NaOH + CuSO4

hijau Putih

(-) Ungu

3. Sulfanilamid NaOH + CuSO4

Biru Putih

(+) Putih

Page 25: Laporan Sulfa 1

B. Reaksi-reaksi

1. Uji pendahuluan

Reaksi dengan dab HCl

a. C10H10N4O2S + dab HCl merah tomat

b. C11H12N4O2S + dab HCl orange pucat

c. C6H8N2O2S + dab HCl kuning orange

2. Uji penegasan

a. Reaksi dengan pereaksi parri

1. C10H10N4O2S + C2H5OH putih + pereaksi parri

Putih + NH4OH putih

2. C11H12N4O2S + C2H5OH putih + pereaksi parri

+ Bening + NH4OH Bening

3. C6H8N2O2S + C2H5OH + putih + pereaksi parri +

Bening + NH4OH Bening

b. Reaksi dengan vanilin test

1. C10H10N4O2S + CuSO4.5.H2O hijau bening +

H2SO4 hijau pekat

2. C11H12N4O2S + CuSO4.5.H2O merah + H2SO4

merah bata

3. C6H8N2O2S + CuSO4.5.H2O hijau bening +

H2SO4 hijau pekat

Page 26: Laporan Sulfa 1

c. Reaksi dengan CuSO4

1. C10H10N4O2S + NaOH biru + CuSO4 ungu

2. C11H12N4O2S + NaOH hijau + CuSO4

. putih

3. C6H8N2O2S + NaOH biru + CuSO4. Putih

Page 27: Laporan Sulfa 1

C. Pembahasan

Dalam kimia, gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2,

sebuah gugus sulfonat yang berikatan dengan amina. Senyawa

sulfonamida adalah senyawa yang mengandung gugus tersebut.

Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat

dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina. Dalam

kedokteran, istilah “sulfonamida” kadang-kadang dijadikan sinonim

untuk obat sulfa, yang merupakan turunan sulfanilamida.

Pada percobaan sulfonamida digunakan sampel yaitu sulfadiazin,

sulfamerazin, dan sulfanilamid dimana masing-masing sampel terlebih

dahulu dilakukan:

1. uji pendahuluan yaitu diamati bau, rasa, bentuk dan warna.

2. Uji kelarutan yaitu diamati kelarutan sampel pada air, asam (HCl),

basa (NaOH), etanol, dan kloroform

3. Uji golongan

4. Uji penegasan

Pada uji golongan, sulfadiazin, sulfamerazin, dan sulfanilamid

dilarutkan dengan pereaksi dab HCl sehingga masing-masing

menghasilkan warna merah tomat, orange pucat, dan kuning orange.

Dimana hasil tersebut sesuai dengan literatur.

Pada uji penegasan yaitu menggunakan pereaksi parri. Pada

sulfadiazin, dilarutkan dengan alkohol menghasilkan endapan putih

Page 28: Laporan Sulfa 1

kemudian ditambahkan pereaksi parri menghasilkan warna putih lalu

ditamhakan NH4OH menghasilkan warna putih. Pada sulfamerazin,

dilarutkan dengan alkohol menghasilkn endapan putih kemudian

ditambahkan pereaksi parri menghasilkan warna bening laku

ditambahkan NH4OH menghasilkan warna kuning. Kemudian pada

sulfanilamid menghasilkan warna yang sama pada sulfamerazin. Hal ini

menunjukkan ketidaksesuain dengan literatur karena warna yang

dihasilkan berbeda dengan warna yang dijelaskan pada literatur.

Dengan menggunakan pereaksi vanilin, pada sulfadiazin

ditambahkan vanilin menghasilkan warna hijau bening, kemudian

ditambahkan H2SO4 menghasilkan warna hijau pekat. Pada sulfamerazin

ditambahkan vanilin menghasilkan warna merah kemudian ditambahkan

H2SO4 menghasilkan warna merah bata. Pada sulfanilamid menghasilkan

warna yang sama dengan sulfadiazin. Hal ini menunjukkan

ketidaksesuain dengan literatur karena warna yang dihasilkan berbeda

dengan warna yang dijelaskan pada literatur.

Dengan menggunakan pereaksi CuSO4, pada sulfadiazin

ditambahkan NaOH menghasilkan warna biru kemudian ditambahkan

CuSO4 menghasilkan endapan ungu. Dimana hasil tersebut sesuai

dengan literatur yang ada. Pada sulfamerazin ditambahkan NaOH

menghasilkan endapan hijau kemudian ditambahkan CuSO4

menghasilkan endapan putih. Dimana hasil ini tidak sesuai dengan

Page 29: Laporan Sulfa 1

literatur. Dan pada sulfanilamid ditambahkan NaOH menghasilkan

endapan biru kemudian ditambahkan CuSO4 menghasilkan endapan

putih. Hasil ini sesuai dengan literatur yang ada.

Adapun ketidaksesuai hasil yang diperoleh dengan literatur

yang ada, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Alat-alat yang digunakan kurang steril

2. Sampel yang digunakan kurang baku

3. Kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan

Page 30: Laporan Sulfa 1

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Sulfadiazin, pada uji golongan menggunakan dab HCl menghasilkan

warna merah tomat, sedangkan pada uji penegasan menggunakan

pereaksi parri menghasilkan warna putih, dengan menggunakan

pereaksi vanilin menghasilkan warna hijau pekat, dan dengan

menggunakan CuSO4 menghasilkan endapan ungu.

2. Sulfamerazin, pada uji golongan menggunakan dab HCl

menghasilkan warna orange pucat, sedangkan pada uji penegasan

menggunakan pereaksi parri menghasilkan warna bening, dengan

menggunakan pereaksi vanilin menghasilkan warna merah bata, dan

dengan menggunakan CuSO4 menghasilkan endapan putih.

3. Sulfanilamid, pada uji golongan menggunakan dab HCl menghasilkan

warna kuning orange, sedangkan pada uji penegasan menggunakan

pereaksi parri menghasilkan warna bening, dengan menggunakan

pereaksi vanilin menghasilkan warna hijau pekat, dan dengan

menggunakan CuSO4 menghasilkan endapan putih.

Page 31: Laporan Sulfa 1

B. Kritik dan saran

Laboratorium

Kami sangat mengharapkan alat dan bahan dilaboratorium

dilengkapi untuk kelancaran praktikum dan memperoleh hasil yang

diinginkan.

Asisten

Arahan serta bimbingan dari asisten sangat diharapkan baik

pada saat praktikum maupun diluar praktikum dan penyusunan

laporan.

Page 32: Laporan Sulfa 1

DAFTAR PUSTAKA

Anief .Moh,1990. “Perjalanan dan nasib obat dalam badan”, Gadjah mada university press; Yogyakarta

Dirjen RI, 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III”, Departemen Kesehatan RI; Jakarta.

Dirjen RI, 1995, “Farmakope Indonesia Edisi IV”, Departemen Kesehatan RI;

Jakarta Faktailmiah.,2010, sulfonamida, 21 november 2010, www.faktailmiah.com

Gholib ibnu.dkk, 2007, “Kimia Analisis Farmasi”, Pustaka pelajar; Yogyakarta.

Sudjadi, M. S., Apt, Prof. Dr, 2008, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tim dosen, 2010, “Penuntun praktikum kimia farmasi analisis”, Universitas

Indonesia Timur ;Makassar. Wikipedia, 2010, sulfonamida, 21 november 2010 www. wikipedia. Com

Syamsuni , Apt, Drs. H, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, penerbit buku kedokteran EGC; jakarta.